Panduan Trapmed Kawat Piranti Lepasan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN KETERAMPILAN MEDIK PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN



KAWAT PIRANTI LEPASAN Edisi 2



Penyusun : drg. Imran Irsal drg. Sylvia Agustin



Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Samarinda 2019



KATA PENGANTAR



Kawat piranti lepasan (alat ortodonti lepasan) merupakan alat yang dirancang sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat dilepas dan dipasang kembali oleh operator maupun oleh pasien sendiri. Tidak seperti kebanyakan teknik kawat piranti cekat (alat ortodonti cekat) yang memperlihatkan sistem perawatan maloklusi yang tuntas, kawat piranti lepasan (alat ortodonti lepasan) dirancang untuk menghasilkan pergerakan-pergerakan gigi yang spesifik dan macam perawatannya harus diformulasikan dengan baik bagi setiap pasien. Kawat piranti lepasan (alat ortodonti lepasan) penting untuk perawatan maloklusi ringan. Melalui pelaksanaan keterampilan medik ini, dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang macam-macam kawat piranti lepasan, kegunaan dan cara pembuatannya. Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang berperan dalam penyusunan panduan dan pelaksanaan keterampilan medik kawat piranti lepasan. Semoga panduan ini dapat membantu proses belajar dan penguasaan kompetensi mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.



Samarinda,



2019



Penyusun



2



DAFTAR ISI



Halaman Judul ................................................................................................................................... KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... DAFTAR ISI...................................................................................................................................... I. PENDAHULUAN dan PEMETAAN ....................................................................................... II. LANDASAN TEORI ................................................................................................................ III. ALAT dan BAHAN ................................................................................................................... LAMPIRAN LEMBAR PENILAIAN PEKERJAAN MAHASISWA



1 2 3 4 7 52



3



I. PENDAHULUAN PEMETAAN Keterampilan Medik Nama Kegiatan Pembelajaran Kawat Piranti Lepasan Jadwal Pelaksanaan



Keterampilan : Rabu, 28 Agustus 2019 Rabu, 4 September 2019 Rabu, 11 September 2019 Rabu, 18 September 2019 Pkl. 08.00-13.00 WITA



Penanggung Jawab dan Instruktur



drg. Saiful Rokhim, Sp.Ort drg. Dame Rimauli S, Sp.Ort drg. Azis Mohpul



Tujuan Pembelajaran



Mahasiswa mampu : 1. Memahami



cara



pembuatan



klamer pasif : -



Klamer Adam



2. Memahami



cara



pembuatan



klamer aktif : -



Kantilever Tunggal



-



Kantilever Ganda



-



Buccal



Canine



Retractor



(BCR) Metode Pembelajaran



Labial Bow ( Busur Labial) Pretest



Pengarahan dan pengantar



4



Demonstrasi



Self practice dengan bimbingan



Feed back dan evaluasi Tata Tertib Kegiatan



1. Membaca buku panduan keterampilan medik dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan 2. Hadir tepat waktu dan tetap berada di dalam ruangan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. TIDAK ADA TOLERANSI KETERLAMBATAN 3. Membawa log book, alat/bahan yang diperlukan 4. Meminjam alat/panthom pada staf keterampilan medik PSKG 5. Menyiapkan alat/bahan sesuai dengan petunjuk pada buku panduan 6. Cek keadaan dan fungsi setiap alat/panthom sebelum melakukan kegiatan keterampilan medik 7. Memakai pakaian dan alas kaki sesuai aturan institusi, dilengkapi dengan jas praktikum warna putih terkancing rapi dan tanda pengenal 8. Semua mahasiswa tidak diperkenankan memakai perhiasan pada saat trapmed berlangsung 9. Semua mahasiswa tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm dan memakai pewarnan kuku (kutex) 10. Bagi mahasiswa pria tidak 5



diperkenankan berambut panjang sampai menyentuh kerah baju dan bagi wanita yang berambut panjang harus diikat 11. Bagi mahasiswa wanita, rambut tidak boleh diwarnai 12. Mahasiswa wajib mengumpulkan tas di tempat yang telah ditentukan 13. Mengikuti setiap tahap dengan tertib dan melaksanakan kegiatan dibawah bimbingan dan pengawasan instruktur 14. Tidak diperkenankan membawa makanan atau air minum ke dalam ruangan keterampilan medik 15. Tidak diperkenankan membawa HP ke dalam ruang keterampilan medik 16. Setiap pengambilan bahan dan tahap kegiatan/pekerjaan keterampilan dalam self practice selalu ditunjukkan kepada instruktur kelompok dan mendapat nilai dan tanda tangan 17. Hasil pekerjaan/self practice dikumpulkan kepada instruktur di akhir kegiatan 18. Diwajibkan merapikan kembali alat, bahan dan ruangan setelah kegiatan keterampilan medik 19. Segala tindakan pemalsuan, ketidakjujuran dan pelanggaran profesionalisme akan dikenakan sanksi 20. Setiap kerusakan yang terjadi pada alat dan panthom akibat kelalaian mahasiswa/kelompok ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan/kelompok



6



II. LANDASAN TEORI Ortodonti adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempunyai tujuan untuk memperbaiki susunan gigi-gigi yang tidak teratur. Tidak seperti kebanyakan teknik alat ortodonsi cekat yang memperlihatkan sistem perawatan maloklusi yang tuntas, alat ortodonsi lepasan dirancang untuk menghasilkan pergerakan-pergerakan gigi yang spesifik dan macam perawatan harus diformulasikan dengan baik bagi setiap penderita. Meskipun demikian alat ortodonsi lepasan penting untuk perawatan maloklusi ringan dimana sebagian besar memerlukan perawatan termasuk dalam kelompok ini. Banyak operator yang berpendapat bahwa dengan menggunakan kekuatan yang besar pada alat ortodonsi hasilnya akan lebih cepat. Perubahan jaringan penyangga gigi terhadap kekuatan yang diberikan pada mahkota gigi sudah banyak diteliti, antara lain oleh Reitan, Oppenheim, Schwarz dan Sandtead. Dari hasil penelitiannya juga menyimpulkan bahwa dengan menggunakan kekuatan yang besar akan menunda pergerakan gigi dan disammping itu pula dapat merusak jaringan penyangga gigi secara permanen. Untuk menggeserkan gigi, diperlukan tekanan yang terbatas, dimana tekanan ini tidak melebihi tekanan pembuluh darah kapiler, yaitu 20-26 grm/cm2. Apabila takanan yang kita berikan pada gigi melebihi tekanan tersebut, maka dapat mengakibatkan kerusakan jaringan sekitar gigi. Respon jaringan gigi dan pendukungnya terhadap gaya yang dibebankan tergantung dari besar gaya tersebut. Gaya yang besar akan menyebabkan rasa sakit, nekrose elemen selular dalam ligament periodontal dan terjadi undermining resoption atau indirect resoption pada tulang alveolar. Pembebanan gaya yang ringan akan menyebabkan frontal resoption atau direct resoption yang tidak menyebabkan rasa sakit dan akan terjadi remodeling tulang. Tujuan pemberian gaya ortodonsi adalah untuk menghasilkan frontal resoption. Sesuai dengan teori aliran darah, pada pembebanan ringan, pengurangan aliran darah akan menstimulasi monosit pada ligament periodontal untuk membentuk osteoklas, sel ini akan merusak lamina dura dan resorpsi tulang didaerah tersebut sehingga pergerakan gigi akan terjadi. Proses resorpsi ini disebut undermining resoption karena kerusakan yang disebabkan osteoklas terjadi dibelakang lamina dura. Bila terjadi hyalinasi dan undermining resoption terjadi kelambatan pergerakan gigi. Hal ini mungkin disebabkan



7



oleh lambatnya stimulasi pembentukan osteoklas pada sumsum tulang dan lebih tebalnya tulang yang harus diresorpsi. Respon yang diperlukan pada perawatan ortodonsi adalah respon jaringan periodontal, maka kita dapat menggerakkan gigi yang telah dirawat endodontik. Gaya ortodonsi akan mempengaruhi sementum dimana lapisan sementoid akan rusak (diresorpsi), tetapi kerusak ini akan diperbaiki oleh sementoblast jika perawatan sudah berakhir atau pada waktu antara dua kunjungan. Pada gaya yang sangat besar, sementum akan rusak dan terlihat resorption dentin. Bila resorpsi ini sedikit saja, dentin akan diperbaiki oleh sementoblast, tetapi substansinya seperti sementum, tidak seperti dentin. Pada email, tidak pernah ditemukan kelainan yang disebabkan oleh gaya ortodonsi, hanya pada penggunaan alat ortodonsi cekat, bekas braket dapat terlihat porous. Adapun alat ortodonsi harus memenuhi beberapa syarat, yaitu : 1. Harus memberikan kekuatan yang masih dalam batas biologis, artinya tidak melebihi tekanan pembuluh darah kapiler. 2. Tidak beleh melukai jaringan lunak sekitar gigi atau jaringan itu sendiri. 3. Tidak boleh mengganggu fungsi gigi, artinya tidak boleh mengganggu proses mastikasi, fonetik dan estetik. 4. Harus dibuat sederhana supaya enak dipakai, selain itu harus cukup kuat supaya tidak lekas rusak. 5. Dibentuk sedemikian sehingga sesuai dengan tujuan perawatan. 6. Harus memenuhi syarat hygienis sehingga tidak menjadi rintangan dalam melakukan pembersihan gigi. 7. Khusus untuk masyarakat yang sosial ekonominya kurang, sebaiknya alat ortodonsi dibuat dari bahan yang harganya tidak terlalu mahal.



