Panduan Observasi Dan Wawancara Psikologi Aktivitas Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN OBSERVASI WAWANCARA AKTIVITAS BERMAIN PADA ANAK Assemen Dasar



Oleh:



Margareta Dea N. P. Diah Arhamika



14/369128/PS/06836 14/369133/PS/06838



FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015



PANDUAN OBSERVASI WAWANCARA Aktivitas Bermain pada Anak



I.



JUDUL Aktivitas Bermain Pada Waktu Senggang Anak Usia Tengah & Akhir



II.



LATAR BELAKANG Aktivitas bermain merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kanak-kanak sekalipun anak dalam keadaan sakit. Melalui media bermain anak belajar berkata-kata dan belajar beradaptasi dengan lingkungan, obyek, waktu, ruang dan orang. Bermain bagi anak juga merupakan kerja, dalam bermain anak melaksanakan praktek yang kompleks, proses kehidupan yang penuh stress, komunikasi dan hubungan interpersonal yang memuaskan sambil meningkatkan dan memperluas hubungan dengan orang lain, bermain juga mengandung motivasi intrinsik anak. Oleh karena banyak manfaat yang dapat diperoleh dari bermain, para pendidik atau guru banyak memanfaatkan aktivitas bermain sebagai sarana untuk meningkatkan skil dan kompetensi yang meliputi kompetensi fisik dan sosial. Aktivitas bermain juga berfungsi dalam metode pembelajaran ZPD (Zona Proximal Distance) yang diusung oleh Vygotsky. Dalam metode ini, bermain dapat mnciptakan scaffolding anak secara mandiri baik kontrol diri, bahasa, daya ingat dan kerjasama (Bodrova dalam Bermain, mainan dan permainan, 2001) Bermain juga dapat membantu anak untuk menambah pengetahuan mengenai moral, dimana dengan bermain anak dapat mengendalikan dirinya karena karena ‘kerangka’ bermain diatur oleh kontrol anakitu sendiri atau konsep imaginernya. Dalam pendidikan anak usia dini bermain merupakan sarana untuk belajar dalam segala hal termasuk aspek social. Melalui bermain dalam pendidikan anak usia dini aspek social mampu berkembang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan social anak terutama dalam bentuk bermain yang berkelompok atau beregu.



III.



TUJUAN 1. Untuk melihat dan mengetahui aktivitas bermain anak usia tengah dan akhir pada waktu senggang. 2. Untuk mengetahui tipe bermain pada anak usia tengah dan akhir pada waktu senggang.



IV.



TINJAUAN TEORI A. Definisi Konseptual 1) Middle & Late Children Menurut Santrock (2014), anak-anak usia tengah dan akhir adalah individu yang memiliki rentang usia 6 sampai 10 tahun, atau maksimal berakhir pada usia sekolah dasar. Pada periode ini skill membaca, menulis, dan berhitung meningkat. Dalam teori Erikson, anak-anak usia tengah berada pada tahapan industri vs inferiority dimana anak-anak membutuhkan pengarahan untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan intelektual. 2) Bermain Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan. Bermain juga terdapat sasaran yang ingin dicapai yaitu prestasi tertentu rasa senang yang ditandai oleh tawa. Susasana hati yang dari orang yang sedang meakukan kegiatan, memegang peran dalam menentukan apakah orang tersebut sedang bermain atau bukan. Millar (1972) dalam Bermian, mainan dan permainan (2001) mempunyai pandangan bahwa kegiatan bermain perlu dilihat sebagai suatu perilaku yang menyeluruh pada manusia dan dibutuhkan penelitian yang sistematik. Sebuah studi dilakukan oleh Smith dkk ( dalam Johnson et al, 1999) diungkapakan adanya beberapa ciri kegiatan bermain, yaitu : a. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik.



