Pemakaian Static Var Compensator (SVC) Untuk Menjaga Kualitas Daya Listrik, Di PT - Krakatau Daya Listrik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMAKAIAN STATIC VAR COMPENSATOR (SVC) UNTUK MENJAGA KUALITAS DAYA LISTRIK, di PT.KRAKATAU DAYA LISTRIK Andreas Bahda Muchamad.1,Ir.Joko Windarto, MT.2 Mahasiswa dan Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Email : [email protected]



1



2



Abstrak PT. Krakatau Daya Listrik adalah pembangkit PLTU dengan kapasitas 400 MW yang beroperasi untuk menyuplai energi listrik untuk kawasan Krakatau Industri Estate Cilegon (KIEC) dan perumahan di sekitar kawasan industri tersebut. Sistem utama dan pendukung pada PT. KDL merupakan sistem yang terintegritas yang menopang proses produksi energi listrik dengan interkoneksi dengan PLN. Sistem tenaga listrik PT. KDL dibagi menjadi empat yaitu, sistem produksi, sistem transmisi, sistem interkoneksi dan sistem distribusi. Karena sifat beban dari PT. Krakatau steel yang bersifat fluktuatif, maka perlu ditopang dengan sistem Kompensasi. Sistem kompensasi ini ditempatkan pada 3 Mainstation pada busbar 30 kV dekat dengan beban. Sistem kompensasi yang dipakai yaitu Static VAR Compensator untuk pabrik yang memiliki beban fluktuatif dan kapasitor bank untuk pabrik yang memiliki nilai beban yang stabil. Static VAR Compensator sendri terdiri dari dua komponen: komponen utama yaitu terdiri dari Thyristor Controlled Reactor (TCR), Fixed Capacitor, Sisem Kontrol dan Proteksi sedangkan komponen pembantu adalah Sistem Pendingin (cooling system). Pada laporan kerja praktek ini, penulis mengambil pokok bahasan tentang sistem kompensasi khususnya menggunakan Static VAR Condensator yang telah dijabarkan diatas. Dengan laporan ini mahasiswa dapat mengerti tentang sistem kompensasi yang dipakai pada industri-industri modern



Kata kunci: Sistem Tenaga Listrik, Static VAR Compensator (SVC), PLTU I.



PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia terdapat banyak kawasan industri yang memiliki industri-industri yang bertaraf nasional bahkan ada juga yang sampai tembus di mata internasional. Seperti kawasan industri Krakatau Steel yang berada di kota Cilegon, Banten. Mereka mempunyai banyak sekali perusahaan yang bertaraf nasional bahkan sampai internasional, seperti PT. Krakatau Steel sendiri yang sudah bertaraf internasional. Pabrik ini memproduksi baja-baja yang siap di ekspor ke luar negeri dengan kualitas yang sangat tinggi. Yang membedakan kawasan industri Krakatau Steel dengan kawasan-kawasan industri lainnya yang berada di Indonesia adalah kawasan industri Krakatau Steel



mempunyai pembangkit listrik sendiri yaitu PLTU 400 MW Krakatau Steel yang dimana sekarang sudah berganti nama menjadi PT. Krakatau Daya Listrik. 1.2. Tujuan 1. Memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Diponegoro. 2. Mengetahui prinsip kerja dari Static VAR Compensator yang berada di jaringan distribusi PT. Krakatau aya Listrik. 3. Memahami pengaruh pemasanagan SVC. 1.3. Batasan Masalah



