Pedoman APD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ALAT PELINDUNG DIRI (APD) I.



LATAR BELAKANG Petugas pelayanan kesehatan kini dihadapkan dengan berbagai risiko dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, resiko pekerjaan yang umum dihadapi oleh petugas pelayanan kesehatan adalah kontak dengan darah dan duh tubuh sewaktu perawatan rutin pasien. Pemaparan terhadap patogen ini meningkatkan resiko mereka terhadap infeksi yang serius dan kemungkinan kematian. Petugas kesehatan yang bekerja di kamar bedah dihadapkan kepada resiko pemaparan terhadap patogen yang lebih tinggi daripada bagian – bagian lainnya (Gershon dan Vlavov 1992). Karena resiko yang tinggi ini, panduan dan praktik perlindungan infeksi yang lebih baik diperlukan untuk melindungi staf yang bekerja di area ini. Selain itu, anggota staf yang tahu cara melindungi diri mereka dari pemaparan darah dan duh tubuh dan secara konsisten



menggunakan



tindakan



tindakan



ini



akan



membantu



melindungi pasien–pasiennya juga. Sementara kesadaran terhadap keseriusan AIDS dan Hepatitis C meningkat, dan bagaimana mereka dapat tertular di tempat kerja, banyak petugas kesehatan tidak merasakan diri mereka dalam resiko. Terlebih lagi,



mereka



yang



beresiko



tidak



secara



teratur



menggunakan



perlengkapan pelindung, seperti sarung tangan, atau paraktik-praktik lain (cuci tangan) yang disediakan untuk mereka. II. ALAT PELINDUNG DIRI Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk



melindungi



seseorang



dalam



pekerjaan



yang



fungsinya



mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dari cara kerja yang aman. Peralatan pelindung pribadi meliputi sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata (perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron, dan barang lainnya. Di banyak Negara kap, masker, gaun dan duk terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang sangat efektif, terbuat dari kain yang di olah atau bahan sintetis yang dapat menahan air atau caran lain (darah atau duh tubuh) untuk menembusnya. Bahan-bahan tahan cairan ini, tidak tersedia secara luas karena mahal. Di banyak Negara, kain katun yang enteng (dengan hitungan benang 140/inci²) adalah bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah (masker, kap dan gaun) dan duk.



1



Sayangnya, katun enteng itu tidak memberikan tahanan efektif, karena basah dapat menembusnya dengan mudah, yang membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk ditembus uap (tidak dapat disterilkan), sangat sukar di cuci dan makan waktu untuk dikeringkan. Kalau dipakai kain, warnanya harus putih atau terang agar kotoran dan kontaminasi dapat terlihat. Kap, masker, dan tirai yang terbuat dari kertas tidak boleh dipakai ulang karena tidak ada cara untuk membersihkannya. Kalau Anda tidak dapat mencucinya, jangan dipakai ulang ! III.



JENIS - JENIS ALAT PELINDUNG DIRI A. Alat Pelindung Kepala Berdasarkan fungsinya dapat di bagi 3 bagian: 1. Topi pengaman ( Safety Helmet ) Untuk melindungi kepala dari benturan atau pukulan benda – benda. 2. Topi / tudung Untuk melindungi kepala dari api, uap – uap korosif, debu, kondisi iklim yang buruk. 3. Tutup kepala Untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut atau mencegah lilitan rambut dari mesin. Alat pelindung kepala ini dapat dilengkapi dengan alat pelindung diri yang lain, yaitu: a. Kaca Mata ( gogles ) b. Penutup muka c. Penutup telinga d. Respirator, dll



B. Alat Pelindung Telinga Alat pelindung telinga ada 2 jenis : 1. Sumbatan telinga (ear plug) Sumbat telinga yang baik adalah memakai frekuensi tertentu saja. Sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya tidak terganggu. 2. Tutup telinga (ear muff ) Tutup telinga jenisnya sangat beragam. Tutup telinga mempunyai daya pelindung ( Attenuasi ) berkisar antara 25 – 30 DB. Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dengan sumbat telinga, sehingga dapat mempunyai daya lindung yang lebih besar.



