PANDUAN PRAKTIS BUDIDAYA BAYAM e Book 1 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • nur
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN PRAKTIS BUDIDAYA BAYAM



Penyusun : Olga Elvata Tata letak : Werdiantoro Desain sampul : Tim Redaksi



Diterbitkan oleh: Shira Media



ISBN : 978-602-6657-01-5 100 hlm; 14 x 21 cm



Cetakan I, 2017 Hak cipta dilindungi undang-undang



Distribusikan oleh: CV Solusi Distribusi Jl. Wulung RT 07 RW 56 Pandean Condongcatur Sleman Yogyakarta Telp./Faks. 0274-6411861, 6411862 http://solusibuku.com



KATA PENGANTAR Usaha budidaya tanaman dapat digolongkan sebagai usaha agribisnis yang diharapkan dapat membangun sektor pertanian sehingga dapat menyokong perkembangan dan peningkatan kesejahteraan rakyat, khususnya usaha ekonomi yang bersifat berkelanjutan. Untuk mencapai usaha ekonomi yang berkelanjutan tersebut, usaha budidaya tanaman tidak hanya berhenti pada penanaman saja, tetapi juga merambah bidang pemasaran dan pengolahan tanaman yang dibudidayakan. Tantangan nyata dalam usaha budidaya tanaman pada saat ini adalah adanya pemanasan global yang tidak bisa dielakkan lagi. Menyikapi adanya pemanasan global yang mempengaruhi ketidaktentuan musim pada saat ini, banyak petani yang gagal panen, sehingga para petani atau pelaku budidaya tanaman harus memutar otak mencari cara supaya bisa merasakan panen dengan hasil bukan dengan kegagalan dan kerugian. Diperlukan beberapa siasat untuk tetap berproduksi, tetap melakukan penanaman, dan memperoleh hasil yang menguntungkan meskipun musim tidak menentu. Pada saat ini, para peneliti, pelaku budidaya tanaman, pecinta tanaman, dan balai pertanian sudah memberikan beberapa teknologi pertanian yang bisa dijadikan alternatif bercocok tanam atau membudidayakan tanaman. Tulisan ini juga membahas mengenai kiat-kiat dari teknik budidaya tanaman mulai dari teknik yang umum (konvensional) hingga teknik yang urban (vertikultur dan hidroponik). Oleh karena itu, tulisan ini disusun untuk memberikan wacana kepada pelaku usaha budidaya tanaman, khususnya budidaya sayuran/tanaman bayam dan para pembaca luas mengenai seluk beluk tanaman bayam. Dengan adanya tulisan ini diharapkan pelaku bisnis bayam bisa meningkatkan hasil budi dayanya dan bagi pembaca luas bisa memperoleh pengetahuan mengenai budidaya bayam dan tertarik untuk memulai budidaya bayam. Buku ini membahas mengenai berbagai pengetahuan tentang budidaya bayam, mulai dari kandungan gizi, peluang usaha, cara budidaya bayam, berbagai macam hama, penyakit, dan gulma yang menyerang tanaman bayam, hingga aneka olahan bayam.



3



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1 PERAN TANAMAN BAYAM BAGI PERKEMBANGAN EKONOMI DI MASA DEPAN



7



BAB 2 BOTANI TANAMAN BAYAM



11



A.



Asal Usul Tanaman Bayam



11



B.



Tanaman Bayam di Indonesia



11



C.



Taksonomi Tanaman Bayam



12



D.



Morfologi Tanaman Bayam



14



E.



Jenis Tanaman Bayam



17



BAB 3 SYARAT TUMBUH BAYAM



20



A.



20



Curah Hujan



B. Suhu



21



C. Cahaya



21



D. Angin



21



E. Air



21



F. Tanah



21



G.



22



Ketinggian tempat



BAB 4 BUDI DAYA BAYAM



23



A. PEMBIBITAN



24



B.



BUDIDAYA BAYAM DENGAN MEDIA TANAH (BEDENG)



26



C.



BUDIDAYA BAYAM DENGAN MEDIA POT



32



D.



BUDIDAYA BAYAM SECARA HIDROPONIK



40



E. PANEN



46



F. PASCAPANEN



48



4



BAB 5 HAMA, PENYAKIT, DAN GULMA



50



A.



JENIS-JENIS HAMA, PENYAKIT, DAN GULMA YANG DAPAT MENGGANGGU TANAMAN BAYAM



50



B.



UPAYA PENCEGAHAN HAMA, PENYAKIT, DAN GULMA



60



C.



UPAYA PENGENDALIAN HAMA, PENYAKIT, DAN GULMA



63



BAB 6 ANEKA OLAHAN BAYAM



71



A.



Kecambah bayam (sprouts)



71



B.



Keripik bayam



73



C.



Stick bayam



74



D



Kerupuk bayam



76



E.



Roti tawar bayam



77



F.



Pancake Bayam



79



G.



Mie Bayam



81



H.



Pizza Bayam



81



I.



Nasi Goreng Bayam



83



J.



Bubur bayam telur



84



K.



Kue Lapis Wortel Bayam



86



L.



Godir bayam



89



M.



Bolu kukus bayam



91



N.



Puding bayam nangka



92



O.



Smoothies banana spinach



93



P.



Spinach Pina colada



94



DAFTAR PUSTAKA PROFIL PENULIS



5



BAB 1 PERAN TANAMAN BAYAM BAGI PERKEMBANGAN EKONOMI DI MASA DEPAN Kebutuhan pangan terutama pangan yang mengandung gizi menjadi kebutuhan pokok masyarakat yang setiap saat selalu mengalami peningkatan. Masyarakat pada saat ini sudah mulai berpikir bahwa hakikat makan itu tidak hanya mencari kenyang tetapi juga menjaga kesehatan tubuh dan memenuhi kebutuhan tubuh. Adanya peningkatan kebutuhan pangan bergizi tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh kesadaran pada diri masyarakat mengenai makan bergizi dan juga adanya faktor semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, semakin sempitnya lahan pertanian karena terdesak oleh pembangunan gedung-gedung, dan iklim yang tidak menentu karena pengaruh pemanasan global. Oleh karena alasan-alasan seperti disebutkan di atas, harga pangan juga mengalami ketidakstabilan. Namun yang jelas, lonjakan harga atau kenaikan harga sering kali ditemui. Banyak terdengar kabar bahwa harga pangan hasil pertanian naik drastis karena gagal panen, alasannya adalah kondisi iklim yang tidak stabil. Dengan demikian diperlukan terobosan baru untuk mengatasi permasalahan pangan tersebut. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah memahami dan mempelajari kembali cara budidaya dari tanaman-tanaman pangan, sehingga ditemukan teknik budidaya yang handal dan bisa memperoleh hasil yang melimpah. Salah satu tanaman pangan yang cukup digemari masyarakat ada7



