PANDUAN - PONEK - 24 - JAM. New [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANGKALAN TNI AU SURYADARMA RSAU dr. HOEDIYONO



KEPUTUSAN KEPALA RSAU dr. HOEDIYONO LANUD SURYADARMA Nomor Kep/215/I/2019/RS Tentang PANDUAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) 24 JAM RSAU dr. HOEDIYONO KEPALA RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. HOEDIYONO Menimbang :



Mengingat :



1. Bahwa dalam upaya mendukung program Nasional dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi di RSAU dr. Hoediyono maka diperlukan penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam yang bermutu. 2. Bahwa agar Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam yang ber mutu dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya panduan sebagai landasan bagi semua pelaksana pelayanan PONEK 24 Jam 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam di Rumah Sakit; 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 604/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum kelas B, kelas C dan Kelas D 4. Undang Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 5. Undang Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran 6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 34 tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit. 7. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS).



MEMUTUSKAN



Menetapkan :



1. Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam RSAU dr. Hoediyono, sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini. 2. Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam ini merupakan acuan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada pasien di RSAU dr. Hoediyono. 3. Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Kepala RSAU dr. Hoediyono yang berkaitan dengan keputusan ini, telah diadakan pembetulan dan dinyatakan tidak berlaku lagi. 4. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.



Dengan catatan : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, maka diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.



Ditetapkan di Subang pada tanggal 22 Januari 2019 Kepala RSAU dr. Hoediyono Wakil Sementara,



dr. Indria Sari, Sp.B., MPH Kapten Kes NRP 533181



PANGKALAN TNI AU SURYADARMA RSAU dr. HOEDIYONO



PANDUAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) 24 JAM RSAU dr. HOEDIYONO



TAHUN 2019



PENGESAHAN : KEPUTUSAN KA. RSAU dr. HOEDIYONO NOMOR KEP / 215 / I / 2019 TANGGAL 22 JANUARI 2019



BERLAKU EFEKTIF : TANGGAL 22 JANUARI 2019



1



PANGKALAN TNI AU SUYADARMA RSAU dr HOEDIYONO



Lamp. Kep. Ka RSAU dr. Hoediyono Nomor Kep/ 215 / I/ 2019/RS Tanggal 22 Januari 2019



PANDUAN PELAKSANAAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) 24 JAM RSAU dr. HOEDIYONO



BAB I PENDAHULUAN



1. LATAR BELAKANG RSAU dr. Hoediyono Lanud Suryadarma adalah satuan pelaksana Lanud Suryadarma yang berkedudukan langsung dibawah Komandan Lanud Suryadarma, memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan kesehatan yang diperlukan oleh setiap operasi TNI Angkatan Udara, meliputi dukungan kesehatan, gawat darurat, perawatan umum, dan kesehatan preventif serta penunjangan kesehatan. RSAU dr. Hoediyono didirikan tahun 1950 dan diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1958, telah memiliki ijin operasional sebagai Rumah Sakit Tipe D di kabupaten Subang akan terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan dan kemampuan untuk mencapai terwujudnya RSAU dr. Hoediyono yang handal dalam dukungan kesehatan dan prima dalam pelayanan kesehatan, dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap anggota TNI berikut keluarganya serta masyarakat umum, meningkatkan kemampuan profesionalisme secara berkesinambungan. Memberikan perlindungan hukum bagi seluruh personil RSAU dr. Hoediyono dan senantiasa meningkatkan sarana prasarana rumah sakit yang berwawasan lingkungan dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai manajemen rumah sakit yang menjamin kepastian hukum efektif efisien, transparan, akuntable dan responsive menjawab tuntutan masyarakat. Sejalan dengan visi misi RSAU dr. Hoediyono, maka RSAU dr. Hoediyono turut mendukung program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Program pemerintah itu salah satunya diprioritaskan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta



meningkatkan angka kesehatan ibu dan bayi. Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu hamil dan melahirkan, maka proses antenatal care, persalinan, dan perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu di tingkat nasional dan regional. Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif ( PONEK ) di Rumah Sakit. Rumah sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan manajemen yang handal. Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan memerlukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan perilaku dalam pelayanan kepada pasien. 2. PENGERTIAN Untuk menyamakan persepsi mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam petunjuk ini, dijelaskan pengertian sebagai berikut: a. Rumah Sakit MAMPU PONEK 24 jam adalah rumah sakit yang mampu menyelenggarakan pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu. Hal ini dapat di ukur melalui penilaian kinerja manajemen dan penilaian kinerja klinis. b. Maternal adalah jangka waktu dari mulai kehamilan, bersalin sampai masa nifas (42 hari setelah melahirkan). c. Perinatal adalah jangka waktu dari masa konsepsi sampai 7 hari setelah lahir sebagai batasan operasional, periode perinatal dimulai pada usia kehamilan 28 minggu hingga bayi baru lahir sampai 7 hari. d. Neonatal adalah periode bayi baru lahir sampai usia 28 hari e. Kematian maternal adalah kematian seorang wanita hamil atau yang dalam 42 hari sesudah melahirkan, tidak pandang usia dan letak kehamilan, disebabkan atau berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan kecelakan. f. Kematian perinatal adalah kematian yang terjadi pada janin dalam kandungan mulai usia kehamilan 28 minggu sampai bayi baru lahir usia 0 - 7 hari. g. Kematian neonatal adalah kematian yang terjadi pada bayi baru lahir (028 hari setelah lahir). h. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat



i.



