12 0 4 MB
[email protected]
KARYA ILMIAH NERS INTERVENSI SENAM AEROBIC LOW IMPACT PADA PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG BELIBIS RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA
Disusun Oleh : INDAH WAHYUNI NIM: P1605235
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA PROGRAM PROFESI NERS 2017
[email protected]
INTERVENSI TERAPI SENAM AEROBIC LOW IMPACT PADA PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DENGAN ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG BELIBIS RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Gelar Profesi Ners Pada Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Llmu Kesehatan Wiyata Husada Samarinda
Disusun Oleh : INDAH WAHYUNI P1605235
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA 2017
[email protected]
[email protected]
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
Indah Wahyuni
NIM
:
P1605235
Program Studi
:
Program Studi Profesi Ners STIKES Wiyata Husada Samarinda
Juduk Laporan Tugas Akhir
:
Intervensi senam aerobic low impact pada pasien resiko perilaku kekerasan dengan asuhan keperawatan resiko perilaku kekerasan diruang belibis RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya llmiah Akhir Ners yang saya tulis ini benar – benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisa atau pikiran orang lain yang akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri, Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya llmiah Akhir Ners ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut Samarinda, 8 Desember 2017 Yang membuat pernyatan
Indah Wahyuni
[email protected]
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang selalu berlimpah kepada saya sehingga dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul “Intevensi Tehnik Senam Aerobic Low Impact pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda”. Karya Ilmiah Akhir Ners ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi Ners (Ns) pada Program Studi S.1 Ners STIKES Wiyata Husada Samarinda. Dalam pelaksanaan penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, saya mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada: 1. Bapak Mujito Hadi, MM selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wiyata Husada Samarinda. 2. Bapak Edy Mulyono.,Ns., S, Pd., S, Kep., M. Kep.,
selaku ketua STIKES
Wiyata Husada Samarinda 3. Ibu dr. Hj. Padilah Mante Runa, M.Si, selaku Direktur RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. 4. Ibu Ns. Linda Dwi Novia F, M. Si. Jiwa, selaku penguji dalam penulisan Karya llmiah Akhir Ners 5. Ns. Rusdi, S.Kep,M. Kep, selaku Dosen pembimbing pertama yang telah banyak memberikan masukan, mengarahkan, dan dorongan dalam proses penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners
[email protected]
6. Ns. Saliansyah S.Kep selaku pembimbing kedua dan selaku kepala ruangan ruang Belibis yang telah banyak memberi masukan, saran dan motivasi dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners 7. Seluruh Staf Perawat Ruang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. 8. Keluarga tercinta yang telah membantu penulis dengan doa dan dukungan dalam berbagai hal, baik moril maupun material khususnya kedua orangtua dan Kakak Satu-satunya penulis. 9. Seluruh teman-teman STIKES Wiyata Husada Samarinda Progam Profesi Ners yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kebersamaan, pertemanan, dan dukungan yang telah diberikan selama ini. Semoga kita semua bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi keluarga, bangsa, dan agama. Amin.
Semoga arahan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal ibadah bagi keluarga, Bapak, ibu dan rekan-rekan. Sehingga memperoleh balasan yang lebih baik dari ALLAH SWT. Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan atau tulisan penulis berikutnya.
Samarinda, 08 Desember 2017
Indah Wahyuni
[email protected]
ABSTRAK intevensi Tehnik Senam aerobic low impact Pada pasien resiko perilaku kekerasan di Ruang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda Indah Wahyuni1, Linda Dwi Novial Fitri2, Rusdi 3
Latar Belakang : Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan marah atau kesal yang tidak konstrutif. Marah merupakan suatu emosi yang mempunyai ciri-ciri aktifitas sistem saraf simpatik yang tinggi adanya kesalahan yang ditimbulkan sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Yosep 2007). Tujuan : Untuk mengetahui manajemen asuhan keperawatan spesialis jiwa pada klien dengan resiko perilaku kekerasan yang diberikan Tehnik senam aerobic low impact Proses : Resiko perilaku kekerasan perlu ditangai dengan memberikan terapi tehnik Tehnik senam aerobic low impact. Hasil akhir yang diharapkan adalah perubahan tanda dan gejala perilaku kekerasan menggunakan indikator skor RUFA. Kesimpulan : Dengan demikian dapat di buat kesimpulan bahwa ada nya perubahan gejala perilaku kekerasan pada pasien resiko perilaku kekerasan dengan inovasi tehnik Tehnik senam aerobic low impact. Tehnik Tehnik senam aerobic low impact dapat dijadikan sebagai salah satu tindakan mandiri bagi perawat sebagai salah satu terapi untuk perubahan perilaku kekerasan pada klien dengan masalah keperawatan risiko perilaku kekerasan. Kata Kunci : Resiko Perilaku Kekerasan, Tehnik Senam aerobic low impact
[email protected]
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................ ii LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN..................................................................................... iii KATA PENGANTAR................................................................................................................ iv ABSTRAK.................................................................................................................................. vi DAFTAR ISI................................................................................................................................ vii DAFTAR SKEMA...................................................................................................................... viii DAFTAR TABEL....................................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah........................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah..................................................................................................... 4
C.
Tujuan Penelitian....................................................................................................... 4
D.
Manfaat Penelitian..................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Konsep Dasar Teori.................................................................................................. 6
B.
Konsep RUFA (Respon umum fungsi adaptif)......................................................14
C.
Konsep Intervensi Inovasi Aerobic..........................................................................15
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA A.
Pengkajian Kasus...................................................................................................... 29
B.
Masalah keperawatan Klien..................................................................................... 35
C.
Perencanaan Keperawatan...................................................................................... 37
D.
Implementasi Keperawatan & Evaluasi.................................................................. 41
BAB IV ANALISIS SITUASI A.
Profil RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda................................................. 53
B.
Analisis Proses Keperawatan.................................................................................. 54
[email protected]
BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
[email protected]
DAFTAR SKEMA Skema 2.1 Rentang respon marah ……………………………….………….… 8 Skema 3.1 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan …………………………….. 37
[email protected]
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Lembar Observasi Pasien Perilaku Kekerasan………………………....15 Tabel 3.1 Rencana Asuhan Keperawatan Pada RPK………………………....
37
Tabel 3.2 Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Intervensi Inovasi……...
39
Tabel 3.3 Implementasi Keperawatan ………………………………………….
41
Tabel 3.4 Implementasi Tehnik Senam Aerobic low Impact……………………. 49 Tabel 4.1 Perbedaan Resiko Perilaki Kekerasan
…………………….
60
[email protected]
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Pemanasan ..................................................................................................20
Gambar 2.2
Menyilangkan Tangan kebelakang............................................................ 21
Gambar 2.3
Menekuk tangan Kedepan dan ditahan.................................................... 21
Gambar 2.4
Merileksan tubuh dengan nafas dalam dan tepuk tangan..................... 22
Gambar 2.5
Gerakan menundukan kepal.......................................................................22
Gambar 2.6
Gerakan otot bahu........................................................................................22
Gambar 2.7
Gerakan memutar otot ............................................................................ 23
Gambar 2.8
Gerakan mengangkat tangan..................................................................... 23
Gambar 2.9
menggerakan semua anggota tubuh .......................................................24
Gambar 2.10 Gerakan otot tangan...................................................................................... 24 Gambar 2.11 Gerakan tangan kedepan ............................................................................24 Gambar 2.12 Gerakan Otot bahu dan pinggul...................................................................25 Gambar 2.13 Pendinginan.................................................................................................... 25 Gambar 2.14 Gerakan mengkunci tangan dengan menekuk tangan kebelakang.......26 Gambar 2.15 Gerakan Otot Perut........................................................................................ 26 Gambar 2.16 Gerakan tangan Kedepan dan Keatas........................................................27 Gambar 2.17 Gerakan Menekuk salah satu kaki dan mengangkat tangan.................. 27 Gambar 2.18 Gerakan menganggkat kaki..........................................................................27 Gambar 2.19 Gerakan menekuk kaki..................................................................................28 Gambar 2.20 Gerakan tekuk kaki kebelakang................................................................... 29
[email protected]
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
SOP Tehnik Senam Aerobic Low Impact
Lampiran 2
Hasil Pengamatan Intervensi Inovasi
Lampiran 3
Lembar Teknik senam Arobic low Impact
Lampiran 4
Dokumentasi Pelaksanaan Intervensi
[email protected]
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat jiwa menurut WHO (world healt organitation) adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan kelarasan dan keseimbangan kejiwaan
yang
mencerminkan
kedewasaan
pribadinya
(Ade2011).
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Indonesia (DEPKES RI, 2008), Sehat jiwa adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai satu kesatuan yang untuh terdiri dari unsur fisik, mental dan sosial. Orang yang tidak menunjukan karakteristik tersebut akan beresiko terjadinya gangguan jiwa. Kesehatan Jiwa menurut Undang-undang No 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan atau perubahan perilaku yang bermakna serta, dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia. Skizofernia adalah gangguan jiwa yang berat ditandai dengan penurunan atau ketidak mampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek tidak wajar tau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampuberfikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat,2011). Tanda dan gejala Skizofrenia Menurut Keliat (2011) diantaranya gejala positif (Waham,halusinasi, perubahan arus pikir dan perubahan perilaku sedangkan negatifnya (apatis, Blocking, pembicaraan berhenti tiba-tiba isolasi sosial). perubahan perilaku sendiri itu meliputi amuk, marah dan menyebabkan perilaku kekerasan.Gangguan jiwa adalah kumpulan dari
[email protected]
keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik maupun dengan mental.
Gangguan jiwa menjadi masalah serius diseluruh dunia organisasi kesehatan dunia (world healt organitation) tahun 2007 menyatakan, paling tidak 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya di indonesia berdasarkan survey kesehatan mental.(Yosep,2007). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Rikesda) Kementrian Kesehatan tahun 2013 Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta, dan Aceh masing-masing (2,7%),
yang terendah adalah Kalimantan barat (0,7%) sedangkan Kalimantan
timur sebanyak (1,4%) Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah (11,6%), yang terendah di Provinsi Lampung (1,2%) dan Kalimantan timur sebanyak (3,2%). Menurut kepala dinas kesehatan di Jakarta Dien Ermawati menyatakan bahwa jumlah penderita gangguan jiwa ringan hingga triwulan kedua tahun 2011 mencapai 306.621 orang. Naik dari 159.029 orang pada tahun 2010. Secara keseluruhan jumlah penderita gangguan jiwa di Jakarta mencapai angka 14,1%, dari jumlah penduduk jumlah diatas angka nasional sebesar 11,6 % (Wulandari 2014). Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Atma Husada Mahakam pada tahun 2016 mencatat rata-rata klien rawat inap sebanyak 249 orang dengan jumlah rata-rata klien IGD sebanyak 2,57 orang. Data tahun 2017 periode Januari sampai Juli diperoleh rata-rata klien rawat inap sebanyak 210 orang dengan jumlah rata-rata klien IGD sebanyak 1,88 orang perhari dan rata-rata klien diruang Belibis sebanyak 70 orang perbulan. Jumlah rata-rata klien di ruang Belibis berdasarkan 7 masalah keperawatan utama tahun 2016 dari bulan januari sampai Desember yaitu harga diri rendah sebanyak 7,0%, isolasi sosial sebanyak 11,0%, halusinasi sebanyak 38,0%, perilaku kekerasan sebanyak 38,4%, risiko bunuh diri sebanyak 0,51%, defisit perawatan diri sebanyak 6,6% dan waham sebanyak 1,85%.Data tahun 2017 dari bulan januari sampai juni yaitu harga diri rendah sebanyak 12%, isolasi sosial sebanyak 7%, halusinasi sebanyak 21,4%, perilaku kekerasan sebanyak 36,9%, risiko bunuh diri sebanyak 1,3%, defisit perawatan diri sebanyak 7,7% dan waham sebanyak 1,35%. (Survei Indikator Mutu IRNA, 2017). Pada klien dengan perilaku kekerasan, individu merupakan orang yang ambigue, selalu dalam kecemasan, mempunyai penilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan orang lain, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
dengan baik sehingga perilaku kekerasan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Perilaku kekerasan merupakan salah satu gejala yang menjadi alasan bagi keluarga untuk merawat klien di rumah sakit jiwa karena berisiko membahayakan dirinya dan orang lain (Keliat, 2010). Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman menciderai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan maka, penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga profesional (Keliat, Model Keperawatan Profesional Jiwa,2012). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan marah atau kesal yang tidak konstrutif. Marah merupakan suatu emosi yang mempunyai ciri-ciri aktifitas sistem saraf simpatik yang tinggi adanya kesalahan yang ditimbulkan sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Yosep 2007). Penyaluran pada resiko perilaku kekerasan bisa dilakukan melalui terapi non farmokologi salah satunya dengan senam aerobic. Senam aerobic merupakan salah satu aktivitas fisik yang bertujuan untuk melatih otot jantung agar bisa bekerja dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus. Menurut bahasa senam aerobic adalah suatu aktifitas fisik yang tersusun secara sistematis yang membutuhkan oksigen untuk menunjang aktifitas tubuh seseorang guna mencapai tujuan tertentu (Giriwijiyo,2012). Menghadapi masalah tersebut diatas, maka dibutuhkan suatu teknik dalam upaya membantu perilaku
kekerasan
mengurangi
respon marah
yang dapat menimbulkan
pada pasien skizofrenia. Diantaranya adalah terapi senam
AEROBIC LOW IMPACT dapat berhasil dalam mengatasi stres emosi kekhawatiran, depressi, keletihan dan kebingungan yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya perilaku kekerasan pada pasien derngan gangguan jiwa. Senam aerobik dengan mengandalkan penyaluran energi dan penyerapan oksigen yang berimbang dapat meningkatkan endorphin yang memiliki efek relaksan sehingga dapat mengurangi risiko kekerasan secara efektif (Yulistanti, 2003).
B. Perumusan Masalah Manajemen penanganan pasien resiko perilaku kekerasan dirumah sakit yang masih menimbulkan efek samping bagi pasien membutuhkan alternatif penanganan baru yang lebih efektif. Terapi senam aerobic low impact adalah salah satu alternatif terapi relaksasi yang dapat diterapkan kepada pasien resiko perilaku kekerasan dirumah sakit jiwa. Terapi ini perlu diteliti dahulu efektifitasnya sebagai terapi baru bagi pasien resiko kekerasan. Berdasarkan uraian dalam Latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Pelaksanaan Intervensi Tekhnik senam aerobic low impact pada pasien resiko perilaku Kekerasan di Ruang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda 2017. C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini bertujuan untuk melakukan analisa terhadap pasien resiko perilaku kekerasan dengan tekhnik terapi “senam aerobic low impact pada pasien resiko perilaku Kekerasan diRuang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda 2017.
2.
Tujuan Khusus a.
Melakukan pengkajian Keperawatan pada klien Tn.S dengan diagnosa resiko perilaku kekerasan.
b.
Menentukan diagnosa keperawatan pada klien Tn.S dengan diagnosa resiko perilaku kekerasan.
c.
Merencanakan tindakan keperawatan pada klien Tn.S dengan diagnosa resiko perilaku kekerasan.
d.
Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Tn.S dengan diagnosa resiko perilaku kekerasan.
e.
Melakukan evaluasi keperawatan pada klien Tn.S dengan diagnosa resiko perilaku kekerasan.
f.
Menganalisis intervensi tehnik senam aerobic low impact pada klien resiko perilaku kekerasan yang diterapkan secara kontinyu pada Tn.S dengan masalah resiko perilaku kekerasan.
