Pedoman Internal Poned [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEDOMAN INTERNAL PELAYANAN PONED PUSKESMAS KALIWUNGU



KABUPATEN KENDAL KECAMATAN KALIWUNGU TAHUN 2018



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PONED merupakan singkatan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Dasar yaitu program yang bertujuan menurunkan angka kematian dan peningkatan kualitas hidup ibu dan anak di pelayanan primer. Sedangkan program yang sejalan dengan ini di tingkat pelayanan lanjutan adalah PONEK ( Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Komprehensif). Diperkirakan 15% kehamilan dan persalinan akan mengalami komplikasi. Sebagian komplikasi ini dapat diprediksi dan dipersiapkan sehingga tidak sampai mengakibatkan kematian. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kematian ibu dan bayi antara lain: 1. Pemeriksaan kehamilan dan persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih 2. Tenaga kesehatan melakukan penanganan sesuai dengan prosedur yang ada 3. Tenaga kesehatan mampu mengidentifikasi dini komplikasi 4. Tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan stabilisasi sebelum dirujuk ke rumah sakit apabila menemukan komplikasi. 5. Proses rujukan efektif 6. Pelayanan di rumah sakit yang cepat dan tepat guna Dari uraian diatas dapat dilihat peranan puskesmas terutama yang sudah dinyatakan mampu PONED sangat besar untuk keberhasilan program ini. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dalam bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama termasuk Kesehatan, menyebutkan bahwa sasaran yang ditetapkan adalah 1) meningkatnya Umur Harapan Hidup menjadi 72 tahun; 2) menurunnya Angka Kema an Bayi menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup; 3) menurunnya Angka Kema an Ibu menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup dan; 4) menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi setinggi-tngginya 15%. Pencapaian sasaran RPJMN, sampai saat ini untuk : a) AKI semula 334/100.000 (tahun 1997), dalam kurun waktu 10 tahun turun menjadi 228/100.000 (SDKI 2007); namun hasil SDKI 2012 AKI meningkat menjadi 359/100.000. Meskipun hasil AKI SDKI 2012 terlihat meningkat apabila dibandingkan SDKI 2007, namun dalam menginterpretasikan angka tersebut perlu keha -ha an oleh karena adanya perbedaan metode peneli an dan sampling. b) AKB turun dari 46/1.000 KH (tahun 1999), menjadi 34/1.000 KH menurut SDKI 2007 dan data hasil SDKI 2012 menunjukkan penurunan AKB dak signifikan, menjadi 32/1.000 KH. Dari gambaran angka-angka tersebut memperlihatkan bahwa penurunan angka-angka kema an dapat dikatakan kurang bermakna, sehingga target AKI maupun AKB yang ditetapkan baik untuk RPJMN tahun 2010-2014 maupun untuk MDGs tahun 2015 diperkirakan akan sulit tercapai. Demikian pula TFR yang ditargetkan dapat diturunkan dari 2,6 menjadi 2,1 pada tahun 2014, ternyata angka sementara SDKI 2012 angkanya masih tetap 2,6. Salah satu upaya dalam penurunan AKI diperlukan perha an serius di dalam mengatasi masalah komplikasi pada saat kehamilan yang dapat di prediksi. Diperkirakan 15 % kehamilan dan persalinan akan mengalami komplikasi. Sebagian komplikasi ini dapat mengancam jiwa, tetapi sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila: 1) ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan; 2) tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara lain penggunaan partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan pelaksanaan manajemen ak f kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan pasca-salin; 3) tenaga kesehatan mampu melakukan iden fikasi dini komplikasi; 4) apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan ndakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan; 5) proses rujukan efek f; 6) pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna.



Dengan demikian, untuk komplikasi yang membutuhkan pelayanan di RS, diperlukan penanganan yang berkesinambungan (continuum of care), yaitu dari pelayanan di ngkat dasar sampai di Rumah Sakit. Langkah 1 sampai dengan 5 diatas dak akan bermanfaat bila langkah ke 6 dak adekuat. Sebaliknya, adanya pelayanan di RS yang adekuat dak akan bermanfaat bila pasien yang mengalami komplikasi dak dirujuk. (Gambar 1)



