Orto Lepasan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEMINAR BIDANG ILMU ORTODONSI PRA KOAS 14



KOMPONEN ALAT ORTODONTI LEPASAN



Dosen Koordinator Bidang Ilmu: drg. Dian Noviyanti Agus Imam, M.DSc



Disusun Oleh: Shahnaz Dwi Permata Putri G1G014033



KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN JURUSAN KEDOKTERAN GIGI PURWOKERTO



2019



Komponen Alat Ortodonti Lepasan



A. Gambaran Umum Piranti Ortodonti Lepasan Perawatan ortodonti dibagi menjadi dua yaitu perawatan ortodonti cekat dan perawatan ortodonti lepasan. Piranti ortodonti lepasan merupakan alat bersifat pasif yang dapat dilepas dan dipasangkan sendiri oleh pasien. Keberhasilan perawatan ortodonti menggunakan piranti ortodonti lepasan sangat ditentukan oleh kedisiplinan pasien dalam memakai piranti (Rahardjo, 2009).



Gambar 1.2 Alat Ortodontik Lepasan



Syarat dari pembuatan piranti ortodonti lepasan sebagai berikut: 1. Nyaman saat digunakan pasien 2. Mudah dipasang dan dilepas oleh pasien 3. Tidak menekan mukosa dan tidak tajam sehingga dapat melukai mukosa 4. Dibuat lebih sederhana Penggunaan piranti ortodonti lepasan memiliki kelebihan juga kekurangan. Kelebihan dari piranti ortondonti lepasan sebagai berikut: 1. Mengoreksi malposisi gigi dengan gerakan tipping. 2. Dapat diberikan peninggi gigit. 3. Kontrol menjadi lebih mudah dikarenakan hanya beberapa gigi yang digerakan. 4. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan insersesi dan aktivasi. 5. Relatif lebih murah. 6. Dapat lebih menjaga OH pasien. 7. Jika terjadi kerusakan atau ketidak nyamanan pada piranti bisa segera dilepaskan oleh pasien sendiri.



Kekurangan dari piranti ortodonti lepasan sebagai berikut: 1. Tidak dapat mengoreksi multiple rotation. 2. Sulit untuk menutup ruang pasca pencabutan. Menurut Mitchell (2013), pergerakan yang dihasilkan dari penggunaan piranti ortodonti lepasan sangat terbatas yaitu hanya pada gerakan tipping sehingga terdapat indikasi dari penggunaan alat ortodonti lepasan sebagai berikut: 1. Maloklusi skeletal pada Klas I sedangkan untuk pengurangan atau penambahan overjet dapat dikoreksi hanya dengan mengubah inklinasi gigi insisif. 2. Perawatan pada salah satu rahang saja seperti pada rahang atas dan rahang bawah hanya dilakukan pencabutan atau tidak dirawat. 3. Malposisi gigi yang dapat dikoreksi dengan gerakan tipping. 4. Penutupan ruang setelah pencabutan dengan gerakan tipping. 5. Penutupan ruang setelah pencabutan dengan memajukan gigi segmen bukal. 6. Maloklusi arah buko-lingual dengan pergeseran mandibula seperti pada crossbite unilateral gigi posterior. Kontraindikasi dari penggunaan alat ortodonti lepasan sebagai berikut (Muirr, 1997): 1. Maloklusi yang melibatkan skeletal seperti pada Klas I protusif bimaksiler, Klas II skeletal, Klas III skeletal, openbite skeletal dan deepbite skeletal. 2. Perawatan yang memerlukan perbaikan relasi antara rahang atas dan bawah. 3. Kelainan posisi apikal gigi dan rotasi yang parah. 4. Perawatan yang memerlukan gerakan secara bodyling. 5. Kelainan arah vertikal seperti openbite, deepbite dan kelainan tinggi gigit. 6. Perawatan untuk mengoreksi kekurangan atau kelebihan ruang yang besar.



B. Komponen-Komponen Piranti Ortodonti Lepasan Secara umum piranti ortodonti lepasan terdiri dari 3 komponen yaitu (Rajardjo, 2012): 1. Force or Active Component Komponen aktif merupakan komponen yang dapat menghasilkan kekuatan sehingga membuat terjadinya pergerakan gigi (tipping) yang diinginkan. Komponen aktif piranti lepasan terdiri atas berbagai macam pegas, busur labial, sekrup ekspansi dan elastik. a. Pegas, kekuatan yang dihasilkan merupakan kekuatan secara terus menerus (continuous forces). Arah pergerakan gigi yang dihasilkan ditentukan oleh titik kontak pegas dengan gigi yaitu bergerak pada garis tegak lurus titik kontak pegas dan gigi. Kekuatan ringan antara 25-40 gram diharapkan terjadi pergerakan gigi. 1) Pegas Kantilever Tunggal (Pegas Jari), termasuk ke dalam pegas palatal yang dapat menggerakan gigi ke arah mesiodistal, labial dan searah lengkung geligi. Terdapat koil berukuran 3 mm untuk meningkatkan fleksibilitas pegas. Koil terletak berlawanan arah pergerakan gigi yang diinginkan. Aktivasi dapat dilakukan dengan menarik lengan pegas ke arah pergerakan gigi atau memencet koil sehingga lengan pegas akan bergerak pada kunjungan pertama cukup 1-2 mm.



