Pedagogik Transformatif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NAMA NIM



: YUSRI, S.Pd : 408511148



JURUSAN : SERTIFIKASI GURU MELALUI JALUR PENDIDIKAN



A. SOAL PEDAGOGIK TRANSFORMATIF 1. Jelaskan secara komperensif yang dinamakan quantum teaching! 2. Jelaskan teori Piaget tentang apa yang dinamakan aliran konstruktivis! 3. Uraikan teori informasi dan aplikasi dalam pembelajaran Matematika



untuk suatu pokok bahasan tertentu yang ada di SMP! 4. Aplikasikan teori Ausubel ke dalam suatu model pembelajaran dalam



suatu pokok bahasan tertentu yang ada di SMP! 5. Terapkan teori Bruner ke dalam suatu model pembelajaran dalam



suatu pokok bahasan tertentu yang ada di SMP! 6. Buatlah tangga pembelajaran metematika dalam pokok bahasan



system persamaan linear yang ada di SMP! 7. Rancang dalam bentuk suatu Rencana Pembelajaran dengan model Problem Based Instructional dalam pokok bahasan yang ada di SMP. 8. Menurut pengalaman anda, apa kelebihan dan kekurangan dalam penerapan cooperative learning. B. PEMBAHASAN 1. QUANTUM



TEACHING



menguraikan



cara-cara



baru



yang



memudahkan proses belajar lewat pemaduan unsur-unsru seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Dengan menggunakan metode quantum teaching kita akan dapat menggabungkan keinstimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang dapat melejitkan prestasi siswa. Quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya, juga menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan-perbedaan yang memaksiamalkan momen balajar. Pengajaran quantum teaching mencakup petunjuk untuk menciptakan



lingkungan



belajar



yang



efektif,



merancang



pengajaran, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar.



Dengan maksud untuk membantu hasil belajar siswa, maka quantum teaching juga sangat baik untuk diterapkan dalam pengajaran pada setiap mata peljaran termasuk Matematika. Sehingga mengjarkan Matematika dengan pembelajran quantum teaching lbih menarik dan menantang bagi siswa dan hal ini akan menggarahkan prose balajar mengajar dan akhirnya hasil belajar yang diharapkan tercapai. Quantum



teaching



juga



merupakan



suatu



proses



pembelajaran dengan menyediakan latar belakang dan strategi untuk meningkatkan proses belajar dan membuat proses belajar tersebut lebih menyenangkan. Cara ini memberikan sebuah gaya yang memberdayakan siswa untuk berprestasi lebih dari yang dianggap mungkin. Juga membantu guru memperluas keterampilan siswa,



memotivasi



siswa,



sehingga



guru



akan



memperoleh



kepuasan yang lebih besar dari pekerjaannya. Kerangka pembelajaran Qantum Teaching dikenal dengan Tandur, yang merupakan rangkaian adanya konsep Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasi, Ulangi, dan Rayakan. Kerangka ini dapat membuat siswa



menjadi



tertarik



dan



merninat



pada



setiap



paelajran dan dapat memastikan siswa mengalami pembelajaran , berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi siswa itu sendiri dan mencapai sukses. Kerangka rancangan pembelajaran quantum teching adalah sebagi berikut: a. Guru



Tumbuhkan membuat



pertanyaan



tentang



kemampuan



siswa



dengan memanfaatkan pengalam siswa dan mencari tanggapan, manfaat serta komintmen sisw. Guru membuat strategi dengan melakukan aplikasi ataupun ceritera tentang pembelajaran yang besangkutan. b.



Alami



Guru memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan siswa berdasrkan pengalan siswa dan mampu mengasah otak siswa agar dapat menyelaesaika masalah. Siswa dapat memahami informasi ataupun kegainta serta memanfaatkan fasilitas yang ada sesuai dengan kebutuhan siswa. c.



Namai



Pemberian



nama



(simbol-simbol



atau



rumus-rumus



Matematika) ataupun pemberian idenatitas dan mendefinisikan suatu pernyataan. Guru mengajarkan konsep, keterampilan berfikir, dan strategi belajar dengan menggunakan gambar, warna, alat bantu, kertas, atau alat yang lainnya. Siswa dapat mengetahuai informasi,



fakta,



rumus,



pemikiran,



tempat



dan



segainya



berdasrkan pengalaman agar pengetahuan tersebut berarti. d.



Demontrasikan



Guru



memberi



peluang



untuk



menterjemahkan



dan



menerapkan pengetahuan siswa ke dalam pembelajaran yang lain dalam



kehidupannya.



Siswa



dapat



memperagakan



atau



mengaplikasikan tingkat kecakpannya dengan pelajaran. e.



Ulangi



Guru mengulangi hal-hal yang kurang jelas bagi siswa. Siswa dapat



dengan



tersebut.



mudah



Guru



memahami



memberikan



dan



kesempatan



mengetahui bagi



peljaran



siswa



untuk



mengerjakan pengetahuan kepada siswa yang lain. f.



Rayakan



Mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong siswa memperkuat rasa tanggung jawab dan mengamati proses belajar sendiri. Perayaan tersebut akan engajrkan siswa mengenai motivasi belajar, kesuksesan, langkah menuju kemenangan. Pujian yang didapatkan akan mendorong siswa agar tetap dalam keadaan bersemangat dalam belajar mengajar. Biasanya pada saat siswa mencapai sesatu, siswa hanya melanjutkan



kegiatan



selanjutnya,



tanpa



menciptakan



daya



pendorong untuk mengulangi keberhasilan itu. Sebagai guru kiranya menanamkan bibit kesuksesan dan selalu menghubungkan belajar dengan peryaan, peryaan tersebut membangun keinginan untuk sukses dan peryan tersebut dapat dilakukan dengan tepuk tangan, pujian dan memberi penilaian. Menerapkan



pembelajaran



kuantum



teaching



di



kelas



memanfaatkan dua sisi pengajaran , yaitu konteks di kelas meliputi 4 aspek, antara lain: 1.



Suasana kelas mencakup bahasa yang dipilih, cara



menjalin rasa simpati dengan siswa, dan sikap guru terhadap sekolah serta beajar, susana atau keadaan ruangan menunjukkan arean belajar yang dipengaruhi emosi guru dapt menciiptakan



suasana kelas denan niat, hubungan, kegembiaraan, pengambilan resiko saling memiliki dan keteladanan. 2.



Landasan meupakan kerangka kerja yan gmeliputi tujua,



keyakinan, kesepakatan, kebijakan, peosedur, dan aturan bersama yang memberi gru dan siswa dalam komunitas belajar. 3.



Lingkngan merupakan cara guru menata kelas yang



meliputi: cahaya lampu di ruangan, pengaturan meja, kursi dan tanaman. Lingkunagan kelas mempengaruhhi kemampuan dari siswa. Untuk berfokus dan menyerap informasi. Pemakaian alat bantu akan menampilkan isi pelajaran dan dapat menghidupkan gagasan kedalam kehidupan nyata. Pengaturan bangku mendukung hasil belajar. 4.



Rancangan pengajaran merupakan



penciptaan terarah



tehadap unsur-unsur penting yang cisa menimbulkan minat siswa, mendalami makna dan memperiki proses tukar menukar informasi. Dalam



rancangan



mneyrtakan



pengajaran,



siswa,



guru



mempersiapkan



dapat



denan



kesuksesan



mudah



siswa



dan



melibarkan seriapkecaerdasan dan modalitas siswa. Penerapan quantum teching ditinjau dari isi pengajran mekputi 4 aspek, antara lin: 1.



Penyajian mencakup pengajran materi sesuai dengan



kurikulim yang telah



ditetapkan



dan



guru



menyesuaikannya



dengan kondisi ingkungan, waktu siswa serta alat bantu. Dalam penyajian yan efektif, yang akan memberikan pengalan belajar yan gdinamis bagi siswa. Guru juga dapat menyampaikan materi dengan komunikasi nonverbal yaitu dengan menggunakan ekspresi wajah, kontak mata dan nada suara. 2.