lah bayam. Bayam termasuk sayuran yang cukup dicari oleh pembeli. Hal ini karena rasanya yang enak, mudah diolah atau dimasak, teksturnya lunak, dan bergizi. Disamping itu, harganya yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat juga menjadi nilai penting dari bayam. Harga pasaran bayam pada warung-warung kecil di daerah Bantul, Yog­yakarta berada pada kisaran harga Rp 1.500,00 hingga Rp 2.000,00 per satu ikat. Trihardjana (2007) dalam makalahnya yang berjudul “Kajian Potensi Diuretika dari Beberapa Jenis Tanaman di Sekitar Rumah” menyebutkan bahwa daun bayam merah (Amaranthus Tricolor) mempunyai potensi untuk diuresis (memperlancar buang air kecil). Selanjutnya Trihardjana menyebutkan bahwa daun bayam merah ini berfungsi sebagai diuretic osmotic karena zat yang terkandung dalam bayam merah tersebut berpotensi untuk meningkatkan tekanan osmotic pada lumen tubulus ginjal. Di samping itu, bayam merah juga memiliki kandungan senyawa kimia yang berupa amaranthi, kalium nitrat, zat besi, piridoksin, mengandung vitamin A, C, dan K, serta terdapat kandungan fosfat (ibid), dengan meminum air seduhan akar dan daun bayam merah selama beberapa hari dapat bermanfaat untuk pelancar ASI, peluruh air seni, penambah darah. Lindayani (dalam ibid) menyebutkan bahwa produksi urin akan meningkat dua kali lipat apabila diberi ekstrak daun bayam merah sebanyak 25%. Berikut ini disajikan tabel komposisi gizi daun bayam dari berbagai jenis, yaitu Amaranthus biltum L., Amaranthus Spinosus L., Amaranthus gangeticus L., dan Amaranthus hybridus L. yang dikutip dari Morris (dalam Fatimah, 2009). No



Komposisi Gizi Kalori (g) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Serat (g) Abu (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg)



8



Amaranthus biltum L. 36 3,88 1,1 9,38 3,2 323 -



Amaranthus Spinosus L. 276 30 4,5 50 10 20 5.000,0 4.450,0



Amaranthus gangeticus L. 51 3,5 0,25 6,6 3,1 2.441,0 1.008,0



Amaranthus hybridus L. 20,0 2,3 0,3 3,2 1,5 0,6 81,0 55,0



Zat besi (mg) Sodium (mg)



8,3 -



100 30



24 34



3,0 0,6



Potassium (mg) Vitamin A (mg) Tiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Vitamin C (mg)



6.090,0 80



3.000,0 40 0,06 2,02 8 503



4.475,0 337.623,0 0,68 2,37 11,5 730



9.420,0 59,0



Bayam juga bisa dimanfaatkan sebagai alternatif pewarna makanan alami, selain daun suji, kunyit, daun jati (pewarna alami masakan gudeg) dan tanaman lainnya. Bayam yang berdaun hijau bisa digunakan sebagai pemberi warna hijau, sedangkan bayam berdaun merah bisa memberi warna merah keunguan pada makanan. Penggunaan tanaman pangan sebagai pewarna pada makanan ini lebih aman bahkan sama sekali tidak berbahaya bagi konsumen jika dibandingkan menggunakan produk pewarna makanan dari bahan yang lain. Tanaman bayam ini sedikit banyak juga sensitif dengan perubahan musim. Meskipun bayam termasuk tanaman yang bisa hidup di semua musim—baik penghujan maupun kemarau—tetapi tanaman bayam paling produktif paling bagus ditanam pada musim penghujan atau di awal musim kemarau. Pada saat-saat tersebut, tanaman bayam bisa memperoleh air cukup banyak karena bayam termasuk tanaman yang tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh ketersediaan air. Fakta seperti disebutkan di atas bisa menjadi tantangan tersendiri bagi para petani bayam, sekaligus bisa menjadi bukan suatu masalah bagi petani bayam apabila bisa menyiasati ketidakstabilan musim tersebut. Hal ini perlu diperjuangkan karena mengingat banyaknya penggemar bayam yang berjalan seiring dengan prospek tanaman bayam yang terus meningkat, bahkan bisa digambarkan menjadi penyokong perekonomian masa depan. Baru-baru ini, telah banyak ditemukan teknologi bercocok tanam atau budidaya bayam yang sistemnya sudah tidak hanya berbentuk konvensional tetapi sudah ada inovasi penanaman dengan pot yang dilakukan dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah. Pada 9



dasarnya pembelajaran mengenai perkembangan teknologi pertanian dan pengalaman-pengalaman pelaku budidaya bisa dijadikan acuan sekaligus evaluasi untuk pemerolehan hasil yang lebih baik.



