13 0 154 KB
KEPERAWATAN MATERNITAS
SOP PEMANTAUAN INVOLUSI UTERI
Oleh : Kelompok 1 D-IV Keperawatan Tingkat 2 Semester III 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ni Putu Amelia Rosalita Dewi Ni Komang Risna Muliantini Made Wahyu Riantini Putu Jana Yanti Putri Luh Agustina Rahayu I Gusti Ayu Indah Juliari I Gusti Ayu Ari Dewi
(P07120214003) (P07120214011) (P07120214024) (P07120214028) (P07120214030) (P07120214031) (P07120214037)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2015/2016
PEMANTAUAN INVOLUSI
I. PENGERTIAN Involusi adalah
perubahan
retrogresif
pada
uterus
yang
menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain dianggap sebagai perubahan puerperium (Varney’s, 2004). Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembal ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otototot polos uterus (Ambarwati dan Wulandari, 2008). II. PROSES INVOLUSI UTERI Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kirakira 2 cm dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel- sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa post partum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan autolisis. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut : A. Autolysis Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan. B. Atofi jaringan Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estogen dalam jumlah besar,
kemudian
mengalami
atrofi
sebagai
reaksi
terhadap
penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan
mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endomaterium yang baru. C. Efek Oksitoksin (Kontraksi) Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitoksin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1 sampai 2 jam pertama post partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjaga
dan
mempertahankan
kontraksi
uterus
pada
masa
ini.Suntikan oksitoksin biasanya diberikan secara intravena atau intramuskuler segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitoksin karena isapan bayi pada payudara. III.FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
INVOLUSI
UTERUS Faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus diantaranya : A. Senam nifas Merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang sedang menjalani masa nifas. Tujuan senam : mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan, mencegah komplikasi yang mungkin terjadi selama masa nifas, memperkuat otot perut, otot dasar panggul, dan mem memperlancar sirkulasi pembuluh darah , membantu memperlancar terjadinya proses involusi uteri. B. Mobilisasi dini ibu post partum Merupakan suatu gerakan yang dilakukan bertujuan untuk merubah posisi semula ibu dari berbaring, miring-miring, duduk sampai
berdiri
sendiri
memperlancar
setelah
beberapa
pengeluaran
jam
melahirkan.
lochea (sisa
darah
Tujuan nifas),
mempercepat involusi, melancarkan fungsi organ gastrointestinal dan organ perkemihan,
memperlancar peredaran sirkulasi darah.
C. Menyusui dini Menyusui dini merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya Proses involusi uteri karena dengan memberikan Air Susu
Ibu
kepada bayi segera setelah melahirkan sampai satu jam pertama, memberikan efek kontraksi pada otot polos uterus. D. Gizi Merupakan proses organisme dengan menggunakan makanan yang dikonsumsi, secara normal melalui proses digesti, transportasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat yang
tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan E. Psikologis Terjadi pada pasien post perasaan yang dialami ibu
energi.
partum blues merupakan perubahan saat hamil sehingga sulit menerima
kehadiran bayinya. Ditinjau dari faktor hormonal, kadar estrogen, progesteron, prolactin, estriol yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Kadar estrogen yang rendah pada ibu post partum memberikan
efek
supresi pada
aktifitas
enzim
mono
amineoksidase yaitu enzim otak yang bekerja menginaktifkan baik nor adrenalin maupun serotinin yang memberikan efek pada suasana hati dan kejadian depresi pada ibu post partum. F. Faktor usia Elastisitas otot uterus pada usia lebih 35 tahun keatas berkurang. G. Faktor paritas Ukuran uterus primipara dan multipara juga mempengaruhi proses berlangsungnya involusi uterus. IV. BAGIAN BEKAS IMPLANTASI PLASENTA
A. Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12x5cm, permukaan
kasar, dimana pembuluh darah besar
bermuara. B. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim. C. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu kedua sebesar 6 - 8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm. D. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lokhea. E. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasa l dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium. F. Luka sembuh sempurna pada 6 - 8 minggu post partum.