Fasilitas mencakup interaksi pelajaran dengan kurikulum



agar dapat memudahkan siswa mempelajari suatu pengajaran dengan fasilitas yan gada seperti penyajian materi dengan alat bantu OHP. Guru dapat menggunakan stratei belajar seperti: penyajian materi dengan gan menggunakan konsep (simbol). Mengubah intonasi dan kecakapan suara, menggunakan gerakan tangan, mendorong siswa untuk aktif dalam kagiatan belajar mengajar, membuat singkatan, memanfaatkan pengalaman nyata. 3. belajar



Keterampilan lebih



eterampokan



cepat



belajar



dan



penting,



ebih



yaitu



anggapan



efektif



diantarnya



jika



bahwa



siswa



konsentrasi



siswa



menguasi



terfokus,



ara



mencata, oraganisasi, persiapan tes, dan membaca cepat, serta teknik mengingat. Dengan keterampilan penting, diantaranya: konsentrasi terfokus, cara mencatat, organisasi, persiapan tes, dan membaca cepat, serta teknik mengingat. Dengan keterampilan belajar yang epat, semua siswa dapat m emahami sebaian besar informasi dalam waktu yang singkat untuk menjelaskan informasi dan m embuat guru bebas untuk mjau dalam kurikulum atau menambahkan kegiatan pengayaan yang praktis. 4.



Keterapilan



hidup



akan



membentuk



dan



merubah



suasana dari landasan belajar di kelas dengan menggunakan dan mengajarkan komunikasi yang tampak. Dalam pembelajran quantum teaching juga digukan satu set prinsip yang disebut elapan kunci keunggulan. Delapan kunci ini menyediakan



cara



yang



bermanfaat



untuk



mendapatkan



keselarasan dan keja sama. Delapan kunci ini memasang kerangka kerja bagi lingkungan yang saling mendukung dan mempercayai di mana setiap orang ingin dihargai dan dihormati. Adapun delapan kunci tersebut adalah: 1.



Integritas



(kejujuran).



Bersikaplah



jujur,



tulus



dan



menyeluruh. 2.



Kegagalan



awal



kesuksesan.



Memahami



bahwa



kegagalan hanyalah memberikan inforasi yang dibutuhkan untuk sukses. Kegagalan itu tidak ada, yang ada hanyalah hasil dan umpan balik. Semua bermanfaat jika kita menemukan hikmahnya. 3.



Berbicaralah dengan niat baik. Berbicaralah dengan



pengertian positif, bertanggungjawablah untuk komunikasi yang jujur dan lurus. 4.



Hidup



saat



ini.



Memusatkan



perhatian



pada



saat



sekarang ini, dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. 5.



Komitmen, penuhi janji dan kewajiban.



6.



Tanggung



jawab.



Bertanggungjawablah



atas



setiap



tindakan sendiri. 7.



Sikap luwes atau felesibel, berkiaplah tebuka terhadap



perubahan atau pendekatan yang baru yang dapat membatu dalam memperolah hasil yang diinginkan. 8.



Keseimbangan. Menjaga keserasan pikiran, tubuhdan



jiwa. Ketiga bidang ini harus senantisa dibangun dan dijaga.



Tentu saja siswa tidak akan mengikuti kunci-kunci tersebut jika guru tidak melakukan hal yang sama. Seperti yang dikatakan oleh Emerson (2000:5) senyaring apapun kata-kata yang guru katakan, saya tidak dapat mendengar sepatah katapun. Jadi mengajar kunci ini adalah dengan memberikan ketaladanan. Dan untuk



memperkenalkan



menunjukkan



dengan



kunci-kunci



cerita



dan



tersebut,



guru



perumpamaan



dapat



berdasarkan



kehidupan dan pengalaman pribadi. 2. PIAGET menyatakan bahwa setiap anak harus membagun sendiri



pengetahuan, pengetahuan-pengetahuan itu dikonstruksi sendiri oleh anak melalui operasi-operasi. Hal itu menegaskan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Lebih jauh Piaget mengemukan bahwa pengetahuan tidak diperoleh oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan perkembangan kognitif



anak



tergantung



memanipulasi



dan



perkembangan



pada



berinteraksi



kognitif



itu



seberapa dengan sendiri



jauh



mereka



lingkungan.



aktif



Sedangkan



merupakan



proses



berkesinambungan tentang keadaan keditakseimbangan dan keadaan keseimbangan. Oleh sebab itu perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada



setiap



tahap



mengkonstruksi



tertentu



ilmu



cara



berbeda-beda



maupun



kemampaun



berdasarkan



anak



kematangan



intelektual. Pembangunan pengetahuan dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang



dimilikinya.



Belajar



merupakan



proses



aktif



untuk



mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaringan laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkhis. Sebagaimana



telah



dikemukan



bahwa



menurut



teori



belajar



konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diperlakukan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.



3. TEORI



PEMROSESAN



INFORMASI



(TEORI



BELAJAR



SIBERNETIK)



Didasarkan pada asumsi bahwa memori manusia itu merupakan sistem yang aktif dalam menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah informasi



menjadi



sandi/kode



dan



keterampilan



bagi



penyimpanannya untuk dipelajari. Pendekatan teori pemrosesan informasi didasarkan pada pendekatan kongnitif. Pendekatan kognitif menyarankan bahwa salah satu yang paling penting yang mempengaruhi proses belajar mengajar adalah kondisi internal individu. Itulah sebabnya pengetahuan awal menjadi perhatian penting bagi pengamat teori kognitif. Mereka memfokuskan perhatian individu dan pengembangan dalam kognisi. Berbeda dengan penganut behavioristik yang melihat hukum-hukum belajar yang berlaku umum baik bagi binatang maupun manusia dalam semua situasi. Inilah salah satu alasan bahwa tidak ada model kognitif tunggal, ataupun teori belajar lain yang dapat



mewakili semua



bidang (lapangan). Pendekatan



teori



pemrosesan



(pengolahan)



informasi



juga



menganalogikan cara kerja komputer sebagai model belajar manusia. Itulah sebabnya teori permrosesan informasi disebut dengan teori belajar sibernertik. Sebagai cara kerja komputer, pikiran manusia mencakup informasi melakikan



kerja



mengubag



menempatkannya,



dan



bentuk



menghasilkan



dan



isi,



respon,



menyimpan oleh



karena



dan itu,



pengolahan melibatkan pengumpulan atau pengelompokan dan penyandian informasi atau encoding, penyimpanan informasi atau retensi, dan mengingat kembali atau retrieval. Model



Pemrosesan



informasi



mencoba



menjelaskan



bagaimana



terjadinya proses belajar pada setiap fase pemrosesan informasi mulai dari awal sampai akhir dari suatu kegiatan belajar.



Kontrol Reseptor Memori Efektor Memori LSensori Generator eksekutif respons jangka jangka Iregister panjang pendek N G K U N G A N



Model pemrosesan informasi itu dapat digambarkan sebagai berkut:



dalam



bentuk



bagan



Gambar Model pemrosesan informal (diadaptasi dari Robert Gagne, 1985) Dalam model diatas informasi dalam bentuk energi fisik tertentu diterima oleh reseptor yang peka terhadap energi dalam bentuk tertentu. berntuk



Reseptor-reseptor impuls-impuls



ini



mengirimkan



elektrokimia,



ke



tanda-tanda



otak.



