PEDOMAN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEDOMAN



No. 005-01 / P / BM / 2011



Konstruksi Dan Bangunan



Pedoman Pemeriksaan Jembatan



KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTO RAT JENDERAL BI NA MARGA



PRAKATA



Pedoman Panduan Pemeriksaan Jembatan ini merupakan review terhadap Bridge Management System tahun 1993 yang disiapkan untuk melaksanakan inspeksi kondisi jembatan di lapangan sehingga dapat digunakan sebagai panduan bagi Satuan Kerja I Pejabat Pembuat Komitmen yang bertanggung jawab atas kegiatan pemeliharaan jembatan yang didasarkan atas hasil identifikasi survey kondisi. Pedoman Panduan Pemeriksaan Jembatan ini memuat Pemeriksaan Jembatan, Sistem Penomoran Jembatan, Pemeriksaan lnventarisasi, Pemeriksaan Detail, Pemeriksaan Rutin dan Pemeriksaan Khusus dan dilengkapi juga dengan lampiran berupa petunjuk singkat survai jembatan di lapangan. Pedoman ini diharapkan menjadi acuan kepada Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat Komitmen di lingkungan Balai Besar I Balai Pelaksanaan Jalan Nasional dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan jembatan. Menyadari akan belum sempurnanya manual ini, maka pendapat dan saran dari semua pihak terutama pemakai sangat kami harapkan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan.



Jakarta,



Februari 2011



Direktur Jenderal Bina Marga



DAFTARISI



BABl. UMUM 1.1. PENDAHULUAN 1.2. SISTEM MANAJEMEN SYSTEM - BMS) 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4



JEMBATAN



(BRIDGE



MANAGEMENT



BMS - Sistem Manajemen Informasi (BMS - MIS) Pelaporan dan Memasukkan Data Laporan BMS Skrining dan Ranking Jembatan secara Teknis



1.3. PEMERIKSAAN JEMBATAN 1.3 .1 1.3.2 1.3.3 1.3 .4



Pemeriksaan Inventarisasi Pemeriksaan Detail Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan Khusus



1.4. INSPEKTUR JEMBA TAN 1.4.1 Koordinasi Pemeriksaan Jembatan 1.4.2 Inspektur Jembatan Propinsi 1.4.3 Inspektur dan Keselamatan 1.5. PANDUAN PEMERIKSAAN JEMBATAN



BAB 2. PEMERIKSAAN JEMBATAN 2.1. UMUM 2.2. DASAR-DASAR PROSEDUR 2.3. PEMERIKSAAN INVENT ARISASI DAN RUTIN 2.4. PEMERIKSAAN DETAIL SECARA UMUM 2.5. DAERAH ALIRAN SUNGA! DAN TANAH TIMBUNAN 2.6. BANGUNANBAWAH 2.6.1. 2.6.2.



Pondasi Kepala Jembatan dan Pilar



2.7. BANGUNAN ATAS 2.7.1. Gelagar Beton 2.7.2. Gelagar dan Rangka Baja 2.7.3. Struktur Kayu 2.7.4. Pasangan Kayu dan Pelengkung Bata 2.7.5. Jembatan Gantung 2.7.6. Lantai Beton dan Jembatan Pelat 2.7.7. Permukaan Lantai Kendaraan 2.7.8. Expansion Joint 2.7.9. Landasan/perletakan 2.7.10. Sandaran dan Perlengkapan 2.7.11. Drainase



BAB 3. SISTEM PENOMORAN JEMBATAN 3.1. PENGERTIAN JEMBATAN 3.2. NOMOR JEMBATAN 3.2.1. Akhiran Ruas Jalan 3.2.2. Jembatan Tambahan/Jembatan yang Belum Tercatat Sebelumnya 3 .2.3. Lintasan Atas 3.2.4. Jembatan Ganda 3.3. LO KASI JEMBA TAN 3.4. PENOMORAN KOMPONEN DAN ELEMEN JEMBATAN 3.4.1. Penomoran Komponen Utama 3.4.2. Penomoran Elemen 3.5.



URUTAN PEMERIKSAAN



BAB 4.PEMERIKSAAN INVENT ARISASI 4.1. UMUM 4.1.1. 4.1.2. 4.1.3. 4.1.4.



Personalia Peralatan dan Material Material Acuan Urutan Pemeriksaan



4.2. PROSEDUR PEMERIKSAAN INVENTARISASI 4.1.1. 4.1.2. 4.1.3. 4.1.4. 4.1.5.



Data Administrasi Jenis Lintasan dan Data Geometris Data Bentang dan Komponen Utama Pedoman Pemberian Nilai Kondisi Inventariasi Data Pelengkeap



11



BAB 5. PEMERIKSAAN DETAIL



5.1. UMUM 5.1.1. 5.1.2. 5.1.3. 5.1.4. 5.1.5.



5.2.



SISTEM PEMERIKSAAN SECARA DETAIL



5.2.1. 5.2.2. 5.2.3. 5.2.4. 5.2.5. 5.3.



Personil Peralatan dan Material Bahan Acuan Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan secara Detail Urutan Pemeriksaan



Umum Hierarki dan Kode Elemen Kode Kerusakan Sistem Penilaian Elemen Kerusakan yang Serius



PROSEDUR PEMERIKSAAN



4.3.1. 4.3 .2. 4.3.3. 4.3.4. 4.3.5. 4.3.6. 4.3.7. 4.3.8.



S:t:CARA DETAIL



Data Administrasi dan Inventarisasi Kesan Secara Keseluruhan Daftar Elemen yang RuSak Lokasi Elemen yang Rusak Pemberian Nilai Kondisi Data Lain Pemeliharaan Rutin Catatan Kecil dan Sketsa



BAB 6. PEMERIKSAAN RUTIN



6.1. UMUM 6.1.1. 6.1.2. 6.1.3. 6.1.4. 6.1.5.



6.2.



Personil Peralatan dan Material Bahan Acuan Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan Rutin Urutan Pemeriksaan



PROSEDUR PEMERIKSAAN



RUTIN



lll



BAB 7 PEMERIKSAAN KHUSUS 7.1. UMUM 7.2. PERSONIL 7.3. TEKNIK PEMERIKSAAN KHUSUS



7 .3 .1. Metode Penilaian Material a). Penilaian Sepintas Terhadap Kekuatan Beton b). Penilaian Mutu Beton in-situ c). Uji Coba Dinamis Yang Tidak Merusakan d). Penilaian Pengaratan e). Deteksi Keretakan Dalam Baja Bangunan f). Deteksi Kegagalan Kabel atau Kawat g). Penggunaan Radigrap Paad Bangunan Beton 7.3.2. Metode Penilaian Perilaku Global di Bawah Beton a). Pengukuran Pergerakan b). Pengukuran Ektensometrik c). Pengukuran Kekuatan dan Tekanan d). Penilaian Properti Dinamis e). Metode Membongkar dan Memuat 7.3.3. Teknik dan Peralatan Lainnya a). Penilaian Dalam Bawah Air b). Mengukur Ketebalan Lapisan c). Mengukur Selimut Beton, Mendeteksi Bar Tulangan dan Menentukan Ukurannya



lV



BAB 1 UMUM



DAFTARISI BABl



1.



UMUM 1.1. PENDAHULUAN 1.2. SISTEM MANAJEMEN JEMBATAN (BRIDGE MANAGEMENT SYSTEM -BMS) 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4



BMS - Sistem Manajemen Informasi (BMS - MIS) Pelaporan dan Memasukkan Data Laporan BMS Skrining dan Ranking Jembatan secara Teknis



1.3. PEMERIKSAAN JEMBATAN 1.3 .1 1.3.2 1.3.3 1.3.4



Pemeriksaan Inventarisasi Pemeriksaan Detail Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan Khusus



1.4. INSPEKTUR JEMBATAN 1.4.1 Koordinasi Pemeriksaan Jembatan 1.4.2 Inspektur Jembatan Propinsi 1.4.3 Inspektur dan Keselamatan 1.5. PANDUAN PEMERIKSAAN JEMBATAN



1. UMUM



1.1. PENDAHULUAN Jembatan adalah bagian yang penting dari suatu sistemjaringanjalan karena pengaruhnya yang berarti bila jembatan itu runtuh atau jika tidak berfungsi dengan baik. Dikarenakan jembatan merupakan struktur yang melintasi sungai atau penghalang lalu lintas lainnya, maka keruhtuhan jembatan akan mengurangi atau menahan lalu-lintas, yang mana mengakibatkan mengganggu kenyamanan masyarakat berlalu lintas dan terganggunya hubungan perekonomian. Jadi penting artinya bila pemeriksaan jembatan merupakan bagian dari Sistem manajemen Jalan. Maksud pemeriksaan Jembatan adalah meyakinkan bahwa jembatan berada dalam keadaan aman terhadap pemakai jalan dan juga untuk mengamankan nilai investasi jembatan itu. Pemeriksaan merupakan suatu proses pengumpulan data phisik dan kohdisi secara struktur jembatan. . Data jembatan dari hasil pemeriksaan digunakan untuk merencanakan suatu program pemeliharaan, rehabilitasi, perkuatan dan penggantian jembatan.