Dalam penulisan laporan Kerja Praktek di PT. Krakatau Daya Listrik ini penulis hanya II. PROFIL PERUSAHAAN III. Bidang usaha utama PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL) adalah pembangkit listrik, memiliki lima unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang masing-masing berkapasitas 80 MW. Perusahaan didirikan pada tahun 1996 di Cilegon ini, mampu melayani fluktuasi beban yang dibutuhkan pabrik-pabrik di Kawasan Industri Krakatau. Konsumen listrik utama PT KDL adalah pabrik baja nasional PT Krakatau Steel (Persero), Tbk (PT KS), industri dan fasilitas usaha KS Group, serta konsumen umum yang terdiri dari berbagai golongan mulai dari rumah tangga, perhotelan hingga kelompok industri. IV. PT KS sebagai produsen baja merupakan konsumen yang terbesar. Karakteristik konsumsi energi pabrik baja cenderung fluktuatif dan identik dengan interval pemakaian yang inkonsisten. Oleh sebab itu, PLTU PT KDL didesain khusus untuk melayani permintaan pemakaian yang tidak bisa diprediksikan tersebut. V. Tiap unit pembangkit, terdiri dari satu boiler (ketel), satu turbo generator dan ragam peralatan pembantu lainnya. Masing-masing unit pembangkit dipasangkan sistem pengumpul (manifold) pada sisi air, uap dan bahan bakar. Saat ini manifold yang ada berjumlah tujuh pipa. Dengan adanya manifold di tiap unit ini, maka antara boiler dengan turbo generator dapat dioperasikan dari unit yang berbeda. VI. Bahan bakar utama dari PLTU PT KDL adalah gas alam dan bahan bakar minyak (BBM) Residu. Kdua bahan bakar ini dapat digunakan sendiri-sendiri maupun bersamaan. Seperti diketahui, pembangkit listrik PT KDL mampu mengaplikasikan mekanisme dual firing, yaotu mekanisme pembakaran yang dapat menggunakan bahan bakar dan juga BBm secara bersamaan.



memnnbahas Static VAR Compensator yang berada di PT. Krakatau Daya Listrik. VII. PT KDL menjamin kualitas energy listrik yang di produksi sesuai standar industry. Untuk itu PT KDL mengkreasikan sebuah system kompensator untuk menjaga stabilitas tegangan. VIII. Seiring permintaan listrik yang terus berkembang signifikan di kawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon, maka salah satu tindakan strategis yang diambil PT KDL adalah membangun pembangkit baru. Teknologi yang di pilih berupa Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU). Kapasitas dari PLTGu ini adalah 120 MW dengan menggunakan bahan bakar gas. IX. Selain memberikan suplai listrik, PT KDL juga melayani kebutuhan pelanggan yang menyangkutberbagai masalah kelistrikan, sewa alat berat, jasa workshop, jasa konsultasi serta jasa pelabuhan untuk bongkar muat. X. XI. DASAR TEORI 3.1 Daya XII. Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha dalam satuan waktu. Terdapat 3 daya yang dikenal dalam bidang kelistrikan yaitu:  Daya Semu XIII. Daya semu (Apparent Power) adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian antara tegangan rms dan arus rms dalam suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil penjumlahan trigonometri daya aktif dan daya reaktif. Satuan daya semu adalah Volt Ampere (VA) dan mempunyai persamaan S=V.I  Daya Aktif XIV. Daya aktif (Active Power) adalah daya yang terpakai untuk melakukan energi sebenarnya. Satuan daya aktif adalah Watt, dan mempunyai persamaan P= V.I. cos ∅



 XV.



Daya Reaktif Daya yang terpakai sebagai energi pembangkitan flux magnetik sehingga timbul magnetisasi dan daya ini



dikembalikan ke sistem karena efek induksi elektromagnetik itu sendiri, sehingga daya ini sebenarnya merupakan beban (kebutuhan) pada suatu sistim tenaga listrik. Satuan daya reaktif adalah VAR dan mempunyai persamaan Q=V.I.sin







XVI. 3.2 Faktor Daya XIX. XX. Faktor Daya = Daya Aktif (P) / Daya Nyata (S)= V.I Cos φ / V.I= Cos φ XXI. Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan dapat juga dinyatakan dalam persen. Faktor daya yang bagus apabila bernilai mendekati satu.  Faktor daya leading



XXII. Apabila arus mendahului tegangan, maka faktor daya ini dikatakan “leading”. Faktor daya leading ini terjadi apabila bebannya kapasitif, seperti capacitor, synchronocus generators, synchronocus motors dan synchronocus condensor. 