D. Manfaat Penelitian 1. Rumah Sakit Penelitian ini sebagai bahan masukan menajemen atau pengambil kebijakan untuk terus mendukung terlaksananya pemberian asuhan keperawatan secara komperhensif guna terciptanya Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa (MPKP Jiwa), dan bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk menjadikan senam aerobic low impact pada pasien resiko perilaku Kekerasan. 2. Bagi Profesi Keperawatan RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi perawat akan pentingnya senam aerobic low impact dijadikan sebagai salah satu tindakan keperawatan dalam menangani pasien dengan perilaku kekerasan
Serta,
diharapkan
perawat
mampu
memaksimalkan
peranannya sebagai pemberi asuhan dan pendidik bagi pasien dengan memberikan
asuhan
keperawatan
secara
komprehensif
guna
menciptakan mutu keperawatan yang optimal. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai referensi atau masukan dalam melakukan penelitian lainnya yang berhubungan dengan senam aerobic low impact dan pengaruhnya terhadap perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia yang lebih spesifik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori 1. Pengertian perilaku kekerasan Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman menciderai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga profesional (Keliat, 2012). Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang paling maladaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman. Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991, dalam Yusuf, dkk. 2015). Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, oranglain maupun lingkungan (Fitria,2010). perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan fisik (Herman,2011). Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh karena itu marah sering diekspresikan secara tidak langsung. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.
2. Gejala Marah Kemarahan
dinyatakan
dalam
berbagai
bentuk,
ada
yang
menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya adalah: a. Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi. b. Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri. c.
Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar.
3. Penyebab kemarahan. Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi. a.
Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi
b.
frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
c.
Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
d.
Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
4.
Rentang respon marah
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.
Respon
Aserti fffff
Respon
Frustasi
Pasif
Agresif
Kekerasan
Skema 2.1 : rentang respon marah Sumber : Keliat (1999, dalam fitria 2010).
Keterangan : a.
Asertif Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan.
b.
Frustasi Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak menemukan alternatif.
c.
Pasif Respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
d.
Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
e.
Kekerasan Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan serta kehilangan kontrol.
5. Faktor Presdisposisi Faktor presdisposisi perilaku kekerasan Yaitu (Dalami dkk,2009). a.
Biologis Dalam sistem otak limbik berfungsi sebagai regulator / pengatur prilaku.
Adanya
lesi
pada
hipotalamus
dan
amigdala
dapat
mengurangi atau meningkatkan perilaku agresif. Perangsangan pada sistem neurofisiologis dapat menimbulkan respon-respon emosional dan ledakan agresif. Penurunan norepinefrin dapat menstimulasi perilaku agresif misalnya pada peningkatan kadar hormone testiteron atau progesteron. Pengaturan perilaku agresif adalah dengan mengatur jumlah metabolisme biogenik amino-neropinetrin. b.
Psikologis Agresif
adalah pembawaan individu sejak lahir sebagai
respon terhadap stimulus yang diterima. Respon tersebut berupa pertengkaran
atau
permusuhan.
ekspresi
marah
disebabkan karena ketidakmampuan menyelsaikan agresif
yang
menyebabkan
freud
individu
berprilaku
Gangguan destruktif.
Sedangkan
menyatakan bahwa sejak dilahirkan individu akan mengalami ancaman yang perlu diekspresikan. Perilaku destruktif
terjadi apabila
ancaman tersebut menguasai individu, agresi berasal dari frustasi akibat ketidakmampuan individu mencapai tujuan. Bila individu tidak mampu mengekspresikan perasaannya individu akan marah pada dirinya. Frustasi dirasakan sebagai ancaman yang menimbulkan kecemasan sehingga individu merasa harga dirinya terganggu. Konflik juga merupakan ancaman bagi individu yang dapat mencetuskan perilaku agresif. Persepsi yang salah terhadap konflik yang terjadi dapat membuat individu menjadi agresi. c.
Sosiokultural Norma-norma kultural dapat digunakan untuk membantu memahami ekspresi agresif mengemukakan
bahwa
norma
individu. Teori lingkungan sosial yang
memperkuat
perilakunya
disebabkan ekspresi marah yang pernah dialami sebelumnya.pola subkutural cenderung menyebabkan imitasi tingkah laku mengarah pada amuk.
6. Faktor Presipitasi Faktor Presipitasi perilaku kekerasan meliputi (Dalami,dkk 2009). a. Ancaman terhadap fisik : pemukulan, penyakit fisik. b. Ancaman tehadap konsep diri : frustasi, harga diri rendah. c. Ancaman internal : kegagalan, kehilangan perhatian. d. Ancaman eksternal : serangan fisik,kehilangan orang/benda berarti. 7. Proses terjadinya masalah a. Proses terjadinya masalah ditinjau dari penyebab Penyebab resiko perilaku kekerasan adalah menurut (Herman 2011) : 1)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negativ dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan. Tanda dan gejala : a) Mengritik diri sendiri, b) Perasaan tidak mampu c) Pandangan hidup yang pesimis. d) Tidak menerima pujian e) Penolakan terhadap kemampuan diri. f) Kurang memperhatikan kemampuan perawatan diri.
2)
Mekanisme koping tidak efektif Mekanisme koping tidak efektif adalah cara yang digunakan individu dalam menyelsaikan maslaah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku yang menghambat fungsi integrasi,memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan . kategorinya adalah makan berlebihan/ tidak makan, bekerja berlebihan, dan menghindar. Mekanisme koping tidak efektif diantranya adalah : a)
Mengalihkan Pengalihan
emosi
yang
semula
ditunjukan
pada
seseorang/benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit pengancam dirinya.
b)
Mengingkari Menyatakan ketidak setujuan terhadap realitas dengan meningkari relitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.
c)
Disosiasi Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.
d)
Proyeksi Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri, kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.
e)
Rasionalisasi Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk membenarkan impuls,perasaan, perilaku dan motif yang tidak dapat diterima.
f)
Regresi Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
g)
Splitting Sikap mengelompokkan orang/keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk: kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif didalam diri sendiri.
h)
Represi Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atauingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaranseseorang : merupakan pertahanan ego yang primer cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.
i)
Supresi Suatu
proses
yang
digolongkan
sebagai
mekanisme
pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; persampingan yang sengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang ; kadang-kadang dapat mengarah pada reprsi yang berikutnya. j)
Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangandalam penyaluran secara normal. 8. Mekanisme Koping Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998 hal 33). Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain : (Maramis, 1998, hal 83). a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah. b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya. c. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya. d. Reaksi
formasi
:
Mencegah
keinginan
yang
berbahaya
bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya. 9. Asuhan keperawatan pada pasien dengan prilaku kekerasan (Utomo dkk, 2009). a. Diagnosa keperawatan Perilaku Kekerasan. b. Intervensi keperawatan 1)
SP. 1 a) Membina hubungan saling percaya b)
Identifiasi penyebab, tanda, gejala dan akibat serta perilaku kekerasan yg dilakukan dan akibatnya.
2)
c)
Latih cara fisik 1: tarik nafas dalam.
d)
Masukkan dalam jadwal harian pasien.
SP. 2 a) Evaluasi kegiatan yg lalu (SP. 1) b) Latih cara fisik 2: pukul kasur/bantal c) Masukkan dalam jadwal harian pasien
3)
SP. 3 a) Evaluasi kegiatan yg lalu (SP. 1 & 2) b) Latih secara sosial / verbal: -
Menolak dgn baik
-
Meminta dgn baik
-
Mengungkapkan dgn baik
c) Masukkan dalam jadwal harian pasien 4)
SP. 4 a) Evaluasi kegiatan yg lalu (SP. 1, 2, & 3) b) Latih secara spiritual: Berdo’a & Sholat c) Masukkan dalam jadwal harian pasien
5)
SP. 5 a) Evaluasi kegiatan yg lalu (SP 1, 2, 3 & 4)
b) Latih patuh obat: -
Minum obat secara teratur dengan prinsip 5 B
-
Susun jadwal minum obat secara teratur
c) Masukkan dlm jadwal harian pasien. B. Konsep RUFA (Respon Umum Fungsi Adaptif) Kondisi adaptif dan maladaptif dapat dilihat atau diukur dari respon yang ditampilkan.Dari respon ini kemudian dirumuskan diagnosa Skor RUFA (Respon Umum Fungsi Adaptif) yang dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien.Sehingga setiap diagnosa keperawatan memiliki kriteria skor RUFA tersendiri. Adapun lembar observasi pada pasien perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Lembar Observasi Pasien Perilaku Kekerasan No
Respon
Skor 1-10
1.
Perilaku
11-20
Melukai diri
Menentang
sendiri/orang lain.
Mengancam
Merusak lingkungan.
Mata melotot
21-30 Menentang
Mengamuk Menentang Mengancam Mata melotot 2.
Verbal
Bicara kasar
Bicara kasar
Intonasi sedang
Intonasi tinggi
Intonasi sedang
Menghina orang
Menghina orang lain
Menghina orang
lain
Menuntut
lain
Berdebat
Berdebat
Menuntut Berdebat
3.
Emosi
Labil
Labil
Labil
Mudah tersinggung
Mudah tersinggung
Mudah
Ekspresi tegang
Ekspresi tegang
tersinggung
Marah-marah
Dendam
Ekspresi tegang
Dendam
Merasa tidak aman
Merasa tidak
Merasa tidak aman
aman
4.
Fisik
Muka merah
Pandangan tajam
Pandangan tajam
Pandangan tajam
Tekanan Darah
Tekanan darah
Nafas pendek
meningkat
menurun.
Keringat (+) Tekanan darah meningkat
Berdasarkan prinsip tindakan intensif segera, maka penanganan kedaruratan dibagi dalam: 1)
Fase intensif I (24 jam pertama) Pasien dirawat dengan observasi, diagnosa, tritmen dan evaluasi yang ketat.Berdasarkan evaluasi pasien memiliki tiga kemungkinan yaitu dipulangkan, dilanjutkan ke fase intesif II, atau dirujuk ke rumah sakit jiwa.
2)
Fase intensif II (24-72 jam pertama) Perawatan pasien dengan observasi kurang ketat sampai dengan 72 jam.Berdasarkan hasil evaluasi maka pasien pada fase ini memiliki empat kemungkinan yaitu dipulangkan, dipindahkan ke ruang fase intensif III, atau kembali ke ruang fase intensif I.
3)
Fase intensif III (72 jam- 10 hari) Pasien dikondisikan sudah mulai stabil, sehingga observasi sudah mulai berkurang dan tindakan keperawatan diarahkan kepada tindakan rehabilitasi.merujuk kepada hasil evaluasi maka pasien pada fase ini dapat dipulangkan, dirujuk ke rumah sakit jiwa atau unit psikiatri di rumah sakit umum ataupun kembali ke ruang fase intensif I atau II.
C. Konsep Intervensi Inovasi Aerobic Low Impact Intervensi inovasi yang dilakukan yaitu pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan di Ruang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam adalah teknik senam aerobic low impact. 1. Pengertian Aerobik adalah suatu kegiatan fisik yang membutuhkan tambahan oksigen untuk tubuh dengan membutuhkan waktu lama sedangkan senam aerobik adalah suatu latihan tubuh / latihan jasmani yang melibatkan sejumlah unsur oksigen dalam melaksankan aktivitas tubuh yang gerakannya dipilih dan diciptakan sesuai dengan kebutuhan ,
disusun
secara
sistematis
dengan
tujuan
membentuk
dan
mengembangkan peribadi secara harmonis serta diharapkan mempunyai aspek yang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh ( Ramadhan,2011). Senam aerobik merupakan salah satu jenis olahraga aerobik yang membutuhkan oksigen yang banyak sehingga latihan senam aerobik sering disebut juga dengan general endurance. Karena latihan aerobik membutuhkan oksigen yang banyak maka latihan dapat berlangsung
secara
lama
dan
dapat
meningkatkan
kapasitas
cardiovaskuler tubuh untuk memasukkan oksigen dan menyalurkan ke seluruh jaringan sel otot sehingga oksigen dapat berpadu dengan zat makanan untuk memproduksi energi sebagai sumber tenaga untuk melakukan aktifitas atau kegiatan. Menurut Sumanto dan Sukiyo dalam buku Trisnawan (2010) mengatakan senam aerobik adalah suatu latihan tubuh yang melibatkan sejumlah unsur oksigen dalam melaksanakan aktifitas tubuh, gerakannya dipilih dan diciptakan sesuai dengan kebutuhan, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis serta diharapkan mempunyai efek yang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh. Senam aerobik merupakan salah satu aktivitas fisik yang bertujuan untuk melatih otot jantung agar nisa bekerja dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus. Menurut bahasa senam aerobik adalah suatu aktifitas fisik yang tersusun secara sistematis yang membutuhkan oksigen untuk menunjang aktivitas tubuh seseorang guna mencapai tujuan tertentu (Giriwijoyo,2012). Menurut Katch dalam buku Ristianti (2010) mengatakan tekhnik aerobik merupakan suatu bentuk latihan yang bagus karena selain menyenangkan, susunan intensitas latihannya dilakukan dengan zona latihan dengan durasi 30-45 menit, dan frekuensi latihan kira-kira 2-3 kali dalam satu minggu cukup untuk menaikkan fungsi kardiovaskuler dan kesehatan serta daya tahan otot ke keadaan yang lebih baik lagi. Berdasarkan pendapat dari beberapa pakar di atas maka dapat diambil simpulan bahwa senam aerobik adalah suatu bentuk latihan fisik yang dilakukan dengan menggunakan sistem energi aerobik atau
membutuhkan oksigen yang banyak, geraknya
disusun secara
sistematis, yang dipilih secara sengaja dan dilakukan secara sadar mengikuti irama musik dengan durasi tertentu sehingga tercipta gerakan yang harmonis untuk mencapai tujuan tertentu. Berbagai terapi dalam mengatasi masalah perilaku kekerasan telah banyak dikembangkan salah satunya adalah terapi senam aerobic low impact merupakan senam dengan mengendalikan penyaluran energi dan penyerapan oksigen yang berimbang sehingga dapat meningkatkan endorphin yang memiliki efek relaksan sehingga dapat mengurangi resiko kekerasan (Yulistanti, 2013). Low impact (benturan ringan) yaitu latihan senam aerobic yang dilakukan dengan benturan ringan dimana salah satu kaki masih bertumpu dilantai setiap waktu dan tanpa tekanan tingkat tinggi pada otot dan sendi-sendi. Senam aerobic low impact merupakan senam yang gerakannya menggunakan seluruh otot, terutama otot-otot besar sehingga memacu kerja jantung dan paru dan gerakan badan secara berkesinambungan pada bagian-bagiantubuh (Ni Luh putu 2015). Olahraga senam aerobic selama 30 menit dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu mampu meningkatkan kemampuan short-term memory pada penderita skizofernia peneliti Purnamasari,et.all (2013). 2. Tujuan a. Meningkatan kemampuan kapasitas jantung dan paru. b. Memperbaiki sistem metabolisme serta peredaran darah. c. Merileksasikan ketegangan otot. d. Memperlancar sirkulasi O2. 3. Manfaat Senam Aerobik Olahraga arobik yang dilakukan secara benar dengan takaranyang tepat, dapat memberikan manfaat (Rosidah,2013) : a. Dapat
meningkatkan
ketegangan,
kemampuan
meningkatkan
pengalaman estetis.
kontrol
kreativitas,
emosi,pelepasan
serta
peningkatan
b. Dapat meningkatkan fungsi sistem tubuh, peningkatan kekuatan, daya tahan otot dan kardiovaskuler, serta peningkatan fleksibilitas dan komponen kebugaran lainnya. c. Dalam
meningkatkan
keharmonisan
fungsi
saraf
dan
otot,
melaluiberbagai latihan koordinasi didalamnya. d. Dalam meningkatkan kecerdasan, peserta senam pada suatu kelas senam aerobik harus tetap mengikuti koregrafi yang diberikan oelh instruktur. e. Dapat
meningkatkan
kepekaan
terhadap
kondisi
lingkungan
sehingga mampu beradaptasi degan mudah, dan menjaga keharmonisan dalam hidup bersama. f.