8



KAWAT PIRANTI LEPASAN (ALAT ORTODONTI LEPASAN) Alat ini adalah suatu alat yang dirancang sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat dilepas dan dipasang kembali baik oleh operator maupun oleh pasien sendiri. Keuntungan : 1. Sebagian maloklusi yang memerlukan pergerakan tipping 2. Beberapa pergerakan gigi, terutama pergerakan tipping dan mengurangi tumpang gigit (over bite) 3. Alat lepasan dapat diberi peninggian gigitan untuk menghilangkan blocking dan displacement mandibula 4. Maloklusi sederhana dapat dirawat oleh dokter gigi umum yang telah mendapatkan cukup latihan dalam mendiagnosis dan merencanakan perawatan. Peningkatan kebutuhan akan perawatan ortodonsi, maka para ahli ortodonsi dapat lebih mengkonsentrasikan pada kasus-kasus yang lebih sulit 5. Alat ortodonsi lepasan dapat dibuat di laboratorium, sedangkan insersi dan aktivitas yang dilakukan di klinik tidaklah memerlukan waktu yang terlalu lama 6. Relatif murah dan tidak diperlukan persediaan bahan yang banyak dan mahal 7. Dapat dilepas oleh penderita untuk dibersihkan. Jadi tidak menambah kesulitan dalam merawat kebersihan mulut 8. Apabila ada kerusakan dan menyebabkan rasa sakit, penderita dapat melepaskan alatnya untuk sementara hingga dilihat oleh dokter giginya. Keterbatasan : 1. Kekuatan hanya diberikan pada satu titik di mahkota, dengan demikian gigi akan bergerak dengan sumbu putar (fulcrum) pada akar. Pada kasus dimana gigi yang akan digerakkan sudah miring sebelumnya, maka perawatan dengan alat lepasan tidak akan berhasil dengan baik 2. Koreksi satu atau dua gigi incisivus rahang atas yang mengalami rotasi memang dapat dilakukan dengan alat ini, tetapi untuk rotasi multiple tidak mudah untuk dilakukan 3. Bila banyak gigi yang harus digerakkan, maka hanya beberapa gigi saja yang dapat digerakkan setiap tahap. Hal ini yang menyebabkan perawatannya bertambah lama terutama pada kasus kasus kompleks 4. Diastem yang tersisa pada kasus pencabutan, kadang-kadang sulit tertutup dari distal. Akan tetapi pada beberapa kasus seringkali terjadi pergeseran gigi posterior ke mesial secara spontan bila alat lepasan sudah tidak dipakai lagi



9



5. Kawat piranti lepasa (alat ortodonti lepasan) rahang bawah tidak begitu dapat diterima oleh pasien karena lidah menjadi terdesak, disamping masalah retensinya 6. Pasien yang tidak koperatif seringkali tidak memakai alatnya. Hal ini akan memperlambat perawatan dan pergeseran gigi menjadi tidak terkontrol. Kawat Piranti Lepasan (Alat Ortodonsi Lepasan) dapat dibagi dalam dua kelas, yaitu: 1. Dengan penyangga berupa pegas-pegas (Attached Removable Appliance) Alat ini merupakan yang paling sering digunakan dan dibuat pada klinik, dapat digunakan pada kasus : 1 Untuk menggerakkan sekelompok gigi atau gigi secara individual 2 Mengarahkan/merangsang pertumbuhan rahang 3 Sebagai retainer Komponen-komponen Dasar Attached Removable Appliance : 1. Plat Aklirik (Base Plat) 2. Klamer (Spring/clasp), yang berfungsi pasif 3. Elemen aktif seperti: a. Busur labial (labial bow) b. Pegas-pegas c. Sekrup ekspansi d. Karet elastik (cincin ) Kekuatan alat ortodonsi tergantung dari: -



Daya Kunyah



-



Kekuatan otot-otot sekitar rongga mulut



-



Kekuatan mekanik dari alat-alat : sekrup, pegas dan elastik



-



Kekuatan yang terjadi karena kontak plat dengan gigi



2. Tanpa penyangga (Loose Removable Appliance) Alat ini tidak aktif didalam mulut kecuali selama melakukan gerakan-gerakan fungsional, misalnya : oral shield, aktivator dan lain sebagainya



10



KAWAT PIRANTI CEKAT (ALAT ORTODONTI CEKAT) Keuntungan : 1. Sangat stabil 2. Tekanan yang dihasilkan dapat diperhitungkan 3. Hasil perawatan lebih cepat 4. Pada pasien yang tidak koperatif, baik digunakan alat ini 5. Baik untuk mengoreksi rotasi gigi dan ekspansi unilateral Kerugian : 1. Sukar dibersihkan, mudah menimbulkan karies 2. Sering menyebabkan resorpsi akar gigi 3. Estetik tidak baik 4. Apabila gigi molar karies atau mahkota pecah atau belum erupsi sempurna, maka sukar atau tidak memungkinkan pembuatan alat ini



11



KLAMER PASIF (KLAMER RETENSI) Retensi merupakan tahanan terhadap perubahan letak alat lepasan. Retensi didapat pada undercut gigi yang diberi cengkeram (clasp), sehingga sangat perlu untuk memperhatikan bentuk anatomi gigi sebelum dibuatkan cengkeramnya.



Gambar 1 dan 2 1. A.



Gambar mesial menunjukkan undercut kecil di lingual dan bukal bila gigi sudah erupsi seluruhnya (a,b)



B.



Undercut di mesial dan distal dibawah titik kontak (c) lebih besar dan lebih mudah dicapai untuk tujuan pemberian cengkeraman pada tahap awal erupsi (d,e)



2. A.



Diagram undercut mesial dan distal yang besar pada gigi-gigi atas dari incisivus sampai molar yang memudahkan pemberian cengkeram dengan memanfaatkan undercut distal dan mesial



B.



Hanya premolar dan molar yang memiliki undercut bukal dan lingual yang dapat diberi cengkeram, tetapi undercut ini hanya ada bila gigi sudah erupsi sempurna



Klamer retensi yang digunakan pada alat ortodonsi adalah sebagai berikut : 1. Klamer Arrow Head 2. Klamer Adam 3. Klamer C 4. Klamer Duyzing 5. Klamer Southend



12



1. KLAMER ARROW HEAD Klamer untuk retensi yang kuat. Dapat digunakan pada gigi yang erupsi sebagian maupun gigi yang erupsi sempurna. Diameter → kaninus: 0,6 mm; premolar & molar: 0,7 mm Bentuk klamer dari oklusal :



Gambar 3 Klamer arrow tampak dari oklusal gigi, perhatikan kepala arrow terletak tepat di bawah titik kontak antara dua gigi yang berdekatan. Panah atau arrow letaknya di interdental gigi. Lengan klamer ini (a dan b) berjarak 1 mm dari gusi supaya tidak mengakibatkan dekubitis / trauma pada mukosa/gusi



Gambar 4 Bentuk klinis dari cengkram arrow, letak arrow di atas papil interdental tanpa tekanan dan tegak lurus bagian lengan serta terletak di bawah lingkaran terbesar gigi



Gigi yang belum erupsi sempurna, pembuatan klamer pada papilla interdental model gips harus diradier (dikurangi) sesuai bentuk gigi sehingga lingkaran terbesar gigi dapat terlihat (± 1,5-2 mm). Bagian arrow yang bertanda a (lengan) letaknya ± 1/2 panjang serviks dan forniks dan berjarak 1 mm dari gusi. Retensi di dalam akrilik harus lurus karena jika melengkung akan mengganggu pertumbuhan gigi. Arrow juga tidak boleh runcing karena mengiritasi gigi/gusi.