1.2. SISTEM MANAJEMEN JEMBATAN (BRIDGE MANAGEMENT SYSTEM BMS) Pada saat ini sudah dikembangkan Sistem Manajemen Jembatan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga yang berfungsi untuk membuat rencana kegiatan jembatan, pelaksanaan dan pemantauan berdasarkan kebijaksanaan secara menyeluruh. Dalam BMS termasuk didalamnya kegiatan manajemen jembatan mulai dari pemeriksaan, rencana dan program dan perencanaan teknis sampai pada pelaksanaan dan pemeliharaan. Dengan BMS kegiatan-kegiatan tersebut dapat diatur secara sistematik, dengan melakukan pekerjaan pemeriksaan jembatan secara berkala dan menganalisa data dengan komputer dalam Sistem Manajemen Informasi (Management Information System-RMS MIS). Dengan bantuan BMS MIS ini, kondisi jembatan dapat dipantau dan dapat ditentukan beberapa tindakan yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa jembatan dalam keadaan aman dan layan, dengan menggunakan dana yang optimum untuk pekerjaan jembatan. Keseluruhan prosedur dalam BMS dijelaskan dalam Panduan Prosedur Umum. Bagan alir BMS dalam gambar 1.1. memperlihatkan hubungan antara pemeriksaan dan proses manajemen jembatan lainnya.



1-1



Gambar 1.1. Bagan Alir Kegiatan BMS



I



PEMERIKSAAN Pemeriksaan Inventarisasi Pemeriksaan Detail Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan Khusus



: TINDAKAN DARURAT



I



I



I BMS MIS BRIDGE DATA BASE



I I I



I



I



I



I I



BINA MARGA MIS



.



I



I



IRMS



I



JEMBATAN DAN DESAIN



KONSTRUKSI Jembatan Baru Penggantian Penggandaan



I



1.2.1.



BATASAN MUATAN



RENCANA DAN PROGRAM



PENYELIDIKAN



PEMELIHARAAN



I



BAGANKEGIATANBMS



I MONITORING



I



r



REHABILITASI



I



I



I



BMS - Sistem Manajemen Informasi (BMS MIS)



BMS MIS berisi data base jembatan dan beberapa program komputer yang sesuai untuk : • Memasukkan dan mengambil data pemeriksaan dan data lainnya, • Menyiapkan laporan standar jembatan, • Memeriksa database dan mengambil dalam kombinasi informasi yang bermacammacam, • Skrining dan rankingjembatan serta menyiapkan program penangananjembatan, • Mehyiapkan program jembatan tahunan dan lima tahunan, • Analisa kasus perkasus untuk menentukan strategi penanganan guna menentukan penanganan yang optimum untuk setiap jembatan.



1-2



BMS - MIS dihubungkan dengan Interurban Road Management System (IRMS) dengan Local Area Network (LAN) di dalam Direktorat Jenderal Bina Marga, dan dengan cara pertukaran floppy disk dengan propinsi-propinsi. Data yang digunakan dari BMS-MIS adalah data lalu-lintas, biaya operasi kendaraan, data referensi, dasar pertumbuhan lalu• lintas dan data lainnya dari IRMS, untuk melaksanakan rencana dan program jembatan.



1.2.2.



Pelaporan dan MemasukkanData



Data hasil pemeriksaan jembatan dilaporkan dalam laporan standard pemeriksaan. Contoh laporan pemeriksaan inventarisasi, detail dan rutin dapat dilihat dalam lampiran 1, yang ada kaitannya dengan laporan IBMS yang digunakan pada waktu pemeriksaan jembatan. Laporan IBMS yang digunakan selama pemeriksaan hams dilaporkan oleh BMS Supervisor secepat mungkin setelah program pemeriksaan ditentukan. Laporan pemeriksaan oleh BMS Supervisor tiap propinsi BMS Supervisor mengatur data yang akan dimasukkan dalam Database BMS. Pekerjaan ini harus dilaksanakan dalam waktu dua minggu setelah pemeriksaan. Sebelum data dimasukkan ke dalam komputer, laporan sementara hasil pemeriksaan jembatan dijilid terlebih dahulu dalam suatu file di kantor BMS. Setelah data dimasukkan ke dalam komputer, laporan dimasukkan dalam data file untuk jembatan yang bersangkutan. Manual data file berisi tidak hanya hasil, pemeriksaan jembatan, melainkan juga perhitungan perencanaan teknis, laporan pelaksanaan dan photo-photo, dan semua dokumen lainnya yang tidak dapat disimpan dalam database BMS. Data file jembatan dan semua database jembatan disimpan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga untuk semua jembatan yang terletak pada ruas jalan nasional dan propinsi. Setiap propinsi menyimpan data file dan komputer database jembatannya sendiri. Floppy disk (diskette) yang berisi database yang terakhir dikirimkan ke Direktorat Bina Program Jalan (BIPRAN) oleh masing-masing propinsi, sehingga database secara keseluruhah dapat dimutakhirkan.



1.2.3.



LaporanBMS



Setelah pemeriksaan jembatan dan semua data sudah lengkap, laporan dimutakhirkan oleh BMS Supervisor dan selanjutnya diserahkan kepada Kepala Seksi Perencanaan untuk didistribusikan kepada staff yang berkaitan. Beberapa laporan seperti Laporan Data jembatan, merupakan hal yang umum yang berisi tentang: IBMS- BD2 : Data Umum Jembatan (untuk semuajembatan) IBMS - BD3 : Kesimpulan kondisi jembatan (dalam format tabel atau grafik) Laporan lainnya seperti Laporan Tindakan Jembatan, merupakan hal yang spesifik, dan hanya berisi daftar nama jembatan yang memerlukan tindakan sebagai berikut: IBMS -ARI Laporan Tindakan darurat - Berisi tentang daftar namajembatan yang memerlukan tindakan darurat, perbaikan atau perkuatan. IBMS - AR2 Laporan Pemeriksaan Khusus - Berisi daftar nama jembatan yang disarankan oleh Inspektur jembatan dilakukan Pemeriksaan khusus. IBMS - AR3 Laporan Pemeliharaan Rutin - Berisi daftar nama jembatan yang memerlukan pemeliharaan rutin dengan kerusakan yang kecil.



1-3



1.2.4.



Skrining dan Ranking Jembatan secara Teknis



Salah satu program dalam BMS MIS adalah modul Skrining dan Ranking Jembatan secara Teknis, yang menggunakan data dari hasil pemeriksaan untuk merekomendasikan jenis penanganan untuk setiap jembatan. Rekomendasi penanganan yang dihasilkan hanya merupakan suatu usulan dan harus diteliti kembali sebelum dilakukan pelaksanaan pekerjaan sebab skrining disini merupakan suatu data yang ekstrim. Untukjenis pekerjaan yang besar, usulan penanganan harus diperkuat dengan pemeriksaan khusus atau jenis pemeriksaan lapangan lainnya oleh staf dari bagian Perencanaan, dan untuk pekerjaan yang kecil, data harus diperiksa guna meyakinkan bahwa data tersebut merupakan dasar ketepatannya. Pada proses skrining dapat diidntifikasikan bahwa jembatan berada dalam kondisi buruk dan kapasitasnya tidak cukup untuk trafik yang ada atau muatannya, dan ranking secara teknis akan membuat urutan prioritas, tergantung pada kriterianya dan tingkat kepentingan ruas jalan dalam suatu jaringan jalan. Jembatan-jembatan yang berada pada urutan atas adalahjembatan yang memerlukan penanganan yang terdahulu. Setelah skrining, data selanjutnya diproses secara ekonomi guna mendapatkan ranking program pekerjaanjembatan. Jadi data hasil pemeriksaan merupakan suatu data yang penting sekali bagi Rencana dan Program Jembatan, dan hal ini dipergunakan untuk membantu para perencana untuk menentukan keputusan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang diperlukan bagi setiap jembatan.



1.3.



PEMERIKSAAN JEMBAT AN



Pemeriksaan jembatan adalah salah satu komponen BMS yang terpenting. Hal ini merupakan sesuatu yang pokok dalam hubungannya antara keadaan jembatan yang ada dengan rencana pemeliharaan atau peningkatan dalam waktu mendatang. Tujuan pemeriksaan jembatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa jembatan masih berfungsi secara aman dan perlunya diadakan suatu tindakan tertentu guna pemeliharan. dan perbaikan secara berkala. Jadi pemeriksaanjembatan mempunyai beberapa tujuan yang spesifik yaitu: • Memeriksa keamanan jembatan pada saat layan; • Menjaga terhadap ditutupnya jembatan; • Mencatat kondisi jembatan pada saat tersebut; • Menyediakan data bagi personil perencanaan teknis, konstruksi dan pemeliharaan; • Memeriksa pengaruh dari be ban kendaraan dan jumlah kendaraan; • Memantau keadaan jembatan secara jangka panjang; • Menyediakan informasi mengenai dasar dari pada pembebananjembatar. Pemeriksaan dilakukan dari awal sejak jembatan tersebut masih baru dan berkelanjutan selama umur jembatan. Sangat penting artinya bahwa data yang dikumpulkan betul-betul merupakan data yang mutakhir, akurat dan lengkap sehingga hasil yang dikeluarkan ole BMS betul-betul dapat dipercaya. • Detail secara administrasi seperti nama jembatan, Cabang Dinas, Nomor Jembatan dan Tahun pembangunannya; • Semua dimensi jembatan seperti panjang total dan jumlah bentang; • Dimensi, jenis konstruksi, dan kondisi komponen-korhponen utama setiap bentang jembatan dan elemen jembatan secara individual; 1-4



• Data lainnya. Data jembatan dikumpulkan dari berbagai jenis pemeriksaan yang berbeda dalam skala dan intensitasnya, frekwensinya dan secara sifat masing-masihg elemen jembatan atau pemeriksaan secara detail. Jenis pemeriksaan yang utama dalam BMS adalah sebagai berikut: • Pemeriksaan Inventarisasi; • Pemeriksaan Detail; • Pemeriksaan rutin. Sebagai tambahan, Pemeriksaan Khysus juga dilaksanakan dalam BMS.