2



C. Sarung Tangan Sarung tangan melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya untuk mencegah kontaminasi silang. Umpamanya, sarung tangan pemeriksaan harus dipakai kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi (kecuali keringat), alat atau permukaan yang terkontaminasi dan kalau menyentuh kulit nonintak atau selaput lendir. INGAT ! Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci tangan atau pemakaian antiseptik yang digosokkan pada tangan. 1. Jenis-jenis sarung tangan a. Sarung tangan bedah Dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau pembedahan b. Sarung tangan pemeriksaan Dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin c. Sarung tangan rumah tangga Dipakai sewaktu memproses peralatan, menangani bahan– bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi Sarung tangan bedah yang baik terbuat dari bahan lateks, karena elastis, sensitive dan tahan lama, dan dapat disesuaikan dengan ukuran tangan. Karena meningkatnya masalah alergi lateks, sedang dikembangkan bahan serupa, yang disebut “ nitril “ yang merupakan bahan sintetik seperti lateks. Bahan ini tidak menimbulkan reaksi alergi. Di beberapa negara jenis sarung tangan pemeriksaan yang tersedia adalah dari vinil, suatu bahan sintetik yang lebih murah daripada lateks. Namun, vinil tidak elastis, sehingga kurang pas dan mudah robek. Sarung tangan pemeriksaan yang berkualitas baik yang terbuat dari kabel tebal, kurang fleksibel dan sensitive, dan dapat memberi perlindungan maksimum sebagai pelindung pembatas. 2. Kapan Pemakaian Sarung Tangan Diperlukan Meskipun efektifitas pemakaian sarung tangan dalam mencegah kontaminasi dari petugas kesehatan telah terbukti berulang kali (Tenorio et al. 2001) tetapi pemakaian sarung tangan tidak



3



menggantikan kebutuhan untuk mencuci tangan. Sebab sarung tangan bedah lateks dengan kualitas terbaik sekalipun, mungkin mengalami kerusakan kecil yang tidak terlihat, sarung tangan mungkin robek pada saat digunakan atau tangan terkontaminasi pada saat melepas sarung tangan (Bagg. Jenkins dan Barker 1990; Davis 2001) INGATLAH UNTUK : Mencuci tangan atau menggunakan antiseptik cair yang digosokkan di tangan sebelum memakai sarung tangan dan setelah melepas sarung tangan. S Sarung tangan periksa atau serbaguna bersih harus digunakan oleh semua petugas ketika : a. Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain, membran mukosa atau kulit yang terlepas b. Melakukan prosedur medis yang bersifat invasif misalnya menusukkan



sesuatu



ke



dalam



pembuluh



darah,



seperti



memasang infus c. Menangani bahan–bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh permukaan yang tercemar d. Menerapkan Kewaspadaan Berdasarkan Penularan Melalui Kontak (yang diperlukan pada kasus penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui atau dicurigai), yang mengharuskan petugas kesehatan menggunakan sarung tangan bersih, tidak steril ketika memasuki ruangan pasien. Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan tersebut sebelum meninggalkan ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan handrub berbasis alkohol. Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai upaya menghindari kontaminasi silang (CDC 1987). Pemakaian sepasang sarung tangan yang sama atau mencuci tangan yang masih bersarung tangan, ketika berpindah dari satu pasien ke pasien yang lain atau ketika melakukan perawatan di bagian tubuh yang kotor kemudian berpindah ke bagian tubuh yang bersih, bukan merupakan praktek yang aman. Doebbeling dan Colleagues (1988) menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada tangan petugas yang hanya mencuci tangan dalam keadaan masih memakai sarung tangan dan tidak



4



mengganti sarung tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lainnya. 3. Hal Yang Harus Dilakukan Bila Persediaan Sarung Tangan Terbatas Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak memadai, sarung tangan bedah sekali pakai (disposable) yang sudah digunakan dapat diproses ulang dengan cara: a. Dekontaminasi dengan meredam dalam larutan klorin 0,5 % selam 10 menit b. Dicuci dan bilas, serta dikeringkan c.