13



Maksimum Arrow Head yang dipakai untuk retensi adalah 2 arrow, bila lebih maka retensi berkurang dan klamer bersifat labil. Arrow head sering juga diberi lus untuk penempatan rubber ligatur (cincin karet). 2. KLAMER ADAM Klamer Adam merupakan modifikasi dari klamer arrow head, klamer retensi ini dapat dibuat pada semua gigi. Diameter klamer pada gigi molar dan premolar : 0,7 mm. Retensi terletak pada ujung Arrow head dan ujung-ujung ini harus berkontak dengan kedua titik mesio-disto aproksimal di bawah kontur terbesar daripada gigi yang diberi klamer. Oleh karena itu sebelum klamer Adam dibuat, maka kedua titik tersebut harus ditentukan terlebih dahulu pada model dengan cara memberi tanda dengan spidol. Seperti pada pembuatan klamer arrow, apabila kedua titik tersebut tidak terlihat karena tertutup dengan gusi, maka model gusi daerah interdental harus dikurangi sesuai dengan bentuk giginya sampai kedua titik yang dimaksud dapat terlihat. Klamer retensi Adam ini paling sering digunakan karena retensinya yang baik sekali. Tahap-tahap pembuatan klamer Adam (gambar 5a-5w) adalah sebagai berikut :



5a. 5b.



Gambarlah kedua titik undercut mesial dan distal pada model Lakukan radier pada daerah tersebut dengan kedalaman ± 1 mm. Hindari mengikis permukaan bukal dari gigi



5c. 5d.



Luruskan potongan kawat yang berdiameter 0,7 mm Dengan menggunakan kekuatan ibu jari, buatlah bengkokan pertama dengan sudut 90º



14



5e.



5f.



Buat tanda pada kawat untuk menentukan panjang bridge, ini harus terletak di antara dua tanda pada model dimana arrow head akan mencengkeram daerah undercut tersebut Buat bengkokan kedua dengan sudut yang sama



5g. Cocokkan kembali panjang bridge pada model 5h. Pembentukan arrow head pada bengkokan pertama, panjang arrow head ditentukan oleh tinggi dari mahkota gigi



5i. Pembengkokan arrow head yang kedua, dengan menggunakan ujung dari tang, kawat dibengkokkan dengan tekanan ibu jari 5j. Kaki klamer pertama selesai dibuat. Perhatikan kedua kaki arrow head harus sejajar. Tekukan pertama arrow head harus membentuk sudut 90º terhadap bridge



15



5k. 5l.



Pembuatan arrow head yang kedua dengan cara yang sama Arrow head harus membentuk sudut mengikuti kontur dari gigi



5m.



Periksa sudut dan kesejajaran dari arrow head



5n.



Pembengkokkan kedua dari arrow head, ini harus mengikuti tinggi dari bridge



5o.



Dengan menggunakan ujung dari klamer Adam atur posisi kawat sampai menyentuh kontak point dari gigi, yang selanjutnya melintasi garis oklusi Periksa posisi arrow head dan sudut dari bridge. Bridge membentuk sudut 45º terhadap as panjang gigi.



5p.



16



5q. 5r.



Penyesuaian kawat melewati oklusal gigi Bengkokkan 2/3 bagian kawat menuju palatal, kemudian buatkan retensi



5s. Perhatikan bagian antara tag kawat dan palatum harus terdapat celah sebesar ± 1 mm 5t. Tag distal harus dibawa ke depan mengikuti kontur dari base plate akrilik yang akan dibuat



Yang harus diperhatikan sebagai tanda penting dari klamer Adam adalah sebagai berikut (gambar 5u-5w): Gambar 5u. Tampak bukal Arrow head harus menempel pada daerah undercut. Bridge harus cukup panjang untuk menekan undercut. Bridge harus sejajar bidang oklusal, serta tidak melewati oklusal gigi.



Gambar 5v. Dari arah proksimal Bridge harus membentuk sudut 45º terhadap as panjang gigi. Bridge tidak berkontak dengan gigi dan terletak di pertengahan antara gigi dan permukaan gusi.



17



Gambar 5w. Bridge harus lurus dan mengikuti garis arkus dental. Bridge menjauhi gigi, dan kepala arrow tidak boleh menyentuh gigi tetangga. Bagian oklusal harus menempel pada daerah interdental agar tidak mengganggu oklusi.



Modifikasi dari klamer Adam Gambar 6. Klamer Adam dengan satu arrow head. Digunakan pada gigi molar pertama di mana molar kedua belum erupsi.



Gambar 7. Klamer Adam dengan “tube” yang di solder pada bridge. Tube berguna untuk penjangkaran ekstra oral (perlekatan dari lengkung labial).



Gambar 8. Klamer Adam dengan koil pada pertengahan bridge untuk mengaitkan karet ligatur/elastik.



Gambar 9. Klamer Adam dengan kaitan yang disolder pada bridge untuk mengaitkan karet ligatur/elastik.



18



Gambar 10. Klamer Adam dengan Hook Traksi. Digunakan sebagai kaitan untuk traksi intermaksillaris.



Gambar 11. Klamer Adam pada gigi anterior. Apabila retensi anterior diperlukan, maka klamer Adam pada kedua incisivus sentral efektif digunakan.



Klamer ini tidak digunakan pada incisivus sentral yang labioversi, karena akan mendapatkan kesukaran sewaktu melepaskan alat. Bila ada diastema atau rotasi, maka klamer ini tidak sesuai



3. KLAMER C Indikasinya



: pada gigi molar permanen yang erupsi sempurna dan gigi premolar, serta kaninus.



Kontra indikasi : pada gigi susu dan gigi yang belum erupsi sempurna. Hal-hal yang perlu diperhatikan : 



Lengan bukal dari klamer, hendaknya terletak di bawah kontur terbesar gigi dan terletak sekitar 2 mm dari tepi gusi.







Ujung klamer tidak boleh tajam serta harus bulat.







Berkontak baik dengan permukaan gigi.



Diameter kawat : 0,8 - 0,9 mm



19



4. KLAMER DUYZING Indikasi : gigi molar permanen yang telah erupsi sempurna Kontra indikasi : gigi lain yang belum erupsi sempurna Hal-hal yang perlu diperhatikan : 



Lengan atas dari klamer ini menempel pada permukaan bukal di sebelah atas dari lingkaran terbesar gigi, kemudian pada pertengahan permukaan bukal klamer ini dibengkokkan ke bawah dan ke samping menempel di bawah lingkaran terbesar dari gigi



Diameter kawat : 0,7-0,9 mm



Gambar 12. Klamer Duyzing tampak dari bukal dan oklusal 5. KLAMER SOUTHEND Klamer ini berguna sebagai alternatif bentuk lain dari retensi anterior. Meliputi dua gigi yang berdampingan, mengikuti tepi gigi dan sebuah “U-loop” kecil dibuat pada undercut interdental. Retensi baik dan klamer tidak menonjol. Diameter kawat : 0,7 mm.



Gambar 13. Klamer Southend tampak dari labial



20



KLAMER AKTIF Kekuatan yang diberikan oleh pegas idealnya adalah kekuatan yang terus-menerus (continous forces), dan dapat menggerakkan gigi sampai ke posisi yang diinginkan. Tetapi jelas ini tidak dimungkinkan oleh karena kekuatan yang diberikan oleh pegas berbanding langsung dengan defleksi pegas. Jadi begitu gigi bergerak, kekuatan akan berkurang. Meskipun demikian dengan memberikan kekuatan yang tetap antara 25-40 gr, sudah cukup untuk mendapatkan pergerakan gigi secara kontinyu. Pada waktu mendesain klamer, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: a. Dimensi Kawat Fleksibilitas kawat tergantung pada panjang dan diameter kawat yang digunakan. Kenyataannya, kekuatan yang diberikan pada suatu defleksi dari klamer kantilever berbanding langsung dengan pangkat empat diameter kawat dan berbanding terbalik dengan pangkat tiga panjang kawat. Dengan demikian, memperpanjang kawat dua kali lipat akan memperkecil menjadi seperdelapan kekuatan semula. Oleh karena ruangan di dalam mulut amat terbatas, maka untuk mendapatkan kekuatan yang ringan harus mempergunakan kawat sepanjang mungkin. Panjang kawat akan bertambah dengan adanya koil yang berdiameter tidak kurang dari 3 mm. b. Kekuatan Bentuk akar tunggal sebaiknya diberikan kekuatan antara 25 - 40 gr. Kekuatan yang lebih kecil dari 25gr mungkin tidak dapat menggerakkan gigi dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan bila melebihi 40 gr, pergerakan gigi justru tertunda, kehilangan penjangkaran, atau mungkin dapat menimbulkan rasa sakit pada penderita. c. Defleksi Biasanya aktivasi sekitar 3 mm, cukup memuaskan. Defleksi yang besar dapat menyebabkan penderita tidak dapat menempatkan pegas pada posisinya yang benar. Defleksi yang kecil, kekuatannya akan cepat habis, sehingga pegas harus sering diaktivasi ataupun pergerakan gigi akan terputusputus. d. Mudah Insersinya Dan Cukup Enak Bagi Penderita Beberapa klamer dapat dengan mudah dikendalikan oleh pasien, tetapi klamer-klamer palatal yang digunakan untuk mendorong gigi kearah bukal/labial terkadang sukar dikuasai, sehingga sering dipilih pegas "T", atau dengan membuatkan guard yang berfungsi untuk mengkontrol spring.



