Panduan Bahasa Arab Pemula [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MARKAZ



AR-RUHAILY



N A U D N A P B A R A A S A H BA A L U M E P MUHAMMAD IQBAL, S.P



Oleh : Muhammad Iqbal, S.P. Cetakan Ke-1 : Sya’ban 1441 H / April 2020 Penerbit : Khansa Printing Yogyakarta



Didukung oleh : Markaz Ar-Ruhaily Yogyakarta



1



PENGANTAR PENULIS



alibr ʉlibr 亐br Alhamdulillahil ladzi bi ni’matihi tatimmush shalihat : “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan berbagai kenikmatan sehingga kita mampu menyempurnakan setiap amal ibadah yang dilakukan.” Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarga, sahabat, serta umat beliau hingga akhir zaman kelak. Buku yang ada di hadapan pembaca ini merupakan panduan untuk mempelajari bahasa Arab bagi pemula, yaitu bagi siapapun yang ingin belajar bahasa Arab dari nol. Kami bawakan buku ini dengan konsep yang sederhana, yaitu (1) pengenalan kosa kata, (2) sejarah bahasa Arab, (3) motivasi belajar bahasa Arab, (4) konsep kalimat sempurna, (5) unsur-unsur penyusun kalimat sempurna, dan (6) dasar i’rob. Metode belajar yang penulis pilih dalam buku Panduan Bahasa Arab Pemula ini adalah mempelajari kaidah-kaidah bahasa Arab (gramatikal bahasa Arab) yang mengantarkan pelajar untuk memahami teks-teks berbahasa Arab (Al-Qur’an, Hadits, kitab ulama, dzikir & do’a). Tentunya target tercapainya hal tersebut membutuhkan waktu dan mengkaji buku-buku level berikutnya yang lebih lengkap. Semoga buku Panduan Bahasa Arab Pemula ini menjadi amal shalih bagi penulis dan semoga menjadi pemberat timbangan amal kebaikan penulis di akhirat kelak. Semoga Allah menerima amal-amal shalih kita semua. Aamiin. Si Fakir Pengais Ilmu Muhammad Iqbal



2



PENDAHULUAN A. Sejarah Ilmu Bahasa Arab Dikatakan bahwa orang pertama yang membuat khoth Arab adalah Muromar bin Murroh. Model khoth ini berkembang ke Hijaz hingga Kufah sehingga dikenal dengan khoth kufi. Kemudian, Ibnu Muqlah dan Ibnul Bawab mengubah dan mengembangkan khoth kufi tersebut ke bentuk khoth yang kita kenal saat ini. Dikatakan pula bahwa orang pertama yang memberi harokat pada penulisan bahasa Arab adalah Abul Aswad Ad-Du'aliy. Kemudian, kedua murid beliau : Nashr bin 'Ashim dan Yahya bin Ya'mar berperan dalam memberi tanda titiknya. Adapun model pengharokatan yang kita kenal saat ini dipelopori oleh Al-Kholil bin Ahmad." [Mulakhoshul Imla] Ketika para pakar Bahasa Arab merasa khawatir akan rusaknya kemurnian bahasa Arab karena semakin bercampur-baurnya antara orang Arab asli dengan non-Arab, mereka para pakar bahasa Arab tersebut membuat kamus & buku yang berisi kaidah bahasa Arab yang fashih. Hal ini diupayakan oleh mereka supaya terjaga kemurnian bahasa Arab dan terhindar dari kerusakan serta terjaga dari kesalahan. [Jaami'ud Duruus



Al-Arobiyyah] Tokoh-tokoh yang sangat berjasa berperan penting merumuskan formula bahasa Arab dalam kamus, buku, dan kitab mereka, yaitu diantaranya sebagai berikut: - Ali bin Abu Tholib - Abul Aswad Ad-Du'ali (muridnya Ali bin Abi Thalib) - Al-Kholil bin Ahmad - Al-Kisa'i - Sibawaih 3