Sterilkan dengan menggunakan autoklaf atau disinfeksi tingkat tinggi Bila sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan dua lapis



sarung tangan periksa atau sarung tangan bedah yang telah diproses untuk memberikan perlindungan yang cukup bagi petugas kebersihan, petugas laundry, pekarya serta petugas yang menangani dan membuang limbah medis. 4. Hal Yang Harus Diperhatikan Pada Pemakaian Sarung Tangan a. Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung tangan bedah. Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat mengganggu keterampilan dan mudah robek. b. Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan resiko sarung tangan robek. c. Tarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika anda memakainya) untuk melindungi pergelangan tangan. d. Gunakan pelembab yang larut dalam air (tidak mengandung lemak) untuk mencegah kulit tangan kering/berkerut. e. Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak sarung tangan bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks. f. Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit. g. Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas, AC, cahaya ultraviolet, cahaya



5



fluoresen atau mesin rontgen, karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi efektifitasnya sebagai pelindung. 5. Reaksi Alergi Terhadap Sarung Tangan Reaksi alergi terhadap sarung tangan lateks semakin banyak dilaporkan oleh berbagai petugas di fasilitas kesehatan, termasuk bagian rumah tangga, petugas laboratorium dan dokter gigi. Jika memungkinkan, sarung tangan bebas lateks (nitril) atau sarung tangan lateks rendah allergen harus digunakan, jika dicurigai terjadi alergi (reaksi alergi terhadap nitril juga terjadi, tetapi lebih jarang). Selain itu, pemakaian sarung tangan bebas bedak juga direkomendasikan. Sarung tangan dengan bedak dapat menyebabkan reaksi lebih banyak, karena bedak pada sarung tangan membawa partikel leteks ke udara. Jika hal ini tidak memungkinkan, pemakaian sarung tangan kain atau vinil di bawah sarung tangan lateks dapat membantu mencegah sensitisasi kulit. Meskipun demikian, tindakan ini tidak akan dapat mencegah sensitisasi pada membran mukosa mata dan hidung. (Garner dan HICPAC 1996). Pada sebagian besar orang yang sensitif, gejala yang muncul adalah warna merah pada kulit, hidung berair dan gatal–gatal pada mata, yang mungkin berulang atau semakin parah misalnya menyebabkan gangguan pernafasan seperti asma. Reaksi alergi terhadap lateks dapat muncul dalam waktu 1 bulan pemakaian. Tetapi pada umumnya reaksi baru terjadi setelah pemakaian yang lebih lama, sekitar 3–5 tahun., bahkan sampai 15 tahun



(Baumann 1992),



meskipun



ada



pada



orang



yang



rentan.



Belum



terapi



atau



desensitisasi untuk mengatasi alergi lateks, satu–satunya pilihan adalah menghindari kontak. D. Masker Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.



6



Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan, kain kassa, kertas dan bahan sintetik yang beberapa di antaranya tahan cairan. Masker yang di buat dari katun atau kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan atau efektif sebagai filter. Masker



yang



dibuat



dari



bahan



sintetik



dapat



memberikan



perlindungan dari tetesan partikel berukuran besar (> 5 µm) yang tersebar melalui batuk atau bersin ke orang yang berada di dekat pasien (kurang dari 1 meter). Namun masker bedah terbaik sekalipun tidak dirancang untuk benar–benar menutup pas secara erat (menempel sepenuhnya pada wajah) sehingga mencegah kebocoran udara pada bagian tepinya. Dengan demikian, masker tidak dapat secara efektif menyaring udara yang dihisap (Chen dan Welleke 1992) dan tidak dapat direkomendasikan untuk tujuan tersebut. Ketika melepas masker, pegang bagian talinya karena bagian tengah masker merupakan bagian yang paling banyak terkontaminasi (Rothrock, Mc. Ewen dan Smith 2003)



Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus dapat mencegah partikel mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan. 1. Masker Dengan Efisiensi Tinggi Masker dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker khusus yang direkomendasikan, bila penyaringan udara dianggap penting misalnya pada perawatan seseorang yang telah diketahui atau dicurigai menderita flu burung atau SARS. Masker dengan efisiensi tinggi misalnya N95 melindungi dari partikel dengan ukuran ≤ 5 mikron yang di bawa oleh udara. Pelindung ini terdiri dari banyak lapisan bahan penyaring dan harus dapat menempel dengan erat pada wajah tanpa ada kebocoran. Dilain pihak pelindung ini juga lebih mengganggu pernafasan dan lebih mahal daripada masker bedah. Sebelum petugas memakai masker N95 perlu diadakan fit test pada setiap pemakaiannya. Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui airborne maupun



7



droplet, seperti misalnya flu burung atau SARS, petugas kesehatan harus



menggunakan



masker



efisiensi



tinggi.



