PANDUAN PEMICUAN - 5 Pilar STBM-GESI [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Tomy
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN PEMICUAN 5 PILAR STBM-GESI BAGI FASILITATOR Pemicuan STBM adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat. Ada 6 langkah yang hendaknya dilakukan dalam melakukan “Proses Pemicuan 5 pilar STBM GESI”, yakni: 1. Perkenalan dan pengantar pertemuan. 2. Pencairan suasana. 3. Membuat kesepakatan bersama tentang penggunaan beberapa kata yang akan digunakan selama proses pemicuan . 4. Melakukan proses analisis kondisi lingkungan dan perilaku 5 pilar STBM dengan menggunakan beberapa metode/teknik PRA. 5. Melakukan puncak pemicuan. 6. Melakukan analisis peran dan relasi gender.



I.



PERKENALAN DAN PENGANTAR PERTEMUAN



a) Perkenalkan diri anda beserta tim dan bangun hubungan dengan masyarakat. b) Pengantar pertemuan:  Jelaskan tujuan keberadaan fasilitator (Catatan: tujuannya adalah untuk belajar tentang kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan).  Jelaskan bahwa fasilitator akan banyak bertanya dan minta kesediaan masyarakat yang hadir untuk menjawab berbagai pertanyaan dengan jujur.  Jelaskan bahwa kedatangan fasilitator ke sini bukan untuk memberikan bantuan dalam bentuk apa pun (uang, semen, bahan material, dll), melainkan “untuk belajar”.  Minta kesediaan masyarakat yang hadir untuk mengikuti pertemuan sampai selesai.



II. 











PENCAIRAN SUASANA



Fasilitator bisa memulai dengan mengajukan pertanyaan : “Bagaimana kabar bapakbapak dan ibu-ibu? “, atau pertanyaan lainnya untuk menghilangkan kecanggungan antara fasilitator dan masyarakat. Lakukan pencairan suasana untuk menciptakan suasana akrab antara fasilitator dan masyarakat sehingga masyarakat akan terbuka untuk menceritakan apa yang terjadi di kampung tersebut. Pencairan suasana bisa dilakukan dengan permainan yang menghibur, mudah dilakukan oleh masyarakat, melibatkan banyak orang dan ada hubungannya dengan topik yang akan dianalisis.







III.



Pencairan suasana juga dilakukan sebagai upaya untuk menarik perhatian anggota masyarakat yang masih di rumah agar segera hadir dalam pertemuan.



MEMBUAT KESEPAKATAN TENTANG PENGGUNAAN BEBERAPA KATA



Fasilitator hendaknya menanyakan beberapa kata atau sebutan atau istilah penting yang akan sering digunakan selama proses pemicuan dan menyepakati bahasa lokalnya. Beberapa kata tersebut antara lain:  BAB dan kotoran manusia (misal: berak untuk BAB dan “Tai“ untuk kotoran manusia);  istilah untuk limbah cair dan sampah;  jika ada penyandang disabilitas atau orang jompo, sepakati istilah yang bisa diterima oleh semua pihak. Gunakan kata-kata ini selama proses analisis.



IV.



MELAKUKAN ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN DAN PERILAKU 5 PILAR STBM DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA METODE / TEKNIK PRA.



1. Pemetaan Tujuan : untuk mengetahui/melihat peta wilayah/lokasi tempat masyarakat BAB, tempat buangan akhir tinja, buangan sampah, saluran drainase, tempat genangan-genangan air, sumber air, dll. Peta juga dijadikan sebagai alat monitoring (pasca pemicuan, setelah ada mobilisasi masyarakat). Alat yang dibutuhkan:  Tanah lapang atau halaman.  Semen/bubuk warna-warni, digunakan sesuai kesepakatan dengan masyarakat, misalnya:  bubuk putih untuk membuat batas desa;  bubuk biru untuk menggambarkan sungai/kolam;  bubuk kuning untuk menggambarkan tinja;  bubuk merah untuk menggambarkan genangan-genangan air & limbah cair RT;  Bubuk hijau untuk menggambarkan sampah.  Potongan – potongan kertas untuk menggambarkan rumah penduduk dan spidol.  Kapur tulis untuk menggambar garis akses penduduk terhadap sarana sanitasi.  Bahan-bahan tersebut bisa digantikan dengan bahan lokal seperti: daun, batu, ranting kayu, dll. Proses  Ajak masyarakat untuk membuat garis batas desa/ dusun/kampung/RT. Sepakati bersama apakah peta yang dibuat berskala RT atau dusun atau kampung atau desa. Tentukan di mana jalan, sungai, kebun, dll.