j.



k.



badan kurang dari 2500 gram, yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. PONEK adalah Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif / Rumah Sakit 24 jam, memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil / ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader / masyarakat, Bidan di Desa, Puskesmas dan Puskesmas PONED. Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) adalah rumah sakit pemerintah maupun swasta, umum maupun khusus yang telah melaksanakan 10 langkah menuju perlindungan Ibu dan Bayi secara terpadu.



l.



Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah tindakan segera menaruh bayi di dada ibunya, kontak kulit dengan kulit (skin to skin contact) segera setelah lahir setidaknya satu jam atau lebih sampai bayi dapat menyusui sendiri. m. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja segera setelah lahir sampai usia 6 bulan tanpa adanya cairan atau makanan pendamping lain, dan diberikan sesering mungkin. n. Perawatan metode kangguru (PMK) adalah metode perawatan BBLR seperti kangguru berada dalam kantung kangguru selama diperlukan. Bayi berada dalam dekapan ibu dalam posisi regak, kepala miring kekiri atau kekanan sehingga bayi BAB II RUANG LINGKUP 1. Ruang Lingkup Pelayanan PONEK Dalam panduan ini ruang lingkup yang akan di bahas: a. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif b. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan yang meliputi pelayanan Maternal dan Neonatal. c. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi, dan sektiosaesaria d. Perawatan intensif ibu dan bayi. e. Pelayanan Asuhan Antenatal Risiko Tinggi f. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal



1. Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis 2. Pelayanan Kesehatan Neonatal Fisiologis 3. Pelayanan Kesehatan Maternal Resiko Tinggi 4. Pelayanan Kesehatan Neonatal Resiko Tinggi 5. Pelayanan Ginekologis 6. Pelayanan Penunjang Medik BAB III KEBIJAKAN RUMAH SAKIT 1. Kebijakan Umum Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, RSAU dr. Hoediyono mendukung pemerintah menetapkan beberapa program nasional yang menjadi prioritas, diantaranya menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan angka kesehatan ibu dan bayi. Kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu hamil dan melahirkan, maka proses antenatal care, persalinan dan perawatan bayi di Rumah Sakit PONEK 24 Jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. 2. Kebijakan Khusus a. RSAU dr. Hoediyono melaksanakan pelayanan PONEK 24 jam di UGD, unit maternal dan unit Neonatal. b. Program PONEK adalah sebagai berikut : 1. Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna. 2. Mengembangkan kebijakan dan SPO pelayanan sesuai dengan standar. 3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk kepedulian terhadap ibu dan bayi. 4. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik dan neonatus termasuk pelayanan kegawat daruratan (PONEK ) 24 Jam. 5. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dalam pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Ekslusif. 6. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu dan bayi bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit pada saat ini.



1



7. Meningkatkan fungsi rumah sakit dalam perawatan metode kangguru (PMK) pada BBLR. 8. Melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program RSSIB 10 langkah menyusui dan peningkatan kesehatan ibu. 9. Terdapat regulasi rumah sakit yang menjamin pelaksanaan PONEK 24 jam, meliputi pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi, pelayanan ASI Eksklusif, pelayanan IMD. 10. Tercantumnya upaya peningkatan pelayanan PONEK 24 Jam dalam rencana 11. Strategi dan Rencana Kerja Anggaran rumah sakit. 12. Tersedia ruang pelayanan yang memenuhi persyaratan untuk PONEK. 13. Tersedia ruang rawat gabung 14. Terbentuknya Tim PONEK 15. Menyusun program kerja tim PONEK 16. Pelatihan Tim PONEK 17. Pelaksanaan rujukan PONEK 18. Pelaporan dan Analisa. c. RSAU dr. Hoediyono melaksanakan upaya peningkatan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik dan neonatus termasuk pelayanan kegawat daruratan PONEK 24 Jam.



BAB IV TATA LAKSANA 1. Prosedur Pelayanan Maternal dan Neonatal a. Pelaksanaan PONEK 24 Jam di UGD 1) Identifikasi pasien : a) Pasien baru : 1. Bisa berasal dan rujukan luar maupun dalam RS serta datang sendiri. 2. Dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pengisian rekam medik yang baru secara lengkap. b) Pasien lama: 1. Bisa berasal dan rujukan luar maupun dalam RS serta datang sendiri. 2. Dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pengisian rekam medik yg lama secara lengkap.