10



BAB 2 BOTANI TANAMAN BAYAM A. Asal Usul Tanaman Bayam Tanaman bayam diduga berasal dari daerah Amerika Tropik (Hadisoeganda, 1996). Dugaan tersebut disasarkan pada pengamatan yang memperlihatkan banyaknya ragam tanaman bayam yang ditemukan di sana. Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa tanaman bayam berasal dari wilayah India. Pendapat tersebut mengacu pada penemuan yang menunjukkan bahwa tanaman bayam—terutama tanaman bayam biji— telah dibudidayakan di sana sejak lama. Berbeda dengan India yang memanfaatkan tanaman bayam sebagai sumber pangan, di wilayah Amerika Tropik, tanaman bayan digunakan sebagai tanaman hias. B. Tanaman Bayam di Indonesia Jika dugaan mengenai tempat asal tanaman bayam adalah Amerika Tropik, yang menganggap bayam hanya sebagai tanaman hias maka tanaman bayam ketika masuk di Indonesia mengalami peningkatan nilai guna, yaitu sebagai sumber pangan. Asumsi tersebut sejalan dengan William et al (dalam Mairusmianti, 2011) yang menjelaskan bahwa tanaman bayam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad XIX dan diperkenalkan sebagai tanaman pangan. Pengenalan tanaman bayam sebagai tanaman pangan tersebut tidak hanya di Indonesia saja tetapi meliputi seluruh negara-negara berkembang di dunia. Dalam pengenalan tersebut, disebutkan pula bahwa tanaman bayam mengandung protein. 11



Pada saat ini, tanaman di Indonesia menjadi tanaman sayur yang cukup digemari oleh masyarakat. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya olahan makanan yang berbahan dasar tanaman bayam, mulai dari olahan sayur, makanan ringan (snack), bahan pembuat roti, minuman, hingga bahan pewarna makanan alami. Melihat besarnya kebutuhan masyarakat terhadap tanaman bayam tersebut, sehingga pada saat ini banyak ditemui orangorang yang membudidayakan tanaman bayam, baik budidaya dalam lahan luas—seperti bedeng—maupun budidaya dalam lahan sempit—seperti budidaya bayam di pekarangan rumah. Di samping dikenal sebagai tanaman pangan, ada beberapa jenis tanaman bayam yang dianggap sebagai gulma, sehingga tidak dikonsumsi atau dibudidayakan. Tanaman bayam dianggap sebagai gulma adalah tanaman bayam yang memiliki daun lancip dan memiliki permukaan kasar, biasanya daunnya hanya sedikit, sedangkan bunganya sangat banyak. Batangnya ada yang tumbuh tegak dengan banyak cabang atau jenis bayam yang batangnya semi merambat (menempel ke tanah), serta di permukaan batangnya terdapat duri-duri tajam. Tanaman bayam yang biasa dianggap sebagai gulma tersebut antara lain bayam yang berjenis bayam duri dan bayam tanah. Kedua jenis tersebut biasanya hanya dijadikan pakan ternak. Selain dijadikan bahan pangan, bayam juga dijadikan sebagai ramuan obat. Hal itu sejalan dengan banyaknya kandungan gizi yang sangat kompleks dalam bayam yang bisa menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu. Bahkan, bayam liar, bayam tanah, atau bayam duri dipercaya bisa dimanfaatkan sebagai obat yang bisa mengobati penyakit secara alami, bayam tersebut memiliki nilai guna lebih tinggi dari pakan ternak. C. Taksonomi Tanaman Bayam Plantamor dalam Situs Dunia Tumbuhan (dalam Fatimah, 2009) menguraikan taksonomi tanaman bayam berdasarkan ciri 12



dan morfologi sebagai berikut ini.



1. Bayam Tahun  Kingdom : Plantae  Divisio



: Magnoliophyta



 Kelas



: Magnoliopsida



 Ordo



: Caryophyllales



 Familia



: Amaranthaceae



 Genus



: Amaranthus



 Spesies



: Amaranthus Hybridus L.



2. Bayam Merah  Kingdom : Plantae  Divisio



: Magnoliophyta



 Kelas



: Magnoliopsida



 Ordo



: Caryophyllales



 Familia



: Amaranthaceae



 Genus



: Amaranthus



 Spesies



: Amaranthus Gangeticus L.



3. Bayam Berduri  Kingdom : Plantae  Divisio



: Magnoliophyta



 Kelas



: Magnoliopsida



 Ordo:



Caryophyllales



 Familia



: Amaranthaceae



 Genus



: Amaranthus 13



 Spesies



: Amaranthus Spinosus L.



4. Bayam Tanah  Kingdom : Plantae  Divisio



: Magnoliophyta



 Kelas



: Magnoliopsida



 Ordo



: Caryophyllales



 Familia



: Amaranthaceae



 Genus



: Amaranthus



 Spesies



: Amaranthus BIltum L.



D. Morfologi Tanaman Bayam



1. Akar Fatimah (2009) dan Mairusmianti (2011) menyebutkan bahwa bayam memiliki akar tunggang dan sistem akar bayam bersifat menyebar pada kedalaman antara 20—40 cm. dengan melihat kedalaman akar dari bayam tersebut, dapat dikatakan bahwa bayam merupakan tanaman yang memiliki sistem akar dangkal.



Penampakan akar tanaman bayam Sumber: http://otaku2u.blogspot.co.id/2012/09/penyakit-karang-batu.html?m=1



2. Batang 14



Batang bayam pada umumnya tegak, tetapi ditemukan pula beberapa jenis bayam yang memiliki bentuk batang menjalar, bercabang, dan ada pula yang berbatang gemuk berdaging/succulent (Hadisoeganda, 1996). Dilihat dari ciri batangnya, bayam memiliki bentuk bulat atau silinder, lunak, berair, ada beberapa jenis bayam yang memiliki duri, seperti bayam jenis Amaranthus Spinosus L. Fatimah (2009) menyebutkan bahwa bayam jenis Amaranthus Hybridus L. memiliki banyak cabang dan batangnya bisa mengeras (berkayu). Cabang dari bayam jenis ini akan banyak tumbuh tunas cabang baru apabila sering dilakukan pemangkasan. Warna batang bayam beraneka ragam, ada yang berwarna hijau, kuning, merah, kemerah-merahan, dan atau kombinasi dari warna-warna tersebut (Hadisoeganda, 1996). Jenis bayam yang memiliki batang merah atau kemerahan dan berstruktur keras, yaitu Amaranthus Blitum L. dan Amaranthus Spinosus L (Fatimah, ibid).



Batang tanaman bayam Sumber: http://extension.missouri.edu/explore/images/ipm1007amaranth03.jpg http://newfs.s3.amazonaws.com/taxon-images-1000s1000/Amaranthaceae/amaranthusviridis-st-jgwaltney.jpg 15



3. Daun Bayam merupakan tanaman yang memiliki daun tunggal. Daun bayam biasanya berbentuk oval atau bulat telur dengan ujung agak runcing dengan dilengkapi dengan ciri-ciri urat daun yang cukup jelas (Fatimah, 2009). Warna daun bayam beraneka ragam, ada yang berwarna hijau (hijau muda, hijau tua, hijau keputih-putihan) dan merah. Menurut Rismundandar (dalam Mairusmianti, 2011) menambahkan bahwa panjang daun bayam bisa mencapai 1,5 hingga 6,0 cm dan lebarnya bisa mencapai 0,5 hingga 3,2 cm dengan panjang tangkai daun berkisar antara 0,5 hingga 9,0 cm.