B. Macam Bidang Ilmu Bahasa Arab Ulama menyebutkan ada 13 cabang ilmu Bahasa Arab, yaitu : 1) Shorof 2) I'rob (Nahwu) 3) Rosm (Imla) Balaghoh : 4) Ma'ani, 5) Bayan, 6) Badi' Sya'ir : 7) 'Arudh, 8) Qawafi', 9) Qardhu asy-Syi'ri 10) Insya' 11) Khithobah 12) Tarikh Adab 13) Matan Lughoh Dari ketiga belas cabang ilmu Bahasa Arab tersebut, Shorof & Nahwu merupakan cabang ilmu Bahasa Arab yang paling penting karena sebagai salah satu alat bantu utama untuk memahami Al-Qur'an dan Hadits sebagai sumber hukum Islam. [Jaami'ud Duruus Al-Arobiyyah] C. Perbedaan Shorof & Nahwu Shorof adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk kata sebelum tersusun di dalam kalimat. Misal ketika kita membaca di suatu buku



곀䗭⦀䘎곀䗭䲰䘐r), maka dengan ilmu Shorof, kita tahu kata



terdapat kata “Islam” (



“Islam” itu berasal dari :



Έ 䗭⦀䘎곀䗭䲰䘐r



䲰亐곀



⦀ ⦀亐곀䗭r



Aslama - Yuslimu - Islaaman Adapun Nahwu adalah ilmu yang mempelajari perubahan harokat akhir kata ketika berada dalam kalimat. Harokat akhir kata meliputi



4



dhomah, fathah, kasroh. Adapun sukun merupakan tanda ketiadaan harokat. Simbol-simbol harokat sebagai berikut :



Έ Dhommah











Fathah







Kasroh



Sukun



Nahwu juga mempelajari kedudukan suatu kata, yaitu meliputi subjek, objek, kata keterangan, dan seterusnya. Ulama memberi perumpamaan hubungan antara Shorof dan Nahwu itu seperti hubungan ibu dan ayah. Shorof sebagai seorang ibu, sedangkan Nahwu sebagai seorang ayah. Seorang ibu yang berperan melahirkan anak-anak, ada yang jenisnya laki-laki, ada juga yang perempuan dengan karakternya menghasilkan



yang



beragam.



kata-kata



Begitu



yang



pula



beragam



ilmu



Shorof



bentuk



dan



berperan proses



pembentukannya. Adapun seorang ayah berperan dalam mewarnai serta menghiasi anak-anaknya dengan cara mendidik dan mengarahkan si anak sampai menjadi generasi yang bermanfaat. Begitu pula ilmu Nahwu berperan mewarnai setiap kata dalam kalimat dengan cara memberi harokat akhir yang tepat serta kedudukan yang sesuai sehingga kata-kata tersebut menghasilkan kalimat yang berfaidah sempurna. Manfaat belajar ilmu Shorof dan Nahwu adalah untuk membantu seseorang dalam memahami ayat Al-Qur’an, Hadits, dan kitab para ulama, serta bacaan dzikir dan do’a sehari-hari yang diamalkan dalam sholat. Betapa bahagianya seseorang ketika ia telah mampu memahami bahasa Al-Qur’an dan Hadits sehingga meningkatkan bobot dan kualitas amal di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.



5



BAB I MOTIVASI BELAJAR BAHASA ARAB Teman-teman



pelajar



cerdas rahimakumullah



- semoga Allah



mengasihi kita semua-, bukanlah rahasia lagi ketika kita ketahui betapa banyak pelajar bahasa Arab berguguran di tengah jalan. Satu dua bulan masih bertahan, kemudian berangsur hari demi hari berjalan, semangat pun mulai tergerus habis dimakan zaman, sampai akhirnya tak tersisa sedikit pun, baik dari jasad yang hadir menyimak pelajaran maupun semangat dalam dada yang sirna perlahan-lahan. A. Mutiara Nasihat Para ulama telah merumuskan berbagai kiat supaya seorang pelajar tetap bersemangat dalam belajar agama, khususnya belajar ilmu bahasa Arab. Renungkanlah untaian nasihat para ulama kepada penuntut ilmu sebagai berikut, Imam asy-Syafi’i rahimahullah memberi untaian nasihat yang indah : “Duhai saudaraku, ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan enam