b. Perasaan diwarnai emosi-emosi positif. Walaupun emosi tidak dapat tampil, tetapi bermain mempunyai nilai bagi anak. Kadang bermain diwarnai perasaan takut, misalnya ketika harus meluncur di tempat tinggi, tapi anak tetap mengulangulang kegiatan karena ada rasa nikmat yang diperolehnya. c. Fleksibilitas, mudahnya beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain. d. Menekankan pada proses yang berlangsung. e. Bebas memilih, tetapi saat bertambah usia melebihi pra sekolah, pleasure menjadi parameter untuk membedakan bermain dengan bekerja. f. Mempunyai kualitas pura-pura. Bermain memiliki kerangka tertentu yang memisahkannya dari kehidupan nyata. 3) Bermain Pada Anak Pasek & Golinkof dalam Santrock (2014) menyatakan bahwa aktivitas bermain adalah aspek penting dalam perkembangan anak. Menurut Freud dan Erikson dalam Santrock (2014) menyatakan bahwa



bermain



dapat



menolong



anak



untuk



mengurangi



kecemasan dan konflik karena tensi dapat dibebaskan ketika anak tersebut bermain sehingga dapat menyelesaikan masalah. Dalam bermain, anak dapat melakukan aktivitas fisik yang mengeluarkan energi dan melepaskan ketegangan. Menurut Piaget dalam Santrock, (2014) bermain dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak. Selain itu Piaget juga menambahkan bahwa bermain dapat meningkatkan perkembangan kognitif, kompetensi dan skill dalam cara yang menyenangkan. Struktur kognitif perlu dilatih terus menerus dan bermain menyajikan setting yang sempurna. Contohnya ketika anak baru belajar untuk menambahkan atau mengalikan angka-angka dalam cara yang berbeda, mereka akan senang. Vygotsky dalam Santrock ( 2014) mempunyai pandangan yang sama dengan Piaget, bahwa bermain juga dapat menyajikan setting yang baik untuk perkembangan kognitif. Pada anak-anak situasi imajiner



dianggap



nyata,



sehingga



orang



tua



seharusnya



memfasilitasi permainan imajiner karena hal tersebut dapat meningkatkan kognisi anak khususnya berpikir kreatif. Menurut Daniel Berlyne dalam Santrock, (2014) bermain didefinisikan sebagai aktivitas yang menyenangkan karena memenuhi dorongan eksplorasi anak. Dorongan ini melibatkan rasa penasaran dan dorongan untuk mencari informasi baru atau sesuatu yang tidak biasa. Bermain dapat mendorong perilaku eksplorasi dengan menyediakan kemungkinan untuk mempunyai cerita baru, kompleksitas, kejutan dan inkongruitas. Studi lain menambahkan, bermain dideskripsikan sebgai konteks yang penting dalam perkembangan bahasa dan skill komunikasi (Harris, Golinkoff, & Hirsh-Pasek dalam Santrok, 2014). Kemampuan



bahasa dan komunikasi dapat meningkat



melalui diskusi dan negosiasi peran serta peraturan dalam permainan selama anak-anak bermain mempraktekkan kata-kata dan kalimat. Menurut...................



bermain



mempunyai



fungsi



untuk



mengembangkan aspek psikis, fisik, dan sosial. Aspek sosial mampu berkembang dengan baik diantaranya kemampuan kerja sama, saling membantu, saling percaya, saling menghormati, terjalin relasi yang baik, komunikasi baik, dan harapan jauh kedepan adalah hidup bermasyarakat yang baik. Bentuk-bentuk aktivitas bermain kelompok akan memacu perkembangan aspek sosial anak usiadini. Melalui bermain kelompok ini memberi kesempatan yang luas kepada anak usia dini untuk dapat berkomunikasi, bekerjasama, menghargai, mempercayai, menaati suatu peraturan secara sukarela, dan membangun interaksi serta relasi yang baik Menurut Bergen dalam Santrock (2014), terdapat lima tipe permainan



yaitu



sensory



motor



and



practice



play,



pretense/symbolic play, constructive play, social play, dan games, sebagai berikut : a. Sensory motor and practice play