Jadi



dalam



transformasi



pertama yang dialami informasi berbagai bentuk energi ke satu bentuk yang sama. 4. TEORI AUSUBEL DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Belajar bermakna dapat dimaknai sebagai usaha (proses) pembelajaran agar siswa memanfaatkan atau mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk merespon informasi baru yang akan dikuasai. Menurut psikologi kognitif ( Solso, 1991; Matlin, 1998), pengalaman sebelumnya ikut menentukan makna informasi yang diterima oleh seseorang. Setiap orang mencoba



menginterpretasi informasi yang



diterimanya berdasarkan pengalaman sebelumnya atau pengetahuan yang dimiliki ( pre – knoeledge). Pengalaman pengalaman budaya , pengalaman-pengalaman sosial ikut terbawa ke dalam ruang kelas ketika belajar matematika. Pengalaman baru dan pengalaman lama berinteraksi, sehingga terjadi transformasi yang hasilnya disimpan di dalam pikiran dalam bentuk skema baru. Menurut Ausubel ( Dahar, 1988: 117; Suparno, 1997: 54), faktor yang paling penting dan mempengaruhi belajar adalah apa yang diketahui siswa, agar pembelajaran matematika bermakna bagi siswa, konsep baru atau informasi baru yang akan disampaikan harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada pada struktur kognitif dan terkait dengan kenyataan hidup yang dialami siswa. Jika pengetahuan yang baru tidak



berhubungan dengan pengetahuan yang ada, maka pengetahuan baru itu akan dipelajari siswa melalui belajar hafalan. Karena pengetahuan yang baru tidak di asosiasikan dengan pengetahuan yang ada. Untuk mengetahui apa saja yang telah dimiliki siswa berkaitan dengan materi pembelajaran, guru dapat membuat peta konsep dan melakukan



tes



mengetahui



kemampuan



awal



yang



dimiliki



siswa.



Berdasarkan analisis peta konsep dan penguasaan awal siswa, guru dapat melakukan pengaturan awal (advance organizer) untuk membantu siswa menginterpretasikan informasi baru. Memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki



siswa



dalam



merekonstruksi



pengetahuan



baru



melalui



pemecahan masalah. Teori belajar bermakna dari ausubel memberikan dukungan penting dalam pengembangan model PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) Menurut Ausubel ( Dahar, 1988: 150), peta konsep adalah hubungan secara bermakna konsep-konsep dalam bentuk proporsi-proporsi. Proporsiproporsi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan dengan kata-kata dalam satu unit semantik. Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut “advanced



Organizer



(AO)”



(pengatur



kemajuan)



didefinisikan



dan



dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar (AO) adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Ausubel percaya bahwa “advance Organizer” dapat memberi tiga macam manfaat, yakni: 1. dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari oleh siswa. 2. dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa saat ini dengan apa yang telah dipelajari siswa sedemikian rupa sehingga, 3. mampu membantu siswa untuk memahami bahan be;ajar secara lebih mudah. Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus sangat baik. Hanya dengan demikian seorang guru akan menemukan informasi, yang menurut Ausubel sangat abstrak, umum, dan inklusif, yang mewadahi apa yang akan diajarkan itu. Selain itu, logika berpikir guru juga dituntut sebaik mungkin. Tanpa memiliki logika berpikir yang baik, maka



guru akan kesulitan memilah-milah materi pelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat serta mengurutkan materi demi materi itu ke dalam struktur urutan yang logis dan mudah dipahami. Secara umum teori Ausubel dalam praktek adalah sebagai berikut: a. Menentukan tujuan-tujuan instruksional



b. Mengukur kesiapan



siswa (minat, kemampuan, struktur kognitif)



baik melalui tes awal, interview, review, pertanyaan, dan lain-lain. c. Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci. d. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai



siswa dari



materi tersebut. e. Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari. f. Membuat dan menggunakan “AO”, paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru saja diberikan, dilengkapai dengan uraian singkat yang menunjukkan relevansi (keterkaitan) materi yang sudah diberikan itu dengan materi baru yang akan diberikan. g. Mengajar siswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep-konsep yang ada. h. Mengevaluasi proses dan hasil belajar. Sekalipun selama ini metode ceramah dan metode-metode ekspositoris yang lain banyak digugat karena di anggap kurang mendorong proses berpikir dan proses belajar aktif pada siswa, tidak berarti bahwa metodemetode tersebut dapat ditingkatkan begitu saja.



David P Ausubel adalah



salah satu pakar dalam bidang pendidikan dan psikologi yang berpendapat bahwa metode ceramah merupakan metode yang sangat efektif apabila dipakai secara tepat. Menurut Ausubel , metode-metode ekspositoris merupakan metodemetode yang sangat efektif untuk mentransfer hasil-hasil penemuan di masa lalu kepada generasi berikutnya. Disebutkan pula oleh ausubel bahwa baik metode-metode ekspositoris maupun metode-metode yang lain,



termasuk



metode



penemuan



dan



metode-metode



lain



yang



dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa, semuanya masih memberikan hasil pembelajaran yang baik atau hasil pembelajaran yang buruk. Hal tersebut



masih



bergantung



pada



pelaksanaannya



di



dalam



kelas.



Berkaitan dengan hasil pembelajaran, Ausubel membedakan antara kegiatan belajar yang bermakna dan kegiatan belajar yang tak bermakna, dimana siswa hanya menghafal apa yang diajarkan guru tanpa memahami makna atau isi dari apa yang dihafalkan. Menurut Ausubel, belajar bermakna timbul jika siswa mencoba menghubungkan dimilikinya.



pengetahuan



Jika



pengetahuan



baru



dengan



baru



tidak



pengetahuan berhubungan



yang dengan



pengetahuan yang ada, maka pengetahuan itu akan dipelajari siswa melalui belajar hafalan. Hal ini disebabkan pengetahuan yang baru tidak diasosiasikan dengan pengetahuan yang ada. Menurut Ausubel, metode-metode ekspositoris yang digunakan dalam proses pembelajaran akan sangat efektif dan menghasilkan kegiatan belajar yang bermakna apabila dipenuhi dua syarat berikut : 1. Syarat pertama : siswa memiliki meaningful learning set, yaitu sikap



mental



yang



mendukung



terjadinya



kegiatan



belajar



yang



bermakna. Contoh sikap mental semacam ini adalah siswa betulbetul mempunyai keinginan yang kuat untuk memahami hal-hal yang akan dipelajari, dan berusaha untuk mengaitkan hal-hal baru yang dipelajari dengan hal-hal lama yang telah ia ketahui, yang kiranya relevan. 2. Syarat kedua : materi yang akan dipelajari atau tugas yang akan dikerjakan siswa adalah materi atau tugas yang bermakna bagi siswa. Artinya materi atau tugas tersebut terkait dengan struktur kognitif yang pada saat itu telah dimiliki siswa, sehingga dengan demikian siswa bisa mengasimilasikan pengetahhuan - pengetahuan baru yang dipelajari itu kedalam struktur kognitif yang ia miliki. Dengan demikian struktur kognitif siswa mengalami perkembangan. Ausubel mengemukakan 2 prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam penyajian materi pembelajaran bagi siswa, yaitu : a. Prinsip principle



deferensiasi )



yang



progresif menyatakan



(



progressive dalam



differentiation



penyajiaan



materi



pembelajaran bagi siswa materi atau gagasan yang bersifat paling umum atau paling inklusif harus disajikan terlebih dahulu, sesudah itu disajikan materi atau gagasan yang lebih detil. Prinsip ini didasarkan pada pandangan ausubel ahwa cara balajar yang efisien adalah cara belajar yang mengupayakan adanya pemahaman terhadap struktur dari materi atau bidang ilmu yang



dipelajari. Dengan mengunakan prinsip diferensiasi progresif tersebut , struktur dari materi atau bidang ilmu yang dipelajari akan berhasil dengan baik. b. Prinsip ekonsiliasi integratif ( integravite reconciliation principle),