Gambar 2.1 Pegas Kantilever Tunggal 2) Pegas Kantilever Ganda (Pegas Z), termasuk ke dalam pegas palatal, mendorong gigi anterior ke labial dan digunakan jika tidak ada ruangan yang memungkinkan untuk penempatan pegas kantilever yang dibengkokan. Lengan pegas harus selebar mesio-distal gigi yang digerakan dan terletak di tengah jarak serviko-insisal gigi. Aktivasi dilakukan pada lengan pegas yang berada pada koil yang tidak berkontak dengan gigi lalu pada lengan pegas dengan koil berkontak dengan gigi.



Gambar 2.2 Pegas Kantilever Ganda 3) Pegas T, termasuk ke dalam pegas palatal yang digunakan untuk menggerakan gigi caninus dan premolar. Aktivasi dilakukan dengan menarik pegas menjauhi plat dan cukup diaktivasi sedikit agar posisi pegas tidak berubah.



Gambar 2.3 Pegas T 4) Pegas Coffin, termasuk ke dalam pegas palatal yang digunakan untuk ekspansi lengkung geligi ke arah transversal dan terbuat dari kawat berukuran 1,25 mm. Plat akrilik diberi tanda titik dengan bor sebagai penanda jarak ekspansi sebelum dan sesudah aktivasi. Aktivasi dilakukan tanpa tang (dengan tangan) yaitu menarik kedua bagian akrilik anterior ke lateral.



Gambar 2.4 Pegas Coffin 5) Pegas Bukal Tanpa Penyangga, termasuk ke dalam pegas bukal yang digunakan pada kaninus untuk menggerakan ke arah distal dan palatal. Desain dari pegas harus benar dengan membuat lengan pegas sepanjang mungkin namun tidak mengenai mukosa. Koil pegas terletak di distal sumbu panjang gigi. Kaki pegas turun melalui tengah mahkota dan melingkarinya lalu bagian ujungnya berakhir kontak pada mesial gigi. Sisi distal pegas masuk ke dalam akrilik melewati titik kontak P1 dan P2 Pegas bukal terbuat dari kawat 0,7 mm sehingga dengan defleksi sedikit



saja didapatkan kekuatan yang besar yaitu cukup aktivasi 1 mm pada lengan depan ke arah distal atau palatal dengan tetap menahan koil.



Gambar 2.5 Pegas Bukal Tanpa Penyangga 6) Retraktor Bukal Berpenyangga, termasuk ke dalam pegas bukal yang terbuat dari kawat 0,5 mm dengan penyangga berupa tabung nirkarat 0,5 mm. Kelenturannya dua kali lebih besar dibandingkan pegas bukal tanpa penyangga karena terbuat dari kawat yang lebih kecil. Pegas diaktivasi 2 mm dengan cara yang sama dengan pegas bukal tanpa penyangga.



Gambar 2.6 Retraktor Bukal Berpenyangga 7) Retraktor Bukal dengan Lup Terbalik, termasuk ke dalam pegas bukal yang digunakan untuk meretraksi kaninus dengan sulkus bukal rendah. Pegas ini kaku pada bidang horizontal dan tidak stabil pada bidang vertikal sehingga jarang digunakan. Aktivasi pegas 1 mm dengan membengkokan ujung pegas dan memotongnya 1 mm atau dengan membuka koil 1 mm.



Gambar 2.7 Retraktor Bukal dengan Lup Terbalik b. Busur Labial, digunakan untuk menarik insisivus ke arah lingual. 1) Retraktor Roberts, terbuat dari kawat 0,5 mm dan memiliki 2 buah koil dengan diameter 3 mm sehingga sangat lentur. Bagian horizontal busur dibentuk sesuai dengan lengkung yang diinginkan. Aktivasi busur sampai 3 mm pada lengan pegas vertikal di bawah koil karena lentur dan



memberikan kekuatan ringan. Busur bagian horizontal akan turun ke arah insisal ketika insisiv bergerak sehingga tingginya harus diatur kembali.



