Pedoman Imunisasi Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEDOMAN PELAYANAN IMUNISASI PUSKESMAS WONOSALAM



TAHUN 2016



1



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Wonosalam dapat kami selesaikan sebagai dasar acuan pelaksanaan pelayanan imunisasi di Puskesmas Wonosalam. Disadari bahwa mungkin masih ada kekurangan-kekurangan yang ditemui dalam pedoman ini, untuk itu sangat diharapkan saran-saran, masukan dan kritik yang bermanfaat/ membangun demi kelengkapan dan kesempurnaan pedoman ini. Akhirnya diucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah bekerja keras sejak penyusunan draf, uji coba sampai ditetapkannya standar ini.



Wonosalam, Januari 2016



Koordinator UKM



Koordinator Imunisasi



drg. Uut Puspitasari NIP. 19821026 201412 2 001



Anita Arditama NIP. 19881006 201001 2 009



Mengetahui Kepala Puskesmas Wonosalam



dr. M.Vidya Buana NIP. 1973050920110120



2



DAFTAR ISI Kata Pengantar BAB I



BAB II



PENDAHULUAN A.



Latar Belakang



B.



Tujuan Pedoman



C.



Sasaran Pedoman



D.



Ruang Lingkup Pedoman



E.



Batasan Operasional



STANDAR KETENAGAAN A.



Kualifikasi Sumber Daya Manusia



B.



Distribusi Ketenagaan



C.



Jadwal Kegiatan



BAB III STANDAR FASILITAS A.



Denah Ruang



B.



Standart Fasilitas



BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A.



Lingkup Kegiatan



B.



Metode



C.



Langkah Kegiatan



BAB V



LOGISTIK



BAB VI



KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/ PROGRAM



BAB VII



KESELAMATAN KERJA



BAB VIII PENGENDALIAN MUTU BBAB IX PENUTUP



3



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, masih ditemukan tantangan besar dalam pembangunan kesehatan, yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Mengutip data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Ini berarti di Indonesia, ditemukan kurang lebih 44 orang ibu meninggal dan 440 bayi yang meninggal setiap harinya. Merujuk pada penyebab kematian ibu, penyebab langsung terbanyak kematian ibu adalah perdarahan, infeksi dan hipertensi dalam kehamilan; penyebab kematian bayi terbanyak disebabkan oleh masalah neonatal seperti berat bayi lahir rendah (BBLR), Asfiksia, Diare, dan Pneumonia, serta beberapa penyakit infeksi lainnya, dimana penyakit infeksi tersebut dapat dicegah dengan imunisasi Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Upaya ini merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost effective. Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B. Dengan upaya imunisasi pula, kita sudah dapat menekan penyakit polio dan sejak tahun 1995 tidak ditemukan lagi virus polio liar di Indonesia. Hal ini sejalan dengan upaya global untuk membasmi polio di dunia dengan Program Eradikasi Polio (ERAPO). Penyakit lain yang sudah dapat ditekan sehingga perlu ditingkatkan programnya adalah tetanus maternal dan neonatal serta campak. Untuk tetanus telah dikembangkan upaya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE) sedang terhadap campak dikembangkan upaya Reduksi Campak (RECAM). ERAPO, MNTE dan RECAM juga merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua Negara di dunia. Disamping itu, dunia juga menaruh perhatian terhadap mutu pelayanan dan menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices) yang dikaitkan dengan pengelolaan limbah tajam yang aman (save waste disposal management), bagi penerima suntikan, aman bagi petugas serta tidak mencemari lingkungan. Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat



4



memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien dengan harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan anak, ibu serta masyarakat lainnya. B. TUJUAN PEDOMAN Tujuan Umum : Tersedianya standart penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi di Puskesmas Wonosalam yang aman dan bermutu agar terwujud derajat kesehatan massyarakat yang optimal Tujuan Khusus : 1.



Tersedianya standar penyelenggaraan Pelayanan Imuniasasi di Puskesmas



Wonosalam 2.



Tersedianya standar untuk melaksanakan pembinaan, pengawasan dan



pengendalian penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi di Puskesmas Wonosalam C. SASARAN PEDOMAN Standar ini disusun untuk digunakan bagi Tenaga Pelaksana Imunisasi di Puskesmas Wonosalam D. RUANG LINGKUP PEDOMAN 1.