Daun bayam cabut Sumber: http://1.bp.blogspot.com



4. Bunga Bunga bayam bisa muncul pada ujung batang atau pada ketiak daun. Bunga bayam berukuran kecil yang tertata pada tandan yang berbentuk panjang seperti ekor. Kelamin dari bunga bayam bersifat tunggal, setiap bunga memiliki lima mahkota dengan panjang yang berkisar antara 1,5 hingga 2,5 mm (Mairusmianti, 2011).



16



Bunga bayam budidaya dan bunga bayam liar Sumber: http://kkcdn-static.kaskus.co.id/images/2013/04/15/5254900_20130415071815.jpg https://ahsanfile.files.wordpress.com/2014/01/wpid-ahsanfile-bunga-bayam-liar.jpg



5. Biji Perkembangbiakan bayam dilakukan dengan biji (generatif). Biji bayam berukuran kecil berwarna cokelat pekat atau hitam mengkilap. Setiap tandan bunga dapat menghasilkan banyak biji.



Biji bayam yang sudah tua http://alamtani.com/budidaya-bayam-organik.html



E. Jenis Tanaman Bayam Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi (2009) menyebutkan bahwa bayam memiliki tiga macam jenis, yaitu (1) bayam cabut, (2) bayam petik, dan (3) bayam yang bisa dicabut dan juga dapat dipetik. Rukmana (dalam Fatimah, 2009) menggolongkan bayam 17



menjadi dua macam, yaitu (1) bayam liar yang terdiri atas Amaranthus Blintum L. dan Amaranthus Spinosus L. dan (2) bayam budidaya yang terdiri atas Amaranthus Tricolor L. dan Amaranthus Hybridus L. Hadisoeganda (1996) menguraikan bahwa terdapat lima jenis bayam yang bisa dibudidayakan, yaitu (1) Amaranthus Cruentus, (2) Amaranthus Tricolor dan Amaranthus Hybridus, (3) Amaranthus Caudatus, dan Amaranthus Paniculatus, (4) Amaranthus Dubius, dan (5) Amaranthus Hypochondriacus.



1. Amaranthus Cruentus Jenis bayam ini memiliki ciri-ciri memiliki struktur batang tinggi tegak, batang dan daun berukuran besar, diduga berasal dari Guatemala. Di Indonesia dikenal dengan istilah bayam ageng atau bayam maksi. Jenis bayam ini bisa dimanfaatkan daun dan bijinya sebagai bahan makanan. Oleh karena ukurannya yang sangat besar, jenis bayam ini bisa dimanfaatkan sebagai bayam cabut pada usia 21 hari. Daun-daunnya bisa dipanen sebagai bayam petik pada masa sebelum berbunga. Bayam ini bisa didayagunakan hingga satu tahun, bahkan lebih agar bisa dimanfaatkan bijinya secara maksimal.



2. Amaranthus Tricolor dan Amaranthus Hybridus Kedua jenis bayam ini termasuk jenis bayam yang dibudidayakan sebagai bayam cabut di Indonesia. Nama sebutan untuk jenis bayam ini ada beberapa macam, ada yang menyebut sebagai bayam kakap, bayam sekop, bayam sekul, bayam putih, bayam plastik, bayam prada, bayam sutera, dan masih ada sebutan yang lainnya. Amaranthus Tricolor biasa disebut sebagai bayam merah, sedangkan Amaranthus Hybridus disebut sebagai bayam cabut biasa.



3. Amaranthus Caudatus, dan Amaranthus Paniculatus Amaranthus Caudatus diperkirakan berasal dari Peru dan beberapa wilayah di pegunungan Andes lainnya. Postur dari 18



bayam ini adalah tegak, batang dan daun ada yang berwarna kehijauan, hijau, kemerahan, merah tua, kuning, dan masih banyak variasi warna yang lainnya. Bunga dari bayam jenis ini memiliki tanda yang bagus warna dan bentuknya sehingga ada beberapa orang yang membudidayakan sebagai tanaman hias. Amaranthus Paniculatus juga memiliki postur yang tegap. Daunnya berwarna hijau. Jenis bayam ini cenderung dibudidayakan sebagai bayam cabut daripada bayam yang dimanfaatkan bijinya atau bahkan bayam hiasan. Meskipun demikian, kedua jenis bayam ini memiliki kegunaan sebagai bayam cabut, bayam petik, bayam biji, tanaman hias, dan bahkan sebagai obat tradisional.



4. Amaranthus Dubius Jenis bayam ini memiliki nama kultivar bayam kakap hijau yang dibudidaya sebagai bayam petik. Bayam ini memiliki karakteristik postur tegap atau bahkan lebih tegap dari jenis-jenis bayam sayur yang lainnya. Daun berwarna hijau tua atau kemerahan dan berukuran lebih lebar dari bayam sayur lainnya. Umur dari bayam jenis ini juga cenderung lebih lama dan memiliki masa berbunga yang lebih panjang. Bunga-bunganya tidak tumbuh di ujung batang tetapi pada ketiak-ketiak daun dan terminal batang.