Dapat
meningkatkan
kemampuan
menerima,
membedakan,
menerjemahkan isyarat, karena dalam melakukan senam aerobik terutama yang diiringi dengan musik. 4. Pengaruh Latihan Senam Aerobik Kualitas daya fisik diperoleh dengan peningkatan kondisi fisik, sedangkan kualitas keterampilan gerak diperoleh dengan belajar gerak diperoleh dengan belajar gerak. Adapula yang dikenal sebagai pengaruh latihan sebagi perkembangan daya fisik akibat latihan, Efek senam aerobik (Ramsyuhada, 2011). a. Alat-alat pernafasan bertambah kuat untuk memungkunkan aliran udara uang cepat kedalam dan keluar paru-paru. b. Kerja jantung bertambah kuat dan efisien untuk dapat pada tiap denyutan memopkana lebih banyak darah yang mengandung oksigen. c. Tegangan otot-otot (tonus)diseluruh tubuh diangkat, sehingga menjadi lebih kuat. d. Turunya jumlah denyut nadi maka dapat menjaga kesegaran jasmani seseorang. 5. Pelaksanaan Program senam aerobik membutuhkan koordinasi gerak dan pikiran yang selaras, karena gerakan yang dilakukan sangat bervariasi. Oleh karena itu dibuat beberapa teknik dasar untuk mempermudah
melakukan senam aerobik agar tercipta gerakan yang indah, menarik, mudah, manfaat, serta aman terhindar dari cidera. Menurut seorang pakar senam dari Unniversitas Negeri Semarang,Setiawan (2011) menyebutkan dalam membuat koreografi harus memperhatikan tiga teknik dasar, yaitu: a. Basic step (langkah dasar) merupakan gerak dasar langkah kaki, contoh gerakan kaki: marching in place, step, lunges, V-step, knee up, for walk, back walk, dll. b. Arm movment (gerak lengan) merupakan rangkaian gerakan dasar lengan yang akan dikoordinasikan dengan kaki, dengan tujuan agar seluruh komponen tubuh dapat bergerak dengan aktif secara maksimal, contoh gerakan: chest press, overhead, biceps, triceps, butterfly, up pro, pumping, lateral, lateral diagonal, dll. c. Body aligment (posisi tubuh yang benar) merupakan suatu kemampuan menggerakkan seluruh anggota tubuh secara anatomis sesuai tujuan latihan/otot yang dilatih. Sehingga tubuh yang dilatih tetap aman dan tidak mengalami cidera setelah melakukan latihan. 6. Struktur latihan senam aerobik Hendaknya mengikuti ketentuan sistematika dalam berolahraga, agar target latihan senam dapat tercapai. Adapun sistematika pelaksanaan senam aerobik Dinata,(2007) a.
Warming Up Pemanasan merupakan persiapan emosional, psikologis, fisik, dan mental. Biasanya gerak dalam pemanasan dilaksanakan dengan peregangan baik statis maupun dinamis, adapun fungsi dari pemanasan adalah: 1) berangsur-angsur untuk meningkatkan suhu tubuh. 2) mempersiapkan otot dan sendi. 3) meningkatkan sirkulasi cairan dalam tubuh. 4) mempersiapkan psikologis dan emosional sebelum menerima latihan.
b.
Kegiatan inti Menurut Trisnawan (2010) kegiatan inti merupakan inti dari latihan
senam aerobik. Tahap ini bertujuan untuk mencapai training zone atau mencapai zona latihan. c.
Cooling down Setelah melakukan kegiatan inti dalam selesai latihan senam aerobik harus melakukan pendinginan. Sifat dari gerakan pendinginan adalah gerakan dari intensitas tinggi turun hingga ke intensitas rendah sehingga lambat laun akan menormalkan kembali kerja jantung dan menstabilkan kembali suhu tubuh. Adapun fungsi dari pendinginan adalah untuk: 1)
menurunkan kerja jantung
2)
mencegah aliran darah berhenti secara mendadak,
3)
Merilekskan kembali otot-otot tegang dan membuat pikiran tidak
stress yang mampu menyebabkan rasa pegal pada otot (Trisnawan 2010).
Tekhnik senam low impact menurut (Senam Pesona Nusantara,2014) Berikut langka-langkah teknik senam low impat.
Gambar 2.1 (Pemanasan senam aerobic low impact) Rentangkan tangan, posisikan badan secara tegap dan rileks dan atur nafas secara perlahan
Gambar 2.2 Arahkan kedua tangan kebelakang dengan salah satu tangan menumpu tangan satunya dengan posisi badan tegap tahan dihitungan 1-8.
Gambar 2.3 Tekuk salah satu tangan dan arahkan kan kebelakang dan tangan yang satu menahan siku tangan yang ditekuk tahan dihitungan 1-7.
Gambar 2.4 Untuk merilekskan pernafasan dilajutkan dengan tepuk tangan sebanyak 2 kali dengan posisi jalan ditempat.
Gambar 2.5 Letakan kedua tangan dipinggang dengan menundukan kepala dan kaki jalan ditempat tahan dengan hitungan 1-7
Gambar 2.6 Rentangkan kedua tangan gerakan otot bagian pundak dengan hitungan 1-7 dengan posisi jalan ditempat dan lakukan di sesi selanjutnya menggunakan satu tangan (kanan atau kiri ) dengan hitungan yang sama.
Gambar 2.6 Putar pundak kearah kebelakang dan kedepan dengan hitungan 1-7 dengan posisi jalan ditempat.
Gambar 2.7 Angkat tangan dan luruskan tarik nafas panjang dan hembuskan secara perlahan (kaki kanan/ kiri diangkat) dan tahan dengan hitungan 1-7.
Gambar 2.8 Letakan kedua tangan dipinggang gerakan badan ,melangkah menggunakan kaki kekiri dan kanan dengan hitungan 1-7.
Gambar 2.9 Lebarkan letak posisi kaki angkat kedua tangan membentuk huruf O dan mengepal tangan angkat ke atas dan kebawah dengan hitungan 1-7.
Gambar 2.10 Rentangkan tangan kedepan tekuk kaki kebelakang secara bergantian dengan hitungan 1-7.
Gambar 2.11 Miringkan badan kekiri dan keanan rentangkan salah satu tangan sesuaikan dengan arah badan.
Gambar 2.12 Atur nafas serileks mungkin dengan posisikan badan tegap lurus tangan diangkat setingginya, angkat tumit kaki tahan dengan hitungan 1-7.
Gambar 2.13 Tekuk kedua lutut rentangkan kedua tangan kebelkang kunci dengan sentuhan kedua jari-jari tangan tahan dengan hitungan 1-8
Gambar 2.14 Luruskan kaki dan rapatkan aturnafas serileks mungkin condokan badan kearah kanan atau kiri dengan salah satu tangan di lipat dibagian perut dan yang satu luruskan keatas mengikuti arah badan.
Gambar 2.15 Miringkan salah satu kaki dan kaki sebelah ditekuk kanan 1 diangkat keatas dan tangan satu diangkat ke depan sesuikan arah posisi badan tahan dengan hitungan 1-7.
Gambar 2.16 Tekuk salah satu kaki dan kaki sebelah diluruskan tangan arahkan keatas dan yang satu menyentuh lutut kaki yang lurus.
Gambar 2.17
Angkat lurus salah satu kaki dan angkat kedua tangan tahan dengan hitungan 1-7.
Gambar 2.18 Tekuk salah satu kaki dan angkat tahan menggunakan tangan tahan dengan hitungan 1-7.
Gambar 2.19 Tahan salah satu kaki kebelakang dengan menggunkan tangan dan tangan sebelah angkat tegap lurus tahan dengan hitungan 1-7 dan rilekskan kembali otak,badan dan kumpulkan energi-energi positif dengan cara menggunakan relaksasi nafas dalam dengan cara tarik nafas sedalam-dalamnya menggunkan hidung lalu hembuskan secara berlahan menggunakan mulut ulangi sampai 3 x.
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
A. Pengkajian Kasus Pengkajian awal dilakukan pada tanggal 20 November 2017 jam 13.00 Wita dengan menggunakan format pengkajian keperawatan jiwa. 1. Identitas Klien Klien bernama Tn.S, laki-laki, umur 31 tahun, tanggal lahir 05 Oktober 1987 klien belum menikah, beragama Khatolik, pendidikan SMP, alamat saat ini Melepeh baru RT.005 Linggang Bigung Kubar, klien masuk Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Atma Husada Mahakam Samarinda pada tanggal pada tanggal 23 Oktober 2017 tiba diruang IGD RSJ pada jam 23.45 WITA dan dilakukan pengkajian pada tanggal 20 November 2017 pukul 13.00 Wita diruang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda
dengan
diagnosa
medis
skizofrenia
dan
diagnosa
keperawatan resiko perilaku kekerasan. 2. Alasan Masuk Pada catatan rekam medik, menjelaskan bahwa alasan pasien masuk adalah klien Gelisah,sering melamun, sering curiga merasa ada orang yang membicarakan dirinya ± 2 minggu terakhir. Pasien kadang berbicara sendiri, sering lari tiba-tiba dan mengamuk sempat memukul keluarganya sehingga, dari pihak keluarga membawa klien ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Pasien ini adalah pasien ulangan, keluar masuk rumah sakit. Karena setiap minum obat klien merasa mual dan leher terasa kaku dan membuat ia merasa marah. 3. Faktor Predisposisi Tn.S mengatakan sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa dan sempat dirawat di RSJD dari tahun 2012, karena tidak teratur minum obat akhirnya pasien kambuh lagi dan keluar masuk rumah sakit. Klien mengatakan selalu dibicarakan orang yang membuat Tn.S marah dan sempat memukul orang.
4. Pengalaman yang tidak menyenangkan Klien mengatakan pamannya pernah dipukul orang sampai luka-luka dan klien belum tau orang tersebut itu siapa dan klien ingin sekali bertemu dengan orang yang memukul pamannya tersebut. 5. Pengkajian saat ini Saat pengkajian Total Skor RUFA 14 Pada Fase intensif ll Berupa : a. Respon perilaku: tatapan mata tajam dan terlihat melotot,klien sempat menetang saat diminta untuk membuang air kencingnya yang ia simpan didalam botol oleh teman dan perawat. b. Respon verbal:
intonasi sedang, menuntut orang yang memukul
pamanya sampai ia ingin membalasanya, berdebat dengan keluarga karena ibunya tidak berpamitan saat meninggalkan klien di IGD RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. c. Respon emosi: labil,ekspresi tegang,merasa tidak nyaman, dendam dengan
orang
yang
telah
memukul
pamanya
dan
sering
membicarakan dirinya. d. Respon fisik: tatapan tajam, tekanan darah tinggi 130/90 mmhg, Nadi 112kali/menit. 6.
Pada pemeriksaan Fisik TN.S. didapatkan hasil: Pemeriksaan fisik yang penulis dapatkan meliputi tanda-tanda vital klien, dengan tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 118 kali/menit, Spo2 98%, suhu 36°C, respirasi 20 kali/menit, tinggi badan 176cm, berat badan 74kg, hasil pengkajian fisik tidak ditemukan keluhan pada klien.
7. Psikososial a. Genogram
Keterangan : = Laki-laki = Perempuan = Klien = Ada hubungan -----
= Tinggal serumah
a. Konsep Diri 1)
Citra Tubuh Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya.
2)
Identitas Diri Klien mampu menyebutkan identitas dirinya, klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang Laki-Laki. Klien Lulusan SMP dan dulu bekerja diSawit.
3)
Peran
Sebelum sakit dirumah klien mempunyai tanggung jawab sebagai seorang anak Laki-laki dan Anak pertama melakukan pekerjaan diperkebunan sawit sehari-hari, tetapi saat ini tanggung jawab klien berganti menjadi pasien di RSJ Atma Husada Mahakam. Klien seorang kakak yang mempunyai satu adik laki-laki, klien merasa gagal menjaga adik laki-lakinya.
4)
Ideal diri klien berharap ingin cepat sembuh dan segera kembali pulang ke rumah untuk menjalankan tugasnya seperti sedia kala. Berkumpul dengan orang tua, keluarga dan teman-teman.
5)
Harga diri klien mengatakan bahwa hubungan dengan orang lain saling menghargai satu sama lain. Tidak suka mengganggu dan tidak mau diganggu oleh orang lain.
6)
Hubungan sosial Orang yang paling berarti dalam hidup klien adalah orang tua Khusunya Ibu dan saudara. Klien tidak pernah mendiskusikan masalah dengan orang tuanya.Selama di rumah sakit klien mau mengikuti kegiatan yang ada di RS. Waktu klien lebih banyak digunakan untuk tidur dikamar. Saat diajak ngobrol klien mau diajak berbincang,koheren dan tampak bingung. Sesekali klien menolak jika keinginannya tidak dipenuhi.
7) Spiritual Tn.S mengatakan meyakini bahwa dirinya beragama Khatolik dan
jarang melakukan ibadah selama sakit. 8) Status Mental a)
Penampilan
Selama dirumah sakit klien berpenampilan tidak rapi jarang menggunkan baju dan celana dengan alasan panas, rambut pendek, mandi 2x sehari dan keramas sekali dalam dua hari, baju diganti setiap pagi setiap habis mandi. b)
Pembicaraan
Pembicaraan klien saat dikaji cukup kooperatif, bicara klien sesuai dengan apa yang dibicarakan tetapi kadangkadang klien terlihat bingung dan sesekali diam. c)
Aktivitas motorik
kontak mata tidak tahan lama. klien terkadang terlihat gelisah, tegang dan mata melotot pada saat berinteraksi seseringkali
terlihat
marah
saat
temannya
menganggu,terkadang mondar-mandir dikamarnya. d)
Alam perasaan Klien meminta ingin menelpon ibunya klien ingin mengetahui kabarnya karena pada saat meninggalkan klien di IGD ibu klien tidak berpesan apaupun dengan klien.
e)
Afek Afek klien kadang labil yaitu hanya sedikit stimulus sudah bereaksi karena emosi klien sudah bisa terkontrol akan tetapi
tekadang klien merasa marah saat diganggu temannya.
Interaksi selama wawancara, klien mau berinteraksi tetapi perawat harus memulainya terlebih dahulu, kontak mata ada tetapi tidak tahan lama,tatapan mata klien cepat beralih, terkadang klien berbicara dengan bingung, tampak gelisah, tegang dan mata melotot. f)
Proses pikir
Ketika diajak berbicara pembicaraan klien jelas sesuai dengan topik dan mampu menjelaskan apa yang terjadi walaupun
kadang-kadang
terkadang
sering
terlihat
bingung. g)
Isi pikir Klien mengatakan bahwa merasa kondisi tubuhnya baik-baik saja. Saat menceritakan hal ini, ekspresi klien serius dan tegang dan Klien tidak memiliki masalah waham.
h)
Tingkat kesadaran Orientasi waktu, tempat dan orang klien baik/normal.
i)
Memori Klien mampu mengingat kejadian - kejadian atau pengalaman yang telah dialami, baik yang lama maupun yang baru saja terjadi.
j)
Tingkat konsentrasi dan berhitung.
