PDF Kumpulan Sop Praktek Bidan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PELAYANAN ANTE NATAL



IKATAN BIDAN INDONESIA KABUPATEN PRINGSEWU



 No. Dokumen : 001 / SOP / PMB TA / 1 /2021



Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SPO



A. Pengertian B. Tujuan



C. Kebijakan D.



Refrensi



E. Alat dan Bahan



 No. Revisi



:



Halaman



: 1-4



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



TRI AGUSTINA



Pelayanan Kesehatan yang di berikan pada ibu hamil dan selama kehamilannya Sebagai acuan dalam melakukan Pemeriksaan Ante Natal, sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik, melahirkan Bayi sehat dan memperoleh kesehatan yang optimal pada masa nifas dan dapat menyusui dengan baik dan benar Pelayanan antenatal dapat dilakukan oleh seluruh bidan yang  ber Praktek Mandiri dan Bidan Delima Buku Kesehatan Ibu dan anak Persiapan A. Alat  Lennec  Doopler   Meteran Kain Pengukur Tinggi Fundus Uteri  Meteran Pengukur LILA  Selimut  Reflek Hammer   Jarum Suntik Disposible 2,5 ml  Air Hangat  Timbangan Berat Badan Dewasa  Tensimeter air raksa  Stoscope  Bed Obstetri  Spekulum gyne  Lampu halogen/ senter   Kalender kehamilan B. Bahan *. Sarung tangan



S



Page 1



* Kapas steril * Kasa steril * Alkohol 70% * Jelly * Sabun Anti Septik * Wastafel dengan air yang mengalir * Vaksin Td



F. Prosedur



1. Persiapan  Mempersiapkan alat dan bahan medis yang diperlukan  Mempersiapkan bumil dan di persilahkan mengosongkan kandung kemih  Petugas mencuci tangan dengan sabun anti septik dan bilas dengan air mengalir dan keringkan 2. Pelaksanaan a. Anamnese  Riwayat perkawinan  Riwayat penyakit ibu dan keluargta  Status riwayat haid / HPHT  Status Imunisasi ibu saat ini  Kebiasaan ibu  Riwayat persalinan terdahulu Dari anamnese haid tersebut,tentukan usia kehamilan dan buat taksiran persalinan b.



S



Pemeriksaan 1) Pemeriksaan umum  Keadaan umum bumil  Ukur Tinggi badan, dan timbang berat badan (T1 )  Tanda Vital : Tekanan darah, nadi, RR, T ( T2 )  Ukur LILA ( T3 )  Pemeriksaan fisik menyeluruh ( dari kepala sampai ekstermitas ) 2) Pemeriksaan khusus  Umur kehamilan < 20 mgg a) Inspeksi (1) Fundus (2) Hiperpigmentasi ( pada areola mammae, Linnea nigra ) (3) Striae  b) Palpasi (1) Tinggi Fundus Uteri (2) Keadaan Perut c) Auscultasi  Umur Kehamilan > 20 mgg Page 2



a) Inspeksi (1) Tinggi Fundus uteri (2) Hiperpigmentasi dan Striae (3) Keadaan dinding Perut b) Palpasi/ Presentasi janin dan Auscultasi (T4 ) Lakukan pemeriksaan Leopold dan Instruksi kerjanya sebagai berikut : (1) Leopold 1 - Letakkannsisi lateral telunjuk kiri pada  puncak fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus . Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah ( jika diperlukan, fiksasi uterus bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan di bagian lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi dan simfisis. - Angkat jari telunjuk kiri ( dan jari nyang memfiksasiuterus bawah ) kemudian atur  posisi pemeriksa sehingga menghadap ke  bagian kepala ibu - Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian  bayi yang ada pada bagian tersebut dengan  jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara  bergantian. (2) Leopold 2 - Letakkan telapak tangan kiri pada dinding  perut lateral kanan dan telapak tangan kanan  pada dinding perut lateral kiri ibu sejajar dan  pada ketinggian yang sama. - Mulai ke bagian atas, tekan secara  bergantian atau bersamaan telapak tangan kiri dan kanan kemudian geser kearah  bawah dan rasakan adanya bagian yang ratadan memanjang ( punggung ) atau  bagian yang kecil – kecil ( ekstermitas ) (3) Leopold 3 - Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap pada bagian kaki ibu. - Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan kanan pada dinding lateral kanan bawah  perut ibu. Tekan secara lembut bersamaan atau bergantian untuk menentukan bagian  bawah bayi ( bagian keras bulat dan hampir homogen adalah kepala, sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris adalah  bokong. S



Page 3



(4) Leopold 4 - Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada dinding lateral kiri dan kananberada pada tepi atas simifis - Tentukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari  – jari tangan kanan yang meraba dinding bawah uterus. - Perhatikan sudut yang dibentuk olrh jari-jari kiri dan kanan ( konvergen/ divergen ) - Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri  pada bagian terbawah bayi ( bila presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala didekat leher dan bila presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi ) - Fiksasikan bagian tersebut kearah pintu atas  panggul, kemudian letakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untukmmenilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul c. Auscultasi - Pemeriksaan bunyi dan frekwensi jantung  janin Tablet Fe ( T5 ) Imunisasi Td ( T6 ) d. Pemeriksaan tambahan - Tes Laboratorium ( T7 ) rutin : Hb, golongan darah, reduksi urindan protein urin - USG 3. Akhir Pemeriksaan - Buat kesimpulan hasil pemeriksaan. - Buat prognosa dan rencana Tata laksana Kasus ( T8 ) - Catat hasil pemeriksaan pada buku KIA dan status pasien - Temu Wicara / Konseling atau Penyuluhan ( T9 ) yang meliputi : Usia kehamilan, letak janin, posisi janin, taksiran  persalinan, resiko yang ditentukan atau adanya penyakitlain. - Jelaskan untuk kunjungan ulang - Tatalaksana atau mendapatkan Pengobatan( T10 ) - Beri alasan bila pasien rujuk ke rumah sakit C. Unit Terkait



S



KIA dan Laboratorium di Puskesmas



Page 4



ASUHAN PERSALINAN NORMAL IKATAN BIDAN INDONESIA KABUPATEN PRINGSEWU



 No. Dokumen : 02 / SOP / PMB TA / I /2021



Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SPO A. Pengertian



B. Tujuan



C.



Referensi



D. Alat dan Bahan



S



 No. Revisi



:



Halaman



: 5-15



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



TRI AGUSTINA



Proses Pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atu dapat hidup diluar kandungan melalui  jalan lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi Sebagai Pedoman Bidan dalam mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan  bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan kualitas  pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal 1. Buku saku kesehatan ibu 2. Asuhan persalinan normal Persiapan Alat : 1. Persiapan alat perlindungan diri a. Celemek plastik  b. Sepatu boot c. Masker d. Kacamata e. Penutup kepala 2. Persiapan ibu dan bayi a. Handuk 2 buah  b. Alas bokong c. Selimut untuk mrngganti d. Pembalut dan celana dalam e. Pakain ibu f. Kain sarung yang bersih dan kering ( 5 buah ) g. Pakaian bayi, topinya h. Washlap 2 buah 3. Pencegahan infeksi a. 1 buah ember yang berisi air dan deterjen  b. 3 buah tempat sampah tertutup, untuk sampah kering, sampah basah, dan sampah medis c. 1 Wadah larutan DTT untuk membersihkan ibu Page 5



setelah persalinan selesai d. 2 Wadah larutan klorine 0,5 % , untuk membersihkan tempat ibu bersalin dari dan untuk mencelupkan tangan saat melakukan dekontaminasi  pada sarung tangan yang sudah digunakan, dan satunya untuk merendam alat selama 10 menit 4. 2 buah bak instrumen : a. Partus set: 1) 2 pasang handscoen 2) 1 kateter nelaton 3) 2 buah klem koher 4) 1 buah ½ koher 5) 1 gunting episiotomi 6) 1 buah gunting tali pusat 7) Kain kasa secukupnya 8) Pengikat tali pusat/ umbilikal klem,  b. Heacting set 1) 1 pasang handscoen 2) 1 buah dook 3) 1 pinset sirugik 4) 1 gunting benang 5)  Nailpoeder dengan jarumnya ( jarum otot dan  jarum kulit 6) Kain kasa secukupnya 5. 6. 7. 8.