21



Klamer bukal dan busur-busur sering menyebabkan alat tidak enak dipakai dan dapat menyebabkan ulserasi traumatik apabila ada bagian busur yang terlalu menjorok ke sulkus atau ke pipi. Beberapa penderita sangat sensitif meskipun letak klamer bukal sudah benar. Untuk ini diperlukan klamer lunak untuk menutupi koil sampai penderita terbiasa dengan pemakaian alat lepasan.



MACAM-MACAM KLAMER AKTIF A. Klamer Untuk Menarik Gigi Ke Mesial/Distal



1. Klamer Sederhana Indikasinya: menarik gigi incisivus ke mesial/distal Diameter kawat : 0,5 - 0,6 mm.



Hal yang perlu diperhatikan: o Klamer terletak di atas titik kontak. o Klamer tidak menempel pada gusi(bagian lingual/palatal).



Gambar 14. Klamer sederhana tampak dari oklusal



2. Klamer Palatal Finger Spring Untuk Gigi Incisivus = Kantilever Tunggal Pergerakan mesiodistal diperlukan pada perbaikan susunan lengkung gigi, dimana terdapat ruang baik alami atau terbentuk dengan pencabutan gigi. Cara paling efektif untuk menggerakan gigi adalah dengan menggunakan palatal finger spring dengan guard dan guide yang diletakkan sedemikian rupa sehingga garis aksi spring terdapat sepanjang garis lengkung gigi. Diameter klamer 0,5 - 0,6 mm, satu ujung melekat dipermukaan mesial/distal dari gigi yang akan digerakkan sedang ujung lainnya dibuat sebelum klamer tersebut masuk ke dalam plat akrilik. Diameter koil tidak lebih dari 3 mm, untuk kelenturan maksimal, koil harus terletak berlawanan dengan arah klamer sehingga koil akan menutup bila alat diinsersikan dan akan membuka bila gigi telah bergerak. Untuk menghindari kerusakan, klamer palatal di boxed in sehingga terletak antara mukosa dan plat akrilik. Pemberian boxed in tergantung dari kesenangan operator karena ada yang berpendapat dengan pemakaian ini dapat menimbulkan kesukaran. 22



Posisi koil harus ditempatkan pada posisi yang benar (yaitu terletak segaris dengan tengah-tengah mahkota gigi yang akan digerakkan dan terletak tegak lurus dengan arah pergerakan) jika kita menginginkan gigi bergerak sesuai dengan lengkung gigi yang normal. Jadi posisi koil dapat menentukan arah pergerakan dari gigi.



a. Spring dengan guard b.Spring dengan boxed in Gambar 15.



3. Helical coil spring Klamer ini efektif untuk menggerakkan gigi caninus dan premolar ke ruang bekas pencabutan. Diameternya 0,5 - 0,6 mm. Perhatikan letak dari kawat penahan, berada diatas klamer karena nantinya berfungsi untuk menahan klamer agar tidak mudah terpeleset ke oklusal. Ujung klamer di labial dibengkokkan agar tidak menusuk bibir/pipi.



Gambar 16 Pegas palatinal dengan kawat penahan untuk menarik kaninus ke distal (retraksi kaninus). Perhatikan letak dari kawat penahan, berada di atas pegas karena nantinya beriungsi untuk menahan pegas agar tidak mudah terpeleset ke oklusal



23



Gambar 17 Pegas palatinal pada model kerja dengan plat akriliknya. Pada gambar ini kaninus kiri dan kanan atas akan ditarik ke distal



Cara Aktivasi Palatal Finger Spring dan Hellical Coil Spring: Sangat mudah dilakukan. Harus diperiksa apakah posisi klamer dan titik kontak dengan gigi sudah betul. Pada kunjungan pertama, antara 1 - 2 mm (defleksinya) tetapi pada kunjungan berikutnya dapat 3 mm. Bagian klamer yang akan masuk ke plat akrilik janganlah dibengkok-bengkokkan karena akan mudah patah. Untuk mengatur posisi titik kontak, yang dibengkokkan adalah lengan klamer, didepan koil.



Gambar 18. Aktivasi Koil A. Menggunakan tang Adam Universal dengan tekanan ringan yang terkontrol untuk mengaktifkan koil. B. Efek dari aktivasi tersebut menghasilkan defleksi pada lengan klamer.



4. Buccal Canine Retractor a) Buccal Canine Retractor Tanpa Penyangga Klamer ini digunakan pada kaninus yang terletak ke bukal dan harus digerakkan ke distal dan palatal. Pada keadaan ini, penggunaan Hellical coil spring tidak akan memuaskan. Klamer ini sering tidak disukai karena tidak enak bagi pasien, kadang-kadang sukar untuk aktivasi dan kurang stabil dari jurusan vertikal. Diameter klamer 0,7 mm, sehingga dengan defleksi sedikit saja sudah mendapatkan kekuatan 24



yang cukup besar. Untuk membuat pegas bukal dengan koil biasanya koil dibuat lebih dahulu dengan menggunakan tang pembentuk pegas. Dibuat dari kawat ukuran 0,7 mm, karena self supported. Diameter koil antara 3 - 4 mm. Kaki pegas sebelah mesial dibuat diatas koil.



Gambar 19. Buccal Canina Refraktor A. Lengan kaki posterior distal berkontak dengan premolar 2 dan melintasi kontak point gigi tersebut. B. Garis aksi dari klamer dilihat dari bukal.



Karena hal tersebut di atas, maka konstruksi klamer ini harus benar. Cetakan sulkus bukal dan batas mukosa bergerak harus cukup jelas. Koil terletak tepat di distal dari sumbu panjang gigi. Kaki klamer turun melalui tengah-tengah mahkota kemudian melingkarinya, dan ujungnya berkontak dengan permukaan mesial gigi. Kaki distal klamer masuk ke dalam akrilik melalui titik kontak premolar satu dan dua. Aktivasi hanya sebesar 1 mm, untuk menghindari kekuatan yang berlebih. Apabila konstruksi pegas betul maka aktivasinya mudah. Aktivasi ke distal paling efektif apabila kaki depan ditarik ke distal dimana koil ditahan dengan tang pembentuk lup. Sedangkan untuk ke palatal, kaki depan sesudah koil dibengkokkan ke arah palatal. Apabila alat dipasang, kemungkinan ujung pegas jatuh pada bidang miring dekat tonjol kaninus, untuk itu penderita diinstruksikan untuk menaruh ujung pegas pada tempat yang benar. b) Buccal canine retractor dengan penyangga Desain klamer ini sama dengan yang tanpa penyangga. Terbuat dari klamer berdiameter 0,5 mm yang diberi penyangga tabung stainless steel berdiameter dalam yang sarna. Klamer ini mempunyal fleksibilitas dua kali lebih besar dibandingkan dengan yang tanpa penyangga sebab kaki pegas yang tidak bertabung terdiri dari klamer yang berdiameter 0,5 mm. Stabilitas vertikal amat bagus.



25



Gambar 20 Buccal Canina refraktor dengan penyangga dari tabung stailess steel pada kaki bagian distal



c) Buccal canine retractor dengan lup. Diameter klamer yang digunakan 0,7 mm. efektif untuk menggerakkan kaninus rahang bawah, karena sulkus vestibulum vang mengelilingi arkus rahang bawah dangkal. Jika digunakan koil seperti di atas maka tidak dapat disesuaikan dengan kedalaman sulkus vestibulum rahang bawah.