Tingkat konsentrasi klien kurang, klien mampu berhitung sederhana seperti berhitung 1 sampai 30 tanpa dibantu perawat. Klien mampu mengambil keputusan sederhana seperti, cuci tangan sebelum makan atau mandi terlebih dahulu sebelum beraktivitas. Daya tilik diri klien, klien sadar bahwa dirinya sedang dirawat di ruang Belibis RSJD untuk pengobatan agar cepat sembuh. 9)
Kebutuhan persiapan pulang a)
Makan Makan disiapkan oleh perawat selama dirumah sakit dengan tetap memandirikan klien seperti dalam hal makan minum sendiri dan merapikan tempat makan setelah selesai makan. nafsu makan baik, dengan porsi makan mampu dihabiskan lebih dari ½ porsi. Mencuci tangan terkadang harus diingatkan.
b)
BAB/BAK
BAB teratur satu sekali sehari dapat dilakukan ditoilet secara mandiri. BAK dengan frekuensi tidak pernah dihitung dapat dilakukan ditoilet secara mandiri. c)
Mandi
Dilakukan sendiri, frekuensi 2x sehari, mandi menggunakan sabun mandi, kadang gosok gigi pakai pasta gigi, mandi dikamar mandi dan dilakukan secara mandiri. d)
Istirahat/tidur Jam tidur malam dari jam 21.00 sampai 06.00, klien jarang tidur siang
10) Mekanisme Koping Pada pengkajian mekanisme koping, mekanisme koping klien bila ada masalah dipendam, tidak mudah untuk mengutarakan apa yang dirasakan oleh klien. Bila klien marah langsung memukul tidak membicarakan masalahnya kepada orang lain. Klien adalah pasien ulangan yang keluar masuk rumah sakit, klien mengaku putus obat dan sering mengamuk di rumah. 11) Aspek Medik a) Diagnosa medik
: Resiko perilaku Kekerasan
b) Therapi medik
:
THD 2x75mg, clozapine 2 dd 25mg. B. Masalah Keperawatan Klien 1. Analisa Data a. Resiko Perilaku Kekerasan Berdasarkan pengkajian didapatkan Data Subjektif Klien Mengatakan Alasan klien masuk adalah klien gelisah,sering melamun, sering curiga merasa ada yang membicarakan dirinya dan Pasien kadang berbicara sendiri, sering lari tiba-tiba dan mengamuk sempat memukul keluarganya sehingga, dari pihak keluarga membawa klien ke rumah sakit RSJ Atma Husada Mahakam
Samarinda
untuk
mendapatkan
perawatan,
Klien
mengatakan punya rasa ingin marah namun bingung mau marah dengan siapa, Klien mengatakan tidak nyaman diruangan transisi 2 karena sering diganggu temannya klien ingin jadi pasien mandiri. Dan Sebelum MRS klien sempat memukul orang dan marah-marah karena ada orang yang membicarakan dirinya. Saat pengkajian: Respon perilaku: klien menetang saat di ajak berbicara,mata melotot,klien sempat merusak lingkungan dengan membuang botol kedinding,dan menuntut Data objektif yang didapatkan yakni saat pengkajian total skor RUFA 13 pada fase intensif ll berupa : 1)
Respon perilaku : tatapan mata tajam dan terlihat melotot,klien sempat menetang saat diminta untuk membuang air kencingnya yang ia simpan didalam botol oleh teman dan perawat.
2)
Respon verbal : intonasi sedang, menuntut orang yang memukul pamanya sampai ia ingin membalasanya, berdebat dengan keluarga karena ibunya tidak berpamitan saat meninggalkan klien di IGD RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.
3)
Respon emosi: labil,ekspresi tegang,merasa tidak nyaman, dendam dengan orang yang telah memukul pamanya dan sering membicarakan dirinya.
4)
Respon fisik: tatapan tajam, tekanan darah tinggi 130/90 mmhg, Nadi 112kali/menit.
b. Gangguan Persepsi sensori : Halusinasi : Pendengaran Berdasarkan pengkajian didapatkan Data Subjektif Klien Mengatakandulu sering mendengar suara orang yang ngomongin saya dirumah,kalo saat ini,jarang dengar hanya kadang-kadang saja. Isi Suara : Klien mengatakan dengar suara orang-orang yang ngomongin saya dan ingin memukul paman saya.Frekuensi :Suara itu muncul kurang lebih 3 kali pas siang sama malam. Durasi Suara itu datang dalam 2 menit, waktu itu muncul pas saya sedang diam. Klien merasa terganggu dan penasaran dan ingin memukulnya. Data Objektif: Klien nampak kesal,bingung dan sempat mondar-mandir saat diajak berbicara, namun komunikasi klien cukup kooperatif dan jelas.dengan wajah tegang dan mata melotot klien terkadang tidak dapat kontak mata dengan perawat.
2. Pohon Masalah
Risiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Effect)
Risiko perilaku kekerasan (Core Problem)
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi : Pendengaran (Causa)
Skema 3.1 Pohon Masalah keperawatn jiwa Tn.S
3. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn.S, yaitu: a. Resiko perilaku kekerasan b. Gangguan persepsi sensori; Halusinasi Pendengaran
C.
Perencanaan Keperawatan 1.
Perencanaan Asuhan Keperawatan resiko Perilaku Kekerasan Tabel 3.1 Rencana Asuhan Keperawatan Pada RPK.
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan
Risiko
Klien mampu :
Perilaku
a.
Kekerasan
Intervensi SP. 1P Tarik Nafas Dalam
Mengidentifikasi penyebab dan tanda perilaku kekerasan
b.
Menyebutkan
jenis
perilaku
kekerasan yg pernah dilakukan c. d.
1.
hubungan
saling
percaya 2.
Identifiasi penyebab, tanda, gejala
Menyebutkan akibat dari perilaku
dan akibat serta perilaku kekerasan
perilaku kekerasan yg dilakukan
yg dilakukan dan akibatnya
Menyebutkan cara mengontrol
3.
perilaku kekerasan e.
Membina
Mengontrol
Latih cara fisik 1 : tarik nafas dalam
perilaku
4.
kekerasannya secara :
Masukkan dalam jadwal harian klien.
1) Fisik 2) Sosial/Verbal 3) Spiritual 4) Terapi Psikofarmaka (patuh obat) Kriteria Evaluasi : Setelah dua kali pertemuan klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan kriteria hasil : a. klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasan b. klien mampu menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan c. klien mampu menyebutkan akibat perilaku kekerasan d. klien mampu memperagakan cara fisik 1 untuk mengontrol perilaku kekerasan, tarik nafas dalam Setelah dua kali pertemuan klien SP. 2P Pukul Kasur/ Bantal mampu
mengontrol
perilaku 1.
kekerasan dengan kriteria hasil :
2.
Evaluasi kegiatan yg lalu (SP. 1) Latih cara fisik 2 :pukul kasur/
a. klien
mampu
menyebutkan
bantal
kegiatan yang sudah dilakukan, 3.
Masukkan
yaitu tarik nafas dalam
klien.
b. Klien
mampu
dalam
jadwal
harian
memperagakan
cara fisik 2 untuk mengontrol perilaku kekerasan dengan cara pukul bantal/ kasur Setelah dua kali pertemua klien SP. 3P Sosial/ Verbal mampu
mengontrol
perilaku 1.
kekerasan dengan kriteria hasil : a. Klien
menyebutkan
memperagakan
2) dan 2.
kegiatan
Evaluasi kegiatan yg lalu (SP. 1 & Latih secara sosial / verbal :
yang
a.
Menolak dgn baik
sudah dilakukan yaitu tarik nafas
b.
Meminta dgn baik
dalam dan pukul bantal
c.
Mengungkapkan dgn baik
b. klien mampu memperagakan cara 3. sosial/ verbal untuk mengontrol
Masukkan
dalam
jadwal
harian
klien
perilaku kekerasan kali
pertemuan
SP. 4P Spiritual
perilaku
kekerasan
1.
a. klien mampu menyebutkan dan
2.
Setelah mengontrol
tiga
dengan kriteria hasil : memperagakan sudah
Evaluasi kegiatan yg lalu (SP. 1, 2, & 3)
kegiatan
dilakukan
yang
seperti
tarik
nafas dalam, pukul bantal dan mengontrol perilaku
Latih secara spiritual : Berdo’a & ibadah
3.
Masukkan dalam jadwal harian klien
kekerasan
secara verbal b. klien mampu memperagakan cara spiritual
dalam
mengontrol
perilaku kekerasan. Setelah dua kali pertemuan klien
SP. 5P Patuh Obat
mampu
1. Evaluasi kegiatan yg lalu (SP 1, 2, 3
mengontrol
perilaku
kekerasan dengan kriteria hasil : a.
Klien mampu menyebutkan dan memperagakan kegiatan yang sudah dilakukan seperti tarik nafas dalam, pukul bantal dan mengontrol perilaku kekerasan secara verbal dan spiritual
b.
klien
mampu
cara
patuh
2. Latih patuh obat : a. Minum obat secara teratur dgn prinsip 5 B. b. Susun jadwal minum obat secara teratur 3. Masukkan dalam jadwal harian klien
memperagakan obat
& 4)
dalam
mengontrol perilaku kekerasan.
Tabel 3.2 Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Intervensi Inovasi: Senam Aerobic Low-Impact
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan
Resiko
Klien mampu :
Perilaku
1.
Kekerasan
Intervensi Inovasi a.
Mengemukakan kejadian dan
Fase Orientasi 1.
respon terhadap kejadian 2.
a.
Mengidentifikasi
keyakinan
(rasional
irrasional)
dan
Salam terapeutik memperkenalkan nama . b.
terhadap suatu kejadian 3.
Melakukan upaya melawan Menerapkan berdasarkan
perilaku
Menanyakan nama dan panggilan klien.
2.
keyakinan irrasional. 4.
Mengucapkan salam dan
Evaluasi/Validasi a.
baru
Menanyakan
bagaimana
perasaan klien saat ini?
perubahan
b.
Menanyakan apakah ada
keyakinan yang lebih rasional
kejadian
yang
dalam menghadapi sebuah
menimbulkan
perasaan
kejadian
jengkel, yang
dirasakan
mengganggu -
ketegangan
dan otot
yang
dirasakan? 3.
Kontrak a.
Menjelaskan jumlah sesi petemuan diikuti
yang
yaitu
harus 3
pertemuan
kali dalam
semiggu dengan jeda 1 hari. b.
Menjelaskan proses
tentang pelaksanaan
senam aerobic low impact dilakukan
selama
20
menit sampai 30 menit. c.
Tempat yang digunakan ruangan
luas
dan
nyaman. d.
Menjelaskan
peraturan
dalam senam aerobic low impact
yaitu
pasien
diharapkan berpartisipasi dan kerjasamanya dalam mengikuti pertemuan dari awal sampai selesai.
b.
Fase Kerja 1.
Mempersilahkan klien
duduki
dan dengan keadaan rileks dan tenang. 2.
Menjelaskan low
senam
aerobic
mulai
impact
dari
pengertian, manfaat dan proses pelaksanaan yang terdiri dari pemanasan,inti
dan
pendinginan 3.
Meminta
klien
untuk
mempertahankan serileks
posisi
mungkin.
Dan
konsentrasi 4.
Meminta klien untuk tarik napas dalam, dalam beberapa kali sebelum dengan
memulai cara
latihan
nafas
dalam
secara perlahan-lahan melalui hidung dan hembuskan keluar melalui mulut 1 kali. 5.
Terapis untuk
mendampingi melakukan
aerobic
gerakan
klien senam
pertama
sampai terakhir dengan melihat video yang sudah disiapkan oleh terapis. 6.
Tindak Lanjut Menganjurkan
klien
mempertahankan
untuk kegiatan
berlatih gerakan senam aerobic low impact. 7.
Kontrak a)
Menyepakati pertemuan yaitu
topik selanjutnya
berlatih
senam
aerobic low impact. b)
Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya.
c)
Mengakhiri
pertemuan
dengan baik untuk senam saat
aerobic low impact ini,
mengucapkan
hamdalah
dan
berpamitan
dengan
mengucap salam
pada
pasien.
D.
Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Tabel 3.3. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No 1
Diag. Kep. RPK
Hari Tanggal
Evaluasi
Implemtantasi
(S.O.A.P)
Jam Senin,
SP 1P Tarik Nafas Dalam
20/11/17
1. Mengidentifikasi
S
: Klien mengatakan namanya S, masuk Rumah
Pkl. 13.00
penyebab perilaku
Sakit
Jiwa
(Belibis)
kekerasan
Mahakam
2. Mengidentifikasi tanda
tanggal,
dan gejala perilaku
diantar
kekerasan
keluarganya.
3. Mengidentifikasi perilaku
O
23
Atma
Husada
sejak
Kamis
Oktober
oleh
2017
ibu
dan
:Klien mampu memperkenalkan
kekerasan yang
diri
dilakukan
menyebutkan nama Perawat,
4. Mengidentifikasi akibat
Klien
Klien
perilaku kekerasan
dapat
harapannya
5. Menyebutkan cara
belum
mampu
menyebutkan yang
ingin
mengetahui kabar ibunya dan
mengontrol perilaku
Klien masih terlihat tegang
kekerasan (fisik 1 dan 2,
Kontak mata klien kurang
secara verbal, secara
A
:SP 1 Pada RPK dengan cara
spiritual dan minum
tarik
obat)
optimal
6. Membantu klien
P
nafas
dalam
sudah
:Pertahankan SP 1 Pasien
mempraktekkan latihan
RPK tarik nafas dalam lanjut
cara mengontrol secara
SP 2 Memukul bantal/kasur
fisik 1 (menarik nafasa dalam) 7. Menganjurkan klien memasukkan cara
mengontrol perilaku kekerasan secara fisik 1 ke dalam jadwal. No 2
Diag. Kep. RPK
Hari Tanggal
Evaluasi
Implementasi
(S.O.A.P)
Jam Selasa, ,21
SP 2P Pukul Kasur/ Bantal
/11/17
1. Mengevaluasi jadwal
S
: Klien mengatakan alasan klien masuk adalah
Pkl. 14.15
kegiatan harian klien (SP
klien bingung,mengamuk dan
(Belibis)
1)
sempat memukul orang
dan
susah
tidur
dari
mempraktekkan latihan
pihak
keluarga
cara mengontrol secara
klien ke RSJD Atma Husada
fisik 2 (memukul bantal)
Mahakam Samarinda untuk
2. Membantu klien
3. Menganjurkan klien
sehingga
membawa
mendapatkan perawatan.
memasukkan cara
Klien mengatakan ia marah
mengontrol perilaku
dan
kekerasan secara fisik 2
karena
ke dalam jadwal
membicarakan klien dan ada
kegiatan harian
yang
mengamuk
di
rumah
ada
yang
memukul
pamannya.
Sebelum MRS klien sempat mengamuk
dirumah
dan
hampir memukul keluargnya Klien
sebelumnya
pernah
mengalami gangguan jiwa dan sempat dirawat di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda dari
tahun
2012,
pengobatan
awalnya
teratur,
tetapi
menjadi tidak teratur karena klien setiap minum obat klien merasa
leher
terasa
kaku
sampai susah untuk digerakan dan
akhirnya
klien
menghentikan pengobatannya. O :
Klien mampu mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Klien mampu mengidentifikasi
tanda
gejala perilaku kekerasan.
dan
Klien mampu
mengidentifikasi
perilaku
kekerasan yang dilakukan. Klien mampu
menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan Klien masih tegang
Klien
terlihat
kaku
saat
nafas
dalam
dan
latihan
memukul bantal. Klien belum mampu
memasukkan
ke
dalam
jadwal harian A
:SP 2 ,Pada RPK dengan cara Memukul
Bantal
belum
optimal P
:Pertahankan
SP
2
Klien
RPK Memukul Bantal/kasur. 3.
RPK
Rabu ,
SP 2P Pukul Kasur/ Bantal
22/11/17
1.
S : Klien mengatakan bila marah
Mengevaluasi jadwal
coba melakukan
Pkl. 15.15
kegiatan harian klien
nafas dalam, caranya tarik
(Belibis)
(SP 1)
nafas panjang melalui hidung
Membantu klien
lalu keluarkan
mempraktekkan latihan
perlahanlewat
cara mengontrol
memukul kasur.
2.
tarik
secara mulut.dan
secara fisik 2 (memukul bantal). 3.