Manajemen dan administrasi



2.



Sumber daya



3.



Upaya pelayanan imunisasi



4.



Pencatatan dan pelaporan



5.



Monitoring dan evaluasi



6.



Penilaian standart



E. BATASAN OPERASIONAL 



Standart pelayanan adalah prasyarat minimal yang harus dipenuhi untuk



mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu. 



Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan



seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu ssaat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya akan mengalami sakit ringan 



Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup



tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan, yang bila diberikan kepada seserang akan menimbulkan kekebaalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu



5







Penyelenggaraan imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan,



pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi 



Kejadian Ikutan Imunisasi yang selanjutnya disingkat dengan KIPI adalah



kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek simpang, toksisitas, reaksi sensitifitas, efek farmakologis maupun kesalahan program, koinsidens, reaksi suntikan atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan 



Rekam Medik adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang



identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien di sarana kesehatan 



Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan yang memenuhi



kebutuhan masyarakat yang dilaksanakan sesuai dengan standart pelayanan kesehatan dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia, wajar, efisien dan efektif serta memberikan keamanan dan memuaskan sesuai norma dan etika, hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat.



6



BAB II STANDAR KETENAGAAN Standar ini digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan pengorganisasian berdasarkan tugas pokok dan fungsi, serta tata laksana pelayanan imunisasi di Puskesmas A.



Kualifikasi Sumber Daya Manusia



Perencanaan SDM Kesehatan merupakan saalah satu unsur utama yang mnekankan pentingnya upaya penetapan jenis, jumlah dan kaulifikasi SDM sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Untuk memantapkan sistem manajemen SDM Kesehatan



perlu



dilakukan



perencanaan,



pengadaan,



pendayagunaan



dan



pemberdayaan profesi kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 004/ Menkes/ SK/ I / 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan. 



Setiap Puskesmas harus memiliki Kepala/ Penanggungjawab seorang



sarjana di bidaang kesehatan yang kurikulum pendidikannya menncakup kesehatan masyarakat dan telah mengikuti pelatihan dalam idang manajemen Puskesmas. 



Petugas teknik Puskesmas harus mengikuti pelatihan daam bidang



teknis yang berkaitan.. Pembuktian berupa : ijasah, Surat Keputusan pengangkatan pegawai, sertifikat/ surat keterangan pelatihan. Berdasarkan Keputusaan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81/ MENKES/ SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di tingkat propinsi, Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit, maka pola ketenagaan minimal untuk penyelenggaraan manajemen di Puskesmas Wonosalam yakni, No



Jenis Pelayanan



Jabatan



Kompetensi Minimal



1.



Imunisasi



Fungsional



D III Keperawatan/



Perawat/ Bidan



Kebidanan



Jumlah tenaga (orang) 1



Trampil Bidan/ Perawat yang dimaksud adalah : a. Mempunyai Surat Izin Kerja Bidan (SIKB) dan Surat Izin Kerja Perawat (SIKP). b. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan dan asuhan keperawatan terkait dengan pelayanan imunisasi, pelayanan promotif, preventif serta pencatatan dan pelaporan imunisasi



7



B.



Distribusi Ketenagaan



Pelayanan imunisasi di koordinir oleh Koordinator imunisasi yang dibantu Bidan/ Perawat sebagai tenaga pelaksana (vaksinator) C.



Jadwal Kegiatan 1.



Pengambilan vaksin rutin Setiap bulan atau sewaktu-waktu bila vaksin habis



2.



Pelayanan Imunisasi Rutin -



Sesuai jadwal Posyandu (jadwal posyandu terlampir)



-



Setiap tanggal 24 di Puskesmas Wonosalam



3. Pelaksanaan Program Imunisasi



N O



-



PIN Polio bulan Maret



-



BIAS DT/Td bulan Oktober



-



BIAS Campak bulan Nopember



TAHUN 2016



RINCIAN KEGIATAN JAN



PEB



MAR



AP R



ME I



JU N



JUL



AG S



SE P



OK T



NO V



DE S



1.



BIAS DT-Td



x



2.