Pelindung



ini



merupakan perangkat N-95 yang telah disertifikasi oleh US National Institute for Occupational Safety dan Health (NIOSH), disetujui oleh European CE, atau standard nasional/regional yang sebanding



dengan



standar



tersebut



dari



Negara



yang



memproduksinya. Masker efisiensi tinggi dengan tingkat efisiensi lebih tinggi dapat juga digunakan. Masker efisiensi tinggi, seperti khususnya N-95, harus di uji pengepasannya (fit test) untuk menjamin bahwa perangkat tersebut pas dengan benar pada wajah pemakainya. a. Pemakaian Masker Efisiensi Tinggi Petugas Kesehatan harus : 1) Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah lapisan utuh dan tidak cacat. Jika bahan penyaring rusak atau kotor, buang masker tersebut. Selain itu, masker yang ada keretakan, terkikis, terpotong atau terlipat pada sisi dalam masker, juga tidak dapat digunakan. 2) Memeriksa tali – tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau rusak. Tali harus menempel dengan baik di semua titik sambungan. 3) Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam ( jika ada ) berada pada tempatnya dan berfungsi dengan baik. b. Fit test untuk masker efisiensi tinggi Fungsi masker akan terganggu / tidak efektif, jika masker tidak dapat melekat secara sempurna pada wajah, seperti pada keadaan di bawah ini : 1) Adanya janggut, cambang atau rambut yang tumbuh pada wajah bagian bawah atau adanya gagang kacamata. 2) Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi dapat



mempengaruhi perlekatan bagian wajah masker. 3) Apabila klip hidung dari logam dipencet, dijepit, karena akan



menyebabkan kebocoran. Ratakan klip tersebut di atas hidung setelah anda memasang masker, menggunakan kedua telunjuk dengan cara menekan dan menyusuri bagian atas masker.



8



4) Jika mungkin, dianjurkan fit test dilakukan setiap saat sebelum memakai masker efisiensi tinggi. c. Kewaspadaan Beberapa masker mengandung komponen lateks dan tidak bisa digunakan oleh individu yang alergi terhadap lateks. Petugas harus diberi cukup waktu untuk menggunakan dan mengepaskan masker dengan baik sebelum bertemu dengan pasien. E. Alat Pelindung Mata Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara melindungi mata. Pelindung mata mencakup kacamata (goggle) plastik bening, kaca mata pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika ditambahkan pelindung pada bagian sisi mata. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker. Ada beberapa jenis alat pelindung mata diantaranya : 1. Kaca Mata Biasa ( Spectacle Gogles ) Kaca mata terutama pelindung mata dapat dengan mudah atau tanpa pelindung samping. Kaca mata dengan pelindung samping lebih banyak memberikan perlindungan. 2. Gogles Mirip kacamata, tetapi lebih protektif dan lebih kuat terikat karena memakai ikat kepala. Dipakai untuk pekerjaan yang amat membahayakan bagi mata. F. Alat Pelindung Pernafasan Ada 3 jenis alat pelindung pernafasan : 1. Respirator yang sifatnya memurnikan udara a. Respirator yang mengandung bahan kimia



-



Topeng gas dengan kamister



-



Respirator dengan cartridge



b. Respirator dengan filter mekanik



9



-



Bentuk hampir sama dengan respirator cartridge kimia, tapi udara berupa saringan / filter



-



Biasanya di gunakan pada pencegahan debu



c. Respirator yang mempunyai filter mekanik dan bahan kimia 2. Respirator yang dihubungkan dengan supply udara bersih. Supply udara berasal dari : a. Saluran udara bersih atau kompresor b. Alat pernafasan yang mengandung udara ( SCBA ) Biasanya berupa tabung gas yang berisi : -



Udara yang dimampatkan



-



Oksigen yang dimampatkan



-



Oksigen yang dicairkan



3. Respirator dengan supply oksigen



G. Topi Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk ke dalam luka selam pembedahan. Topi harus cukup besar untuk menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot. H. Gaun Pelindung Gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui droplet / airbone. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik atau tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi atau eksresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area



