PANDUAN Indera Penglihatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I DEFINISI Mata adalah organ penglihatan yang penting bagi kehidupan makhluk hidup.Suatu pengurangan fungsi indera penglihatan bahkan kebutaan akan menyebabkan kerugian yang tak ternilai besarnya bagi seorang penderita (Nasution, 2013 ). Mata adalah organ indera yang memiliki reseptor peka pada cahaya yang disebut fotoreseptor.Setiap mata mempunyai lapisan sistem lensa untuk memusatkan cahaya pada reseptor dan syarat untuk menghantarkan impuls dari reseptor ke otak.



1



BAB II RUANG LINGKUP



Ruang lingkup bahasan pada pedoman pelayanan kesehatan indera Penglihatan di Puskesmas ini dibatasi pada pelayanan kesehatan mata dasar yang bisa dilaksanakan di Puskesmas dengan merujuk kasus-kasus yang tidak bisa ditangani di Puksesmas ke Rumah Sakit. Di samping itu juga bagaimana pimpinan Puskesmas dapat melaksanakan pengelolaan Program Kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas.



2



BAB III TATALAKSANA PELAYANAN



A. Lingkup Kegiatan Langkah awal sebelum melakukan pemeriksaan pada mata guna menegakkan diagnosis penyakit mata adalah melakukan anamnesis dengan teliti. Yang pertama kita tanyakan adalah keluhan utama yang menyebabkan pasien mencari pertolongan pada dokter atau petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama yang sering kita jumpai antara lain : 1. Kemunduran tajam penglihatan (visus) 2. Mata merah 3. Sakit kepala 4. Rasa sakit pada mata 5. Kemunduran penglihatan pada senja hari /lingkungan yang kurang cahaya 6. Dan Iain-Iain. Keluhan-keluhan ini mungkin akan kita jumpai bersama keluhan ringan yang lain (seperti lakrimasi, fotofobia dll) atau mungkin juga bersamasama/sekaligus kita jumpai keluhan-keluhan tambahan yang lain, misalnya : 1. Mata merah dengan kemunduran visus 2. Mata merah dengan sakit kepala 3. Kemudian kita coba telusuri perjalanan penyakitnya : 4. Kapan mulai timbul (sudah berapa lama) 5. Bagaiman sifatnya : mendadak, berangsur-angsur atau hilang timbul. 6. Apakah sudah diobati; Obat apa yang diberi 7. Apakah ada hubungannya dengan pekerjaan pasien 8. Atau adakah alergi Juga perlu ditanyakan anamnesis keluarga, terutama bila dicurigai adanya faktor keturunan. Harus kita ingat kemungkinan adanya penyakitpenyakit sistemik yang ada hubungannya dengan penyakit pada mata. Bila anamnesis yang kita lakukan cukup baik dan teliti, kita sudah dapat menduga penyakit pasien, sehingga pemeriksaan yang kita lakukan dapat lebih terarah. Beberapa penyakit mata yang perlu diketahui karena menjadi penyebab utama kebutaan di Indonesia dan penyakit lain yang banyak ditemukan di masyarakat adalah :



3



1. Katarak a. Definisi Katarak adalah proses degeneratif berupa kekeruhan alami lensa bola mata sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan penglihatan sampai kebutaan. Kekeruhan ini disebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia yang menyebabkan koagulasi protein lensa. Katarak bisa terjadi secara kongenital atau didapat. Pada umumnya katarak terjadi karena proses degenerasi yang berhubungan dengan penuaan, atau bisa juga didapat akibat dari trauma dan induksi oleh



obat-obatan



(steroid,



klorpromazin,



alupurinol,



amiodaron).



Keadaan diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya proses katarak. Berdasarkan patogenesis /etiologinya katarak dibagi : 1) Katarak Senilis : yaitu katarak akibat proses degenerasi ketuaan, 90% dari kasus katarak. 2) Katarak traumatika : katarak akibat rudapakasa pada lensa 3) Katarak komplikasi : katarak akibat penyakit mata dan penyakit sistemik seperti diabetes, obat-obatan, gangguan metabolisme, dan Iain-Iain. 4) Katarak congenital : katarak sejak lahir b. Gejala dan Tanda Klinis Pada



umumnya



penderita



akan



mengeluh



terjadinya



penurunan penglihatan yang perlahan, penglihatan berkabut atau berasap. c. Diagnosis Katarak 1) Katarak yang belum matang (imatur), menimbulkan keluhan : a) Bintik hitam pada lapangan pandang b) Penglihatan seperti berasap c) Diplopia atau polipia(Penglihatan Ganda) d) Miopisasi (perubahan refraksi mata menjadi lebih Miop) e) Sukar membaca huruf 2) Katarak yang sudah matang (matur) penglihatan hanya mampu menghitung jari, gerakan lambaian tangan saja atau hanya dapat membedakan terang dan gelap. Penderita sudah tidak dapat membaca huruf. Pada pemeriksaan didapat : 1) Tajam penglihatan < 6/18. Dengan tes pinhole menjadi lebih gelap. Adanya kekeruhan lensa, terlihat warna kelabu atau putih di daerah



4



pupil



(leukokoria).



kemungkinan



Leukokoria



tumor



ganas



pada



balita



harus



retinoblastoma.



Bila



dipikirkan dengan



penyinaran dari samping sebagian kekeruhan itu menjadi lebih gelap karena adanya bayangan iris pada lensa (tes shadow +), maka



katarak masih imatur. Bila tidak berubah (tes shadow -),



lensa sudah matur. 2) Pada funduskopi terlihat bercak-bercak hitam di daerah pupil. Reflek fundus (warna merah) masih tampak pada katarak imatur. Pada katarak matur reflek fundus tidak terlihat lagi. d. Penatalaksanaan Indikasi bedah pada penderita katarak adalah : 1) Indikasi penglihatan, yang sangat bervariasi pada setiap pasien. Tindakan bedah dapat dilakukan bila penderita merasa mengalami gangguan pada aktivitas sehari-hari, atau penderita dengan pekerjaan tertentu yang membutuhkan penglihatan yang baik. 2) Indikasi lain adalah indikasi medis, seperti glaukoma fakolitik. Atau penderita yang memerlukan monitoring kelainan fundus, seperti diabetik retinopati, dan membutuhkan tindakan laser fotokoagulasi. Tindakan bedah dilaksanakan oleh Dokter Spesialis Mata Teknik operasi yang



saat ini sering dilakukan adalah



Ekstrasi



Katarak Ekstrakapsular (ECCE / Extra Capsular Cataract Extraction) dan fakoemulsifikasi disertai dengan pemasangan lensa tanam (IOL/intra ocular lens). Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh dokter umum pada Follow Up Pasien paska operasi adalah kemungkinan komplikasi seperti : 1. Glaukoma 2. Uveitis 3. Dislokasi lensa intraokular 4. Udema makula 5. Ablasio retina, dan 6. Endoftalmia Apabila dijumpai komplikasi tersebut harus segera dirujuk.



