PEDOMAN ICRA HAIs [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEDOMAN INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT (ICRA) HEALTHCARE ASSOCIATED INFECTIONS (HAIs)



TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM BUNGSU BANDUNG



DAFTAR ISI DAFTAR ISI..........................................................................................................



02



PENDAHULUAN.................................................................................................



03



1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................



03



1.2 TUJUAN........................................................................................................



03



KONSEP DASAR ICRA.......................................................................................



04



2.1 DEFINISI.......................................................................................................



04



2.2 RISIKO INFEKSI DI RUMAH SAKIT........................................................



04



2.2.1 INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK).................................................



04



2.2.2 INFEKSI LUKA OPERASI (ILO).....................................................



04



2.2.3 INFEKSI SALURAN NAPAS...........................................................



05



2.2.4 PHLEBITIS........................................................................................



05



2.2.5 DEKUBITUS......................................................................................



05



TATALAKSANA ICRA HAIS..............................................................................



06



3.1 PENGKAJIAN RISIKO.................................................................................



06



3.1.1 PROSES PENGKAJIAN RISIKO.....................................................



06



3.1.2 TIM PENGKAJI RISIKO..................................................................



06



3.1.3 PENEMUAN KAJIAN RISIKO........................................................



06



3.1.4 FAKTOR RISIKO..............................................................................



07



3.1.4.1 RISIKO EKSTERNAL........................................................



07



3.1.4.2 RISIKO INTERNAL............................................................



07



3.1.5 MENENTUKAN DAMPAK TIAP FAKTOR RISIKO.....................



08



3.2 ANALISIS RISIKO.......................................................................................



08



3.2.1 RISK GRADING MATRIX...............................................................



08



3.2.2 ROOT CAUSE ANALYSIS...............................................................



10



3.2.3 FAILURE MODES AND EFFECTS ANALYSIS (FMEA)...............



11



3.3 EVALUASI RISIKO......................................................................................



11



3.4 PENGELOLAAN RISIKO............................................................................



11



PENUTUP.............................................................................................................



14



2



PENDAHULUAN 1.1



LATAR BELAKANG Healthcare Associated Infections (HAIs) masih merupakan masalah serius



di pelayanan kesehatan, terutama di rumah sakit di Indonesia, karena mempunyai dampak terhadap pelayanan di rumah sakit, yaitu dapat menyebabkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan meningkat. Selain itu juga mempunyai dampak terhadap citra rumah sakit dan mutu layanan menurun. Oleh karena itu sasuai UU RI No. 36 dan 44 rumah sakit mempunyai satu tim yaitu tim PPIRS untuk menurunkan HAIs dengan salah satu program PPI yang disebut program ICRA (Infection Control Risk Assesment). ICRA adalah proses penilaian untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya resiko yang dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak resiko. ICRA harus dilakukan terutama oleh Tim PPI dan dibantu oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat termasuk pasien dan publik dapat terlibat bila memungkinkan. 1.2



TUJUAN Secara umum, tujuan ICRA adalah untuk mencegah dan mengurangi risiko



terjadinya HAIs pada pasien, petugas, dan pengunjung di rumah sakit. Secara khusus, ICRA bertujuan untuk mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko terhadap paparan kuman patogen melalui petugas, pasien, dan pengunjung, juga penularan melalui tindakan/prosedur invasif yang dilakukan baik melalui peralatan, teknik pemasangan, atau perawatan terhadap risiko infeksi. ICRA juga bertujuan sebagai standar penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindaklanjuti berdasarkan hasil penilaian skala prioritas.



KONSEP DASAR INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT (ICRA) 3



2.1



DEFINISI a. Resiko adalah terjadinya kerugian yang dapat ditimbulkan dari proses kegiatan saat sekarang atau kejadian di masa datang. b. Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas resiko, dengan tujuan untuk menghilangan atau meminimalkan dampaknya. c. Risk Asesment adalah suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci dan berurutan, baik kejadian yang actual maupun yang potensial berisiko ataupun kegagalan. d. ICRA adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi, pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan program yang berfokus pada pengurangan risiko infeksi, tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan fasilitas, dan pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan lingkungan perawatan yang memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.



2.2



RISIKO INFEKSI DI RUMAH SAKIT 2.2.1 INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Diagnosis ISK dapat ditegakkan bila ditemukan gejala demam > 38oC, nyeri saat berkemih, nyeri suprapubis, urine terlihat keruh atau berdarah, ada riwayat pemasangan kateter urine, dan pada pemeriksaan urine ditemukan bakteri. 2.2.2 INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) Diagnosis luka operasi ditegakkan bila ditemukan gejala demam dengan suhu > 38oC, kemerahan, bengkak, pus, dan perforasi pada daerah operasi. Biakan kuman positif juga menandakan adanya ILO.