Sumber : Endang Achadi/RAN PP AKI Gambar 1. Kerangka Konsep Pathway terjadinya Kematian Ibu Dari analisa penyebab kema an Ibu hasil sensus penduduk 2010 menunjukan bahwa 90% kema an ibu terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan, dengan penyebab utama kema an ibu adalah hipertensi dalam Kehamilan (32%); komplikasi puerperum (31%); perdarahan Post partum (20%); abortus (4%); perdarahan Ante Partum (3%); partus macet/lama (1%); kelainan amnion (2%); lain –lain (7%), sedangkan menurut data ru n 35% kema an ibu adalah perdarahan, 22% karena hipertensi, 5% partus lama, 5% infeksi , 1% abortusProporsi penyebab kema an bayi pada kelompok umur 0-6 hari menurut Riskesdas 2007 adalah gangguan/ kelainan pernafasan 35,9%; prematuritas 32,4%; sepsis 12%; hipotermi 6,3%; kelainan perdarahan dan kuning 5,6%; postmatur 2,8%; malformasi kongenitas 1,4% sedangkan pada usia 7-28 hari penyebab kema an terbesar karena sepsis (20,5%); malformasi kongenital (18,1%); pneumonia (15,4%); sindrom gawat pernafasan (12,8%) dan prematuritas (12,8%) Masih ngginya AKI dan AKB termasuk neonatal juga dipengaruhi dan didorong berbagai faktor yang mendasari mbulnya risiko maternal dan atau neonatal, yaitu faktor-faktor penyakit, masalah gizi dari WUS/ maternal serta faktor 4T (terlalu muda dan terlalu tua untuk hamil dan melahirkan, terlalu dekat jarak kehamilan/ persalinan dan terlalu banyak hamil atau melahirkan). Kondisi tersebut di atas lebih diperparah lagi oleh adanya keterlambatan penanganan kasus emergensi/komplikasi maternal dan atau neonatal secara adekuat akibat oleh kondisi 3T (Terlambat), yaitu: 1) Terlambat mengambil keputusan merujuk, 2) Terlambat mengakses fasyankes yang tepat, dan 3) Terlambat memperoleh pelayanan dari tenaga kesehatan yang tepat/ kompeten. Melihat permasalahan yang kita hadapi dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB termasuk AKN yang begitu kompleks maka diperlukan upaya yang lebih keras dan dukungan komitmen dari seluruh stakeholder baik Pusat maupun daerah, seper dukungan dari organisasi profesi dan seminat, masyarakat dan swasta serta LSM baik nasional maupun internasional. Salah satu upaya yang telah dilaksanakan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKN melalui penanganan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi di ngkat pelayanan dasar



adalah melalui Upaya melaksanakan Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Agar Puskesmas mampu PONED sebagai salah satu simpul dari sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan maternal neonatal emergensi dapat memberikan kontribusi pada upaya penurunan AKI dan AKN maka perlu dilaksanakan dengan baik agar dapat diop malkan fungsinya. Menurut the Interna onal Federa on of Gynecology Obstetrics (FIGO) terdapat 4 pintu untuk keluar dari kema an Ibu yaitu: 1) status perempuan dan kesetaraan gender; 2) Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi; 3) persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga yang kompeten 4) PONED-PONEK. Jadi upaya PONED hanyalah salah satu upaya dan merupakan upaya terakhir untuk mencegah kema an ibu.



Gambar 2: Empat Pintu untuk menghindari kematian ibu Selain PONED, upaya yang dak kalah pentingnya adalah upaya pencegahan melalui pemberdayaan masyarakat, agar keluarga dan masyarakat secara mandiri bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan diri dan keluarganya, terutama ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Untuk upaya pemberdayaan masyarakat diperlukan tenaga-tenaga kesehatan yang mampu menggerakkan peran-serta ak f berbagai pihak peduli, agar mau berperan dalam upaya penggerakan demand sasaran, sehingga masyarakat tahu, mau dan mampu memanfaatkan layanan kesehatan maternal (ibu hamil)/neonatal (bayi baru lahir) emergensi yang disediakan. Indikator keberhasilan permberdayaan masyarakat ini dibuk kan dengan adanya keseimbangan antara kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya penguatan sisi supply dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi yang berkualitas dengan upayaupaya dalam penggerakkan demand sasaran untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan obstetri dan neonatal yang tersedia. Berbagai pihak yang dapat dilibatkan dalam upaya-upaya dimaksud agar mau berperan dalam upaya penggerakan demand sasaran pelayanan kesehatan yang disediakan, antara lain adalah lintas sektor terkait, organisasi profesi Kesehatan, tokoh masyarakat dan agama, swasta, LSM/masyarakat peduli, media massa yang ada di wilayah kerjanya. Upaya yang perlu dikembangkan dalam program pemberdayaan masyarakat adalah: 1. Upaya penggerakkan demand target sasaran pelayanan, yaitu maternal bersama keluarganya dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang disediakan baginya (melalui kelas ibu hamil, P4K, posyandu ) 2. Upaya penguatan sisi supply, secara simultan dilaksanakan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas 3. Upaya memfungsikan sistem rujukan maternal-neonatal di wilayah kabupaten