O :
Menganjurkan klien
Klien
memasukkan cara
mampu
melakukan
memukul kasur.
mengontrol perilaku
Klien
belum
kekerasan secara fisik
memasukkan
2 ke dalam jadwal
jadwal
kegiatan harian
bantuan perawat A
mampu ke
dalam
harian
: SP 2
dengan
Pada RPK dengan
cara, Memukul Bantal/kasur. P
: Lanjutkan
SP
2
P
pada
RPK dengan cara pukul bantal/ kasur. 4.
RPK
Kamis,
SP 2P Pukul Kasur/ Bantal
S
: Klien
mengatakan
masih
23/11/17
1.
Mengevaluasi jadwal
ingat dengan tarik nafas
Pkl. 15.20
kegiatan harian klien
dalam bila marah.
(Belibis)
(SP 1).
Klien mengatakan bisa
Membantu klien
melakukan atau
mempraktekkan latihan
mempraktekan memukul
2.
3.
cara mengontrol
bantal bila marah.
secara fisik 2
Klien
(memukul bantal).
sepakat jika di coba setiap hari
Menganjurkan klien
sekitar jam 08.00 WITA
memasukkan cara
mengatakan
belum
O :
mengontrol perilaku
Klien
masih
kekerasan secara fisik
melakukan
2 ke dalam jadwal
nafas dalam..
kegiatan harian
ingat
tekhnik
Klien
tarik
mampu
menjelaskan cara praktek pukul bantal / kasur bila marah. Klien
tidak
memasukkan
mampu ke
dalam
jadwal harian. A
: SP 2 Pada RPK dengan cara, dengan
cara pukul bantal/
kasur optimal P
: Lanjutkan SP 3 pada RPK dengan cara sosial/Verbal.
5.
RPK
Jumat,
SP 3P Sosial/ Verbal
24,/11/17
1. Mengevaluasi jadwal
S
: Klien
mengatakan
ingat dengan tarik nafas
Pkl. 10.00
kegiatan harian klien (SP
dalam dan cara pukul
(Belibis)
1 dan 2)
bantal bila marah.
2. Membantu klien mempraktekkan latihan
masih
O :
Klien
masih
ingat
cara
cara mengontrol perilaku
melakukan tekhnik tarik nafas
kekerasan secara verbal
dalam dan pukul
a. Menolak dengan baik
bila marah
b. Meminta dengan baik
c. Mengucapkan dengan baik 3. Menganjurkan klien
Klien terlihat agak kaku
saat
mempraktekkan
latihan
cara mengontrol
perilaku
kekerasan secara
memasukkan cara mengontrol perilaku
bantal
verbal A
: SP 3 Pada RPK dengan cara,
kekerasan ke dalam
mengontrol perilaku
jadwal kegiatan harian.
kekerasan dengan cara
verbal belum optimal P
: Pertahankan SP 3 P pada RPK
mengontrol
kekerasan
perilaku
dengan
cara
verbal. 6.
RPK
Sabtu,
SP 3P Sosial/ Verbal
25/11/17
1. Mengevaluasi jadwal
S: Klien
mengatakan
Pkl. 09.00
kegiatan harian klien
ingat
(Belibis)
(SP 1,2 dan 3)
melakukan
2. Membantu klien
mampu teknik
tarik
nafas dalam dan cara pukul
mempraktekkan latihan cara mengontrol perilaku
dan
masih
bantal bila marah. Klien mengatakan
mencoba
kekerasan secara verbal
untuk meminta dengan baik,
a. Menolak dengan baik
misalnya dengan
b. Meminta dengan baik
menggunakan bahasa “minta
c. Mengucapkan
tolong”
dengan baik
Klien mengatakan
3. Menganjurkan klien
mencoba untuk menolak
memasukkan cara
dengan cara yang baik,
mengontrol perilaku
misalnya dengan
kekerasan ke dalam
menggunakan bahasa
jadwal kegiatan harian
“maaf” O :
Klien masih ingat dan mampu melakukan tekhnik
tarik
nafas dalam dan
pukul
bantal bila marah.
Klien
terlihat
mencoba
mampu
mempraktekkan
latihan
cara
perilaku
kekerasan
verbal seperti
mengontrol secara
menolak dan
meminta dengan baik.
Klien
memasukkan
jadwal
kegiatan harian untuk mempraktekkansecara verbal pada pukul 09.00, dengan bantuan perawat A
: SP 3 Pada RPK dengan cara, mengontrol perilaku kekerasan dengancara
verbal optimal P
: Lanjutkan RPK,
kekerasan spiritual
SP
4
P
mengontrol dengan
pada
perilaku cara
7.
RPK
senin,
SP 4P Spiritual
S
27/11/17
1. Mengevaluasi jadwal
: Klien mengatakan masih
Pkl. 09.00
kegiatan harian klien (SP
ingat dan mampu
(Belibis)
1, 2 dan 3)
melakukan teknik tarik
2. Membantu klien
nafas dalam, cara pukul
mempraktekkan latihan
bantal dan komunikasi
cara mengontrol perilaku
dengan cara yang baik.
kekerasan secara
Klien mengatakan masih
spiritual : sholat dan
ingat untuk melakukan
berdoa
tarik nafas dalam,
3. Menganjurkan klien
memukul bantal dan
memasukkan cara
komunikasi dengan cara
mengontrol perilaku
yang baik setiap hari.
kekerasan secara
Klien kurang tahu dengan baik
spiritual ke dalam jadwal
mengontrol perilaku kekerasan
kegiatan harian
secara
spiritual
:
dengan
berdo. O : Klien masih ingat dan mampu melakukan 3 latihan sebelumnya bila Marah.
Klien belum tahu melakukan berdoat dengan
baik dan
benar A
: SP 4 Pada RPK dengan cara, mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual belum optimal
P
: Pertahankan SP 4 P pada RPK,
mengontrol
kekerasan dengan cara spiritual.
perilak
8.
RPK
Selasa,
SP 5P Patuh Obat
28/12/17
1. Mengevaluasi jadwal
S
: Klien mengatakan masih
Pkl. 09.00
kegiatan harian klien (SP
ingat dan mampu
(Belibis)
1, 2, 3 dan 4)
melakukan
2. Membantu klien
teknik
tarik
nafas dalam, cara pukul
memparktekkan latihan
bantal,komunikasi
cara mengontrol dengan
dengancara yang baik dan
minum obat secara
praktek berdoa bila marah.
teratur:
Klien
a. Menjelaskan
minumobatnya
pentingnya minum
Klien
b. Menjelaskan akibat
kali
mengatakan
tidak
tahu apa nama obat yang
bila minum obat tidak
diminum.
sesuai program
Klien mengatakan
c. Menjelaskan akibat
akibatnya kalau
bila putus obat mendapatkan obat/
dua
sehari obatnya 2 biji.
obat
d. Menjelaskan cara
mengatakan
tahu,
putus
obat O : Klien masih ingat dan mampu
berobat
melakukan teknik tarik nafas
e. Menjelaskan
dalam,
cara
pukul
bantal, praktek
program pengobatan
komunikasi
dan
dengan prinsip 5B
berdoa bila
marah
Klien
agak
bingung
memasukkan waktu
untuk menjelaskan
prinsip
minum obat dalam
5 B.
3. Menganjurkan klien
jadwal kegiatan harian
masih
Klien masih agak bingung cara
mendapatkan obat/ berobat. A
: SP 5 Pada RPK dengan cara, minum obat yang
teratur
belum optimal P
: Pertahankan SP 5 P pada RPK,
dengan
cara
minum
obatyang teratur 10
RPK
Selasa,
SP 5P Patuh Obat
28/11/17
1. Mengevaluasi jadwal
Pkl. 09.00
kegiatan harian klien (SP
(Belibis)
1, 2, 3 dan 4)
S
:
Klien mengatakan masih ingat dan mampu
2. Membantu klien
melakukan
teknik
tarik
memparktekkan latihan
nafas dalam, cara pukul
cara mengontrol dengan
bantal,komunikasi
minum obat secara
dengan cara yang baik dan
teratur:
praktek sholat bila marah.
a. Menjelaskan
Klien mengatakan minum
pentingnya minum
obatnya dua kali sehari
obat
Klien
b. Menjelaskan akibat
mengatakan
obat
yang diminum ada 2
bila minum obat tidak
macam yaitu Obat warna
sesuai program
putih dan kuning namanya
c. Menjelaskan akibat
THD dan.yang 1 saya lupa.
bila putus obat
Klien mengatakan bahwa,
d. Menjelaskan cara
benar
obatnya,
benar
mendapatkan obat/
orangnya, benar dosisnya,
berobat
benar waktunya dan
e. Menjelaskan
benar cara minumnya
program pengobatan
O :
dengan prinsip 5B
Klien masih ingat dan mampu
3. Menganjurkan klien
melakukan teknik
tarik
memasukkan waktu
nafas dalam, cara
pukul
minum obat dalam
bantal, komunikasi
jadwal kegiatan harian
praktek berdoa bila marah.
dan
Klien mampu untuk
menjelaskan prinsip 5 B Klien mampu menjelaskan jenis obat yang diminum A
: SP 5 P pada RPK, dengan cara minum obat yang
teratur
optimal P
: Budayakan SP Klien pada RPK sesuai jadwal latihan yang ada dan lanjutkan ke pertemuan 1 Senam Aerobic dengan topik berdiskusi tentang kejadian penyebab marah klien, yang dilakukan pada hari , 28/11/17 jam 09.00 di ruang TAK Belibis.
11.
RPK
Selasa, 28/11/17
Melaksanakan
S:
intervensi inovasi Senam
Klien
mengatakan
sebelum
Pkl. 10.00
Aerobic low impact
MRS klien sempat mengamuk
(Belibis)
pertemuan I:
dan tidak bisa tidur dirumah.
1. Mendiskusikan bersama
Akibat kejadian itu klien dibwa
klien tentang
keluarga ke RSJ atma husada
- Kejadian yang dialami
mahakam.
klien pada saat ini - Respon
O:
perasaan
dan
perilaku
klien
Klien
mampu
mengikuti
diskusi dengan perawat.
terkait
Klien mampu.
dengan kejadian yang
Mengungkapkan perasaanya.
terjadi
Klien kooperatif
- Hubungan yang
kejadian
dialami
dengan
klien
selama interaksi
perasaan
Lembar
observasi
implementasi
yang dirasakan oleh klien.
dan tenang post
(
RUFA)
petemuan 1 dengan skor 14.
2. Meminta
klien
mengungkapkan
A:
Pertemuan
1
Pada
RPK
kejadian yang dialami,
dengan cara Senam Aerobic
dan perasaan.
low impact tercapai
3. Memberikan pujian atas kemampuan klien.
P:
Lanjutkan ke pertemuan 2 Aerobic low impac dengan yang
dilakukan
pada
hari
Kamis, 30/11/17 jam 09.30 di ruang TAK Belibis. 12.
RPK
Kamis,
Melaksanakan
S:
30/11/17
intervensi inovasi Aerobic
Pkl. 09.00
low impac
(Belibis)
II:
pertemuan
Klien
mengatakan
apa
penyebab
bingung timbulnya
marah tidak jelas
1. Mendiskusikan bersama klien tentang
Keyakinan
yang
mendasari
respon
perasaan
Klien
mengatakan
setelah
diajak
diskusi
dengan
perawat, berpikiran
ini
bahwa klien hanya negatif
tentang
dan
seseorang.. (fakta) sedangkan
perilaku
terhadap
perasaan saya yang sering
kejadian
yang
marah karena saya masih ada
dialami klien.
dendam dengan orang. (opini).
Fakta-fakta
O:
(keyakinan
yang
rasional)
dari
kejadian
yang
mampu
mengikuti
diskusi dengan perawat dan mampu
menyebutkan
dialami tersebut.
ketidaksesuaian
Opini-opini
perasaannya
(keyakinan
yang
kejadian
dialami tersebut.
fakta dan opini.
cara
yang
Klien
kooperatif
dan
tenang selama interaksi.
2. Membantu klien untuk berpikir
Klien mampu menuliskan isi diskusi ke dalam buku kerja.
antara
mengevaluasi
terhadap
yang sebenarnya.
yang
Perbedaan
respon
kejadian dengan kenyataan
tidak rasional) dari
Klien
observasi
implementasi
biasa
dilakukan berupa:
Lembar
(
post RUFA)
petemuan 2 dengan skor 16 A:
Apakah lebih banyak
Apakah
fakta atau opini? dirasakan
Pertemuan 2
Pada RPK dengan
cara Aerobic low impac tercapai
yang
P:
dan
Lanjutkan ke pertemuan
3
dilakukan terhadap
Aerobic low impac dengan
kejadian
perubahan
dengan
sesuai kenyataan
yang
keyakinan
baru
rasional
dan
lebih
(fakta) atau hanya
berlatih perilaku baru yang
opini?
lebih
3. Memberikan pujian atas
rasional
serta
mengevaluasi respon emosi
kemampuan klien.
dan
perilaku
klien,
yang
dilakukan pada hari Sabtu, 2/11/17 jam 09.00 di ruang TAK Belibis. 13.
RPK
Sabtu,
Melaksanakan
02/12/17
intervensi inovasi senam
Pkl. 09.00
Aerobic low impac
mengerti bahwa tindakan
(Belibis)
pertemuan III:
yang ia lakukan terhadap
S:
1. Membantu
untuk
mengubah
keyakinan
Klien
mengatakan
dirinya
mulai
sendiri
Keluarganya
itu
dan tidak
lama yang tidak rasional
sesuai dengan kenyataan
dengan keyakinan baru
yang
sebenarnya
yang lebih rasional.
pada
dirinya,
2. Membantu
klien
hanya
terjadi
bahwa
ia
mengikuti
mengidentifikasi
perasaannya
yang
tidak
perasaan dan perilaku
benar dan hanya mengikuti
baru sebagai efek dari
emosinya
saja, sehingga
perubahan
sebaiknya
ditinggalkan/
keyakinan
yang lebih rasional.
tidak diikuti.
3. Melatih klien melakukan perilaku
Klien
juga
mengatakan
baru
sadar dan mengerti bahwa
berdasarkan perubahan
jika menghadapi kejadian
keyakinan
seperti
yang
lebih
rasional
dalam
menghadapi
yang klien
berfikir/ sesuai
dengan
kenyataannya
mengidentifikasi
karena
dengan cara ini ia tidak
perasaan
setelah
akan menjadi marah dan
melakukan perilaku baru
mengamuk.
berdasarkan perubahan
menjadi
keyakinan
mencoba
yang
lebih
rasional
dalam
dengan
sebuah
Kalaupun emosi,
ia
akan
menahannya melakukan
tarik
nafas dalam yang sudah
kejadian.
dilatih perawat sebelumnya.
5. Memberikan pujian atas
keberhasilan klien 6. Mengevaluasi emosi
akan
berperasaan yang baik saja
kejadian.
menghadapi
lagi
mencoba
sebuah
4. Membantu
itu
dan
setelah senam
Klien mengatakan bisa menahan emosi dengan
respon
berfikir bahwa ibunya
perilaku
baik-baik saja.
Aerobic
Klien mengatakan perasaannya senang dan
low impac
lebih nyaman karena telah diajak belajar cara berfikir yang lebih nyata dan masuk akal sebelum marah. O: Respon emosi berupa: Klien lebih tenang Tidak mudah tersinggung Ekspresi wajah rileks Tidak ada marah-marah lagi Masih ada sedikit rasa jengkel. Merasa lebih aman dan nyaman berada di RSJ dan ditemani perawat. Respon perilaku berupa: Tidak ada perilaku ingin melukai diri sendiri/
orang lain. Tidak ada perilaku ingin merusak lingkungan/ barang Tidak ada mengamuk Tidak ada menentang Tidak ada mengancam Mata tidak melotot. Lembar observasi post implementasi ( RUFA) petemuan 3 dengan skor 24 A: Pertemuan 3 Pada RPK dengan cara senam Aerobic low impac tercapai P:
Lanjutkan
ke
selanjutnya
pertemuan
untuk
senam
Aerobic low impac dengan topik
berdiskusi
tentang
kejadian lainnya yang pernah dialami
klien
penyebab
marah,
sebagai yang
dilakukan pada hari, senin 04/12/17 jam 09.00 diruang TAK
Belibis
selanjutnya
(tindakan telah
didelegasikan ke perawat Ners ruang Belibis.