5. Amaranthus Hypochondriacus Bayam jenis ini berasal dari Mexico, biasanya dibudidayakan untuk dimanfaatkan bijinya daripada daunnya. Bayam ini memiliki karakteristik batang yang dapat menjulang tinggi hingga tiga meter dan tidak bercabang. Postur batang tegap, warna batang dan daunnya merah bercahaya. Bunganya tumbuh di ujung batang dengan jumlah yang sangat banyak maka dari itu bayam ini cenderung dimanfaatkan bijinya daripada daunnya. 19



BAB 3 SYARAT TUMBUH BAYAM A. Curah Hujan Yunaifi (2013) menyebutkan bahwa bayam membutuhkan curah hujan yang cukup tinggi supaya laju pertumbuhannya berjalan dengan baik. Curah hujan yang dibutuhkan oleh tanaman bayam adalah 1500 mm per tahun atau bahkan bisa lebih (ibid). Bayam termasuk tanaman yang mudah ditanam dan dibudidayakan. Tanaman ini bisa ditanam tanpa melihat musim, bisa ditanam waktu musim penghujan maupun kemarau. Namun, bayam akan tumbuh dengan baik pada musim penghujan atau awal musim kemarau. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa pada kurun waktu tersebut, ketersediaan air melimpah dan kandungan air dalam tanah tetap terjaga sehingga bayam dapat tumbuh subur. B. Suhu Di samping curah hujan, faktor suhu juga mempengaruhi kualitas produktivitas bayam. Suhu yang baik untuk penanaman bayam, yaitu antara 25º hingga 35º Celcius (Marsusi, 2010). Hal tersebut berbeda dengan pendapat Yunaifi (2013) yang berpendapat bahwa suhu udara yang dibutuhkan tanaman bayam berkisar antara 16º hingga 20º Celcius. Kedua pendapat tersebut saling bertentangan. Pendapat pertama cenderung beranggapan bahwa bayam cocok ditanam pada suhu yang panas seperti pada suhu di dataran rendah, sedangkan pendapat kedua cenderung beranggapan bahwa bayam cocok pada suhu udara yang cukup dingin seperti pada 20



dataran tinggi. Jika mengaitkan kedua pendapat tersebut dengan realitas yang ada, yaitu bayam bisa tumbuh dimana saja, bayam bisa tumbuh dengan baik pada suhu rendah maupun tinggi, yaitu antara 16º hingga 35º Celcius. C. Cahaya Pertumbuhan bayam paling baik adalah mendapatkan banyak sinar matahari (Marsusi, 2010). Apabila tanaman bayam kekurangan sinar matahari (berada pada tempat yang teduh), tanaman bayam akan menjadi kurus. D. Angin Tanaman bayam tidak bisa terkena angin yang terlalu kencang, karena kondisi tiupan angin yang cukup tinggi akan berdampak pada rusaknya tanaman bayam. Hal ini akan terasa dampaknya pada tanaman bayam petik yang sudah tumbuh tinggi, kondisi angin yang kencang akan membuat tanaman bayam roboh. E. Air Bayam termasuk tanaman yang cukup membutuhkan air. Ketersediaan air dalam tanah akan mempengaruhi tumbuh kembang tanaman bayam. Bayam yang kekurangan air akan terlihat kurus, layu, dan terganggu pertumbuhannya. Bayam yang mendapat air yang cukup akan terlihat gemuk dan berdaun hijau lebat. F. Tanah Tanah yang memiliki kandungan hara yang baik dan didukung dengan kondisi tanah yang gembur dan subur akan mempengaruhi kualitas pertumbuhan tanaman bayam. Yunaifi (2013) menguraikan bahwa tanaman bayam ditanam pada tanah yang mengandung pH antara 6 hingga 7. Jika tanaman bayam ditanam pada tanah ber-pH di bawah 6 maka pertumbuhan bayam 21



akan buruk karena kondisi tanah terlalu asam. Apabila pH tanah di atas 7 (alkalis) maka pertumbuhan daun akan memucat, berwarna putih kekuning-kuningan (klorosis) (ibid). G. Ketinggian tempat Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi (2009) dapat tumbuh setiap tahun pada ketinggian 1000 mdpl dengan pengairan tidak terlalu banyak. Balai Pengkajian Teknologi Pangan Kalimantan Barat (2010) menambahkan bahwa bayam bisa tumbuh dimana saja, baik pada dataran rendah maupun di dataran tinggi. Berbeda dengan pendapat dari kedua sumber tersebut, Yunaifi (2013) menyebutkan bahwa bayam lebih cocok ditanam di dataran tinggi, yaitu kurang lebih pada ketinggian 2000 mdpl. Berdasarkan dari ketiga pendapat tersebut, pendapat kedua yang sepertinya lebih relevan dan banyak ditemui, yaitu bayam bisa ditanam pada ketinggian berapa pun. Hal ini mengecu pada sumber-sumber tulisan lain yang tidak mempermasalahkan ketinggian tempat dalam penanaman bayam. Di samping itu, banyak ditemui lahan pertanian bayam yang tidak berada pada dataran tinggi, bahkan pada masa sekarang banyak buah dan sayur yang ditanam di pekarangan rumah, baik di desa maupun kota dengan sistem hidroponik atau tambulampot.



22



BAB 4 BUDIDAYA BAYAM Bayam merupakan tanaman sayur yang cukup mudah dibudidayakan. Bayam bisa ditanam pada lahan yang luas, seperti di ladang maupun pada lahan yang sangat sempit, seperti dalam pot. Media tanam untuk budidaya bayam pun saat ini tidak melulu dengan tanah, tetapi bisa dengan media tanpa tanah (hidroponik). Dengan demikian, orang atau masyarakat yang tidak memiliki lahan yang luas pun bisa juga melakukan budidaya bayam. Penanaman tanaman bayam dengan lahan yang sempit bisa dilakukan dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Pekarangan rumah dapat dipahami sebagai areal kosong yang berdekatan dengan rumah atau bangunan yang lain. Badan Litbang Pertanian Sulawesi Selatan (2012) menambahkan bahwa pekarangan bisa terletak di depan, belakang, atau samping sebuah bangunan, tergantung sisa lahan yang tersedia setelah digunakan untuk mendirikan bangunan utamanya. Penanaman tanaman di pekarangan memiliki peran yang berbeda dengan penanaman di lahan yang luas. Penanaman tanaman di pekarangan tidak hanya mempertimbangkan hasil dari usaha penanaman tetapi juga harus mempertimbangkan nilai estetis (Badan Litbang Pertanian Sulawesi Selatan, 2012). Dengan demikian penataan atau pola tanam dan warna tanaman perlu dipertimbangkan. Berikut ini adakan diuraikan mengenai teknik, kiat-kiat, dan pengetahuan mengenai seluk beluk bayam dan cara budidaya tanaman bayam, mulai dari tata cara pembibitan hingga panen dan pasca panen budidaya bayam.