Faktor daya lagging



XXIII. Apabila tegangan mendahului arus, maka faktor daya ini dikatakan “lagging”. Faktor daya lagging ini terjadi apabila bebannya induktif, seperti motor induksi, dan AC . 3.3 Klasifikasi Beban Listrik XXIV. Klasifikasi beban listrik dapat dibagi 2, yaitu berdasarkan sifatnya dan jenisnya.



3.3.1 Berdasarkan Sifat 



Beban Resistif



XXV. Beban resistif yang merupakan suatu resistor murni, contoh : lampu pijar, pemanas. Beban ini hanya menyerap daya aktif dan tidak menyerap daya reaktif sama sekali. Tegangan dan arus se-fasa. XXVI. Secara matematis dinyatakan :



XVII. Faktor daya (Cos ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (Watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda sudut fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam cos φ . Faktor daya terdiri dari dua sifat yaitu factor daya leading dan lagging. XVIII. XXVII. R=V/I  Beban induktif XXVIII. Beban induktif adalah beban yang mengandung kumparan kawat yang dililitkan pada sebuah inti biasanya inti besi, contoh : motor – motor listrik, induktor dan transformator. Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1 “lagging”. Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan daya reaktif (kVAR). Tegangan mendahului arus sebesar φ°. Secara matematis dinyatakan : XXIX. XL = 2πf.L  Beban kapasitif adalah beban yang mengandung suatu rangakaian kapasitor. Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1 “leading”. Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan mengeluarkan daya reaktif (kVAR). Arus mendahului tegangan sebesar φ°. Secara matematis dinyatakan : XXX. XC = 1 / 2πfC 3.3.2 Berdasarkan Jenisnya  Beban Linear



XXXI. Beban linear adalah beban yang impedansinya selalu konstan sehingga arus selalu berbanding lurus dengan tegangan setiap waktu. Beban linear ini mematuhi Hukum Ohm yang menyatakan bahwa arus berbanding lurus dengan tegangan. Gelombang arus yang dihasilkan oleh beban linear akan sama dengan bentuk gelombang tegangan. Apabila diberi tegangan sinusoidal, maka arus yang mengalir ke beban linear juga merupakan sinusoidal







sehingga tidak terjadi distorsi dan tidak menimbulkan harmonisa. Beban ini berupa elemen pasif seperti resistor, komputer dan kapasitor. Beberapa contoh beban linear adalah lampu pijar, pemanas, resistor, dan lain-lain. Beban Non Linear



beban non linear tidaklah mematuhi Hukum Ohm yang menyatakan arus berbanding lurus dengan tegangan. Gelombang arus yang dihasilkan oleh beban nonlinear tidak sama dengan bentuk gelombang tegangan sehingga terjadi cacat (distorsi). Dengan meluasnya pemakaian beban non linear, gelombang sinusoidal ini dapat mengalami distorsi. Contoh beban non linear adalah mesin las, motor induksi, electric arc furnace, dll.



XXXIII.



XXXIII.4



Kualitas Daya Listrik



XXXIV. Masalah Power quality adalah persoalan perubahan bentuk tegangan, arus atau frekuensi yang bisa menyebabkan kegagalan atau misoperation peralatan, baik peralatan milik feeder maupun milik konsumen; artinya masalah Power Quality bisa merugikan pelanggan maupun feeder. Berikut adalah permasalahan kualitas daya listrik:



 Voltage Sag XXXV. Power Sag berupa penurunan tegangan. Peristiwa ini bisa disebabkan oleh kesalahan jaringan ataupun masuknya peralatan yang membutuhkan arus awal besar ke jaringan. Penurunan tegangan ini bisa terjadi selama beberapa milidetik, XXXVI. Voltage Sag Voltage sag juga bisa bersumber pada jaringan pemasok energy , misalnya: XXXVII. 1. Beroperasinya recloser XXXVIII. 2. Beroperasinya Voltage Regulator . XXXIX. Voltage sag dapat menyebabkan kegagalan peralatan.