yang menyatakan bahwa materi atau informasi yang baru dipelajari perlu direkonsiliasikan dan diitegrasikan dengan materi atau informasi yang sudah lebih dulu dipelajari pada bidang keilmuan yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu proses pembbelajaran harus distrukturisasi secara sedemikian hingga setiap pelajaran atau materi yang baru terkait secara cermat dengan



materi



yang



telah



disajikan



dan



dipelajari



sebelumnya.menurut ausubel, setiap bidang ilmu mempunyai struktur tersendiri yang jelas. Lebih lanjut ausubel menegaskan bahwa



agar



siswa



bisa



mempelajari



materi



pada



suatu



pembelajaran pada suatu bidang ilmu secara efektif, siswa harus memahami struktur dari bidang ilmu tersebut. Pengorganisir Awal Untuk membantu guru dalam mengajar dengan mengunakan prinsip tersebut diatas, Ausubel mengemukakan apa yang disebut pengorganisir awal, yaitu suatu materi atau suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengawali



pembelajaran



untuk



suatu



materi



tertentu,



khususnya



pembelajaran dengan sesuatu materi yang baru. Pengorganisir



awal



dimaksud



untuk



membantu



siswa



dalam



mempersiapkan struktur kognitif yang dimiliki agar siap menerima materi pembelajaran yang baru. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran



Matematika



Kelas / Semester Standar



VIII / 1 Menggunakan Teorema Pythagoras dalam



Kopetensi Kompetensi



pemecahan masalah Menggunakan Teorema Pythagoras untuk



Dasar



menentukan panjang sisi-sisi segitiga sikusiku dan memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan Teorema



Indikator



Pythagoras. 1. Siswa dapat menemukan teorema pytagoras



2. Siswa dapat menentukan panjang salah satu sisi segitiga siku-siku, jika kedua sisi yang lain diketahui dengan teorema pytagoras 3. Siswa dapat menggunakan teorema pytagoras untuk menyelesaikan soalsoal pada bidang datar atau bangun ruang Tujuan



Setelah proses pembelajaran,Siswa dapat



Pembelajaran



menggunakan teorema pytagoras untuk menyelesaikan masalah pada bangun datar dan bangun ruang



Wak



Tahapan



tu



Pelajaran



Kegiatan Guru



Kegiatan



Ket.



Siswa



1. Menginform



10’



Pendahulua



asikan



n



tujuan



1. Menjawa



Materi



pembelajara



b



tentang



n



pertanya



kuadrat,



an guru



akar



pengetahua



tentang



kuadrat,



n prasyarat



materi



jenis-



siswa



prasyara



jenis



berupa soal-



t



segitiga



2. Mengali



saoal



2. Siswa



tentang:



dan luas



memper



persegi



hatikan



dan



t dan



tayanga



segitiga



akar



n



sudah



kuadra



animasi



diajarkan



t suatu



tentang



di kelas



bilang



bidang



VII



an



datar



b. Jenis-



yang



a. kuadra



jenis



memban



segitig



gung



Wak



Tahapan



tu



Pelajaran



Kegiatan Guru



Kegiatan Siswa



a



teorema



c. Luas



pytagora



perseg i dan luas segitig a 3. Memotivasi siswa dengan menghubun gkan pengetahua n prasyarat dengan materi yang akan dipelajari dan hubunganny a dengan kehidupan sehari-hari.



s



Ket.



Wak



Tahapan



tu



Pelajaran Kegiatan inti



Kegiatan Guru 1. Menginform



Kegiatan Siswa Siswa



asikan



mendengarkan



tentang



informasi dari



Pythagoras



guru



lahir sekitar tahun 582 SM di pulau Samos, Yunani.



Melakukan



Beliau



kegiatan /



menemukan



mengerjakan



dan



kegiatan pada



membuktika



LKS 1



n sebuah rumus sederhana dalam geometri tentang hubungan panjang ketiga sisi pada segitiga siku-siku. 2. Membagi siswa atas beberapa kelompok 3. Membagikan LKS 1 4. Membimbin g siswa menemukan teorema pytagoras



Ket.



Wak



Tahapan



tu



Pelajaran



Kegiatan Guru



Kegiatan Siswa



dengan mengerjaka n LKS 1



Aplikasi



Memberikan soal



Siswa



uji kemampuan



memikirkan



untuk melihat



apa yang telah



kebermaknaan



mereka



pengetahuan.



pelajari dan mengerjakan soal yang diberikan



Penutup



Mengingatkan



Menuliskan



siswa



Kesimpulan



Pada suatu



Ket.



Wak



Tahapan



tu



Pelajaran



Kegiatan



Kegiatan Guru



Ket.



Siswa



segitiga, jika kuadrat sisisisinya memenuhi aturan teorema Pythagoras, maka segitiga tersebut adalah segitiga siku-siku. .



Mengerjakan soal:



Uji Materi Prasyarat: 1. Hitunglah hasil dari kuadrat bilangan berikut: a. 42



b. 8 2



c. 132



d. 172



2. Tentukan nilai dari akar bilangan berikut : a. √9



b. √20



c. √81



d. √1225



3. Sebutkan jenis-jenis segitiga ditijau dari sudutnya 4. Sebutkan jenis-jenis segitiga ditijau dari sisinya. 5. Manakah yang merupakan segitiga siku-siku.



a.



b.



c.



Kegiatan 1. Menunjukkan hubungan antara panjang sisi-sisi segitiga siku-siku. 1. Sediakan selembar kertas HVS, penggaris, dan busur derajat 2. Buat segitiga siku-siku dengan panjang sisi siku-sikunya sebagai berikut: i.



3 cm dan 4 cm



ii. 6 cm dan 8 cm iii. 5 cm dan 12 cm



(dibuat ukuran sebenarnya) 3. Misalkan sisi siku-sikunya dengan a dan b, sisi terpanjangnya c. ukurlah sisi terpanjang pada segitiga tersebut. Catatlah hasil pengukuranmu pada table berikut:



Segiti



a



b



c



c2



a2 + b2



ga i ii iii



… ... …



… … …



… … …



… … …



… … …



4. Amati dengan seksama kolom c2 dan a2 + b2 pada table yang telah kamu buat. Apa yang kamu peroleh? Adakah hubungan antara c2 dan a2 + b2? Buatlah kesimpulan.



Uji Kemampuan 1. Gunakan Teorema Pythagoras untuk menentukan nilai p



p 14



17



p



13 5 (a)



5.



p



10 (b)



15 (c)



TIORI BELAJAR BRUNER Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan: 1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar persegi panjang, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun segitiga dan jajar genjang. 2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsepkonsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” apakah nama bentuk kubus satuan yang sering digunakan untuk menakar isi drum minyak rumah? Berapa cm ukuran ubin-



3.



ubin yang dapat digunakan? Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun ruang tersebut?



4.



Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. Berikut ini disajikan contoh penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran matematika di sekolah menengah pertama. 1. Pembelajaran menemukan rumus luas bangun datar? Untuk tahap contoh berikan bangun persegi dengan berbagai ukuran, sedangkan bukan contohnya berikan bentuk-bentuk bangun datar lainnya seperti, persegi panjang, jajar genjang, trapesium, segitiga, segi lima, segi enam, lingkaran. a. Tahap Enaktif (a)



(b) Untuk gambar



a ukurannya:



(c) Panjang = 20 satuan Lebar = 1 satuan



Untuk gambar b



ukurannya:



Panjang = 10 satuan Lebar = 2 satuan



Untuk gambar



c



ukurannya: Panjang = 5 satuan Lebar = 4 satuan



b. Tahap Ikonik Penyajian pada tahap ini apat diberikan gambar-gambar dan Anda dapat berikan sebagai berikut.