1.3.1.Jenis Pemeriksaan JembatanDalam BMS 1.3.1.1.Pemeriksaan Inventarisasi Pemeriksaan Inventarisasi dilakukan pada saat awal BMS untuk mendaftarkan setiap jembatan ke dalam database. Pemeriksaan inventarisasi juga dilaksanakan jika pada jembatan yang tertinggal pada waktu database BMS dibuat. Selanjutnya pada jembatan barn yang belum pemah di catat, pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan sebagai bagian dari Pemeriksaan detail. Pelintasan Kereta Api, penyeberangan sungai, gorong-gorong dan lokasi dimana terdapat penyeberangan ferri juga diperiksa dan didaftar. Pemeriksaan inventarisasi adalah pengumpulan data dasar administrasi, geometri, material dan data-data tambahan lainnya pada setiap jembatan, termasuk lokasi jembatan panjang bentang dan jenis konstruksi untuk setiap bentang. Kondisi secara keseluruhan diberikan pada komponen-komponen utama bangunan atas dan bangunan bawah jembatan. Pemeriksaan inventarisasi dilakukan oleh inspektur dari Dinas/Sub Dinas atau Cabang Dinas Bina Marga yang sudah dilatih atau oleh seorang sarjana yang berpengalaman dalam bidang jembatan.



1.3.1.2. Pemeriksaan Detail Pemeriksaan Detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan elemennya guna mempersiapkan strategi penanganan untuk setiap individual jembatan dan membuat urutan prioritas jembatan sesuai dengan jenis penanganannya. Pemeriksaan detail dilakukan paling sedikit sekali dalam lima tahun atau dengan interval waktu yang lebih pendek tergantung pada kondisi jembatan. Pemeriksaan Detail juga dilakukan setelah dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi atau pekerjaan perbaikan besar jembatan, guna mencatat data yang baru, dan setelah pelaksanaan konstruksi jembatan barn, untuk mendaftarkan ke dalam database BMS dan mencatatnya dalam format pemeriksaan detail. Untuk melaksanakan pemeriksaan detail, struktur jembatan dibagi dalam suatu hierarki elemen jembatan. Hierarki jembatan ini dibagi menjadi 5 level (tingkatan) elemen. Level tertinggi adalah level 1, yaitu jembatan itu sendiri secara keseluruhan dan level yang paling rendah adalah level 5 yaitu individual elemen dengan lokasinya yang tertentu seperti tebing sungai sebelah kanan, tiang pancang ke 3 pada pilar ke 2 dan sebagainya. Pemeriksaan detail mendata semua kerusakan yang berarti pada elemen jembatan, dan ditandai dengan nilai kondisi untuk setiap elemen, kelompok elemen dan komponen utama jembatan. Nilai kondisi untuk jembatan secara keseluruhan didapat dari nilai kondisi setiap elemen jembatan. 1-5



Pemeriksaan detail ini dilaksanakan oleh Inspektur jembatan dari Dinas/Sub Dinas Bina Marga yang sudah dilatih dan dibantu oleh staf dari Cabang Dinas apabila perlu.



1.3.1.3. Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan rutin dilakukan setiap tahun sekali yaitu untuk memeriksa apakah pemeliharaan rutin dilaksanakan dengah baik atau tidak dan apakah harus dilaksanakan tindakan darurat atau perbaikan untuk memelihara jembatan supaya tetap dalam kondisi aman dan layak. Pemeriksaan ini dilaksanakan diantara pemeriksaan detail. Pemeriksaan rutin dilaksanakan oleh inspektur jembatan dari cabang Dinas Bina Marga yang sudah dilatih.



1.3.1.4. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan khusus dilakukan apabila ada kerusakan jembatan yang tidak terdeteksi akibat sulitnya medan . Pemeriksaan khusus biasanya disarankan oleh inspektur jembatan pada waktu pemeriksaan detail karena ia merasa kurangnya data, pengalaman atau keahlian untuk menentukan kondisi jembatan. Pemeriksaan khusus juga dapat ditentukan dengan cara proses BMS MIS. Pemeriksaan khusus ini dilakukan oleh seorang sarjana yang berpengalaman dalam bidang jembatan atau oleh stafteknik yang mempunyai keahlian dalam bidangjembatan.



1.4. INSPEKTUR JEMBATAN Guna menunjang pelaksanaan pemeriksaan jembatan, diperlukan suatu pelatihan yang benar dan inspektur yang berpengalaman. Perencanaan dan program pelatihan untuk inspektur jembatan diperlukan, sehingga para inspektur memperoleh tambahan ilmu dan dapat meningkatkan kemampuan untuk pemeriksaan jembatan, sehingga standar pelaporan yang baik dapat terus dipertahankan. Tanggungjawab dalam pengangkatan inspektur untuk melaksanakan pemeriksaan jembatan adalah pada Dinas/Sub Dinas Bina Marga Propinsi. 1.4.1. Koordinasi Pemeriksaan Jembatan Sub Direktorat Perencanaan Teknik Jembatan, Direktorat Bina Program Jalan bertanggung jawab atas program pemeriksaan jembatan secara keseluruhan, selanjutnya mengembangkan prosedur pemeriksaan, membuat program pelatihan untuk melatih tenaga-tenaga inspektur, dan untuk melihat serta mengakui inspektur jembatan yang ada di propinsi.



1-6



1.4.2. Inspektur Jembatan Propinsi



Inspektur jembatan di propinsi bertanggung jawab pada Kepala Seksi Perencanaan di Dinas/Sub Dinas Bina Marga, melalui BMS Supervisor. Paling sedikit di tiap propinsi ditunjuk 2 (dua) orang inspektur jembatan yang sudah bersertifikat. Inspektur jembatan dapat mempunyai latar belakang seorang sarjana atau sarjana muda teknik sipil yang berpengalaman. Pada umumnya paling sedikit mempunyai pengalaman 5 tahun dalam bidang jembatan atau yang berkaitan. Tugas Inspektur Jembatan adalah sebagai berikut: • Membantu menyiapkan program pemeriksaanjembatan; • Mengatur dan melaksanakan semuajenis pemeriksaan; • Memasukkan atau mengawasi pemasukan data ke dalam komputer BMS dan data file BMS; • Berhubungan dengan Cabang Dinas Bina Marga dalam persiapan program pemeriksaan dan memimpin pelaksanaan pemeriksaan; • Mengajarkan cara pemeriksaan kepada staf Cabang Dinas dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten; • Memelihara kendaraan dan peralatan guna Pemeriksaan Jembatan agar selalu dalam keadaan baik. ·



1.4.3. Inspekturdan Keselamatan Pada waktu dilaksanakan pemeriksaan jembatan, inspektur mempunyai dua tanggung jawab yang berhubungan dengan keselamatan: • Keselamatan terhadap pemakai jalan dan • Keselamatan terhadap diri sendiri Pada dasarnya dengan cukup pemberitahuan tentang keselamatan akan mengurangi terhadap kecelakaan dan ketidak nyamanan pemakai jalan. Untuk ini dipergunakan rambu-rambu pemberitahuan dan pembatas-pembatas yang cukup, agar pengaturan lalu-lintas dan pejalan kaki jika perlu. Kendaraan dan pejalan kaki, terutama anak-anak harus dihindarkan. Pemeriksaan jembatan seringkali membuat inspektur dalam keadaan bahaya seperti dalam keadaan lalu-lintas padat, jalan yang sulit, aliran sungai yang deras dan binatang (reptil atau serangga). Bahaya tersebut dapat dikurangi dengan memberi tanda-tanda yang sederhana seperti : • Gunakanlah rambu, pembatas dan pengatur lalu-lintas untuk mengurangi kecepatan kendaraan dan arahkanlah ke jalur yang aman pada saat kegiatan dilaksanakan; • Gunakanlah baju rompi yang berwarna menyolok; • Gunakanlah pakaian kerja yang aman, tangga yang kokoh, dan perancah khusus ketika memeriksa bagian jembatan ditempat yang tinggi atau sulit bila diperlukan; • Gunakanlah perahu, pelampung dan tali untuk menambatkan perahu apabila anda sedang bekerja pada arus sungai yang deras; • Hati-hati terhadap kemungkinan adanya ular, kalajengking dan binatang lainnya sebelum membuka semak belukar terutama pada bagian bawahjembatan; • Yakinkan tersedianya bantuan yang cukup dan alat yang sesuai setiap saat.



1-7



1.5.