XXXII. Beban non linear adalah beban yang impedansinya tidak konstan dalam setiap periode tegangan masukan. Dengan impedansinya yang tidak konstan, maka arus yang dihasilkan tidaklah berbanding lurus dengan tegangan yang diberikan, sehingga Satu hal yang pasti adalah bahwa voltage sag akan mengakibatkan menurunnya pasokan daya karena daya berbanding lurus dengan kuadrat tegangan. Penurunan daya pada waktu terjadi voltage sag juga dialami oleh beban-beban sensitif.  Undervoltage XL. Undervoltage adalah peristiwa penurunan tegangan yang terjadi secara berkepanjangan. Undervoltage akan mengakibatkan terjadinya pemanasan yang berlebihan pada motor, bahkan sampai pada kegagalan operasi peralatan. Penyebab gangguan ini bisa terjadi akibat ada perangkat dengan motor yang sudah terlalu panas (overheating).  Blackouts XLI. Blackouts adalah peristiwa terjadinya tegangan nol (hilang tegangan) yang berlangsung lebih dari dua menit. Sumber kejadian kebanyakan berasal dari sisi jaringan seperti circuit breaker yang trip. Akibat yang dapat ditimbulkan adalah data loss, data corrupt, kerusakan peralatan.  Voltage Imbalance XLII. Fenomena ketidakseimbangan tegangan terjadi sebagai akibat ketaksamaan magnitude dan/atau sudut fasa pada setiap tegangan. Penyebab ketidakseimbangan tegangan antara lain Beban satu fasa dipasok antar fasa Trafo XLIII. fasa tunggal pada JTM sistem 3 fasa,4 kawat, dan Impedansi trafo tidak sama Ketidakseimbangan tegangan dapat memberikan dampak,antara lain terjadi panas berlebih yang dapat merusak isolasi dan malfungsi kerja peralatan tenaga dan pengukuran.



 Harmonik XLIV. Harmonisa adalah gelombang sinusoidal yang memiliki frekuensi kelipatan dari frekuensi dasar,50 Hz. Distorsi ini terjadi karena adanya XLV. XLVI. XLVII. XLVIII. XLIX. L. LI. LII. LIII. LIV.PEMAKAIAN STATIC VAR COMPENSATOR (SVC) UNTUK MENJAGA KUALITAS DAYA LISTRIK 4.1 Beban Listrik yang Berada di PT. Krakatau Daya Listrik



LV.



PT Krakatau Daya Listrik merupakan perusahaan penyedia energi listrik untuk kawasan industri Krakatau Steel. Beban terbesar PT KDL adalah PT Krakatau Steel +1200 MVA. Beban di PT krakatau steel mempunyai karakteristik beban yang fluktuatif. Hal ini akan menyebabkan kualitas dari listrik akan terganggu. Penyebabnya adalah beban non linear yang di gunakan untuk peleburan biji baja dalam proses pengolahan baja. Motor, mesin las merupakan beberapa contoh beban yang memiliki sifat beban induktif yang menyebabkan timbulnya harmonisa dan menurunnya kualitas factor daya.



LVI. LVII.



LVIII.



Gambar 4.1 Karakteristik Beban Non Linear EAF



beban nonlinier seperti EAF, Drives System, Thyristor Controlled Reactor dimana bentuk gelombang arus beban tidak mengikuti bentuk gelombang tegangan pasokan.



LIX.