1 kom kapas DTT , 1 kom larutan DTT Spuit 3cc, 1 spuit 1cc, 1 spuit5/10 cc Laenec, korentang, bengkok Alat pemneriksaan TTV : tewnsimeter, dan stateskopnya, thermometer, jam 9. Set infus : cairan RL/D5%, Selang infus, Abocat 16/18 cm , plester 10. Obat – obatan : a. Lidocain  b. Oxitosin c. Ergometrin d. Vit k e. Tetesmata f. Hepatitis B 0 g. Benang untuk menjahit h. Bethadine 11. Tempat plasenta 12. Alat resusitasi a. Meja yang beresih, datar dan keras  b. 1 buah kain untuk mengalas meja c. 1 buah kain untuk mengganjal bahu bayi d. 1 buah kain di gelar diatas perut ibu e. Lampu sorot 60 watt f. Alat penghisap lendir ( bola – bola karet / de lee S



Page 6



g. Balon dengan sungkupnya h. Jam dinding Persiapan lingkungan 1. Tutup sketsel, jendela dan pintu untuk menjaga privasi  pasien 2. Beri penerangan yang cukup untuk memudahkan bidan dalam melakukan tindakan yang akan di lakukan 3. Siapkan tempat tidur pasien , yang memudahkan bidan memberikan pertolongan pada persalinan normal Persiapan pasien 1. Berikan penjelasan tentang prosedur, tujuan dan manfaat 2. Memberitahukan ibu, bahwa bidan akan melakukan  pertolongan persalinan, agar bayi lahir dan ibu melewati proses persalinan dengan normal agar terhindar dari komplikasi 3. Informed concent Memberitahukan ibu untuk mrendantangani surat  pernyataan bahwa ibu bersedia dilakukan pertolongan yang akan dilakukan 4. Bantu klien dalam posisi yang nyaman Dianjurkan ibu pada posisi setengah duduk tidak dianjurkan ibu untuk tidur terlentang Persiapan petugas Mencuci tangan dengan 12 langkah 1.Basahi tangan dengan air mengalir 2. Ratakan sabun ke seluruh permukaan tangan 3. Gosok telapak dengan telapak 4. Gosok telapak kanan di atas punggung telapak kiri dan sebaliknya 5.Gosok telapak dengan jari saling menyilang 6.Gosok bagian belakang jari pada telapak dengan  posisi saling mengunci 7.Gosok jempol dengan gerakan memutar . Kelima jari kanan menguncup dan digosok memutar pada telapak kiri dan sebaliknya 9.Bilas kedua tangan dengan air mengalir 10. Keringkan tangan dengan tisu/handuk bersih dan kering 11. Gunakan tisu/handuk tersebut untuk mematikan keran air, lalu buang tisu/cuci handuk ke tempat sampah yang tersedia 12. Tangan kini sudah bersih E. S



Mengenali Gejala dan Tanda Kala II Persalinan Page 7



1. Mendengar dan melihat tanda Kala II : a.Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi  b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/ vaginanya c.Terlihat perineum menonjol d.Terlihat vulva-vagina dan anus membuka e.Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah per vaginam Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya adalah: a. Pembukaan serviks telah lengkap pada pemeriksaan dalam  b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina Menyiapkan pertolongan persalinan 2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir siap digunakan: a. Klem, gunting, benang tali pusat, siap dalam wadahnya (tidak perlu, hanya disiapkan saja) * penghisap lendir sekarang tidak dipakai lagi, dipakai hanya saat akan resusitasi,  b. Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi Dalam kondisi bersih dan hangat, c. Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termomete Dalam kondisi baik dan bersih, d. Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai di dalam partus set/wadah DTT, e. Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering dan Hangat 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat  penghisap lendir lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi, f.Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu: cairan kristaloid, set infus, set darah. 3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata. 4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan handuk pribadi atau tisu bersih dan kering. 5. Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam. 6. Ambil spuit dengan satu tangan (one hand) yang sudah  bersarung tangan, isi dengan oksitosin 10 unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set/wadah DTT atau steril] tanpa mengontaminasi spuit.



S



Page 8



Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik 1. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT. 2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa  pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi  bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat: kepala sudah masuk ke dalam panggul (H III). Perhatikan cairan ketuban (jernih atau ada mekonium). 3. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan sarung tangandalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya. 4. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk memastikan  bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/mnt. a. . Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal  b. . Dokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua temuan dan asuhan yang diberikan ke dalam  partograf Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Meneran 1.



Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya 2. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat, bantu ibu dalam posisi setengah duduk atau posisi lain yang dinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman, 3. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ingin meneran atau timbul kontraksi yang kuat: a. Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai  b. Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum) Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai. 4. Anjurkan ibu berjongkok atau mengambil posisi yang 5. nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. Persiapan untuk Melahiran Bayi 1. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. 2. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah  bokong ibu. 3. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan. S



Page 9



4. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. Pertolongan untuk melahirkan Bayi 1. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain  bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernapas cepat dan dangkal. 2. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, segera lanjutkan proses kelahiran bayi. Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi. Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua tempat lalu gunting di antaranya. Jangan lupa untuk tetap lindungi leher bayi. 3. Setelah kepala lahir, tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. Membantu Lahirnya Bahu 1. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di  bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai 2. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di  bawah ke arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan yang  berada di atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas. 3. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan  penelusuran tangan yang berada di atas ke punggung,  bokong, tungkai dan kaki bayi. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kedua kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan melingkarkan ibu jari  pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lainnya agar bertemu dengan jari telunjuk). Asuhan Bayi Baru Lahir 4. Perhatikan dan lakukan penilaian segera pada bayi (selintas): Apakah bayi cukup bulan? Apakah bayi menangis kuat dan/ bernafas tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak dengan aktif? Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, bayi mungkin mengalami asfiksia. Segera lakukan resusitasi bayi baru lahir S



Page 10



sambil menghubungi dokter spesialis anak. Bila dokter spesialis anak tidak ada, segera persiapkan rujukan. Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke langkah 26. Pengisapan lendir jalan napas pada bayi tidak dilakukan secara rutin. 5. Keringkan tubuh bayi Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi  baru lahir normal. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk  basah dengan handuk yang kering, dan posisikan tubuh  bayi dalam kondisi aman di perut bagian bawah ibu 6. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada  janin kedua dalam uterus (hamil tunggal). 7. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik. 8. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (intramuscular) di 1/3 distal lateral  paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin). 9. . Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari  pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm  proksimal dari pusar (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan sesegera mungkin). Klem tali  pusat pada titik tersebut kemudian tahan klem ini pada  posisinya, gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama. ( Langkah ini dilewatkan apabila  sebelumnya telah dilakukan pemotongan tali pusat karena lilitan tali pusat pada leher yang ketat ketika kepala bayi telah lahir seluruhnya dan sebelum putaran  paksi). 10. Pemotongan dan pengikatan tali pusat. a. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian gunting tali pusat diantara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi).  b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu Sisi kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi  berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci. c. Lepaskan klem dan masukan kedalam wadah yang telah disediakan d. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan bahan apapun ke puntung tali pusat S



Page 11



11. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala  bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu atau areola mamae untuk inisiasi menyusu dini (IMD). a. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada kepala bayi. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.  b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. c. Sebagian besar bayi akan berhasil malakukan IMD dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusus dari satu payudara d. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu Tata laksana Manajemen Aktif Kala II 12. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva. 13. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas simfisis dan tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat. 14. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali  prosedur diatas.  Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting payudara ibu. 15. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal ternyata diikuti pergeseran tali  pusat ke arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan. a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik secara kuat terutama  bila uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu S



Page 12



alan lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-atas),  b.  jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta, c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat: - Ulangi pemberian oksitosin 10 unit intramuskular, - Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung kemih penuh - Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan, - Ulangi tekanan dorso kranial dan penegangan tali  pusat 15 menit berikutnya  jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual 16. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan  plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar  plasenta sesuai jarum jam hingga selaput ketuban terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum DTT/steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal 17. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual Internal, Kompresi Aorta Abdominalis, Tampon Kondom-Kateter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil/masase. Menilai Perdarahan 1. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan pastikan plasenta telah dilahirkan selaputnya lengkap dan utuh. Masukan plasenta ke S



Page 13



dalam kantung plastic atau tempat khusus. 2. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan  perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan. Prosedur Standar Manajemen Kala IV 3. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. 4. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air  bersih mengalir, keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering. 5. Pastikan kandung kemih kosong. 6. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. 7. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 8. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik 9. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi  bernafas dengan baik (40-60 kali permenit) a. Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk ke rumah sakit  b. Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujuk ke rumah sakit c. Jika kaki bayi teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut. 10. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi. 11. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. 12. Bersihkan badan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah di ranjang atau sekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering 13. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu S



Page 14



minuman dan makanan yang diinginkannya. 14. Dekontaminasi tempat bersalin dengan mengelap memakai larutan klorin 0,5%. 15. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 16. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering 17. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan  pemeriksaan fisik bayi 18. Dalam 1 jam beri salep/tetes mata profilaksis infeksi, vitamin K1 1mg IM di paha kiri bawah lateral,  pemeriksaan fisik bayi baru lahir pernafasan bayi normal 40-60 kali / menit) dan temperature tubuh (normal 36,5 – 37,5° C) setiap 15 menit. 19. Setelah satu jam setelah pemberian vitamin K1,  berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakan bayi dii dalam  jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusui 20. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 21. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering. 22. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang),  periksa tanda vital dan asuhan kala IV •



. Catatan: Pastikan ibu sudah buang air kecil setelah asuhan persalinan selesai.



S



Page 15



PELAYANAN NIFAS



IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



  No. Dokumen : 03 / SOP / PMB TA / I /2021



Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SPO A. Pengertian



B. Tujuan



C.