Pengambilan vaksin rutin



x



x



x



x



x



x



x



x



x



x



x



x



3.



x



x



x



x



x



x



x



x



x



x



x



x



4.



Pelayanan imunisasi rutin di Posyandu Sosialisasi & koor. PIN Polio



5.



Rapat Koor PIN Polio



x



6.



Pengambilan Vaksin Polio



x



7.



Pelayanan PIN Polio



x



8.



Pendataan Sasaran Imunisasi



9.



BIAS DT-Td



10.



BIAS Campak



x



11.



Sweeping Imunisasi



x



x



x x



8



BAB III STANDART FASILITAS A. Denah Ruang Ruang :  Ruangan imunisasi memiliki fasilitas yang lengkap dan ditata menurut alur kegiatan dengan memperhatikan ruang gerak petugas dan dievaluasi pemnfaatannya  Ruangan imunisasi memiliki ventilasi dan penerangan/ pencahayaan yang cukup  Ruangan imunisasi harus terlihat bersih, bebas debu, kotoran, sampah atau limbah, tersedia tempat sampah, atap bersih terawat dan tidak ada sarang labalaba. Hal ini juga berlaku untuk lantai, mebel, perlengkapan dan instrumen, pintu dan jendela, dinding, steker listrik dan langit-langit  Standart minimal ruang imunisasi : No



Jenis Ruang



1.



Imunisasi



Fungsi dan persyaratan khusus



Luas (m2)



Distribusi dan imunisasi



12



B. Standart Fasilitas Standart fasilitas ruang imunisasi : 



Kit imunisasi



Berdasarkan buku Standart Puskesmas yang diterbitkan oleh Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2011, KIT imunisasi terdri dari : a.



Pinset



b.



Boks pendingin, tahan dingin 7 hari



c.



Termos khusus, tahan dingin 12 jam



d.



Termos vaksin, tahan dingin 3 hari



e.



Vaccin carrier



f. Lemari es biasa (alat pembuat coolpack) g.



Lemari es penyimpan vaksin standart WHO/ Unicef atau lemari es



minyak tanah (tipe absorbsi) untuk daerah terpencil/ kepulauan h.



Termometer pada lemari es



i. Safety Box volume 5 liter j. Freez tag k.



Tas lapangan



9



l. Tempat sampah basah dan kering, tertutup m.



Jam/ air sound timer



n.



ADS (Autodisposible syringe) 0,05 ml, 0,5 ml, 5 ml



o.



Umum : meja kerja, kursi kerja, kursi hadap







Formulir lain sesuai kebutuhan pelayanan yang diberikan







Formulir laporan



10



BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A.



Lingkup Kegiatan  Jenis Pelayanan Berdasarkan sifat penyelenggaraannnya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan 1.



Imunisasi Wajib



Merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannnya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu Imunisasi wajib terdiri dari : a.



Imunisasi Rutin



Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan terus menerus sesuai jadwal Imunisasi rutin terdiri dari : 



Imunisasi Dasar



Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 tahun Jenis Imunisasi dasar terdiri dari : -



Bacillus Calmette Guerin (BCG)



-



Diptheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B Hemophilus



Influinza type B (DPT-HB-Hib)







-



Hepatitis B pada bayi baru lahir



-



Polio dan



-



Campak



Imunisasi Lanjutan



Imunisasi



lanjutan



merupakan



imunisassi



ulangan



untuk



mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan Imunisasi lanjutan diberikan pada : -



Anak usia bawah tiga tahun



Vaksin yang diberikan Diptheria Pertusis TetanusHepatitis B Hemophilus Influinza type B (DPT-HB-Hib) dan campak -



Anak usia Sekolah Dasar



Vaksin yang diberikan Diptheria Tetanus (DT), Tetanus Diptheria (TD) dan campak -



Wanita Usia Subur 11



Vaksin yang diberikan Tetanus Toxoid (TT) b.



Imunisasi Tambahan



Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling beresiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu c.



Imunisasi Khusus



Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Misalkan kebeangkatan calon jemaah haji dsb 2.



Imunisasi Pilihan



Merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu  Pencatatan dan Pelaporan 1.



Pencatatan a.



Rekam Medik



Rekam Medik menjelaskan keterangan/informasi yang akurat dan lengkap tentang :



b.