Gambar 21 Pegas "single loop' yang biasanya dibuat dari kawat klamer ukuran 0,6 - 0,7 mm, dilihat dari sebelah bukal.



d) Buccal canine retractor dengan lup terbalik. Retraktor bukal ini, beberapa operator menyenanginya terutama dimana sulkus bukal dangkal. Persoalan dan klamer ini adalah kaku pada bidang horizontal dan amat tidak stabil dalam jurusan vertikal.



Gambar 22 Bukal Canine Retraktor dengan lup terbalik



26



Aktivasi : Tidak boleh lebih dari 1 mm. Paling mudah adalah dengan cara memotong ujungnya 1 mm, kemudian Ujungnya dibengkokkan kembali melingkari sisi mesial gigi. 5. Double loop Indikasi : Menarik gigi kaninus dan premolar ke distal berdiameter 0,7 mm. mempunyai 2 lup, di bagian bukal dan palatal/lingual. lup bukal retensinya pada akrilik (sayap bukal) sehingga diperlukan klamer interdental untuk menghubungkan sayap bukal dengan sayap/palatallingual.



Gambar 23 Double loop tampak dari oklusal dengan sayap bukal sebagai retensi



B. KLAMER UNTUK MENDORONG GIGI KE LABIAL / KE BUKAL 1. Bumfeer Veer Terbuka Terdiri dari 2 lup yang sejajar. Klamer ini tidak menempel pada gusi bagian palatal tetapi tegak lurus terhadap sumbu gigi. Cara aktivasi yaitu memperlebar kedua lup, jika hanya satu yang diperbesar maka hasiLnya tidak mendorong ke labial tapi merotasi gigi. Penampang klamer 0,6 mm.Dapat dikombinasi dengan klamer sederhana, jika diperlukan penarikan ke mesial I distal dahulu baru kemudian gigi didorong ke labial.



27



Gambar 24 Bumfeer veer terbuka (kiri), dikombinasi dengan klamer sederhana (kanan).



2. Bumfeer Veer Tertutup Dapat digunakan untuk mendorong kedua gigi incisivus kelabial, sehingga lebarnya harus sebesar kedua gigi incisivus.



Gambar 25 Bumfeer veer tertutup untuk mendorong kedua gigi incisivus atas ke arah labial.



3. Klamer Kantilever Ganda Indikasinya untuk mendorong incisivus ke labial. Diameter yang digunakan yaitu 0,5 mm yang perlu diperhatikan bahwa badan pegasharus sepanjang mungkin agar pegas tidak kaku. Pegas harus tegak lurus pada permukaan palatal gigi yang akan didorong, jika tidak dapat maka klamer akan mudah tergelincir dan akan menyebabkan gigi mengalami intrusi.



Gambar 26 Kantilever ganda pada gigi incisivus dua



28



4. Klamer T Apabila premolar (kadang-kadang kaninus) harus digerakkan ke bukal, penderita sering mendapatkan kesukaran sewaktu insersi alat apabila dipergunakan klamer kantilever ganda ataupun tunggal. Untuk menghindari ini dapat digunakan klamer T yang dibuat dengan diameter 0,5 mm.



Gambar 27 Klamer T pada gigi premolar 2



Adanya dua lengan maka klamer T ini fleksibilitasnya menjadi berkurang. Oleh karena itu aktivasinya sedikit saja, sebab kalau tidak penderita akan mengalami kesukaran sewaktu pemasangan alat ini.



29



C. KLAMER UNTUK MENDORONG GIGI KE PALATAL/LINGUAL Jenis klamer yang digunakan yaitu busur labial. Pemilihan macam busur labial sebagian tergantung pada jumlah retraksi yang dikehendak1. Busur yang fleksibel paling sesuai untuk mengurangi "overjet" yang besar. Sebaliknya jika hanya sedikit yang dibutuhkan maka busur yang kurang fleksibel yang dipilih karena kerjanya lebih tepat dan diperlukan aktivasi yang juga sedikit. Busur labial ada beberapa macam, yaitu: 1. Retraktor Roberts Busur ini sangat fleksibel, dibuat dari klamer berdiameter 0,5 mm yang kedua ujungnya dimasukkan dalam tabung "stainless steel" untuk menyangga busur. Koil dibuat tepat pada keluarnya klamer pada tabung. Tabung keluar dari plat akrilik di distal kaninus. Bagian horisontal dari busur dibuat sesuai dengan lengkung incisivus yang dikehendaki, meskipun keadaan lengkung tersebut tidak teratur. Fleksibilitas dari klamer ini terletak pada koil yang harus dibuat dengan diameter dalam 3 mm.



2.



Busur labial tinggi dengan klamer Apron Pada prinsipnya busur ini sama dengan retraktor roberts. Suatu lengkung basis yang kuat dengan diameter 0,9 mm melebar masuk ke sulkus bukal, tetapi tidak sampai pada dasar sulkus. Apabila digunakan akrilik cold cured, yang paling mudah adalah dengan memasang klamer apron spring pada basis lengkung (busur labial) terlebih dahulu sebelum proses akrilik. Diameter klamer apron 0,35 - 0,40 mm dan digulung pada basis lengkung di step vertikal kemudian 2-3 gulung pada bagian horisontal. Sesudah pegas dibentuk, maka ujung lainnya digulung seperti ujung tadi. Untuk membuat enak bagi penderita dalam pemakaian maka bagian tengah busur dipotong. Hal ini juga memudahkan untuk mengganli pegas apron yang rusak.



30



Gambar 29. Busur labial tinggi dengan Klamer Apron



3. Busur Labial Dengan Lup Bentuk U Busur ini dibuat dengan diameter 0,7 mm. Fleksibilitas terutama tergantung pada tinggi lup U. Oleh karena kedalaman terbatas dan diameter 0,7 mm, maka busur ini kaku sekali dalam jurusan horisontal, tapi tidak fleksibel dalam jurusan vertikal. Menggerakkan sedikit sebuah gigi dapat dilakukan dengan membuat lekukan "bayonet" pada titik-titik tertentu. Keuntungan busur labial ini terutama untuk mengurangi over jet yang sedikit atau bila diperlukan untuk meratakan incisivus yang bersamaan untuk penarikan kaninus ke distal. Setelah retraksi kaninus cukup, busur labial dapat diaktivasi untuk retraksi incisivus.



Gambar 30 Busur labial 0,7 mm dengan lup U (kiri) Koreksi rotasi incisivus dengan membuat lekukan bayonet (kanan)



31



Koreksi rotasi incisivus sentral dengan lekukan "bayonet" pada busur labial dan klamer palatal maka tidak diperlukan klamer palatal tetapi cukup plat akrilik dibuat berkontak dengan sisi distal gigi incisivus sentral. Catatan : Bila "over jet" le bih dari 4 mm, maka gunakan busur labial yang lebih fleksibel. Letak klamer di labial ada, 3 macam, yaitu : 1)



Di incisal, kekuatan ke arah palatal dan juga ke servikal.



2)



Di tengah, kekuatan ke arah palatal saja.



3)



Di servikal, kekuatan ke palatal dan juga ke incisal.



4. Busur Labial Dengan Lup Terbalik Ini sama dengan busur labial yang dibicarakan di atas kecuali bahwa disini lupnya terbalik. Lup ini harus betul-betul bebas dari cangkolan klamer pada molar pertama, agar tidak mengganggu aktivasinya. Busur ini juga agak kaku sehingga aktivasi tidak boleh lebih dari 1 mm.



Gambar 31 A) B)



Busur labial dengan lup terbalik. Aktivasi busur labial, jika titik A pada lup ditekan dengan tang maka bagian depan busur akan turun dan untuk menekan kembali, busur dinaikkan pada titik B



5. Busur Labial Yang Lebar (Mills Bow) Busur ini juga dibuat dengan diameter 0,7 mm, tapi fleksibilitas bertambah karena lup-lupnya diperbesar. Busur ini berguna sebagai pengganti retraktor Roberts untuk mengurangi "over jet" yang besar, disamping juga untuk meratakan incisivus. Oleh karena lupnya yang tinggi tersebut kadang-kadang pasien merasa enak.