Referensi



D. Alat dan Bahan



E. Prosedur



S



 No. Revisi



:



Halaman



: 16-17



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



TRI AGUSTINA



Pelayanan perawatan masa nifas yang berlangsung sejak dilahirkannya plasenta dan berakhir setelah rahim kembali normal kira-kira 6 minggu sejak kelahiran ( maternal health ) Sebagai Pedoman Bidan dalam melakukan Pelayann pada ibu nifas dan Agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan selamat dan bayi sehat sehingga menurunkan AKI dan AKB Buku Kesehatan Ibu dan Anak Persiapan Alat : 1. Tensi 2. Stetoskop 3. Sarung Tangan 4. Kom berisi kapas sublimat dan air DTT 5. Bengkok 6. Larutan Klorin 0,5 % 7. Sabun dan handuk tangan 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Beri Salam Persilahkan pasien untuk tidur berbaring Siapkan alat – alat Pemeriksaan tanda – tanda vital ( TD, Nadi, Suhu ) Jelaskan pada ibu tentang pemeriksaan yang dilakukan Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir menggunakan langkah cuci tangan efektif 7. Melakukan Pemeriksaan payudara. Ibu terlentang dengan lengan kiri diatas kepala secara sistematis lakukan perabaan atau raba payudara sampai axila bagian kiri/ kanan, perhatikan apakah ada  benjolan, pembesaran kelenjar atau abses 8. Melakukan pemeriksaan Abdomen a. Lihat apakah ada bekas operasi ( jika baru )  b. Palpasi untuk mendeteksi apakah uterus diatas pubis Page 16



atau tidak c. Palpasi untuk mendeteksi apakah massa atau konsistensi/ otot perut 9. Memeriksa kaki untuk melihat apakah a. Ada varises  b. Adakah warana kemerahan pada betis c. Tulang kering/ kaki untuk melihat oedema  perhatikan tingkat/ derajat oedema jika ada 10. Membantu mengatur posisi untuk pemeriksaan perinium 11. Mengenakan sarung tangan untuk pemeriksaan  perinium 12. Menanyakan tanda- tanda bahaya : a. Kelelahan, sulit tidur  b. Demam c.  Nyeri / perasaan pada waktu buang air kecil d. Sembelit, haemorroid e. Sakit kepala terus menerus,nyeri, bengkak f.  Nyeri abdomen g. Lokhia yang berbau busuk h. Pembengkakan payudara, pembesaran puting atau  puting yang terbelah i. Kesulitan dalam menyusui  j. Perasaan sedih k. Baby blues l. Rabun senja



S



Page 17



PENANGANAN BAYI BARU LAHIR IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



   No. Dokumen : 04 / SOP / PMB TA / I /2021



Tanggal terbit : 13 Januri 2021



SOP



 No. Revisi



:



Halaman



: 18- 19



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



TRI AGUSTINA A. Pengertian B. Tujuan



C. Referensi



D.



Kebijakan



E. Alat dan Bahan



F. Prosedur



S



Asuhan yang diberikan pada Bayi selama jam pertama setelah kelahiran Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya  pernafasan spontan serta mencengah Hypotermi, Pencegahan infeksi, bayi baru lahir tali pusat, Inisiasi menyusu dini (IMD), Pencegahan  perdarahan,  Pemberian imunisasi,  Pemeriksaan  bayi baru lahir 1. Buku Asuhan Persalinan Normal 2. Direktorat Kesehatan Anak Khusus. 2010.  Panduan  Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir  Standar pelanyanan kebidanan tahun 2000 Persiapan Alat : 1. Delee 2. Klem 2 buah 3. Penjepit tali pusat 4. Gelas steril 5. Handuk kering 6. Salep mata 7. Metelin 8. Penimbangan bayi 9. Kartu bayi 10. Pakaian bayi 1 set 11. Topi bayi 12. Vitamin K1 13. Spuit 1 cc 14. HB0 unijeck 1. Menyiapkan alat dan ruangan yang hangat dan bersih 2. Menyiapkan pakaian bayi lengkap, handuk lembut yang  bersih, kain bersih dan kering untuk bayi Page 18



3. Menyiapkan obat tetes mata / salep mata 4. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih 5. Segera setelah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas. Bila bayi tidak menangis, cepat bersihkan jalan nafas dengan delee, jika tetap tidak menangis segera lakukan tindakan sesuai standar : penanganan asfiksia pada bayi  baru lahir 6. Segera keringkan bayi dengan handuk kering, bersih,dan hangat. Kemudian pakaikan kain kering yang hangat,berikan bayi kepada ibunya untuk didekap di dadanya melakukan Inisiasi Menyusu Dini ( IMD )  paling sedikit 1 jam 7. Jaga agar bayi tetap hangat ( berikan tutup kepala untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh 8. Memotong dan mengikat tali pusat 9. Memeriksa tali pusat yang dipotong untuk memastikan tidak ada perdarahan 10. Lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, beri zalf mata antibiotik profilaksis, dam vitamin K 1 1 mg intramuskuler di paha kiri anteriolateral setelah 1 jam kontak kulit ibu bayi. 11. . Berikan suntikan imunisasi hepatitis B setelah 1 jam  pemberian vitamin K1 di paha kanan anteriolateral. 12. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktuwaktu bisa disusukan .



S



Page 19



PELAYANAN KB ( PENCABUTAN AKDR ) IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



   No. Dokumen : 05 / SOP / PMB TA / I /2021



Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SPO



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



 No. Revisi : Halaman : 20- 21



A. Pengertian B. Tujuan C.



Referensi



D. Alat dan Bahan



E. Prosedur



TRI AGUSTINA



Mengeluarkan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR ) dari seorang akseptor Agar klien bisa kembali hamil atau ingin mengganti metode kontrasepsi yang lain Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi Persiapan Klien dan alat 1. Sarung tangan DTT 1 pasang 2. Spekulum vagina 3. Kasa DTT 4. Air DTT 5. Penjepit benang IUD 6. Betadin 7. Tempat sampah medis 1. Konseling Pra pencabutan a. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda  b. Tanyakan tujuan kunjungan c. Tanyakan apa alasan mencabut AKDR tersebut dan  jawab pertanyaannya d. Tanyakan tujuan Reproduksi ( KB ) selanjutnya ( apakah ingin mengatur jarak kehamilan atau membatasi jumlah anaknya ) e. Jelaskan proses pencabutan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat proses pencabutan dan setelah  pencabutan 2.



S



Tindakan Pra Pencabutan a. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci genetalia dengan menggunakan air dan sabun  b. Bantu klien naik ke meja pemeriksaan Page 20



c. Cuci tangan secara efektif d. Pakai sarung tangan DTT Yang baru e. Atur penempatan peralatan dan bahan – bahan yang akan di pakai dalam wadah steril atau DTT 3.



Produser Pencabutan a. Lakukan pemeriksaan bimanual  b. Bersih kan vagina dengan air DTT, pasang spekulum vagina untuk melihat serviks, c. Jepit benang yang dekat serviks dengan klem d. Tarik keluar benang secara mantap tetapi hati – hati untuk mengeluarkan AKDR e. Tunjukan AKDR tersebut pada klien kemudian rendam dalam larutan cklorin 0,5 % f. Keluarkan spekulum dengan hati – hati 4. Tindakan pasca pencabutan a. Rendam semua peralatan yang sudah di pakai dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit untuk dekontaminasi  b. Buang bahan – bahan yang sudah tidak di pakai lagi ke tempat yang sudah disediakan c. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 %, kemudian lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut. d. Cuci tangan dengan efektif e. Amati selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang 5. Konseling pasca pencabutan a. Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah  b. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah di berikan c. Jawab semua pertanyaan klien d. Ulangi kembali keterangan tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan resiko keuntungan dari masing – masing alat kontrasepsi bila klien ingin tetap mengatur jarak kehamilan atau ingin membatasi jumlah anaknya e. Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi sementara sampai klien memutuskan alat kontrasepsi baru yang akan di pakai f. Buat rekam medik tentang pencabutan AKDR



S



Page 21



PELAYANAN KB ( PEMASANGAN AKBK ) IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



    No. Dokumen : 06 / SOP / PMB TA / I /2021 Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SPO



 No. Revisi : Halama



A. Pengertian



B. Tujuan C.



Referensi



D. Alat dan Bahan



S



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



: 22 – 24



TRI AGUSTINA



Melakukan Pemasangan Alat Kontrasepsi Hormonal jangka  panjang yang dipasang dibawah kulit untuk mencegah kehamilan Agar dapat melakukan pemasangan AKBK sesuai standar agar tidak terjadi komplikasi Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi 1. Persiapan alat : a. Tensi  b. Statescope c. Tempat tidur periksa d. Alat penyangga lengan ( tambahan ) e. Perlak dan pengalas f. Bak instrumen yang berisi: - 1 pasang hand schoen steril - Kasa steril / doek - Kom steril g. Batang norpaln/implanon ( 2 buah ) dalam kantong atau implant set h. Kom berisi bethadine i. Anastesi lokal konsentrasi 1%  j. Efinefrin untuk rekatan anafilaktik k. Spuit 5cc dan jarum no 22 l. Trokat no 10 m. Skapel no 11/ 15 n. Plaster/ band aid o. Klem penjepit  p. Pingset q. Bengkok larutan klorine 5 % r. Sabun dan handuk tangan 2. Persiapan pasien a. Pastikan klien benar  –  benar memilih metode Page 22