Identitas pasien







Tanggal & waktu







Hasil anamnesis : keluhan & riwayat penyakit







Hasil pemeriksaan fisik & penunjang medik







Diagnosis







Rencana penatalaksanaan







Pengobatan dan/atau tindakan







Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien







Rujukan bila diperlukan



Pencatatan kegiatan pelayanan imunisasi di luar gedung Puskesmas 2.



Pelaporan a. Laporan Bulanan. Setiap Puskesmas harus membuat laporan Kesehatan Kab./Kota,



imunisasi ke



bersamaan dengan laporan kegiatan



Puskesmas lainnya. Dilaksanakan setiap bulan.



12



b. Laporan Tahunan Pelaporan mengenai sumberdaya (sarana, prasarana, tenaga) kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersamaan dengan laporan kegiatan Puskesmas lainnya. Dilalaksanakan setiap satu tahun sekali. B.



Metode



Metode/ teknik pemberian vaksin dalam pelayanan imunisasi, dibedakan menjadi 2, yaitu: 1.



Melalui tetesan



Vaksin yang diberikan melalui tetesan ke mulut yaitu vaksin polio. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan membuka vaksin polio dan menutupnya dengan dropper, kemudian memberikan tetesan polio ke mulut bayi sebanyak 2 tetes 2.



Melalui penyuntikan



Cara penyuntikan ini dibedakan dari posisi jarum suntik terhadap permukaan kulit. Cara penyuntikan vaksin ada 3 macam, yaitu: a. Intracutan Digunakan untuk penyuntikan vaksin BCG. Posisi jarum tetap datar di permukaan kulit saja. b. Subcutan Digunakan untuk penyuntikan campak. Posisi jarum disuntikkan dengan 45o terhadap permukaan kulit, dengan kedalaman jarum tidak lebih dari ½ inchi. c. Intramuskular Digunakan untuk penyuntikan DPT-HB-Hib, Hb Uniject, DT, Td, TT, IPV. Posisi jarum disuntikkan dengan 90o terhadap permukaan kulit. C.



Langkah Kegiatan Standar Prosedur Operasional 



SOP Imunisasi BCG a.



Petugas menerima family folder dari petugas pendaftaran;



b.



Petugas memanggil pasien;



c.



Petugas melakukan penyuluhan sebelum imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jenis imunisasi yang akan diberikan, manfaat, keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan cara penanggulangannya); d.



Petugas melakukan skrining dan pemeriksaan sasaran; 13



e.



Petugas memberikan vaksin BCG yang tepat secara aman



(melakukan penyuntikan vaksin BCG di lengan kanan atas bagian luar secara intra cutan dengan dosis 0,05 ml); f.



Petugas melakukan penyuluhan pasca imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jadwal imunisasi berikutnya dan kapan harus kembali); g.



Petugas melakukan pencatatan



(di buku KMS, register imunisasi dan family folder). 



SOP Imunisasi Campak a.



Petugas menerima family folder dari petugas pendaftaran;



b.



Petugas memanggil pasien;



c.



Petugas melakukan penyuluhan sebelum imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jenis imunisasi yang akan diberikan, manfaat, keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan cara penanggulangannya); d.



Petugas melakukan skrining dan pemeriksaan sasaran;



e.



Petugas memberikan vaksin campak yang tepat secara aman



(melakukan penyuntikan vaksin campak di lengan kiri atas bagian luar secara subcutan dengan dosis 0,5 ml); f.



Petugas melakukan penyuluhan pasca imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jadwal imunisasi berikutnya dan kapan harus kembali); g.



Petugas melakukan pencatatan



(di buku KMS, register imunisasi dan family folder). 



SOP Imunisasi Polio 1.



Petugas menerima family folder dari petugas pendaftaran;



2.



Petugas memanggil pasien;



3.



Petugas melakukan penyuluhan sebelum imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jenis imunisasi yang akan diberikan, manfaat, keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan cara penanggulangannya); 4.



Petugas melakukan skrining dan pemeriksaan sasaran;



5.



Petugas memberikan vaksin polio yang tepat secara aman



(Membuka vaksin polio dan menutupnya dengan dropper, memberikan tetesan polio ke mulut bayi sebanyak 2 tetes); 6.