10



pasien. Setelah gaun dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya organisme. Gaun pelindung harus dianggap sebagai alat pelindung diri. Gaun pelindung khusus untuk pekerjaan dengan sumber – sumber bahaya tertentu seperti: 4. Terhadap Radiasi Panas



Gaun pelindung untuk radiasi panas, radiasi harus dilapisi bahan yang bisa merefleksikan panas, biasanya Alumunium dan berkilau. Bahan – bahan pakaian lain yang bersifat isolasi terhadap panas adalah : 1000⁰ C, katun, asbes ( kalau sampai 500 ⁰C ). 5. Terhadap Radiasi Mengion Gaun pelindung harus dilapisi dengan timbal biasanya berupa apron. Pakaian ini sering digunakan di bagian radiologi. 6. Terhadap cairan dan bahan – bahan kimia. Biasanya terbuat dari bahan plastic atau karet I. Apron Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak tahan air. Apron akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan. J. Pelindung Kaki Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, “sandal jepit“ atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet



atau



sepatu



kulit



tertutup



memberikan



lebih



banyak



perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah. Sebuah penelitian



11



menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan seringkali digunakan sampai di luar ruang operasi. Kemudian dilepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran. (Summers et.al. 1992)



IV. PEMAKAIAN APD DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN: BAGAIMANA



MENGENAKAN, MENGGUNAKAN DAN MELEPAS APD A. Prinsip–prinsip ppi yang perlu diperhatikan pada pemakaian APD : 1. Gaun Pelindung a. Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung b. Ikat dibagian belakang leher dan pinggang 2. Masker a. Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala dan leher b. Paskan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung c. Paskan dengan erat pada wajah dan dibawah dagu sehingga melekat dengan baik d. Periksa ulang pengepasan masker 3. Kaca Mata Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas 4. Sarung Tangan Tarik sarung tangan hingga menutupiu bagian pergelangan tangan Segera lakukan kebersihan tangan setelah melepaskan APD B. Identifikasi Pemakaian Alat Pelindung Diri



12



Jenis Tindakan Memandikan Pasien



Menolong BAB Menolong BAK Oral Higiene Pengambilan darah vena Pengisapan lendir Perawatan luka mayor Perawatan luka minor Perawatan luka infeksi Mengukur TTV Memasang infus Melakukan penyuntikan Memasang dawer kateter Melap alatalat pasien Intubasi Membersihk an peralatan habis pakai Transportasi pasien Pelayanan pasien infeksi airborne Pembersih an lingkungan Pembersih an percikan cairan tubuh Pengangku tan sampah ke TPS



Sarung Masker Tangan Tidak (kecuali Tidak ada risiko terpapar cairan tubuh pasien) Ya Ya



Gaun/ Apron Tidak



Kaca Mata Tidak



Topi Tidak



Sepatu bot Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Ya



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Ya Ya



Tidak Tidak



Tidak Tidak



Tidak Tidak



Tidak Tidak



Tidak Tidak



Ya



Ya



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Ya / steril



Ya



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Ya



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Ya / steril



Ya



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Ya



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Ya



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Ya (steril)



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Ya



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Ya (steril) Ya



Ya Ya



Tidak Ya



Tidak Ya



Tidak Tidak



Tidak Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Ya



Ya



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Ya (sarung tangan rumah tangga ) Ya (sarung tangan rumah tangga ) Ya (sarung tangan rumah



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Ya



Tidak



Tidak



Tidak



Ya



Ya



Tidak



Tidak



Ya



13



Jenis Tindakan Pembersih an toilet Penyedia makanan Petugas linen Petugas laundry



Sarung Tangan tangga ) Ya (sarung tangan rumah tangga ) Ya



Masker



Gaun/ Apron



Kaca Mata



Topi



Sepatu bot



Ya



Ya



Tidak



Tidak



Ya



Tidak



Ya



Tidak



Ya



Tidak



Ya (sarung tangan rumah tangga ) Ya (sarung tangan rumah tangga )