E. Prosedur



S



kontrasepsi implan sebagai pilihannya ( Infrorm consent )  b. Jelaskan pada klien prosedur yang akan di lakukan c. Mempersilahkan pasien untuk mengajukan  pertanyaan bila kurang mengerti d. Sampaikan pada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah waktu  pemasangan dan nanti kan diberitahu bila sampai  pada langkah – langkah tersebut e. Minta klien untuk mencuci daerah yang akan di  pasang implan 1. Mekanisme kerja g. Memberi salam kepada klien dan sapa dengan ramah dan hangat h. Dekatkan alat – alat dekat pasien - Alat alat untuk pemeriksaan fisik dan  pemasangan implant - Siapkan ruangan dengan cahaya yang cukup i. Pasang sampiran  j. Cuci tangan di bawah air mengalir dengan sabun dan keringkan dengan handuk k. Timbang berat badan klien l. Ukur tekanan darah m. Lakukan pemeriksaan payudara, ajarinklie cara memeriksa payudara sendiri n. Letakkan perlak dan alas perlak pada bagian bawah lengan o. Tentukan tempat pemasangan yang optimal : - 8 cm dari atas lipatan siku - Gunakan pola dan spidol untuk menandai tempat insisi  p. Siapkan batang implant - Buka bungkus steril tanpa menyentuhnya - Letakkan pada kom steril 2. Pemasangan Implant a. Atur alat dan bahan sehingga mudah dicapai  b. Pakai sarung tangan steril c. Hitung jumlah kapsul untuk memastikan jumlahnya d. Persiapkan tempat insisi dengan larutan anti septik - Gunakan klem steril untuk memegang kasa  berantiseptik - Mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi keluar dengan gerakan melingkar sekitar 8 – 13 cm dan biarkan kering sekitar 2 menit e. Pasang doek bolong steril f. Pastikan pasien tidak alergi terhadap anastesi - Lakukan anastesi lokal - Masukkan jarum tepat dibawah kulit pada tempat insisi Page 23



-



Pastikan tidak masuk dalam pembuluh darah Tanpa memindahkan jarum masukkan kebawah kulit sekitar 4 cm - Suntikkan masing – masing 1cc diantara pola  pemasangan 1 & 2 g. Uji efek anastesinya h. Buat insisi dangkal sekitar2 mm dengan skapel i. Sambil mengangkat kulit, tusuk trokart dan  pendorongnya sampai batas tanda 1 dekat pangkal trokart  j. Tarik pendorong keluar k. Masukkan kapsul implan kedalam trokart dengan tangan atau lengan pingset l. Masukkan kembali pendorong dan dorong kapsul sampai ada tekanan m. Tarik trokart danpendorongnya bersama – sama sampai batas ujung trokart - Ujung trokart harus tetap bertada di bawah kulit n. Fiksasi ujung kapsul implan yang telah di pasang o. Arahkan ujung trokart untuk memasang kapsul  berikutnya sesuai dengan pola  p. Cabut trokart setelah kapsul terakhir di pasang q. Raba kapsul untuk mengetahui dua kapsul implant telah terpasang denagnn deretan seperti kipas r. Periksa daerah insisi untuk mengetahui seluruh kapsul berada jauh dari insisi s. Dekatkan ujung – ujung insisi t. Pasang plaster/ baind aid pada luka insisi 3. Tindakan Pasca Pemasangan a. Buang bahan – bahan habis pakai yang terkontaminasi  b. Rendam seluruh peralatan yang sudah terpakai dengan larutan klorine 0,5 % 10 menit c. Cuci tangan dengan larutan chlorine 0,5 %, kemudian lepaskan sarung tangan dalam posisi terbalik 4. Konseling Pasca Tindakan a. Lengkap rekam medik  b. Minta klien menunggu selama 15 – 20 menit setelah pemasangan c. Berikan petunjuk pada klien tentang perawatan luka insisi di rumah d. Bila terdapat tanda – tanda infeksi segera kembali e. Yakinkan bahwa klien dapat datang setiap saat bila memerlukan konsultasi



S



Page 24



PELAYANAN KB ( PEMBERIAN SUNTIK ) IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



     No. Dokumen : 07 / SOP / PMB TA / I /2021



Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SPO



A. Pengertian B. Tujuan C.



Referensi



D. Alat dan Bahan



E. Prosedur



S



 No. Revisi



:



Halaman 25 – 26



:



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



TRI AGUSTINA



Melakukan Penyuntikan secara Instramuskulair di bokong (otot gluteal ) untuk mencegah kehamilan Sebagai pedoman kerja petugas dalam memberikan pelayanan KB suntik di aparaktek Mandiri Bidan Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi Persiapan alat : s. Tensi t. Statescop u. Spuit 3cc/ 5cc v. Alkohol Kapas untuk injeksi w. Depo 3cc,1 cc dan 0,5 cc F. Sapa klien dengan ramah G. Melakukan anamnese klien, pengkajian data klien dan  pengisdian kartu KB Dan Register H. Melakukan konseling/ penyuluhan tentang efek samping KB suntik I. Melakukan pemeriksaan : a. Mengukur berat badan  b. Mengukur tekanan darah c. Melakukan pemeriksaan khusus :  Mata : warna sklera  Payudara : ada benjolan  Leher : kelainan thyroid  Perut : pembesaran uterus  Ekstermitas : varices J. Memberiakn suntikan a. Petugas cuci tangan dengan sabun dan air mengalir  b. Menyiapkan alat dan obat suntik c. Gunakan alat suntik sekali pakai yang baru untuk setiap suntikan, pastikan pembungkus alat suntik Page 25



tersebut tidak robek atau rusak Pakai flakon dosis tunggal, kocok vial dengan lembut, gunakan jarum steril tidak perlu mengusap dengan alkohol Sedot dari vial sampai habis, keluarkan udara Lakukan antiseptik dengan kapas alkohol pada lokasi yang akan di suntik Tusukkan jarum steril ke bokong ( otot gluteal  bagian luar atas )secara intramuskuler Jangna mengyusap area suntikan dan minta klien untuk tidak mengurut bekas tempat suntikan Buang alat suntikan dengan benar setealah menyuntik jangan memasang tutup jarum kembali langsung masukan ke wa ( sefaty bok )  j.Petugas cuci tangan dengan sabun dan air mengalir k.Petugas menyerahkan kartu KB yang telah diisi dan disampaikan jadwal kunjungan kembali kepada klien



S



Page 26



PELAYANAN KB ( PEMBERIAN KONTRASEPSI PIL KOMBINASI ) IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



 No. Dokumen : 08 / SOP / PMB TA / I /2021



Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SOP



A. Pengertian



B. Tujuan C. D.



Referensi Alat dan Bahan



E. Prosedur



S



 No. Revisi



:



Halaman 27 – 28



:



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



TRI AGUSTINA



Alat kontrasepsi yang berbentuk pil yang mengandung hormon aktif estrogen dan protestan, yang fungsi utamanya menekan ovulasi dan mengentalkan lendir servik sehingga sulit di lalui oleh sperma Untuk mengatur jarak kehamilan dan membatasi jumlah kelahiran Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi Persiapan Klien dan persiapan pil KB F. Konseling awal dan onseling metode khusus G. Instruksi pada klien Tunjukkan cara mengeluarkan pil dari kemasannyua dan ikuti panah yang menunjukj deretan berikut a. Sebaiknya pil di minum setiap hari, lebih baik pada waktu yang sama  b. Pil yang pertama di mulai pada hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid c. Sangat dianjurkan penggunannya pada hari pertama haid d. Bila paket habis ( 28 tablet ), sebaiknya mulai minum pil dari paket baru e. Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan, ambilah pil laain atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain f. Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24  jam, maka bila keadaan memungkinkan dan tidak memperburuk keadaam klien, pil dapat di teruskan g. Bila muntah ataun diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa h. Bila lupa minum pil ( hari 1 – 2 ), sebaiknya minum Page 27



 pil itu segera setelah ingat, walaupun harus minum 2  pil pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih ( hari 1 – 21 ) sebaik i.Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan



S



Page 28



PELAYANAN KB ( PEMASANGAN AKDR ) IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