Petugas melakukan penyuluhan pasca imunisasi 14



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jadwal imunisasi berikutnya dan kapan harus kembali); 7.



Petugas melakukan pencatatan



(di buku KMS, register imunisasi dan family folder). 



SOP Imunisasi DPT-HB-Hib 1.



Petugas menerima family folder dari petugas pendaftaran;



2.



Petugas memanggil pasien;



3.



Petugas melakukan penyuluhan sebelum imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jenis imunisasi yang akan diberikan, manfaat, keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan cara penanggulangannya); 4.



Petugas melakukan skrining dan pemeriksaan sasaran;



5.



Petugas memberikan vaksin DPT-HB-Hib yang tepat secara aman



(melakukan penyuntikan vaksin DPT-HB-Hib di anterolateral paha atas bagian luar secara intramuscular dengan



dosis 0,5 ml. Anak dengan



imunisasi DPT-HB-Hib lanjutan, penyuntikan dilakukan di lengan kanan atas bagian luar secara intramuscular dengan dosis 0,5 ml); 6.



Petugas melakukan penyuluhan pasca imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jadwal imunisasi berikutnya dan kapan harus kembali); 7.



Petugas melakukan pencatatan



(di buku KMS, register imunisasi dan family folder). 



SOP Imunisasi TT 1.



Petugas menerima family folder dari petugas pendaftaran;



2.



Petugas memanggil pasien;



3.



Petugas melakukan penyuluhan sebelum imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jenis imunisasi yang akan diberikan, manfaat, keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan cara penanggulangannya); 4.



Petugas melakukan skrining dan pemeriksaan sasaran;



5.



Petugas memberikan vaksin TT yang tepat secara aman



(melakukan penyuntikan vaksin TT di lengan kiri atas bagian luar secara intramuscular dengan dosis 0,5 ml); 6.



Petugas melakukan penyuluhan pasca imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jadwal imunisasi berikutnya dan kapan harus kembali); 15



7.



Petugas melakukan pencatatan



(di kartu TT, register imunisasi dan family folder). 



SOP Imunisasi Td 1.



Petugas menerima family folder dari petugas pendaftaran;



2.



Petugas memanggil pasien;



3.



Petugas melakukan penyuluhan sebelum imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jenis imunisasi yang akan diberikan, manfaat, keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan cara penanggulangannya); 4.



Petugas melakukan skrining dan pemeriksaan sasaran;



5.



Petugas memberikan vaksin TT yang tepat secara aman



(melakukan penyuntikan vaksin Td di lengan kiri atas bagian luar secara intramuscular dengan dosis 0,5 ml); 6.



Petugas melakukan penyuluhan pasca imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jadwal imunisasi berikutnya dan kapan harus kembali); 7.



Petugas melakukan pencatatan



( register imunisasi dan family folder). 



SOP Imunisasi DT 1.



Petugas menerima family folder dari petugas pendaftaran;



2.



Petugas memanggil pasien;



3.



Petugas melakukan penyuluhan sebelum imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jenis imunisasi yang akan diberikan, manfaat, keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan cara penanggulangannya); 4.



Petugas melakukan skrining dan pemeriksaan sasaran;



5.



Petugas memberikan vaksin DT yang tepat secara aman



(melakukan penyuntikan vaksin DT di lengan kiri atas bagian luar secara intramuscular dengan dosis 0,5 ml); 6.



Petugas melakukan penyuluhan pasca imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jadwal imunisasi berikutnya dan kapan harus kembali); 7.



Petugas melakukan pencatatan



( register imunisasi dan family folder).



16







SOP Imunisasi Hb Uniject 1.



Petugas menerima family folder dari petugas pendaftaran;



2.



Petugas memanggil pasien;



3.



Petugas melakukan penyuluhan sebelum imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jenis imunisasi yang akan diberikan, manfaat, keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan cara penanggulangannya); 4.



Petugas melakukan skrining dan pemeriksaan sasaran;



5.



Petugas memberikan vaksin Hb Uniject yang tepat secara aman



(melakukan penyuntikan vaksin Hb Uniject di anterolateral paha atas bagian luar secara intramuscular dengan dosis 0,5 ml); 6.