 Selanjutnya, minta masyarakat menggambarkan lokasi fasilitas-fasilitas umum, seperti: tempat ibadah, sekolah, balai desa, MCK, dll. Minta juga kepada masyarakat untuk menunjukkan sumber-sumber air (misal sumur bor, mata air).  Siapkan potongan-potongan kertas metaplan dan minta masyarakat untuk mengambilnya, menuliskan nama kepala keluarga masing-masing dan jumlah anggota keluarganya serta menempatkannya sebagai rumah. Jika peta cukup besar, peserta diminta untuk berdiri di atas tanda rumah masing-masing.  Minta masyarakat menunjukkan pada peta : tempat BAB, tempat akhir buangan tinja, tempat membuang sampah, aliran air limbah rumah tangga masing-masing serta genangan-genangan air, dengan menanyakan beberapa hal berikut.  Di mana mereka biasanya BAB. Jika mereka BAB di jamban, apakah jamban yang digunakan adalah milik sendiri atau menumpang atau jamban umum? Tanyakan apakah semua orang di rumah tersebut selalu menggunakan jamban untuk BAB dan BAK? Jika ada penyandang disabilitas atau orang tua jompo, apakah mereka bisa menggunakan jamban tersebut dengan mudah dan nyaman ? Jika mereka tidak menggunakan jamban, ke mana mereka BAB? Di mana bayi dan anak Balita BAB/BAK?  Bagi peserta yang mempunyai jamban, tanyakan ke mana tempat pembuangan akhir tinjanya ? Jika tempat pembuangan akhir tinjanya di kebun atau di sungai atau selokan atau di semak-semak atau di tempat terbuka lainnya minta mereka menunjukkan tempatnya dan tandai dengan bubuk kuning.  Bagi peserta yang tidak BAB di jamban (di tempat terbuka) minta mereka menunjukkan tempatnya dan tandai dengan bubuk kuning.  Bagi yang menumpang ke jamban orang lain, tanyakan: di mana mereka BAB dan BAK dalam kondisi darurat seperti pada saat malam hari atau saat hujan.  Jika ada anggota keluarga (orang jompo, PD, bayi/Balita) memakai pampers, tanyakan di mana mereka membuang pampers bekas pakai, apakah dibersihkan terlebih dahulu atau tidak. Tandai tempat membuang pampers dengan bubuk warna kuning.  Di mana mereka biasanya membuang sampah. Minta mereka menunjukkan tempatnya dan tandai dengan bubuk warna hijau.  Ke mana mereka mengalirkan cairan limbah rumah tangga. Minta mereka menandai dengan bubuk warna merah tempat yang sering terdapat genangan air dan aliran limbah cair rumah tangga yang mencemari lingkungan.  Beri tanda (garis akses) dari masing-masing KK ke tempat BAB, tempat-tempat pembuangan sampah dan genangan air.  Minta masyarakat untuk melihat kembali peta yang telah dibuatnya. Tanyakan kepada mereka:



 Warna apa yang paling dominan? Julukan apa yang paling tepat untuk kampung tersebut? (beri tepuk tangan).  Di mana tempat yang paling banyak digunakan untuk BAB? BAK? Siapa yang yang paling banyak BAB/BAK di sembarang tempat? Mengapa?  Siapa yang paling merasa tidak nyaman dengan situasi ini?  Di mana tempat yang paling banyak dijadikan tempat membuang sampah? Apa yang terjadi jika ini dibiarkan terus?  Siapa yang paling banyak melakukan pekerjaan membuang sampah?  Di mana yang paling banyak terdapat genangan air? Apa yang terjadi jika ini dibiarkan terus ?  Bagaimana perasaan Bapak-Bapak/Ibu-Ibu melihat kampung kita seperti ini? Ulangi jawaban mereka, misal : “menurut bapak …….dia merasa malu dengn kondisi kampung seperti ini” . Bagaimana dengan bapak-bapak dan ibu-ibu yang lain? (beri tepuk tangan).