No



Gambar persegi panjang



Luas yang dihitung dari membilang banyak satuan



Banya k satua n ukura n



Banya k satua n ukura n



Hubungan antara satuan panjang dengan



1



……



……



……



……



……



……



……



……



……



……



……



……



……



……



……



……



2



3



4



c. Tahap Simbolis Siswa diminta untuk mngeneralisasikan untuk menenukan rumus luas daerah persegi panjang. Jika simbolis ukuran panjang p, ukuran lebarnya l , dan luas daerah persegi panjang L



l l petak p petak maka jawaban yang diharapkan L = p x l satuan Jadi luas persegi panjang adalah ukuran panjang dikali dengan ukuran lebar.



d.



Membuat dan Menggambar Jaring-jaring Kubus Langkah kegiatan pembelajaran adalah: a. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan menugasi siswa membawa paling sedikit 3 doos kecil berbentuk kubus dari rumah. Di kelas tiap siswa dengan caranya sendiri diminta untuk megiris doos itu menurut rusuknya sehingga dperoleh babaran atau rebahannya. Babaran atau rebahan doos itu harus berbentuk bangun datar gabungan yang bila dilipat menurut rusuk yang teriris akan membentuk kubus seperti semula. Dengan cara ini siswa melakukan tahap enaktif dalam memperoleh jaringjaring kubus dengan memperhatikan rebahan kubus. Siswa langsung menemukan cara memilih rusuk yang diiris sehingga rebahannya bila dilipat kembali akan terbentuk



seperti semula. Namun ada kemungkinan siswa mengiris rusuk sedemikian rupa sehingga bila bangun rebahannya dilipat kembal tidak diperoleh kubus seperti semula, misalnya ada bagian sisi yang ompong/kosong karena menumpuk pada sisi lain/ sisi-sisi yang saling menutup. Atau mungkin rebahannya tidak lagi berbetuk bangun datar gabungan. Berpandu pada hasil kerja siswaguru membimbing siswauntuk mengidentifikasi ciri-ciri (syarat) dari bangun babaran atau rebahan kubus sehingga bila dilipat menurut rusuk yang tak teriris membentuk bangun kubus seperti semula ( bangun babaran atau rebahan yang sedemikian oleh siswa mungkin ditemukan lebih dari satu macam). Setelah itu barulah guru mengkomunikasikan bahwa bangun babaran atau rebahan yang sedemikian itulah yang disebut ”jaring-jaring kubus”. b.



Pada tahap Ikonik, dengan berpandu pada hasil kerja siswa diminta menggabar bangun babaran atau rebahan kubus yang berupa jaring-jaring. Dengan mengingat syarat atau ciri-ciri dari suatu babaran kubus yang berupa jaringjaring kubus. Jaring-jaring kubus adalah rangkaian bangun yang diperoleh dari enam persegi yang sama, dalam susunan tertentu. Kemudian siswa diminta untuk menggambar jaring-jaring kubus yang lain, Misal contoh dua jaring-jaring tersebut bentuk adalah sebagai berikut. Bentuk jaring-jaring yang merupakan contoh



Bentuk jaring-jaring yang bukan merupakan contoh:



c. Tahap Simbolis, untuk tahap simbolis siswa dapat ditugasi untuk membuat jaring-jaring kubus dengan kertas bufalo yang baru, kemudian membuat kubus dengan ukuran yang tertentu. Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:



1. 2. 3. 4.



5.



6.



Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsepkonsep. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. Tidak semua materi yang ada dalam matematika sekoah dasar dapat dilakukan dengan metode penemuan.



TANGGA-TANGGA PEMBELAJARAN MATEMATIKA dalam pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian kalimat yang benar dan kalimat



yang salah. 2. Siswa dapat menjelaskan kalimat terbuka, peubah, dan konstanta melalui contoh. 3. Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian dari suatu kalimat terbuka. 4. Siswa dapat menjelaskan pengertian persamaan, penyelesaian dan himpunan penyelesaian suatu persamaan dengan satu peubah. 5. Siswa dapat menjelaskan persamaan-persamaan yang ekuivalen 6. Siswa dapat menyelesaikan persamaan linear dua variabel



7.



MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH



1. Pengertian Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik



sehingga



siswa



menumbuhkembangkan



dapat



menyusun



ketrampilan



yang



pengetahuannya lebih



tinggi



dan



sendiri, inkuiri,



memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Arends, 1997). Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan mendapatkan



berpikir



kritis



pengetahuan



dan dan



memecahkan konsep



masalah,



penting.



serta



Pendekatan



pembelajaran ini mengutamakan proses belajar, dimana tugas guru harus memfokuskan



diri



untuk



membantu



siswa



mencapai



keterampilan



mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar (Arends, 1997). Guru dalam model pembelajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan pemberi fasilitas penelitian. Selain itu, guru menyiapkan



dukungan



dan



dorongan



yang



dapat



meningkatkan



pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan aktivitas belajar siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Disini guru berperan sebagai pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa, dan penentu arah belajar siswa. Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah memberikan siswa masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses inkuiri dan penemuan. Disini guru mengajukan masalah, membimbing dan memberikan petunjuk minimal kepada siswa dalam memecahkan masalah. 2. Ciri-ciri Model pembelajaran Berdasarkan Masalah a) Pengajuan Masalah atau Pertanyaan Pengaturan masalah



pembelajaran



atau



berdasarkan



pertanyaan



yang



masalah



penting



bagi



berkisar siswa



pada



maupun



masyarakat. Menurut Arends (1997), pertanyaan dan masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Autentik:



masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia



nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu. 2. Jelas:



masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak



menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa. 3. Mudah dipahami: masalah yang diberikan hendaknya mudah



dipahami siswa. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 4. Luas dan Sesuai dengan Tujuan Pembelajaran: masalah yang



disusun



dan



dirumuskan



hendaknya



bersifat



luas,



artinya



masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan



diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 5. Bermanfaat: masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah



bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa, serta membangkitkan motivasi belajar siswa. b) Keterkaitannya dengan Berbagai Disiplin Ilmu Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berdasarkan masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu. c) Penyelidikan yang Autentik Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berdasarkan masalah bersifat autentik. Selain itu, penyelidikan diperlukan untuk mencari



penyelesaian



masalah



yang



bersifat



nyata.



Siswa



menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat kesimpulan d) Menghasilkan dan memamerkan hasil/karya Pada pembelajaran berdasarkan masalah, siswa bertugas menyusun hasil



penelitiannya



dalam



bentuk



karya



(karya



tulis



atau



penyelesaian) dan memamerkan hasil karyanya. Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan laporannya. d) Kolaborasi Pada



pembelajaran



berdasarkan



masalah,



tugas-tugas



belajar



berupa masalah harus diselesaikan bersama-sama antar siswa dengan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, dan bersama-sama antar siswa dengan guru. 3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah (Arends, 1997). Kelima langkah itu dimulai dengan orientasi guru dan siswa pada masalah serta diakhiri dengan penyajian dan analisis kerja siswa. Kelima langkah itu adalah :



Langkah-langkah Model



Kegiatan yang dilakukan guru



Pembelajaran Berdasarkan Masalah 1. Orientasi



siswa



pada



✦ Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,



masalah



dan memotivasi siswa terlibat dalam 2. Mengorganisir



siswa



aktivitas pemecahan masalah. ✦ Guru membagi siswa kedalam kelompok.



dalam belajar



✦ Guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisir tugas-tugas belajar



berhubungan



dengan



masalah. ✦ Guru mendorong siswa untuk mengum-



3. Membimbing penyelidikan



yang



pulkan



individual



informasi



melaksanakan



maupun kelompok.



penyelidikan 4. Mengembangkan



dan



yang



sesuai,



eksperimen untuk



dan



mendapatkan



penjelasan dan pemecahan masalah. ✦ Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya



menyajikan hasil karya



yang sesuai seperti laporan, vodeo dan model dan membantu mereka membagi 5. Menganalisis mengevaluasi



dan



tugas dengan temannya. ✦ Guru membantu siswa untuk melakukan



proses



pemecahan masalah



refleksi



atau



evaluasi



terhadap



penyelidikan mereka dan proses yang digunakan.