Petugas melakukan penyuluhan pasca imunisasi



(menjelaskan kepada keluarga pasien tentang jadwal imunisasi berikutnya dan kapan harus kembali); 7.



Petugas melakukan pencatatan



(di buku KMS, register imunisasi dan family folder). 



SOP Pelarutan Vaksin BCG 1.



Petugas menyiapkan alat;



2.



Petugas mengamati VVM dan masa kadaluarsa pada ampul vaksin



pastikan semua bubuk ada pada dasar ampul; 3.



Buka ampul kaca pelarut dengan cara digergaji atau dipatahkan



dengan dilindungi plastik, jika terjadi luka saat membuka ampul, buang ampul karena ada kemungkinan isi ampul telah terkontaminasi; 4.



Sedot pelarut kedalam spuit sekali pakai. Gunakan spuit yang baru



untuk mencampur setiap vaksin BCG dengan pelarut; 5.



Suntikkan cairan pelarut ke dalam ampul vaksin BCG kering yang



telah dibuka; 6.



Sebelum vaksin digunakan, putar ampul vaksin agar vaksin



tercampur sempurna; 7.



Buang spuit dan jarum pencampur yang telah digunakan kedalam



safety box;. 8.



Vaksin yang telah dicampur dengan pelarut selama pelayanan



immunisasi disimpan di dalam thermos, dan mempunyai batas masa pakai 3 jam setelah pelarutan.



17







SOP Pelarutan Vaksin Campak 1.



Petugas menyiapkan alat;



2.



Petugas mengamati VVM dan masa kadaluarsa pada ampul vaksin



pastikan semua bubuk ada pada dasar ampul; 3.



Buka ampul kaca pelarut dengan cara digergaji atau dipatahkan



dengan dilindungi plastik, jika terjadi luka saat membuka ampul, buang ampul karena ada kemungkinan isi ampul telah terkontaminasi; 4.



Sedot pelarut kedalam spuit sekali pakai. Gunakan spuit yang baru



untuk mencampur setiap vaksin campak dengan pelarut; 5.



Suntikkan cairan pelarut ke dalam ampul vaksin campak kering yang



telah dibuka; 6.



Sebelum vaksin digunakan, putar ampul vaksin agar vaksin



tercampur sempurna; 7.



Buang spuit dan jarum pencampur yang telah digunakan kedalam



safety box; 8.



Vaksin yang telah dicampur dengan pelarut selama pelayanan



immunisasi disimpan di dalam thermos, dan mempunyai batas masa pakai 3 jam setelah pelarutan. 



SOP Pemesanan Vaksin Ke Dinas 1.



Petugas mendata keperluan vaksin yang dibutuhkan dan mencatat



di form permintaan vaksin; 2.



Petugas menyiapkan termos vaksin berisi coolpack dan termometer;



3.



Petugas menyerahkan form permintaan vaksin ke petugas vaksin di



Dinas Kesehatan; 4.



Petugas vaksin dinas mengambilkan vaksin dan memasukkan pada



termos vaksin yang berisi coolpack dan thermometer; 5.



Petugas vaksin dinas menyerahkan ke petugas vaksin puskesmas;



6.



Petugas vaksin puskesmas membawa termos berisi vaksin dengan



cepat dan langsung memasukkan pada kulkas vaksin di Puskesmas. 



SOP Penyimpanan Vaksin 1.



Petugas menyimpan vaksin pada suhu 20 – 80 C;



2.



Petugas meletakkan coolpack di bagian bawah lemari es sebagai



penahan dingin dan menjaga kestailan suhu; 3.



Petugas menempatkan vaksin sesuai sifat vaksin;  Vaksin sensitif panas (Heat Sensitive/ HS) diletakkan dekat evaporator, yakni vaksin BCG, Polio, Campak; 18



 Vaksin Yang sinsitif dingin (Freeze Sensitive/ FS) diletakkan jauh dari evaporator, yakni vaksin DPT-HB-Hib, Hbb Uniject, TT, DT,Td; 4.



Petugas memberi jarak antar 1-2 cm atau satu jari tangan antar dus/



kotak vaksin. 



SOP Penggunaan Kulkas 1.



Petugas meletakkan kulkas vaksin pada tempat yang ada stop



kontaknya; 2.