No. Dokumen : 09 / SOP / PMB TA / I /2021



Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SPO



 No. Revisi : Halaman



A. Pengertian



B. Tujuan C.



Referensi



D. Alat dan Bahan



E. Prosedur



S



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



: 29 - 32



TRI AGUSTINA



Melakukan Pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR ) yang di pasang di dalam rahim untuk mencegah kehamilan Agar dapat melakukan pemasangan AKDR sesuai standar agar tidak terjadi komplikasi Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi Persiapan Klien dan alat a. Sarung tangan DTT 2 pasang  b. Spekulum vagina c. Gunting benang 4 Tenakulum 23. Klem panjang 24. Sonde Uterus 25. Kasa steril 26. Kom kecil 27. Alat -alat PI 28. Betadin 29. Tempat sampah medis a. Konseling awal  b. Sapa klien dengan ramah dan perkenaikan diri anda dan tanyakan tujuan kedatangannya c. Berikan informasi umum tentang KB d. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan keuntungan, keterbatasan dan jenis – jenis kontrasepsi - Tunjukkan dimana dan bagaimana alkon tersebut di gunakan - Jelaskan bagaimana cara kerja alkon tersebut - Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yangb mungkin akan dialami Page 29



-



Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami oleh klien e. Lakukan Anamnese klien secara lengkap dan cermat termasuk riwayat kesehatan reproduksinya untuk memastikan tidak ada masalah kesehatan untuk menggunakan AKDR f. Pemeriksaan panggul - Pastikan klien sudah Mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci area genetalia dengan menggunakan sabun dan air - Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, keringkan dengan kain bersih - Bantu klien untuk naik ke meja pemeriksaan - Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri,  benjolan atau kelainan lainnya di daerah supra  publik - Kenakan kain penutup klien untuk pemeriksaan  panggul - Atur arah sumber cahanya untuk melihat serviks - Pakai Sarung tangan DTT - Atur penempatan peralatan dan bahan – bahan yang akan digunakan dalam wadah steril atau DTT - Lakukan inspeksi pada genetalia eksternal - Palpasi kelenjar skiene dan bartholin, amat adanya nyeri atau duh ( discharge ) vagina - Masukkan speculum vagina - Lakukan pemeriksaan inspekulo 1) Periksa adanya lesi ataukeputihan pada vagina 2) Inspeksi serviks - Keluarkan speculum dengan hati hati dan letakkan kembali pada tempat semula dengan tidak menyentuh peralatan yang belum digunakan - Lakukan pemeriksaan bimanual : 1) Pastikan gerakan serviks bebas 2) Tentukan besar dan posisi uterus 3) Pastikan tidak ada kehamilan 4) Pastikan tidak ada infeksi atu tumor pada adneksa - Lakukan pemeriksaan rektovaginal ( adanya tumor  pada cavum douglas ) - Celupkan proses dan bersihkan sarung tangan dan larutan klorin 0,5%, kemudian buka secara terbalik dan rendam dalam klorin g. Tindakan Pra Pemasangan a. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klienrasakan pada saat proses pemasangan dan  persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan  b. Masukkan lengan AKDR Cu T380 A didalam kemasan sterilnya : - Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat S



Page 30



kebelakang - Masukkan perndorong ke dalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak steril - Letakkan kemasan pada tempat yang datar - Selipkan karton pengukur di bawah lengan AKDR - Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan sehingga lengan akan melipat - Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter dari bawah lipatan lengan - Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan AKDR yang sudah terlipat tersebut kedalam tabung inserter h. Prosedur Pemasangan AKDR a. Pakai sarung tangan steril DTT yang baru  b. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks c. Usap vagina dan serviks dengan larutan anti septik 2 sampai 3 kali d. Jepit serviks dengan tenakulumsecara hati hati e. Masukkan sonde uterus dengan tehnik tidak menyentuh / masukkan sonde kedalam kavum uteri sekali masuk tanpa menyentuh dinding vagian maupun bibir spekulum f. Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde g. Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada didalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung inserter, kemudian buka seluruh plastik penutup kemasan h. Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril, hati – hati  jangan sampai pendorongnya terdorong i. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dengan  posisi horizontal ( sejajar lengan AKDR ), sementara melakukan tarikan hati – hati pada tenakulum, masukkan tabung inserter kedalam uterus sampai leher biru menyentuhserviks atau sampai terasa adanya tahanan.  j. Pegang serta tahantenakulum dan pendorong dengan sarung tangan k. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan tehnik withdrawal yaitu menarik keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong l. Keluarkan pendorong kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa adanya tahanan m. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting S



Page 31



 benang AKDR kurang lebih 3 – 4 cm n. Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah terkontaminasi o. Lepaskan tenakulum dengan hati – hati rendam dalam larutan klorin 0,5%  p. Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat  bekas jepitan tenakulum, tekan dengan kasa selama 30 – 60 detik q. Keluarkan spekulum dengan hati – hati, rendam dalam larutan klori 0,5 % i. Tindakan pasca pemasangan a. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5 % selam 10 menit untuk dekontaminasi.  b. Buang bahan- bahan yang sudah tidak terpakai lagi ketempat yang sudah di sediakan c. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 %, kemudian lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut d. Cuci tangan dengan efektif ( 12 langkah ) e. Amati selama 15 menit sebelum memperbolehkan lkien pulang  j. Konseling pasca pemasangan q. Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri  benamg AKDR dan kapan harus dilakukan r. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping s. Beritahun klien kapam harus datang kembali untuk kontrol t. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380 A adalah 10 tahun u. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang setiap saat  bila mmerlukan konsultasi, pemeriksaan medis atau menginginkan AKDR tersebut di cabut v. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah di berikan w. Lengkapi rekam medic dan kartu AKDR untuk klien



S



Page 32



PELAYANAN KB ( PENCABUTAN AKBK ) IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



  No. Dokumen : 10 / SOP / PMB TA / I /2021



Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SOP



 No. Revisi : Halaman



A.



Pengertian



B. Tujuan C.



Referensi



: 33 - 35



TRI AGUSTINA



Melakukan Pencabutan Alat Kontrasepsi bawah kulit Agar Petugas dapat melakukan pencabutan standar agar tidak terjadi komplikasi



AKBK



sesuai



Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi



D. Alat dan Bahan a.  b. c. d. e. f. g. h. i.  j. k. l. m. n.



a.  b. c. d. S



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



a. Persiapan alat : Meja periksa untuk tempat tidur klien Penyangga lengan atau meja samping Sabun untuk mencuci tangan Kain penutup operasi steril ( bersih ) yang kering Tiga mangkok steril / DTT Sepasang sarung tangan steril / DTT Larutan anti septik Anastesi lokal Spuit ( 5 atau 10 ml ) dan jarum suntik panjang 2,5 – 4 cm ( no 22 ) Skapel no 11 Klem lengkung dan lurus ( mosquito dan cile ) Band aid atau kasa steril dengan plaster Kasa pembalut Epinefrin untuk syok anapfilaktik ( harus tersedia untuk keadaan darurat  b. Persiapan Klien Persilahkan klien untuk mencuci seluruh lengan dan tangan dengan sabun dan air mengalir Tutup tempat tidur klien dengan kain yang bersih dan kering Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang yang terpasang implant Raba kapsul untuk menentukan lokasinya Page 33



E. Prosedur



e. Pastikan posisi dari setiap kapsul dengan membuat tanda pada kedua ujung setiap kapsul dengan menggunakan spidol. f. Siapkan tempat alat alat , dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat – alat di dalamnya 3. Tindakan sebelum pencabutan a. Cuci tangan di bawah air mengalir dengan sabun dan keringkan dengan handuk  b. Pakai sarung tangan steril /DTT c. Atur alat dan bahan sehingga mudah dicapai d. Usap tempat pencabutan dengan kasa beranti septik, gunakan klem steril atau DTT untuk mnemegang kasa tersebut. e. Gunakan doek bolong untuk menutupi lengan f. Sekali lagi raba seluruh kapsul untuk menentukan lokasinya g. Setelah memastikan klien tidak alergi terhadap obat anastesi, isi alat suntuk dengan 3 ml obat anastesi h. Tindakan pencabutan kapsul 1. Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak yang sama dari ujung bawah semua kapsul ( dekat siku ), kira – kira 5 mm dari ujung bawah kapsul 2. Pada lokasi yang sudah di pilih, buat insisi melintang yang kecil +_4 mmdengan menggunakan scalpel 3. Mulai mencabut kapsul yang mudah di raba dari luar atau yang terdekat luka insisi 4. Masukkan klem lengkung melalui luka insisi lengkungan jepitan mengarah ke kulit 5. Dorong ujung kapsul pertama se dekat mungkin pada luka insisi 6. Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul 7. Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem ke dua 8. Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah di cabut i.