B. Ruang Lingkup Ruang lingkup pelayanan program PONED meliputi : 1. Ibu hamil 2. Neonatus 3. Puskesmas mampu PONED 4. Rumah sakit mampu PONEK C.Maksud dan Tujuan Pedoman A. Maksud Maksud terbitkannya pedoman ini adalah sebagai acuan dalam pemberian pelayanan kepada pasien khususnya kasus obstetri dan neonatal emergensi sehingga pada akhirnya dapat menekan angka kematian ibu dan bayi dan dapat mengelola penyelenggaraan Puskesmas mampu PONED B. Tujuan a. Umum: Tersedianya pedoman penyelengaraan Puskesmas mampu PONED b. Tujuan Khusus: 1. Diketahuinyal angkah-langkah persiapan perencanaan dalam meningkatan fungsi Puskesmas menjadi Puskesmas mampu PONED. 2. Diketahuinya fungsi Puskesmas mampu PONED dalam upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi tingkat dasar. 3. Diketahuinya fungsi Puskesmas mampu PONED sebagai pusat rujukan-antara dari Puskesmas di sekitarnya dalam bentuk satu kesatuan jejaring/ sistem rujukan regional untuk kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi di tingkat kecamatan dan atau kabupaten/kota. 4. Adanya acuan dalam membentuk satu sistem rujukan obstetri dan neonatal emergensi dasar



5.



yang seutuhnya dengan dukungan peran RS PONEK sebagai pusat rujukan dan pembinaan spesialis k di wilayah kabupaten, yang berfungsi secara efek f dan efisien. Diketahuinya peran ak f Pemerintah daerah dengan cara menggerakan mitra kerja Lintas Sektoral, Organisasi Profesi Kesehatan, LSM/ Swasta/ Masyarakat Peduli serta Jajaran Pemerintah daerah dalam mendukung upaya penggerakan demand target sasaran sehingga mampu secara mandiri mencari pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, utamanya kesehatan obstetri dan neonatal.



B. Batasan Operasional 1. Puskesmas mampu PONED Adalah puskesmas dengan rawat inap yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstertri dan neonatal emergensi/komplikasi tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. 2. Rumah sakit mampu PONEK Rumah sakit PONEK 24 jam memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan prasarana penunjang yang memadai untuk memberikan pelayanan pertolongan kegawatdarurataan obstetrik dan neonatal dasar maupun komprehensif untuk secara langsung terhadap ibu hamil/ ibu bersalin serta ibu nifas baik yang datang sendiri maupun yang dirujuk oleh kader/masyarakat, bidan di desa, puskesmas maupun puskesmas mampu PONED. 3. Sistem rujukan Adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal. C. Landasan Hukum 1. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (lembaran negara Republik Indonesia tahun 2009 no. 144) 2. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (lembarn negara Republik Indonesia tahun 2004 no. 116) 3. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (lembaran negara Republik Indonesia tahun 1999 no.) 4. Undanga-undang no. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) (lembar negara Republik Indonesia tahun 2011 no. 116) 5. Peraturan Presiden no. 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 6. Peraturan Menteri Kesehatan no 01 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Perseorangan (lembaran negara Republik Indonesia tahun 2012 no. 122)



6



BAB II STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi SDM Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Puskesmas Kaliwungu mampu PONED adalah : No



Struktur



1



Tim Inti Dokter umum (minimal 1 orang) Bidan, minimal DIII (minimal 1 orang)



2



Kualifikasi



Tim Pendukung Dokter umum (1-2 orang) Bidan DIII (minimal 5 orang) Perawat DIII (minimal 5 orang) Analis Laboratorium 1 orang Petugas administrasi minimal 1 orang



7



pelatihan PONED pelatihan PONED pelatihan PONED ojt di puskesmas ojt di puskesmas ojt di puskesmas



