Partus Prematurus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN KOMPLEKS Dosen Pembimbing :



Kelompok 1 :



Melynda Trilamsari Putri Ayu Cirtra Gestari Maria Bernadeta S. Djano Yuli Triani Nurrahmi Zullianti Regina Martina Cilik Nurmeyda Lentina Pohan Dian Hosiana Pangaribuan Retnosari Widowati



(011911223001) (011911223002) (011911223003) (011911223004) (011911223005) (011911223006) (011911223007) (011911223008) (011911223009)



UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA FAKULTAS KEDOKTERAN PRODI S1 KEBIDANAN 2020



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partus prematurus masih merupakan masalah penting dalam obstetri khususnya di bidang perinatology. Penyebab morbiditas dan mortalitas neonatus terbanyak adalah bayi yang lahir preterm. Tidak jarang bersama- sama dengan prematuritas terdapat faktor lain seperti kelainan kongenital, afiksia neonatorum, insufisiensi plasenta, perlukaan kelahiran dan lain- lain. Pada Riskesdas 2013, di Indonesia kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 10,2 persen. Sedangkan pada Riskesdas 2018, jumlahnya meningkat menjadi 29,5% (CNN Indonesia, 2019). Partus premature adalah kelahiran yang terjadi kurang dari 37 minggu (Beck et al., 2010). Penyebab partus premature masih sulit ditentukan, tetapi tampaknya mempunyai hubungan dengan status medis dan status social, diantaranya kemiskinan, malnutrisi, ketergantungan obat, PMS, perokok, dan kehamilan di usia muda. Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa, oleh karena itu pemerintah sangat menekankan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui program-program kesehatan. Dalam pelaksanaan program kesehatan sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Bidan sebagai tenaga kesehatan pendamping ibu hamil harus dapat melakukan deteksi dini adanya ancaman Kesehatan bagi ibu hamil khususnya persalinan premature. Pencegahan komplikasi kelahiran prematur memerlukan penanganan yang tepat. Salah satunya dengan cara menangani ancaman kelahiran prematur atau partus prematurus imminens dengan tepat. Untuk dapat menangani PPI, diperlukan pengetahuan dan pemahaman mengenai kasus ini. Apabila kehamilan tidak dapat dipertahankan, bidan sebagai tenaga kesehatan di lini terdepan, harus dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan dalam pemberian asuhan dan pertolongan secepatnya serta rujukan dalam kasus ini. Sehingga diharapkan bayi dalam kandungan mendapatkan penanganan terbaik.



1.2 Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini meliputi: a.



Mengetahui definisi prematuritas



b.



Mengetahui etiologi kelahiran prematur



c.



Mengetahui pemeriksaan diagnose kelahiran prematur



d.



Mengetahui komplikasi dan prognosis kelahiran premature.



e.



Mengetahui penatalaksanaan kelahiran premature



1.3 Manfaat a.



Mahasiswa mampu memahami konsep kehamilan premature



b.



Mahasiwa dapat memberikan asuhan kebidanan pada kelahiran premature sebagai bekal dalam persiapan praktik di lapangan dan masyarakat.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Partus Prematurus Persalinan prematur merupakan persalinan yang terjadi sebelum 37 minggu masa kehamilannya selesai. Berdasarkan konvensi, usia kehamilan dilaporkan dalam minggu setelah mencapai minggu yang lengkap yaitu 7 hari. Kehamilan 36 minggu dan 6 hari dilaporkan sebagai usia kehamilan 36 minggu dan bukan kehamilan 37 minggu.1 Persalinan preterm merupakan komplikasi pada 7-10% kehamilan dan menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal yang paling sering (Prawirohardjo, 2014). Persalinan preterm merupakan persalinan yang terjadi pada usia 20-37 minggu dari hari pertama haid terakhir. Menurut kejadiannya, persalinan preterm digolongkan menjadi idiopatik atau spontan dan iatrogenik atau elektif. Setengah dari persalinan preterm tidak diketahui penyebabnya. Dalam persalinan preterm spontan, sebagian diawali dengan ketuban pecah dini (KPD) sebagian lagi disebabkan faktor infeksi pada ketuban seperti korioamnionitis (Oxorn, 2010). Menurut WHO Prematur didefinisikan sebagai bayi yang lahir hidup sebelum 37 minggu kehamilan selesai. Ada sub kategori kelahiran prematur berdasarkan usia kehamilan (WHO, 2018): 



sangat prematur (kurang dari 28 minggu)







sangat prematur (28 hingga 32 minggu)







sedang sampai akhir prematur (32 sampai 37 minggu).