23



A. PEMBIBITAN



1. Persyaratan Benih Jika mengamati budidaya bayam yang telah berjalan selama ini, benih bayam yang ditanam petani kebanyakan berasal dari tanaman terdahulu. Maksudnya adalah tanaman bayam yang sudah ada dibiarkan tumbuh terus hingga melampaui masa tanam dan pada akhirnya memproduksi biji, kemudian biji tersebut yang kelak akan dijadikan benih pada penanaman bayam berikutnya. Bertolak dari uraian mengenai asal benih yang akan dibudidayakan tersebut, pada dasarnya hal yang paling penting dalam budidaya bayam adalah benih yang akan dibudidayakan harus memenuhi syarat. Benih yang baik untuk dijadikan bakal tanaman bayam sekurang-kurangnya harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a.



berasal dari induk yang sehat,



b. sehat, dalam artian bebas dari hama dan penyakit, c.



memiliki daya perkecambahan sebesar 80 persen, dan



d. memiliki nilai kemurnian yang tinggi. Disamping persyaratan seperti yang disebutkan tersebut, perlu diusahakan penggunaan benih dari varietas unggul supaya tanaman bayam yang dibudidayakan tahan terhadap hama dan penyakit.



2. Penyiapan Benih Jika benih diproduksi sendiri atau berasal dari tanaman pribadi maka sebaiknya benih dipanen pada waktu musim kemarau dan hanya dipilih tandan yang sudah benar-benar tua. Pemanenan biji pada musim kemarau supaya tingkat usia biji dan kekeringan biji bisa terjamin, bahkan setelah 24



biji dipanen pun tandan biji bayam harus dijemur beberapa hari untuk lebih memastikan tingkat kekeringan biji. Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan, kemudian biji dirontokkan dari tandan dan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman. Benih yang dibutuhkan untuk lahan seluas 1 hektar kurang lebih berkisar antara 5—10 kg, atau 0,5-1,0 gram per meter persegi luas lahan. Dengan kata lain, untuk memproduksi bibit bagi satu hektar kebun yang berisi 25000-40000 tanaman, kemungkinan dibutuhkan sekitar 1-2 kg benih.



3.



Teknik Penyemaian Benih Penanaman tanaman bayam bisa dilakukan dengan cara langsung menaburkan benih pada lahan atau lokasi penanaman, tetapi bisa juga dengan dilakukan pembibitan (penyemaian) terlebih dahulu. Dalam melakukan penyemaian, lahan yang digunakan untuk penyemaian diusahakan lebih tinggi dari sekitarnya, serta harus dipastikan bebas dari hama, penyakit, maupun gulma. Setelah itu, benih bayam disebar merata atau berbaris-baris pada tanah persemaian dan ditutup dengan selapis tanah tipis. Sebaiknya, lahan penyemaian memiliki atap, bisa diberi atap plastik atau atap jerami padi. Kuswandi (2014) menyatakan bahwa pembibitan bisa dilakukan pada wadah atau tempat yang kecil terlebih dahulu atau bisa juga langsung di letakkan pada wadah yang besar atau di lahan tanam langsung. Meskipun demikian, Kuswandi menambahkan bahwa pembibitan di wadah kecil atau tempat semai cenderung lebih terjamin keamanannya bagi tanaman yang masih muda, baik dari serangan hama maupun penyakit.



25



4. Pemeliharaan Penyemaian Dalam pemeliharaan benih yang sedang disemaikan, perlu diperhatikan mengenai intensitas air, terutama pada saat penyiraman. Penyiraman atau pemberian air dilakukan secara teratur dan harus hati-hati. Disamping itu, tanah yang digunakan juga perlu dipupuk agar kesuburannya tetap terjaga. Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk kandang yang sifatnya lebih ramah lingkungan. Setelah bibit tumbuh, apabila ditemukan adanya benih yang terserang hama atau penyakit maka harus segera ditindaklanjuti, misalnya dengan membuang tanaman yang terserang penyakit atau disemprot dengan pestisida dengan dosis rendah.



5.



Pemindahan Bibit Setelah bibit sudah berumur sekitar 7-14 hari, bibit tersebut dipindah tanam ke dalam kantong-kantong atau pot-pot yang terbuat daun pisang atau kantong plastik kecil yang sebelumnya telah diisi dengan media tanam. Media tanam yang dimaksud adalah campuran tanah dan pupuk organik yang halus dengan perbandingan 1:1. Setelah semua bibit dipindah tanamkan maka bibit tersebut harus disiram secara teratur. Jika bibit sudah berumur sekitar 7-14 hari dalam kantong, bibit tersebut telah siap untuk dipindah-tanam ke lahan tanam yang lebih luas.



B. BUDIDAYA BAYAM DENGAN MEDIA TANAH (BEDENG) Budidaya bayam dengan media tanah (bedeng) pada umumnya membutuhkan lahan yang cukup luas. Nizar (2013) mengistilahkan budidaya dengan lahan yang luas ini dengan sebutan sistem budidaya konvensional. Lahan luas tersebut bisanya banyak ditemui di daerah pedesaan yang masih banyak tersedia lahan kosong. Dengan ukuran lahan budidaya yang luas 26



maka produksi tanaman yang dibudidayakan juga besar. Terkait dengan hal tersebut, pelaku usaha budidaya pasti juga memiliki harapan dan keinginan supaya hasil yang diperoleh juga besar.