5



2. Glaukoma a. Definisi Glaukoma adalah suatu gejala dari kumpulan penyakit yang menyebabkan suatu resultan yakni meningkatnya tekanan intra okuler yang cukup untuk menyebabkan degenerasi optik disk atau kelainan dalam lapang pandang. Harus dibedakan dengan hipertensi okuler yaitu suatu keadaan dimana tekanan intraokuler meninggi tanpa kerusakan pada optik disk (papil saraf optic) dan kelainan lapang pandang. Glaukoma dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor biologis, medis, psikologis, antropologis, geografis dan Iain-Iain. b. Klasifikasi 1) Glaukoma Primer a) Glaukoma primer sudut terbuka (simple glaucoma, wide angle glaucoma, chronic simple glaucoma) adalah glaukoma yang paling sering ditemukan. b) Glaukoma primer sudut tertutup (narrow angle glaucoma, closed angle glaucoma, acute congestive glaucoma). Bisa terdapat dalam bentuk akut, sub-akut atau kronik. 2) Glaukoma Kongenital a) Glaukoma kongenital primer atau infantil (buftalmos). b) Glaukoma



yang



menyertai



kelainan-kelainan



kongenital,



termasuk tipe sebelumnya sebagai glaukoma juvenil. 3) Glaukoma Sekunder a) Disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam lensa. b) Disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam traktus uvea. c) Disebabkan oleh trauma. d) Komplikasi dari suatu operasi mata. e) Berhubungan dengan rubeosis (Diabetes mellitus dan central retinal vein/artery occlusion). f)



Berhubungan dengan pulsating eksoftalmus.



g) Berhubungan dengan kortikosteroid topikal h) Sebab-sebab lain yang jarang. 4) Glaukoma Absolut Hasil akhir dari suatu glaukoma yang tak terkontrol lagi berupa mengerasnya bola mata, berkurangnya penglihatan sampai nol dan nyeri (dolorosa) atau tidak nyeri (non-dolorosa). Rata-rata glaukoma absolut terjadi 1-2 tahun setelah serangan pertama,



6



apabila : a) Tak mau diberi pengobatan b) Tak mau dioperasi c) Salah diagnosis d) Salah penanganan e) Salah pengobatan dan f)



Tekanan dibiarkan tinggi



c. Penatalaksanaan Karena



keterbatasan



tenaga



dan



peralatan



maka



penanggulangan glaukoma yang mungkin dilakukan di Puskesmas adalah glaukoma akut kongestif. Pada glaukoma akut kongestif (terjadinya serangan) hams diberi perawatan yang secepat-cepatnya karena terlambatnya perawatan dapat mempercepat memburuknya tajam penglihatan dan lapang pandang. Disarankan pemberian : 1) Timolol 0,5% 2 kali sehari. 2) Pilokarpin 2 - 4%, tiap-tiap 2 jam. 3) Diamox™ (acetazolamide) 3 x 250 mg 4) Analgetik Rujuk segera ke dokter spesialis mata untuk pertimbangan tindakan operatif. Glaukoma



akut



kongestif



ini



sering



diduga



sebagai



konjungtivitas karena mata terlihat merah. Pada glaukoma akut akan terlihat



adanya



injeksi



konjungtiva,



injeksi



silier,



pupilnya



melebar/middilatasi, refiek kurang dan pada pemeriksaan pengukuran tekanan bola mata dengan tonometri akan didapatkan nilai yang tinggi (normal 10-20 mmHg). Pada glaukoma absolut tindakan terakhir kalau penderita merasa sakit terus menerus ialah merujuk untuk enukleasi bulbi. Perhatian : Gejala Glaukoma : Mata merah, pupil lebar, refiek kurang, kornea 3. Kelainan agakRefraksi keruh, tanpa kotoran mata dengan keluhan nyeri kepala dan visus menurun dan biasanya satu mata. mata terbanyak yang terjadi Kelainan refraksi merupakan kelainan AWAS I kelainan ini jangan didiagnosis sebagai konjungtivitis yang di masyarakat. Untuk dapat melihat sesuatu benda dengan jelas, bayangan juga mata merah (biasanya dua mata) tetapi terdapat kotoran mata, bendatidak tersebut oleh retina dengan lain nyeri harus kepala,dapat visusditangkap tidak menurun, pupil mata, tidak lebar dankata tidak kebutaan. sinar berakibat sejajar yang masuk ke mata harus dibiaskan tepat pada retina. Glaukoma akut kongestif sangat berbahaya dan berakibat kebutaan Pada emetropia (keadaan refraksi mata normal), semua sinar sejajar total yang tidak dapat diobati. yang masuk ke dalam bola mata tanpa akomodasi (dalam keadaan



7



istirahat) akan dibias tepat pada retina. Ada 4 macam kelainan refraksi : a. Hipermetropia 1) Definisi Adalah keadaan kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang masuk ke mata tanpa akomodasi (dalam keadaan istirahat) dibias dibelakang retina, sehingga tajam penglihatan tidak terfokus dengan baik. Keluhan penderita biasanya melihat jauh terang sedangkan untuk melihat dekat atau membaca kabur. Keadaan ini disebut rabun dekat. 2) Gejala klinis Karena mata terus menerus berakomodasi baik untuk melihat jauh maupun dekat, maka akan timbul gejala-gejala : a) Sakit kepala b) Mata cepat lelah c) Berair d) Mengantuk kalau membaca 3) Macam – macam Hipermetropia a) Hipermetropia aksial: disebabkan sumbu bola lebih pendek dari normal b) Hipermetropia refraktif: dimana daya bias mata berkurang seperti kornea atau lensa yang keruh, juga dijumpai pada penderita



paska



operasi



katarak



(afakia)



yang



tidak



menggunakan lensa tanam intra okuler Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan kaca mata/lensa sferis plus (+)



8



b. Miopia 1) Definisi Miopia adalah kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang masuk ke dalam bola mata tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan retina, sehingga tajam penglihatan menurun. Macam-macam miopia : a) Miopia aksial : dimana sumbu bola mata lebih panjang dari normal b) Miopia refraktif : yang disebabkan kelainan pada komponen refraksi mata, seperti kornea atau lensa yang terlalu cembung 2) Gejala Klinis Keluhan penderita biasanya a) Melihat jauh kabur, sedangkan melihatan dekat tetap terang (rabun jauh) b) Mata lekas lelah c) Mata berair d) Pusing e) Cepat mengantuk Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan kaca mata/lensa sferis minus (-).



c. Astigmatisma 1) Definisi Adalah suatu keadaan dimana meridien komponen rafraksi kurvaturanya tidak sama sehingga sinar yang masuk bola mata tidak dapat difokuskan pada satu titik di retina. Pada keadaan normal komponen refraksi seperti kornea atau lensa mata seharusnya sferis, dimana semua meridien mempunyai kurvatura yang sama sehingga sinar-sinar yang masuk ke bola mata dapat difokuskan pada retina pada satu titik. 2) Gejala Klinis Keluhan penderita biasanya a) Sakit kepala, Pusing b) Melihat benda seperi ada bayangan Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan kaca mata/lensa Silinder.