Ya



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak



Ya



Ya



Tidak



Tidak



Ya



C. Daftar pengunaan APD



1. Kamar Operasi : - Topi steril - Masker - Sarung tangan steril - Jas Operasi - Sepatu boot/sandal dengan ujung yang tertutup 2. Poliklinik - Masker - Sarung tangan 3. IGD : - Sarung tangan - Masker - Apron - Sepatu boot 4. Laboratorium : - Jas kerja - Sarung tangan - Masker 5. Cleaning service : - Sarung Tangan non streril - Masker - Sepatu boot 6. Laundry : - Sepatu boot - Sarung tangan - Masker - Apron



14



15



D. MANFAAT ALAT PELINDUNG DIRI (APD) ALAT PELINDUNG DIRI (APD)



JAS DAN CELEMEK PLASTIK



SEPATU PELINDUNG



SARUNG TANGAN



TERHADAP PASIEN



TERHADAP PETUGAS KESEHATAN



Mencegah kontak mikroorganisme dari tangan, Mencegah badan/kulit petugas kesehatan kontak dengan tubuh percikan darah atau cairan tubuh penderita. dan pakaian petugas kesehatan kepada pasien. Mengurangi kemungkinan terbawanya Mencegah perlukaan kaki oleh benda tajam yang terkontami mikroorganisme dari ruang lain atau luar ruangan nasi atau terjepit benda berat (misalnya mencegah luka karena menginjak benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan) dan mencegah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya. Mencegah kontak mikroorganisme pada tangan Mencegah kontak tangan petugas dengan darah dan cairan petugas tubuh penderita lainnya, selaput lendir, kulit yang tidak utuh atau kesehatan kepada pasien alat kesehatan dan permukaan yang telah terkontaminasi.



KACA MATA PELINDUNG



Mencegah membran mukosa petugas kesehatan kontak dengan percikan darah atau cairan tubuh penderita.



16



ALAT PELINDUNG DIRI (APD)



MASKER



TERHADAP PASIEN



TERHADAP PETUGAS KESEHATAN



Mencegah kontak droplet dari mulut dan hidung Mencegah membran mukosa petugas kesehatan (hidung dan mulut) petugas kontak dengan percikan darah atau cairan tubuh penderita. Kesehatan yang mengandung mikroorganisme dan terpercik saat bernapas, bicara atau batuk kepada pasien.



17



E. Cara Menggunakan APD 1. Mengenakan APD



a. Pelindung kaki b. Apron, gaun pelindung dan topi c. Masker d. Kacamata atau pelindung wajah e. Sarung tangan f. Gaun Pelindung 1) Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung. 2) Ikat di bagian belakang leher dan pinggang. g. Masker 1) Eratkan tali atau karet elastic pada bagian tengah kepala dan leher 2) Pastikan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung 3) Pastikan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga melekat dengan baik 4) Periksa ulang pengepasan masker 5) Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi – JANGAN SENTUH ! 6) Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas 7) Buang ke tempat sampah infeksius h. Kacamata Atau Pelindung Wajah Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas i. Sarung Tangan 1) Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi 2) Ingatlah



bahwa



bagian



luar



sarung



tangan



telah



terkontaminasi 3) Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, lepaskan



18



4) Pegang



sarung



tangan



yang



telah



dilepas



dengan



menggunakan tangan yang masih memakai sarung tangan 5) Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah sarung tangan yang belum di lepas di pergelangan tangan 6) Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama 7) Buang sarung tangan di tempat sampah infeksius F. Cara Melepas APD Kecuali masker, lepaskan APD di pintu atau di anteroom. Masker dilepaskan setelah meninggalkan ruangan pasien dan menutup pintunya. Urutan Melepaskan APD 1. Sarung tangan 2. Kacamata atau pelindung wajah 3. Apron, gaun pelindung dan topi 4. Masker 5. Pelindung kaki a. Kaca Mata Atau Pelindung Wajah 1) Ingatlah bahwa bagian luar kaca mata atau pelindung wajah telah terkontaminasi 2) Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kaca mata 3) Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam tempat sampah infeksius b. Gaun Pelindung 1) Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah terkontaminasi 2) Lepas tali 3) Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja 4) Balik gaun pelindung 5) Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat sampah infeksius



19



Gambar 1 LANGKAH-LANGKAH MENGENAKAN ALAT PELINDUNG DIRI



20



Gambar 2 LANGKAH-LANGKAH MELEPASKAN ALAT PELINDUNG DIRI



21



Gambar 3 BAGAN ALUR PEMILIHAN SARUNG TANGAN



22