2.2 Konsep Manajemen A. Data Subjektif 1) Identitas 



Usia ibu Wanita



muda



(13.000/ml) 3) Indikator biokimia: a) Fibronektin janin; peningkatan kadar fibronektin janin pad vagina, serviks dan air ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada hubungan antara



korion dan desidua. Pada kehamilan 24 minggu atau lebih, kadar fibronektin janin 50 ng/ml atau lebih mengindikasikan persalinan preterm. b) Corticotropin releasing hormon (CRH); peningkatan CRH dini atau pada trimester 2 merupakan indikator kuat untuk terjadinya persalinan preterm. c) Sitokin inflamasi ; seperti IL-Iβ, IL-6. IL-8, dan TNF-α telah diteliti sebagai



mediator yang mungkin berperan dalam sintesis prostaglandin, (Pakrashi and Defranco, 2013) d) Isoferitin placenta; pada keadaan normal (tidak hamil) kadar isoferitin sebesar 10U/ml. Kadaranya meningkat secara bermakna selama kehamilan dan mencapai puncak pad trimester akhir yaitu 54,8+53U/ml. Penurunan kadar dalam serum akan beresiko terjadinya persalinan preterm. e) Feritin; Rendahnya kadar feritin merupakan indikator yang sensitif untuk



keadaan kurang zat besi. Peningkatan ekspresi feritin berkaitan dengan berbagai keadaan reaksi fase akut termasuk kondisi inflamasi. Beberapa peneliti menyatakan ada hubungan antara peningkatan kadar feritin dan kejadian penyulit kehamilan, termasuk persalinan preterm, (Goutaudier et al., 2011). C. Diagnosis 1. Manifestasi Klinik Menurut Owen (2003), gejala persalinan prematur sangat mirip dengan kasus normal, sehingga lolos dari kewaspadaan medis. Tanda dan gejala tersebut yaitu : a. Konstraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit b. Rasa berat di panggul c. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorrhea d. Keluarnya cairan pervaginam e. Nyeri punggung. 2. Penegakan diagnosa a. Terjadinya konstraksi b. Pemeriksaan Laboratorium : Kultur urine , Gas dan pH darah janin , Darah tepi ibu untuk membantu mengetahui jumlah leukosit , C  –   Reaktive Protein, ada



pada penderita infeksi akut dan dideteksi  berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksipolisakarida somatik nonspesifik kuman pneumococcus yang disebut fraksi Crp dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap 1L-1 dan 1L-6 THF. c. Amniosintesis : Menghitung Leukosit , Pewarnaan gram bakteri (+) positif , Kultur, Kadar 1L-1 dan 1L-6 ,Kadar Glukosa d. Pemeriksaan Ultrasonografi : Oligohidramnion Goulk meneliti adanya hubungan antara Oligohidramnion dengan korioamnionitis klini anterpartum. Vintzileous mendapati hubungan antara oligohidramnion dengan koloni  bakteri pada amnion.



Penipisan Serviks Lanis mendapati ketebalan serviks >3 cm pada



pemeriksaan USG 96 % dapat dipastikan akan terjadi persalinan prematur. (Joseph HK, 2010) Diagnosa



:



(G..P..A..),



(usia



gestasi),



(letak



janin),



(intrauterin),



(tunggal/gemeli) dengan partus prematurus Masalah aktual



: Kecemasan



Masalah potensial : partus prematurus sesungguhnya, antisipasi dilakukan tindakan konservatif Tindakan segera



: sesuaikan dengan kondisi pasien.



D. Perencanaan 1. Perencanaan di faskes primer a) Jelaskan keadaan ibu dan janin b) Diskusikan masalah ibu saat ini c) Berikan dukungan emosional d) Sarankan ibu untuk bedrest untuk mengurangi kontraksi karena kemungkinan terjadi persalinan prematur e) Informed consent dan informed choice