Catatan bagi Fasilitator: Pindahkan gambar peta yang dibuat oleh masyarakat ke atas kertas flipchart. 2. Transect Walk Tujuan:  Untuk melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan tempat BAB, tempat buangan akhir tinja di tempat terbuka, tempat pembuangan sampah dan lokasi-lokasi genangan air (limbah cair RT).  Dengan mengajak masyarakat berjalan ke tempattempat tersebut dan berdiskusi di lokasi tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik.  Memicu rasa malu bagi orang yang biasa BAB/BAK, buang sampah sembarangan dan buang air limbah di tempat tersebut. Proses  Ajak masyarakat untuk mengunjungi beberapa lokasi yang sering dijadikan tempat BAB, tempat buangan akhir tinja di tempat terbuka dan buangan sampah serta tempat yang terdapat genangan air (didasarkan pada hasil pemetaan).  Saat ditemukan tinja/sampah/genangan air, beri tanda lokasi tersebut dengan menancapkan bendera kecil yang sudah dipersiapkan, kemudian lakukan analisis partisipatif di tempat tersebut.  Tanyakan: Siapa saja pada hari ini atau yang sering BAB/BAK di tempat ini? siapa yang paling sering melakukannya? Apakah laki-laki atau perempuan, atau anak lakilaki atau anak perempuan?  Tanyakan: Rumah siapa yang mengalirkan tinjanya serta limbah cair rumah tangga di tempat tersebut?  Tanyakan : Siapa yang sering membuang sampah di tempat ini?



 Jika di antara masyarakat yang ikut transek ada yang biasa melakukan BAB/ BAK, atau mengalirkan tinjanya atau membuang sampah atau mengalirkan limbah cair rumah tangga di tempat tersebut, tanyakan:  Bagaimana perasaannya?  Berapa lama kebiasaan itu sudah berlangsung?  Apakah besok akan melakukan hal yang sama?  Jika tidak ada di antara masyarakat yang ikut transek yang biasa melakukan BAB/buang sampah/mengalirkan tinja/membuang limbah cair rumah tangga di tempat itu, tanyakan:  Bagaimana perasaannya melihat wilayah tersebut. Tanyakan hal yang sama pada warga yang rumahnya berdekatan dengan tempat yang sering digunakan untuk BAB/BAK/menyalurkan tinja, membuang sampah/membuang limbah cair rumah tangga tersebut.  Tanyakan pula apa yang hendak mereka lakukan bersama agar tidak ada lagi yang BAB/BAK atau membuang sampah atau mengalirkan tinja atau limbah cair RT ke tempat tersebut.  Jika ada anak kecil yang ikut dalam transek atau berada tidak jauh dengan tempat BAB/BAK/ membuang sampah/mengalirkan limbah cair rumah tangga/mengalirkan tinja tersebut, tanyakan apakah mereka senang dengan keadaan itu? Jika anak-anak kecil menyatakan tidak suka, ajak anak-anak untuk menghentikan kebiasaan tersebut, yang bisa dituangkan dalam nyanyian, yel-yel, dan bentuk-bentuk kesenian (lokal) lainnya.  Minta kesediaan beberapa warga untuk dimasuki rumahnya. Ajak peserta untuk melihat kondisi dapur : penyimpanan pangan, penyimpanan air yang siap diminum, penyimpananan peralatan masak/ minum/makan dan tempat mencuci tangan.  Ajukan beberapa pertanyaan terkait pengolahan makanan , antara lain : dari mana mereka memperoleh air bersih, apakah mereka mencuci tangan sebelum mengolah makanan, bagaimana cara mereka mencuci sayuran dan bahan pangan lainnya, apakah makanan dimasak sampai matang, kapan makanan yang sudah matang disantap oleh keluarga, dll. 3. Diskusi kelompok terfokus Tujuan : Bersama-sama dengan masyarakat, melihat kondisi yang ada dan menganalisisnya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan. a) Proses memicu rasa malu, takut terhadap dampak dari perilaku buruk dan rasa jijik, dengan melakukan FGD menghitung volume tinja, sampah dan cairan limbah RT  Lakukan FGD untuk menghitung volumen tinja. Tanyakan berapa kira-kira jumlah “tinja” yang dihasilkan oleh setiap orang setiap harinya. Sepakati jumlah rataratanya.  Ajak masyarakat untuk melihat peta yang sudah mereka buat. Minta mereka untuk menunjukkan rumah mana saja (yang masih BAB di sembarang tempat/di