Tanaman bayam di lahan luas (bedeng) Sumber: http://alamtani.com/wp-content/uploads/2014/11/tanaman -bayam.jpg



1. Persiapan Tanah Sebelum dilakukan penanaman benih bayam, langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengolahan tanah. Pengolahan di sini berupa pencangkulan tanah, baik dicangkul secara manual, diolah dengan alat bajak, maupun menggunakan traktor. Kedalaman pengolahan tanah tersebut berkisar antara 20 cm hingga 30 cm. Pengolahan tanah ini ditujukan untuk menggemburkan tanah yang akan ditanami tanaman bayam. Setelah itu, tanah yang sudah diolah atau digemburkan tersebut diberi pupuk kandang atau pupuk kompos. Pupuk kompos atau pupuk kompos di sini disebut sebagai pupuk dasar karena pemupukan dilakukan sebelum dilakukan penanaman. Pupuk dasar yang dimaksud di sini adalah pupuk yang sudah jadi (ter-fermentasi) dan siap pakai, yaitu sebanyak 30—40 kilogram per meter persegi (Kg/m²) atau 30—40 ton per hektar (ton/Ha). 27



Di samping pupuk kandang, bisa pula dilakukan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk buatan dengan komposisi N/ha sebanyak 120 Kg, P2O5 sebanyak 90 kg/ ha, K2O sebesar 50 Kg/ha atau setara dengan Urea seberat 30 gram dan SP-36 seberat 20 gram yang digunakan 10 gram pada tiap-tiap bedengan seluas 1 m² (Marsusi, 2010). Dosis pupuk yang diberikan pada tiap-tiap tanah biasanya berbeda-beda, tergantung pada kondisi tanah. Ada tanah yang sudah subur, ada pula kondisi tanah yang kurang subur/kandungan hara yang terkandung sangat sedikit. Jika ditemui jenis tanah yang minim kesuburannya tersebut, dosis pupuk kandang tersebut bisa ditambah sesuai kebutuhan. Baik pupuk alami (kandang/kompos) atau pupuk buatan tersebut ditaburkan dan diaduk secara merata ke bedengan yang tanahnya telah diolah. Pemberian pupuk dasar tersebut bisa dilakukan secara langsung setelah tanah diolah dan bisa pula dilakukan selang beberapa hari setelah tanah diolah. Hanya saja, rentangan waktu yang baik untuk pemupukan adalah 3 atau 4 hari sebelum masa tanam bayam. Adanya jeda antara pemupukan dengan masa penanaman ini dimaksudkan agar pupuk terurai dengan tanah dengan baik dan untuk mengantisipasi apabila terdapat pupuk kompos yang belum jadi (belum ter-fermentasi dengan sempurna). Langkah selanjutnya adalah pembuatan bedeng-bedeng tanah selebar 1—1,5 m dengan ketinggian 12—15 cm. Jarak antara bedeng yang satu dengan yang lain adalah 30—40 cm. Pemberian jarak antar bedeng ini tidak serta merta sebagai jeda antara bedeng yang satu dengan yang lain saja, tetapi di samping itu ada maksud agar kita mudah melintas tanpa khawatir menginjak tanaman bayam di tiap-tiap bedeng ketika sedang melakukan pengecekan, pengairan, pemupukan, penyiangan, dan kegiatan peme28



liharaan yang lainnya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi (2009) menyarankan bahwa bedengan yang dibuat membujur searah pergerakan matahari, yaitu membujur dari timur ke barat. Pembuatan bedengan yang membujur dari timur ke barat ini ditujukan agar semua tanaman bayam mendapat sinar matahari secara penuh dan merata.



2. Penanaman Proses penanaman bayam harus memperhatikan kualitas benih (biji bayam) yang akan ditanam. Biji bayam yang dijadikan benih harus biji yang sudah tua, yaitu biji yang sudah berumur kurang lebih 3 bulan di pohon. Benih yang tua akan memberikan kemungkinan hidup yang sangat besar dari pada biji yang belum tua. Disamping itu, biji yang masih muda tidak bisa disimpan lama dan kemungkinan tumbuhnya sangat minim. Meskipun demikian, biji bayam termasuk biji yang tidak memiliki gangguan berupa penghambatan pertumbuhan (dormansi) (Balai Perkembangan Teknologi Pertanian Jambi, 2009). Pada lahan/bedeng tiap-tiap hektar membutuhkan benih bayam sebanyak 5—10 kg atau 0,5—1 g/m², dianjurkan benih bayam dari varietas Bangkok, Cimangkok, Giti Hijau, Giti Merah, dan Kakap Hijau (ibid). Biji bayam yang siap untuk ditanam sebelum ditanam (disebar) dicampur dengan abu dapur kering atau pasir atau pupuk kandang dengan takaran sepuluh kali jumlah biji bayam. Jadi jika biji bayam satu genggam, jumlah abu atau pasir atau pupuk kandang yang dibutuhkan 10 genggam. Jumlah biji yang dibutuhkan untuk bedengan seluas 10 m² adalah 10 gram benih bayam, perbandingan takaran tersebut berlaku untuk kelipatannya. Jadi jika luas bedengan 1 hektar maka dibutuhkan benih bayam sekitar 10 ki29



logram. Terkait dengan penanaman benih tersebut, kurang lebih terdapat 3 metode yang dapat ditempuh. Uraian mengenai ketiga metode tersebut adalah sebagai berikut. a.



Benih bayam yang telah dicampur dengan abu atau pasir atau pupuk kandang tersebut langsung ditebar di atas bedengan secara merata, membujur mengikuti barisan bedengan.



b. Benih bayam yang telah dicampur dengan abu atau pasir atau pupuk kandang tersebut di tebar langsung pada bedengan dengan jarak 10 cm hingga 15 cm. c.



Benih bayam yang telah dicampur dengan abu atau pasir atau pupuk kandang tersebut disemai dalam tempat penyemaian sebelum ditanam pada bedengan. Penyemaian tersebut kurang lebih membutuhkan waktu 3 hingga 5 hari. Setelah 3—5 hari biji disebar maka benih bayam akan tumbuh (berkecambah). Benih yang berkecambah tersebut dipelihara selama kurang lebih 10 hari. Setelah itu, bibit bayam di pindahkan ke bedengan dengan jarak tanam 50 x 30 cm (Balai Pengembangan Teknologi Pertanian Jambi, 2009).



Sebagai tambahan, setelah benih bayam disebar pada bedengan atau tempat penyemaian, sebaiknya setelah itu benih ditutupi dengan tanah atau pupuk kandang halus atau dengan jerami. Penutupan benih ini ditujukan agar benih tercecer, dimakan burung, dan juga suatu cara agar benih cepat tersemai/berkecambah. Apabila benih ditutupi dengan jerami, setelah biji tumbuh (antara 3—5 hari) jerami harus dibuka dan disisihkan supaya benih bayam tumbuh dengan baik tanpa terhalang.