PANDUAN PEMERIKSAAN. JEMBAT AN



Buku Panduan Pemeriksaan Jembatan ini menjelaskan mengenai prosedur pelaksanaan pemeriksaan jembatan dalam BMS. Selain itu, Panduan ini menyediakan informasi tentang elemen jembatan dan kerusakannya, yang dapat digunakan sebagai penuntun dan melatih inspektur. Pahduan ini dibagi dalam 2 bagian : • Bagian 1 menjelaskan mengenai ruang lingkup pemeriksaan jembatan, dan menjelaskan tentang prosedur pelaksanaan untuk setiap jenis pemeriksaan dalam BMS. • Bagian 2 menjelaskan mengenai elemen jembatan dan kerusakannya yang umum terjadi. Panduan ini juga berisi beberapa lampiran dan gambar yang dapat dijadikan sebagai Buku Pegangan Pemeriksaan Jembatan di lapangan.



1-8



BAB2 PEMERIKSAAN



JEMBATAN



2. PEMERIKSAAN JEMBATAN



2.1. UMUM Pemeriksaan jembatan dilaksanakan dengan menggunakan prosedur yang standar, sehingga pemeriksaan dapat berlangsung dengan efisien dan menyeluruh, dan penilaian kondisi jembatan dapat seragam. Prosedur ini berguna untuk memastikan bahwa : • Data administrasi lengkap dan akurat; • Semua komponen dan elemen jembatan termasuk jalan pendekat, daerah aliran sungai, bangunan atas dan bangunan bawah sudah diperiksa dan kondisinya sudah dinilai; • Semua kerusakan sudah diselidiki dan apakah kerusakan tersebut berarti atau memerlukan suatu tindakan darurat yang harus dicatat. Semua kerusakan yang dicatat tersebut harus diperiksa kembali untuk memantau keadaan kerusakannya atau memeriksa apakah penanganan yang pernah dilaksanakan efektif atau tidak.



2.2. DASAR-DASAR PROSEDUR Jembatan tediri dari sejumlah elemen yahg saling berkaitan satu dengan lainnya. Sifat• sifatnya kompleks, tetapi untuk pemeriksaan, elemen yang ada dikelompokkan kedalam baberapa komponen sebagai berikut : • Aliran sungai/Tanah timbunan mencakup aliran sungai, tanah timbunan dan bangunan pengaman sungai; • Bangunan Bawah mencakup pondasi, kepala jembatan dan pilar; • Bangunan Atas mencakup struktur bangunan atas, sistem lantai dan lantai kendaraan, expansion joint, perletakan/landasan, sandaran dan perlengkapan. Komponen utama dan elemen utama harus diperiksa pada waktu dilakukan pemeriksaan jembatan.



2.3. PEMERIKSAAN INVENTARISASI DAN RUTIN Pada waktu pemeriksaan inventarisasi dan pemeriksaan rutin, elemen tidak diperiksa secara terperinci. Bagaimanapun juga, seorang inspektur harus memeriksa semua aspek pada jembatan, jadi ia dapat mempercayai bahwa data administrasi, geometrik dan data lainnya selain itu juga bahwa penilaian kondisi komponen utama jembatan adalah benar, sehingga ia tidak mendapat masalah yang mengakibatkan jembatan menjadi tidak aman dan memerlukan tindakan darurat. Hal-hal yang harus dilakukan para inspektur adalah: • Amati jembatan dalam keadaan Ialu-lintas penuh, untuk mendeteksi lendutan yang berlebihan dan vibrasi yang timbul; • Periksa kerusakan, kehilangan, perubahan bentuk, karat atau membusuknya elemen dan menilainya; • Periksa landasan dan penahan gempa; • Periksa bagian bawah lantai beton jembatan terhadap retak yang terjadi, apakah selimut beton cukup, adanya karat pada tulangan dan sebagainya.



2-1



• •



• • • • • • • • • • •



Periksa hilangnya, rusaknya atau membusuknya lantai kayu; Periksa dan teliti kualitas lapis permukaan lantai kendaraan/terutama pada bagian expansion joint, agar dapat diidentifikasikan kerusakan yang berhubungan dengan timbulnya gaya kejut yang berlebihan atau terhambatnya arus lalu-lintas; Periksa drainase pada lantai dan jalan pendekat, termasuk adanya tumbuhan dan sampah yang menyumbat jalannya air; Periksa expansion joint dan penutup karet expansion joint bila ada; Periksa kerusakan, longgarnya, hilangnya atau berkaratnya sandaran; Periksa kerusakan pada balok ujung; Periksa perlengkapan jembatan seperti rambu-rambu, utilitas dan catatlah apabila perlu; Periksa apakah ada scouring di sekitar kepala jembatan; Periksa apakah ada keruntuhan, longsor atau amblasnya timbunan; Periksa kondisi tiang pancang terhadap karat, retak akibat busuk atau penurunan; Periksa pergerakan yang ada atau amblasnya kepala jembatan; Periksa keretakan beton dan pasangan batu pada tembok sayap, kepala/ jembatan dan pilar; Periksa karat atau pembusukan pada kolom.



2.4.



PEMERIKSAAN DETAIL SECARA UMUM



Daftar pemeriksaan yang ada pada bagian 2.3. jupa berlaku pada saat pemeriksaan detail. Walaupun demikian diperlukan pemeriksaan terhadap semua level pada hierarki jembatan. Kerusakan yang tercatat mungkin merupakan hasil dari masalah yang lampau, yang mana harus ditemukan dan dikenali. Bagian yang berikut menyimpulkan apa yang harus dilihat oleh para inspektur sebagai tanda daripad kerusakan atau kesalahan selama waktu pemeriksaan detail, untuk tiga komponen yang tertulis pada bagian 2.2. Untuk lebih mendalam lagi mengenai individual elemen dan kerusakan ini dapat dilihat pada Bagian 2 Panduan Pemeriksaan Jembatan.



2.5. DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN TANAH TIMBUNAN Kebanyakan keruntuhan jembatan disebabkan oleh scouring pada bagian bawah pondasi daft kepala jembatan. Biasanya scouring, ditimbulkan oleh kecepatan aliran sungai yang tinggi yang mengakibatkan tidak cukupnya bukaan sungai (panjang jembatan). Penggalian galian C pada bagian hulu atau hilir sungai juga mengakibatkan terjadinya scouring di sekitar pondasi jembatan, dan ini merupakan masalah yang besar pada sungai. Ketidak tepatan perencanaan pondasi dan pelaksanaan, salah menentukan jenis pondasi (seperti sumuran yang seharusnya tiang pancang), pondasi dikonstruksi terlalu tinggi sebab sulitnya penggalian dan tidak tepatnya lokasi pilar juga dapat menyebabkan terjadinya scouring. Hal yang cukup berarti apabila ditemukan jenis-jenis kekurangan tersebut secara dini dan dilakukan suatu tindakan untuk memperbaikinya guna menghindarkan keruntuhan jembatan.



2-2







• • •



• •



Periksa apakah terjadi penurunan dasar sungai dan scouring di sekitar pondasi, kepala jernbatan, timbunan jalan pendekat dan bangunan pengaman scouring, serta keterangan-keterangan tentang adanya pengambilan galian C; Periksa adanya penurunan yang tidak biasa atau kelongsoran pada daerah timbunan jalan pendekat, terutama disekitar kepala jembatan; Periksa adanya tumbuhan yang berlebihan atau puing bekas jembatan lama yang menghambat aliran sungai di bawahjembatan; Periksa tanda-tanda banjir atau adanya afflux di daerah bagian sebelah hulu jembatan yang mungkin menandakan bahwa bukaan air tidak cukup dan dapat mengakibatkan scounng; Periksa kerusakan pada bangunan pengaman scouring; Periksa terjadinya erosi pada kepala jembatan.



2.6.



BANG UN AN BA WAH



Yang termasuk bangunan bawah adalah pondasi, kepala jembatan, tembok sayap dan pilar. Untuk itu sudah dibuat suatu cara pemeriksaan, seperti dilakukannya pengujian terhadap pergerakan yang tidak biasa, tirnbulnya retak dan terjadinya kerusakan akibat kecelakaan ysng mengakibatkan perubahan, tekuk atau lepasnya material yang berfungsi struktur.



2.6.1.



Pondasi



Hampir semua masalah pondasi disebabkan adanya pergerakan yang tidak terlihat. Pada umumnya pondasi mengalami sedikit pergerakan, yang mana apabila hal tersebut kecil dan seragam, tidak akan mengakibatkan kerusakan pada struktur. Pergerakan yang besar, terutama jika terjadi perbedaan pergerakan dapat mengakibatkan kerusakan pada semua bagian struktur kecuali sudah diperhitungkan pada waktu perencanaan. Suatu pergerakan dapat disebabkan karena adanya penurunan (settlement) atau tidak berfungsinya pondasi,



scouring dan berubahnya tinggi air normal. Awai suatu pergerakan pondasi sangat sukar, dikenali terkecuali mempunyai suatu alat yang dapat mendeteksinya. Biasanya tanda awal gangguan ini dapat terlihat seperti adanya sesuatu yang aneh secara geometrik struktur, pergerakan landasan dan expansion joint yang berlebihan, dan adanya retak pada kepala jembatan, tembok sayap atau bagian ujung dari balok. Masalah lain pada pondasi adalah menurunnya mutu material pondasi. Perlu diteliti lebih lanjut pada tiang pancang kayu adanya serangan serangga dan jamur yang tumbuh. Pada tiang pancang baja diperhatikan terjadinya karat dan pada tiang beton terhadap retak dan pecah. Pada semua kasus, keadaan tiang pancang tergantung pada posisinya terhadap kondisi tanah, dan tinggi muka air. Terutama pada daerah yang terpengaruh oleh pasang, surut dan bertanah lunak biasanya mudah dideteksi dan diperiksa. Pemeriksaan dibawah, muka air memerlukan tenaga khusus penyelam, dan pemeriksaan untuk kondisi dibawah tanah memerlukan suatu alat khusus, untuk ini diperlukan pemeriksaan khusus. Penurunan mutu semua jenis pondasi dapat dipertimbangkan dari keaktifan dan kadar kimia air tanah. Contoh air tanah kadang-kadang menunjukkan suatu yang membahayakan, tetapi pemeriksaan secara visual tidak cukup menjamin.