LX. Gambar 4.2 Karakteristik Beban Non Linear Rolling Mill LXI.



4.2 Prinsip Kerja Static VAR Compensator



LXII. SVC merupakan peralatan yang mampu bekerja dengan menyerap atau menghasilkan arus reaktif yang terkontrol dengan cara menyerap daya reaktif dari sistem atau menghasilkan daya reaktif untuk sistem. Ketika tegangan sistem rendah SVC menghasilkan daya reaktif (SVC kapasitif) namun ketika tegangan sistem tinggi SVC menyerap daya reaktif (SVC induktif). LXIII. SVC ini berfungsi untuk menyuntikkan atau menyerap daya reaktif statis yang terkendali dan dihubungkan paralel yang mempunyai keluaran (output) yang bervariasi untuk mempertahankan atau mengontrol variabel tertentu pada sistem tenaga listrik, terutama tegangan bus. SVC terdiri dari TCR



(Thyristor Controlled Reactor). Filter berfungsi untuk mengatasi besarnya harmonisa yang dihasilkan oleh TCR. LXIV. Peralatan Static VAR Compensator (SVC) digunakan untuk mengkompensasi daya reaktif. SVC juga terdiri dari kapasitor, reaktor dan thyristor. Prinsip kerja Static VAR Compensator (SVC) yaitu dengan cara mengatur sudut penyalaan thyristor, sehingga dapat mengatur keluaran daya reaktif dari SVC dan besarnya arus LXV. LXVI. LXVII. Dengan demikian Static VAR Compensator (SVC) akan memberikan kompensasi daya reaktif maupun mengambil daya reaktif yang sesuai dengan kebutuhan sistem. LXVIII. Static VAR Compensator (SVC) bekerja seperti reaktansi variabel shunt, yang bisa menghasilkan atau menyerap daya reaktif untuk menyeimbangkan sistem distribusi dan mengurangi presentasi ketidakseimbangan yang timbul pada sistem distribusi. Kontrol sudut penyalaan thyristor memungkinkan SVC unutk memiliki kecepatan respon yang cepat. Hal ini digunakan untuk menyalurkan daya reaktif dan menyediakan support regulasi tegangan dengan cepat. 4.3 Pemasangan System Kompensasi Pada System Jaringan PT KDL LXIX. 4.3.1 Sistem Kompensasi pada Busbar AF (MTS II)



reaktor. Arus yang diterima oleh kompensator daya reaktif statis ( SVC ) merupakan penjumlahan dari arus kapasitor dan arus reactor. Besarnya arus kapasitor tetap, yang dirubah adalah besarnya nilai reactor yang tepat arus yang diterima oleh kompensator daya reaktif statis dapat divariasikan dari kapasitif hingga induktif. Nilai tegangan sistem merupakan input bagi pengendali, yang kemudian akan mengatur sudut penyalaan thyristor. LXX.



LXXI. Gambar 4.3 Sistem Kompensasi Krakatau Daya Listrik busbar AF LXXII. Single line diagram diatas adalah contoh pemasangan SVC pada busbar AF yaitu AY 01 dan AY 02. AY 01 menangani beban untuk HSM dan AY 02 untuk beban CRM yang mana karakteristik bebannya adalah rolling mill. AY 01&AY02 terdapat 6 filter circuit yaitu AY 21 unutk 250 Hz, AY 22 unutk 250 Hz, AY 31 untuk 350 Hz dan AY 32 untuk 350 Hz, AY 51 untuk 550Hz dan AY 61 650Hz. LXXIII. 4.3.2 Sistem kompensasi pada busbar AH (MTS I)



LXXIV.