6



2) Tindakan pertama dilakukan setelah pemeriksaan oleh tenaga medis (dokter). Pemeriksaan dilakukan secara sistematis meliputi anamnesa dan pemeriksaan fisik. 3) Setelah itu kolaborasi dengan tenaga keperawatan lainnya sesuai kewenangan masing-masing. 4) Apabila akan dilakukan tindakan/operasi maka pasien dan keluarga diberikan informasi mengenai tindakan/operasi yang akan dilakukan (teknik, lokasi dll), setelah setuju maka keluarga menandatangani informed consent. 5) Pada kasus-kasus dengan resiko tinggi sebelum diberikan informasi,pasien harus ditangani terlebih dahulu. 6) Apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, dan radiologi. 7) Pasien dirawat / dipulangkan setelah mendapat persetujuan dokter. b. Pelaksanaan PONEK 24 Jam di Unit Maternal 1) Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis a) Pelayanan kehamilan b) Pelayanan persalinan normal dan persalinan dengan tindakan operatif c) Pelayanan nifas 2) Pelayanan Kesehatan Maternal Resiko Tinggi a) Masa Antenatal 1. Perdarahan pada kehamilan muda / abortus. 2. Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut. 3. Kehamilan ektopik (KE) & Kehamilan Ektopik Terganggu (KET). 4. Hipertensi, Preeklampsi. 5. Perdarahan pada masa Kehamilan 6. Kehamilan Metabolik 7. Janin mati dalam rahim dengan komplikasi b) Masa Intranatal 1. Malpresentasi dan malposisi 2. Persalinan dengan distensi uterus 3. Gawat janin dalam persalinan 4. Pelayanan terhadap syok 5. Ketuban pecah dini 6. Persalinan macet 7. Induksi dan akselerasi persalinan



8. Aspirasi vakum manual 9. Sectio sesarea 10. Episiotomi 11. Distosia bahu 12. Perbaikan robekan vagina dan perineum 13. Perbaikan robekan dinding uterus 14. Perbaikan robekan serviks 15. Prolapsus tali pusat 16. Plasenta manual 17. Sukar bernafas 18. Kompresi bimanual dan aorta 19. Anestesia umum dan lokal untuk seksio sesaria 20. Anestesia spinal c) Masa Post Natal 1. Masa nifas 2. Demam pasca persalinan 3. Perdarahan pasca persalinan 4. Nyeri perut pasca persalinan 5. Keluarga Berencana 3) Pelayanan Ginekologis 1. Kehamilan ektopik 2. Perdarahan menoragia 3. Kista ovarium akut 4. Radang Pelvik akut 5. Abses pelvik 6. Infeksi saluran genetalia 4) Sepuluh Langkah Perlindungan Ibu dan Bayi Secara Terpadu dan Paripurna. Menuju Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi a. Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk pemberian ASI Eksklusif dan Perawatan Metode Kangguru (PMK) untuk bayi BBLR b. Menyelenggarakan pelayanan Antenatal termasuk konseling kesehatan Maternal dan Neonatal c. Menyelenggaran persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi baru lahir dengan inisiasi menyusu dini dan kontak kulit ibu – bayi. d. Menyelenggarakan pelayanan obstertric dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK)



e. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk membantu ibu menyusui yang benar dan pelayanan neonatus sakit. f. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain. g. Menyelenggarakan imunisasi bayi. h. Menyelenggarakan pelayanan keluarga berencana termasuk pencegahan dan penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi lainnya. i. Menyelenggarakan audit maternal dan perinatal rumah sakit secara perodik dan tindah lanjut. j. Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindak lanjuti pemberian ASI Eksklusif dan PMK. 1. INISIASI MENYUSU DINI (IMD) a. Manfaat 1. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk bayi a. Menurunkan angka kematian Bayi karena hypothermia, karena dada ibu menghangatkan bayi dengan suhu yang tepat. b. Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan anti bodi, yang penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan bayi terhada infeksi. c. Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman berkoloni di usus bayi dan menyaingi bakteri pathogen. d. Menyebabkan kadar glukosa dalam darah bayi yang lebih baik pada beberapa jam setelah persalinan. e. Pengeluaran meconium lebih dini, sehingga menurunkan intensitas icterus normal pada bayi baru lahir. f. Menenangkan bayi serta mengatur pernafasan dan detak jantung. g. Mencegah terlewatnya puncak reflek menghisap pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah lahir. b. Tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini secara umum: 1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan 2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi misalnya pijat, aromatherapy atau gerakan 3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal 4. Keringkan bayi secepatnya, kecuali kedua tangannya. Pertahankan



5.



6. 7. 8.



lemak putih alami (Vernix) yang melindungi kulit baru bayi Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu gunakan topi bayi. Biarkan bayi mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu Ayah mendukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda- tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan misalnya operasi seksio Caesar Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan di cap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasive misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.