Perilaku dorongan untuk mencari kesenangan melalui olahraga atau aktivitas sensory motor seperti berlari, melompat, perosotan, berputar-putar, dan melempar bola. b. Pretense/ symbolic play Tipe



permainan



ini



terjadi



ketika



anak



mentransformasikan lingkungan fisik menjadi sebuah simbol, contohnya menganggap sebuah objek menjadi sebuah objek lain. c. Social play Merupakan tipe interaksi yang melibatkan teman sebaya. Social play terdiri dari interaksi seperti percakapan sebuah topik, permainan sosial dan rutinitas atau permainan fisik. d. Constructive play Tipe permainan konstruktif terdiri dari kombinasi permainan sensory motor dengan representasi simbolik. Permainan konstruktif meningkat pada usia prasekolah dan permainan sensori menurun. Anak-anak lebih menyukai menggambar pola rumah atau manusia. Pada anak sekolah dasar pun juga masih sering ditemukan pola permainan konstruktif di dalam ruangan maupun luar ruangan. e. Games Games adalah aktivitas dimana anak-anak terlibat untuk memperoleh kesenangan dan terdapat peraturan di dalamnya. Dalam sebuah penelitian intensitas game playing banyak terjadi di umur 10 sampai 12 tahun.



B. Definisi Operasional Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan. Bermain mempunyai fungsi untuk mengembangkan aspek psikis, fisik, dan sosial. Bermain merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh anak-anak pada waktu senggang. Jenis permainan pada anak yaitu sensory motor and practice play, pretense/symbolic play, constructive play, social play, dan games.



C. Aspek dan Indikator 1) Aspek Observasi a. Fisik 1. Sensory Motor and Practice Play 



Anak bermain dengan berlari







Anak bermain dengan melompat







Anak bermain dengan berputar-putar







Anak bermain lempar bola



2. Pretense/ symbolic play 



Anak mengubah objek yang dimainkan menjadi objek lain







Anak berpura-pura menjadi orang lain (roleplay)







Anak bercerita tentang hal-hal imajinatif



3. Constructive play 



Anak menggambar pola rumah, manusia dengan ilustrasi cerita.







Anak merangkai sesuatu menjadi sebuah bentuk



4. Games 



Anak-anak bermain dengan peraturan







Anak-anak bermain dengan kompetisi



b. Sosial 1. Social Play 



Anak melakukan percakapan dengan teman sebaya







Anak bekerja sama melakukan sesuatu







Permainan sederhana tanpa melibatkan fungsi motorik







Anak terlibat permainan pemecahan masalah



2) Aspek Wawancara a. Psikis 



Anak ketika bermain







Anak setelah bermain







Perasaan anak ketika menerima hasil permaninan







Perasaan anak ketika bermain dengan teman sebaya







Perilaku anak setelah bermain



b. Fisik 1. Sensory motor and practice play 



Anak main lari-larian







Anak main lompat-lompatan







Anak main perosostan







Anak main lempar bola







Anak main dengan berputar-putar



2. Pretense and symbolic play 



Anak bercerita mengenai objek tidak nyata







Anak mengubah obek menjadi objek lain







Anak berkhayal menjadi peran tertentu



3. Constructive play 



Anak bermain menyusun sesuatu



4. Games 



Anak bermain menggunakan aturan tertentu







Anak bermain dengan kompetisi



c. Sosial 



Anak bercerita dengan teman sebayanya







Anak bermain permainan sederhana dengan teman sebaya







i. A.



Observasi Identitas Subjek 1) Nama



:



2) Jenis Kelamin



:



3) Usia



:



4) Deskripsi Subjek



:



Anak melakukan permainan pemecahan masalah



B. Setting 1) Hari/ tanggal



:



2) Lokasi



:



3) Waktu



:



4) Deskripsi tempat/ suasana



:



A. Instrumen Aspek



Indikator



Checklist



Anak bermain dengan berlari



Anak bermain dengan melompat



Anak bermain dengan berputar-putar Fisik Anak bermain lempar bola



Anak



mengubah



objek



yang



dimainkan menjadi objek lain.