BAB IV ANALISA SITUASI Pada Bab ini, Penulis Membahas hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.S dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan di Ruang Belibis Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husasa Mahakam Samarinda, pembahasan ini untuk membandingkan teori dengan kenyataan yang ditemui dilapangan. A.
Profil RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda Rumah Sakit Jiwa Pusat Samarinda (RSJP) didirikan pada tahun 1993 diatas tanah seluas 20.157 m2 yang dibiayai oleh kesultanan Kutai dan merupakan Rumah Keperawatan Sakit Jiwa. Pada awalnya RSJP didirikan bersama dengan RumahSakit Umum yang ditetapkan ketua Bestwer College Samarinda. Tanggal 20 April 1949 No. 558/IH-9-Fed, masalah pembiayaan Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Jiwa Samarinda diserahkan oleh kesultanan Kutai dan Kerajaan di Kalimantan Timur. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi Daerah UPTD, Rumah Sakit Jiwa Pusat Samarinda dilimpahkan kepada pemerintah Daerah sesuai surat Menkes No.1732/Menkes-Kesos/XII/2000
tentang
pengalihan
UPTD
keperintahan
Kabupaten/kota dan surat revisi Depkes No. 196/Menkes-sos/III/2001, tanggal 7Maret
2001
tentang
revisi penataan UPTD
kepada pemerintah
provinsi,
pengoperasian Rumah Sakit Jiwa Samarinda dalam tahun 2001 dibawah pemerintah kota Samarinda. Selanjutnya kedudukan Rumah Sakit Atma Husada Mahakam ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gubernur Kaltim No. 16 Tahun 2001 tanggal 24 Desember 2001, tentang pembentukan organisasi dan tata kerja unit pelaksanaan teknis pada dinas-dinas provinsi Kalimantan Timur. Pada tahun 2005 untuk menghilangkan stigma di masyarakat. Rumah Sakit Jiwa Samarinda merubah nama menjadi Rumah Sakit Atma Husada Mahakam dengan surat keputusan Gubernur No. 03 tahun 2005 tanggal 17 Januari tahun 2005. Rumah Sakit Khusus Daerah Atma Husada Mahakam bertujuan untuk memberpelayanan kesehatan jiwa bagi seluruh masyarakat Kaltim yang tersebar di 4 kotamadya dan 10 Kabupaten. Rumah Sakit ini memiliki status akreditasi penuh tingkat lanjut sebagai pengakuan bahwa Rumah Sakit ini telah memenuhi standar pelayanan yang meliputi : Administrasi dan manajemen, pelayanan medis, pelayanan
gawat darurat, pelayanan keperawatan, rekam medis, farmasi, K3 dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit. Adapun layanan unggulan yang diberikan rumah sakit ini adalah klinik berhenti merokok, klinik hipnoterapi, pelayanan rehabilitasi, penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA dan terapi gangguan tidur. Selain itu rumah sakit memberikan beberapa jenis pelayanan seperti pelayanan rawat inap psikiatri, pelayanan rawat jalan psikiatri, pelayanan rawat inap dan rawat jalan psikologi, pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan NAPZA. Rumah Sakit Atma Husada Mahakam Samarinda menyediakan fasilitas rawat inap menjadi beberapa ruang kelasi perawatan yaitu Ruang Pergam (kelas 1 pria), Ruang Tiung (kelas II pria), Ruang Enggang (kelas 1 dan 2 wanita), Ruang Elang (kelas III pria), ruang Gelatik (kelas III pria). Ruang punai (kelas III wanita) dan Ruang Belibis (kelas III pria). Ruang IGD merupakan garda terdepan dalam mengatasi kegawatdaruratan psikiatri. Penanganan yang tepat diawal dapat mempercepat proses penyembuhan klien yang mengalami gangguan jiwa. Observasi klien pertama masuk juga dilakukan di ruang ini dalam 3x24 jam sebelum dipindahkan ke ruang perawatan inap atau bisa juga langsung dipulangkan tanpa rawat inap sesuai dengan hasil observasi dan keadaan klien.
B. Analisis Proses Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian merupakan tahapan pertama dari proses keperawatan yang menjadi dasar dalam merumuskan masalah keperawatan yang dihadapi klien dan untuk selanjutnya menentukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah yang timbul dari pengkajian tersebut.
Penulis akan menguraikan keterkaitan antara landasan teori dengan hasil Praktik Klinik Keperawatan pada klien Tn.S dengan masalah risiko perilaku kekerasan diRuang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda yang dimulai sejak tanggal 20 November sampai 02 Desember 2017. Data pengkajian diperoleh alasan klien masuk rumah sakit adalah klien Gelisah,sering melamun, sering curiga merasa ada orang yang membicarakan dirinya ± 2 minggu terakhir. Pasien kadang berbicara sendiri, sering lari tiba-tiba dan mengamuk sempat memukul keluarganya sehingga,
dari pihak keluarga membawa klien ke RSJD Atma Husada
Mahakam Samarinda untuk mendapatkan perawatan.
Menurut Nasir & Muhith (2011), gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan
ketidakwajaran dalam bertingkah laku, salah
satu contohnya adalah munculnya perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan merupakan salah diekspresikan
dengan
melakukan
satu respon marah yang
ancaman
dan atau merusak lingkungan. Respon
menciderai orang lain,
tersebut
biasanya
muncul
akibat adanya stressor. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun dari kerugian yang ditimbulkan, maka perilaku kekerasan
lingkungan. Melihat penanganan
dampak
pasien
dengan
perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh
tenaga-tenaga profesional (Keliat, Model Keperawatan Profesional Jiwa,2012). Tanda Gejala dari Perilaku Kekerasan adalah muka merah atau tegang, mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah merah
atau
tegang, postur tubuh kaku,
mengatupkan rahang dengan kuat, jalan mondar-mandir (Yosep, 2010). Faktor Predisposisi marah antara lain meliputi;(Struart& Sundeen1998): a.
Faktor biologis : Perilaku agresif disebabkan oleh dorongan kebutuhan dasar yang kuat, contohnya kebutuhan sex yang tidak terpenuhi, pengalaman rasa marah adalah sebagai akibat dari respon psikologis terhadap
stimulus
external, internal, dan
lingkungan contohnya stres masa lampau. b.
Faktor psikologis : Frustasi terjadi mencapai
sesuatu
kedaan yang akan
gagal
bila keinginan individu untuk
sehingga dapat menyebabkan suatu
mendorong
agresif contohnya kehilangan
individu
untuk
pekerjaan, respon
dapat dicapai bila ada fasilitas/ situasi
berprilaku
belajar
yang
yang
mendukung,
kebutuhan yang tidak dipenuhi lewat hal yang positif. c.
Faktor sosial kultural : lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma kebudayaan dapat mendukung
individu untuk bereson asertif/ kasar (agresif), perilaku
agresif dapat dipelajari secara langsung maupun imitasi dari prses sosialisasi contohnya mengejek.
d.
Faktor
prespitasi
:
Secara
umum
unik
atau
tekanan/ancaman yang
external yang berupa serangan fisik
terjadi
karena
adanya
berbeda- beda, stresor kehilangan dan kematian,
stresor internal dapat berupa putus cinta kehilangan pekerjaan dan ketakutan pada penyakit yang diderita. Klien
sebelumnya
sempat dirawat teratur
di
RSJ
pernah
mengalami gangguan jiwa dan
sudah 2 kali sejak tahun 2012, karena tidak
minum obat akhirnya klien kambuh lagi. Klien juga pernah
mengalami penganiayaan fisik selama sakit. Di dalam keluarganya tidak ada yang mengalami
sakit
seperti
klien. Kesimpulan
bahwa tidak
terjadi kesenjangan antara teori dengan pengkajian penulis. Kepatuhan dalam pengobatan dapat diartikan sebagai perilaku klien yang mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis, seperti dokter dan apoteker. Mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satunya adalah kepatuhan dalam minum obat. Hal ini merupakan syarat utama
tercapainya
keberhasilan
pengobatan
yang
dilakukan
(Sugiyarti,2012). Menurut teori (Direja, 2011) sesorang mengalami kekambuhan adalah ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah, stimulus lingkungan,
konflik
interpersonal,
status
mental,
putus
obat,
penyalahgunaan narkoba atau alkohol, ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidak mampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa. Sedangkan pada kasus Tn. S mengalami putus
obat
sehingga klien mengalami
kekambuhan.
Peran
keluarga disini tidak terlaksana dengan baik. Dalam
pengumpulan
data
auto anamneses terhadap klien dan observasi langsung Waber
dan
Kelley
terhadap
penulis menggunakan metode perawat
yang
merawatnya,
penampilan dan perilaku klien. Menurut
(Nanda,2012).
Pemeriksaan
fisik
terdiri
dari
pemeriksaan tanda- tanda vital, kepala,mata, telinga, mulut, leher, dada, abdomen, kulit, dan kuku (Kusyati, 2006). Hasil pemeriksaan fisik yang penulis lakukan pada klien didapatkan data sebagai berikut: pemeriksaan fisik yang penulis dapatkan meliputi tanda-tanda vital klien, dengan
tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 118 kali/menit, Spo2 98%, suhu 36°C, respirasi 20 kali/menit, tinggi badan 176cm, berat badan 74kg, hasil pengkajian fisik tidak ditemukan keluhan pada klien. 2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data pengkajian dan observasi penulis melakukan analisa data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan. Berdasarkan data di
dapatkan dua diagnosa keperawatan yaitu Resiko perilaku kekerasan dan harga diri rendah. Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang paling maladaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman. Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 2010).
Faktor psikologis merupakan salah satu predisposisi atau presipitasi dalam proses terjadinya perilaku agresif/kekerasan. Menurut Stuart (2013) yang termasuk dalam faktor psikologis diantaranya kepribadian, pengalaman masa lalu, konsep diri, dan pertahanan psikologi. Suatu pandangan psikologi tentang
perilaku
agresif
menyatakan
bahwa
pentingnya
faktor
perkembangan atau pengalaman hidup dalam membatasi kemampuan individu seperti harga diri rendah. Menurut (Videbeck, S.L. 2011) pohon masalah pada resiko perilaku kekerasan dapat mengakibatkan klien mengalami kehilangan kontrol pada dirinya, sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka disusun pohon masalah yaitu harga diri rendah sebagai penyebab, resiko perilaku kekerasan sebagai core problem, dan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sebagai efek. Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka disusun pohon masalah yaitu G.Persepsi Sensori Halusinasi :Pendengaran (Causa), Risiko Perilaku Kekerasan ( Core Problem), Risiko Menciderai diri sendiri, lain, dan Lingkungan.
orang
a. Perencanaan Keperawatan Intervensi yang dilakukan pada masalah keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan menggunakan intervensi strategi pelaksanaan (SP) dan ditambah dengan intervensi inovasi Terapi Senam Aerobik Low Impact.
b. Implementasi Keperawatan Strategi
pelaksanaan
(SP)
pada
intervensi
masalah
keperawatan risiko perilaku kekerasan dapat diimplementasi secara keseluruhan kepada Tn.S selama 3 hari, hal ini didukung oleh klien telah kooperatif dalam menerima masukan/ intervensi yang diberikan oleh penulis, begitu juga intervensi inovasi terapi senam Aerobic low impact dapat diaplikasikan kepada klien selama 3 hari dengan sesuai dengan SOP yang telah dibuat. c. Evaluasi Keperawatan Evaluasi
pada
masalah
keperawatan
risiko
perilaku
kekerasan dari tindakan yang penulis lakukan dapat disimpulkan pada hari ke-3 yaitu Sabtu, 02 Desember 2017 masalah risiko perilaku kekerasan teratasi dengan data klien mengatakan masih ingat dan mampu melakukan teknik tarik nafas dalam, cara pukul bantal/kasur, komunikasi dengan cara yang baik dan praktek berdoa bila marah. Klien mengatakan minum obatnya dua kali sehari, klien mengatakan obat yang diminum ada 2 macam yaitu obat warna putih dan Kuning namanya THD dan yang satu saya lupa namanya. Klien mengatakan bahwa benar obatnya, benar orangnya, benar dosisnya, benar waktunya dan benar cara minumnya. Klien masih ingat dan mampu melakukan teknik tarik nafas dalam, cara pukul bantal, komunikasi dan beribadah bila marah. Klien mampu untuk menjelaskan prinsip 5B. Klien mampu menjelaskan jenis obat yang diminum. Berdasarkan evaluasi hasil pada intervensi generalis ini, direncanakan untuk melanjutkan pada pelaksanaan intervensi inovasi terapi senam aerobic low impact
pada hari Senin,4 Desember 2017 jam 09.00 di ruang Belibis dan Tn.S menyetujui kontrak tersebut. 3. Terapi Latihan senam aerobic low impact Pelaksanaan tindakan keperawatan inovasi memberikan senam aerobic low impact pada Tn.S yang dilakukan selama tiga kali dari tanggal 26 sampai 30 November 2017 diruang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda dengan tujuan untuk mengurangi tanda dan gejala perilaku kekerasan berupa respon emosi dan respon perilaku. Berikut ini adalah hasil dari tindakan keperawatan inovasi pemberian terapi senam aerobic low impact : Tabel 4.1 Perbedaan Tanda dan Gejala Resiko Perilaki Kekerasan Pada Respon Emosi dan Perilaku sebelum dan sesudah intervensi inovasi Senam Aerobic Low Impact.
Data Respon
Aspek Penilaian
Pengkajian 20/11/2017
perilaku
verbal
Intervensi Hari ke-3 30/12/2017
Melukai diri sendiri/orang lain
Tidak
Tidak
Merusak lingkungan
Tidak
Tidak
Mengamuk
Tidak
Tidak
Menentang
Ya
Tidak
Mengancam
Tidak
Tidak
Mata melotot
Ya
Tidak
Bicara kasar
Tidak
Tidak
Intonasi tinggi
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Menuntut
Ya
Tidak
Berdebat
Ya
Tidak
Labil
Ya
Ya
Mudah
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Intonasi sedang Menghina orang lain
emosi
Evaluasi
tersinggung Ekspresi tegang
fisik
Marah-marah
Ya
Tidak
Dendam
Ya
Tidak
Merasa tidak aman
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Paandangan tajam
Ya
Tidak
Nafas pendek
Ya
Tidak
Keringat (+)
Ya
Tidak
Tekanan darah meningkat
Ya
Tidak
Tidak
Ya
14
3
Muka merah
Tekanan darah menurun total
Data sebelum intervensi berdasarkan data pengkajian keperawatan di ruang Belibis pada hari senin, 20 november 2017 diperoleh berdasarkan RUFA ada 14 tanda dan gejala dari respon emosi,perilaku,verbal dan fisik yang dialami Tn.S dengan total skor RUFA 16 masuk pada fase intensif II dan setelah diberikan intervensi inovasi Senam Aerobic Low Impact
terdapat hanya 3 dari 11 Tanda
dan gejala sebelum intervensi yang dialami Tn.S Pelaksanaan intervensi inovasi Senam Aerobic Low Impact
dievaluasi pada hari sabtu,30 November 2017 jam
09.15 di ruang Belibis. Dengan hasil evaluasi Intonasi sedang, klien labil, Tekanan darah menurun TD :120/70 mmHg , N : 100x/m (tanda-tanda vital normal), Klien tampak makan diruang makan (tidak menentang lagi), Klien tampak duduk tenang dan nyaman, Klien kooperatif
dan tenang selama
interaksi sampai selesai dan klien sudah merasa lebih aman diruang intermediate II. Lembar observasi (RUFA) petemuan 3 dengan skor 24 masuk pada fase Intensif IIl.