2.2.3 INFEKSI SALURAN NAPAS



4



Diagnosis infeksi saluran napas ditegakkan bila ditemukan demam > 38oC, batuk dengan sekresi dahak purulent, ditemukan riwayat pemasangan ventilator, ditemukan ronchi basah pada pemeriksaan fisik, terdapat infiltrate pada foto thoraks, ditemukan kultur kuman baru. 2.2.4 PLEBITIS Plebitis adalah infeksi pada aliran darah atau jaringan di sekitar tempat pemasangan infus yang timbul tanpa ada organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Diagnosis infeksi saluran napas ditegakkan



berdasarkan



kriteria



diagnosis



yaitu



nyeri,



radang



kemerahan, bengkak, demam > 38oC, menggigil, adanya nanah dan ditemukan di daerah tempat pemasangan infus. 2.2.5 DEKUBITUS Dekubitus adalah luka pada kulit dan atau jaringan di bawahnya yang terjadi di rumah sakit karena tekanan yang terus menerus akibat tirah baring (berbaring total dan tidak dapat bergerak) yang terjadi > 2 x 24 jam. Gejala yang dapat ditemukan berupa kemerahan pada kulit yang mendapatkan tekanan terus-menerus, nyeri tekan, bengkak pada luka, biakan cairan positif kuman. Derajat dekubitusdibagi 4, yaitu pertama dengan kulit intak, warna pucat, bila tekanan dihilangkan kulit kembali normal.Derajat kedua, kulit luka sampai dengan jaringan subkutis dan kadang didapatkan pus. Pada derajat ketiga kerusakan sampai dengan otot, ulkus menggaung, sering ditemukan pus, dan derajat keempat adalah luka mencapai kedalaman tulang dan ditemukan pus.



TATALAKSANA ICRA HAIS 5



3.1



PENGKAJIAN RISIKO Pengkajian risiko / identifikasi risiko adalah proses untuk mengidentifikasi apa yang bisa terjadi, mengapa, dan bagaimana hal tersebut bisa terjadi. a. Mengidentifikasi risiko untuk mendapat data transmisi infeksi berdasarkan lokasi geografis, populasi yang dilayani, perawatan pengobatan dan pelayanan yang tersedia, analisis aktivitas surveilans dan data infeksi lain. b. Mengidentifikasi risiko secara berkala dan jika muncul masalah bermakna. c. Pengkajian risiko didapat dari asupan interdisiplin pimpinan, anggota Tim PPI, IPCN / IPCLN, dan staf medik, perawat, dan lain-lain. d. Buat daftar skala prioritas dan dokumentasikan. e. Membuat laporan data surveilans dan dibuat grafik. 3.1.1 PROSES PENGKAJIAN RISIKO a. Recruitment Tim b. Penyebaran



informasi



sebelum



pelaksanaan,



yaitu



masalah



pencegahan dan pengendalian infeksi yang paling penting dan indikasi kunjungan rawat, rawat inap, dan prosedur yang paling sering. 3.1.2 TIM PENGKAJI RISIKO Tim pengkaji risiko meliputi Tim Mutu, Tim PPI, petugas kesehatan lain, staf medik, bidang keperawatan, bidang teknik, administrasi, kamar bedah, unit produksi makanan, unit pelayanan laundri, unit rawat jalan, unit sanitasi lingkungan, CSSD, laboratorium, farmasi, dan jenazah. 3.1.3 PERTEMUAN KAJIAN RISIKO a. Prioritas Risiko b. Menentukan renstra c. Evaluasi organisasi i. Tentukan faktor risiko ii. Karakteristik yang meningkatkan dan mengurangi risiko infeksi iii. Penyusunan formulir 3.1.4 FAKTOR RISIKO 6



Faktor risiko yang dimaksud termasuk geografi dan lingkungan, karakteristik populasi, infeksi area endemik, area lain yang terkait risiko, karakteristik perawatan medis, dan pelayanan yang tersedia. 3.1.4.1 RISIKO EKSTERNAL a. Bencana alam (banjir, gempa, dll) b. Kecelakaan massal (kereta api, bus, dll) c. Kejadian KLB di komunitas yang berhubungan dengan penyakit menular, yaitu TBC emerging dan penyakit lain yang berhubungan dengan kontaminasi makanan dan air. 3.1.4.2 RISIKO INTERNAL a. Pasien i. Karakteristik pasien seperti perempuan, anak-anak, perawatan akut, populasi kebutuhan khusus, perawatan jangka panjang, dan rehabilitasi. ii. Usia pasien anak-anak, dewasa, dan lansia. b. Risiko terkait peralatan, seperti pembersih, desinfektan, dan sterilisasi instrumen bedah, prostesa, pemrosesan alat sekali pakai, pembungkusan alat, dan peralatan yang dipakai. c. Risiko



terhadap



petugas



kesehatan,



yaitu



kebiasaan



kesehatan perorangan, budaya tentang penyakit menular, pemahaman pencegahan dan penularan penyakit, tingkat kepatuhan dalam pencegahan infeksi (hand hygiene, APD, dll), skrining penyakit menular yang tidak adekuat, dan kejadian needle stick injury. d. Risiko yang terkait pelaksanaan prosedur, yaitu prosedur invasif yang dilakukan, peralatan yang dipakai, pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu tindakan, persiapan pasien



yang



memadai,



kepatuhan



terhadap



teknik



pencegahan yang direkomendasikan. e. Risiko terkait lingkungan, terutama area pembangunan, kelengkapan alat untuk mencegah penyebaran kuman, dan metode pembersihan yang sesuai dengan pedoman. 7