LXXV. Gambar 4.4 Sistem Kompensasi Krakatau Daya Listrik busbar AL LXXVI. Single line diagram diatas adalah pemasangan SVC pada busbar AH, yaitu AY 03 dan AY 04. AY 03 menangani beban BSP (Billet Steel Plant) dan untuk AY 04 menagani beban SSP 1 (Steel Slab Plant). Di AY 03 terdapat 3 filter circuit, yaitu filter circuit AY 11 untuk 150 HZ-25 MVAR, filter circuit AY 23 untuk 250 Hz-15 MVAR dan filter cicuit AY 33 untuk 350 Hz-10 MVAR. AY 04 terdapat 5 filter circuit yaitu AY 12 untuk 150 Hz-25 MVAR, AY 20 untuk 200 Hz-10 MVAR, AY 24 untuk 250 Hz-15 MVAR, AY 34 untuk 350 Hz-10 MVAR, dan AY 44 unutk 450 Hz-30 MVAR. LXXVII. 4.3.3 Sistem Kompensasi pada Busbar AL (MTSIII)



LXXVIII.



LXXIX. Gambar 4.5 Sistem Kompensasi Krakatau Daya Listrik busbar AL LXXX. Single line diagram diatas adalah pemasangan SVC pada busbar AL. DI busbar AL hanya ada AY 05. AY 05 menangani satu pabrik saja yaitu SSP II(Steel Slab Plant). Di AY 05 terdapat 7 filter circuit. AL 04 untuk 300A-20 MVAR-500 Hz, AL 05 untuk 572A-30 MVAR-150 Hz, AL 06 untuk 192A-10 MVAR-200 Hz, AL 07 dan 08 adalah TCR 180 MVAR, AL 09 untuk 208A-15 MVAR-250 Hz AL 10 untuk 192A10 MVAR-300 Hz, AL 11 untuk 288A-15 MVAR-350 Hz, AL 12 untuk 288A-15 MVAR-550 Hz



LXXXI. LXXXII. 4.3.4 Sistem Kompensasi di PT Krakatau Daya Listrik LXXXIII.



4.4 Komponen Pendukung Static VAR Compensator LXXXV. 4.4.1Thyristor Reactor 



Controlled



Thyristor



LXXXVI. Thyristor merupakan komponen semi konduktor yang dapat mengalirkan arus keluaran sesuai dengan trigger yang diberikan pada gatenya ( penyalaan ). Thyristor digunakan untuk mengaturan tegangan pada steller (reaktor) yaitu dengan mengatur sudut penyalaan dari thyristor. LXXXIV. Gambar 4.6 Sistem Kompensasi Krakatau Daya Listrik



LXXXVII.



C.







CI. LXXXVIII.



Gambar 4.7 Thyristor



LXXXIX. Karakteristik TCR : XC. – Membutuhkan daya reaktif induktif (reactor shunt ) XCI. – Induktif power harus lebih tinggi dari kapasitif power XCII. – Menimbulkan arus Harmonic XCIII. Sudut picu dari thyristor tersebut sudah di setting sebelumnya. Untuk sudut picu di system kompensasi di Krakatau Daya Listrik terlihat seperti di table 4.1 dibawah ini. XCIV. Tabel 4.1 Sudut Penyalaan dari Thyristor XCV.



Reactor



Reaktor shunt digunakan untuk menghasilkan daya reaktif induktif. Belitan reaktor dihubungkan ke rangkaian thyristor. Pada reaktor shunt dipasang proteksi over current untuk mencegah arus yang berlebih. CII.



CIII.



XCVI.



Untuk data spesifikasi dari thyristor yang di gunakan di system kompensasi Krakatau Daya Listrik dapat di lihat di table 4.2 di bawah ini



XCVII. XCVIII. XCIX. Tabel 4.2 Spesifikasi Thyristor



Gambar 4.8 Reactor SHUNT AY 01 pada MTS 1



CIV. Spesifikasi reactor yang di gunakan di kompensasi PT Krakatau Daya Listrik dapat dilihat di table 4.3 di bawah ini. CV. CVI. Tabel 4.3 Spesifikasi Reactor shunt PT Krakatau Daya Listrik



CVII.



CXV.



CVIII.







4.4.2 Filter Circuit Filter circuit merupakan rangkaian penghasil daya Reaktif kapasitif dan dapat berfungsi untuk mengurangi harmonic di jaringan, yang di rangkai parallel dengan TCR.