Petugas



membuka



kulkas



vaksin



saat



mengambil



dan



mengembalikan vaksin serta segera menutupnya kembali; 3.



Petugas mencatat suhu kulkas vaksin di buku suhu 2 x sehari, pagi



dan sore. 



SOP Distribusi Vaksin Ke Posyandu 1.



Petugas mendata keperluan vaksin yang dibutuhkan;



2.



Petugas menyiapkan vaccine carrier berisi coolpack;



3.



Petugas mengambil vaksin dari kulkas vaksin dan langsung



memasukkan pada vaccine carrier, 4.



Petugas menyerahkan kepada vaksinator.



BAB V 19



LOGISTIK Perencanaan kebutuhan alat suntik dan safety box tidak dapat dipisahkan dengan perencanaan kebutuhan vaksin. Untuk menjamin ketersediaan vaksin, alat suntik dan safety box secara bersamaan dan cukup untuk pelayanan imunisasai maka perencanaan yang tepat sangat diperlukan. Dalam menghitung kebutuhan alat suntik berdasarkan jumlah cakupan yang akan dicapai tahun ini dan jumlah dosis pemberian imunisasi. a. Alat suntik Ukuran alat suntik yang digunakan dalam program imunisasi ada 3 yaitu 0,05 ml, 0,5 ml dan 5 ml. a.



ADS 0,05 ml



Digunakan untuk pemberian imunisasi BCG. Kebutuhan ADS 0,05 ml = jumlah sasaran imunisasi BCG x target (95%) b.



ADS 0,5 ml



Digunakan untuk pemberian imunisasi DPT-HB-Hib, IPV, Campak, DT.Td dan TT Kebutuhan ADS 0,05 ml = jumlah sasaran imunisasi A x target c.



ADS 5ml



Digunakan untuk melakukan pencampuran pelarut dengan vaksin BCG dan campak. Kebutuhan ADS 5 ml sama dengan kebutuhan vaksin BCG + vaksin campak (untuk bayi, batita maupun anak sekolah) b. Safety box Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas pelayanan imunisasi sebelum dimusnahkan. Safety box ukuran 2,5 liter ammapu menampung 50 alat suntik bekas, sedangkan ukuran 5 lliter menampung 100 lat suntik bekas. Limbah imunisasi selain alat suntik bekas tidak boleh dimasukkan ke dalam safety box. c. Vaksin Banyaknya vaksin yang diminta ke Kbupaten/ Kota adalah untuk kebutuhan 1 bulan pemakaian ditambah 1 minggu cadangan dikurangi sisa vakssin yang masih ada. Permintaan dilakukan setiap satu bulan sekali.



BAB VI 20



KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/ PROGRAM Untuk menghindari dan mengatasi terjadinya KIPI maka dibutuhkan persiapan tertentu sebelum dana pada saat pelaksanaan imunisasi. a. Tempat Untuk pelaksanaan imuniasi anak sekolah pperlu diediakan ruangan khusus untuk penanggulangan KIPI di tiap sekolah, misalnya ruang UKS atau ruang lain yang dilengkapi tempat berbaring. b. Alat dan Obat Alat yang perlu disiapkan : 



Tensi meter







Infus set







Alat suntik steril



Obat yang perlu disiapkan : 



Adrenalin 1:10000







Deksametason suntik







Cairan infus NaCl 0,9 %



Prinsip pemberian suntikan adalah satu semprit dan satu ajrum steril untuk setiap suntikan. Untuk menjaga ssterilitas alat suntik serta keamanan pemberian suntikan perlu diperhatikan hal-hal berikut :  Tidak meninggalkan jarum terpasang pada karet stoper botol vaksin di antara suntikan. Tindakan ini akan memberikan peluang kontaminasi udara luar masuk ke dalam flakon yang steril. Setiap kali selesai mengambil vaksin jarum harus dicabut dan diletakkan kembali di tempat yang steril (luang angsang).  Tidak menggunakan jarum/ semprit bekas pakai untuk mengambil vaksin dari botol vakin karena akan mencemari seluruh vaksin dalam botol c. Penerima vaksin (resipien) 