Anak bermain roleplay Anak



bercerita tentang hal-hal



imajinatif



Anak bermain dengan kompetisi



Anak merangkai sesuatu menjadi sebuah bentuk



Anak bermain menggunakan aturan tertentu



Sosial



Anak melakukan percakapan dengan



Keterangan



teman sebaya



Anak



bekerja



sama



melakukan



sesuatu Permainan



sederhana



tanpa



melibatkan fungsi motorik



Anak



melakukan



permainan



pemecahan masalah



Permainan tanpa melibatkan aktivitas motorik



ii.



Wawancara A. Identitas Subjek 1) Nama



:



2) Jenis kelamin



:



3) Usia



:



4) Deskripsi subjek



:



B. Setting 1) Hari/ tanggal



:



2) Lokasi



:



3) Waktu



:



4) Deskripsi temppat/ suasana



:



C. Instrumen 1. Kegiatan apa saja yang dilakukan subjek pada saat waktu senggang? 2. Apakah subjek sering berlari-lari, main perosostan, main, lempat bola, atau hal-hal fisik yang tidak melibatkan teman sebayanya yang lain?



3. Apakah subjek pernah bermain-main dengan barang tertentu dan menjadikannya menjadi objek khayalan lain? Seberapa sering? (kalau iya) 4. Apakah subjek pernah bermain peran dengan berkhayal menjadi tokoh tertentu? Seberapa sering? (kalau iya) 5. Apakah subjek pernah berbicara atau bercerita menganai teman khayalan? Seberpa sering (kalau iya) 6. Apakah subjek pernah menggambar pola-pola tertentu, menyusun, maupun merangkai objek menjadi susunan tertentu? seberapa sering? (kalau iya) 7. Apakah subjek sering berkumpul dengan teman-teman lain dan berdiskusi mengenai sesuatu? Seberapa sering? (jika iya) 8. Apakah subjek bermain pada saat waktu istirahat? 9. Permainan apa saja yang sering subjek mainkan? 10. Apa yang biasanya subjek lakukan setelah bermain? 11. Apakah subjek belajar dari pengalaman sebelumnya ketika akan memainkan permainan yang sama? 12. Apakah subjek dapat menerima keputusan dari hasil permainan? 13. Apakah subjek menikmati saat-saat waktu senggang dan saat bermain? 14. Apakah subjek pernah bercerita mengenai hal-hal tertentu selama waktu senggang?



V.



METODE PENGAMBILAN DATA Observasi pada penelitian ini menggunakan event sampling tipe check list. Mengamati perilaku pada suatu waktu tertentu. Dalam metode check list observer menyusun struktur observasi dengan memilih dan mendefinisikan perilaku terlebih dahulu sebelum observasi dilaksanakan sehingga ketika observasi tinggal memberi tanda cek pada indikator perilaku yang muncul. Metode ini digunakan untuk melihat kehadiran perilaku yang



dianggap penting. Alasan penggunaan metode ini adalah ceklis dipandang dapat merekam perilaku dengan cepat dan efisien. Wawancara pada penelitian ini menggunakan metode semi terstruktur.



Sebelum



wawancara



dilakukan,



interviewer



membuat



pertanyaan-pertanyaan inti yang didasarkan pada aspek-aspek dari tema. Namun pada saat wawancara, interviewer dapat mengembangkan pertanyaan berdasarkan jawaban intervieweer yang dikenal dengan probing.



DAFTAR PUSTAKA



Utama, Bandi. Bermain sebagai Sarana Pengembangan Aspek Sosial pada Anak Usia Dini. FIK UNY. Santrock, JW. 2014. A Topical Approach to Life Span Development seventh edition.



New York: McGraw Hill



Tedjaputra, Mayke. 2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: Grasindo