4. Pelaksanaan Model pembelajaran Berdasarkan Masalah Pelaksanaan



model



pembelajaran



berdasarkan



masalah



meliputi



beberapa kegiatan berikut ini. Pendahuluan Pada kegiatan ini guru mengingatkan siswa tentang materi pelajaran yang lalu, memotivasi siswa, mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai secara rinci dan jelas, dan menjelaskan model pembelajaran yang akan dijalani. Kegiatan Inti Guru bersama siswa membahas konsep/teori yang diperlukan dalam kegiatan pemecahan masalah dan membahas soal-soal yang



belum



tuntas.



Selanjutnya



guru



melaksanakan



fase-fase



pembelajaran berdasarkan masalah. Fase I Mengorientasikan Siswa pada Masalah Pada kegiatan ini, guru mengajukan masalah kepada siswa dan meminta siswa mengemukakan ide mereka untuk memecahkan masalah tersebut. Fase 2.Mengorganisir Siswa untuk Belajar Pada kegiatan ini, siswa dikelompokkan secara bervariasi dengan memperhatikan kemampuan, rasial, etnis dan jenis kelamin yang didasarkan pada tujuan yang ditetapkan. Jika terdapat



perbedaan



kelompok,



maka



guru



dapat



memberikan tanda pada kelompok itu. jika diperlukan, guru dapat membagi kelompok itu berdasarkan kesepakatan bersama antara siswa dengan guru. Fase 3. Membantu Siswa Memecahkan Masalah Pada



kegiatan



ini,



siswa



melakukan



penyelidikan



/



pemecahan secara bebas, baik kelompok besar maupun kelompok kecil. Dalam kegiatan ini tyugas guru mendorong siswa mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen aktual, hingga mereka benar-benar mengerti dimensi situasi permasalahannya. Tujuannya adalah agar siswa dalam mengumpulkan informasi cukup untuk mengembangkan dan menyusun ide-idenya sendiri. Demikian pula, guru harus banyak membaca masalah pada berbagai buku sumber yang berguna membantu siswa mengumpulkan informasi, mengajukan



permasalahan



/



pertanyaan



yang



dapat



dipikirkan siswa, dan memberikan berbagai jenis informasi yang diperlukan siswa dalam menjelajah dan menemukan penyelesaian. Fase 4.



Membantu Mengembangkan dan Menyajikan Hasil



Pemecahan Masalah Pada kegiatan ini, guru menyuruh salah seorang anggota kelompok masalah



untuk kelompok



mengalami



mempresentasikan dan



kesulitan.



membantu Kegiatan



hasil siswa



ini



pemecahan jika



berguna



mereka untuk



mengetahui hasil sementara pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan.



Fase 5.



Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan



Masalah Pada akhir kegiatan ini, guru membantu menganalisis dan mengevaluasi



proses



berpikir



siswa.



Sedangkan



siswa



menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan yang dilampaui pada setiap tahap-tahap pembelajaran. Penutup Guru



membimbing



siswa



menyimpulkan



pembelajaran



dan



memberikan tugas untuk diselesaikan di rumah.



RENCANA PEMBELAJARAN-1 Satuan Pendidikan



: SMP



Mata Pelajaran



: Matematika



Kelas/Semester



: IX/ Gasal



Pokok Bahasan



: Sistem Persamaan Linear



Sub Pokok Bahasan



: Sistem Persamaan Linear dua Variabel



Alokasi Waktu



:



2 X 40 menit



A. KOMPETENSI DASAR 1. Menggunakan sifat dan aturan tentang sistem persamaan linear dua variabel dalam menyelesaikan masalah. B. INDIKATOR 1. Menuliskan definisi sistem persamaan linear dua variabel dengan kata-kata sendiri. 2. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel 3. Memberikan tafsiran terhadap solusi dari masalah C. MATERI POKOK 1. Sistem persamaan linear tiga variabel D. MATERI PRASYARAT 1. Operasi hitung dalam bilangan 2. Operasi hitung pada bentuk aljabar 3. Persamaan linear satu variabel E. MEDIA 1. Kertas dan Ballpoint



F. SUMBER PEMBELAJARAN 1. Buku penunjang yang terkait dengan sistem persamaan linear dua variabel G. MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN



1. Model pembelajaran berdasarkan masalah 2. Diskusi, ceramah disertai tanya jawab, pemecahan masalah



H. SKENARIO PEMBELAJARAN KEGIATAN Tahapan



Guru 1.



Awal Memberikan motivasi kepada siswa



dan



siswa



mengenai



tujuan



3. Mengemukakan



ORIENTASI SISWA PADA MASALAH



4.



Membuat kelompok



kehidupan



sesuai



sehari-hari 4.



Mendengarkan penjelasan guru



manfaat



sistem persamaan linear dua



Mendengarkan penjelasan guru



3.



dalam



Mendengarkan penjelasan guru



2.



Menjelaskan



variabel



u



materi



pembelajaran



TAHAP I



1.



mengingatkan



prasayarat. 2.



Wakt



Siswa



Mengelompokkan



dengan



arahan guru.



siswa



5’



menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari tiap



4-5 orang



kelompok,



anggota



kelompok hendaknya terdiri dari



siswa



yang



kemampuannya Selanjutnya buku



heterogen. membagikan



siswa-1, buku siswa-2,



dan LKS-1 1.



Menyuruh berdiskusi yang



tentang



belum



masalah-1, terdapat



TAHAP II MENGORGA NISASIKAN SISWA UNTUK BELAJAR



Inti untuk



siswa



2,



pada



hal-hal



jelas 3,



1.



Memahami masalah-1, 2, 3,



dari



4



4



yang



cermat,



buku



siswa



bersama



dengan



bagian pertama (diharapkan



dengan



teman



siswa telah membacanya di



kelompoknya.



rumah). 2.



Memberikan



kesempatan



bertanya kepada siswa.



2.



Bertanya kepada



guru



jika ada hal-hal yang jelas.



belum



5’



KEGIATAN Tahapan



Guru 1.



Awal Memberikan motivasi kepada siswa



dan



siswa



mengenai



tujuan



dalam



kehidupan



4.



Membuat kelompok sesuai



sehari-hari 4.



Mendengarkan penjelasan guru



manfaat



sistem persamaan linear dua



Mendengarkan penjelasan guru



3.



3. Mengemukakan



ORIENTASI SISWA PADA MASALAH



penjelasan guru 2.



Menjelaskan



variabel



u



Mendengarkan



materi



pembelajaran



TAHAP I



1.



mengingatkan



prasayarat. 2.



Wakt



Siswa



Mengelompokkan



siswa



dengan



arahan guru.



5’



menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari tiap



4-5 orang



kelompok,



anggota



kelompok hendaknya terdiri dari



siswa



yang



kemampuannya Selanjutnya buku



heterogen. membagikan



siswa-1, buku siswa-2,



dan LKS-1 Inti 1.



Menyuruh



siswa



berdiskusi



1.



Tiap



dengan teman kelompoknya



kelompo



untuk menjawab pertanyaan



k



LKS-1 No.1



berdisku si



2.



scafolding yang TAHAP III



dengan



Guru berkeliling dan memberi pada



kelompok



mengalami



kesulitan.



Memperhatikan



teman sekelom poknya



jawaban



untuk



siswa yang menarik.



MEMBIMBIN G PENYELIDIK AN INDIVIDUAL



menjaw



MAUPUN KELOMPOK



LKS-1



ab pertany aan No.1. 2.



Terus mencob a untuk menjaw ab pertany aan LKS-1 No.1



5’



KEGIATAN Tahapan



Guru 1.



Awal Memberikan motivasi kepada siswa



dan



siswa



mengenai



Menjelaskan



tujuan



4.