30



3. Pemupukan Setelah benih yang telah disebar berusia 10 hari, setiap sore perlu dilakukan pemupukan. Pemupukan ini difungsikan sebagai starter tambahan, yaitu pemupukan yang dilakukan dengan pupuk urea. Takarannya adalah 150 kilogram per hektar luas lahan atau 15 gram pada lahan seluas 1 meter persegi. Cara pemupukan tersebut, yaitu urea dilarutkan dalam air kemudian disiramkan pada tanaman bayam pada setiap sore hari. Selain menggunakan urea, bisa digunakan pula pupuk cair sebanyak 3 liter untuk lahan seluas 1 hektar atau 0,3 mili liter per 1 meter persegi. Perbedaan antara pupuk urea dengan pupuk cair, yaitu terdapat pada jangka waktunya, jika pupuk urea diberikan pada tanaman berusia 10 hari kalau pupuk cair diberikan ketika tanaman bayam berusia 2 minggu (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, 2009).



4. Pemeliharaan Tanaman bayam yang di tanam pada media tanah pemeliharaan yang paling pokok adalah menjaga kesuburan tanah. Dengan demikian, diperlukan pemupukan secara berkala untuk menjaga kesuburan tanah tersebut. Diperlukan pula pupuk tambahan yang tidak hanya untuk menjaga kesuburan tanah, tetapi diperlukan pula pupuk atau obat yang berfungsi untuk menjaga dan mencegah tanaman bayam dari serangan hama yang mengganggu atau merusak produktivitas tanaman bayam. Di samping pemupukan, perlu diperhatikan pula mengenai kandungan air dalam tanah, apakah berkecukupan atau kekurangan. Tanaman bayam yang masih muda (usia 0—7 hari) setiap hari membutuhkan air sekitar 4 liter per lahan seluas 1 meter persegi. Namun, kebutuhan air akan bertambah menjadi 8 liter setiap meter persegi apabila ta31



naman bayam sudah berusia dewasa (di atas 7 hari). Selain itu, tanaman bayam juga perlu disiangi/ dibersihkan dari rumput-rumput yang menghalangi laju pertumbuhan tanaman bayam. C. BUDIDAYA BAYAM DENGAN MEDIA POT Di wilayah perkotaan yang padat penduduk dan minimnya lahan kosong untuk berkebun atau bercocok tanam. Penanaman buah dan sayur di dalam pot menjadi alternatif penanaman sayuran yang cukup digemari oleh masyarakat perkotaan atau masyarakat yang memiliki pekarangan yang sempit. Dengan kata lain, untuk melakukan budidaya tanaman buah dan sayur tidak harus menyediakan/memiliki lahan yang luas, lahan yang sempit pun bisa diupayakan sebagai tempat budidaya. Menurut Nizar (2013), budidaya sayuran di pekarangan rumah memegang peran sebagai sarana pemenuhan kebutuhan sayuran pada tingkat rumah tangga, peningkatan variasi pola konsumsi pangan, dan peningkatan gizi masyarakat. Selain itu, Yenisbar (2015) juga menambahkan bahwa budidaya tanaman di pekarangan—khususnya di kawasan padat penduduk—dapat dimanfaatkan untuk menambah suplai oksigen dan udara yang segar. Sistem budidaya tanaman yang dilakukan selain dengan media tanah (bedeng)—yang membutuhkan lahan luas—tetapi budidaya yang dilakukan di pekarangan dengan lahan sempit, biasa disebut sebagai pertanian perkotaan atau Urban Agriculture (Nizar, 2013 dan Yenisbar, 2015). Dengan demikian, sistem budidaya dengan pot termasuk dalam kategori pertanian perkotaan. Oleh karena termasuk dalam kategori budidaya dengan lahan sempit maka sistem budidaya dalam pot membutuhkan teknologi yang berbeda dengan sistem budidaya konvensional yang membutuhkan lahan yang sangat luas. Lahan tanam yang digunakan berbentuk wadah atau pot, bisa pot plastik, pot tanah, 32



berupa pipa pralon atau PVC, papan, bambu dan polybag (Nizar, 2013). Pot tersebut bisa juga menggunakan wadah-wadah bekas, seperti botol air mineral bekas, ember bekas, panci bekas, dan masih banyak lagi. Media tanam yang digunakan pun cukup beragam, yang jelas tidak hanya menggunakan tanah, bisa menggunakan sekam, arang sekam, abu, kompos, pasir (Hervani, 2008 dan Yenisbar, 2015). Menanam dengan pot ini terdiri atas dua cara, yaitu pot secara vertikal (vertikultur) dan pot biasa. Penanaman dengan pot secara vertikal adalah penanaman tanaman dengan posisi pot bersusun, seperti pipa yang diposisikan berdiri. Penanaman dengan pot biasa yang dimaksud adalah penanaman tanaman dalam pot secara konvensional, seperti menanam tanaman dalam pot secara umum—biasanya satu pot hanya ditanami satu tanaman saja. Penanaman secara vertikultur dirasa lebih menguntungkan karena lebih menghemat tempat dan lebih banyak varian tanaman yang bisa ditanam dalam satu pot vertikal (Kuswandi, 2014). Mulyono (tanpa tahun) menambahkan bahwa disamping lebih hemat tempat dan lebih menguntungkan karena bisa menanam berbagai variasi tanaman, sistem pertanian vertikultur juga hemat air dan pupuk. Selanjutnya, Mulyono juga menambahkan bahwa sistem pertanian vertikultur atau vertikal dapat dilakukan kapan saja—optimasi panen surya—karena bisa dilakukan dengan menyiasati iklim, dapat difungsikan untuk meningkatkan hasil produksi, sanitasi lingkungan, usaha pertanian organik, pertanian kota, pertanian lahan marginal. Media tanam untuk sistem pertanian vertikultur pada dasarnya sama dengan sistem budidaya yang menggunakan pot biasa. Media yang digunakan bisa berupa tanah berpasir, gambut, abu, dan arang sekam, yang kemudian ditambah dengan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan satu banding satu (1:1) (Mulyono). Jenis tanaman yang bisa ditanam menggunakan sistem budidaya vertikultur terdapat dua macam, yaitu 33



(1) tanaman yang berdiameter lebih dari 6 inchi (>6 inchi), seperti cabai, terong, dan tomat, (2) tanaman yang berdiameter kurang dari 4 inchi (