9. Rawat gabung ibu dan bayi dirawat satu kamar selama 24 jam. Bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu Pemberian minuman prelakteal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar di hindarkan). c. Tatalaksana Inisiasi menyusui Dini pada operasi Caesar 1. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif. 2. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan antara 20 – 25 C. Disediakan selimut untuk menutupi punggung bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi. 3. Usahakan pembiusan ibu bukan pembiusan umum tetapi epidural 4. Tatalaksana selanjutkan sama dengan tatalaksana umum diatas. 5. Jika inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin, kamar operasi, atau bayi harus dipindah sebelum 1 jam maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan kekamar per awatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih. 2. ASI Eksklusif a. Manfaat 1. Manfaat bagi bayi a) Komposisi sesuai kebutuhan b) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai 6 bulan c) ASI mengandung zat pelindung (antibodi) d) Perkembangan psikomotorik lebih cepat e) Menunjang perkembangan kognitif f) Menunjang perkembangan pengelihatan



g) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat h) Dasar untuk perkembangan kepribadian 2. Manfaat bagi ibu a) Mencegah perdarahan post partum dan mempercepat involusi uterus b) Mencegah anemia defisiensi besi c) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil d) Menunda kesuburan / kontrasepsi alami e) Menimbulkan perasaan dibutuhkan dan meningkatkan ikatan batin ibu dan bayi. f) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarim kan pada bayi sesuai keinginan bayi. g) Tidak repot dapat langsung diberi. 3. Manfaat bagi keluarga a) Mudah dalam pemberiannya b) Mengurangi biaya rumah tangga c) Mengurangi biaya pengobatan b. Kontra indikasi 1) Bayi terdiagnosa galaktosemia Pada keadaan ini idealnya bayi diberikan susu formula bebas galaktosa. 2) Ibu dengan HbsAg positif Bayi dapat diberikan ASI sesudah bayi mendapatkan vaksin Hepatitis B dan Hepatitis B Imunoglobuliun kurang dar i 24 jam segera setelah lahir. 3) Ibu terinfeksi HIV Bayi diberi ASI eksklusif bila: a) Bayi telah terinfeksi HIV b) Ibu sudah minum antiretroviral selama minimal 4 minggu c) Status bayi negative atau belum diketahui namun susu formula atau fasilitasi untuk pemberiannya (air bersih dan sanitasi) tidak tersedia. 4) Bayi diberi susu formula bila: Status bayi negative atau belum diketahui dan susu formula atau fasilitas untuk pemberiannya (air bersih dan sanitasi) tersedia. c. Posisi dalam menyusui 1) Pastikan nyaman dan rileks 2) Usahakan menyusui dengan duduk dikursi 3) Posisi bawah lengan (American Football) biasa dilakukan pada bayi kembar 4) Posisi transisi / menopang (cross cradle) dengan posisi lengan berlawanan dengan payudara



d.



5) posisi tidur biasa digunakan dalam keadaan ingin istirahat dan pada ibu post Caesar Kendala Pemberian ASI 1) Produksi ASI kurang 2) Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar 3) Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi susu formula (relaktasi) 4) Bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/ dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran) 5) Kelainan ibu: putting ibu lecet, putting ibu luka, payudara bengkak, engorgement, 6) mastitis dan abses. 7) Ibu hamil lagi padahal masih menyusui 8) Ibu bekerja 9) Kelainan bayi: bayi sakit, abnormalitas bayi e. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) 1) Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan Kepada semua staff pelayanan kesehatan. 2) Melatih semua staff pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan menyusui tersebut 3) Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat management menyusui 4) Membantu ibu cara menyusui dini dalam 60 menit pertama persalinan. 5) Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya 6) Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis. 7) Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu (24 jam) 8) Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi 9) Tidak memberi dot kepada bayi 10)Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari sarana pelayanan



TATA LAKSANA / MANAJEMEN ASI EKSKLUSIF 1. Persiapan Pada Masa Kehamilan 1) Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi tentang keuntungan dan keunggulan ASI



2) Selama hamil ibu makan 1 – 2 porsi lebih banyak makanan terdiri dari makanan pokok, lauk,sayur /buah dan air. 3) Periksa dan rawat puting selama hamil. 4) Bila dijumpai puting terbenam ,upayakan perawatan agar puting susu terbentuk pada saatnya menyusui. 5) Meskipun puting susu terbenam, ibu tetap dapat menyusui bayinya karena yang dihisap bayi tidak hanya puting susu ibu tetapi daerah kehitaman di sekitar payudara dan memberi keyakinan pada ibu bahwa asi tetap bisa diberikan. 2. Cara Menyusui Secara Eksklusif 1) Segera setelah lahir, dekap dan biarkan bayi menyusu dalam 1 jam pertama kelahiranya. 2) Berikan ASI melalui payudara kiri dan kanan bergantian setiap kali menyusui 3) Jangan diberikan makanan lain sampai bayi berumur 6 bulan. 4) Setelah bayi berumur 6 bulan , berikan makanan pendamping ASI. ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun. 5) Ibu menyusui perlu minum dan makan lebih banyak dengan Menu Seimbang. 3. Hal-hal Penting yang Perlu Diperhatikan 1) Kolostrum atau cairan yang keluar dari payudara ibu berwarna kekuning-kuningan dan kental tetap diberikan pada bayi dan jangan dibuang . 2) Bila ibu dioperasi, kolostrum tetap keluar dan harus tetap diberikan, kolostrum dapat diper as dan diber ikan dengan sendok. 3) Dengan posisi tertentu walaupun ibu dioperasi bayi dapat tetap disusui. mintalah petunjuk dari petugas kesehatan. 4) Bilamana payudara bengkak jangan panik, pada har i ketiga biasanya payudara membesar dan keras dan ibu agak demam. 5) Bila ASI belum keluar, bayi tetap disusui dengan rileks . Ingat setiap hisapan mulut bayi akan mer angsang pr oduksi dan pengeluaran ASI. 6) Jangan diberi susu botol karena bayi akan bingung dan menangis. 7) Dalam keadaan terpaksa, misalkan ibu sakit berat,operasi atau meninggal, sehingga perlu diberi susu lain, tetap pakailah sendok dan bukan botol. 4. Tanda Posisi Menyusui yang Benar 1) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu. 2) Dagu bayi menempel pada payudara. 3) Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara.



4) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi. 5) Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka. 6) Sebagian besar areola tidak tampak. 7) Bayi menghisap dalam dan perlahan. 8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusui. 9) Terkadang terdengar suara bayi menelan. 10) Puting susu tidak terasa sakit/ lecet 5. Memerah, Menyimpan dan Menghangatkan ASI 1) Petunjuk memerah ASI a. Cuci tangan sebelum memerah ASI b. Sediakan mangkuk bersih bermulut lebar dan letakkan mangkok di dekat payudara c. Letakkan ibu jari di atas ar eola sedangkan jari lain di bawah areola d. Tekan ke arah dada e. Tekan dengan sedikit mengurut ke arah puting sampai ASI memancar keluar dan tertampung dalam mangkuk f. Ubah posisi jari ke jam 3 dan jam 9, dan mulai lagi memerah g. Jangan sampai terasa sakit h. Perah satu payudara selama 3-5 menit, kemudian beralih ke payudara lainnya i. Demikian seter usnya bergantian sampai payudara terasa kosong (20-30 menit) j. Dapat pula dilakukan dengan pemompa elektrik atau manual. 2) Petunjuk menyimpan ASI a. ASI dapat disimpan pada suhu ruangan = 25° -- C selama 6- 8jam. Kalau suhu ruangan >25°C tahan 2-4 jam. Wadah ASI harus ditutup dan dibiarkan dingin. b. ASI dapat disimpan dalam insulated cooler bag dengan ice packs selama 24 jam. c. ASI dapat disimpan dalam lemari es/kulkas (4°C) sampai 5 hari. d. ASI dapat disimpan dalam freezer dengan tipe : Bagian freezer terletak di dalam lemari es/kulkas ( -15°C) selama 2 minggu, Freezer dan lemari es/kulkas mempunyai pintu yang berbeda (18°C): selama 3-6 bulan, Deep freezer yang jarang dibuka dan temperaturnya tetap ideal (-20°C) selama 6-12 bulan, Namun ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa lemak dalam ASI dapat mengalami degradasi sehingga kualitas ASI menurun. Petunjuk penyimpanan ASI diatas adalah untuk bayi cukup bulan yang sehat, tidak untuk bayi yang dirawat di rumah sakit atau bayi



prematur. Wadah yang dianjurkan untuk menyimpan ASI adalah yang keras, terbuat dari kaca atau plastik keras sehingga dapat menyimpan ASI untuk jangka waktu yang lama. Kantung plastik khusus sebagai wadah penyimpanan ASI dapat dipergunakan untuk jangka pendek yaitu kurang dari 72 jam. Penggunaan kantung plastik untuk jangka waktu yang lama tidak dianjurkan karena plastik tersebut dapat tumpah, bocor, terkontaminasi dan beberapa komponen ASI dapat menempel pada kantung plastik tersebut sehingga nilai gizi ASI berkurang. Selain itu wadah penyimpanan ASI sebaiknya kedap udara. e. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari. f. Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di lemari es, diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan dalam lemari es pendingin dapat bertahan selama 2x24 jam. ASI perah ini akan diberikan esok harinya selama ibu tidak dirumah. ASI yang diperah terdahulu diberikan lebih dahulu. ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi dengan merendamnya dalam air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang dihangatkan adalah sejumlah yang habis diminum bayi satu kali. Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu kembali dari bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam. 3) Petunjuk menghangatkan ASI a. ASI yang paling baru disimpan yang pertama diberikan (Last in first out). Cara menghangatkan ASI beku adalah dengan menurunkan ke dalam lemari es/ kulkas (suhu 4°C) pada malam sebelum digunakan agar mencair kemudian sebelum digunakan hangatkan dengan menempatkan wadah penyimpanan ASI pada air hangat yang m engalir atau mangkuk yang berisi air hangat. Diusahakan jangan sampai air hangat pada mangkuk menyentuh bibir wadah penyimpanan ASI. Dalam menghangatkan ASI sebaiknya tidak menggunakan microwave oven atau kompor untuk memanaskan ASI karena tindakan tersebut dapat meninggalkan noda serta menghancurkan antibody yang terkandung di dalam ASI.