32



Gambar 32. Busur labial Mills Bow



6. Metode Dasar Pembuatan Busur Labial (Gambar 33 A-H) a) Kawat dengan diameter 0,7 mm dipotong sesuai kebutuhan. Membuat lengkung gigi ideal dengan menggunakan ibu jari (jangan menggunakan tang).



b) Busur klamer harus horisontal. Apabila dilihat dari samping, kedua ujung busur harus kelihatan berhimpit.



c) Kawat ditekuk dengan jari. Dilihat dari oklusal (atas) busur melengkung halus tanpa ada lekukan-Iekukan tajam. Juga harus simetris



d) Sesuaikan busur dengan model. Buatlah dua buah titik pada salah satu sisi busur yang menunjukkan lebar dan lup yang diinginkan titik distal merupkan titik proyeksi dari titik pada model yang menunjukkan tempat masuknya busur ke dalam plat akrilik setelah lup selesai dibuat. Titik mesial (yang akan dibengkokkan) didapatkan setelah dilakukan pengukuran dari titik distal selebar lup yang diinginkan. 33



e) Pembuatan lup dimulai dengan membengkokkan busur pada titik sebelah mesial. Pergunakan tang Adam Universal.



f) Lup dibuat dengan tang pembuat pegas. panjang lup dibuat sesuai dengan dalamnya vestibulum oris. Misalnya untuk retraksi gigi-gigi anterior memerlukan lup sepanjang kurang lebih 8 mm.



g) Gambar salah satu lup yang telah selesai dibuat. Seperti klamer Adam, maka lup harus dibuat satu persatu.



h) Busur labial selesai dibuat, dilihat dari oklusal. Perhatikan lupnya, tidak menjepit atau terlalu jauh letaknya dari gusi. Busur menempel dengan baik pada permukaan labial dari gigi-gigi depan.



34



7. Molar Spring Penampang: 0,15 - 0,7mm Klamer ini disertai dengan lup yang terbalik. Lup yang terbalik memungkinkan klamer tersebut menekan permukaan bukal dari gigi Molar yang terletak lebih kebukal.



Gambar 34 Molar Spring pada gigi Molar satu disertai klamer Adams pada Premolar



8. Canine dan Premolar Spring Penampang: 0,5 - 0,7 mm Indikasinya untuk gigi kaninus dan premolar yang terletak ke bukal. klamer ini merupakan modifikasi dari kaninus bukal retractor



Gambar 35 Premolar Spring pada gigi Premolar dua dan klamer Adams pada gigi premolar satu



35



9. Single Incisor Spring Penampang 0,5 - 0,7 mm. Indikasi : untuk gigi insisivus yang secara individual terletak di labial



Gambar 36. Single incisor spring



D. KLAMER UNTUK MELEBARKAN LENGKUNG Untuk melebarkan lengkung rahang dapat digunakan klamer dan sekrup, Pada dasarnya kedua alat ini mempunyai prinsip yang sama. Penggunaan klamer mempunyai beberapa keuntungan antara lain: Lebih Murah Mudah dibersihkan Kekuatan yang dihasilkan lebih besar dibandingkan sekrup. Adapun kerugian yang dapat ditimbulkan yaitu : Arah pergerakan terbatas, hanya dapat melebarkan lengkung rahang. Perlu keahlian operator dalam mengkonstruksi dan mengaktifkan klamer tersebut agar plat dapat stabil. 1. KLAMER COFFIN Merupakan pegas yang kuat (diameter 1,25 mm), yang digunakan untuk ekspansi lengkung geligi ke arah transversal, seperti misalnya kasus gigitan silang posterior unilateral dengan displacement mandibula. Pegas ini mempunyai keuntungan, bahwa aktivasi dapat diatur apakah yang akan diekspansi daerah premolar, molar ataukah keduanya, tetapi kalau pegas tidak dibuat dengan sempurna maka alat cenderung menjadi kurang stabil. Dengan alasan inilah maka sekrup ekspansi (ekspansion screw) lebih disenangi kecuali kalau memang harus membedakan jumlah ekspansi di premolar dan di molar



36



Gambar 37. klamer Coffin



Aktivasi Sebelum pegas diaktivasi, perlu memberi tanda pada alat (plat akrilik dibor sedikit). Selanjutnya dengan jangka dibaca sebelum dan sesudah aktivasi dengan demikian jumlah ekspansi dapat dikontrol. Untuk aktivasi janganlah menggunakan tang, karena akan mudah terjadi distorsi



Gambar 38 Pemberian tanda pada alat sebelum diaktifkan (kiri), sesudah diaktifkan (kanan).



Sebaiknya hanya dengan menarik kedua bagian akrilik ke samping, pertama daerah premolar dan selanjutnya daerah molar. Yang harus diperhatikan adalah waktu menarik arah kedua bagian dari akrilik harus betul-betul dalam satu bidang horizontal. Kalau sampai terputar ke arah vertikal, maka alat menjadi tidak sesuai lagi, dan sukar memperbaikinya.



37



BITE PLAN Alat yang terbuat dari akrilik resin, yang mana terdapat dataran gigitan sehingga hanya beberapa gigi tertentu saja yang dapat beroklusi. Indikasi : 1. Merawat gigitan dalam (deep over bite)  mix. Dent. 2. Menghilangkan penguncian oklusal  cross bite 3. Membantu posisi yang ideal 4. Mengurangi gangguan sementara/sakit pada TMJ 5. Membantu menghilangkan “bruxism” (kerot) Macam – Macam : 1. Maxillary flat b.p 2. Sved b.p 3. Hollow b.p 4. Maxillary inclined b.p 5. Mandibular inclined b.p 6. Jumping b.p Catatan : Deep over bite disebut juga excessive over bite atau covered bite atau closed bite. Over bite yaitu jarak menutupnya incisal gigi incisivus atas terhadap gigi incisivus bawah dalam arah vertikal pada posisi oklusi sentrik. Dikatakan deep over bite apabila jarak tersebut melebihi over bite normal. Sedangkan over bite normal yaitu ± 2-4 mm atau gigi depan atas menutup 1/3 – 1/2 bagian incisal dari mahkota gigi depan bawah pada saat gigi tersebut dalam oklusi sentrik. Untuk masing-masing individu penutupan ini tidak sama. Pada individu dengan profil roman muka yang sempit/panjang, maka orang ini over bitenya akan lebih dalam daripada orang dengan roman muka yang lebar dan bentuk gigi yang lebar pula. Maxillary Flat Bite Plane Alat ini dipakai untuk mengoreksi maloklusi Angle kelas I dengan deep over bite, juga maloklusi kelas II (terutama kelas II divisi 1) dengan deep over bite. Bentuk alat terdiri dari :   



Plat dengan penebalan di bagian depan Lengkung labial Klamer



38



Cara pembuatan :     



Buat model kerja Pasang pada articulator dengan stents di antaranya  free ways space Buat klamer retensi pada M1 RA Buat labial arch Memodel malam :  Malam menutup permukaan seluruh rahang  Di bagian depan diberi ketebalan sampai regio C dengan lebar 1 cm  Di bagian posterior diberi jarak 2 mm untuk tempat gigi I bawah pada waktu pengunyahan (gerakan maju mundur)



Akibat dari pemakaian Bite plane ini :      



Perubahan kedudukan mandibula dimana proc. Condyloideus letaknya lebih ke depan terhadap eminentia articularis Kedudukan mandibula terbuka dan lebih ke distal  relasi gigi RA terhadap gigi RB lebih ke distal Memungkinkan perkembangan lengkung mandibula terutama lebarnya daerah intercaninus. Hal ini penting pada kasus kelas I Angle atau gejala kelas II pada gigi susu Gigi posterior P dan M tidak berkontak  ekstrusi Gigi anterior bawah tertekan  intrusi Memperbaiki pertumbuhan vertikal dari muka bagian bawah



Pada pembuatan alat ini, tebal bite block sesuai dengan free way space. Tetapi biasanya pasien akan mengeluh karena tidak dapat mengunyah waktu makan. Oleh karena itu pada minggu-minggu awal bite block bisa ditipiskan lebih dulu sehingga jaraknya tidak terlalu besar. Pasien harus mencoba memakai alat ini pada waktu makan, karena dengan memakai alat tadi terus-menerus terutama waktu berfungsi, maka ekstrusi dari gigi-gigi yang tidak berkontak akan lebih cepat diperoleh. Lamanya waktu yang diperlukan untuk koreksi deep over bite pada anak-anak ± 2-4 bulan, sedangkan dewasa ± 4-6 bulan. Periode retensi Setelah perawatan berhasil, yaitu deep over bite telah hilang dan diperoleh keseimbangan bentuk muka, maka sangat perlu pemakaian retainer yang cukup lama untuk mencegah terjadinya relapse, yaitu ± 6-12 bulan. Retainernya berupa alat itu sendir yang pemakaiannya dikurangi secara bertahap.