9



d. Presbiopia Adalah suatu perubahan fisiologis yang terjadi pada usia 40 tahun atau lebih dimana daya akomodasi berkurang sehingga kemampuan untuk melihat dekat /membaca berkurang. Keadaan ini dapat dikoreksi dengan pemberian kacamata untuk jauh (bila perlu) dengan tambahan lensa sferis (+) untuk membaca. Sebagai panduan kebutuhan seseorang akan kacamata baca dapat dihitung berdasrkan umur, misalnya : 1) Umur 40 tahun, addisi S + 1.00 2) Umur 45 tahun, addisi S + 1.50 3) Umur 50 tahun, addisi S + 2.00 4) Umur 55 tahun, addisi S + 2.50 5) Umur 60 tahun, addisi S + 3.00 Selain berdasarkan umur, jarak yang dibutuhkan juga harus diperhitungkan karena jarak membaca, komputer, main piano dan sebaginya tidak sama.



4. Xeroftalmia a. Definisi adalah kelainan mata akibat kekurangan vitamin A, terutama anak-anak, ditemukan pada penderita gizi buruk dan gizi kurang. b. Gejala klinik 1) Gejala



reversible



seperti buta



senja



(hemeralopia),



xerosis



konjungtiva, xerosis kornea dan bercak bitot 2) Gejala irreversible seperti ulserasi kornea dan sikatriks (scar) c. Klasifikasi Klasifikasi xeroftalmia berdasarkan WHO 1976 Stadium xeroftalmia dinyatakan dengan kode X : 1) XN



: Buta senja (himeralopia)



2) X1 A



: Xerosis konjungtiva



3) X1 B



: Xerosis konjungtiva + bercak bitot



4) X2



: Xerosis kornea



5) X3 A



: Keratomalasi atau ulcerasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea



6) X3 B



: Keratomalasi atau ulcus kornea lebih dari 1/3 permukaan kornea



7) X F



: Dengan kelainan fundus



8) X S



: Xeroftalmia sikatrik



10



d. Penatalaksanaan 1) Pengobatan a) Segera berikan kapsul vit A sesuai umur pada hari pertama dan kedua dan kelima belas (1) Untuk usia 1-5 th 200.000 IU Vit.A secara oral (2) 6-11 bin diberikan 100.000 IU Vit.A secara oral (3) Kurang dari 6 bin diberikqn 50000 IU VIT.A b) Hari ke 2 diberikan 200.000 IU Vit.A, secara oral c) Hari ke 15 diberikan 200.000 IU Vit.A secara oral d) Berikan obat tetes /salep mata anti biotik 2) Pencegahan a) Mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi vit A. terutama sayuran hijau dan buah – buahan b) Pada anak 6-11 bulan diberikan kapsul warna biru(100.000 0IU Vit.A secara oral 2 kali setahun c) Pada anak 1-5 tahun diberikan kapsul warna merah(200.000 IU Vit.A secara oral 2 kali setahun d) Untuk anak-anak berumur kurang dari 6 bulan dengan gizi buruk diberikan 1/2 dosis kapsul biru(50.000 iu) e) Ibu-ibu yang baru melahirkan atau dalam masa nifas diberikan 200.000 IU Vit.A secara oral dua hari berturut-turut Asi ekslusif f)



Mengobati penyakit infeksi pada mata Mengobati kelainan matanya.



5. Kelainan Retina Yang perlu diketahui dari kelainan retina adalah kelainan retina yang disebabkan oleh hipertensi dan diabetes melitus. Karena itu sebaiknya pada penderita hipertensi dan diabetes melitus dianjurkan untuk memeriksakan kedua matanya secara rutin (deteksi dini) apalagi bila sudah terjadi gangguan tajam penglihatan. a. Retinopati Hipertensi Retinopati hipertensi adalah kelainan pembuluh darah retina dan retina sendiri akibat tekanan darah tinggi. Kelainan yang timbul pada retina/pembuluh darah retina dapat terlihat pada pemeriksaan dengan oftalmoskop. Tampak adanya penciutan lumen pembuluh darah, fenomena crossing (antara arteri dan vena), infark retina (cotton woll spot), perdarahan, eksudat dan Iain-Iain yang tampak lebih berat sesuai dengan stadium penyakitnya.



11



Gejalanya Bisa terjadi tanpa adanya gangguan penglihatan sampai adanya gangguan penglihatan yang dapat berakhir menjadi suatu kebutaan. Penatalaksanaan ditujukan pada Hipertensinya, sedangkan kelainan retina agar dirujuk. b. Retinopati Diabetes Retinopati Diabetes adalah kelainan retina/pembuluh darah retina akibat diabetes melitus. Kelainan yang timbul dapat berupa perdarahan kecil dan bulat disekitar pupil dan daerah makula, exudat, perdarahan luas dan besar pada stadium lanjut dan adanya pembentukan pembuluh darah baru (neovaskularisasi) serta kekeruhan pada vitreus dan ablasi retina. Gejala Pada stadium awal tidak ada keluhan. Bila sudah ada perdarahan baru muncul keluhan gangguan penglihatan Pengobatan terhadap penyakit diabetes Mellitus dan Bila ditemukan kelaian retina Pasien segera dirujuk ke Rumah Sakit.



6. Konjungtivitis a. Konjungtivitis Bakterial 1) Definisi Konjungtivitis bakterial sering dijumpai pada anak-anak, biasanya dapat sembuh sendiri. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Streptococcus



pneumoniae,



dan



Haemophylus



influenza.



Penyebaran infeksi ini biasanya disebabkan oleh kontak langsung dengan sekret air mata yang terinfeksi. 2) Gejala dan Tanda Klinis a) Mata terlihat merah yang akut b) Rasa mengganjal dan panas c) Sekret yang banyak. Pada saat bangun tidur, kelopak sering terasa lengket satu sama lain dan sulit untuk membuka mata. d) Kelopak mungkin saja bengkak dan terlihat berkrursta. Dalam keadaan awal, sekret dapat saja berbentuk serosa (watery), yang menyerupai konjungtivitis virus, namun dalam beberapa hari, sekret menjadi mukopurulen. e) Injeksi konjungtiva dapat terlihat dengan jelas.