tempat terbuka) dan yang mengalirkan tinjanya di tempat terbuka (beri tepuk tangan).  Bagi penduduk yang BAB di sungai, tanyakan ke mana arah aliran airnya dan digunakan untuk apa saja air sungai tersebut. Kepada penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan untuk apa saja sungai digunakan? Ajukan beberapa pertanyaan untuk membuat masyarakat sadar bahwa selama ini mereka telah menggunakan air sungai yang ada tinjanya. Tanyakan bagaimana perasaannya?  Minta masyarakat untuk menuliskan berapa jumlah total “tinja” yang dihasilkan oleh 1 keluarga/rumah setiap harinya, pada kertas metaplan yang berisi nama KK dan jumlah anggota keluarga. Ajak masyarakat menghitung jumlah “tinja” dari masyarakat yang masih BABS per hari, dan kemudian per bulan. Berapa banyak “tinja” yang ada di desa/dusun tersebut dalam 1 tahun? Berapa lama kebiasaan BAB di sembarang tempat berlangsung?  Tanyakan kemana menurut mereka “perginya” tinja yang banyak tersebut. Jika mereka BAB di kebun atau di semak2, tanyakan kemana tinja mereka “pergi” apabila turun hujan.  Lanjutkan FGD tentang sampah.  Tanyakan : “Apa saja sampah yang dihasilkan dari masing-masing rumah?”.  Ajak masyarakat untuk melihat rumah mana yang paling banyak menghasilkan sampah/yang masih buang sampah di sembarang tempat (beri tepuk tangan).  Kepada penduduk yang membuang sampah di sungai, tanyakan ke mana arah aliran airnya dan digunakan untuk apa saja air sungai tersebut. Apa yang akan terjadi pada sungai tersebut? Kepada penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan untuk apa saja sungai digunakan? Ajukan beberapa pertanyaan yang membuat mereka sadar bahwa selama ini mereka telah menggunakan air sungai yang tercemar oleh sampah. Tanyakan bagaimana perasaannya?  Minta masyarakat untuk menuliskan berapa banyak sampah yang dihasilkan oleh 1 keluarga/rumah setiap harinya pada kertas metaplan yang berisi nama KK. Tanyakan : “Berapa kira-kira jumlah sampah yang dihasilkan oleh setiap keluarga/rumah setiap harinya?” Ajak masyarakat menghitung jumlah “sampah” dari masyarakat yang masih dibuang di sembarang tempat per hari, dan kemudian per bulan. Berapa banyak “sampah” yang ada di desa/dusun tersebut dalam 1 tahun?  Tanyakan apa dampak yang akan timbul jika sampah-sampah tersebut tetap dalam kondisi seperti itu?  Lanjutkan FGD tentang limbah cair rumah tangga.  “Air limbah apa saja yang dihasilkan dari masing-masing rumah?”.  Kepada penduduk yang mengalirkan air limbah rumah tangganya ke sungai, tanyakan ke mana arah aliran airnya dan digunakan untuk apa saja air sungai tersebut. Kepada penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan untuk apa saja sungai digunakan? Picu masyarakat bahwa mereka telah menggunakan air



sungai yang tercemar oleh air limbah rumah tangga. Tanyakan bagaimana perasaannya?  Ajak masyarakat menghitung banyaknya “air limbah” dari masyarakat yang masih belum dikelola dengan benar per hari, dan kemudian per bulan. Berapa banyak “air limbah” yang ada di desa/dusun tersebut dalam 1 tahun? Tanyakan apa dampak yang akan timbul jika air limbah tersebut tetap dalam kondisi seperti itu? b) Proses FGD memicu rasa harga diri, rasa malu dan hal hal yang bersifat pribadi  Ajukan pertanyaan-pertanyan berikut:  Berapa banyak perempuan yang biasa BAB/BAK di tempat terbuka dan apa alasan mereka melakukannya?  Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB/BAK di tempat terbuka sehingga apa yang dilakukannya dapat dilihat oleh orang lain/banyak orang? Beranikah mereka melakukannya pada siang hari?  Bagaimana perasaan kaum laki-laki ketika istri, anak perempuan atau ibunya melakukan BAB di tempat terbuka dan dapat dilihat oleh siapa saja baik sengaja maupun tidak sengaja?  Apa yang dilakukan perempuan ketika ingin BAB, sementara dia sedang haid dan harus BAB di tempat terbuka? Apa yang dirasakan?  Bagaimana perasaan ibu-ibu yang sedang hamil jika harus BAB ke semak2 atau ke sungai atau ke kebun pada malam hari?  Apakah bapak-bapak akan membiarkan istri, anak perempuan, ibu mereka yang telah tua untuk BAB/BAK di sembarang tempat /tempat terbuka? Apa yang kan Bapak-bapak lakukan? c) Proses FGD memicu rasa malu dan hal hal yang bersifat pribadi FGD ini dilakukan ketika masyarakat sudah terpicu dan ingin berubah namun terhambat dengan tidak adanya uang untuk membuat sarana sanitasi.  Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun sarana higiene dan sanitasi (jamban, sarana CTPS, tempat sampah, SPAL, dll.) perlu biaya besar, fasilitator menanyakan : “Apakah benar membangun sarana higienitas dan sanitasi itu harus mahal ? Tanyakan kepada peserta lain, siapa yang pernah melihat atau punya ide tentang bentuk sarana HS yang harganya terjangkau?  Apabila masyarakat masih mengharapkan bantuan, tanyakan kepada masyarakat: Sebenarnya tanggung jawab siapa masalah higienitas dan sanitasi ini? Apakah untuk urusan higienitas dan sanitasi saja kita harus menunggu diurus oleh pemerintah dan pihak luar lainnya? 4. Alur kontaminasi Tujuan Mengajak masyarakat untuk menganalisis bersama tentang cara kuman penyakit yang terdapat pada tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga dapat masuk ke tubuh manusia dan menimbulkan penyakit.