perkara : (1) kecerdasan, (2) antusias, (3) kesungguhan, (4) bekal, (5) bimbingan guru, (6) lamanya waktu.” [Diwan asy-Syafi’i] Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah merangkai wejangan penuh faidah : “Siapa saja yang memiliki ambisi memperoleh cita-cita yang tinggi dalam



hidupnya, maka wajib baginya mencintai jalan menuntut ilmu agama karena inilah jalan kebahagiaan. Barangsiapa yang mendambakan kenyamanan di kemudian hari, maka haruslah baginya tinggalkan kenyamanan di saat ini.” [Kaifa Tatahammasu li Thalabil ‘Ilmi asy-Syar’i?] Ungkapan beliau semakna dengan peribahasa : “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.” “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” 6



Imam Burhanudiin Az-Zarnuji rahimahullah memberikan tips jitu : “Sabar dan kokoh (tekun, ulet, pantang menyerah) merupakan kaidah



yang sangat penting dalam semua perkara. Dengan sabar dan kokoh, seorang pelajar akan diberkahi dan bermanfaat ilmunya.” [Ta’liimul Muta’allim fii Thariiqit Ta’allum] Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullah berujar : “Ilmu Nahwu (bahasa Arab) adalah ilmu yang mulia karena mampu



mengantarkan seseorang untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits. Pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Hadits tergantung seberapa seseorang itu menguasai ilmu Nahwu.” Beliau rahimahullah memotivasi pelajar yang merasa kesulitan belajar bahsa Arab : “Belajar ilmu Nahwu (bahasa Arab) itu sangatlah penting. Memulainya



memang sulit dan berat, tetapi pada akhirnya menjadi mudah, insya Allah. Belajar ilmu Nahwu itu ibarat seseorang memasuki rumah bambu yang pintu utamanya terbuat dari besi yang terkunci. Memang untuk memulai masuk ke dalam rumah berpintu besi tersebut pastilah sulit sampai diperoleh kuncinya (kuncinya adalah menguasai ilmu Nahwu). Jika seseorang telah berhasil masuk (sudah menguasai ilmu Nahwu), maka ia akan mudah masuk ke dalam rumah tersebut yang berisi berbagai kenikmatan (setelah menguasai ilmu Nahwu, seseorang akan lebih mudah memahami pelajaran-pelajaran lainnya).” [Syarah al-Ajurrumiyyah] Syaikh Muhammad bin Shalih ash-Shaya’ri rahimahullah dalam Kaifa



Tatahammasu li Tahalabil ‘Ilmi asy-Syar’i mengumpulkan 102 kiat supaya pelajar bersemangat dalam belajar agama, salah satu diantaranya adalah “Bersungguh-sungguh dan memaksa diri dalam belajar agama”.



7



Diceritakan oleh Muhammad bin Al-Munkadir : “Kupaksakan diriku dengan kesungguhan selama 40 tahun lamanya untuk



senantiasa berada dalam jalan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala sehingga jiwaku menjadi lurus (ringan dalam menjalankan ketaatan).” Allah subhanahu wa ta’ala telah menjanjikan bagi siapa saja yang berjihad melawan diri dan nafsunya karena mengharap pertolongan dan petunjuk dari Allah untuk diistiqomahkan di jalan yang lurus. Allah



subhanahu wa ta’ala berfirman :