S



Tindakan Pasca Pencabutan 1. Menutup luka insisi, bila klien tidak ingin menggunakan implat lagi, bersihkan tempat insisi dan sekitarnya dengan menggunakan kasa ber antiseptik 2. Dekatkan kedua tepi luka insisis kemudian tutup dengan band aid 3. Buang bahan – bahan habis pakai yang terkontaminasi 4. Rendam seluruh peralatan yang sudah terpakai dengan larutan chlorine 0,5%, selama 10 menit Page 34



5.Cuci tangan dengan larutan chlorine 0,5% kemudian lepaskan sarung tangan dalam posisi terbalik  j.Konseling Pasca Tindakan Lengkap rekam medik Beri tahu klien mungkin akan timbul memar,  pembengkakan dan kulit kemerahan, pada daerah  pencabutan selama beberapa hari, keadaan ini normal Berikan petunjuk pada klien tentang perawatan luka insisi di rumahan i.Klien tetap segera melakukan pekerjaan rutin  j.Bila terdapat tanda – tanda infeksi segera kembali Yakinkan bahwa klien dapat datang setiap saat bila memerlukan konsultasi Beritahu klien bahwa jaringan ikat di lengan mungkin masih tetap terasa dan akan menghilang setelah beberapa bulan



S



Page 35



PENANGANAN PRE EKLAMSI RINGAN/ BERAT DAN EKLAMSI IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



No. Dokumen : 11 / SOP / PMB TA / I /2021



Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SOP A. Pengertian



B. Tujuan



C. Referensi D. Alat dan Bahan



 No. Revisi



:



Halaman



: 36 -38



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



TRI AGUSTINA



Penyakit dengan tanda  –  tanda hipertensi, protein uria dan oedema yang timbul karena kehamilan dan terjadi pada triwulan ke 3 kehamilan Sebagai acuan Bidan dalam melakukan Penatalaksanaan pada kasuss pre eklamsi ringan, pre eklamsi berat, dan eklamsi 1. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah 2. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklamsi 3. Mengatasi atau menurunkan resiko janin ( solusio placenta,  pertumbuhan janin terhambat, hipoksi sampai kematian  janin ) 4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui  bahwa resiko janin atau ibu akan lebuh berat jika  persalinan di tunda lebih lama Buku saku pelayan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan Persiapan Alat : 1. Tensi 2. Stetoskop 3. Reflek patella 4. Sudip lidah



E. Penatalaksanaan



Tatalaksana umum Ibu hamil dengan Pre eklamsi harus segera di rujuk ke rumah sakit 1. Pre eklampsia Ringan Pada Pre eklampsia ringan penanganan simptomatis dan  berobat jalan dengan memberikan



S



Page 36



a. Sedativa ringan  b. Obat penunjang c. Nasehat 1)Lebih banyak istirahat baring penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang membawa darah ke  jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar. 2) Segera datang memeriksakan diri, bila tedapat gejala sakit kepala, mata kabur, edema mendadak atau berat badan naik. Pernafasan semakin sesak, nyeri ulu hati, kesadaran makin berkurang, gerak janin berkurang, pengeluaran urin berkurang. 3) jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat. Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita - Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih - Protein dalam urin 1 plus atau lebih - Kenaikan berat badan ½ kg atau lebih dalam seminggu - Edema bertambah dengan mendadak - Terdapat gejala dan keluhan subjektif 2. Pre eklampsia Berat dan Eklamsi Pencegahan dan tatalaksana kejang a.



Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas, pernafasan ( oksigen ) dan sirkulasi ( cairan intra vena )



 b. MGSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklamsi ( sebagai tatalaksana kejang ), dan pre eklamsi  berat ( sebagai pencegahan kejang ) c.



Pada kondisi dimana MGSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis awal, lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.



d. Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dansegera kirim ibu ke ruang ICU ( bila tersedia ) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif Cara Pemberian MGSO4 -



Berikandosis awal 4g MGSO4 sesuai prosedur untuk mencegah kejang atau kejang berulang



S



Page 37



-



Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MGSO4 dalam 6 jam sesuai prosedur



Cara pemberian dosis awal -



Ambil 4 g larutan MGSO4 ( 10 ml larutan MGSO4 40% ) dan larutkan dengan 10 ml akuades



-



Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit



-



Jika akses intravena sulit, berikan masing  – masing 5 g MGSO4 ( 12,5 ml larutan MGSO4 40% IM  boka boki



Cara pemberian dosis rumatan Ambil 6 g MGSO4 ( 12,5 ml larutanMGSO4 40% dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ ringer asetat, lalu berikan secara IV dengan



kecepatan



28



tetes/ menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir ( bila eklamsi ) e.



Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekwensi pernafasan, reflek  patella, dan jumlah urin



f.



Bila frekuensi pernafasan < 16x/ menit, dan/ atau tidak didapatkan refleks tendon patella, dan atau terdapat oliguria ( produksi urin < 0,5 ml/kg BB janin, segera hentikan pemberian MGSO4



g. Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV ( 10 ml larutan 10 % bolus dalam 10 menit. h. Selama ibu dengan pre eklamsi dan eklamsi di rujuk,  pantau dan nilai adanya perburukan pre eklamsi . Apabila terjadi eklamsi lakukan penilaian awal dan tatalaksana



kegawat



daruratan.



Berikan



kembali



MGSO4 2 g IV perlahan ( 15 – 20 menit ). Bila setelah  pemberian MGSO4 ulangan masih terdapat



kejang,



dapat dipertimbangkan pemberian diazepam10 mg IV selama 2 menit



S



Page 38



MTBS IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



 No. Dokumen : 12 / SOP / PMB TA / I /2021



Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SPO



 No. Revisi : Halaman



A. Pengertian



B. Tujuan



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



: 39-40



TRI AGUSTINA



MTBS( Manajemen Terpadu Balita Sakit ) adalah Suatu Pendekatan keterpaduan dalam tata laksana balita sakit di fasilitas kesehatan tingkat dasar - Sebagai Pedoman kerja bagi Bidan dalam pelayanan/  pemeriksaan Balita sakit. Memberikan kontribusi terhadap penurunan angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Praktek Mandiri Bidan Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan  perkembangan kesehatan anak .



C.



Referensi



D. Prosedur



S



DEPKES RI. (2011). Buku Bagan MTBS.  Jakarta: Depkes RI. 1. Bidan menyiapkan alat medis (stetoskop, timbangan, termometer, sound timer, pengukur tinggi badan, buku formulir MTBS dan senter) 2. Bidan mencuci tangan. 3. Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan utama, keluhan tambahan, lamanya sakit,  pengobatan yang telah diberikan, riwayat penyakit lainnya. 4. Pemeriksaan : a. Untuk bayi muda umur 1 hari s/d 2 bulan :  Periksa kemungkinan kejang  Periksa gangguan nafas  Ukur suhu tubuh  Periksa kemungkinan adanya infeksi bakteri  Periksa kemungkinan adanya icterus  Periksa kemungkinan gangguan pencernaan dan diare  Ukur berat badan Page 39



   b.



Periksa status imunisasi Dan seterusnya lihat formulir MTBS



Untuk bayi umur 2 bulan s/d 5 tahun :  Keadaan umum  Respirasi (menghitung nafas)  Derajat dehidrasi (Turgor kulit)  Suhu tubuh  Periksa telinga ( apakah keluar cairan dari Lubang telinga )  Periksa status gizi  Periksa status imunisasi dan pemberian vitamin A  Penilaian pemberian makanan untuk anemia/ BGM  Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan, dan konsultasi dokter.



LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN a. Pasien bayi / balita dari Ruang pendaftaran menuju ruang Pemeriksaan  b. Bidan menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan. c. Bidan melaksanakan anamnesa :  Keluhan utama  Keluhan tambahan  Lamanya sakit  Pengobatan yang telah diberikan  Riwayat penyakit lainnya. d. Bidan melakukan, Pemeriksaan  Timbang Berat Badan  Ukur Tinggi Badan  Keadaan umum  Respirasi  Derajat dehidrasi  Suhu tubuh  Telinga  Status gizi  Status imunisasi dan pemberian vitamin A e. Bidan menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikasi dan memberikan penyuluhan. f. Bidan memberikan pengobatan sesuai Buku PedomanMTBS



S



Page 40



HEMMORAGIC ANTE PARTUM IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



No. Dokumen : 13 / SOP / PMB TA / I /2021



Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SOP A. Pengertian B. Tujuan C. Referensi D. Alat dan Bahan



E. Penatalaksanaan



 No. Revisi



:



Halaman



: 41



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



TRI AGUSTINA



Perdarahan pervaginam setelah usia gestasi 24 minggu dan sebelum persalinan Sebagai acuan bidan dalam penganan pasien dengan hemeragig ante partum Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan Persiapan Alat : 1. Alat pemneriksaan TTV : tensimeter, dan stateskopnya, thermometer, jam 2. Set infus : cairan RL/D5%, Selang infus, Abocat 16/18 cm , plester 1. Tatalaksana umum a. PERHATIAN . tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebelum tersedia kesiapan untuk Seksio cesaria. pemeriksaan inspekulo dilakukan secara hati – hati, untuk menentukan sumber perdarahan. b. Perbaiki kekurangan cairan/ darah dengan infus cairan (Nacl 0,9% atau ringer laktat ) c. Lakukan penilaian jumlah darah d. Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio secaria tanpa menghitung usia kehamilan e. Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin dan  janin hidup tetapi prematur pertimbangkan terapi ekspektatif  Lakukan rujukan