(Catatan bagi fasilitator: Alur kontaminasi sebaiknya dilakukan setelah pemetaan atau transek walk). Alat yang digunakan  Gambar-gambar alur penularan penyakit yang disebabkan oleh tinja (diagram 6F), sampah dan limbah cair rumah tangga.  Gambar orang mencuci peralatan makan/dapur di sungai, orang sedang mengambil air minum dalam panci/ember dengan gelas, orang minum langsung dari sumber air.  Potongan – potongan kertas dan spidol. Proses  Ajukan beberapa pertanyaan berikut : Apakah tinja/sampah/air limbah dan kuman penyebab penyakit bisa masuk ke dalam mulut manusia? Bagaimana caranya? Melalui apa saja?  Minta masyarakat untuk menggambarkan atau menuliskan apa saja yang menjadi perantara tinja/sampah/air limbah/kuman penyebab penyakit sampai ke mulut. Jika fasilitator sudah menyiapkan gambar-gambar, bagi peserta menjadi 3 kelompok agar semua peserta dapat berpartisipasi aktif.  Setelah selesai minta perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasilnya.  Lakukan FGD untuk memicu rasa takut sakit dan jijik:  Lakukan analisis terhadap hasil penggambaran alur penularan penyakit dari tinja/sampah/air limbah bersama – sama dengan masyarakat dan kembangkan diskusi.  Tanyakan kepada mereka bagaimana perasaannya setelah mereka menyadari bahwa ternyata tinja/sampah/air limbah/kuman penyebab penyakit dapat masuk ke mulut manusia?  Jika pada saat melakukan diskusi alur penularan penyakit ada masyarakat yang berpendapat bahwa lalat adalah salah satu media yang dapat menghantarkan tinja /sampah/air limbah ke mulut, lakukan probing tentang lalat, misalnya: o Berapa jumlah kaki lalat? o Bagaimana alur/caranya lalat bisa menjadi media yang menghantarkan kotoran sampai ke mulut manusia? o Apakah ada yang bisa menjamin bahwa makanan dan minuman di kampung kita terbebas dari hinggapan lalat atau debu yang mengandung kuman penyakit? Bagaimana cara memastikannya?  Tanyakan kepada peserta : o Apa yang terkandung dalam tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga, dan apa yang terjadi jika kotoran tersebut masuk ke tubuh manusia? Jenis penyakit apa saja yang dapat ditimbulkan? o Keluarga mana saja yang anggota keluarganya pernah menderita diare, malaria atau demam berdarah (dalam 1 tahun ini)? Berapa kali dalam setahun mereka terkena penyakit tersebut, berapa biaya yang dikeluarkan untuk berobat dan adakah penderita yang meninggal?



o Siapa yang paling sering terkena penyakit tersebut dan siapa yang meninggal akibat penyakit tersebut? Bagaimana perasaan anggota keluarga tersebut? o Apakah pernah terjadi kasus keracunan makanan? Apa penyebabnya? Bisakah manusia mendapat penyakit langsung dari makanan tanpa perantara lalat atau debu? Jika bisa bagaimana caranya? (catatan bagi fasilitator: Makanan merupakan perantara yang baik untuk bakteri berkembang biak. Bakteri yang terdapat di makanan tumbuh karena berbagai hal, antara lain, tidak membiasakan mencuci tangan dengan bersih, kontaminasi silang, suhu penyimpanan dan pemasakan, serta kontaminasi makanan dari limbah. Kontaminasi dapat terjadi bahkan sejak kita membeli bahan makanan di pasar hingga ketika waktu makan datang.)  Lakukan FGD untuk mengidentifikasi upaya untuk memutus alur penularan penyakit. o Tanyakan kepada mereka: Apa yang harus dilakukan agar tinja/sampah/air limbah dan makanan yang dimakan tidak menimbulkan penyakit? o Minta mereka untuk menuliskan atau menggambarkan apa yang harus dilakukan untuk memutus alur penularan penyakit (note ajak peserta untuk melihat kembali alur penularan penyakit yang mereka buat). o Jika salah satu jawaban peserta adalah dengan cara mencuci tangan, tanyakan bagaimana cara mencuci tangan dengan benar dan kapan saja CTPS harus dilakukan.  Tanyakan: Apa yang akan dilakukan esok hari ? Apakah akan tetap melakukan kebiasaan yang sama?