Sama halnya dengan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Nadzla kirana (2014) dengan judul pengaruh terapi senam aerobic low impact pada pasien dengan resiko kekerasan. Dengan bertujuan untuk mengetahui efektifitas senam aerobic low impact pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan di RSJ Tampan Provinsi Riau. Jenis penelitian ini menggunakan Quasi Experimental design with control group. Dengan jumlah sampel sebanyak 34 pasien dengan resiko perilaku kekerasan yang dibagi menjadi 17 orang sebagai kelompok eksperimen dan 17 orang sebagai kelompok kontrol yang diambil menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Alat ukur yang digunakan pada kedua kelompok adalah kuesioner
agression self control yang telah diuji validitas dan reabilitasnya.
Pada kelompok eksperimen diberikan intervensi berupa pemberian senam aerobic low impact tiga kali dalam seminggu selama 2 minggu berturut-turut, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan intervensi. Hasil penelitian ini menunjukkan Implementasi teknik senam aerobic low impact menunjukah bahwa ada pengaruh pada perubahan skor pre-test dan post-test Agression self-control yang lebih besar pada kelompok yang diberikan terapi senam aerobic low-impact. Ho ditolak Ha diterima (p=0,00 < ɑ = 0,05). aerobik merupakan salah satu terapi efektif untuk menyalurkan energi yang bertahan pada pasien jiwa. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan sesuai dengan hasil dari jurnal penelitian di atas. Dan ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian teknik aerobic low impact
senam
terhadap penurunan respon marah pada pasien perilaku
kekerasan di ruang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. Pengaruh Senam Aerobic Low Impact terhadap perubahan perilaku kekerasan
pada
klien
kelolaan
ini
juga
menjadi
dasar
pentingnya
pembahasan lebih lanjut terkait penerapannya menggunakan SOP yang ada. Oleh karena itu perlu dilakukan standarisasi pelaksanaan Senam Aerobic Low Impact berupa Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di Bidang Pelayanan
Keperawatan
RSJD
Atma
Husada
Mahakam
Samarinda.
Penerapan intervensi Senam Aerobic Low Impact sebagai salah satu intervensi pilihan dalam program Pelayanan Keperawatan RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda berupa: 1.
Peningkatan pengetahuan perawat tentang tehnik relaksasi otot progresif
Senam Aerobic Low Impact melalui beberapa kegiatan seperti pelatihan dan sosialisasi tentang tehnikSenam Aerobic Low Impact oleh pakar spesialis keperawatan jiwa.
2.
Pelaksanaan aplikasi Senam Aerobic Low Impact pada beberapa kasus risiko perilaku kekerasan di masing-masing ruang rawat inap sehingga dapat diperoleh evidence based dalam upaya mengembangkan terapi PMR baik pada individu maupun kelompok.
3.
Membuat usulan untuk memasukkan terapi Senam Aerobic Low Impact ke dalam SAK sehingga dapat dibuat Standar Operasional Prosedur (SOP) tehnik Senam Aerobic Low Impact.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dilakukan pada tanggal 20-30 judul pelaksanaan intevensi
November 2017, dengan
Senam Aerobic low impact pada Resiko perilaku
kekerasan dengan asuhan keperawatan resiko perilaku kekerasan di Ruang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. Dari hasil implementasi yang dilakukan terhadap Tn.S maka, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Asuhan keperawatan jiwa dengan pasien Resiko Perilaku Kekerasan di ruang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda didapat 3 masalah keperawatan yang sesuai dengan teori dan kasus yaitu
Risiko Mencidirai diri
sendiri,orang lain,dan lingkungan. (Effect), resiko perilaku kekerasan sebagai care problem, dan G.Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran (Causa). 2.
Sebelum klien dilakukan tindakan senam Aerobic Low Impact diperoleh berdasarkan RUFA ada 14 tanda dan gejala dari respon emosi,perilaku,verbal dan fisik yang dialami Tn.S dengan total skor RUFA 16
masuk pada fase
intensif II 3.
Setelah diberikan intervensi inovasi tindakan senam Aerobic Low Impact terdapat hanya 3 dari 11 tanda dan gejala sebelum intervensi yang dialami Tn.S yakni berbicara dengan intonasi sedang dan labil dengan total skor RUFA 24 masuk pada fase Intensif III.
4. Intervensi inovasi tindakan senam Aerobic Low Impact
menunjukkan bahwa
ada terjadi perubahan perilaku kekerasan dari rentang respon kekerasan (maladaptif) menjadi frustasi sampai asertif (adaptif). Hal tersebut menjadi indikator bahwa terapi tehnik relaksasi otot progresif) dapat merubah perilaku kekerasan dengan masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan.
B. Saran 1. Bagi Bidang Keperawatan Rumah Sakit a. Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dengan penetapan SOP terapi senam aerobic low impact sebagai asuhan keperawatan dengan pendekatan berfikir rasional dapat dilakukan sebagai salah satu terapi penurunan respon emosi dan perilaku klien risiko perilaku kekerasan.
b. Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan perawat tentang senam aerobic low impact melalui beberapa kegiatan seperti pelatihan dan sosialisasi tentang senam aerobic low impact oleh pakar spesialis keperawatan jiwa. 2. Bagi Perawat Perawat dapat menggunakan senam aerobic low impact ini dalam melatih klien dengan risiko perilaku kekerasan untuk penurunan respon emosi dan perilaku. 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan dalam proses belajar mengajar dan menjadi referensi tambahan sehingga dapat menerapkan intervensi inovasi senam aerobic low impact dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan pendekatan berfikir rasional pada klien risiko perilaku kekerasan. 4. Bagi Peneliti Diharapkan dapat melaksanakan aplikasi senam aerobic low impact
pada klien risiko perilaku kekerasan di masing-masing ruang
rawat inap dengan membuat grup terapis sehingga dapat diperoleh evidence based dalam upaya mengembangkan terapi senam aerobic low impact baik pada individu maupun kelompok.
DAFTAR PUSTAKA Dyah. (2009). Pengaruh assertive trainning terhadap perilaku kekerasan pada klien skizoprenia. Tesis. Jakarta. FIK UI. tidak dipublikasikan Fauziah. (2009). Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif Pada Klien Skizoprenia Dengan Perilaku Kekerasan, Tesis. Jakarta. FIK UI. Tidak dipublikasikan Keliat. (2009). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa .Jakarta: EGC Keliat. dkk. (2015). Modul Terapi Keperawatan Jiwa. Depok: Program Ners Spesialis Keperawatan Jiwa FK UI Kemenkes (2016). Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat. Diundupada: http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarg a-dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html Stuart (2013). Principles and Practice of psychiatric nursing. 10th edition. St Louis: Elsevier Mosby Survei Indikator Mutu IRNA. (2017). Data mutu keperawatan Instalasi Rawat Inap periode tahun 2016 dan 2017. Samarinda: RSJD Atma Husada Mahakam Triantoro, dkk. (2009). Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi Aksara Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa
disertai
Penjelasannya.
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 185. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571) Varcarolis, et. al. (2006). Foundations of Psychiatric Mental Health Nursing. 5th Edition. USA: Saunders Elsevier Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Yosep. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
PELAKSANAAN ......................................... Uraian Unit
SP1P
No. Dokumen
RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM
No. Revisi
Halaman 1 dari 12
Disahkan Oleh STANDAR PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL UNIT TERKAIT
1.
Instalasi Rawat Inap
2.
Komite keperawatan
PENGERTIAN
Senam
aerobic
low
impact
merupakan
senam dengan mengandalkan penyaluran energi dan
penyerapan
oksigen
yang
berimbang
sehingga dapat meningkatkan endorphin yang memiliki efek relaksan sehingga dapat mengurangi resiko kekerasan secara efektif (Yulistanti, 2003). PENGERTIAN
Senam
aerobic
low
impact
merupakan
senam dengan mengandalkan penyaluran energi dan
penyerapan
oksigen
yang
berimbang
sehingga dapat meningkatkan endorphin yang memiliki efek relaksan sehingga dapat mengurangi resiko kekerasan secara efektif (Yulistanti, 2003). TUJUAN
1.
Meningkatan kemampuan kapasitas jantung dan paru.
2.
Memperbaiki
sistem
metabolisme
serta
peredaran darah.
MANFAAT
3.
Merileksasikan ketegangan otot.
4.
Memperlancar sirkulasi O2. Orang
yang
melakukan
senam
secara
teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik atau Good physical Fitness. manfaat
senam aerobik adalah : 1.
Dapat membakar lemak yang berlebihan ditubuh, menguatkan daya tahan jantung dan paru-paru, memperbaiki penampilan karena setiap
gerakan
menguatkan, membentuk
yang
dibuat
untuk
mengencangkan otot
beberapa
dan
bagian tubuh
tertentu antara lain pinggul, paha, pinggang, perut, dada, punggung, lengan, kaki, dll. 2.
Jika berlatih dengan intensitas tinggi dapat merupakan suatu program penurunan berat badan.
3.
Jika berlatih dengan “ringan“ terutama yang bertubuh langsing atau kurus, maka akan meningkatkan nafsu makan. Dan jika berlatih dengan “berat“ akan menekan rasa lapar, karena darah banyak beredar didaerah otot yang aktif dan bukan didaerah perut.
4.
Mencegah penyakit menyerang tubuh, karena sistem tubuh dalam keadaan baik, serta bisa menghilangkan kebiasaan buruk misalnya merokok.
5.
Meningkatkan
kelenturan,
keseimbangan,
koordinasi, kontrol tubuh, irama dan sanggup melakukankegiatan-kegiatan
olahraga
lainnya.(Nurul Hasanah,2006). KEBIJAKAN PROSEDUR
A.
B.
Pengkajian 1.
Baca status Klien
2.
Kaji keadaan umum Klien
3.
Pantau perilaku Klien.
Perumusan Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan yang sesuai : Resiko Perilaku Kekerasan.
C.
Fase Pra Interaksi : 1.
Persiapan Terapis / Perawat Mencuci tangan.
2. D.
Kesiapan mental perawat.
Persiapan Klien : Meminta kepada pasien untuk berdiri, melepaskan alas kaki, mememosisikan badan senyaman
mungkin
dan
tidak
saling
bersentuhan dengan anggota tubuh yang lain serta benda yang ada disekitar. E.
Persiapan Lingkungan : Persiapkan Lingkungan yang luas dan nyaman.
F.
Fase Orientasi :
Salam terapeutik 1.
Mengucapkan salam dan memperkenalkan nama
2.
Menanyakan nama lengkap dan panggilan pasien.
Evaluasi / Validasi : 1.
Menanyakan bagaimana perasaan pasien saat ini?
2.
Menanyakan apakah ada kejadian yang menimbulkan
perasaan
jengkel,
yang
dirasakan mengganggu dan ketegangan otot yang dirasakan? Kontrak : 1.
Menjelaskan jumlah sesi petemuan yang harus diikuti yaitu 3 kali pertemuan dalam 1 minggu.
2.
Menjelaskan tentang proses pelaksanaan dari senam aerobic low impact dilakukan selama 20 menit sampai 30 menit.
3.
Tempat
yang
digunakan
ruangan
yang
nyaman dan luas. 4.
Menjelaskan peraturan dalam aerobic low impact berpartisipasi
dan
terapi senam
yaitu pasien diharapkan kerjasamanya
dalam
mengikuti
pertemuan
dari
awal
sampai
selesai. G.
Fase Kerja
Pemanasan 10 Menit. 1.
Atur nafas serileks mungkin sambil arahkan kedua tangan keatas dan kebawah,jalan ditempat hitung 1-7.
2.
Rentangkan kedua tangan remas-remas jari dan jalan ditempat posisi tetap tegap lurus dan angkat kedua tangan kebelakang (silang).
3.
Ulang Kembali dengan arah yang berbeda.
4.
Rentangkan kedua tangan remas-remas jari dan jalan ditempat posisi tetap tegap lurus dan angkat kedua tangan kedepan (silang).
5.
Ulang Kembali dengan arah yang berbeda.
6.
Meminta klien untuk Atur nafas kembali (badan tegap lurus silangkan tangan arahkan belakang dan bawah ) sambil tepuk tangan. (guna merileks kan otot-otot yang tegang.)
7.
Tundukan kepala tangan dipingang hitung 1-7 dan arahkan kepala kekanan dan kekiri (diulang 2x) sambil jalan ditempat.
8.
Tundukan kepala tangan dipingang hitung 1-7 dan arahkan kepala miring kekanan dan kekiri (diulang 2x).
9.
Ataur nafas dalam ,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap.
10. Angkat ke 2 gerakan pundak keatas sambil merentangkan ke 2 tangan hitung 1-7 lalu angkat sebelah kanan / kiri dihitung 1-7. 11. Putar kedua pundak kedepan dan belangan sebanyak 1-7. 12. Ataur nafas dalam ,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap dan Atur nafas serileks mungkin sambil arahkan kedua tangan keatas dan kebawah,jalan ditempat hitung 1-7.
13. Arahkan kedua tangan letakan dipinggang dan melangkah kekanan dan kekiri hitung 1-7, lalu angkat setengah tangan kedepan gerkan dengan hitungan 1-7, arahakan kedua tangan kedepan dengan lurus hitung 1-7 sambil mengepal tangan. 14. Gerakan kedua tangan, sambil menggerakan kedua kaki dengan arah kekiri dan kanan. Atur secara bergantian hitung 1-7 dan diulang 2x. 15. Gerakan kedua tangan putar tangan, sambil menggerakan kedua kaki dengan arah kekiri dan kanan. Atur secara bergantian hitung 1-8 dan diulang 2x. 16. angkat setengah tangan kedepan gerkan dengan
hitungan
dengan
kedua
kanan.arahakan
1-7 kaki kedua
sambil ke tangan
melangkah kiri
dan
kedepan
dengan lurus hitung 1-7 sambil mengepal tangan. Dan diulang 2 x. Gerakan kedua tangan putar tangan,sambil menggerakan kedua kaki dengan arah kekiri dan kanan. Atur secara bergantian hitung 1-7 dan diulang 2x. 17. Ataur nafas dalam serileks mungkin,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap. Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks mungkin sambil arahkan kedua tangan keatas dan kebawah,jalan ditempat hitung 1-7. 18. Silangkan kedua tangan, dan gerakan kaki kearah depan hitung 1-7 dan diulang 3x. 19. Atur nafas dalam serileks mungkin,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap.angkat kedua tangan keatas tekuk lutut kaki, dan gerakan pundak hitung 1-7. 20. Gerakan kedua tangan setengah sambil tekuk
lutut hitung 1-7, dan arahkan tangan ke samping
secara bergantian, ulang 2x.