Gambar 2.8 Retraktor Roberts 2) Busur Labial Tinggi dengan Pegas Apron, terbuat dari kawat 0,9 mm dan 0,35-0,4 mm dan digulung pada kaki vertikal kemudian dua atau tiga gulungan pada bagian horizontal. Pegas apron sudah jarang digunakan karena lebih sulit dibuat dan kurang nyaman digunakan. Aktivasi pada kaki vertikal.



Gambar 2.9 Busur Labial Tinggi dengan Pegas Apron 3) Busur Labial dengan Lup U, terbuat dari kawat 0,7 mm dengan kelenturan pada tinggi vertikal lup U. Penggunaan busur ini untuk mengurangi jarak gigit yang sedikit atau untuk meratakan insisiv digunakan bersama dengan pegas palatal pada kaninus untuk retraksi. Aktivasi tidak lebih dari 1 mm karena memberikan kekuatan yang besar dan



dapat



membuat



kehilangan



penjangkaran.



Lup



dipegang



menggunakan tang lalu kaki depan lup ditekuk atau sempitkan lup dengan tang. Aktivasi akan menyebabkan horizontal busur bergerak ke insisal sehingga dapat dikoreksi dengan menahan lup dan menempatkan kaki horizontal busur di tengah gigi.



Gambar 2.10 Busur Labial dengan Lup U 4) Busur dengan Self-straightening Wires, merupakan modifikasi dari busur labial dengan penambahan self-straightening wires yang digulung



kendor pada busur agar dapat bergerak bebas. Aktivasi dengan menutup lup U dan juga mengatur tinggu busur labial.



Gambar 2.11 Busur dengan Self-straightening Wires 5) Busur Labial dengan Lup U Terbalik, dapat menghalangi kaninus bergerak ke arah bukal ketika retraksi. Aktivasi tidak lebih dari 1 mm karena busur kaku. Aktivasi dilakukan dengan menekan ujung lup dengan tang lalu busur dibengkokan pada dasar lup agar tinggi busur kembali seperti semula.



Gambar 2.12 Busur Labial dengan Lup U Terbalik 6) Busur Mills, terbuat dari kawat 0,7 mm namun kelenturannya tetap karena kedua lupnya diperlebar. Busur ini dignunakan untuk pengganti retraktor Roberts mengurangi jarak gigit yang besar. Pemeriksaan aktivasi busur dilakukan dengan membuat satu titik pada lempeng akrilik kemudian diukur jarak antara busur ke titik tersebut sebelum dan sesudah aktivasi.



Gambar 2.13 Busur Mills c. Skrup Ekspansi, dapat digunakan untuk mengekspansi lengkung gigi e arah transversal maupun sagital, anterior atau posterior tergantung penempatan skrup. Skrup ekspansi memiliki guide pin tunggal dan ganda. Penggunaan guide pin ganda akan lebih stabil namun guide pin tunggal dapat digunakan pada tempat yang lebih sempit seperti pada rahang bawah. Pergerakan skrup ekspansi dapat digunakan pada gigi yang juga dijadikan sebagai retensi.



2.14 Skrup Ekspansi Skrup ekspansi memberikan kekuatan intermittent yang besar dan akan berkurang ketika gigi bergerak. Kekuatan dari skrup ekspansi masih dapat diterima karena aktivasinya kecil yaitu seperempat putaran menghasilkan 0,2 mm setiap minggunya sehingga 1 bulan gigi akan bergerak sebanyak 1 mm. 2. Fixation or Retentive Component Komponen retensi merupakan tahanan terhadap perubahan letak piranti lepasan. Retensi didapatkan dari undercut gigi yang diberikan cangkolan. a. Adams Clasp, menggunakan kawat 0,7 mm atau 0,6 mm pada gigi premolar, kaninus dan insisivus sentral atas. Cangkolan ini menggunakan undercut gigi mesiobukal dan distobukal untuk retensi. Penempatan arrowhead pada pasien resesi gingiva tidak pada tepi gingiva tetapi tetap pada daerah undercut nya. Cakolan Adams dibuat dengan keadaan pasif tetapi kontak dengan permukaan gigi namun tidak terlalu menekan agar gigi tidak miring ke palatal.



Gambar 2.15 Adams Clasp b. Adams Modifikasi, dibuat cangkolan Adams ganda pada kedua sisi insisivus sentral untuk retensi tambahan pada anterior. Cangkolan Adams ganda tidak dapat digunakan jika gigi insisivus sentral rotasi, inklinasi tidak baik atau terdapat diastema.



Gambar 2.16 Adams Modifikasi



c. Ball Clasp, terbuat dari kawat 0,7 mm setengah jadi sehingga dapat ditekuk berbentuk cangkolan dan diletakan pada interdental gigi-gigi anterior atau posterior.