5. Simulasi air terkontaminasi Tujuan Mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana tinja/sampah/limbah cair rumah tangga bisa masuk ke mulut manusia. Alat yang digunakan  Air minum atau air minum dalam kemasan.  Ember yang diisi air (air mentah/sungai atau air masak/minum).  Polutan air (tinja, sampah & limbah cair rumah tangga). Catatan: Teknik ini bisa dilakukan saat transek, pemetaan dan FGD. Proses  Dengan disaksikan oleh seluruh masyarakat yang hadir, ambil 1 ember air sungai dan minta salah seorang warga untuk menggunakan air tersebut untuk cuci muka, kumurkumur dan lain-lain seperti yang biasa dilakukan oleh warga di sungai.  Ambil kayu atau lidi yang sudah diolesi tinja pada saat dilakukan transek Aduk air di dalam ember yang sama dengan kayu atau lidi tersebut dan minta salah seorang warga untuk melakukan hal yang sama yang telah dilakukan sebelumnya.







 



  



Tunggu reaksinya. Jika ia menolak melakukannya, tanyakan apa alasannya? Apa bedanya dengan kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi selama ini? Apa yang akan dilakukan masyarakat di kemudian hari? Lakukan hal yang sama untuk sampah dan limbah cair rumah tangga Siapkan 1 gelas air minum (atau air minum dalam kemasan) dan tawarkan kepada beberapa warga untuk menjadi relawan meminum air tersebut. Minta relawan tersebut untuk menyisakan air minum hingga setengahnya. Dengan disaksikan oleh seluruh warga yang hadir, celupkan sehelai rambut yang telah diolesi tinja ke dalam air minum yang tersisa tadi. Minta relawan yang sama untuk meminum sisa air dalam gelas tersebut dan tawarkan juga kepada beberapa warga yang lain untuk meminumnya. Tunggu reaksinya. Jika ia menolak melakukannya, tanyakan apa alasannya dan apa bedanya dengan kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi selama ini.



V. 











MOMEN/PUNCAK PEMICUAN



Sampaikan kembali jawaban-jawaban warga masyarakat atas setiap pertanyaan kunci yang diajukan saat melakukan analisis partisipatif pada masing-masing tools dan ajukan beberapa pertanyaan penguat, antara lain.  Apakah BAB, membuang sampah dan membuang limbah cair rumah tangga di sembarang tempat itu lebih banyak mendatangkan manfaat atau lebih banyak kerugiannya?  Apa saja kerugiannya? (lakukan pendalaman untuk memperoleh jawaban yang diinginkan dan masyarakat merasa yakin bahwa semua ini adalah masalah besar bagi mereka)  Apakah kita mau begini terus? Apa yang akan kita lakukan setelah ini? (lakukan pendalaman hingga diperoleh solusi yang mengarah pada 5 pilar STBM dari masyarakat sendiri). Jika ada peserta yang menjawab bahwa mereka akan membuat jamban, jemput orang tersebut untuk maju ke depan dan berikan apresiasi dengan tepuk tangan. Katakan kepada peserta: “Bapak/ibu… (sebutkan namanya) tidak akan membiarkan keluarganya BAB sembarangan dan segera akan membuat jamban, siapa lagi yang akan melakukan hal yang sama dengan Bapak/ibu……?” Minta orang-orang yang mau berubah tersebut untuk maju ke depan. Setelah beberapa peserta bergabung di depan, minta mereka untuk mengucapkan komitmennya di hadapan para peserta lainnya. Berikan apresiasi dengan bertepuk tangan. Kemudian minta mereka untuk menanda tangani ‘kontrak sosial’ (komitmen pembuatan sarana sanitasi) pada matriks yang sudah disiapkan oleh Fasilitator. Beri semangat kepada mereka yang ingin berubah dan tanyakan siapa lagi yang ingin berubah dan minta mereka menuliskan nama dan perubahan yang akan dilakukan pada matriks tersebut. Tanyakan :  Bagaimana dengan sampah dan limbah cair rumah tangga? Apa yang akan dilakukan agar sampah dan limbah cair rumah tangga tidak lagi mengotori



kampung ini dan tidak menjadi sumber penyakit? Siapa yang akan memulai perubahan ini ?  Minta mereka untuk menuliskan nama dan sarana sanitasi yang akan dibangun pada martiks yang sudah tersedia. No.