Sebelum melakukan imunisasi setiap resipien harus diperhatikan apakah



mempunyai indikasi kontra terhadap imunisasi vaksin tertentu dan adakah halhal khusus yang menjadi perhatian untuk menerima imunisasi vaksin tertentu 



Pendekatan secara psikologis dilakukan dengan memberikaan penerangan



yang jelaas kepada orang tua tentang imunisasi dan manfaatnya bagi perlindungan anak di masa mendatang, Juga perlu dijelaskan mengenai pengobatan sederhana bila terjadi reaksi ringan (demam, kemerahan pada tempat suntikan) setelah imunisasi. Bila ditemukan gejala lain agar segera menghubungi petugas kesehatan terdekat.



21



d. Prosedur pelayanan imunisasi Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada pelaksanaan imunisasi :  Tempat suntikan yang dianjurkan : Pada bayi : dibagian paha sebelah luar (diantara garis tengah bagian depan paha dan tepi paha) Pada anak : di lengan kanan atas di daerah pertengahan muskulus deltoideus  Pasca imunisasi dilakukan observasi keadaan resipien selama minimal 30 menit



BAB VII 22



KESELAMATAN KERJA a.



Pencegahan luka tusukan jarum dan infeksi Jarum seringkali melukai para petugas kesehatan. Setetes darah yang terinfeksi oleh



virus hepatiti B, hepatitis C, HIV atau virus-virus lainnya dapat ditularkan melalui luka karena tusukan jarum. Cara mencegah luka tusukan jarum :  Mengurangi keinginan untuk memegang jarum dan alat suntik (tidak melakukan recaping)  Memegang alat suntik dan jarum secara aman  Mengatur tata letak tempat penyuntikan untuk mengurangi resiko terluka  Mengatur posisi anak yang tepat untuk penyuntikkan b.



Penggunaan kotak pengaman (safety box) Semua alat suntik setelah digunakan (bekas) sebaiknya segera dimasukkan ke dalam



kotak pengaman. Kotak ini tahan air dan tusukan sehingga jarum tidak mudah menembusnya. Jika tidak tersedia kotak pengaman, bisa menggunakan bahan-bahan lokal untuk membuat wadah benda-benda tajam yang aman dan fungsional. c.



Pembuangan sampah limbah tajam dan limbah imunisasi lainnya Semua alat suntik pada akhirnya harus dimusnahkan. Alat suntik dan jarum untuk



mencampur yang sekali digunakan rusak atau dibuang sebaiknya digunakan sekali dan kemudian dimusnahkan. Limbah imunisasi seperti vial/ flacon vaksin, tutup vial, kapas bekas suntikan dan lain-lain, sebaiknya tidak dibuang bersama dengan jenis-jenis sampah lainnya, karena dapat mencemari dan membahayakan lingkungan. Maka harus ditangani sama seperti menangani limbah tajam imunisasi.



BAB VIII 23



PENGENDALIAN MUTU Pengendalian dan upaya peningkatan mutu program imunisasi dapat dilakukan dengan: A. Pengawasan 1. Pengawasan internal dilakukan oleh Puskesmas maupun Dinas Kesehatan melalui penilaian standart Puskesmas 2. Pengawasan eksternal dilakukan melalui : a. Pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau pengaduan masyarakat b. Pengawasan dilakukan oleh institusi kesehatan yang terkait dengan pelayanan medik dasar B. Pembinaan Pembinaan meliputi 2 hal : a. Pembinaan teknis medis oleh Rumah sakit b. Pembinaan manajerial oleh Dinas Kesehatan Pembinaan dilakukan secara berjenjang : a. Pembinaan tingkat Puskesmas b. Pembinaan tingkat Kabupaten/ Kota oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota c. Pembinaan tingkat provinsi oleh Dinas Kesehatan Provinsi d. Pembinaan tingkat pemerintah pusat oleh Departemen Kesehatan, Konsil Kedokteran Indonesia Pembinaan yang dilakukan dapat berupa pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan, penyuluhan (komunikasi, informasi dan motivasi) dan kegiatan pemberdayaan lain



BAB IX 24



PENUTUP Demikian Pedoman pelayanan Imunisasi, segala kritik dan saran akan kami terima sebagai upaya perbaikan pelayanan imunisasi di masa yang akan datang.



25