b. Sebelum diberikan pada bayi wadah penyimpanan ASI dikocok/digoyang dengan lembut untuk mencampur krim kembali dan panas terdistribusi merata, dan jangan mengaduk ASI. Sisa ASI pada wadah yang tidak dihabiskan saat menyusui tidak boleh dipergunakan ulang dan tidak diajurkan membekukan kembali ASI setelah dicairkan atau dihangatkan. 4) Pemberian ASI eksklusif bagi ibu bekerja a. Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter, pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali. b. Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja. ASI beku dapat disimpan antara 1-6 bulan, bergantung dari jenis lemari es nya. Di dalam lemari es dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3 bulan. c. Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir. Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi “bingung puting”. 8) PERAWATAN METODE KANGGURU (PMK) 1. Tahap Persiapan a. Persiapan Alat b. Gendongan PMK / kain panjang c. Topi d. Termometer 2. Persiapan Bayi dan Orang tua a. Lepas pakaian orang tua b. Kenakan topi pada bayi c. Ukur tanda vital 3. Tahap Implementasi a. Letakkan bayi diantara payudara ibu b. Bayi dalam posisi kodok c. Sangga dengan kain atau gendongan PMK d. Kepala Bayi ekstensi 4. Tahap evaluasi a. Pantau kondisi bayi b. selama melakukan PMK c. Identifikasi tanda stres



9) RAWAT GABUNG 1. Manfaat Rawat Gabung a. Aspek Psikologis Akan terjalin proses lekat (bonding) dimana meningkatkan iktan batin ibu dan bayi. Rasa aman, kasih sayang merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya. b. Aspek Fisiologis Dengan rawat gabung bayi dapat diberikan ASI eksklusif dan bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering sehingga menimbulkan reflek prolactin yang memacu proses produksi ASI dan reflek oksitosin yang membantu mengeluarkan ASI yang dapat mempercepat involusi uteri. c. Aspek Fisik Dengan rawat gabung memudahkan ibu memelihara bayinya dan memudahkan ibu dalam memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkannya / on demand. Dengan demikian ASI menjadi cepat keluar karena dapat rangsangan dari isapan bayi d. Aspek Ekonomi Dengan rawat gabung pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin sehingga anggaran pengeluaran untuk membeli susu formula dan peralatan untuk membuatnya dapat



dihemat. Ruang bayi tidak perlu ada karena box bayi dapat diletakan dalam ruangan ibu bahkan dapat bayi dapat tidur dalam ranjang ibu (bedding in ) dan ruang dapat digunakan untuk ruang yang lain. e. Aspek Edukasi Dengan rawat gabung tindakan per awatan bayi yang dilakukan di dekat ibunya akan membantu ibu untuk melatih keterampilan merawat bayinya sendiri, sehingga pada saat pulang ibu sudah tidak canggung lagi merawat bayinya. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu. Dan ibu juga dapat segera mengenali perubahan-perubahan pada bayinya. Sarana ini dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga. f. Aspek Medis Dengan rawat gabung memungkinkan adanya kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibunya yang dapat memungkinkan bayi terpapar pada bakteri-bakteri normal pada kulit ibu, yang dapat melindungi bayi terhadap kumankuman berbahaya. Kolostrum yang mengandung banyak antibodi zat protektif yang segera didapat bayi akan memberikan daya tahan tubuh bayi dan melindungi bayi terhadap berbagai penyakit. Selain itu dengan rawat gabung bayi akan lebih sering menyusui dan ikterus neonatorum akan jarang terjadi, kehangatan bayi terjaga dengan kontak antara ibu dan bayi sehingga hipotermi dapat dihindari juga memungkinkan bayi untuk tidak terpapar banyak petugas sehingga infeksi nasokomial dapat dicegah. 2. Syarat Rawat Gabung Kondisi ibu dan bayi a. Lahir spontan b. Berat badan bayi normal, tidak ada cacat bawaan dan tidak ada kelainan metabolic c. Umur kehamilan 36-42minggu d. Tidak aspiksia nilai apgar menit ke 5 lebih dari 7 e. Tidak terdapat infeksi intrapartum f. Bila lahir dengan tindakan rawat gabung dilakukan setelah bayi dinyatakan sehat.



g. Bila lahir dengan sc makan keadaan ibu dan bayi telah sadar dari anestesi h. Ibu sehat jasmani dan rohani 3. Persiapan Sarana dan Prasarana Rawat Gabung 1) Persiapan untuk bayi a. Bayi ditempatkan dalam box tersendiri yang berdekatan dengan tempat tidur ibu atau ditempatkan di samping ibu dalam tempat tidur yang sama yang diberi penghalang (bedding in) agar memudahkan ibu menjangkau bayi untuk setiap saat dibutuhkan. b. Sediakan alat-alat bayi dan pakaian bayi ditempat yang terjangkau agar ibu dapat dengan mudah merawat bayinya. 2) Persiapan ibu a. Sediakan tempat tidur yang rendah agar memudahkan ibu untuk naik turun tempat tidur atau sediakan tangga pijakan. b. Sediakan perlengkapan nifas di tempat yang terjangkau 3) Persiapan ruangan a. Ruangan cukup hangat, sirkulasi udara cukup b. Ruangan unit harus dekat dengan pengawasan petugas 4) Persiapan sarana a. Lemari alat dan pakaian ibu dan bayi b. Tempat mandi bayi dan perlengkapannya c. Tempat cuci tangan dengan air mengalir d. Kamar mandi untuk ibu e. Bel untuk memanggil petugas f.