⦀ 곀a䲰 䲰 곀 ʉ곀br ⦀ ⦀ʉ⦀b ⦀ 亐br ˶䲰䘐r⦀ ⦀ ⦀亐 䗭 곀 ˶ ⦀ 䲰Ό곀˶⦀ 䲰b ⦀ 곀a䲰 r곀 Ό⦀ ⦀΋ ⦀ 곀 䲰̈br⦀ “Dan orang-orang yang berjihad di jalan Kami, maka pasti Kami berikan kepada mereka hidayah menuju jalan yang lurus.” (Q.S. Al-Ankabut : 69) Ulama tafsir menjelaskan ayat ini bahwa termasuk jihad di jalan Allah yang mulia adalah berjihad dalam belajar agama. Maka, Allah akan tolong dan mudahkan para penuntut ilmu dalam menggapai hidayah berupa jalan yang lurus. B. Keutamaan Bahasa Arab Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab. Nabi-Nya pun (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) terlahir di jazirah Arab yang penduduknya berbahasa Arab. Do’a dan dzikir dalam setiap rakaat shalat, pun berbahasa Arab. Adzan yang berkumandang merdu dan lantang; tengoklah, ternyata juga berbahasa Arab. Induk referensi ilmu Islam yang dibukukan oleh ulama (kitab-kitab tentang tauhid, aqidah, manhaj, fiqih, ushul fiqih, tafsir, tajwid, lughoh, siroh, dan lainnya) mayoritas berbahasa Arab. Wahai pelajar cerdas dimanapun anda berada, apapun suku anda, perbedaan warna kulit anda, jabatan anda, kekayaan anda; sadarilah bila 8



anda enggan mempelajari bahasa Arab, khususnya ilmu Gramatikal (Nahwu dan Shorof), bagaimana anda mampu memahami Al-Qur'an, Hadits, bacaan shalat, serta do'a & dzikir keseharian anda? Belum lagi adzan yang berkumandang setiap harinya, sungguh sayang jika hati tak mampu menghayati. Referensi ilmiah Islam yang melimpah ruah, tidak kah terbesit dalam benak untuk mengambil seteguk saja dari lautan faidah? Oh ternyata, kitab-kitab referensi itu pun berbahasa Arab, merugilah! Bisikan sebagian orang yang mencoba melemahkan semangat penuntut ilmu bahasa Arab, mereka mengatakan : "Belajar bahasa Arab itu



sulit dan rumit. Mustahil anda mampu menguasainya. Sudahlah berhenti saja, tak ada juga manfaatnya untuk mencari pekerjaan kelak." Jika anda pernah mendapati bisikan tersebut masuk ke dalam hati, maka pastikanlah itu bisikan setan. Hal ini sebagaimana dijelaskan banyak ulama. Lawanlah bisikan buruk tersebut dengan meyakinkan dalam hati kita bahwa bahasa Arab itu mudah, indah, dan manis. Bukankah banyak kaum muslimin dari yang muda sampai yang tua mampu menghafal seluruh ayat Al-Qur'an yang berbahasa Arab, bahkan sebagian mereka mampu menghafal kitab shahih Bukhari dan shahih Muslim yang juga berbahasa Arab. Subhanallah. Mahasuci Allah dari sangkaan buruk tersebut. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah pernah manasihati :



"Kebutuhan manusia terhadap ilmu, jauh lebih besar dibandingkan kebutuhannya terhadap makanan dan minuman. Hal ini dikarenakan kebutuhan terhadap makanan dan minuman hanya sekali-dua kali saja, sedangkan kebutuhan terhadap ilmu ada di sepanjang hela nafas kita." Ulama telah mengkaji banyak keutamaan belajar agama, diantaranya : sebagai pelindung dari kesesatan dan penyimpangan dalam beragama, sarana mendatangkan kecintaan Allah, bekal bagi juru dakwah, dan sebab mendapatkan keyakinan dan ketenangan hati. [Kaifa Tatahammasu…] 9



BAB II UNSUR PENYUSUN KALIMAT Unsur penyusun kalimat terdiri dari isim, fi’il, dan huruf. Isim merupakan kata yang tidak mengandung makna waktu, diantaranya : kata benda, nama orang, dan kata sifat. Berbeda dengan Fi'il yang mengandung makna waktu : lampau, sekarang, dan akan datang. Adapun huruf adalah segala lafal selain isim dan fi’il. A. Isim Tabel 1. Kosakata Isim Nama