V. PERUBAHAN NORMAL PADA FUNDUS UTERI VI. Involusi Uteri Plasenta lahir 7 hari
Tinggi Fundus
Berat Uteri
Setinggi pusat ½ pusat dan
1000 gram
Diameter
Palpasi Cervik
Uterus 12,5 cm
Uterus Lembut/lunak
500 gram 7,5 cm simphisis pubis 14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm 6 minggu normal 60 gram 2,5 cm Tabel. Perubahan normal uterus selama post partum
2 cm 1 cm Menyempit
sumber : Pusdiknakes 2003
Gambar. Tinggi fundus uteri masa nifas (Sumber : Pusdiknakes, 2003)
Involusi dapat diamati dari luar dengan memeriksa fundus uteri sebagai berikut : Segera setelah melahirkan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1cm setiap hari. Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1cm dibawah pusat. Pada hari ke 3 - 4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari 5 - 7 tinggi fundus uteri setengah pusat sampai simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba. Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi. a. Penentuan lokasi uterus
Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau dibawah umbilikus dan apakah fundus berada pada garis tengah abdomen atau bergeser kesalah satu sisi. b. Penentuan ukuran uterus Dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau bawah . c. Penentuan konsistensi uterus Ada dua ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba sekeras batu dan uterus lunak dapat dilekukkan, terasa mengeras dibawah jari-jari ketika tangan melakukan masase pada uterus. Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam involusi disebut subinvolusi. Subinvolusi sering disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan normal atau terhambat, bila subinvolusi uterus tidak ditangani dengan baik, akan mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau postpartum haemorrhage. Ciri-ciri subinvolusi atau proses involusi yang abnormal diantaranya : tidak secara progresif dalam pengembalian ukuran uterus, uterus teraba lunak dan kontraksinya buruk, sakit pada punggung atau nyeri pada pelvik yang persisten, perdarahan pervagina abnormal
seperti perdarahan segar,
lochea rubra banyak, persisten, dan berbau busuk.
SOP PEMANTAUAN INVOLUSI UTERI
PEMANTAUAN INVOLUSI UTERI Pengertian
Proses pemantauan/pemeriksaan uterus sejak post partum
Tujuan
sampai kembali ke kondisi semula sebelum hamil. Untuk memantau adanya perubahan ukuran uterus dari post partum hingga kembali seperti semula sebelum hamil.
Persiapan
1. Handscoon 2. Meteran gulung
Prosedur kerja
Pra Interaksi 1. Mengkaji kebutuhan Pasien post partum 2. Menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan pemantauan involusi Interaksi Orientasi 1. Menyampaikan salam 2. Memperkenalkan diri dengan pasien/keluarga (kalau 3. 4. 5. 6.
ada) Menanyakan nama pasien Menjelaskan maksud dan tujuan Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan Mendekatkan alat dan bahan untuk melakukan
pemeriksaan involusi uteri 7. Mencuci tangan Kerja 1. Mengosongkan kandung kemih/Anjurkan Ibu BAK terlebih dahulu R/: untuk mengakuratkan data pengukuran saat palpasi 2. Menganjurkan dan memposisikan Ibu dengan posisi tidur terlentang dengan kedua kaki ditekuk R/: untuk membuat perut ibu tidak
teratrik
(mengencang bila diluruskan) 3. Palpasi untuk mengukur batas tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita ukur (meteran) R/: menentukan letak fundus uteri lalu mengukur dengan meteran untuk memperoleh data yang akurat 4. Menanyakan adanya keluhan nyeri saat dipalpasi sambil melihat respon klien R/: mengantisipasi adanya keluhan nyeri yang dapat mengindikasikan masalah baru seperti perdarahan dan lain sebagainya 5. Mencatat hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri R/: mendokumentasikan pencatatan pada lembar pemeriksaan involusi uteri
Terminasi 1. 2. 3. 4.
Mengevaluasi perasaan pasien Memberikan pujian Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya Menyampaikan salam
Post Interaksi 1. Mengelola alat dan bahan yang telah dipakai 2. Mencuci tangan 3. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan pada lembar/catatan keperawatan pasien.
CONTOH LEMBAR PENCATATAN TINGGI FUNDUS UTERI
No
Usia
Pendidika
.
(thn)
n
1 2
20-35 20-35
SMA S1
Pekerjaan Ibu RT Wiraswasta
Jumla
Kategor
Tinggi Fundus
h anak
i IMD
Uteri (hari ke-6)
2 3
IMD (+) IMD (+)
4,3 cm 3,2 cm
Kategori Involusi Uteri Subinvolusi Subinvolusi
3 4 5
>35