Tersedianya poster, leaflet, buku, tentang manajemen laktasi,



perawatan bayi, nifas dll



g-



Ba yi 40 baru 00 l g U ahi sia r sp ge on st tan as i 3 Be r 7 - 4 at > 2 m 25 0 in gg 0 u



4. Alur Rawat Gabung -



stabil tidak ada faktor resiko



Tidak Stabil



Tidak stabil



Stabilisasi diruang kamar bersalin ruang transisi



IMD dan Rawat gabung penuh diruang bersalin dan ruang nifas



Stabil



Rawat gabung penuh di ruang bersalin dan ruang nifas



Rujuk



.



5. Kondisi yang memungkinkan bayi tidak rawat gabung 1) Bayi saat dimandikan 2) Bayi sedang Kondisi yang dilakukan pemeriksaan oleh dokter / visite 3) Bayi sedang dilakukan pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi) 4) Bayi sakit yang memerlukan perawatan lebih lanjut. c. Pelayanan Kesehatan Neonatal Fisiologi 1) Asuhan Bayi Baru Lahir (Level I) a. Fungsi Unit : 1. Resusitasi neonates 2. Rawat gabung bayi sehat – ibu



3. Asuhan evaluasi pascasalin neonatus sehat 4. Stabilisasi dan pemberian asuhan bayi baru lahir usia kehamilan 36 - 37mg yang stabil secara fisologis 5. Perawatan neonatus usia kehamilan < 35 minggu atau



neonatus sakit sampai dapat pindah ke fasilitas asuhan neonatal spesialis. 6. Stabilisasi neonatus sakit sampai dapat pindah ke fasilitas asuhan neonatal spesialistik. b. Kriteria Rawat Inap Neonatus 1. Neonatus nor mal, stabil, cukup bulan dengan berat lahir = 2,5kg. 2. Neonatus cukup bulan (masa kehamilan 35-37 mg), stabil secara fisiologis, bayi dengan resiko rendah. 2) Imunisasi. 7. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan adalah keseluruhan proses pendataan pelaksanaan pelayanan maternal dan perinatal di rumah sakit, meliputi : a. Laporan pelaksanaan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan b. Laporan angka keterlambatan operasi sectio caesaria (SC) > 30 menit c. Laporan angka keterlambatan penyediaan darah > 60 menit d. Laporan angka kematian maternal dan neonatal e. Laporan angka kejadian tidak dilakukannya inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi baru lahir. 8. Penggunaan buku register di rumah sakit dalam pelayanan maternal dan perinatal berisi data-data dasar semua pasien termasuk maternal dan perinatal resiko tinggi. Dari data tersebut diharapkan dapat membantu untuk melakukan analisa dan pencatatan selama penanganan guna kepentingan dalam peningkatan mutu maupun kinerja pelayanan maternal dan perinatal di rumah sakit. 9. Sistem Pembiayaan Pembiayaan untuk pelayanan maternal & perinatal ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku atas dasar jenis pelayanan dan kelas perawatan. Sistem Pembiayaan a. Sumber : 1. Biaya sendiri 2. Asuransi (BPJS) b. Pola pembiayaan terdiri dari 1. Konsul dokter 2. Tindakan a. Jasa visite



b. Jasa Rumah Sakit meliputi ruang perawatan, sewa kamar operasi dll c. Bahan dan alat d. Sistem Rujukan a) Pengertian rujukan Sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik baik vertikal maupun horisontal dan struktulal maupun fungsional ter hadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan. Kegiatan rujukan mencakup: 1) Rujukan pasien Rujukan pasien terbagi dua yaitu rujukan internal adalah rujukan antar spesialis dalam satu rumah sakit dan rujukan ekstemal adalah rujukan antar spesialis keluar rumah sakit dengan mengikuti sistem rujukan yang ada. RSAU dr. Hoediyono menerima rujukan dari Faskes Tingkat I, Bidan Praktek Mandiri, dokter dan klinik swasta. Dan melakukan rujukan ke Rumah Sakit Tipe B semisal RSUD Ciereng, ataupun Rumah Sakit setingkat yang memiliki fasilitas lebih lengkap 2) Rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk peningkatan kemampuan tenaga kesehatan (dana, alat dan sarana). 3) Rujukan manajemen Dapat berupa permintaan kepada unit yang lebih mampu atau bantuan kepada unit yang kurang mampu untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu, yang tidak dapat diatasi sendiri. b) Sistem Pelayanan Menerima Rujukan Maternal dan Neonatal Bila ada pasien yang dirujuk dari Faskes Tingkat I, Bidan Praktek Mandiri, Dokter dan Klinik Swasta, berpedoman kepada prosedur rujukan didalam rumah sakit dan mekanisme kerja dibagian/instalasi Anak dan Obstetri & Ginekologi.Rujukan eksternal mengikuti mekanisme rujukan sesuai jenjang pelayanan.