Kata Sambung



Profesi



Kata Sifat



Όʉ⦀



a ⦀ 곀䗭ar



䲰b ⦀



䲰̈b⦀r



i⦀ʉ



䲰b ⦀



Ǩ䲰΋ ⦀



䲰˶r⦀̈b⦀r



ɼ⦀΋䲰ʷ ⦀



-곀a⦀΋



䲰 곀Ͳ



Kata Ganti







----------- ----------- ----------- ----------- -------------------- ----------- --------------------



----------



ɼ⦀ʉ䲰 ⦀



i䲰΋ ⦀-



----------



ɼ ⦀



----------



----------



곀a䲰 ⦀



----------



----------



䲰亐곀



----------



i䲰 ⦀



----------



----------



䲰 ⦀



곀͎䲰



----------



----------



䲰 곀 ⦀̈b⦀r



----------







곀 ⦀



Έ곀⦀



-----------



⦀ 곀r



Έ ⦀



-----------



-----------



⦀-곀a⦀-



⦀ 곀 ⦀䷰



----------



----------



----------



-----------



⦀ 곀 䲰̈b⦀r



⦀ 곀r



곀 ⦀-



⦀ 곀a⦀



----------



䲰 b⦀r



----------



----------



----------



䲰 곀r



r⦀a ⦀ʉ䲰b



----------



곀 곀r



⦀⦀



곀i⦀l i곀a䲰ʉ⦀̀ i-⦀̈



䆎곀 곀i⦀



䲰-䗭䘎b⦀r



---------- ---------- ---------- ---------Isim Dalam Kitab Bahasa Arab



----------



Kata Keterangan



-----------



----------



ɼ⦀ 곀 䲰Ό⦀ʉ곀b⦀r ɼ⦀̀i⦀ʉ -䲰亐곀----------



----------



⦀ʉ



Kata Tanya



---------10



----------



----------



-----------



Έ ⦀i곀



-----------



⦀Ό곀 䲰



-----------



΋⦀i곀-



----------



Ǩ곀 ͎곀-⦀



Ű⦀



----------



----------



-곀 䲰i곀Ԑ⦀- 䆎䲰 ⦀



΋i⦀ˏ



䲰 ribr



----------



----------



Ό곀 䲰̈⦀



⦀ 곀r



----------



----------



----------



----------



곀i⦀



i곀 r



곀˶⦀



˶⦀ ⦀



----------



----------



곀 ⦀Ǩ ⦀Ό곀Ԑ⦀



----------



----------



⦀Ͳ च곀 Ԑ곀 ⦀



----------



----------



च ⦀ 䲰- Ű곀 -곀-⦀



----------



곀-⦀b



곀곀 ̈곀ˏ⦀



곀䗭⦀䘎⦀-



----------



곀-⦀



˶⦀ ⦀



ɼ ⦀- ɼ⦀ 䗭⦀䘎⦀



----------



च⦀



----------



-------------------



----------



----------



-------------------



곀ʉ⦀΋



-------------------



----------



곀a䲰b⦀΋



----------



Isim terbagi menjadi beberapa macam, berdasarkan bilangannya, yaitu (1) Isim Mufrod, (2) Isim Mutsanna, dan (3) Isim Jamak. Contoh : Tabel 2. Macam Isim Isim Mufrod (bilangan ‘1’)



Isim Mutsanna (bilangan ‘2’)



䲰亐곀



䲰 곀a⦀ʉ䲰亐곀



Isim Jamak (bilangan > ‘2’)