3.1.5 MENENTUKAN DAMPAK TIAP FAKTOR RISIKO Setiap faktor risiko harus dinilai probabilitas / kemungkinan terjadinya kejadian, dampak / keparahan, dansistem yang berlangsung saat ini. Hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah risiko yang sudah diketahui, data sebelumnya, dan kajian literatur. Dampak yang mungkin terjadi adalah adanya ancaman kehidupan dan atau kesehatan, terganggunya pelayanan kesehatan, kehilangan fungsi sebelumnya,



menurunnya



kepercayaan



masyarakat,



pengaruh



terhadap



anggaran, isu-isu legal, dampak peraturan, dan standar/kebutuhan. Sistem yang berlaku saat ini harus berdasarkan kebijakan dan prosedur terkini, sistem implementasi rencana / program, pelatihan, pengukuran outcome atau proses, ketersediaan sistem back up, dan sumber dari masyarakat. Cara mengujinya adalah tidak ada jawaban benar / salah, mengutamakan diskusi, mendorong kelompok mencapai keepakatan bersama, mengarahkan kelompok pada target, dan konsisten membahas seluruh daftar risiko. Skala prioritas harus diurutkan menggunakan skor risiko. Perlu diingat prioritas tiap organisasi akan berbeda. 3.2



ANALISIS RISIKO Analisis risiko dapat dilakukan menggunakan Risk Grading Matrix, Root Cause Analysis (RCA), dan Failure Modes And Effects Analysis (FMEA). 3.2.1 RISK GRADING MATRIX Risiko adalah suatu fungsi probabilitas dari suatu kejadian yang tidak diinginkan dan tingkat keparahan atau besarnya dampak dari kejadian tersebut. Risk = Probability (of the Event) X Consequence



Risk Matrix merupakan cara yang sering digunakan. Kelebihan menggunakan Risk Matrix adalah mudah dimengerti dan digunakan,



8



memiliki deskripsi detail dan definitif, dan dapat menerangkan bagaimana risiko dapat dimitigasi pada tingkat yang bisa ditolerir.



9



3.2.2 ROOT CAUSE ANALYSIS



10



3.2.3 FAILURE MODES AND EFFECTS ANALYSIS (FMEA) Langkah-langkah FMEA (healthcare failure mode effect and analysis) dimulai dari menetapkan topik FMEA, membentuk tim, menggambarkan alur proses, buat hazard analysis, tindakan dan pengukuran outcome. 3.3



EVALUASI RISIKO Evaluasi risiko dilakukan dengan menentukan ranking risiko dan menentukan risiko yang diprioritaskan. Setelah diranking, biaya untuk mengurangi risiko dibandingkan dengan biaya kalau terjadi risiko. Kemudian risiko tersebut dapat ditentukan apakah dapat diterima atau tidak. Keputusan untuk menerima risiko dan pengelolaannya berdasarkan pertimbangan kriteria klinis, operasional, teknis, kemanusiaan, kebijakan, tujuan, sasaran dan kepentingan stakeholder, keuangan, hukum, dan sosial. Risk Register adalah risiko yang teridentifikasi dalam 1 tahun, berisi informasi insiden keselamatan pasien, klaim litigasi dan komplain, investigasi external dan internal, external assesment dan akreditasi. Risk Register juga mencakup informasi potensial risiko maupun risiko aktual.



3.4



PENGELOLAAN RISIKO Pengelolaan risiko mencakup pengendalian risiko dan pembiayaan risiko.



11



12



13



PENUTUP Buku Panduan Pembuatan ICRA HAIs diharapkan dapat memudahkan petugas dalam pemantauan penyebaran infeksi di Rumah Sakit Umum Bungsu sekaligus mengupayakan langkah-langkah yang perlu diambil dalam rangka antisipasi dari akibat yang ditimbulkannya, termasuk dalam mengusulkan kebijakan, standar prosedur yang berlaku hingga tepatnya identifikasi penyakit/jenis kuman hingga antibiotika yang diperlukan dan diberlakukan di seluruh area rumah sakit. Penanganan pencegahan dan pengendalian infeksi oleh sebuah rumah sakit sangat mutlak diperlukan, banyak hal yang dapat diperoleh rumah sakit maupun pasien dari hasil upaya yang dilakukan ini, disamping secara nyata adalah biaya perawatan yang lebih ringan, oleh karena lama rawat inap yang tidak panjang, pola kuman yang terpantau sehingga memudahkan dalam pemberian terapi, kesehatan karyawan lebih terjamin serta angka kesakitan dan mortalitas menjadi turun.



14