Persiapan menerima Pasien: 1. Menyiapkan petugas yang terlatih untuk menerima pasien. 2. Pada saat menerima pasien rujukan jika telah ada komunikasi sebelumnya krosceck keadaan pasien dengan informasi yang sebelumnya diperoleh. Bila belum ada komunksai sebelumnya tanyakan kepada petugas yang merujuk hal-hal berikut: a. nama pasien b. nama petugas yang merujuk c. Indikasi rujukan d. Kondisi ibu, janin atau bayi e. Penatalaksanaan yang telah dilakukan selama dan sebelum dirujuk. f. Kelengkapan berkas 



Formulir rujukan / pengantar







Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan dengan kondisi pasien saat ini /resume



 



Hasil pemeriksaan penunjang Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan 3. Memastikan kondisi pasien dengan melakuan pemeriksaan 4. Jika pasien membutuhkan tindakan medis pastikan pasien mendapat penjelasan tentang prosedur yang dilaksanakan adalah untuk menyelamatkan ibu dan bayi 5. Persiapan pihak keluarga untuk memberikan persetujuan tindakan medis dan pemberian darah jika dibutuhkan. Pasien/ keluarga diberi penjelasan mengenai tindakan perawatan yang akan dilaksanakan. c. Sistem dan Mekanisme Rujukan Maternal dan Neonatal Secara umum, rujukan dilakukan bila tenaga dan perlengkapan di RSAU dr.Hoediyono tidak mampu melaksanakan komplikasi yang mungkin terjadi. Berdasarkan sifatnya rujukan dibagi menjadi dua : 1. Rujukan kegawat daruratan Berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang tidak dapat diatasi ditempat. 2. Rujukan berencana Rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih panjang ketika keadaan umum pasien masih relatif baik tetapi beresiko kegawatdaruratan tidak dapat ditangani di tempat.



Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila : 1) Kondisi tidak stabil untuk dipindahkan 2) Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani 3) Kondisi cuaca dan moda transportasi membahayakan d. Perencanaan rujukan 1) Komunikasikan rencana rujukan pada pasien dan keluarga, karena rujukan harus mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga. Petugas perlu memberikan kesempatan dan pertimbangan jika memungkinkan dengan menyampaikan hal-hal berikut : a. Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan b. Alasan untuk merujuk c. Resiko yang timbul jika tidak dirujuk d. Resiko yang timbul saat dirujuk e. Waktu yang tepat dan durasi untuk merujuk f. Moda dan cara transportasi yang digunakan g. Nama petugas yang akan merujuk h. Jam operasional dan nomer telepon tempat tujuan rujukan i. Perkiraan waktu lama dirawat j. Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan k. Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan modal transportasi lain l. Pilihan akomodasi untuk keluarga 2) Hubungi pusat layanan yang akan menerima rujukan dan sampaikan kepada petugas kesehatan yang akan mener ima pasien hal-hal berikut: a. Indikasi rujukan b. Kondisi ibu, janin atau bayi c. Rencana terkait prosedur teknis rujukan d. Kesiapan sarana dan prasarana tujuan rujukan e. Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum merujuk. f. Sampaikan nama pasien, nama petugas yang akan merujuk, penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Dan pastikan telah dicatat oleh petugas tujuan rujukan. 3) Lengkapi dan kirim berkas-berkas berikut: a. b. c.



Formulir rujukan Fotokopi rekam medis kunjungan pemeriksaan Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan dengan kondisi



4) 5) 6)



7) 8) 9)



pasien saat ini d. Hasil pemeriksaan penunjang e. Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan Pastikan ibu telah memakai gelang identifikasi Bila terdapat indikasi pasang infus dengan iv catheter 16 atau 18 Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obat sesuai indikasi setelah berdiskusi dengan petugas tujuan. Semua resusitasi, penanganan kegawatadaruratan telah dilaksanakan sebelum memindahkan pasien. Periksa kelengkapan rujukan Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk a. Keadaan umum pasien



b. Tanda-tanda vital c. Denyut jantung janin d. Presentsi e. Dilatasi serviks f. Letak janin g. Kondisi ketuban h. Kontraksi uterus 10) Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama petugas dan jam pemeriksaan terakhir.



BAB V DOKUMENTASI Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data dengan cara mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan pelayanan yang diberikan pada penyelenggaraan pelayanan obstetri neonatal esensial komprehensif (PONEK) 24 jam yang dilakukan di RSAU dr. Hoediyono. Pendokumentasian dicatat setiap hari dan di laporkan dalam bentuk Laporan trimester. Adapun kegiatan pelayanan obstetri neonatal esensial komprehensif (PONEK) 24 jam yang dilaporkan adalah a. Laporan pelaksanaan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan. b. Laporan angka keterlambatan operasi sectio caesaria (SC) > 30 menit c. Laporan angka keterlambatan penyediaan darah > 60 menit d. Laporan angka kematian maternal dan neonatal e. Laporan angka kejadian tidak dilakukannya inisiasi menyusu dini (IMD) pada bayi baru lahir



Kepala RSAU dr. Hoediyono Wakil Sementara,



dr. Indria Sari, Sp.B., MPH Kapten Kes NRP 533181