3



3



Tim Promkes Kasubag TU Kordinator Yanmas Programmer Promkes Sanitarian Nutisionist Tenaga Penunjang Petugas dapur Petugas kebersihan Petugas Keamanan Pengemudi Ambulans



B. Jadwal Kegiatan, termasuk Pengaturan Jaga (Rawat Inap) 1. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat bersama-sama dan di pertanggung jawabkan oleh Kordinator Klinis, Kordinator Bidan dan Kordinator Perawat. 2. Jadwal jaga dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan didistribusikan pada akhir bulan sebelum pelaksanaan jadwal. 3. Untuk tenaga doter, bidan maupun perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka petugas perawat tersebut dapat bertukar jadwal dengan sejawatnya dan mencatatakan perubahan jaga tersebut di lembar jadwal jaga. 4. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur dan cuti.



8



BAB III STANDAR FASILITAS A. Denah Ruangan



B. Standar Fasilitas I.



Fasilitas & Sarana Ruangan VK dan Nifas berlokasi di gedung lantai dasar terletak di belakang rawat inap. Ruang VK Puskesmas Kaliwungu ada sebanyak 2 kamar dan Ruang Nifas ada sebanyak 2 ruangan



9



II. Peralatan Peralatan yang tersedia di puskesmas dengan PONED adalah sbb NO



1



2.



NAMA TINDAKAN



PARTUS SPONTAN



HECTING PERINEUM



ALAT TERSEDIA



STANDAR



PARTUS SET STERIL : PARTUS SET STERIL: 1. 4 bak instrumen steril 1. Bak instrumen 1. 2. 3 1/2 Kotcher 2. 1/2 kotcher 2. 3. 3 gunting tali pusat 3. Gunting episiotomi 4. 3 gunting epis 4. 2 Klem Kelly 5. 7 klem kelly 5. Umbilical klem 3. 6. Umbilical klem 6. Gunting tali pusat 7. 2 bed gyn 7.Bed gyn HECTING SET: HECTING SET : 1. 1 bak instrumen 1. Bak instrumen 2. 1 pinset anatomi 2. 1 pinset anatomi 3. 1 pinset sirugi 3. 1 pinset sirugi 4. 4 nald pooder 4. nald pooder 5. 4 Catgut 5. Catgut 6. benang chromic catgut 6. benang chromic ukuran 1) ukuran 3.0 2.0 atau 3.0 2) 7. Lampu Halogen 7.Lampu Halogen 3) 8. Spuit disposable (steril) 3 8.Spuit disposable (steril) ml 3 ml 9. Lidocain 9.Lidocain 10. Gunting mayo ujung 10.Gunting mayo ujung tajam tajam 11.Gunting Mayo ujung 11.Gunting Mayo ujung tumpul tumpul



10



KESENJANGAN



RT



1 bak instrumen berkarat 1 Paket partus set belum komplit sesuai dengan Pengadaan standar 1/2 kotcher tumpul 1



1.



minor set hanya 1 2 lampu halogen rusak 1 nald pooder rusak



2.



3.



perlun penam hecting Perlun pengad baikan haloge Perlum pengad naldpo



NO



3.



4.



NAMA TINDAKAN



ALAT TERSEDIA



APD : Alat Perlindungan 1. celemek Diri 2. masker 3. Handscoon



PEMASANGAN KATETER



SET KATETER 1. 3 Bengkok 2. Kateter Coude 3. Kateter foleey 4. Urine Bag 5. Gel 6.2 Kom 7.5 pispot 8.Spuit disposable (steril) 10 ml



1. 2. 3. 5.



PEMERIKSAAN OBSTETRI



4. 5. 6. 7. 8.



STANDAR APD: 1. Celemek 2. topi/kap 3. Handscoon Sarung tangan steril 7 Sarung tangan steril 7,5 Sarung tangan steril 8 4. Masker 5. sepatu boot 6. kacamata google (pelindung mata)



KESENJANGAN



APD petugas tidak memenuhi standart Tidak memiliki sepatu boot perlunya penam Tidak memiliki Kacamata APD petugas se Tidak memiliki Topi/kap dengan standar 3 celemek disposible(sekali pakai) masih dipakai karena kekurangan celemek



SET KATETER 1.bengkok 2.Kateter coude 3.Kateter Folley (dewasa 16 G dan dewasa 18 G) 4.Urine bag 5.Gel 6.kom 7.pispot 11. Spuit disposable (steril) 10 ml



1. 2.