2-3



2.6.2.



Kepala Jembatan dan Pilar







Periksalah adanya retak pada hubungan antara tembok sayap atau pada kepala jembatan itu sendiri, dan jarak yang tidak cukup antara tembok belakang kepala jembatan dengan ujung balok atau diaphragma bangunan atas; • Perhatikan apakah lubahg drainase dan lubang suling-suling dalam keadaan bersih dan berfungsi; • Periksa penurunan mutu beton pada daerah yang terpengaruh pasan surut dan drainase jalan; • Periksa adanya adukan mortar pasangan batu yang retak, tumbuhan liar rembesan air melalui daerah retak, hilang atau hancurnya batu, rontok dan mulainya memburuk mutu pasangan batu.



2.7. BANGUNAN ATAS Diperlukah detail perencanaan bangunan atas pada waktu pemeriksaan apabila terdapat lendutan yang berlebihan atau adanya perubahan bentuk, kerusakan akibat tertabraknya salah satu batang diagonal. Secara rinci · sebaiknya dilihat dari segi struktur dan materialnya.



2.7.1.



Gelagar Beton







Beton yang rontok perlu perhatian khusus pada bagian 17erletakan/landasanyang kemungkinannya terjadi kemsakan dikarenakan bagian ini menerima gaya gesek dan juga tekanan yang besar. • Retak - situasi arah/bentuk keretakan pada bagian utama seharusnya digambar, sehinga dapat diteliti kekuatan dan kemampuan gelagar beton. Retak yang arahnya diagonal (miring) menunjukkan adanya kegagalan karena gaya lintang, jika retak ini vertikal maka ini menunjukkan bahwa adanya momen yang berlebihan. Ukuran dan tempat retak hams dicatat dan usahakan mengetahui dalamnya retak jika retak, tersebut besar. Nasihat dari seorang engineer mungkin diperlukan dalam melihat dan menentukan apakah retak tersebut mempakan retak yang berarti. • Selimut beton selimut beton ini bialsanya diperiksa dengan cover meter tetapi kadang• kadang terlihat bahwa selimut beton tersebut tidak cukup karena tampaknya karat tulangan pada permukaan beton. Bahkan dalam keadaan yang ekstrim tulangan itu sendiri yang terlihat. • Jembatan beton pratekan harus diperiksa secara khusus dan kemungkinan kemsakan yang hams diperiksa adalah sebagai berikut: a. retak memanjang pada bagian flens kemungkinan disebabkan tidak cukupnya tulangan melintang, sedangkan retak melintang pada balok menunjukkan kehilangan gaya prategang yang cukup berbahaya atau salahnya posisi kabel prategang. b. beton yang rontok atau retak mungkin terjadi dekat lengkkungan pipa kabel akibat tidak tertahannya gaya radial. c. Sayangnya, detail yang penting yang berhubungan dengan balok beton pratekan tidak dapat dinilai secara visual. Yang dimaksud adalah posisi dan kondisi kabel. keseragaman dan kepadatan grouting dalam pipa kabel. Beberapa faktor ini masih dapat diperiksa dengan mengebor lubang kecil ke dalam beton, tetapi biasanya 2-4



dengan teknik radiographi untuk mendapatkan data yang lebih baik (pemeriksaan khusus). Hilangnya plesteran terutama pada bagian yang lemah dan ujung-ujung balok.







2.7.2. •



















• • •







Karat adalah faktor yang mempengaruhi kondisi struktur baja. Penting untuk mengetahui besamya, lokasinya dan bentuk karat itu. Harns dilakukan usaha untuk menilai besamya luas struktural yang masih bekerja dan mencari penyebab terjadinya korosi. Hubungan antara struktur baja dengan pasangan batu, beton dan material lainnya harus diperhatikan. Kondisi sistem pelindung - sistem pengecatan mengalami beberapa penurunan mutu dan lebih menguntungkan bila kerusakan diketahui lebih awal sehingga usaha perbaikannya akan lebih ringan. Selain mengadakan pemeriksaan sistem pemeriksaan perlu juga diperhatikan apakah terdapat tumpukan kotorari yang memerlukan pembersihan struktur secara keseluruhan. Patah (gompal) akan nampak sebagai pemisahan pada batang-batang/elemen dan kemudahan untuk mendeteksi tergantung pada besamya patahan. Ini dimungkinkan oleh beberapa sebab antara kelebihan beban, kegetasan, tegangan akibat korosai atau kelelahan. ' Retak biasanya terjadi pada bagian las dan bagian besi yang berdekatan yang disebabkan oleh tegangan yang berubah-rubah dan tegangan yang terpusat. Bagian• bagian dan sambungan yang menerima beban berat yang berubah-rubah adalah bagian yang paling rawan. Kwalitas las yangjelek dan perubahan penampang yang mendadak adalah bagian yang berpotensi mengalami masalah. Getaran yang berlebihan dan berbunyi - faktor-faktor ini secara sendiri-sendiri mungkin tidak merupakan faktor perusak, terkecuali jika getaran tersebut menyebabkan resonansi. Ini merupakan indikasi secara umum daripada kondisi struktur, khususnyajika vibrasi dan bunyi meningkat sejak pemeriksaan terakhir. Perubahan bentuk dan lendutan perubahan dan lendutan yang berlebihan akibat suatu beban adalah suatu indikator tentang kondisi dari suatu struktur. Suatu gerakan kecil akibat dari beban berat lau-lintas biasanya akan mudah terlihat. Tekuk, melengkung dan bergelombang - istilah ini biasanya berhubungan dengan perubahan bentuk yang terjadi pada batang yang mengalami tekanan. Jika tanda sangat nyata hal ini akan mengurangi ketahanan batang terhadap gaya tekan. Baut dan paku kelling yang longgar - ini adalah jenis kerusakan yang memerlukan pemeriksaan yang teliti untuk mengetahuinya terkecuaii jika ada gerakan atau suara yang diakibatkannya. Biasanya retakan akan nampak pada lapisan cat diantara pelat buhul dan batang utama, terutama dalam kasus sambungan dengan baut gesek (friction type). Aus yang berlebihan - dapat timbul pada bagian-bagian yang dapat bergerak, seperti pen pada sambungan rangka.



2.7.3. •



Gelagar dan Rangka Baja



StrukturKayu



Kondisi perawatan pelindung - penurunan mutu akibat cuaca, bahan kimia dan jamur. Penurunan mutu yang disebsbkan oleh hal-hal tersebut dapat berupa tanda karat pada permukaan sampai pembusukan dari pada kayu, sebagi akibatnya kayu menjadi lunak, 2-5







• • •







keropos dan rapuh. Perhatian utama harus diberikan pada bagian sambungan, lubang baut dan bagian penunjang. Serangan serangga - berbagai macam rayap, kumbang, semut dan penggerek dapat menyerang kayu dalam berbagai keadaan lingkungan kebanyakan dari kerusakan adalah pada bagian dalam dan untuk mengetahui tingkat kerusakannya diperlukan pengambilan contoh dengan cara pengeboran. Kerusakan akibat api - kerusakan akibat api adalah nyata. Prosedur pemeriksaan haruslah juga meliputi identifikasi bahaya terhadap api. Kerusakan akibat kecelakaan-tabrakan yang keras biasanya menyebabkan pecah atau hancurnya kayu. Getaran, lendutan dan perubahan bentuk yang berlebihan kayu yang baik biasanya dapat menahan lendutan atau perubahan bentuk dengan baik dibawah beban yang berlebihan sebelum timbul kerusakan atau kegagalan. Oleh karena itu bentuk geometri kayu dapat memberikan petunjuk tentang cadangan kekuatannya. Longgar atau berkaratnya baut dan lubang yang tidak dipasak-Kerusakan ini mengarah pada penurunan mutu yang bertahap dan harus dideteksi untuk penanganan perbaikan secepatnya.



2.7.4.



.



Pasangan batudan Pelengkung Bata







Penurunan mutu dan rontoknya bidang permukaan - Cuaca dapat mengakibatkan kerontokan dan terlepasnya batu dan batajika keadaan lebih parah. • Terbukanya bagian sambungan dan bergeraknya penyokong dapat menyebabkan lepasnya ikatan adukan antara komponen pelengkung dan bergesemya bata dan batu. Banyak pelengkung pasangan batu dan bata mempunyai cadangan kekuatan sehingga dapat memikul beban lalu-lintas modem dan tidak runtuh. Meskipun demikian getaran yang diakibatkan lalu-lintas modem dapat mengakibatkan lepasnya batu-batu secara lambat laun dan pergeseran adukan yang mana akan banyak mengurangi kekuatan pelengkung j ika dibiarkan terus berlangsung. • Drainase timbunan antara tembok samping bahan timbunan mempunyai potensi untuk menyimpan air dalam jumlah banyak, bertambahnya beban pada pelengkung dan tembok samping sendiri yang mana mengakibatkan penurunan mutu konstruksi dengan cepat. • Penimbunan sampah dan tumbuh-tumbuhan karena kemungkinan tertimbunnya tanah pada beberapa bagian dari struktur, sejumlah tanaman akan menjadi beban dari jembatan. Akar tumbuhan tersebut dapat mengakibatkan kerusakan. • Alinyemen dan geometrik secara keseluruhan - perubahan bentuk yang tidak diharapkan biasanya dapat terlihat sebelum struktur rusak. 2.7.5.