12



3) Penatalaksanaan Pemberian antibiotika dapat diberikan dalam bentuk tetes mata dan salep mata. Antibiotika tetes mata yang dapat diberikan adalah : a) Asam fusidat yang diberikan 4 kali sehari dapat dikurangi menjadi 2 kali sehari. b) Pilihan lain adalah kloramfenikol tetes mata yang dapat diberikan 4-6 kali sehari. c) Salep antibiotika seperti kloramfenikol atau tetrasiklin dapat diberikan untuk mendapatkan konsentrasi yang tinggi. Diberikan sebelum tidur agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, karena pemberian salep mata dapat mengganggu penglihatan. b. Konjungtivitis Viral 1) Definisi Pada umumnya konjongtivitis ini disebabkan oleh adenovirus. Penyakit ini sangat tinggi tingkat penyebarannya, melalui respirasi atau sekresi air mata, baik secara langsung maupun melalui bahan pengantar seperti handuk, sapu tangan yang digunakan bersama. Pencegahan penularan penyakit ini, terutama dalam keluarga haruslah diperhatikan dengan tidak menggunakan handuk atau sapu tangan secara bersamaan atau membiasakan mencuci tangan. 2) Gejala dan Tanda Klinis a) Timbul secara akut, b) Mata merah dan berair, c) Biasanya mengenai dua mata. d) Edema kelopak dapat terjadi. e) Pada konjungtiva akan terlihat folikel dan sekret serosa. f)



Pada



kasus



yang



berat



dapat



terjadi



perdarahan



subkonjungtiva, kemosis dan pseudomembran. g) Apabila terjadi keratitis, maka akan terlihat lesi putih di kornea dengan bentuk pungtata di epitel atau subepitel dan dalam keadaan berat dapat terjadi di stroma kornea. 3) Penatalaksanaan a) Pada umumnya penyakit ini dapat sembuh sendiri. b) Pemberian steroid topikal (dapat dikombinasi dengan antibiotika) hanya diberikan bila mata dirasakan sangat tidak nyaman untuk mengurangi peradangan atau terjadi gangguan penglihatan pada keratitis stromal.



13



c. Keratokonjungtivitis Vernal 1) Definisi Penyakit ini biasanya rekuren, bilateral dan terjadi pada masa anak-anak di daerah kering dan hangat. Onset terjadi pada usia 5 tahun keatas dan berkurang setelah masa pubertas. Pada umumnya didapatkan riwayat atopi pada pasien atau keluarga. 2) Gejala dan Tanda Klinis a) Gejala utama yang paling sering dikeluhkan adalah rasa gatal yang diikuti dengan lakrimasi, fotofobia, mengganjal dan rasa terbakar. b) Pada pemeriksaan dapat terlihat papil di konjungtiva tarsal superior. c) Dalam keadaan yang berat dapat dijumpai giant papillae atau cobblestone. d) Di daerah limbus, gambaran klinis yang terlihat adalah nodul berwarna putih (trantas dot) dan bila kornea terlibat dapat terjadi shield ulceration. 3) Penatalaksanaan a) Dalam keadaan akut atau eksaserbasi akut, kortikosteroid topikal dapat diberikan. b) Fluorometolone dapat digunakan, karena mempunyai efek meningkatkan tekanan intraokular yang lebih lemah daripada deksametason. c) Kortikosteroid topikal dapat dihentikan bila keluhan akut telah hilang. Mast cell stabilizers seperti natrium kromoglikat atau lodoxamid dapat diberikan untuk mencegah eksaserbasi akut. d) Bila telah dijumpai keterlibatan kornea, sebaiknya dirujuk ke dokter spesialis mata. Perhatian : Jangan pernah memberikan kortikosteroid topikal untuk jangka panjang. Pemberian kortikosteroid topikal hanya untuk menekan peradangan dalam keadaan eksaserbasi akut dan dalam jangka waktu pendek (3-5 hari). Bila masih sering terjadi eksaserbasi akut, segera rujuk ke dokter spesialis mata.



14



7. Keratitis/Ulcus Kornea a. Defnisi Ulkus kornea adalah suatu keadaan infeksi pada kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus dan imunologis. Umumnya didahului oleh keadaan trauma pada kornea, penggunaan lensa kontak, pemakaian kortikosteroid topikal yang tidak terkontrol dan pemakaian obat tetes mata tradisional. Ulkus kornea masih merupakan masalah penyakit mata yang menyebabkan kebutaan di kebanyakan negara berkembang. b. Gejala dan tanda klinis 1) Biasanya pasien akan datang dengan keluhan penurunan tajam penglihatan dan mata merah. 2) Rasa nyeri dan mengganjal 3) Didapatkan adanya lesi putih di kornea c. Penatalaksanaan 1) Berikan tetes mata kloramfenikol (0,5-1%) enam kali sehari, sekurangkurangnya untuk 3 hari. 2) Jangan



diberikan



antibiotika



atau



obat-obatan



lainnya



yang



mengandung kortikosteroid. 3) Jangan menggunakan obat-obat tradisional. 4) Segera rujuk ke dokter spesialis mata apabila didapatkan rasa nyeri dan merah yang menetap setelah 3 hari pengobatan atau tampak lesi putih di kornea. Tetap berikan kloramfenikol tetes mata saat merujuk ke dokter spesialis mata atau klinik mata yang terdekat



8. Endoftalmitis a. Defnisi Endoftalmitis adalah suatu keadaan infeksi okular yang pada umumnya melibatkan vitreus dan bilik mata depan. Penyakit ini biasanya dihubungkan dengan suatu proses infeksi (infectious endophthalmitis), jarang disebabkan oleh keadaan bukan infeksi (noninfectious endophthalmitis)



seperti



sisa



massa



lensa



atau



substansi toksik yang timbul setelah trauma atau operasi intraokular yang



mengakibatkan



respon



inflamasi



(sterile



endophthalmitis).



Penyakit ini umumnya didahului oleh keadaan trauma pada kornea, infeksi kornea yang memburuk, riwayat operasi intraokular (seperti ekstraksi katarak, operasi filtrasi, vitrektomi). Endoftalmitis dapat juga terjadi secara endogen, di mana mikroorganisme menyebar melalui



15



darah (hematogen) dari sumber infeksi lain, biasanya pada pasien dalam keadaan imunokompromis. Endoftalmitis masih merupakan masalah penyakit mata yang menyebabkan kebutaan di kebanyakan negara berkembang. b. Gejala dan tanda Klinis 1) Penurunan tajam penglihatan, 2) Mata merah 3) Rasa nyeri dan mengganjal c. Penatalaksanaan 1) Jangan diberikan antibiotika atau obat-obatan lainnya yang mengandung kortikosteroid. 2) Segera rujuk ke spesialis mata 3) Apabila



dimungkinkan



dapat



diberikan



antibiotika



golongan



fluorokuinolon per oral seperti siprofloksasin 2 kali 750 mg.