f) Lakukan persiapan rujukan dengan BAKSOKU g) Apabila rujukan tidak memungkinkan karena pembukaan sudah lengkap, lakukan pertolongan persalinan normal dan persiapkan penanganan dan rujukan bayi preterm dan berat badan rendah 2. Perencanaan di faskes lanjut a. Jelaskan keadaan ibu dan janin b. Diskusikan masalah ibu saat ini c. Informed consent dan informed choice d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan: antibiotik, tokolitik e. Jika ketuban masih intact (prematurus immens) direncakan untuk konservatif f. Jika ketuban sudah pecah atau pembukaan sudah aktif (partus prematus) direncanakan penatalaksaan aktif g. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan h. Berikan dukungan emosional terlebih lagi apabila ibu memasuki fase persalinan. E. Penatalakasanaan 1. Faskes Primer a. Menjelaskan kondisi ibu saat ini bahwa ibu mengalami prematurus iminens atau persalinan prematur, menjelaskan kondisi umum ibu. Menjelaskan bagaimana kondisi bayi seperti DJJnya b. Diskusikan masalah pada ibu bahwa prematurus iminens atau persalinan prematur ini harus dilakukan tatalaksana lebih lanjut difasilitas kesehatan lanjut untuk penatalaksanaan lebih lanjut c. Memberikan informed consent dan informed choice dalan tatalaksana rujukan d. Memberikan dukungan emosional agar ibu mampu menghadapi hal ini e. Melakukan persiapan rujukan dengan BAKSOKU karena sebisa mungkin ibu dirujuk dengan kondisi bayi in vitro dimana tempat rujukan terdapat NICU yang harus siap dengan tenaga dan alat untuk bayi premature.



f. Apabila rujukan tidak memungkinkan karena pembukaan sudah lengkap, dilakukan pertolongan persalinan normal dan persiapkan penanganan dan rujukan bayi preterm dan berat badan rendah serta antisipasi kebutuhan resusitasi (A.B Syaifuddin, 2002). Mempersiapkan pula kemungkinan komplikasi pada ibu seperti retensio plasenta dan perdarahan pasca salin. 1. Faskes Lanjut a. Menjelaskan kondisi saat ini saat ini bahwa ibu mengalami prematurus iminens atau persalinan prematur, menjelaskan kondisi umum ibu. Menjelaskan bagaimana kondisi bayi seperti DJJnya b. Mendiskusikan masalah dengan ibu bahwa pada persalinan prematur ibu memiliki risiko mengalami infeksi sehingga perlu diberikan antibiotik untuk pencegahan (Manuaba, 2013). Pada janin memiliki risiko perdarahan intrakranial, gangguan pernafasan akibat aspirasi air ketuban, asfiksia neonatus, dan infeksi neonatus, sehingga kita perlu memberikan tokolitik untuk pematangan paru janin, dan merencanakan persalinan yang aman untuk janin. Jelaskan kepada ibu agar tetap semangat dan berpikir postif agar risiko-risiko diatas akan kecil angka kejadiannya (Manuaba, 2013). c. Melakukan informed consent dan informed choice untuk tindakan-tindakan yang akan diberikan d. Melakukan advis dokter dalam pemberian obat-obatan (Fadlun dan Feryanto, 2013) 1) Jika ditemukan tanda-tanda infeksi, segera berikan antibiotik. Semakin



berkembang penelitian yang mengatakan bahwa salah satu penyebab utama persalinan prematur adalah infeksi/inflamasi (Samuel et al., 2019) 2) Memberikan tokolitik untuk pematangan paru janin e. Jika ketuban masih intact: (Fadlun dan Feryanto, 2013) 1) Ibu dilakukan tirah baring dan pemantuan janin dan kontraksi dengan CTG 2) Melakukan advis dokter dalam pemberian obat-obatan seperti yang tertulis diatas



3) Merencanakan bersama ibu persalinan prematur yang aman jika nantinya persalinan prematur tidak bisa dihindari 4) Mempersiapkan perawatan neonatal dini yang intensif untuk bayi-bayi premature



f. Penatalaksanaan aktif: (Fadlun dan Feryanto, 2013) 1) UK > 37 mg, induksi dengan oksitosin. Bila gagal lakukan SC atau dapat diberikan misoprospol 25-50 ug setiap 6 jam maksimal 4x. Bila ada tandatanda infeksi segera akhiri persalinan. 2) Pada UK < 34 mg, saat persalinan preterm, trauma yang terlalu besar harus dihindari, persalinan dengan vakum tidak disarankan g. Pemberian makanan yang mengandung Omega 3, EPA, dan DHA seperti