JembatanGantung



Pemeriksaan kabel-kabel dan sambungannya seperti dudukan kabel penggantung dan sambungannya, angker, sadel, pengikat kabel, batang penggantung, kabel penggantung dan pelindung kabel pemeriksaan itu mengikuti prosedur umum untuk struktur baja sebagai tambahan faktor-faktor berikut memerlukan perhatian khusus. • Perpindahan atau tergelincimya dudukan kabel penggantung. Sambungan kabel penggantung, sadel dan pengikat kabel dapat mengakibatkan tidak meratanya



2-6















pembagian beban antara bagian-bagian dan ini merupakan indikasi dari suatu tingkat kegagalan pada hubungan antara kabel dengan elemen tertentu yang berpindah. Putusnya kawat-kawat dalam strands yang besar, yang mana biasanya terbungkus dan terlindungi dari luar, akan sulit untuk dideteksi sampai munculnya suatu tanda yang dapat terlihat dari luar. Meskipun demikian pada daerah angker kawat-kawat yang tidak tertutup dapat dengan mudah diuji, dan ini akan menunjukkan apabila ada kawat yang putus pada suatujarak ditempat yang terbungkus/tertutup. Kondisi sistem pelindung harus diperiksa untuk menjamin bahwa tidak ada bungkus yang terlepas atau retakan dimana air akan dapat masuk dan menyebabkan karat pada kabel utama. Bungkus kabel, sadel dan splay casting perlu diperiksa terhadap kemungkinan masuknya air. Tegangan relatif pada pengggntung atau kabel pada jembatan gantung suatu pemeriksaan tentang pembagian beban yang merata antara penggantung-penggantung yang berdekatan dapat dilakukan dengan membandingkan perubahan sudut kabel pada setiap ikatan kabel. Tetapi untuk mendapatkan indikasi yang tepat diperlukan suatu alat khusus dalam pemeriksaan khusus.



2.7.6. •







• • •



• •



Lantai Beton dan JembatanPelat ·



Retak - perlu disiapkan dan diinformasikan mengenai pola retak beserta ukuran, penyebaran dan dalarnnya retak, diharapkan ada photo retak. Penyebab retak ada beberapa, kadang-kadang penyebabnya jelas dari bentuk dan keadaan retak. Dalam keadaan lain penyebabnya kompleks dan hanya dapat dinilai setelah dipelajari dari catatan yang ada dan gambar, yang berhubungan dengan perhituhgan. Retak dapat juga merupakan suatu tanda dari suatu material dan pekerja, sebagai contoh retak susut, tetapi dalam kasus yang lain, ini dapat merupakan suatu tanda di dalam struktur yang berbahaya, yang dapat terjadi mulai dari kegagalan dari penulangan atau penegangan tendon sampai gaya lintang pada perletakan dan pengangkeran. Diperlukan psmeriksaan khusus. Aus - hal ini merupakan suatu hilangnya lapisan permukaan dan agregat secara bertahap dan terns menerus. Dalam dan ukuran dari kerusakan ini hams dicatat, sehihgga dapat dipantau perkembangan dari kerusakan yang terjadi. Pada umumnya sesuai dengan pengalaman hal ini terjadi pada permukaan yang exposed terhadap cuaca dan lalu-lintas, tetapi dapat terjadi dibagian mana saja. Kerontokan - adalah suatu hilangnya beton akibat hancumya permukaan dan disebabkan oleh mutu beton yang jelek atau berkaratnya tulangan yang menyebabkan bertambahnya gaya di dalam beton yang mengakibatkan retak dan kemudian rontok. Berkaratnya tulangan - hal ini sulit dideteksi pada tahap awal, tetapi secara bertahap akan terlihat perubahan warna dari permukaan beton dan akhimya beton akan rontok. Bocor - kebocoran atau merembesnya air melalui retakan dan rongga dalam beton mungkin larutnya calcium hydroxide dan unsur-unsur material lainnya. Pengaruh ini biasanya terjadi pada lantai beton yang lemah dan nyata dengan adahya noda. permukaan yang mengembang atau adanya suatu lapisan. Dalam waktu ini dapat menyebabkan berkaratnya tulangan, sebab hilangnya secara bertahap kealkalinan beton. Beton yang keropos dan tembus dapat menyebabkan masuknya air yang menyebabkan berkaratnya tulangan. Ausnya permukaan lantai - jika lantai merupakan permukaan lantai kendaraan untuk lalu-lintas, maka ini akan mengarah pada erosi dan tergosok. 2-7















Perubahan bentuk, lendutan dan getaran yang berlebihan - faktor-faktor ini merupakan suatu indikasi kondisi penunjang lantai atau kondisi lantai itu sendiri. Disarankan dilakukan pemeriksaan khusus. Kerusakan akibat kecelakaan - hal ini berupa beberapa jenis termasuk kerusakan pada jembatan layang akibat kendaraan yang tinggi, dan kerusakan setempat pada batang rangka, expansion joint dan kerb yang diakibatkan oleh kendaraan. · Akibat bahan kimia dipastikan pada daerah yang berlingkungan agresif, keadaan permukaan beton akibat reaksi kimia menjadi rapuh. Bentuk penurunan mutu yang sama dapat terjadi pada daerah yang berlingkungan tidak begitu agresif yang diakibatkan oleh bahan yang cacat atau pekerjaan yang tidak baik.



2.7.7.



PermukaanLantaiKendaraan



Permukaan lantai kendaraan jembatan dapat terbuat dari beton, baja atau kayu, yang memerlukan penggantian lapisan ausnya dan dapat memberikan gaya gesek yang baik. Kerusakan biasanya adalah : • Retak-retak dapat bermacam-macam bentuknya tergantung pada kondisi kegagalannya dan karakteristik bahan permukaan lantai: Bahan/material yang umum dipakai, seperti aspal, merupakan bahan yang thermoplastik dan mudah retak. Pada beberapa hal, retak merupakan suatu indikasi dari kegagalan bahan permukaan lantai kendaraan, disamping itu juga merupakan indikasi pergerakan yang berlebihan atau menurunnya mutu bagian bawah permukaan lantai kendaraan. Dengan berjalannya waktu, terkupasnya bahan penutup permukaan pada bagian ujung dari retakan akan terjadi dan resapan air akan mengakibatkan hilangnya ikatan antara lapisan penutup permukaan dengan lantai. • Perubahan bentuk yang berlebihan - hal ini terjadi karena pengaruh dari kombinasi beban lalu-lintas dan cuaca panas. Jika terjadi perubahan bentuk yang berlebihan, hal ini akan mengurangi kenyamanan dan dapat menambah beban dinamis dan getaran akibat bergeraknya kendaraan. • Terlepasnya ikatan bahan penutup permukaan lantai kendaraan terjadi sebab lemahnya gesekan atau hilangnya lekatan pada bidang permukaan lantai. Hal ini akan mengarah pada deformasi dan kadang-kadang tertumpuknya bahan penutup permukaan akan membentuk satu gundukan. • Licinnya permukaan lantai kendaraan disebabkan oleh gosokan roda kendaraan. Semakin lama permukaannya akan bertambah licin dan penggantian lapisan permukaan akan diperlukan untuk mengembalikan tahanan geseknya.



2.7.8.



Expansion Joint



Expansion joint biasahya merupakan salah satu titik lemah dari jembatan yang mudah rusak sebab kondisi jelek yang dialaminya. Kerusakan utama yahg harus diperhatikan adalah : • Longgar atau bergeraknya/bergeserhya expansion joint dan bagian-bagiannya ini adalah kegagalan yang paling umum dan biasanya disertai dengan bunyi berderik dan terlepasnya baut, komponen dari expansion joint dan dudukannya. Awal dari longgarnya joint biasanya dapat dideteksi dengan adanya retak yang terjadi antara joint dengan bidang permukaan didekatnya; Lambat laun beberapa retakan akan terjadi pada permukaan itu sendiri. Lekatan atau ikatan ke bawah dari dudukan 2-8







• • •



biasanya dapat diperiksa dengan mendeteksi bunyinya ketika joint dipukul dengan palu. Kebebasan bergerak ruang bebas dan alinyemen - harus terdapat cukup ruahg agar supaya joint dapat berfungsi dalam temperatur yang ada. Ruang bebas dapat hilang dikarehakan gerakan yang tidak terduga yang terjadi pada pondasi bangunan bawah atau bangunan atas. Hal ini dapat terjadi juga akibat pemasangan joint yang salah.