4.



Membuat kelompok



kehidupan



sesuai



sehari-hari



ORIENTASI SISWA PADA MASALAH



Mendengarkan penjelasan guru



manfaat



dalam



Mendengarkan penjelasan guru



3.



sistem persamaan linear dua variabel



penjelasan guru 2.



3. Mengemukakan



u



Mendengarkan



materi



pembelajaran



TAHAP I



1.



mengingatkan



prasayarat. 2.



Wakt



Siswa



Mengelompokkan



dengan



arahan guru.



siswa



5’



menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari tiap



4-5 orang



kelompok,



anggota



kelompok hendaknya terdiri dari



siswa



yang



kemampuannya Selanjutnya buku



heterogen. membagikan



siswa-1, buku siswa-2,



dan LKS-1 Inti 1.



Menunjuk kelompok siswa yang telah



TAHAP IV MENGEMBA NGKAN DAN MENYAJIKA N HASIL KARYA



selesai



menjawab



untuk



1.



Salah



seorang



siswa



menuliskan jawabannya di papan



mencatatnya di



tulis. Sekaligus juga menyuruh



papan



kelompok



anggota



jawaban



yang



mempunyai



menarik



untuk



tulis, lain 5’



memberikan



menuliskan jawabannya di papan



alasan



tulis



jawabannya. Kelompok



lain



memperhatikan jawaban temannya.



KEGIATAN Tahapan



Guru 1.



Awal Memberikan motivasi kepada siswa



dan



siswa



1.



mengingatkan



mengenai



materi 2.



Menjelaskan



tujuan 3.



3. Mengemukakan dalam



4.



4.



Membuat kelompok



kehidupan



sesuai



sehari-hari



ORIENTASI SISWA PADA MASALAH



Mendengarkan penjelasan guru



manfaat



sistem persamaan linear dua variabel



Mendengarkan penjelasan guru



pembelajaran



TAHAP I



u



Mendengarkan penjelasan guru



prasayarat. 2.



Wakt



Siswa



Mengelompokkan



dengan



arahan guru.



siswa



5’



menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari tiap



4-5 orang



kelompok,



anggota



kelompok hendaknya terdiri dari



siswa



yang



kemampuannya



heterogen.



Selanjutnya buku



membagikan



siswa-1, buku siswa-2,



dan LKS-1 TAHAP V MENGANAS LISIS DAN MENGEVALU ASI PROSES PEMECAHA N MASALAH



1.



Menyuruh



membandingkan



2.



Inti untuk



siswa



jawaban



dari



kelompok



lain



dituliskan di papan tulis melalui



dengan



diskusi kelas.



kelas.



siswa anggap



Memberikan



tidak



kesempatan



yang benar. untuk



2.



Bagi



kelompok



yang



penyelesaian



kurang



masalah.



paham disilahkan untuk bertanya, dan usahakan kalau bisa yang menjelaskannya adalah kelompok siswa



yang



sudah



memahami



penyelesaian masalahnya



Mengomentari proses



menuliskannya di papan tulis. 3.



diskusi



mengomentari



penyelesaian-penyelesaian mereka



dari



Membandingkan



beberapa kelompok yang telah



Menyuruh



jawaban



1.



3.



Bertanya



bagi



kelompok



yang



belum paham dan bagi



kelompok



yang sudah paham dipersilahkan untuk menjelaskan kembali 4.



Menyuruh



siswa



untuk



menuliskan jawaban yang benar.



penyelesaian masalah



yang



ditanyakan temannya. Meyimpulkan konsep dan prinsip yang telah mereka peroleh.



6’



KEGIATAN Tahapan



Guru 1.



Awal Memberikan motivasi kepada siswa



dan



siswa



mengenai



tujuan



dalam



kehidupan



4.



Membuat kelompok sesuai



sehari-hari 4.



Mendengarkan penjelasan guru



manfaat



sistem persamaan linear dua



Mendengarkan penjelasan guru



3.



3. Mengemukakan



ORIENTASI SISWA PADA MASALAH



penjelasan guru 2.



Menjelaskan



variabel



u



Mendengarkan



materi



pembelajaran



TAHAP I



1.



mengingatkan



prasayarat. 2.



Wakt



Siswa



Mengelompokkan



siswa



dengan



arahan guru.



5’



menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari tiap



4-5 orang



kelompok,



anggota



kelompok hendaknya terdiri dari



siswa



yang



kemampuannya Selanjutnya buku



heterogen. membagikan



siswa-1, buku siswa-2,



dan LKS-1 TAHAP III MEMBIMBIN G PENYELIDIK AN INDIVIDUAL MAUPUN KELOMPOK



1.



Menyuruh dengan untuk



Inti berdiskusi



siswa teman



1.



kelompoknya



menjawab



usi



pertanyaan



dengan



LKS-1 No.2, No.3, No.4. 2.



3.



Menyuruh



siswa



Berdisk



teman untuk



kelompo



memperhatikan masalah-1 yang



knya



terdapat



untuk



pada



LKS-1.



Minta



untuk menyelesaikannya.



menjaw



Jika tidak ada siswa yang dapat



ab



menyelesaikan masalah-1, suruh



pertany



siswa



aan



untuk



menjawab



pertanyaan LKS-1 No.1, No.2,



LKS-1



No.3 halaman 4-5.



No.2, No.3, No.4. 2.



Mencob a menjaw ab masalah -1 yang terdapa t



pada



LKS-1 secara diskusi kelompo k.



12’



KEGIATAN Tahapan



Guru 1.



Awal Memberikan motivasi kepada siswa



dan



siswa



mengenai



tujuan



dalam



kehidupan



4.



Membuat kelompok sesuai



sehari-hari 4.



Mendengarkan penjelasan guru



manfaat



sistem persamaan linear dua



Mendengarkan penjelasan guru



3.



3. Mengemukakan



ORIENTASI SISWA PADA MASALAH



penjelasan guru 2.



Menjelaskan



variabel



u



Mendengarkan



materi



pembelajaran



TAHAP I



1.



mengingatkan



prasayarat. 2.



Wakt



Siswa



Mengelompokkan



siswa



dengan



arahan guru.



5’



menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari tiap



4-5 orang



kelompok,



anggota



kelompok hendaknya terdiri dari



siswa



yang



kemampuannya Selanjutnya buku



heterogen. membagikan



siswa-1, buku siswa-2,



dan LKS-1 Inti 1.



Menunjuk yang



kelompok



telah



menjawab



TAHAP IV MENGEMBA NGKAN DAN MENYAJIKA N HASIL KARYA



selesai untuk



1.



Salah seorang siswa



menuliskan



mencat



jawabannya di papan



at



tulis. Sekaligus juga



papan



menyuruh



tulis,



yang



kelompok mempunyai



jawaban



yang



menarik



untuk



di



anggota lain member



menuliskan



ikan



jawabannya di papan



alasan



tulis.



jawaban nya. Kelomp ok



lain



memper hatikan jawaban temann ya.



6’



KEGIATAN Tahapan



Guru 1.



Awal Memberikan motivasi kepada siswa



dan



siswa



1.



mengingatkan



mengenai



materi 2.



Menjelaskan



tujuan 3.



3. Mengemukakan dalam



4.



4.



Membuat kelompok



kehidupan



sesuai



sehari-hari



ORIENTASI SISWA PADA MASALAH



Mendengarkan penjelasan guru



manfaat



sistem persamaan linear dua variabel



Mendengarkan penjelasan guru



pembelajaran



TAHAP I



u



Mendengarkan penjelasan guru



prasayarat. 2.