Nama Warga



Jenis sarana sanitasi yang akan dibangun



Tanggal Mulai



Tanggal Tanda selesai Tangan



 Tanyakan kepada peserta siapa yang akan bertanggungjawab untuk memantau dan mendorong terjadinya perubahan . Tuliskan nama dan jabatan orang tersebut di bawah matriks.  Tanyakan juga siapa yang akan bertanggungjawab untuk menjadi penggerak CTPS dan mendorong masyarakat untuk menerapkan perilaku untuk mencapai pangan yang aman dan sehat.



VI.



MELAKUKAN ANALISIS PERAN DAN RELASI GENDER



Setelah selesai proses penandatanganan kontrak sosial, lakukan analisis peran dan relasi gender dengan langkah-lngkah berikut ini.  Bagi peserta ke dalam kelompok laki-laki dan perempuan.  Bagikan kepada masing-masing kelompok, 1 amplop yang berisi :  Gambar anak perempuan, perempuan muda, perempuan dewasa, perempuan lansia/jompo, anak laki-laki, laki-laki muda, laki-laki dewasa, laki-laki lansia/jompo, penyandang disabilitas perempuan dan penyandang disabilitas lakilaki. 6 set.  Gambar tokoh kepala desa, kader, tokoh agama, anggota PKK, tokoh pemuda, tokoh perempuan, guru perempuan, guru laki-laki, Babinsa, dll (sesuaikan dengan daerah masing-masing 2 set.  Gambar kegiatan harian terkait 5 pilar STBM : mencuci pakaian, memasak, mencuci piring/peralatan masak, mengambil air, menyapu/mengepel lantai, membuang sampah, membersihkan selokan, membersihkan kamar mandi/jamban 2 set.  Gambar kegiatan pengasuhan terkait STBM : memandikan anak, menceboki anak, memandikan orang sakit, menceboki/membersihkan/memakaikan pampers orang sakit, memberi makan/menyuapi anak, memberi makan/menyuapi orang sakit 2 set.  Minta para peserta untuk memilih dari kumpulan gambar tersebut, siapa yang paling banyak melakukan kegiatan harian terkait air dan 5 pilar STBM, siapa yang paling



bertanggungjawab untuk melakukan tugas pengasuhan, siapa yang paling banyak/paling menentukan dalam membuat keputusan di dalam keluarga dan siapa yang paling besar kekuatan/pengaruhnya dalam pembuatan keputusan di masyarakat. Minta mereka menempatkan gambar yang sesuai pada kolom yang sudah disediakan dalam matriks berikut ini dengan cara : yang paling banyak melakukan pekerjaan atau yang paling menentukan diletakkan di baris atas, kemudian yang lebih sedikit di bawahnya. Kegiatan harian terkait air dan 5 pilar STBM (mencuci piring/peralatan masak, memasak, menimba air, menyapu/ mengepel, membuang sampah, dll).



Kegiatan Sosial yang berkaitan dengan STBM (Gotong Royong, Bersih Lingkungan,pembuatan jamban komunal dll)



Pembuat keputusan di dalam keluarga terkait penyediaan sarana 5 pilar STBM (membuat jamban, membuat sumur, membuat tempat sampah,dll)



Pembuat keputusan di dalam masyarakat terkait program STBM (gotong royong membersihkan kampung, gotong royong membangun jamban, membuat peraturan desa , dll)



Siapa yang paling banyak melakukan (pilih kartu yang sesuai)



Perubahan peran yang diinginkan



 Setelah selesai menempatkan gambar-gambar pada baris “Siapa yang paling banyak melakukan”, ajak peserta untuk kembali ke dalam kelompok besar dan minta masingmasing kelompok untuk menyampaikan hasil identifikasi kegiatan harian mereka.  Pandu proses diskusi dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut:  Apa perbedaan antara kehidupan dan pekerjaan sehari-hari perempuan dan lakilaki?  Siapa yang paling banyak melakukan pekerjaan rumah tangga? Siapa yang paling banyak melakukan pekerjaan yang menghasilkan (uang, barang, bahan makanan, dll), dan siapa yang paling banyak mengikuti kegiatan sosial di masyarakat?  Apakah pekerjaan tersebut juga dilakukan oleh penyandang disabilitas? perempuan hamil?