䲰˶ ⦀ʉ䲰亐곀



⦀ 곀a䲰ʉ䲰亐곀



⦀˶곀 ʉ䲰亐곀



Seorang Muslim Dua orang Muslim Banyak orang Muslim Ciri : Ciri : Ciri : akhiran berbunyi akhiran berbunyi AANI akhiran berbunyi UUNA UN/U atau AN/A atau AINI atau IINA atau IN/I Isim Jamak secara terperinci dibagi lagi menjadi tiga macam : (1) Jamak Mudzakkar Salim, (2) Jamak Mu’annats Salim, dan (3) Jamak Taksir. Ciri isim yaitu, (1) diakhiri tanwin dan (2) diawali alif lam. Contoh : Tabel 3. Ciri Isim (1) Diakhiri tanwin



(2) Diawali alif lam



च ⦀ 䲰-



च ⦀ 䲰 곀b⦀r



Suatu buku



Buku itu



11



B. Fi’il Tabel 4. Kosakata Fi’il (Kata Kerja) Fi’il Madhi (telah terjadi)



r⦀i⦀䷰



⦀⦀ ⦀-



Fi’il Mudhori (sedang/akan terjadi)



ar⦀i곀⦀



-----------



-----------



-----------



⦀i⦀Ԑ⦀



⦀-⦀亐⦀΋



iԐ곀 ⦀-



-----------



-----------



-----------



⦀ ⦀⦀



⦀च⦀i⦀̀



⦀ 곀ʉ⦀



----------



----------



⦀ ⦀-⦀΋



⦀-⦀i⦀-



----------



----------



⦀ ⦀⦀΋



⦀ ⦀ ⦀



----------



⦀ ⦀⦀



⦀ ⦀ ⦀䷰



⦀ 곀-⦀



˶곀 ⦀



⦀ ⦀ 곀Ǩr



----------



亐곀Ԑ⦀



----------- ----------



-----------



-䲰亐곀ˏ⦀



곀i곀Ԑ곀 r



곀-䲰亐곀΋䲰r



----------



곀 곀-r



-----------



곀च䲰i곀̀䲰r



----------



----------



----------



-i곀-⦀



곀 -곀΋r



곀-i곀-r



----------



곀΋r



----------



곀r⦀i곀䷰䲰r



च䲰i곀̀r 곀 ⦀ 곀 䲰r



-곀Ό⦀-



----------



 곀-r



----------



----------



----------



Fi’il Amr (kata kerja perintah)



곀i⦀



----------



----------



----------



곀 곀΋r



곀 곀r



----------



----------



곀⦀



곀 ⦀ 곀 䲰r



곀 곀䷰r



च䲰i곀͎



곀 䲰ʉ곀-r



---------------------------- ---------Fi’il Dalam Kitab Bahasa Arab



----------



⦀ 곀i⦀



----------



----------



----------



----------



----------



----------



⦀ ⦀΋



Ǩ곀 ⦀



⦀곀Ό⦀⦀-



⦀곀 ⦀䷰



Ό⦀



䲰Ԑ곀 ⦀



----------



----------



----------







⦀ ⦀˶⦀ 곀 䲰r



i-곀̈⦀



----------



----------



⦀ʉ곀ˏ⦀



⦀䲰-⦀



----------



----------



----------



r⦀



----------



----------



----------



----------



곀 i⦀



----------



⦀⦀΋⦀



----------



-⦀-곀-⦀



곀 䲰΋곀i⦀-



⦀i⦀ ⦀-



곀⦀̈곀ˏ⦀



----------



12



----------



-------------------



Fi’il terbagi menjadi beberapa macam, diantaranya berdasarkan waktu terjadinya : (1) Fi’il Madhi, (2) Fi’il Mudhori, dan (3) Fi’il Amr. Ciri-ciri fi’il, yaitu bermakna perbuatan dan waktu. Contoh : Tabel 5. Macam Fi’il Fi’il Madhi



Fi’il Madhori’



Fi’il Amr



(lampau)



(sedang/akan)



(perintah : akan)



⦀⦀ ⦀-



 곀-r



곀 곀-r



Dia telah menulis.



Saya sedang menulis.



Tulislah!