Wakt



Siswa



Mengelompokkan



dengan



arahan guru.



siswa



5’



menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari tiap



4-5 orang



kelompok,



anggota



kelompok hendaknya terdiri dari



siswa



yang



kemampuannya Selanjutnya buku



heterogen. membagikan



siswa-1, buku siswa-2,



dan LKS-1 TAHAP V MENGANALI SIS DAN MENGEVALU ASI PROSES PEMECAHA N MASALAH



1.



Menyuruh



siswa



membandingkan



2.



Inti untuk



jawaban



dari



Membandingkan jawaban



dari



beberapa kelompok yang telah



kelompok



lain



dituliskan di papan tulis melalui



dengan



diskusi kelas.



kelas.



diskusi



Menyuruh siswa mengomentari penyelesaian-penyelesaian yang mereka



3.



1.



anggap



tidak



2.



benar.



Mengomentari proses



Memberikan kesempatan untuk



penyelesaian



menuliskannya di papan tulis.



masalah.



Bagi



kelompok



paham



yang



disilahkan



kurang untuk



bertanya, dan usahakan kalau bisa adalah



yang



menjelaskannya



kelompok



siswa



yang



sudah memahami penyelesaian masalahnya



3.



Bertanya



bagi



kelompok



yang



belum paham dan bagi



kelompok



yang sudah paham dipersilahkan untuk menjelaskan kembali penyelesaian



4.



Menyuruh



siswa



untuk



menuliskan jawaban yang benar.



masalah



yang



ditanyakan temannya. Meyimpulkan konsep dan prinsip yang telah mereka peroleh.



6’



KEGIATAN Tahapan



Guru 1.



Awal Memberikan motivasi kepada siswa



dan



siswa



1.



mengingatkan



mengenai



materi 2.



Menjelaskan



tujuan 3.



3. Mengemukakan dalam



4.



4.



Membuat kelompok



kehidupan



sesuai



sehari-hari



ORIENTASI SISWA PADA MASALAH



Mendengarkan penjelasan guru



manfaat



sistem persamaan linear dua variabel



Mendengarkan penjelasan guru



pembelajaran



TAHAP I



u



Mendengarkan penjelasan guru



prasayarat. 2.



Wakt



Siswa



Mengelompokkan



dengan



arahan guru.



siswa



5’



menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari tiap



4-5 orang



kelompok,



anggota



kelompok hendaknya terdiri dari



siswa



yang



kemampuannya Selanjutnya buku



heterogen. membagikan



siswa-1, buku siswa-2,



dan LKS-1 1. TAHAP III MEMBIMBIN G PENYELIDIK AN INDIVIDUAL MAUPUN KELOMPOK



2.



Menyuruh



Inti untuk



siswa



Mencoba menjawab



memperhatikan masalah-2 yang



masalah-2



terdapat pada LKS-1. minta siswa



terdapat pada LKS-



untuk menyelesaikannya.



1



Jika tidak ada siswa yang dapat



kelompok.



menyelesaiakan tersebut,



1.



1.



suruh



masalah-2 siswa



2.



untuk



yang



secara



diskusi 16’



Menjawab pertanyaan



LKS-1



menjawab LKS-1 No.1, No.2, dan



No.1,



No.3 halaman 6-7.



No.3 halaman 6-7.



Menunjuk kelompok siswa yang telah



selesai menjawab



untuk



1.



No.2,



Salah



dan



seorang



siswa mencatatnya



TAHAP IV



menuliskan jawabannya di papan



di



MENGEMBA NGKAN DAN MENYAJIKA N HASIL KARYA



tulis. Sekaligus juga menyuruh



anggota



kelompok



memberikan alasan



jawaban



yang



mempunyai



menarik



untuk



papan



tulis, lain



jawabannya.



menuliskan jawabannya di papan



Kelompok



tulis.



memperhatikan



lain



jawaban temannya.



6’



KEGIATAN Tahapan



Guru 1.



Awal Memberikan motivasi kepada siswa



dan



siswa



1.



mengingatkan



mengenai



materi 2.



Menjelaskan



tujuan 3.



3. Mengemukakan dalam



4.



4.



Membuat kelompok



kehidupan



sesuai



sehari-hari



ORIENTASI SISWA PADA MASALAH



Mendengarkan penjelasan guru



manfaat



sistem persamaan linear dua variabel



Mendengarkan penjelasan guru



pembelajaran



TAHAP I



u



Mendengarkan penjelasan guru



prasayarat. 2.



Wakt



Siswa



Mengelompokkan



dengan



arahan guru.



siswa



5’



menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari tiap



4-5 orang



kelompok,



anggota



kelompok hendaknya terdiri dari



siswa



yang



kemampuannya Selanjutnya buku



heterogen. membagikan



siswa-1, buku siswa-2,



dan LKS-1 TAHAP V MENGANALI SIS DAN MENGEVALU ASI PROSES PEMECAHA N MASALAH



1.



2.



Menyuruh



siswa



Inti untuk



1.



Membandingkan



membandingkan jawaban dari



jawaban



dari



beberapa kelompok yang telah



kelompok



lain



dituliskan di papan tulis melalui



dengan



diskusi kelas.



kelas.



diskusi



Menyuruh siswa mengomentari penyelesaian-penyelesaian yang



mereka



anggap



2. tidak



Mengomentari proses



benar. Memberikan kesempatan



penyelesaian



untuk menuliskannya di papan



masalah.



tulis. 3.



Bagi



kelompok



paham



yang



disilahkan



kurang untuk



bertanya, dan usahakan kalau bisa



yang



menjelaskannya



adalah kelompok siswa yang sudah memahami penyelesaian masalahnya



3.



Bertanya



bagi



kelompok



yang



belum paham dan bagi



kelompok



yang



sudah



paham dipersilahkan untuk menjelaskan



4.



Menyuruh



siswa



menuliskan



jawaban



benar.



untuk yang



kembali penyelesaian masalah



yang



ditanyakan temannya. Meyimpulkan konsep



dan



8’



J.



Hasil Belajar



Produk



: Konsep sistem persamaan linear tiga variabel



Proses



:



Memberikan



masalah



nyata,



memodelkan



masalah



secara



matematika, memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah dan menganalisa serta mengevaluasi kembali hasil pemecahan masalah Psikomotor



: Terampil memecahkan masalah



Afektif



: Bekerjasama, jujur mengungkapkan pendapat dan senang belajar matematika



8.



KELEBIHAN DAN KEKURANGAN COOPERATIVE LEARNING 1.



Kelebihan cooperative learning yaitu:



a. Meningkatkan harga diri tiap individu b. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar. c. Konflik antar pribadi berkurangS d. sikap apatis berkurang



e. Pemahaman yang lebih mendalam f. Retensi atau penyimpanan lebih lama g. Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi. h. Cooperative



learning dapat mencegah keagresivan dalam



sistem kompetisi dan



keterasingan



dalam



sistem



individu tanpamengorbankan aspek kognitif. i.



Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik) Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif



j. Menambah motivasi dan percaya diri k. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman- teman sekelasnya l. Mudah diterapkan dan tidak mahal



2.



Kelemahan cooperative learning yaitu: a.



Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas



atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula ataudi tempat yang terbuka. b.



Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang



tekun



merasa



temannya



hanya menumpang pada



yang



kurang



mampu



hasil jerih payahnya. Hal



tidak perlu dikhawatirkan



sebab



dalam



ini



cooperative



learning bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi



afektif



dan



psikomotoriknya



juga dinilai seperti



kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok. c.



Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.



d.



Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata



atau secara



mengerjakan cooperative anggota yang



adil,



seluruh learning



kelompok



bahwa



satu



pekerjaan pembagian



harus



orang



tersebut. tugas



rata,



harus Dalam setiap



dapat mempresentasikan



apa



telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada



pertanggungjawaban secara individu. Cooperative



learning



dapat memotivasi



merupakan



belajar



siswa



model dimana



mungkin terjadi dapat diminimalisirkan.



pembelajaran



yang



kekurangan



yang