Metline Timbangan Digital Metline Dewasa Timbangan Digital 3. Termometer Dewasa 1 Termometer digital 4. Tensi Meter 5. Hammer Patela 1 Tensi Meter 6. Linex 1 Hammer Patela 7. Doopler 1 Linex 8. Pengukur Tinggi 3 Doopler Badan stopwatch 9. senter 10. stopwatch



e. Ambulance Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien puskesmas memiliki 2 ( dua ) unit ambulance yang siap 24 jam beserta pengemudi. Fasilitas & Sarana untuk Ambulance A. Perlengkapan Ambulance 1. Ac 2. Sirine 3. Lampu rotater 4. Sabuk pengaman 5. Sumber listrik / stop kontak 6. Lemari untuk alat medis 7. Lampu ruangan 8. Wastafel



11



RTL



12



BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A. TATA LAKSANA PELAYANAN PONED I. Petugas Penanggung Jawab  Dokter  Bidan  Petugas laboratarium  Petugas Admission II. Perangkat Kerja  Tensimeter  Stetoskop  ATK III. Tata Laksana 1. Petugas menerima kunjungan ibu hamil yang akan melahirkan baik yang datang sendiri maupun yang dirujuk oleh masyarakat/kader atau bidan 2. Petugas akan melakukan pemeriksaan kondisi ibu, dan mengidentifikasi terhadap adanya kemungkinan komplikasi 3. Apabila kondisi ibu memungkinkan untuk ditangani di puskesmas maka ibu akan dipersiapkan untuk melahirkan di puskesmas 4. Apabila kondisi ibu tidak memungkinkan ditangani di puskesmas, maka petugas mempersiapkan atau memberikan penanganan awal untuk menstabilkan kondisi ibu sambil menghubungi rumah sakit yang akan menerima rujukan. 5. Ibu dirujuk ke rumah sakit dengan pengawalan tenaga kesehatan yang terlatih hingga diterima di rumah sakit yang dituju. Kasus-kasus yang membutuhkan rujukan:  Perdarahan dalam persalinan  Eklamsi  Retensio plasenta  Penyulit pada persalinan  Infeksi  Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu bersalin  Persalinan pre-term  Grafik patograf menunjukan persalinan sudah masuk ke fase bertindak E. TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN I. Petugas Penanggung Jawab Dokter Bidan Perawat Supir Ambulan



II. Perangkat Kerja Ambulan Alat Tulis III. Tata Laksana Transportasi Pasien 1. Pengemudi ambulan mempersiapkan ambulan dan menempatkannya di depan pintu keluar dengan posisi sedemikian sehingga memudahkan pasien masuk. 2. Petugas bersama dengan pengemudi menaikkan pasien dan menempatkannya di bed pasien di ambulan dengan posisi senyaman mungkin bagi pasien. 3. Pengemudi mengendarai ambulan sambil petugas pendamping pasien memastikan kondisi pasien tetap stabil



13



4. Setelah sampai di rumah sakit yang dituju, petugas menyerahkan surat rujukan dan pasien kepada petugas di rumah sakit



14



BAB V LOGISTIK OBAT YANG DIPERLUKAN DALAM PELAYANAN PONED I. Perdarahan  Ringer Laktat (500 ml)  NaCl 0,9% (500 ml)  Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)  Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet)  Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)  Transfusi set dewasa  Kateter intravena no. 18 G  Kateter Folley no.18  Kantong urin dewasa  Disposible syringe 3 ml  Disposible syringe 5 ml II.             



Hipertensi dalam kehamilan Ringer Laktat (500 ml) MgSO4 20% (25 ml) MgSO4 40% (25 ml) Glukonas kalsikus 10% injeksi (20 ml) Diazepam 5 mg injeksi (2 ml) Nifedipin 10 mg (tablet) Transfusi set dewasa Kateter intravena no. 18 G Kateter Folley no.18 Kantong urin dewasa Disposible syringe 3 ml Disposible syringe 5 ml Disposible syringe 10 ml



III. Infeksi  Ringer Laktat (500 ml)  NaCl 0,9% (500 ml)  Ampisilin 1 g injeksi  Metronidazol 500 mg injeksi  Amoksilin 500 mg (tablet)  Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)  Aquadest pro injeksi (25 ml)  Parasetamol 500 mg (tablet)  Infus set dewasa  Kateter intravena no. 18 G  Kateter Folley no.18  Kantong urin dewasa  Disposible syringe 3 ml  Disposible syringe 5 ml IV. Abortus  Ringer Laktat (500 ml)  NaCl 0,9% (500 ml)  Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)  Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)  Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet)



15



     



Amoksilin 500 mg (tablet) Asam Mefenamat 500 mg (tablet) Infus set dewasa Kateter intravena no. 18 G Disposible syringe 3 ml Disposible syringe 5 ml



V.               