39



Cara pengontrolan pemakaian bite plane : Selama satu minggu pasien dibiasakan memakai alat tersebut dan harus diperiksa apakah ada bagian-bagian klamer serta labial arch yang mengganggu. Selanjutnya dicek ketebalan bite blocknya, apakah jarak antara gigi-gigi M atas dan M bawah cukup tingginya. Apabila ketebalan bite block melebihi free way space maka pasien akan cepat merasa lelah. Pengurangan harus sedemikian rupa sehingga sedapat mungkin gigi-gigi anterior RB berkontak dengan bite block. Pada kasus dimana gigi-gigi anterior RB letaknya teratur maka hal ini tidak menjadi persoalan. Tetapi pada gigi berjejal atau crowded atau disertai permukaan incisal yang tingginya tidak sama, maka hal ini perlu mendapat perhatian. Keenam gigi anterior harus sedapat mungkin menyentuh bite block untuk menjaga supaya tekanan yang diterima gigi anterior sama rata. Kalau hanya satu atau dua gigi saja yang berkontak akan menyebabkan tekanan yang berlebihan pada gigi tersebut sehingga terjadi premature kontak dan menyebabkan gangguan pada jaringan pendukung giginya. Maksud pembuatan bite block ini bukan untuk meratakan gigi anterior tetapi untuk memberi kesempatan ekstrusi dari gigi posterior dan mengintrusi seluruh gigi anterior yang tujuannya memperbaiki deep over bite. Setelah deep over bite terkoreksi yang berarti gigi-gigi posterior sudah berkontak dengan sempurna, maka tidak hanya gigi depan saja yang berkontak dengan bite block tetapi gigi posterior juga berkontak dengan gigi antagonisnya, pada keadaan ini berarti tekanan pengunyahan terbagi rata. Setelah itu selanjutnya koreksi dari malposisi gigi dapat dimulai : Misalnya, pada kasus dimana gigi depan tingginya tidak rata, maka bite block dibentuk rata sehingga pada waktu oklusi gigi depan yang berkontak dengan bite block tadi akan tertekan sedangkan gigi yang tidak berkontak mempunyai kesempatan untuk ekstrusi. Pada anomaly Angle kelas I atau II dengan protrusi gigi depan atas : Setelah deep over bite dikoreksi maka keempat gigi depan atas dapat dimundurkan dengan jalan mengurangi akrilik di bagian permukaan palatinal gigi-gigi tersebut dan lengkung labial diaktifkan. Cara pengurangan : Di sini diharapkan gerakan bodily, pengurangan akrilik sedikit demi sedikit. Di sini pengurangannya ± setinggi apex gigi. Pengurangan setahap demi setahap untuk mengetahui kemajuan perawatan, hal tersebut dapat dilakukan apabila tersedia cukup ruangan. Tetapi bila tidak tersedia ruangan dapat dilengkapi dengan sekrup ekspansi atau dilakukan pencabutan 1 atau 2 gigi. Biasanya pencabutan dilakukan pada gigi P1, alasannya dipandang dari segi estetik dan fungsional, gigi tersebut kurang artinya bila dibanding dengan gigi yang lainnya. Sved Bite Plane Fungsinya sama dengan maxillary flat bite plane yaitu untuk mengoreksi deep over bite. Hanya bentuknya yang agak berbeda. Alat ini terdiri dari :  Plat akrilik  Klamer



40







Capping yaitu pelebaran akrilik yang menutupi permukaan incisal dari gigi-gigi depan atas. Menutupnya ini setinggi ± 2 mm dari permukaan incisal.  Fungsi Capping tersebut menggantikan fungsi dari lengkung labial yaitu untuk :  Menambah retensi alat  Mencegah terjadinya spreading (gerakan gigi depan ke anterior). Alat ini lebih tepat dipakai pada gigi geligi bercampur dimana gigi yang dipakai sebagai pegangan klamer itu banyak yang tidak memenuhi syarat sehingga perlu penambahan retensi di bagian depan. Jadi pada alat ini kadang-kadang hanya memakai sebuah klamer atau hanya dilengkapi dengan spring untuk menambah retensi. Indikasi : Sama dengan maxillary flat bite plane, tetapi lebih baik bila dipakai pada kasus dimana diperlukan pengunduran gigi-gigi rahang atas ke arah distal dengan menggunakan alat head gear jadi umumnya dipakai pada malam hari, sedangkan sved bite plane pada siang harinya. Kontra indikasi : Pada kasus dimana gigi C dan roentgen foto terlihat mahkotanya menekan akar I2 (pada gigi bercampur, gigi C belum tumbuh) yaitu pada kasus ugly duckling case. Kerugian pemakaian capping dapat terjadi staining pada gigi depan rahang atas. Hollow Bite Plane Ditemukan oleh Dr. Lenard Sidlow sehingga sering disebut alat Sidlow hollow bite plane, alat ini termasuk maxillary bite plane. Alat ini terdiri dari :  Plat akrilik  Klamer



 



Bite block, dimana terdapat rongga di antara permukaan palatinal gigi-gigi depan atas. Rongga ini digunakan untuk menggeser gigi depan atas kearah palatinal. Kaitan atau semacam cantolan yang ditempatkan antara gigi C dan P untuk mengaitkan karet (rubber ligature). Karet ini sebagai pengganti labial arch yaitu untuk mendorong gigi depan atas yang protrusi ke arah palatinal.



41



Maxillary Inclined Bite Plane Bentuk alat menyerupai flat bite plane juga dilengkapi dengan klamer dan lengkung labial. Hanya permukaan bite block-nya tidak datar tetapi lebih miring. Mandibular Inclined Bite Plane



Indikasi : 1. Untuk kasus cross bite anterior baik gigi tunggal atau lebih. 2. Cross bite adalah gigitan terbalik dimana gigi rahang atas terdapat di sebelah lingual dari gigi-gigi rahang bawah pada waktu oklusi. Yang paling baik dirawat dengan mandibular inclined bite plane adalah cross bite dengan inklinasi gigi-gigi atas palatoversi. Penyebab cross bite : 1. 2.



3. 4.



Karena gigi rahang atas yang palatoversi sedang gigi rahang bawah tidak. Karena gigi rahang bawah yang protrusive, gigi atas normal. Rahang atas dan rahang bawah normal Rahang atas terlalu ke belakang sedang gigi-gigi normal. Rahang bawah yang terlalu maju sedang gigi-gigi normal.



Alat ini lebih memuaskan bila pada kasus tersebut terdapat ruang untuk memajukan gigi-gigi tersebut. Bila ruangan belum ada, harus disediakan dengan melengkapi alat tersebut dengan sekrup ekspansi atau dengan macam-macam spring. Alat ini biasa dibuat dari akrilik ataupun logam. Dapat pula fixed atau removable.



1 dan 2  faktor dental 3 dan 4  faktor skeletal



Jumping Bite Plane



Jumping bite plane adalah bite plane yang dipakai untuk kasus cross bite anterior.



42



Alatnya berupa penebalan akrilik/peninggian gigitan pada rahang atas maupun bawah di bagian posterior sehingga relasi gigi depan yang cross bite akan bebas, ini memungkinkan gerakan gigi depan yang palatoversi ke anterior tanpa halangan. Jadi sesuai dengan namanya, jumping bite plane ini untuk meloncatkan gigi yang cross bite tadi sehingga relasinya menjadi normal. Tetapi tidak semua cross bite anterior dirawat dengan jumping bite plane. Hal ini tergantung over bite gigi depan tersebut, kalau dalam keadaan posisi istirahat relasi gigi depan atas dan bawah itu bebas, maka jumping bite plane ini tidak diperlukan. Tetapi kalau dalam posisi istirahat gigi atas masih terhalang, maka alat tadi dilengkapi jumping bite plane.



43



SEKRUP EKSPANSI Alat orto. Lepasan yang dilengkapi dengan sekrup ekspansi dengan tujuan untuk melebarkan lengkung gigi atau rahang. Usia Muda  pertumbuhan aktif  pelebaran lengkung rahang (basal arch) Usia Dewasa  melebarkan lengkung gigi saja (coronal arch) BAGIAN – BAGIAN ALAT : -



Plat akrilik



-



Sekrup ekspansi



-



Klamer (Adams atau arrowhead)



-



Lengkung Labial



-



Bite Block  pada kasus-kasus tertentu



SEKRUP EKSPANSI = EXPANSION SCREW 



Macam-macam bentuk 







Pada tiap sekrup  4 lubang + kunci pemutar (dari kawat)







Kekuatan yang dihasilkan  “intermittent” (berselang-seling)







Pemutaran sekrup/pengaktifan – harus dibatasi



pabriknya



 untuk mencegah kerusakan jaringan periodontal dan gigi tidak terjepit



dengan



tulang alveolar. 