daging, telur, ikan, seafood, minyak ikan, minyak sayur, sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan suplementasi DHA. Pola diet yang tidak baik sering dihubungkan dengan kejadian persalinan prematur, terutama bahan-bahan diatas, sehingga ibu sebaiknya diberikan makanan yang tertulis diatas (Samuel et al., 2019) h. Memberikan dukungan emosional kepada ibu dalam persalinannya agar ibu yakin dia dan bayinya dapat melewati hal ini. F. Evaluasi 1. Faskes Primer a) Ibu mengerti dengan keadaan dirinya dan janinnya b) Ibu mengerti bahwa dirinya perlu dilakukan rujukan c) Ibu bersedian dirujuk informed consent dan informed choice d) Ibu telah terlihat lebih tenang dan menerima keadaanya e) Rujukan dengan BAKSOKU telah dilakukan



f) Persiapan persalinan normal dan penanganan dan rujukan bayi preterm dan berat badan rendah, antisipasi kebutuhan resusitasi, dan antisipasi komplikasi telah dilakukan 2. Faskes Lanjut a) Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini b) Ibu mengerti risiko-risiko yang akan terjadi c) Ibu bersedia dilakukan tindakan-tindakan yang dijelaskan diatas dan telah menandatangani informed consent dan informed choice d) Pemberian antibiotik dan tokolitik telah diberikan e) Ibu telah dilakukan tirah baring dan kondisi janin dan kontraksi terpantau di CTG, ibu telah menentukan persalinan yang ia inginkan sesuai anjuran kita, persiapan perawatan neonatal telah disiapkan f) Pemberian oksitosin dan persiapan SC telah dilakukan g) Ibu telah diberikan makanan yang sesuai dengan nutrisi yang tertulis diatas h) Ibu telah terlihat tenang dan menerima keadaannya sekarang.



DAFTAR PUSTAKA Beck, S. et al. (2010) ‘The worldwide incidence of preterm birth: A systematic review of maternal mortality and morbidity’, Bulletin of the World Health Organization, 88(1), pp. 31–38. doi: 10.2471/BLT.08.062554. Born Too Soon: Epidemiologi global dari 15 juta kelahiran prematur, Hannah Blencowe ,Simon



Cousens ,2013



http://www.reproductive-health-



journal.com/content/10/S1/S2 CNN Indonesia. 2019. Mengenal Ragam Faktor Risiko Kelahiran Prematur. Available at: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20191116011534-255448866/mengenal-ragam-faktor-risiko-kelahiran-prematur (Accessed: 18 September 2020). Effect of maternal age on the risk of preterm birth: A large cohort study, Florent Fuchs, Barbara Monet,Thierry Ducruet,Nils Chaillet,Francois Audibert,2018. PLOS ONE. https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0191002 Epidemiology and Related Risk Factors of Preterm Labor as an obstetrics emergency, Ali asghar



Halimi



asl,1,*Saeed



Safari,2



and



Mohsen,Parvareshi,Hamrah,Emergency,https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article s/PMC5325899/ Fadlun dan Feryanto, 2013, Buku Asuhan Kebidanan Patologis, Jakarta: ECG



High preterm birth at Cipto Mangunkusumo Hospital as a national referral hospital in Indonesia, Ali Sungkar, Adly NA Fattah, Raymond Surya, Medical Journal of Indonesia https://mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/view/1454 Manuaba, 2013, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: ECG Oxorn, H., Forte, WR. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta. Hal 581-602. Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal: 667-675. Preterm birth: seven-year retrospective study in a single centre population, Roberta Granese ,Eloisa Gitto ,Gabriella D'Angelo, 2019



Italian Journal of Pediatrics.



https://ijponline.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13052-019-0643-9 Pregnancy Care Guidelines, Risk of preterm birth , Australian Government Departemen of Heath



(https://beta.health.gov.au/resources/pregnancy-care-guidelines/part-d-



clinical-assessments/risk-of-preterm-birth Preterm Labor and Birth, ACOG, https://www.acog.org/patient-resources/faqs/labordelivery-and-postpartum-care/preterm-labor-and-birth Reducing preterm birth, Guidelines for Commissioners UK Preterm Clinical Network 2019 https://www.tommys.org/sites/default/files/Preterm birth guidelines. Risks of Novel Coronavirus Disease (COVID-19) in Pregnancy a Narrative Review; Latif Panahi,Marzieh Amiri, and Somaye Pouy. Arch Acad Emerg Med .2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7092922/ Samuel, T. M. et al. (2019) ‘Preterm Birth: A Narrative Review of the Current Evidence on Nutritional and Bioactive Solutions for Risk Reduction’, Nutrients, 11(8), p. 1811. doi: 10.3390/nu11081811. WHO



(2018)



Preterm



Birth.



Available



at:



https://www.who.int/news-room/fact-



sheets/detail/preterm-birth (Accessed: 22 September 2020).