- Berakhiran dhommah Berakhiran fathah - Arti : "telah berbuat sesuatu".



& diawali







- Arti : "sedang/akan berbuat sesuatu".



- berakhiran kasroh - mengandung perintah



C. Harf (Huruf) Ulama memberikan perumpamaan terkait perbedaan huruf dengan



-



isim dan fi’il. Isim diumpamakan seperti ( ), fi’il diumpamakan seperti



-



( ), dan huruf diumpamakan seperti ( ). Ketika ditanyakan apa ciri ( ), jawabnya “ada titik di bawah”. Ketika ditanyakan apa ciri ( ), jawabnya “ada titik di atas”. Berarti ketika ditanyakan apa ciri ( ), jawablah “selain



-



( ) dan ( )“. Dengan demikian, huruf adalah semua lafal selain lafal yang memiliki ciri isim dan fi’il. [Syarah al-Ajurrumiyyah Ibnu Utsaimin]



13



Tabel 6. Kosakata Huruf Harf Mabani (Huruf yang punya tidak arti)



곀a䲰ˏ곀br



-----------



ǨrΌbr



-----------



r̈br



br



-----------



⦀-곀br



-䲰b䭰곀ඟr



-----------



-----------



-----------



ribr



Ǩr̈br



----------



----------



΋ br



΋ Ԑbr



곀a΋br



곀a⦀͎곀br



----------



곀a䲰ʉ곀br



----------



----------



᷍br



----------



⦀곀br



----------



곀 ⦀



⦀b䲰䘐r



----------- ----------



⦀ 곀br



-------------------



Harf Ma’ani (Huruf yang punya arti)



च



----------



⦀ br



----------



᷍br



----------



곀a⦀ 곀br



----------



----------



곀䗭䘎br



-----------



⦀亐⦀



-----------



⦀ 곀br



----------



----------



----------



곀 ⦀b



䭰⦀ඟ



r⦀ 곀br



----------



----------



곀Ό⦀䷰



䭰ඟ䲰䘐r



----------



----------



⦀ 곀 ⦀䗭



⦀̈곀ʉ⦀˶곀br



----------



14



곀 䲰



곀 䲰



----------



----------



곀a br



----------



곀 ⦀



----------



BAB III UNSUR KALIMAT Kalimat dalam kaidah bahasa Arab merupakan kumpulan beberapa kata yang dapat diucapkan, terdiri dari minimal dua kata, dapat dipahami, dan diucapkan secara sadar serta harus berbahasa Arab.



ɼ⦀亐곀ʉˏ곀br). Al-Jumlah hanya terbagi



Kalimat dalam bahasa Arab disebut (



menjadi dua, yaitu : (1) Al-Jumlah Al-Ismiyyah, (2) Al-Jumlah Al-Fi'liyyah. A. Al-Jumlah Al-Ismiyyah Kalimat yang diawali isim. Contoh : Tabel 7. Al-Jumlah Al-Ismiyyah



⦀a ⦀ 곀䗭ar Ό곀 䲰



“Hindun adalah seorang guru perempuan.”



a ⦀ 곀䗭ar Όʉ⦀



“Muhammad adalah seorang guru laki-laki.”



B. Al-Jumlah Al-Fi'liyyah Kalimat yang diawali fi'il. Contoh : Tabel 8. Al-Jumlah Al-Fi’liyyah



⦀ɼ⦀b ⦀䗭ibr ⦀ 곀 ⦀  곀 ⦀-



Ό곀 ⦀ ⦀ ⦀΋



“Zainab menulis surat.”



“Zaid datang.”



Catatan : Jika suatu kalimat diawali huruf (bukan isim/fi'il), maka untuk menentukan kalimat itu al-Jumlah al-Ismiyyah atau al-Jumlah al-Fi'liyyah dilihat setelah huruf tersebut terdapat isim atau fi'il.