4.4.3



CXVI. Sistem pendingin digunakan untuk menjaga temperatur thyristor agar tidak terjadi over heating ketika beroperasi. Proteksi yang di gunakan pada system pendingin adalah:



CIX.



CX. Gambar 4.9 Filter Circuit di MTS III



Sistem Pendingin TCR







Water flow switch sensor ini akan aktif jika tidak ada air yang mengalir pada sistem pendingin air dionat







Pressure switch : sensor ini akan mematikan pompa dan kompensasi jika tekanan air dibawah setingan







Conductivity switch : sensor ini akan meng-offkan kompensasi jika diatas setingan. Tetapi untuk AY 1 dan AY 2 hanya untuk ALARM aja







Temperatur switch : sensor ini akan meng – offkan kompensasi jika temperature air dioanat melebihi setingan



CXI.



CXVII.Tabel 4.5 Pengaturan Alarm dan Pengaturan Trip untuk proteksi di system pendingin TCR. CXVIII. CXIX. CXII. Gambar Circuit



4.10



Rangkain



Filter



CXIII. Spesifikasi filter circuit yang di pakai di Krakatau Daya Listrik dapat di lihat di table 4.3 dibawah ini CXIV. Tabel 4.4 Spesifikasi Kapsitor



CXX. CXXI. Sistem pendingin untuk TCR dapat di lihat di gambar 4.11



CXXII.



CXXIX.



CXXIII.



CXXIV. Gambar Thyristor



4.11



Pendingin



CXXV. CXXVI.



Gambar 4.12 Indikator Temperatur air dionat



CXXVII. CXXVIII. 



Gambar 4.13 Indikator Konduktansi Air Dionat



Cara Kerja System Pendingin



CXXX. Gambar 4.15 System Pendingin Thyristor CXXXI. CXXXII. Pendingin thyristor kompensasi KDL menggunakan sistem pendinginan dengan media air dionat secara close loop circuit ( air yang mempunyai konduktivity kecil) CXXXIII. Air dionat setelah mendinginkan thyristor didinginkan lagi oleh service water dari WTP PT. Krakatau Steel 1. Air dionat di pompa dan menuju ke thyristor 2. Air dionat dari thyristor yang sudah tidak lagi dingin menuju ke heat exchanger. 3. Air dionat yang sudah dingin keluar dari heat exchanger dan menuju pompa. 4. Air baku di salurkan dari Water Treatment Plant menuju heat exchanger. 5. Air baku yang keluar dai heat exchanger sudah tidak lagi dingin, dan kembali mengalir menuju Water Treatment Plant. CXXXIV. Heat exchanger adalah sebuah media yang mempertemukan air dionat yang sudah tidak dingin dengan air baku yang dingin, yang tujuannya air baku mendinginkan air dionat supaya dapat di pakai lagi dalam mendinginkan thyristor. Namun di dalam heat exchanger air baku dengan air dionat tidak bercampur karena di dalam compartment yang berbeda. CXXXV. 4.4.4 Kontrol dan Proteksi CXXXVI. Fungsi Kontrol dan Proteksi







CXXXVIII.



Mengontol Reaktif power pada thyristor dengan pengukuran tegangan dan tanggapan Arus • Penggunaan Close loop control • Mengamankan dari over current dan short circuit. CXXXVII.