9. Penyakit Kelopak a. Hordeolum Internum 1) Definisi Hordeolum internum adalah abses akut yang disebabkan oleh infeksi stafilokokus pada kelenjar meibomian, penonjolan mengarah ke konjungtiva. 2) Gejala dan Tanda Klinis a) Benjolan pada kelopak mata yang dirasakan sakit. b) Benjolan dapat membesar ke posterior (konjungtiva tarsal) atau anterior (kulit). 3) Penatalaksanaan a) Bila dalam keadaan akut, dapat diberikan salep antibiotik kloramfenikol 0,5% s/d 1%. b) Rujuk ke dokter spesialis mata apabila diperlukan tindakan insisi atau kuretase pada keadaan nodul residual tetap ada setelah infeksi akut. b. Hordeolum Eksternum 1) Definisi Hordeolum



eksternum



juga



disebabkan



oleh



infeksi



stafilokokus yang memberikan gambaran abses akut yang terlihat pada folikel bulu mata dan kelenjar Zeis atau Moll, penonjolan mengarah ke kulit palpebra, sering ditemukan pada anak-anak.



16



2) Gejala dan Tanda Klinis a) Benjolan yang dirasakan sakit pada kelopak di daerah margo palpebra b) Lesi multipel mungkin saja terjadi. 3) Penatalaksanaan a) Kompres hangat, b) Pemberian salep antibiotika kloramfenikol 0,5-1%. c) Rujuk ke dokter spesialis mata apabila diperlukan tindakan insisi dan kuretase pada keadaan nodul residual tetap ada setelah infeksi akut.



c. Kalazion 1) Definisi Kalazion atau kista meibomian adalah lesi kronik, steril, inflamasi lipogranolomatosa yang disebabkan tertutupnya orifisium kelenjar meibomian dan stagnasi sekresi sebasea. 2) Gejala dan Tanda Klinis a) Dapat timbul pada semua umur dengan pembesaran secara perlahan b) Nodul tidak dirasakan sakit. c) Kalazion yang terdapat pada kelopak atas dapat menekan kornea dan menginduksi terjadinya astigmatisme dan penurunan tajam penglihatan. 3) Penatalaksanaan a) Sebaiknya rujuk pasien ke dokter spesialis mata. b) Insisi dan kuretase adalah pilihan pertama pada kasus ini



10. Uveitis Uveitis adalah infeksi pada selubung vaskular bola mata yang merupakan lapisan dibawah sklera. Traktus uvea terdiri dari iris, badan siliar dan koroid. Iris dan badan siliar disebut uvea anterior dan koroid disebut uvea posterior. a. Uveitis Anterior 1) Gejala dan Tanda Klinis a) Nyeri pada mata, sakit kepala, mata merah, fotofobia, lakrimasi b) Visus menurun. c) Pada pemeriksaan didapat pupil miosis, irregular, reaksi cahaya lambat, adanya injeksi siliar, bilik mata depan dapat terlihat



17



keruh dengan adanya keratik presipitat, hipopion atau hifema. 2) Penatalaksanaan a) Tetes mata kprtikosteroid dan tetes mata sikloplegik (tropikamid atau sulfa-atropin). b) Kontrol dalam 3 hari, bila gejala menetap atau memburuk, rujuk ke dokter spesialis mata b. Uveitis Posterior 1) Definisi Merupakan peradangan pada uvea posterior, termasuk vitreus, papil optik, retina, koroid dan pembuluh darah retina. Biasanya berhubungan dengan infeksi seperti toksoplasmosis, TBC, sifilis, sitomegalovirus. Penyakit-penyakit autoimun yang dapat memberikan gambaran uveitis posterior yang cukup sering dijumpai adalah VogtKoyanagi-Harada disease, Behcet disease 2) Gejala dan Tanda Klinis a) Visus berkurang tanpa disertai mata merah b) Melihat bayangan atau benda terbang (floaters) c) Metamorfopsia d) Pada pemeriksaan dapat terlihat adanya refleks fundus yang berkurang atau menghilang akibat dari kekeruhan vitreus e) dengan oftalmoskopi direk dapat terlihat adanya retinitis, koroiditis, vaskulitis dengan gambaran sheating vessels. 3) Penatalaksanaan a) Sebaiknya dilakukan pemeriksaan lengkap untuk mengetahui infeksi fokal/sistemik (foto Rontgen dada, tes Mantoux, darah perifer lengkap, laju endap darah) b) Kortikosteroid oral (prednison) dengan dosis 1 mg/kgBB dapat diberikan bila uveitis posterior ini disebabkan oleh infeksi yang mengancam



penglihatan



(dengan



syarat



telah



diberikan



antibiotika yang sesuai) atau bila disebabkan oleh penyakitpenyakit autoimun. c) Sebaiknya segera dirujuk ke dokter spesialis mata c. Panuveitis Seperti halnya uveitis posterior, panuveitis dapat disebabkan oleh infeksi atau penyakit-penyakit autoimun. 1) Gejala dan Tanda Klinis Gabungan uveitis anterior dan uveitis posterior



18



2) Penatalaksanaan a) Sebaiknya dilakukan pemeriksaan lengkap untuk mengetahui infeksi fokal/sistemik b) Kortikosteroid oral (prednison) dengan dosis 1 mg/kgBB dapat diberikan bila panuveitis ini disebabkan oleh infeksi yang mengancam



penglihatan



(dengan



syarat



telah



diberikan



antibiotika yang sesuai) atau bila disebabkan oleh penyakitpenyakit autoimun. c) Sebaiknya segera rujuk ke dokter spesialis mata



11. Trauma Mata Tauma mata dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung pada mata. Trauma langsung dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Trauma Mekanik: 1) Tajam 2) Tumpul 3) Ledakan/Tembakan b. Trauma non mekanik : 1) Kimia 2) Termal 3) Radiasi Tujuan utama tindakan/pengobatan pada trauma mata adalah menyelamatkan penglihatan setidaknya memberikan pertolongan pertama yang tidak merugikan keadaan mata pada pertolongan selanjutnya



a. Trauma Mekanik Tajam Trauma tembus pada mata ini bisa mengenai : 1) Struktur diluar bola mata a) Tulang orbita b) Jaringan lemak, kelenjar pembuluh c) darah, otot, saraf d) Kelopak mata 2) Struktur dalam bola mata a) Konjungtiva b) Kornea / terjadi robekan (ruptur) c) Sklera d) Jaringan intra okuler lainnya.