Kerusakan ini dapat menghambat pergerakan joiht yahg mengakibatkan timbulnya tegangan pada struktur, atau renggang yang berlebihan pada joint sehingga membahayakan lalu-lintas. Pergeseran joint yang berlebihan - bagian-bagian dari joint dapat bergeser satu sama lainjika ini terlalu banyak hal tersebut dapat mengakibatkan gaya kejut dari lalu-lintas dan dapat juga membahayakan untuk kendaraan kecil dan kendaraan roda dua. Pembuangan air dari joint yang terbuka - kebanyakan dari joint direncanakan dengan gap terbuka dimana air dan kotoran dapat masuk, dalam hal demikian sistem pembuangan air yang baik harus diperiksa. Aspal penutup diatas Joint biasanya lapisan penutup ini mudah rusak dan meningkatkan beban kejut.



2.7.9.



Landasan I Perletakan



Bentuk geometris dan kondisi landasan serta dudukan landasan merupakan indikator penting tentang kondisi landasan tersebut dan kadang-kadang juga menunjukkan kondisi umum jembatan. Mereka biasanya terletak pada titik dimana pergerakan dapat terjadi, oleh karena itu gerakan pada landasan biasanya cukup besar dan dapat diukur dengan alat yang sederhana. • Kondisi landasan dan pelat landasan - bagian-bagian ini harus bebas dari karat dan kotoran yang dapat menghambat pergerakan dan menyebabkan gaya gesek yang berlebihan antara bangunan atas dan bawah. Cukupnya bahan pelumas perlu diperiksa. • Posisi dan alinyemen landasan, dan meratanya pembebanan diantara landasan• landasan, harus diperiksa untuk memastikan bahwa ada kontak yang merata pada bidang permukaan landasan tersebut dan bagian-bagiannya terpasang dengan baik. • Landasan harus duduk dengan baik sehingga ada kebebasan untuk bergerak. • Kekencangan baut angker dan mumya harus diperiksa. • Beberapa karakteristik landasan elastomer memerlukan perhatian khusus. Ini harus diperiksa terhadap pecah, sobek atau retak pada karet pembungkus bagian luamya, dan untuk penggembungan, serta distorsi yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan atau geseran. Tanda-tanda pertama dari kegagalan elastomer biasanya berbentuk retakan horisontal yang terjadi dekat pertemuan antara karet dengan lapisan baja. Landasan juga harus diperiksa untuk gerakan rotasi bangunan atas yang berlebihan yang mana biasanya dapat terlihat dengan perbedaan ketebalan pada bagian depan dan belakang dan landasan. • Dudukan landasan harus diperiksa untuk tanda-tanda dari pergerakan antara dudukan dengan struktur penyokongnya. Hal ini penting khususnya jika dowel atau baut angker tidak dipergunakan untuk memegang landasan elastomer tersebut. • Duduknya bangunan atas pada landasan dan landasan pada bangunan bawah harus diperiksa secara teliti untuk tanda-tanda retak. detail biasanya terjadi akibat dari konsentrasi beban pada bagian tepi dan dapat mengurangi daya kerja dari dudukan dan rusaknya struktur.



2-9







Landasan geser sederhana dipergunakan pada kebanyakan jembatan-jembatan lama yang akan menjadi sulit bergerak karena usianya, dan jika bahannya terbuat dari timah hitam atau bitumen landasan ini mungkir tidak berfungsi sama sekali. Dalam hal ini kemungkinan terjadinya retakan atau gompalan pada beton pada daerah dudukan dari landasan.



2.7.10. Sandaran dan Perlengkapan •



Kerusakan akibat gaya kejut lalu-lintas. Sifat dan tingkat dari kerusakan harus dicatat dan berbagai komponen harus diperiksa secara teliti untuk tanda-tanda kerusakan. • Korosi - sandaran dan pagar pengaman akan sering menerima semprotan air kotor dari jalan, sehingga berada dalam lingkungan yang sangat korosif. Kondisi dari lapisan pelindung harus diperiksa untuk melihat kemungkinan tanda-tanda kerusakan atau korosi. Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada bagian dasar dari tiang penyangga. • Kekencangan baut harus diperiksa dengan mempertimbangkan kemungkinan untuk memuai. • Kwalitas dari las - harus diperiksa untuk rnenjamin bahwa sambungan tersebut cukup baik dalam menyalurkan gaya-gaya. • Kondisi tanda-tanda pembatas dan utilitas harus diperiksa.



2.7.11. Drainase Drainase merupakan suatu bagian penting yang harus diperiksa karena air yang terjebak, tergenang, mangalir atau menyemprot dapat menyebabkan kerusakan dengan barjalannya waktu danjuga membahayakan lalu-lintas. Kerusakan utama yang harus diperiksa: • Tanda air pada balok, pelat, pilar dan kepala jembatan mungkin menunjukkan pipa yang bocor, selokan yang tersumbat atau sistem drainase yang tidak memadai. • Tersumbat atau tidak memadainya saluran terbuka dan pipa akan nyata dari air yang tergenang disekitar lubang pembuangan (inlet) setelah hujan besar. Tanda air pada beton menunjukkan tentang tidak memadainya saluran. • Lubang pembuangan (outlet) hams diperiksa untuk meyakinkan bahwa air buangan tidak memancar pada komponen jembatan yang lain dan tidak menyebabkan erosi pada tanah timbunan. • Pipa yang rusak pipa-pipa harus diperiksa untuk kemungkinan kerusakan atau kebocoran. Tanda air dan terkumpulnya kotoran menunjukkan adanya masalah. • Kemiringan permukaan dan lantai pembuangan air ke selokan harus diperiksa untuk meyakinkan bahwa kemiringannya cukup baik dan tidak terganggu dengan pelapisah ulang. • Drainase jalan - air tidak boleh dibuang sehingga menyebabkan erosi.



2- JO



BAB3 SISTEM



PENOMORAN JEMBATAN



DAFTAR ISi BAB3



3.



SISTEM PENOMORAN JEMBATAN



3.1. PENGERTIAN JEMBATAN



3.2. NOMOR JEMBATAN 3.2.1. Akhiran Ruas Jalan 3.2.2. Jembatan Tambahan/Jembatan yang Belum Tercatat Sebelumnya 3.2.3. Lintasan Atas 3.2.4. Jembatan Ganda 3.3. LO KASI JEMBAT AN



3.4.



PENOMORAN KOMPONEN DAN ELEMEN JEMBATAN 3.4.1. Penomoran Komponen Utama 3.4.2. Penomoran Elemen



3.5.



URUT AN PEMERIKSAAN



3. SISTEM PENOMORAN JEMBATAN 3.1.



PENGERTIAN JEMBATAN



Guna pencatatan dalam database jembatan di BMS, yang dimaksud dengan jembaian adalah jembatan lintasan basah, lintasan kerata api, lintasan ferry, gorong-gorong, yang memiliki ukuran panjang total atau lebar rentang (dalam hal gorong-gorong) labih dari 2 meter.



3.2.



NOMOR JEMBATAN



Nomor Jembatan pada umumnya terdiri dari 9 (sembilan) angka yang khas untuk masing• masingjembatan. Contoh dapat dilihat dalam Gambar 3.1. Kadang-kadang Nomor Jembatan mempunyai nomor tambahan dalam bentuk Akhiran Ruas Jalan (link suffix). Akhiran ruas jalan ini dipakai bilamana ruas jalan jembatan telah dibagi-bagi dalam Sistem Manajemen Jalan Antar kota, atau "Interurban Road" Management System (IRMS), sehingga jumlah lalu-lintas dapat dihitung dengan lebih teliti untuk masing-masing bagian atau sublink (lihat Bagian 3.2.1.) Nomor Jembatan



I I I I I I I I 0



7



No. Propinsi



0



1



No. Ruas Jal an



2



0



0



No. Urut Jembatan



2



4 No. Tambahan



2 No. Ruas Tambahan



Gambar 3.1. Nomor Jembatan Nomor jembatan menunjukkan urutan posisi jembatan sepanjang ruas jalan tersebut. Dua angka pertama menunjukkan Propinsi. Tiga angka berikutnya menunjukkan Ruas Jalan Tiga angka berikutnya manunjukkan Nomor Urut Jembatan. Jembatan diberi nomor secara urut, dimulai dari jembatan yang paling dekat dengan awal dari Ruas Jalan yang diberi Nomor Urut Jembatan 001. Angka terakhir dalam kesembilan angka pada nomor jembatan tersebut (Akhiran) menunjukkan jembatan tambahan yang sudah dibangun, jembatan yang sebelumnya tidak terdaftar karena tertinggal dalam pendataan, dan juga menunjukkan jembatan yang diduplikasi, misalnya pada jembatan yang barada pada dua jalur yang terpisah. Akhiran ini dapat berupa angka atau huruf (Lihat Bagian 3.2.2 dan 3.2.3). Nomor Propinsi, Nomor Ruas Jalan dan Nomor Akhiran Ruas Jalan diambil dari IRMS dan dapat dilihat dalam laporan IBMS-IRI-Laporan Data Ruas Jalan dan Laporan Lalu Lintas.