Robekan jalan lahir Ringer Laktat (500 ml) NaCl 0,9% (500 ml) Lidokain HCl 2% injeksi (2 ml) Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml) Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml) Amoksilin 500 mg (tablet) Asam Mefenamat 500 mg (tablet) Chromic catgut no.1, atraumatik (sachet) Chromic catgut no.2/0 atau 3/0, atraumatik (sachet) Transfusi set dewasa Kateter intravena no. 18 G Kateter Folley no.18 Kantong urin dewasa Disposible syringe 3 ml Disposible syringe 5 ml



VI. Syok anafi laktik  Ringer Laktat (500 ml)  NaCl 0,9% (500 ml)  Adrenalin 0,1% injeksi (1 ml)  Difenhidramin HCl 10 mg injeksi (1 ml)  Dexametason 5 mg injeksi (1 ml)  Transfusi set dewasa  Kateter intravena no. 18 G  Kateter Folley no.18  Kantong urin dewasa  Disposible syringe 3 ml  Disposible syringe 5 ml KEBUTUHAN OBAT PELAYANAN NEONATAL EMERGENSI DASAR  Vit.K1/Pithomenadion inject  Spuit 1 ml (utk vit.K)  Salep mata tetrasiklin 1%  Cairan infus RL Botol infus 500 ml  Cairan infus NaCl 0,9% Botol infus 500 ml  Cairan infus Dextrose 10% Botol infus 500 ml  Aquadest untuk pelarut Botol  Alkohol 70%  Povidone Iodine  Penicillin procain  Ampicillin injeksi  Gentamisin injeksi Vial 2 ml isi 20 mg  Gentamisin injeksi Vial 2 ml isi 80 mg  Fenobarbital injeksi  Diazepam injeksi Ampul 1 ml dan 2 ml  Abbocath/wing needle



16







Vaksin Hepatitis Uniject



17



BAB VI KESELAMATAN PASIEN A. Pengertian Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :  Asesmen resiko  Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien  Pelaporan dan analisis insiden  Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :  Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan  Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil B.    



Tujuan Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di puskesmas Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )



STANDAR KESELAMATAN PASIEN 1. Pasien mendapatkan informasi mengenai Hak pasien 2. Melakukan pendidikan pasien dan keluarga 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan 4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien 5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien 6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien C. TATA LAKSANA a. Melakukan upaya pencegahan kejadian tidak diinginkan terhadap pasien. b. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien c. Melaporkan setiap kejadian kepada kordinator klinis d. Mengobservasi keadaan umum pasien e. Mendokumentasikan kejadian tersebut



18



BAB VII KESELAMATAN KERJA I.



Pendahuluan Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat secara bermakna. Demikian juga penyakit-penyakit lain yang penularannya melalui produk darah atau benda yang terkontaminasi dengan produk darah penderita seperti Hepatitis B dan Hepatitis C. Maka sudah seharusnya setiap orang yang bersentuhan dengan penderita penyakit ini harus melakukan rosedur Kewaspadaan Umum atau Universal Precaution untuk menjaga dirinya sendiri tidak tertular penyakit dan tidak menularkan penyakit. II.



Tujuan a. Mencegah petugas kesehatan tertular penyakit dari pasien. b. Mencegah petugas kesehatan menularkan penyakit kepada pasien.



III. Prinsip Keselamatan Kerja Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu : a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain. c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.



BAB VIII PENGENDALIAN MUTU Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan aktifikatas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standart yang telah ditetapkan. Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut: 1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual.



19



2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan 3. Ketepatan metode yang digunakan 4. Tercapainya indikator Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.



BAB IX PENUTUP



Pedoman pelaksanaan PONED dibuat untuk memberikan petunjuk dalam pelaksanaan PONED di Puskesmas Kaliwungu. Penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di Puskesmas, tentu saja masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal. Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar di Puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau pengurangan dari kebijakan yang telah ditentukan.



Penanggung Jawab PONED



20