19



Gejala yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut : 1) Ruptur konjungtiva, kornea, sklera (salah satu atau kombunasi) 2) Tajam penglihatan menurun 3) Tekanan bola mata rendah 4) Bilik mata depan dangkal 5) Letak pupil bergeser atau bentuk berubah 6) Tampak jaringan bola mata prolaps 7) Dapat disertai pecahnya lensa



Bahaya yang mungkin terjadi adalah : 1) Infeksi 2) Kerusakan struktur anatomi dan fisiologis (destroyed eye) 3) Oftalmia simpatika



Penatalaksanaan 1) Pasien segera dirujuk 2) Sebelum dirujuk, sebaiknya sudah dilakukan : a) Irigasi dengan NaCI, aquades b) ATS/tetanus toxoid c) Pemberian antibiotika topical dan sistemik, jangan diberi yang mengandung steroid dan jangan obat yang berbetuk salep mata (tetes mata saja) d) Tidak dibenarkan memberi pembalut mata dengan tekanan walaupun tampak perdarahan yang masif sebaiknya mata ditutup dengan dop. 3) Bila penglihatan masih ada (proyeksi sinar baik), harus diusahakan mempertahankan bola mata. Bila bola mata tersebut tidak mungkin ditolong lagi, dilakukan pengangkatan bola mata (enukleasi) untuk menghindarkan ophthalmia simpatika yang dilakukan oleh dokter spesialis mata. b. Trauma Mekanik Tumpul Trauma ini bisa mengenai: 1) Struktur diluar bola mata 2) Tulang orbita (blow out fracture, orbital roof fracture) 3) Kelopak mata (hematoma palpebra) 4) Struktur bola mata (konstusio bulbi)



20



Trauma tumpul pada bola mata, bisa menyebabkan : 1) Perdarahan subkonjungtiva 2) Ruptur konjungtiva dan kornea 3) Hifema, Iridodialisis 4) Gangguan lensa 5) Perdarahan badan kaca 6) Glaukoma 7) Irido siklitis 8) Udema makula 9) Putusnya N. Optikius



c. Trauma Mekanik Ledakan/Tembakan Trauma ini bisa mengenai: 1) Struktur diluar bola mata seperti : tulang orbita, otot luar bola mata, kelopak mata 2) Struktur bola mata seperti : benda asing intra okuler dan destroyed eye Dasar Diagnosis 1) Anamnesis Proses terjadinya trauma, benda/bahan penyeoab trauma, kecepatan terjadinya serta arah datangnya trauma 2) Pemeriksaan mata secara sistematik a) Tajam penglihatan b) Tekanan intra okuler c) Segmen anterior (konjungtiva, kornea, sklera, bilik depan, iris, lensa) d) Segmen posterior e) Gerakanbola mata f)



Kelopak mata



3) Pemeriksaan penunjang a) Photo orbita AP/LAT/OBLIQUE b) USG/Scanning Penatalaksanaan : 1) Pembersihan



luka



:



dapat



dipakai



irigasi



betadin



dengan



pengenceran 1:20 2) Pemberian antitetanus serum (ATS) dan tetanus toxoid (TT) 3) antibiotika sistemik maupun lokal (obat tetes mata)



21



4) Mata ditutup sesuai keadaan a) Pada



Pada



perdarahan



konjungtiva/sub-konjungtiva



tidak



memerlukan pengobatan khusus. Biasanya perdarahan akan menghilang dalam waktu 1-3 minggu. b) Pada robekan konjungtiva kurang dari 1 cm tidak perlu dijahit. Robekan lebih dari 1 cm dijahit dengan catgut atau vicryl. c) Pada kerusakan kornea superfisial. Dilakukan irigasi sampai kotorannya keluar dan beri tetes mata antibiotika



d. Trauma Kimia Trauma kimia baik asam maupun basa pada mata sangat potensial untuk menyebabkan kebutaan. Pada umumnya kejadian ini terjadi di tempat kerja, walaupun bisa juga terjadi di rumah. Keparahan trauma kimia sangat tergantung dengan luasnya permukaan mata yang terkena, lamanya eksposur dan suhu bahan kimia. Trauma kimia basa cenderung untuk menyebabkan keparahan yang lebih hebat daripada trauma kimia asam dengan berpenetrasi ke tempat yang lebih dalam dengan proses saponifikasi. 1) Gejala dan Tanda Klinis a) Berdasarkan iskemia limbus dan kejernihan kornea, trauma kimia dapat dibagi atas gradasi : b) Kornea jernih dan iskemia limbus minimal atau tidak ada; c) Kornea tampak keruh, tetapi iris masih dapat terlihat dan iskemia limbus terjadi kurang dari 2 kuadran; d) Epitel kornea lepas, stroma tampak keruh, detail iris sulit terlihat dan iskemia limbus terjadi lebih dari 3 kuadran. e) Kornea keruh total, iskemia limbus terjadi lebih dari seluruh kuadran. 2) Penatalaksanaan a) Trauma kimia merupakan keadaan emergensi, oleh karena itu harus segera dilakukan tindakan tanpa melakukan anamnesis maupun pemeriksaan yang membutuhkan waktu yang lama. b) Segera lakukan irigasi dengan larutan normal saline untuk meminimalkan lamanya kontak bahan kimia dan segera menetralkan



pH.



Lakukan



eversi



kelopak



mata



untuk



melepaskan material yang mungkin terperangkap di daerah fomiks.



22



c) Setelah tindakan emergensi dilakukan, segera rujuk ke dokter spesialis mata terdekat. 3) Prognosis Berat ringan trauma tersebut tergantung dari penyebabnya. Trauma basa umumnya mempunyai prognosa yang lebih buruk daripada trauma asam.



e. Trauma Kimia Bisa disebabkan karena sinar infra merah dan ultraviolet. Kerusakan karena sinar infra merah dapat menyebabkan katarak dan oedema macula. Biasanya terjadi pada pekerja di industri logam, gelas dan pada saat gerhana matahari, bekerja dengan las. Trauma yang disebabkan sinar ultra violet merusak lensa, kornea dan konjungtiva. Bisa terjadi katarak dan keratitis interpalbal. Biasanya dialami oleh para nelayan, dan pendaki gunung .



f.



Trauma Kimia Sesuatu yang sangat panas atau sangat dingin dapat merusak mata. Mata menjadi meradang, terbakar dan terkelupas. Pada trauma panas yang merusak kornea dan konjungtiva, diberikan tetes anestesi lokal. Kompres dingin dan antibiotika lokal. Luka bakar kelopak mata dapat diobati seperti luka bakar biasa. Trauma hipotermik terdapat pada pemakaian cryo.



B. Metode Untuk mencapai keberhasilan kegiatan program kesehatan indera perlu dikembangkan strategi pelaksanaan kegiatan meliputi : Sosialisasi dan advokasi pada pemangku kepentingan terkait, segmen teknis menyesuaikan dapat dilakukan dengan pendekatan langsung, rapat kerja, lokakarya, pertemuan lintas sektor, seminar.



C. Langkah Kegiatan a. Perencanaan Kegiatan Puskesmas yang akan mengembangkan Upaya Kesehatan Indera Penglihatan mempersiapkan : a. Sumber daya Tenaga yang terlibat adalah dokter dan perawat/Bidan serta Kader, Guru UKS dan tokoh Masyarakat.