15



BAB IV MENGENAL I’ROB Dalam pelajaran Nahwu, ulama membahas kaidah i’rob. I’rob secara bahasa artinya menerangkan atau menjelaskan. Jadi, dengan belajar i’rob, seorang pelajar bahasa Arab mampu menjelaskan setiap kata yang menyusun kalimat. Macam i’rob ada empat : (1) Marfu, (2) Manshub, (3) Majrur, (4) Majzum. A. Marfu’atul Asma’ (Isim-isim Marfu’) Isim Marfu adalah kata yang memiliki ciri : (1) Berharokat dhommah / berlafal "un", "u" di akhirnya. Contoh :



΋ibr ⦀ ⦀΋



Όʉ⦀



“Laki-laki itu datang.”



⦀ ⦀΋



“Muhammad datang.”



(2) Terdapat "alif & nun" / berlafal "aani" di akhirnya. Contoh :



䲰˶ ⦀ʉ䲰亐곀 ʉ곀br ⦀ ⦀΋



“Dua orang muslim itu datang.” (3) Terdapat "wawu & nun" / berlafal "uuna" di akhirnya. Contoh :



⦀˶곀 ʉ䲰亐곀 ʉ곀br ⦀ ⦀΋



“Kaum muslimin itu datang.”



16



(4) Biasanya berkedudukan sebagai Subjek dalam kalimat. Contoh :



rΈΌ곀 䲰 ⦀i⦀Ԑ⦀ ɼ⦀΋䲰ʷ ⦀



“Aisyah menolong Hindun.”



Όʉ⦀



⦀ ⦀΋



“Muhammad datang.”



B. Manshubatul Asma’ (Isim-isim Manshub) Isim Manshub adalah kata yang memiliki ciri : (1) Berharokat fathah / berlafal "an", "a" di akhirnya. Contoh :



rΈΌ곀 䲰 ⦀i⦀Ԑ⦀ ɼ⦀΋䲰ʷ ⦀



aa䲰亐⦀ ⦀i⦀Ԑ⦀ Όʉ⦀



“Aisyah menolong Hindun.” “Muhammad menolong Ali.” (2) Terdapat "yaa & nun" / berlafal "aini" di akhirnya. Contoh :



䲰 곀a⦀ʉ䲰亐곀



iԐ곀 ⦀ Όʉ⦀



“Muhammad menolong dua orang muslim.” (3) Terdapat "yaa & nun" / berlafal "iina" di akhirnya. Contoh :



⦀ 곀a䲰ʉ䲰亐곀 ʉ곀br 곀iԐ곀 r



“Tolonglah kaum muslimin itu.” (4) Biasanya berkedudukan sebagai Objek dalam kalimat. Contoh :



⦀ ΋ibr ⦀i⦀Ԑ⦀ Όʉ⦀



“Muhammad menolong laki-laki itu.”



17



C. Majrurotul Asma’ (Isim-isim Majrur) Isim Majrur adalah kata yang memiliki ciri : (1) Berharokat kasroh / berlafal "in", "i" di akhirnya. Contoh :



Ό䲰ˏ곀 ⦀ ⦀b䲰䘐r ⦀ 곀̈⦀ Όʉ⦀



“Muhammad pergi ke masjid.” (2) Terdapat "yaa & nun" / berlafal "aini" di akhirnya. Contoh :



䲰 곀a⦀ʉ䲰亐곀



⦀ ⦀ -䲰亐곀ˏ⦀ Όʉ⦀



“Muhammad duduk bersama dua orang muslim.” (3) Terdapat "yaa & nun" / berlafal "iina" di akhirnya. Contoh :



䲰 곀a䲰ʉ䲰亐곀



⦀ ⦀ -䲰亐곀ˏ⦀ ⦀ 곀i⦀



“Maryam duduk bersama kaum muslimin.” (4) Isim Majrur berkaitan dengan Kata Keterangan. Contoh :



䲰 곀Ԑ⦀-곀br ⦀곀 ⦀ r 곀곀 ⦀ Όʉ⦀



“Muhammad berdiri di depan kelas.”



18