S



Page 41



HEMMORAGIC POST PARTUM IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



 No. Dokumen : 14 / SOP / PMB TA / I /2021



Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SOP



 No. Revisi : Halaman



A. Pengertian



B. Tujuan C. Referensi D. Alat dan Bahan



E. Penatalaksanaan



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



: 42-44



TRI AGUSTINA



Perdarahan primer yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah  persalinan, sementara perdarahan post partum sekunder adalah  perdarahan pervagina yang lebih banyak dari normal, antara 24  jam hingga 12 minggu setelah persalinan Sebagai acuan bidan dalam penganan pasien dengan hemeragig post partum Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasr dan rujukan Persiapan Alat : 1. Alat pemneriksaan TTV : tensimeter, dan stateskopnya, thermometer, jam 2. Set infus : cairan RL/D5%, Selang infus, Abocat 16/18 cm , plester 1. Tatalaksana umum a. Panggil bantuan tim untuk tatalaksana secara simultan  b.  Nilai sirkulasi, jalan nafas dan pernafasan pasien c. Bila menemukan tanda – tanda syok, lakukan  penatalaksanaan syok d. Berikan oksigen e. Pasang infus IV denagn canul berukuran besar 16/18 dan mulai pemberian cairan kristaloid ( Nacl 0,9% atau Rl ) sesuai kondisi ibu. f. Lakukan pengawasan TD, nadi ibu dan pernafasan g. Periksa kondisi abdomen, kontraksi uterus, nyeri tekan,parut luka, dan tinggi fundus uteri. h. Periksa jalan lahir dan area perinium untuk melihat  perdarahan dan laserasi i. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban  j. Pasang kateter untuk memantau volume urin



S



Page 42



dibandingkan dengan cairan yang masuk ( produksi urin normal 0,5 – 1 ml/ kg BB /jam atau sekitar 30 ml /jam ) k. Siapkan tranfusi darah l. Tentukan penyebab dari perdarahan Tatalaksana khusus 1. Atonia uteri a. Lakuakan pemijatan uterus  b. Pastikan plasenta lahir lengkap c. Berikan 20 – 40 u oksitosin dalam l000 ml larutan  Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 60 tts/ menit dan 10 u IM. Lanjutkan infus oksitoksin 20 u dalam 1000 ml larutan Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tts/ menit, hingga perdarahan berhenti d. Bila tidak tersedia oksitoksin atau bila perdarahan tidak berhenti,berikan ergometrin 0,2 Mg IM atau IV, dapat diikuti pemberian 0,2 Mg IM setelah 15 menit, dan berikan 0,2 Mg IM atau IV setiap 4 jam  bila diperlukan. Jangan diberikan lebih dari 5 dosis ( 1mg ) e. Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 gr asam traneksamat secara IV ( bolus selama 1 menit dapat diulang setelah 30 menit ) 2. Robekan jalan lahir Ruptur perinium dan robekan dinding vagina a. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber  perdarahan  b. Lakukan irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan anti septik c. Hentikan sumber pedarahan dengan klem dan ikat dengan benang yang dapat di serap d. Lakukan penjahitan e. Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 grm asam traneksamat IV ( Bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit ) lalu rujuk Pasien 3. Robekan servik a. Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiridan kanan dari portio.  b. Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan/ jahitan dilakukan secara kontinyu di mulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar hingga semua robekan dapat di jahit S



Page 43



f.



Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 grm asam traneksamat IV ( Bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit ) lalu rujuk Pasien 4. Retensio plasenta f.



Berikan 20 – 40 µ oksitosin dalam l000 ml larutan



 Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 60 tts/ menit dan 10 u IM. Lanjutkan infus oksitoksin 20 u dalam 1000 ml larutan Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tts/ menit, hingga perdarahan berhenti a. Lakukan tarikan tali pusat terkendali  b. Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta manual secara hati hati c. Berikan anti biotik profilaksis dosis tunggal ( ampisillin 2 gr secara IV dan metronidazole secara IV ) d. Segera atasi atau rujuk pasien bila terjadi komplikasi  perdarahan hebat atau infeksi 5. Sisa plasenta g. Berikan 20 – 40 u oksitosin dalam l000 ml larutan  Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 60 tts/ menit dan 10 u IM. Lanjutkan infus oksitoksin 20 u dalam 1000 ml larutan Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tts/ menit, hingga perdarahan berhenti a. Lakukan eksplorasi digital ( bila servik terbuka ) dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase.  b. Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus atonia uteri. 6. Inversio uteri a. Segera reposisi uterus namun jika reposisi tampak sulit, apalagi jika inversio terjadi cukup lama,  bersiaplah untuk merujuk ibu 7. Ganguan pembekuan darah a. Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut koagulopati dapat di cegah jika volume darah di  pulihkan segera  b. Tangani kemungkina penyebab solusio plasenta c. Segera rujuk pasien



S



Page 44



PENANGANAN BAYI ASFIKSIA



IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



SOP



A. Pengertian



B. Tujuan



C. Referensi



D.



Kebijakan



E. Alat dan Bahan



S



 No. Dokumen : 15 / SOP / PMB TA / I /2021



Tanggal terbit : 13 Januari 2021  No. Revisi



:



Halaman



: 45-49



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



TRI AGUSTINA



Keadaan dimana Bayi Baru Lahir tidak bernafas secara spontan dan teratur. Sering sekali seorang bayi yang mengalami gawat  janin sebelum persalinan akan mengalami asfiksia sesudah  persalinan. Masalah ini berkaitan dengan kondisi ibu, masalah  pada tali pusat dan plasenta atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan Sebagi Acuan Bidan dalam memberikan pertolongan pada bayi dengan asfiksia dengan tujuan : 1. Memberikan ventilasi yang adekuat 2. Membatasi kerusakan serebri 3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat  – alat vital lainnya 4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri 1. Buku saku Pelayanan kesehatan anak 2. Buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal Standar pelanyanan kebidanan tahun 2000 Persiapan Alat : 1. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat 2. Handuk atau kain bersih dan kering 2 3. Handuk atau kain kecil untuk mengganjal bahu 4. Alat penghisap lendir 5. Penghisap delee DTT / Steril 6. Oksigen 7. Tabung sungkup Balon sungkup dengan katup pengatur tekanan 8. Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60 cm Page 45



9. Jam atau pencatat waktu PENILAIAN BAYI BARU LAHIR 1. Lakukan penilaian selintas a. Apakah Air ketuban jernih atau bercampur mekonium  b. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan c. Apakah bayi bergerak aktif Bila salah satu jawaban adalah TIDAK lanjutkan pada langkah-langkah Resusitasi 2. Bila air ketuban bercampur mekonium a. Lakukan penilaian apakah bayi menangis/ bernafas normal / megap – megap/ tak bernafas - Jika mengis atau bernafas normal, potong tali  pusatdengan cepat, tidak di ikat dan tidak di  bubuhi apapun. - Jika megap  –   megap atau tidak bernafas,  buka mulut lebar, usap mulut dan isap lendir,  potong tali pusatdengan cepat, tidak di ikat dan tidak di bubuhi apapun, dilanjutkan dengan langkah awal LANGKAH AWAL 3. Selimuti bayi dengan handuk/ kain dengan muka dan dada tetap terbuka 4. Letakkan bayi di tempat resusitasi 5. Pastikan kepala bayi sedikit ekstensi dengan mengatur tebal handuk/ kain ganjal bahu yang telah di siapkan 6. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir pada mulut < 5 cm dan kemudian hidung bayi sedalam lihat 16 a-c a. Bayi tidak bernafas dan telah di ventilasi lebih dari 2 menit > siap Rujukan  b. Hentikan Resusitasi sesudah 10 menit bayi tidak  bernafas dan tidak ada denyut jantung TINDAKAN PASCA RESUSITASI 1. Bila Resusitasi berhasil, melanjyutkan Penatalaksanaan aktif persalianan kala 3 sesuai penuntun persalianan normal 2. Bila perlu Rujukan - Melakukan konseling untuk merujuk bayi  beserta ibu dan keluarga - Mealnjutkan resusitasi - Memantau tanda – tanda bahaya - Mencegah hipotermi - Memberikan Vitamin K1 S



Page 48



- Mencegah Infeksi - Membuat Surat Rujukan - Melakukan pencatatan dan pelaporan khusus 3. Jika Resusitasi tidak berhasil: - Melakukan konseling pada ibu dan keluarga - Memberikan petunjuk perawatan payudara - Melakukan pencatatan dan pelaporan khusus 4. Lakukan Dekontaminasi seluruh peralatan yang telah digunakan - Penghisap lendir di rendam setelah di bilas dengan larutan klorin 0,5 % dengan semprit - Seka sungkup dengan larutan klorin 0,5 % - Rendam kain ganjal dan pengering tubuh bayi REKAM MEDIK TINDAKAN RESUSITASI 5. Catat -



secara rinci : Kondisi saat lahir Tindakan untuk memulai pernafasam Waktu antara lahir dengan tindakan langkah awal dan ventilasi - Proses resusitasi dan hasilnya - Bila Resusitasi gagal, apa penyebabnya - Keterangan rujukan apabila dirujuk



S



Page 49



MENGATASI SYOK



IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



 No. Dokumen : 16 / SOP / PMB TA / I /2021



Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SOP A. Pengertian



B. Tujuan C. Referensi



D. Penatalaksanaan



S



 No. Revisi



:



Halaman



: 50- 51



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



TRI AGUSTINA



Suatu kondisi di mana terjadi kegagalan pada sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ – organ vital Sebagi Acuan Bidan dalam penatalaksanaan /cara mengatasi syok Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 1. Tatalaksanaa umum a. Carilah bantuan tenaga kesehatan lain  b. Pastikan jalan nafas bebas dan berikan oksigem c. Miringkan ibu ke kiri d. Hangatkan ibu e. Pasang infus intra vena (2 jalur bila mungkin) dengan menggunakan jarum terbesar no 16 atau 18 f. Berikan cairan kristaloid ( Nacl 0,9% atau Ringer Lactat ) sebanyak 1 liter dengan cepat 15 – 20 menit g. Pasang kateter urin untuk memantau jumlah urin yang keluar h. Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam satu jam pertama hingga 3 liter dalam 2 sampai 3  jam, pantau kondisi ibu dan tanda vital i. Cari penyebab syok dengan anamnesis dan  pemeriksaan fisik yang lebih lengkap secara si multan  j. Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit k. Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan kecepatan infus menjadi 0,5 ml / menit ( 8 – 10 tts/ menit ), pantau keseimbangan cairan l. Tanda – tanda bahwa kondisi ibu sudah stabil atau ada perbaikan adalah sebagai berikut : 1) Tekanan darah sistolik lebih dari 100 mmHg Page 50



2) Denyut nadi < 90 x / menit 3) Status mental membaik ( gelisah berkurang ) 4) Produksi urin > 30 ml/ jam m. Setelah kehilangan cairan dikoreksi ( frekwensi nadi < 100x / menit dan Tekanan darah sistolik > 100mmHg ) n. Pemberian infus dipertahankan dengan kecepatan 500 ml tiap 3 – 4 jam ( 40 – 50 tetes / menit ) o. Pertimbangan merujuk ibu ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang lain 2. Tatalaksana khusus Syok Hemoragik a. Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok,cari tahu dan atasi sumber perdarahan: - Perdarahan sebelum usia kehhamilan 22 minggu, Perdarahan setelah usia kehamilan 22 minggu dan saat persalinan. - Perdarahn setelah persalinan  b. transfusi dibutuhkan jika HB < 7 g/dl atau secara klinis ditemukan anaemia berat Syok Anafilaktik a. Hentikan kontak dengan alergen yang dicurigai  b. Koreksi hipotensi dengan resusitasi cairan yang agresif dan berikan efinefrin / adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg/ ml ) dengan dosis 0,2 – 0,5 ml/ IM atau SC c. Berikan terapi suportif dengan antihistamin ( difenhidramin 25 – 50 IM atau IV ), penghambat reseptor H2 ( ranitidin 1 mg/kg BB IV dan kortikosteroid ( metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/hari diberikan tiap 6 jam )



S



Page 51



PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



 No. Dokumen : 16 / SOP / PMB TA / I /2021 Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SOP



 No. Revisi : Halaman



A.



Pengertian



B. Tujuan C. Referensi D. Penatalaksanaan



S



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



: 52-54



TRI AGUSTINA



Suatu acuan bidan dalam pencegahan infeksi Melindungi Petugas kesehatan dan pasien dari resiko  penularan infeksi. Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 1. Menjaga kebersihan tangan a. Jaga agar kuku jari – jari tangan agar tetap pendek  b. Tutup luka di tangan dengan bahan kedap air c. Selalu bersihkan tangan pada situasi situasi berikut : - Sebelum dan sesudah menyentuh pasien - Sebelum memegang alat atau instrumen infasif,  baik ketiaka mengenakan sarung tangan atau tidak - Setelah kontak dengan cairan tubuh atau eksresi, membran mukosa, kulit yang tidak intak atau kasa penutup luka. - Ketika berpindah dari satu bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian tubuh lain dari pasien yang sama - Setelah melepas sarung tangan steril maupun non steril. d. Jika tangan tidak terlihat kotor, gunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol Jika terlihat kotor, namun pembersih tangan  berbahan dasar alkohol tidak tersedia, cucilah tangan dengan air sabun yang mengalir e. Jika tangan terlihat kotor, atau bila terkena darah/ cairan tubuh,atau setelah menggunakan toilet,cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.cuci tangan juga dianjurkan bila dicurigai ada paparan terhadap patogen berspora, lakukan tehnik mencuci Page 52



tangan 6 langkah selama 40- 60 detik f. Sebelum menangani obat- obatan atau menyiapkan makan bersihkan terlebih dahulu tangan menggunakan sabun dan air mengalir g. Bila difasilitas kesehatan tidak tersedia kran dengan air bersih mengalir, letakkan ember berisi air bersih di tempat yang cukup tinggi dan berikan kran di dasar ember sehingga air bisa mengalir keluar untuk cuci tangan 2. Mengenakan sarung tangan a. Gunakan sarung tangan steril atau yang sudah didesinfeksi tingkat tingkat tinggi ( DTT ) ketika melakukan prosedur bedah, menolong persalinan, memotong tali pusat, menjahit luka episiotomi, dan menjahit robekan perinium.  b. Gunakan sarung tangan steril yang panjang sampai menutup siku ketika melakukan placenta manual, atau KBI. c. Gunakan sarung tangan pemeriksaan( non steril ) untuk melakukan pemeriksaan vagina, memasang infius, memberikan obat infeksi, dan mengambil darah. d. Gunakan sarung tangan rumah tangga saat : - Membersihkan alat dantempat tidur - Mengelola bahan yang terkontaminasi sampah dan limbah - Membersihkan darah dan cairan tubuh yang  berceceran 3. Melindungi diri dari darah dan cairan tubuh a. Gunakan sarung tangan sesuai petunjuk diatas  b. Tutup semua bagian kulit yang tidak intak atau utuh dengan bahan tahan air c. Berhati hati dalam mengelola sampah dan alat/  benda tajam d. Kenakan apron panjang yang terbuat dari plastik atau bahan tahan air, serta sepatu boot karet ketika menolong persalinan e. Melindungi mata dengan memakai kaca mata atau  perlengkapan lain f. Gunakan masker dan topi atau tutup kepala. 4. Membuang sampah tajam dengan benar a. Siapkan tempat penampungan sampah tajam yang tidak dapat ditembus oleh jarum  b. Pastikan semua jarum dan spuit di gunakan hanya satu kali c. Jangan menutup kembali, membengkokkan ataupun merusak jarum yang telah digunakan S



Page 53



d. Langsung buang semua jarum yang telah digunakan ke tempat penampungan sam pah tajam tanpa memberikannya pada orang lain e. Ketika tempat penampungan sudah tiga perempat  penuh tutup atau plester wadah tersebut lalu bakar. 5. Membuang sampah dan limbah secara aman a. Buang plasenta,darah, cairan tubuh, dan benda –   benda yang terkontaminasi ke wadah anti bocor  b. Kubur atau bakar segera sampah padat yang terkontaminasi. c. Buang limbah cair ke saluran khusus d. Cuci tangan, sarung tangan, dan tempat  penampungan setelah membuang sampah atau limbah yang infeksius. 6. Mengelola pakaian dan kain yang terkontaminasi a. Petugas yang menangani linen harus menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tanagn rumah tangga, sepatu tertutup kedap air, apron, dan kaca mata pelindung  b. Kumpulkan dan pisahkan semua pakaian dan kain yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh di kantong plastik khusus c. Bilas darah maupun cairan tubuh lain dengan air sebelum mencucinya dengan sabun.



S



Page 54



PENATALAKSANAAN RUJUKAN IKATAN BIDAN INDONESIA KAB. PRINGSEWU



 No. Dokumen : 17 / SOP / PMB TA / I /2021 Tanggal terbit : 13 Januari 2021



SOP A. Pengertian



B. Tujuan C. Referensi D. Prosedur



E. Langkah- langkah



 No. Revisi



:



Halaman



: 55



Disetujui Oleh Praktek Mandiri Bidan



TRI AGUSTINA



Suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu/ lebih kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu, atau secara horizontal antar unit unit yang setingkat kemampuannya Sebagai acuan bidan dalam melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang di tuju Buku saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Faskes dasar dan Rujukan 2014 Alat : 1. Surat Rujukan 2. Register Rujukan 3. Informed Consent 4. Kendaraan untuk merujuk 1. .Bidan melakukan kajian terhadap pasien. 2. Bidan memastikan pasien yang di rujuk sesuai drengan kriteria pasie- pasien yang perlu/ harus di rujuk 3. Bidan memberi penjelasan kepada pasien dan keluarga  pasien mengenai alasan pasien di rujuk 4. Bidan mempersilahkan pasien/ keluarga menandatangani persetujuan rujukan 5. Bidan menyiapkan surat rujukan 6. Bidan melengkapi surat rujukan berupa -  Nama faskes yang di tuju serta lokasi faskes tersebut. - identitas pasien berupa nama, umur, dan alamat serta nomor kartu jaminan Resume klinis berupa anamnesev singkat, hasil pemeriksaan fisik, diagnose kebidanan, dan terapi yang telah di berikan



S



Page 55