23



b. Sarana dan Prasarana Untuk pelaksanaan kegiatan diperlukan sarana penunjang seperti peralatan medis dan non medis, obat-obatan, sarana penyuluhan dan lain lainnya. c. Dana untuk Mendukung Kegiatan Apabila sumber daya untuk kegiatan ini belum tersedia atau belum memadai, program kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas bisa diawali dengan kegiatan sederhana yaitu upaya promotif dan preventif, seperti penyuluhan dan pemeriksaan



Penglihatan yang



dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pokok puskesmas.



d. Survei Mawas Diri (SMD) SMD ini merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengenali keadaan dan masalah yang dihadapi serta potensi yang ada untuk mengatasi masalah tersebut. Hasil dari SMD berupa data tentang : 1) Kesakitan mata dana kebutaan di masyarakat. 2) Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai kesehatan Indera Penglihatan 3) Potensi-potensi yang ada dalam masyarakat yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Setelah data ini terkumpul, akan dilakukan analisis bersama dengan Puskesmas, untuk menetapkan masalah kesehatan Mata. bahan ini dapat digunakan untuk menyusun rencana kegiatan.



e. Penyusunan usulan kegiatan Penyusunan usulan kegiatan dilakukan secara terpadu dengan upaya kesehatan lainnya. Rencana yang telah disusun dibuat dalam bentuk matriks yang berisikan rincian : kegiatan, volume, tujuan, sasaran, waktu, lokasi, pelaksana serta perkiraan biaya untuk setiap kegiatan. Tabel 1. Contoh Matriks Rencana Kegiatan No



Keg



Vol



Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksanaan Waktu Biaya



24



b. Pelaksanaan Kegiatan Sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka kegiatan tersebut harus dilaksanakan. Bila sumber daya terbatas maka kegiatan dilaksanakan secara terpadu dengan upaya kesehatan lainnya. Rencana kegiatan yang telah disusun diinformasikan pada seluruh staf melalui pertemuan Lokakarya Mini Puskesmas. Sesuai



dengan



pembagian



wilayah



binaan,



maka



setiap



penanggung-jawab wilayah binaan akan mendapat target sasaran, yang harus dicapai serta kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya.Tenaga kesehatan yang sudah dilatih atau yang ditunjuk oleh Kepala Puskesmas akan mengkoordinir kegiatan-kegiatan tersebut. a. Sosialisasi Sosialisasi ini diberikan kepada staf Puskesmas, lintas sektor, kader-kader kesehatan, guru-guru UKS dan pekerja yang ada di wilayah



kerja



Puskesmas.



Tujuan



sosialisasi



agar



mereka



mendapatkan informasi secara jelas mengenai program



kesehatan



Indera Penglihatan di Puskesmas dan masalah-masalah gangguan Penglihatan dan ketulian. b. Pelatihan Pelatihan diberikan kepada : Kader,



guru UKS dan tokoh



masyarakat. c. Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan 1) Pelayanan di dalam gedung Puskesmas Pelayanan kesehatan Indera Penglihatan di dalam gedung dapat dilakukan dengan mengintegrasikan dalam upaya kesehatan wajib Puskesmas. Kegiatannya dapat berupa : a)



Penyuluhan kesehatan Indera Penglihatan Penyuluhan kesehatan Indera Penglihatan di dalam gedung Puskesmas dapat dilaksanakan secara langsung kepada pengunjung Puskesmas



dengan sasaran kelompok



maupun individu. Selain itu dapat juga secara tidak langsung, dilakukan dengan menggunakan poster, leaflet, radio spot atau lainnya yang tersedia di Puskesmas.



25



b) Penjaringan



kasus-kasus



penyakit



mata



dan



gangguan



Penglihatan melalui rawat jalan pengobatan dan pada unit-unit pelayanan lainnya. c) Pemeriksaan



dan



tindakan



medik



masalah



gangguan



Penglihatan yang meliputi : (1) Melakukan anamnesis. Menjelaskan



proses pemeriksaan



yang akan dijalani oleh pasien. (2) Mengukur dan menentukan tajam penglihatan (visus). (3) Melakukan pemeriksaan segmen depan mata dengan loupe dan lampu senter. (4) Melakukan pemeriksaan lapang pandangan dengan metode konfrontasi atau kampus sederhana. (5) Mengukur tekanan bola mata dengan tonometer schiotz. (6) Memeriksa kejernihan media refraksi dan segmen belakang mata dengan oftalmoskop direk. (7) Memeriksa



dan



menentukan



ada



tidaknya



kelainan



penglihatan warna dengan tes Ishihara-Kanehara (8) Melakukan tindakan bedah kecil (kalazion dan hordeolum), serta perawatan paska bedah katarak dan glaucoma. (9) Memeriksa dan menangani penyakit mata luar serta Melakukan pertolongan pertama pada kedaruratan mata. d) Rujukan kasus-kasus penyakit mata kepada fasilitas kesehatan yang lebih tinggi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). 2) Pelayanan di Luar Gedung Puskesmas Kegiatan di luar gedung terutama mengacu pada upaya promotif dan preventif serta penjaringan kasus dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam rangka menciptakan kemandirian masyarakat. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan tersebut adalah : a) Penyuluhan



kesehatan



kepada



masyarakat,



anak



sekolah, kelompok pekerja non formal dan Iain-Iain. b) Penjaringan kasus-kasus gangguan penglihatan dan kebutaan oleh kader, guru UKS dan petugas kesehatan. c) Pemberian kapsul vitamin A 2x dalam setahun dalam bulan vitamin A pada balita 6-11 bulan (100.000 lU/capsul biru), balita 1-5 tahun (200.000 IU/ capsul merah. Sedang pada ibu nifas ( kurang dari 42 hari diberikan 2 x 200.000 IU).



26



d) Pengobatan kasus-kasus penyakit mata serta pertolongan pertama pada kedaruratan mata dapat dilakukan oleh dokter Puskesmas atau



tenaga



perawat



Puskesmas



dengan



bimbingan dokter Puskesmas. e) Rujukan kasus ke Puskesmas 3) Pembinaan Peran Serta Masyarakat Kegiatan pembinaan peran serta masyarakat dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat serta menjalin kemitraaan dalam penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan. a) Identifikasi dan analisis masalah kesehatan Indera Penglihatan Tabel 2. Contoh Matriks Analisis Masalah Masalah Kesehatan Indera Penglihatan



Prilaku yang diharapkan Mencegah Mengatasi



b) Pemberdayaan Masyarakat Dalam pembinaan peran serta masyarakat maka peran kader sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan program Kesehatan Indera Penglihatan ini. Dalam



rangka



meningkatkan



pengetahuan



dan



keterampilan kader perlu dilakukan pelatihan kader sehingga dapat



melakukan



deteksi



dini



kasus



gangguan



Indera



Penglihatan di masyarakat. c) Promosi Kesehatan Indera Penglihatan Dengan



pemberian



informasi



ini



terus



menerus



diharapkan masyarakat menjadi tahu, mau dan mampu melaksanakan pemeliharaan, pencegahan dan pengobatan masalah kesehatan Indera Penglihatan. d) Bina Suasana Yaitu upaya penggalangan kemitraan antar berbagai kelompok masyarakat (tokoh masyarakat, tokoh agama.dll) untuk menciptakan



suasana/mengembangkan



kerjasama



yang



mendukung penyuluhan masalah kesehatan Indera Penglihatan. Bina suasana dapat dilaksanakan melalui kegiatan pelatihan, mengadakan lokakarya, sarasehan dan penyuluhan