21. Angkat salah satu kaki kebelakang secara berngantian
dan
silangkan
tangan
menyerupai huruf X hitung 1-7 ulang 2x. 22. Rileksan badan atur nafas dalam, sambil menekuk lutut gerakan tangan kedepan dan ayunkan,belakang,kesamping ulangi 2x. 23. Ataur nafas dalam ,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap dan atur serileks
mungkin.Ayunkan
kedua
tangan
secara bersilang keatas dan kebawah dan angkat tangan keatas menyerupai huruf O (diulang 2 kali). 24. Tekuk
lutut
sebelah
dan
yang
sebelah
luruskan dan tahan menggunakan salah tangan hitung 1-7 diulang 2x. Inti 10 Menit 25. Ayunkan kedua tangan keatas dan kebawah sambil melangkah ke kanan dan kekiri hitung 1-7, lalu letakan kedua tangan dipinggang arahkan badan kekiri dan kanan diulang 2x. 26. Angkat
kaki
sebelah
secara
bergantian
dihitung 1-7 dan diulangi 2x, gerakan tangan keatas secara memutar hitung 1-7. 27. Gerakan tangan secara bersilang, angkat kaki secara bergantian hitung 1-7. ulangi 2x. 28. Ataur nafas dalam serileks mungkin,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap. Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks mungkin sambil arahkan kedua tangan keatas dan kebawah,jalan ditempat hitung 1-7. 29. Gerakan bahu keatas dan kebawah dengan posisi tegap lalu angkat salah satu kaki secara bergantian dan tepuk tangan hitung 1-7 ulang 2x. Atur nafas dalam serileks mungkin,Jalan
ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap. 30. Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks mungkin sambil arahkan kedua tangan keatas dan kebawah,jalan ditempat hitung 1-7. 31. Letakan
kedua
tangan
dipinggang,
lalu
gerakan kaki ke kiri dan kanan setelah itu gerakan tangan secara bersamaan 32. Angkat kekiri
kedua dan
tangan,goyangkan
kekanan,
rileks
kan
pinggul kembali
otot-otot dan atur nafas dalam, setelah itu letakan
kedua
tangan
dipinggang,dan
goyangkan pinggul. Atur nafas dalam serileks mungkin,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap. 33. Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks mungkin sambil arahkan kedua tangan keatas dan kebawah,jalan ditempat hitung 1-7 34. Gerakan 1 tangan keatas yang satu kebawah lalu gerakan badan kekiri dan kekanan hitung 1-7. 35. Angkat kekiri
kedua dan
tangan,goyangkan
kekanan,
rileks
kan
pinggul kembali
otot-otot dan atur nafas dalam, setelah itu letakan
kedua
tangan
dipinggang,dan
goyangkan pinggul. 36. Letakan
kedua
tangan
dipinggang,
lalu
gerakan kaki ke kiri dan kanan setelah itu gerakan tangan secara bersamaan.Atur nafas dalam serileks mungkin,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap Pendinginan 5 Menit 37. Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks mungkin sambil arahkan kedua tangan keatas dan kebawah,jalan ditempat hitung 1-7 38. Angkat tangan menyerupai huruf O angkat setinggi-tinggi nya lalu,angkat tumit turun dan
angkat lakukan 1 sampai 3 kali,tekuk lutut letakan tangan kebelakang sekuat-kuatnya lalu atur nafas kembali sambil melepaskan tangan dan ayunkan. 39. Miringkan badan kekiri dan kekanan,luruskan salah satu tangan ke atas dan tangan yang sebelah lipat di bagian perut, lakukan dengan bergantian.Ataur
nafas
dalam
serileks
mungkin,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap. 40. Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks mungkin sambil arahkan kedua tangan keatas dan kebawah,jalan ditempat hitung 1-7. 41. Ayunkan badan kekiri dan kenan dengan bantuan kaki di tekuk dan tangan di ayunkan keiri dan kekanan lakukan dengan berlahan sambil dikepal tangannya. 42. Ayunkan kedua tangan condongkan badan kearah kedepan dan luruskan kaki. 43. Arahkan salah satu tangan keatas luruskan dan tangan sebelah ke samping lurus dan lutut ditekuk tahan dari hitungan 1-7. 44. Ataur nafas dalam serileks mungkin, dengan posisi badan tegap.Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks mungkin sambil arahkan kedua tangan keatas dan kebawah,jalan ditempat hitung 1-7. 45. Ayunkan badan kekiri dan kenan dengan bantuan kaki di tekuk dan tangan di ayunkan keiri dan kekanan lakukan dengan berlahan sambil dikepal tangannya. 46. Arahkan salah satu tangan keatas luruskan dan tangan sebelah ke samping lurus dan lutut ditekuk tahan dari hitungan 1-7. 47. Putar
pundak
secara
berlahan
lakukan
dengan hitungan 1-7 kearah belakang dan kedepan. 48. Ataur nafas dalam serileks mungkin, dengan
posisi badan tegap.Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks mungkin sambil arahkan kedua tangan keatas dan kebawah,jalan ditempat hitung 1-7. 49. Badan
tegap
lurus,
atur
posisi
serileks
mungkin,gerakan kepala kekiri dan kekanan secara berlahan. 50. Dan sesi terkahir gerakan tangan senyaman mungkin dan berteriak sekencang-kencangya. H.
Fase Terminasi
Evaluasi : 1.
Menanyakan
perasaan
klien
setelah
mengikuti terapi senam aerobic low impact . 2.
Memberikan
reinforcement
positif
atas
kerjasama klien yang baik dan kemampuan klien. Tindak Lanjut : Menganjurkan klien untuk berlatih senam aerobic low-impact saat pikiran yang mengganggu datang meskipun tidak ada terapis ataupun perawat. Kontrak : 1.
Menyepakati topik pertemuan selanjutnya yaitu berlatih gerakan senam aerobic low impact.
2.
Menyepakati
waktu
dan
tempat
untuk
pertemuan selanjutnya. 3.
Mengakhiri pertemuan dengan baik untuk aerobic low impact
saat ini, mengucapkan
hamdalah dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien. 4.
Merapikan peralatan
5.
Mencuci tangan.
Dokumentasi : 1.
Melakukan
evaluasi
kemampuan
dalam mengikuti terapi senam
pasien
aerobic low
impact 2.
Menuliskan hasil evaluasi kemampuan dalam
lembar evaluasi terapi
UNIT TERKAIT
1.
Instalasi Rawat Inap
2.
Komite Keperawatan.
aerobic low impact.
DAFTAR PUSTAKA
Yosep l dan sutin.,T.(2014) Buku Ajar Keperawatan jiwa. Bandung : PT.Refika Aditama Harki Isnuur Akhmad.(2011) Jurnal Ilmiah kesehatan keperawatan banyumas Lamhot.(2014) Senam Pesona Aerobic Low Impact.
LEMBAR OBSERVASI PRILAKU KEKERASAN Tanggal : No
Respon
Sebelum Ya
1.
Perilaku
Melukai sendiri
diri /orang
lain. Merusak lingkungan Mengamuk Menantang Mengancam Mata melotot 2.
Verbal
Bicara kasar Intonasi tinggi Menghina
orang
lain Menuntut Berdebat 3.
Emosi
Labil Mudah tersinggung Ekspresi tegang Marah-marah Dendam Merasa
tidak
aman 4.
Fisik
Muka merah Pandangan tajam Nafas pendek Keringat (+) Tekanan meningkat
darah
Tidak
Sesudah Ya
Tidak
GERAKAN PEMANASAN (10 MENIT) 51. Atur nafas serileks mungkin sambil arahkan kedua tangan keatas dan kebawah,jalan ditempat hitung 1-7.
52. Rentangkan
kedua
tangan
remas-remas jari dan jalan ditempat posisi tetap tegap lurus dan angkat kedua tangan kebelakang (silang).
53. Rentangkan
kedua
tangan
remas-remas jari dan jalan ditempat posisi tetap tegap lurus Lalu tekuk salah satu tangan arahkan kebelakang lalu tangan sebelah menahan sikunya.
54. Meminta
klien
untuk
Atur
nafas
kembali (badan tegap lurus silangkan tangan arahkan belakang dan bawah ) sambil tepuk tangan. (guna merileks kan otot-otot yang tegang.)
55. Tundukan kepala tangan dipingang hitung
1-7
dan
arahkan
kepala
kekanan dan kekiri (diulang 2x) sambil jalan ditempat.
56. arahkan kepala kekanan dan kekiri (diulang 2x) sambil jalan ditempat.
57. Angkat ke 2 gerakan pundak keatas sambil merentangkan ke 2 tangan hitung 1-7 lalu angkat sebelah kanan / kiri dihitung 1-7.
58. Putar kedua pundak kedepan dan belangan sebanyak 1-7.
59. Ataur nafas dalam ,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap dan Atur nafas serileks mungkin sambil arahkan kedua tangan keatas dan kebawah,jalan ditempat hitung 1-7. 60. Arahkan
kedua
tangan
letakan
dipinggang dan melangkah kekanan dan kekiri hitung 1-7, lalu angkat setengah
tangan
kedepan
gerkan
dengan hitungan 1-7, arahakan kedua tangan kedepan dengan lurus hitung 1-7 sambil mengepal tangan.
61. Gerakan
kedua
tangan,
sambil
menggerakan kedua kaki dengan arah kekiri
dan
kanan.
Atur
secara
bergantian hitung 1-7 dan diulang 2x.
62. Gerakan kedua tangan putar tangan, sambil
menggerakan
kedua
kaki
dengan arah kekiri dan kanan. Atur secara bergantian hitung 1-8 dan diulang 2x.
63. angkat
setengah
tangan
kedepan
gerkan dengan hitungan 1-7 sambil melangkah dengan kedua kaki ke kiri dan kanan.arahakan kedua tangan kedepan dengan lurus hitung 1-7 sambil mengepal tangan. Dan diulang 2 x. Gerakan kedua tangan putar tangan,sambil
menggerakan
kedua
kaki dengan arah kekiri dan kanan. Atur secara bergantian hitung 1-7 dan diulang 2x. 64. Ataur
nafas
dalam
serileks
mungkin,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap. Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks kedua
mungkin tangan
sambil
arahkan
keatas
kebawah,jalan ditempat hitung 1-7.
dan
65. Silangkan kedua tangan, dan gerakan kaki kearah depan hitung 1-7 dan diulang 3x.
66. Atur
nafas
dalam
serileks
mungkin,Jalan ditempat dan tepuk tangan
dengan
posisi
badan
tegap.angkat kedua tangan keatas tekuk lutut kaki, dan gerakan pundak hitung 1-7. 67. Gerakan
kedua
tangan
setengah
sambil tekuk lutut hitung 1-7, dan arahkan tangan ke samping
secara
bergantian, ulang 2x.
68. Angkat salah satu kaki kebelakang secara
berngantian
dan
silangkan
tangan menyerupai huruf X hitung 1-7 ulang 2x.
69. Rileksan badan atur nafas dalam, sambil menekuk lutut gerakan tangan atas ayunkan,belakang,kesamping 2x.
dan ulangi
70. Ataur nafas dalam ,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap
dan
mungkin.Ayunkan
atur
serileks
kedua
tangan
secara bersilang keatas dan kebawah dan angkat tangan keatas menyerupai huruf O (diulang 2 kali). 71. Tekuk lutut sebelah dan yang sebelah luruskan dan tahan menggunakan salah tangan hitung 1-7 diulang 2x.
GERAKAN INTI (15 MENIT) 72. Letakan
kedua
tangan
dipinggang
sambil melangkah ke kanan dan kekiri hitung 1-7, lalu letakan kedua tangan dipinggang arahkan badan kekiri dan kanan diulang 2x.
73. Angkat kaki sebelah secara bergantian dihitung 1-7 dan diulangi 2x, gerakan tangan keatas secara memutar hitung 1-7.
74. Gerakan
tangan
secara
bersilang,
angkat kaki secara bergantian hitung 1-7. ulangi 2x.
75. Ataur
nafas
dalam
serileks
mungkin,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap. Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks kedua
mungkin
sambil
tangan
arahkan
keatas
dan
kebawah,jalan ditempat hitung 1-7. 76. Gerakan bahu keatas dan kebawah dengan posisi tegap lalu angkat salah satu kaki secara bergantian dan tepuk tangan hitung 1-7 ulang 2x. Atur
nafas
dalam
mungkin,Jalan ditempat
serileks dan tepuk
tangan dengan posisi badan tegap. 77. Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks kedua
mungkin
sambil
tangan
arahkan
keatas
dan
kebawah,jalan ditempat hitung 1-7.
78. Letakan kedua tangan dipinggang, lalu gerakan kaki ke kiri dan kanan setelah itu gerakan tangan secara bersamaan
79. Angkat
kedua
tangan,goyangkan
pinggul kekiri dan kekanan, rileks kan kembali
otot-otot
dan itu
atur
nafas
letakan
kedua
dalam,
setelah
tangan
dipinggang,dan
goyangkan
pinggul. Atur
nafas
dalam
mungkin,Jalan ditempat
serileks dan tepuk
tangan dengan posisi badan tegap.
80. Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks kedua
mungkin
sambil
tangan
arahkan
keatas
dan
kebawah,jalan ditempat hitung 1-7
81. Gerakan 1 tangan keatas yang satu kebawah lalu gerakan badan kekiri dan kekanan hitung 1-7.
82. Angkat
kedua
tangan,goyangkan
pinggul kekiri dan kekanan, rileks kan kembali
otot-otot
dan itu
atur
nafas
letakan
kedua
dalam,
setelah
tangan
dipinggang,dan
goyangkan
pinggul. 83. Letakan kedua tangan dipinggang, lalu gerakan kaki ke kiri dan kanan setelah itu
gerakan
tangan
secara
bersamaan.Atur nafas dalam serileks mungkin,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap GERAKAN PENDINGINAN (15 MENIT) 84. Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks kedua
mungkin tangan
sambil
arahkan
keatas
kebawah,jalan ditempat hitung 1-7
dan
85. Angkat tangan menyerupai huruf O angkat setinggi-tinggi nya lalu,angkat tumit turun dan angkat lakukan 1 sampai
3
tangan
kebelakang
lalu
atur
kali,tekuk nafas
lutut
letakan
sekuat-kuatnya kembali
sambil
melepaskan tangan dan ayunkan. 86. Miringkan
badan
kekiri
dan
kekanan,luruskan salah satu tangan ke atas dan tangan yang sebelah lipat di
bagian
perut,
lakukan
dengan
bergantian.Ataur nafas dalam serileks mungkin,Jalan ditempat dan tepuk tangan dengan posisi badan tegap. 87. Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks kedua
mungkin tangan
sambil
arahkan
keatas
dan
kebawah,jalan ditempat hitung 1-7.
88. Ayunkan badan kekiri dan kenan dengan bantuan kaki di tekuk dan tangan di ayunkan keiri dan kekanan lakukan
dengan
berlahan
sambil
dikepal tangannya.
89. Ayunkan kedua tangan condongkan badan kearah kedepan dan luruskan kaki.
90. Arahkan salah satu tangan keatas luruskan
dan
tangan
sebelah
ke
samping lurus dan lutut ditekuk tahan dari hitungan 1-7.
91. Ataur nafas dalam serileks mungkin, dengan posisi badan tegap.Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks mungkin sambil arahkan kedua tangan keatas dan kebawah,jalan ditempat hitung 1-7. 92. Ayunkan badan kekiri dan kenan dengan bantuan kaki di tekuk dan tangan di ayunkan keiri dan kekanan lakukan
dengan
berlahan
sambil
dikepal tangannya.
93. Arahkan salah satu tangan keatas luruskan
dan
tangan
sebelah
ke
samping lurus dan lutut ditekuk tahan dari hitungan 1-7.
94. Putar pundak secara berlahan lakukan dengan hitungan 1-7 kearah belakang dan kedepan.
95. Ataur nafas dalam serileks mungkin, dengan posisi badan tegap.Ulangi kembali dengan Atur nafas serileks mungkin sambil arahkan kedua tangan keatas dan kebawah,jalan ditempat
hitung 1-7. 96. Badan tegap lurus, atur posisi serileks mungkin,gerakan kepala kekiri dan kekanan secara berlahan.
97. Dan sesi terkahir gerakan tangan senyaman
mungkin
sekencang-kencangya.
dan
berteriak
PERTEMUAN PERTAMA IMPLEMENTASI SENAM AEROBIC LOW IMPACT
PERTEMUAN PERTAMA IMPLEMENTASI SENAM AEROBIC LOW IMPACT
PERTEMUAN KETIGAIMPLEMENTASI SENAM AEROBIC LOW IMPACT