Lebar membran periodontal pada anak-anak : 0,25 mm dan dewasa : 0,16 mm







Pemutaran ¼ lingkaran ( 90o )  menghasilkan pelebaran membran periodontal : 0,05 – 0,07 mm. Pada pasien yang jauh  aktivasi sendiri 1 bulan sekali  kontrol  Untuk menghindari plat ekspansi tidak menempel pada gigi atau rahang dengan baik. Bila “relaps” berarti alat tidak pas.  Pasien alat lepasan harus diberi penerangan  kalau alat tidak pas / hal-hal lain  kontrol.



44



MACAM-MACAM SEKRUP EKSPANSI Dari arah kekuatan yang dihasilkan oleh sekrupnya, ada 3 macam : I. Untuk pelebaran lengkung gigi-gigi P dan M ke arah bukal, jadi desain ada “Reciprocal anchorage” (untuk gerakan gigi sebelah kanan, yang merupakan penjangkaran adalah plat sebelah kiri atau sebaliknya. A. Untuk Pelebaran Simetris -RA Sekrup ditempatkan segaris dengan gigi P1. Plat ekspansi ini bisa untuk mengoreksi kasus-kasus: - crossbite bilateral - crowding ringan di I1



- RB Sekrup diletakkan di garis tengah, sebelah lingual dari I1 .



B.1.



Pada kasus dimana diharapkan pelebaran di depan lebih banyak dibanding belakang (pada rahang yang sempit di depan) 



Sekrup diletakkan agak ke anterior







Bagian posterior diberi loop (:0,7–1,0 mm). untuk mencegah terjadinya pelebaran dibagian posterior.



45



B.2.



Bagian posterior bisa diganti dengan sekrup E (yang kecil). Pengaktifan



posterior



setengahnya



anterior. Sehingga bagian anterior relatif lebih lebar daripada posterior.



C. Ditambah “bite-block”  Untuk “cross bite” posterior (palatoversi)  Supaya gigi belakang tidak terhalang gerakannya.



II. Menggerakkan Gigi Ke Bukal / Labial  Penyempitan lengkung gigi kadang-kadang terdapat 1 sisi saja  Harus yakin bahwa penjangkarannya cukup memadai dan tidak resiprokal  jadi untuk menggeser 1 gigi di butuhkan penjangkaran > 1 gigi  Pergeseran gigi pada 1 sisi membutuhkan sisi lain sebagai penjangkar A.



Untuk menggeser gigi posterior ke bukal - sekrup : transversal menghadap gigi yang akan digeser untuk “cross bite” unilateral



46



B. Untuk menggeser gigi P ke bukal



C. Untuk menggeser gigi ke labial



Sekrup di garis median dilengkapi “bite block” dibagian posterior untuk :  



Palatoversi gigi anterior dengan “cross bite” Palatoversi gigi anterior tanpa “cross bite”



D. Untuk menggeser gigi-gigi posterior dan anterior ke bukal/lateral.



Untuk kasus crossbite posterior unilateral Yang melibatkan beberapa gigi anterior (I2 dan C). - Klamer Adam’s di P1 dan M1 atas - Klamer C di I1 dan I2 kanan atas - Aktivasi 2 X ¼ putaran perminggu - Bite block berada di posterior.



47



I. Untuk Menggerakkan Gigi ke Mesial / Distal Plat Y untuk menggerakkan gigi P1, P2 dan M1 ke distal (pada satu sisi)



Pada kasus dimana P2 kurang tempat akibat dari pergeseran gigi belakang ke depan, maka M1 perlu digeser ke distal supaya P2 bisa tumbuh dengan baik.



Idem seperti di atas dengan model yang sedikit berbeda



-Kombinasi dengan inclined plane anterior yang berfungsi merawat gigi bawah yang retrusi sekaligus bisa menambah penjangkaran. Klamer Adam’s di gigi P1 dan M1 atas Klamer C di gigi I2 kiri atas----------untuk mencegah pergeseran gigi I2 ke distal . Ini untuk kasus pencabutan M2, ruangan nya akan ditempati oleh gigi-gigi di sebelah mesialnya yang digeser ke distal.



48



TAMBAHAN 1. Untuk kasus crowded ringan I1 kanan atas yang terkunci. Apabila sekrup diaktifkan, akan mendorong gigi-gigi ke lateral kecuali I1 kanan atas. Apabila sudah ada ruang, I1 kanan atas didorong ke labial dengan double loop spring.



2. Untuk kasus crowded ringan I1 kanan dan kiri atas yang palatoversi, pada kasus Kelas II divisi 2. Selain itu ada gigitan dalam sehingga perlu diberi bite block di anterior. Apabila sekrup diaktifkan, akan menggerakkan gigi-gigi ke lateral kecuali I1 kiri kanan. Apabila sudah ada ruang, gigi I1 kiri dan kanan didorong ke labial dengan double loop spring.



3. Untuk kasus crowded C dan I.2 kanan atas. Salah satu kaki dari lengkung labial melalui antara I1 dan I2 kanan atas, tetapi ujung kakinya ditanam di plat sebelah kiri sehinga kalau sekrup diaktifkan, I1 kanan atas akan bergerak ke kanan sehingga akan menambah ruangan yang dihasilkan akibat pelebaran untuk ditempati I2 dan C kanan atas. Apabila sudah ada ruang, gigi yang crowding didorong ke labial dengan helical spring. 4. Plat Y yang asli , ciptaan dari Dr. A.M. Schwarz untuk kasus crowded C kiri kanan atas. Pelebaran yang terjadi arahnya kombinasi sagital dan lateral. Untuk tahap pertama, kaki dari labial bow ditanam di plat anterior. Kalau sudah ada ruang, kaki nya dipindahkan ke plat lateral sehingga labial bow bisa menekan gigi C yang labioversi.



49



5. Plat Y modern. Plat pada palatum dikurangi.



INDIKASI ALAT EKSPANSI 1.



Periode gigi bercampur  pertumbuhan masih aktif



2.



Rahang yang sempit  crowding



3.



Menurut Howes : 37% - 43% Menurut Pont



: lebar inter P dan inter M < tabel (pengukuran < perhitungan)



4.



Kurangnya ruang lebih kecil dari lebar satu gigi



CARA PEMBUATAN Buat klamer dan lengkung labial pada model kerja Tentukan letak sekrup  beri tanda Sekrup dipasang pada tempatnya Model malam tanam di kuvet  kontrol model Rebus  malam diganti stellon. Sekrup terikut pada kontra model Isi stellon tanpa press coba Masak untuk polimerisasi stellon Pada waktu pertama kali dipasang  jangan dibelah dulu platnya Setelah adaptasi  dibelah  aktifkan 2 kali sebulan Bisa ditambah dengan per-per pembantu Perawatan selesai  retainer ( alat itu sendiri atau Hawley Retainer ) Pada pergerakkan gigi anterior ke labial, bila terjadi “tipping” berarti perlekatan stellon kurang baik (terdapat rongga). Maka sekrup diputar kembali dan bagian palatinal pada alat tersebut ditambah “self curing acrylic”  pasang  aktifkan lagi. Prinsip : faktor penjangkaran dari gigi yang tidak digerakkan harus lebih kuat dari yang digerakkan 50



III. ALAT dan BAHAN ALAT



BAHAN



1. Model Kerja 2. Pensil 3. Spidol warna : merah, biru dan hitam



1. Klamer 0.6, 0.7 dan 0.8



4. Penggaris



2. Malam merah



5. Pisau model dan malam



3. Spiritus



6. Bunsen (lampu spiritus) 7. Tang Universal / Adam 8. Tang Koil/Bulat 9. Tang 3 Jari 10. Tang Potong



51



KETERAMPILAN MEDIK PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN



LEMBAR PENILAIAN PEKERJAAN MAHASISWA KAWAT PIRANTI LEPASAN



Nama



:



NIM



:



INSTRUKTUR



:



No.



JENIS KLAMER



1.



Klamer Adam



2.



Kantilever Tunggal



3.



Kantilever Ganda



4.



Buccal Canine Retractor (BCR)



5.



Labial Bow (Busur Labial)



Tanggal Acc



Paraf



Nilai



Nilai Rata-rata Catatan : Mahasiswa melanjutkan pekerjaan ke pembuatan jenis klamer baru jika sudah mendapatkan paraf dan nilai dari instruktur kelompok (sudah menyelesaikan satu jenis klamer) Keterangan : Nilai < 50



: Tidak kompeten



Nilai 51-60



: Mengerjakan tidak sempurna



Nilai 61-80



: Mengerjakan dengan sempurna tetapi tidak efisien



Nilai 81-100 : Mengerjakan dengan sempurna dengan waktu yang sangat efisien/ efisien



52