27



atau menyampaikan laporan studi banding ke daerah lain yang telah berhasil. Di tingkat Kecamatan, pimpinan Puskesmas bersamasama dengan koordinator promosi kesehatan menjalin kerjasama dengan lintas sektor terkait di kecamatan sehingga tersusun suatu kesepakatan serta pembagian tugas, pembagian wilayah, jadwal, kegiatan, dan supervisi terpadu yang jelas untuk menghindari kegiatan yang tumpah tindih, tetapi menghasilkan pembinaan yang berkesinambungan. 4) Advokasi Yaitu upaya untuk mendapatkan komitmen dan dukungan politis dari penentu kebijakan. Untuk mendapatkan dukungan, advokasi harus dilaksanakan dengan teknik yang tepat dan informasi yang akurat. 5) Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan kegiatan harus diikuti dengan pemantauan secara berkala untuk melakukan telaahan penyelenggaraaan kegiatan dan hasil yang telah dicapai.Telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang telah dicapai Puskesmas dibandingkan dengan rencana kegiatan dan standar pelayanan. Kesimpulan dirumuskan dalam bentuk kinerja Puskesmas yang terdiri dari cakupan, mutu dan biaya serta masalah dan hambatan yang ditemukan pada waktu penyelenggaraan kegiatan. Telaah bulan ini dilakukan dalam Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas. Sebagai tindak lanjut pemantauan ini dirumuskan upaya pemecahan masalah dan diuraikan dalam bentuk rencana kegiatan bulanan/triwulanan



yang



akan



datang.



Apabila



diperlukan



keterlibatan lintas sektor atau camat atau Kepala desa maka informasi ini perlu juga disampaikan dalam rapat koordinasi lintas sektor (Lokakrya Mini Tribulanan). Pada akhir tahun saat mengadakan evaluasi kegiatan, Puskesmas dapat mengundang Dinas Kesehatan Kabupate/Kota sebagai nara sumber yang akan membantu upaya-upaya pemecahan masalah yang dihadapi.



28



BAB IV DOKUMENTASI



A. Pencatatan Pencatatan adalah kegiatan memasukkan dan mengumpulkan semua data yang diperoleh dari semua pelayanan petugas kesehatan. Pelaporan adalah kegiatan untuk melaporkan hasil pencatatan dari unit yang lebih rendah kepada unit yang lebih tinggi. Hasil pencatatan dan pelaporan dilakukan analisis dan evaluasi yaitu suatu kegiatan untuk menganalisis setiap kegiatan yang menjawab pertanyaan 5 W - 1 H (What, Who, When, Where, Why, and How). Pencatatan Program Kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas dilaksanakan bersama-sama dengan Program Kesehatan Indera Penglihatan. Dalam pelaksanaannya dapat secara terintegrasi dengan program lain, jadi memanfaatkan pencatatan yang sudah ada sebelumnya seperti SP3 atau SP2TP/Simpus.



B. Pelaporan Pelaporan program kesehatan Indera Penglihatan dilaksanakan oleh unit Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan Provinsi. Variabel yang dilaporkan hendaknya mengacu kepada informasi yang dibutuhkan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi sampai ke Pusat. Sesuai dengan kebijakan Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Ketulian, ada 4 penyakit yang harus ditanggulangi sebagai penyebab utama ketulian, yaitu; 1. Katarak 2. Kelainan Refraksi 3. Glaukoma 4. Xeroftalmia Pelaporan



pelayanan kesehatan



Indera



Penglihatan



mulai dari



Puskesmas sampai ke Pusat, diutamakan laporan pelayanan terhadap 4 penyakit utama tersebut di atas, tanpa mengabaikan penyakit mata lainnya yang menjadi masalah kesehatan mata masyarakat di wilayah kerjanya. Laporan dikirim dalam bentuk formulir pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan Indera. Laporan dari Puskesmas dikirim 3 bulan sekali ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merekap dan mengirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi, selanjutnya Dinas



29



Kesehatan Provinsi mengirimkan laporan ke Depkes melalui Subdirektorat Bina Upaya Kesehatan Indera dan Usia Lanjut, Direktorat Bina Kesehatan Komunitas. Adapun Pelaporan Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Gangguan Penglihatan : 1. Penemuan



Kasus



Di



Masyarakat



Pemeriksaan Visus/Refraksi



adalah



Dan



Puskesmas,



Melalui



Jumlah kasus refraksi yang



ditemukan di masyarakat & Puskesmas melalui pemeriksaan visus / refraksi di wilayah kerjanya periode Januari s/d Desember tahun sebelumnya. Cara Perhitungannya : Kasus Refraksi yang ditemukan Jumlah Penderita yang diperiksa Refraksi Target : Tahun



2015



2016



2017



X 100 %



2018



Target 80% 80% 80% 80% Sumber data : data dasar & Laporan semester Program Kesehatan Indera 2. Penemuan Kasus Penyakit Mata di Puskesmas adalah kasus penyakit mata yang ditemukan melalui pemeriksaan / kegiatan screening, baik secara aktif maupun pasif ( yang datang saja ) di wilayah kerjanya periode Januari s/d Desember tahun sebelumnya. Cara Perhitungannya : Jumlah Kunjungan Baru Penyakit Mata Jumlah Kunjungan Penyakit Mata Target : Tahun



2015



2016



X 100 %



2017



2018



Target 80% 80% 80% 80% Sumber data : Register Rawat Jalan & Laporan semester Program Kesehatan Indera 3. Penemuan Kasus Buta Katarak Pada Usia > 45 Tahun adalah Kasus buta katarak yang ditemukan melalui pemeriksaan atau kegiatan screening untuk usia > 45 tahun baik dalam gedung maupun luar gedung di wilayah kerjanya periode Januari s/d Desember tahun sebelumnya.



30



Cara Perhitungannya : Jumlah Kasus Buta Katarak Baru Jumlah Penduduk > 45 Yang diperiksa Katarak Target : Tahun



2015



Target 80% Sumber data : Data Dasar



X 100 %



2016



2017



2018



80%



80%



80%



4. Pelayanan Operasi Katarak di Puskesmas adalah kegiatan opresi katarak yang dilaksanakan di puskesmas baik yang dikerjakan sendiri maupun oleh instansi pemerintah yang lain atau melalui organisai profesi di wilayah kerjanya periode Januari s/d Desember tahun sebelumnya. Target : Tahun



2015



Target TB Sumber data : Data Dasar



2016



2017



2018



TB



TB



TB



5. Pelayanan Rujukan Mata adalah Jumlah penderita katarak yang dirujuk yang menjalani operasi katarak di wilayah kerjanya periode Januari s/d Desember tahun sebelumnya. Target : Tahun



2015



2016



2017



2018



Target 10% 10% 10% 10% Sumber data : Register Rawat Jalan & Laporan semester Program Kesehatan Indera



31



DAFTAR PUSTAKA



Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI. 617.8Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Pedoman Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas. ------ Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2010



32