3.2.1. Akhiran Ruas Jalan Penggunaan Akhiran Ruas Jalan untuk menunjukkan bagian ruas jalan dimulai beberapa tahun setelah database jembatan selesai, dan akhiran ruas jalan ini tidak mudah digabungkan, pada tempat yang tepat, dengan sembilan angka nomor jembatan yang



3-1



sudah ada, yaitu bersebelahan dengan Nomor RUBS Jalan. Oleh karena itu nomor ini digabungkan secara terpisah dan ditambahkan pada akhir dari sembilan angka yang ada. Semua laporan pemeriksaan harus menggunakan Nomor Akhiran Ruas Jalan yang benar; kalau tidak, BMS MIS tidak akan menghasilkan data IRMS yang benar untuk jembatan tersebut. Akhiran Ruas Jalan sudah dialokasikan pada semuajembatan dalam database. Setiap bagian ruas memiliki titik awal dan titik akhir kilometer. Km lokasi jembatan



(Lihat; Bagian 3.3.) harus dicatat dengan benar supaya sesuai dengan Akhiran Ruas Jalan. Jika lokasi kmjembatan berada di luar batas km untuk bagian ruas jalan, maka BMS MIS tidak akan mengenal jembatan tersebut. Bagian ruas jalan dalam daerah perkotaan memiliki dua huruf dan angka Akhiran Ruas Jalan dalam bentuk Kl, K2 dan seterusnya. Kadang-kadang bagian ruas di dalam IRMS tidak terletak dalam ruas jalan tersebut. Bagian-bagian ruas tersebut mungkin berupa jalan pintas ataujalan cabang dari ruasjalan utama, seperti terlihat dalam Gambar 3.2. Pada pemeriksa harus berkonsultasi dengan BMS. Supervisor bila menghadapi masalah dalam penomoran Akhiran Ruas Jalan.



PROVINCE No • .S7 LINK No. 26



£1\d al Ul'\lt



_Unit



Un._



Unit Svlra1



1rs~-l~-i,r1 ---~o-,



~_,.rI



Sutr.1



o2



Linli



,,,_



SuHi,



o_)



--,+f



Gambar 3.2 Penggunaan akhiran ruasjalan untuk menunjukkan pada suatu ruasjalan 3.2.2. Jembatan Tambahan/Jembatan yang belum Tercatat Sebelumnya Jembatan tambahan dan yang belum tercatat diberi tanda dengan tambahan nomor (dengan angka) Nomor akhiran ini disarankan merupakan jarak antara Jembatan tambahan dan Jembatan sebelumnya yang telah tercatat dan letaknya paling dekat dengan awal ruas jalan, dan diungkapkan sebagai perbandingan jarak antara Jembatan tambahan dengan jarak jembatan sebelum dan sesudahnya yang telah tercatat. Nomor tambahan memiliki nilai nomor bulat antara I dan 9; oleh karena itu, dapat dimasukkan maksimum sembilan Jembatan tambahan antara dua Jembatan yang telah tercatat sebelumnya.



3-2



Jembatan-jembatan tambahan diberikan Nomor Urut Jembatan yang sama dengan jembatan di sebelah Jembatan yang telah tercatat sebelurnnya yang letaknya paling dekat dengan Jembatan sebelumnya. Dalam Gambar 3.3, Jembatan-jembatan diatas S. Satu, S. Dua, Jalan Kereta Api dan Jalan Besar telah tercatat sebelurnnya dalam Database BMS, oleh karena itu telah memiliki Nomor Jembatan yang berurut (001 sampai 004). Suatu jembatan tambahan (S. Tambahan) ditemukan diantara S. Dua dan Jalan Kereta Api sesudah Database BMS awal ditetapkan. S. Tambahan diberi nomor tambahan 4, karena jarak antara S. Tambahan dan Jembatan sebelurnnya yang terdekat dan Jembatan, sesudahnya (Jembatan Kereta Api) adalah empat per sepuluh dari jarak antara S. Dua dan Jembatan Jalan Kereta Api.



,



:



. ··



.



PROVINCE 70



I



.



. . '\



End of Link



0. ~2



Gambar 3.3 Penomoran Jembatan



Nomor Jembatan untuk kelima jembatan pada Ruas Jalan 012 dalam contoh ini dapat dilihat dalam Gambar 3.4. No. Ruas Jalan



No. Propinsi



No. Urut



No.



No. Ruas



Jembatan



Tambaha n



Tambaha n



S. Satu



S.Dua



S. Tambahan (additional bridge)



7



0



0



1



2



0



0



2



4



rn rn rn 3-3



I I I I I I I I I I I I



KeretaApi



Jalan Besar



7



0



0



7



0



0



1



2



0



I



0



2



0



I



0



I I I [D I I I [D 3



0



4



0



Gambar 3.4 Penggunaan Nomor Tambahan untuk Penomoran Jembatan Tambahan 3.2.3. Lintasan Atas Jembatanjalan raya yang melintas diatasjalur kereta api dicatat seperti biasa. Jembatan jalan raya yang melintas diatas jalan dicatat pada ruas jalan yang berada diatas jalan. Jembatan kereta api yang melintas diatas jalan biasanya merupakan tanggung jawab Perusahaan Jawatan Kereta Api, dan tidak dicatat ke dalam Database BMS. Bila terdapat keraguan mengenai tanggung jawab akan suatu jembatan termasuk lintas alas kereta api, Inspektur Jembatan harus berkonsultasi dengan BMS Supervisor. 3.2.4. Jembatan Ganda Bila suatu jalan digandakan, misalnya di badan jalan yang ganda, biasanya dibagian jembatan yang terpisah pada masing-masing badan jalan di atas sungai atau jalur kereta api. Contoh dapat dilihat dalam Gambar 3.5 Jembatan yang digandakan diberi tanda dengan suatu akhiran berupa abjad. Akhiran A Digunakan untuk jembatan di jalur sebelah kiri, yang dilintasi oleh kendaraan yang berjalan menjauhi awal dari ruas jalan. Akhiran B Digunakan untuk jembatan di jalur sebelah kanan



I PROPINSI 70 \ dbt. 70.01 s:002.A· Jbt. 10.0'16.0tl3



Gambar 3.5 Penggunaan Nomor Tambahan Abjad untuk Penomoran Jembatan yang Digandakan



3-4



3.3.



LO KASI JEMBAT AN



Dalam arti jarak, jembatan dibangun dari Kota Asal yang biasanya merupakan awal dari



suatu Ruas Jalan. Setiap Kota Asal diberi Kode abjad berjumlah tiga huruf, misalnya, JKT, BDG, dan seterusnya. Jarak diukur dalam kilometer, biasanya dengan menggunakan odometer kendaraan. Setiap jembatan hanya boleh dicatat satu kali saja. Pada awalnya, setiap pemeriksaan dimulai dari Kota Asal dan jembatan diperiksa secara urut sepanjang ruas jalan tersebut, untuk menghindari pencatatan ganda. Angka yang tertera pada odometer dicatat pada titik awal di Kota Asal. Angka pada odometer dibutuhkan untuk menentukan lokasi jembatan. Bila jembatan akan ditambahkan pada database, jaraknya dapat diukur dari jembatan atau patok kilometer yang sudah ada, danjarak dari Kota Asal dapat dihitung.



Gambar 3.6 Lokasi Jembatan 3.4.



PENOMORAN KOMPONEN DAN ELEMEN JEMBATAN



Untuk mencatat kondisi komponen utama dari suatu jembatan atau mencatat lokasi masing-rnasing elemen atau sekelompok elemen yang cacat, mutlak diperlukan suatu sistem penomoran pada komponen dan elemen jembatan. 3.4.1. Penomoran Komponen Utama Tiga komponen utama digunakan untuk membantu menentukan lokasi elemen dan elemen yang cacat. Ketiga komponen tersebut adalah kepala jembatan pilar dan benteng, yang diberi kode abjad-angka misalnya, Al, Pl, 82, Kode-kode ini digunakan pada semua jenis pemeriksaan. Komponen-komponen utama masing-masing diberi nomor secara urut, dimulai dari komponen yang terdekat dengan Kota Asal, seperti dapat dilihat dalam Gambar 3.7.



3-5



· ..... -~·······



a,·



'AMH



82



tWAs· 1 ·



-



P1



Gambar 3.7 Penomoran Komponen Utama 3.4.2. Penomoran Elemen Penomoran Elemen digunakan hanya untuk menemukan elemen-elemen yang rusak menurut Pemeriksaan Detail. Indivisual elemen-elemen gelagar, kolom dan rangka, dan bagian-bagian dari elemen seperti batang tepai atas atau bawah dan batang diagonal, diberi nomor secara memanjang, melintang, dan vertikal. Elemen-elemen ini secara berturut-turut diberi nomor pada sumbu X, Y, dan Z seperti yang terlihat dalam Gambar 3.8.



~



X ( Arah



Memanjang



).



\ '\ y ( Arah Melintang _) --, Z ( Arah Vertikal )



Gambar 3.8 Penomoran Elemen Elemen-elemen dalam arah memanjang diberi nomor secara urut, dimulai dari elemen yang terdekat dengan kepalajembatan 1 (Al) seperti terlihat dalam Garn.bar3.9.



3-6



83.5.2.2



Connection 83.4.2.3



J



.



Gambar 3.9 Penomoran Elemen =Arah Memanjang Elemen-elemen dalam arah melintang diberi nomor dari kiri ke kanan bila dilihat dari arah meninggalkan Al seperti terlihat dalam Gambar 3.10.



l



..,



a



~



~



e



I ·.§



8.



~



-e



s



e0



0



0



~



"'



a



a



"' ·-



.8



:::,



0



a



'€



.I(



.:::



~



c=



a



l



., c,



.I (



-~ -~ .!:!



·.::



ii



co co



~"a a co a a a - ~ ~ -a i .0



>,



~



.,



>, :~



"e



·:;.;e;i -



~



~



al



~ -c Ill



8::



...,