 Apakah pekerjaan sudah terbagi dengan adil ?  Seberapa besar peran perempuan dalam membuat keputusan di dalam keluarga dan di dalam masyarakat? Tanyakan kepada para peserta :  Apakah bapak-bapak dan ibu-ibu sudah merasa nyaman dengan pembagian peran/pekerjaan seperti ini? Tanyakan berulang-ulang sampai ada yang menjawab “tidak nyaman”. Minta peserta yang mengatakan “tidak nyaman” untuk menjelaskan maksudnya dan tanyakan perubahan apa yang dia inginkan terjadi di dalam lingkungan keluarganya dan di masyarakat. Berikan tepuk tangan. Minta para bapak untuk menanggapi pernyataan tersebut.  Minta peserta laki-laki dan perempuan secara bersama-sama untuk menempatkan kartu bergambar pada baris “Perubahan peran yang diinginkan” sesuai dengan kolom dalam matriks di atas, di baris “perubahan peran yang diinginkan” .



 Setelah selesai melakukan analisis peran laki-laki dan perempuan dalam STBM, minta salah satu peserta untuk menyajikan hasil kesepakatan terkait perubahan yang diinginkan. Buka ruang tanya jawab di antara peserta atau antara peserta dengan fasilitator.  Tegaskan kembali isi kesepakatan yang telah dibuat.  Buat kesepakatan waktu pertemuan dengan masyarakat untuk membuat Rencana Aksi.  Tutup pertemuan dengan ucapan terimakasih kepada masyarakat dan ajak mereka untuk bertepuk tangan dan menyerukan yel-yel. Catatan untuk Fasilitator : a. Tim fasilitator, hendaknya membagi tugas sebelum melakukan pemicuan. Idealnya satu tim terdiri dari 6 – 7 orang, namun demikian, jumlah dan komposisi Tim Pemicu dapat disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya manusia di tempat tugas masing-masing. Peran



Tugas



Fasiilitator Utama (1 orang)



Fasilitator utama adalah yang menjadi motor utama proses fasilitasi, biasanya 1 orang.



Co – facilitator (2 atau 3 orang)



Membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi proses sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi.



Perekam Proses (1 atau 2 orang)



Perekam proses bertugas mencatat proses dan hasil untuk kepentingan dokumentasi/ pelaporan program.



Penjaga Alur Proses Fasilitasi (1 orang)



Penjaga alur proses fasilitasi bertugas mengontrol agar proses sesuai alur dan waktu, dengan cara mengingatkan Fasilitator Utama atau Co-Fasilitator (dengan kode-kode



yang disepakati), apabila ada hal-hal yang perlu dikoreksi.



Penata Suasana (2 orang)



Penata suasana bertugas menjaga suasana ‘serius’ proses fasilitasi, misalnya dengan:  mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses, sekaligus juga bisa mengajak mereka terlibat dalam kampanye sanitasi (menyanyi bersama, meneriakkan slogan, dsb.),  mengajak berdiskusi, memisah partisipan yang mendominasi atau mengganggu proses dari kelompok, dsb.



b. Ketika melakukan proses pemicuan, fasilitator tidak harus menggunakan semua alat/teknik PRA yang disebutkan di atas. c. Ketika peserta sudah terpicu rasa malunya atau rasa takut sakit atau harga dirinya atau rasa jijiknya, dll, dengan 2 atau 3 alat, maka fasilitator hendaknya mulai melakukan puncak pemicuan dan tidak perlu menggunakan alat lain yang belum digunakan. d. Pertemuan dengan masyarakat paska “ seremonial pemicuan” sangat penting dilakukan untuk membuat rencana aksi masyarakat, menyepakati tim yang akan menjadi penggerak di masyarakat dan memantapkan komitmen anggota masyarakat yang sudah menandatangani “kontrak sosial”. e. Beberapa kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan paska pemicuan, antara lain adalah : monitoring yang melibatkan masyarakat secara aktif, advokasi untuk mendapat dukungan pemerintah desa dalam pengadaan supplai, pembuatan peraturan/regulasi yang mendukung terjadinya perubahan perilaku, monitoring dan bimbingan dari petugas kesehatan, dll. f. Pemicuan adalah awal dari suatu perubahan untuk mencapai desa STBM yang inklusif dan berkesetaraan gender.