CXXXIX. CXL. 1. Valve base elektronic system (VBE) adalah penghubung antara control & protection system ( CP ) dan kompensator untuk menyalurkan perubahan signal elektronic modul (TE) pada valve modul yang berdasar pada signal yang ditangkap dari Control & protection system (CP) 2. Kontrol signal merubah signal optic dan di salurkan ke modul elektronik thyristor pada bagian power melalui gelombang optic 3. Signal check back pada bagian thyristor ditransmisikan dari modul elektronic thyristor ke VBE. Signal optic ini di conversikan ke electronic signal dan di evaluasi untuk tujuan perubahan signal atau disalurkan ke thyristor monitoring system ( TM ) 4. Thyristor monitoring system saling mempengaruhi dengan firing system. Informasi bagian operasi pada plan di suplay dari control & protection system ( CP) dengan koneksi kabel dan informasi pada bagian thyristor diperoleh pada VBE dari signal exchange pada thyristor elektronik. Deteksi gangguan di cetak oleh printer beserta type dan lokasi gangguan CXLI. 4.5 Pengaruh Pemasangan SVC dalam System Tenaga Listrik CXLII. Tegangan sistem yang berada di luar margin stabilitas tegangan akan berpengaruh terhadap buruknya keandalan, kualitas dan



Gambar 4.16 Blok Diagram Sistem Kontrol Thyristor



kontinuitas dari sistem tenaga.Berikut ini merupakan beberapa contoh pengaruh sebelum dan sesudah pemasangan SVC pada system jaringan PT Krakatau Daya Listrik. 1. Masalah Harmonisa CXLIII. CXLIV.



CXLV. Gambar 4.15 Harmonic sebelum di pasangnya SVC CXLVI.



CXLVII.



CLVI. Gambar 4.18 Faktor daya sesudah pemasangan SVC CLVII. Setelah pemasangan SVC factor daya yang di hasilkan sangat baik. Nilai factor daya yang paling rendah adalah 0.85, rata-rata factor daya berada di angka 0.9 dan factor daya yang paling besar menyentuh angka 0.91 3. Masalah Kestabilan Tegangan CLVIII.



CXLVIII. Gambar 4.16 Harmonisa setelah pemasangan SVC CXLIX. 2. Masalah Faktor Daya CL.



Selain SVC dapat memperbaiki harmonisa, SVC juga dapat memperbaiki factor daya, terlihat seperti di bawah ini CLI.



CLIX. Gambar 4.19 Tegangan sebelum pemasangan SVC CLX. Terlihat dari gambar atas tegangan sebelum di pasangnya SVC sangat tidak stabil. Tegangan berada di kisaran 29.8 sampai 30.8 CLXI. CLXII.



CLII. Gambar 4.17 Faktor daya sebelum pemasangan SVC



CLXIII.



CLIII. Terlihat dari karakteristik beban di atas bahwa factor daya sebelum pemasangan SVC sangat buruk. Nilai factor daya yang paling rendah adalah 0.65, yang paling tinggi 0.73 dan rata-ratanya 0.7 CLIV. CLV.



CLXIV. Gambar 4.20 Tegangan sesudah pemasangan SVC CLXV. Setelah pemasangan SVC teganag terlihat lebih stabil, yaitu anatar range 30.4



CLXVI.



CLXXX.



CLXVII.



BIODATA PENULIS CLXVIII.



Hendra



CLXXXI. CLXXXII.



Nirmala Lahir di Cilegon



pada



CLXXXIII.



tanggal 29 Januari 1994.



Riwayat



Pendidikan : SD Negeri 2 Cilegon, SMP Negeri 2 Cilegon, SMA Negeri 1 Cilegon dan



CLXXXIV. CLXXXV. CLXXXVI.



sekarang sedang melanjutkan studi strata 1 di Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro konsentrasi Teknik Tenaga Listrik.



CLXXXVII. CLXXXVIII.



CLXIX.



CLXXXIX.



CLXX.



CXC.



CLXXI.



Semarang, 2015



CLXXII. CLXXIII.



November



Mengetahui,



CXCI. CXCII.



Dosen Pembimbing



CLXXIV.



CXCIII.



CLXXV.



CXCIV.



CLXXVI. CLXXVII.



Ir. Bambang Winardi, M.Kom



CLXXVIII. NIP 196106161993031002



CXCV. CXCVI. CXCVII.



CLXXIX. CXCVIII. CXCIX. CC. CCI.



CCII. CCIII. CCIV.



CCV.



CCVI.