2.17 Ball Clasp d. Southend Clasp, terbuat dari kawat 0,7 mm sebagai alternatif retensi anterior. Cangkolan ini meliputi dua insisivus sentral mengikuti tepi gigi dan lup U kecil pada undercut interdental.



Gambar 2.18 Southend Clasp e. C Clasp, atau cangkolan Jackson merupakan retensi tambahan selain penggunaan retensi dari cangkolan Adams.



Gambar 2.19 C Clasp f. Busur Labial Pendek, sebagai retensi tambahan daerah anterior terutama jika insisiv terlalu proklinasi. Busur dibuat kurang lebih sepertiga insisiv lateral kemudian dibuat lup kecil, kepanjangan kawat masuk di distal insisivus lateral. Kekurangan busur ini dapat menghalangi pergerakan spontan gigi anterior yang berdesakan.



Gambar 2.20 Busur Labial Pendek



3. Base plate or Framework Plat dasar merupakan rangka dari alat ortodontik lepasan yang terbuat dari akrilik. Fungsi dari base plate adalah mendukung komponen lainnya, meneruskan kekuatan dari komponen aktif ke gigi penjangkar, mencegah pergeseran gigi yang tidak diinginkan, melindungi spring di daerah palatal dan meneruskan kekuatan gigitan. Ketebalan plat dasar akrilik harus diperhatikan yaitu setebal 2 mm agar tetap nyaman namun kuat dipakai di dalam rongga mulut. Stabilisasi dari base plate juga harus diperhatikan ketika berfungsi untuk mengunyah dan berbicara yaitu: a. Plat dibuat selebar mungkin tetapi disesuaikan dengan kebutuhan agar tidak mengganggu fungsi lidah dan kenyamanan pemakaian. b. Plat dapat beradaptasi dengan mukosa yaitu menempel dengan baik tanpa rasa menekan, tepi plat beradaptasi dengan permukaan servikal gigi-gigi dan daerah interdental membentuk verkeilung. c. Plat di daerah gigi yang akan digerakan harus dibebaskan. d. Ujung kawat yang tertanam pada plat harus dibengkokan sebagai retensi dan berada di dalam ketebalan plat. 4. Penjangkaran (Anchorage) Penjangkaran dalam istilah ortodonsi berarti tahanan terhadap pergerakan. Penjangkaran dapat dikatakan sebagai suatu unit yang menahan reaksi kekuatan yang dihasilkan oleh komponen aktif peranti lepasan. Komponen aktif berfungsi menggerakkan gigi, sedangkan komponen penjangkaran berfungsi sebagai penahan gigi yang tidak digerakkan sehingga gigi yang digerakkan dapat bergerak (Rahardjo, 2009). Penjangkaran diklasifikasikan berdasarkan letaknya yaitu ekstraoral dan intraoral. a. Penjangkaran Intraoral, merupakan penjangkaran bersumber dari gigi-gigi yang tidak digerakkan dengan peranti. 1) Penjangkaran Sederhana (Simple Anchorage) Penjangkaran ini biasanya menggunakan gigi dengan tahanan lebih besar sebagai penjangkar untuk menggerakkan gigi dengan tahanan lebih kecil.



Gambar 2.21 Penjangkaran Sederhana 2) Penjangkaran Resiprokal (Reciprocal Anchorage) Penjangkaran ini digunakan pada kasus jika dua gigi mempunyai tahanan yang seimbang bergerak pada arah berlawanan.



Gambar 2.22 Penjangkaran Resiprokal 3) Penjangkaran Compound Penjangkaran ini dengan cara menggerakkan satu gigi dengan penjangkar seluruh gigi pada rahang yang berlawanan.



Gambar 2.23 Penjangkaran Compound b. Penjangkaran Ekstraoral 1) Headgear Penjangkaran ini menggunakan Neck strap untuk menarik ke belakang dan ke bawah sehingga menyebabkan peranti lepasan rahang atas cenderung terlepas. Tidak diperkenankan menggunakan neck strap bila dibutuhkan kekuatan yang besar, namun dapat menggunakan head cap dan dipakai sore dan malam hari saja.



Gambar 2.24 Headgear



2) Facebow Facebow terdiri dari busur dalam dan luar, digunakan sepanjang hari dan dapat dibeli langsung jadi atau dibuat di laboratorium.



Gambar 2.25 Facebow 3) J Hook J hook tidak sesuai untuk retraksi gigi-gigi posterior, namun sangat baik untuk menambah penjangkaran.



Gambar 2.26 J Hook



DAFTAR PUSTAKA



Mitchell, L., 2013, An Introduction to Orthodontics, Oxford University Press, UK. Rahardjo, P., 2012, Ortodonti Dasar Edisi 2, Airlangga University Press, Surabaya. Rahardjo, P. 2009, Peranti Ortodonti Lepasan, Airlangga University Press, Surabaya.