Pemasangan OPA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMASANGAN ORO PHARYNGEAL AIRWAY (OPA)



DESKRIPSI PEMBELAJARAN Modul skillslab pada keterampilan ini merupakan tahap lanjut untuk keterampilan prosedur pemasangan oro pharyngeal airway (OPA). Modul ini dibuat untuk melengkapi kemampuan mahasiswa dalam menguasai keterampilan dalam pemasangan oro pharyngeal airway (OPA) sehingga mahasiswa dapat mencapai kemampuan tertentu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia: oksigen.



KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN Kompetensi Umum: Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan melakukan prosedur pemasangan oro pharyngeal airway (OPA) yang benar serta mempunyai kemampuan untuk memberikan oksigen pada klien yang terpasang oro pharyngeal airway (OPA) secara tepat.



Kompetensi Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu: a. Menyebutkan definisi dari tindakan pemasangan oro pharyngeal airway (OPA) dengan tepat. b. Menyebutkan tujuan dari tindakan pemasangan oro pharyngeal airway (OPA) dengan tepat. c. Menyebutkan organ-organ yang terlibat dalam pemasangan oro pharyngeal airway (OPA) d. Menyebutkan indikasi dan kontra indikasi dari tindakan pemasangan oro pharyngeal airway (OPA) dengan tepat. e. Menyebuttkan cara pemilihan oro pharyngeal airway (OPA) dengan tepat f. Menyebutkan tehnik/cara pemasangan oro pharyngeal airway (OPA) dengan tepat



g. Menyebutkan Konsep Fisiologi / Pengaruh Terhadap Tubuh dengan tepat h. Menyebutkan prinsip pencegahan infeksi i. Menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemasangan oro pharyngeal airway (OPA) j. Menyebutkan komplikasi dari pemasangan oro pharyngeal airway (OPA) k. Menyebutkan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan oro pharyngeal airway (OPA) dengan benar. l. Mendemonstrasikan tindakan pemasangan oro pharyngeal airway (OPA) dengan benar.



PRASYARAT 1.



Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi dan fisiologi pada sistem respirasi



2.



Sebelum berlatih, mahasiswa harus: a.



Mempelajari kembali penuntun praktikum tentang cuci tangan.



b.



Mempelajari kembali penuntun praktikum tentang komunikasi pada pasien.



c.



Mempelajari kembali penuntun praktikum tentang memakai dan melepas sarung tangan



PEMASANGAN OROPHARINGEAL AIRWAY



A. Pengertian Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara mulut dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk membebaskan jalan nafas. (Medical Dictionary). Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah cara yang ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi terhambat oleh lidah pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi (Sally Betty, 2005). Oropharyngeal tube adalah alat yang terbuat dari karet bengkok atau plastik yang dimasukkan pada mulut ke pharynx posterior untuk menetapkan atau memelihara kepatenan jalan nafas. (William dan Wilkins). Pada pasien tidak sadar, lidah biasanya jatuh ke bagian pharynx posterior sehingga menghalangi jalan nafas, sehingga pemasangan oropharyngeal tube yang bentuknya telah disesuaikan dengan palatum / langit-langit mulut mampu



membebaskan dan mengedarkan jalan nafas melalui tabung / lubang pipa. Dapat juga berfungsi untuk memfasilitasi pelaksanaan suction. Pembebasan jalan nafas dengan oropharingeal tube digunakan dalam jangka waktu pendek pada post anastesi atau langkah postictal. Penggunaan jangka panjang dimungkinkan pada pasien yang terpasang endotracheal tube untuk menghindari gigitan pada selang endotraceal. Tindakan pemasangan oropharyngeal tube adalah untuk membebaskan sumbatan jalan nafas dengan menyisipkan alat ke dalam mulut (dibalik lidah) dengan cara menahan lidah pasien agar tidak menyumbat jalan nafas. Tehnik ini digunakan untuk ventilasi sementara pada pasien yang tidak sadar sementara intubasi sedang disiapkan (Pro Emergency, 2014).



B. Tujuan Pemasangan oro pharyngeal airway 1. Membebaskan jalan nafas 2. Mencegah lidah jatuh atau melekat pada dinding posterior pharing 3. Memudahkan penghisapan lendir



C. Organ-organ yang terlibat dalam oro pharyngeal airway 1. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius) 2. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah) 3. Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)



D. Indikasi dan Kontra Indikasi 1. Indikasi Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut : a.



Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran,



b. Melindungi endotracheal tube dari gigitan, c.



Memfasilitasi suction pada jalan nafas



2. Kontra indikasi - Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar karena dapat merangsang muntah, spasme laring. - Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral.



E. Cara Pemilihan OPA Cara pemilihan OPA : pangkal OPA pd sudut mulut, ujung OPA pd angulus mandibula. Apabila terlalu kecil maka tidak dapat efektif membebaskan airway dan dapat mendorong lidah semakin ke belakang. Apabila terlalu besar akan melukai epiglotis, merangsang muntah dan laringospasme.



F. Tehnik / Cara Pemasangan OPA Tehnik pertama dilakukan dengan cara menyisipkan OPA terbalik (up side down), sehingga bagian yang cekung mengarah ke kranial, sampai di daerah palatum molle. Pada titik ini, alat diputar 1800 bagian cekung mengarah ke kaudal, OPA diselipkan di atas lidah. Cara ini tidak boleh dilakukan pada anak-anak dan bayi karena dapat merusak mulut dan faring. Tehnik kedua dilakukan dengan cara menggunakan bantuan sudip lidah / tounge spatel untuk menekan lidah dan meluncurkan OPA di atas tounge spatel sampai sayap penahan berhenti di atas bibir (Pro Emergency, 2014).



G. Konsep Fisiologi / Pengaruh Terhadap Tubuh Pemasangan oropharengeal tube meniadakan proses pemanasan dan pelembaban udara inspirasi kecuali pasien dipasang ventilasi mekanik dengan humidifikasi yang baik. Perubahan ini menyebabkan gagalnya silia mukosa bronkus mengeluarkan partikel-partikel tertentu dari paru. Discharge trakea berkurang dan menjadi kental, akhirnya terjadi metaplasia skuamosa pada epitel trakea. Pada penderita dengan bantuan jalan nafas oropharyngeal ini merupakan benda asing dalam tubuh pasien sehingga sering menjadi tempat ditemukan berbagai koloni bakteri, yang



sering ialah Pseudomonas aeruginosa dan kokus gram positif. Pada fiksasi oropharyngeal tube juga sering kali menimbulkan penekanan pada salah satu sisi bibir pasien sehingga bisa menyebabkan luka/nekrotik sebagai penyebab masuknya kuman ke dalam tubuh pasien. H. Prinsip Pencegahan Infeksi Untuk pencegahan infeksi, digunakan prosedur yang bersih baik itu dari peralatan dan juga lingkungan bersih dalam melakukan prosedur tindakan. Untuk perawatan, jaga kebersihan mulut setiap 2 sampai 4 jam jika dibutuhkan. Oropharyngeal tube dapat direndam di baskom yang telah diisi air kemudian dibilas dengan larutan hydrogen peroxida dan air.



I. Hal-Hal yang perlu diperhatikan saat Pemasangan OPA Menurut Pro Emergency (2014) yang perlu diperhatikan saat pemasangan Oro Pharingeal Airway (OPA) adalah sebagai berikut: 1. Selalu menjaga imobilisasi servical pada pasien yang dicurigai mengalami fraktur servikal. 2. Pilih ukuran OPA yang cocok, dengan cara mengukur sesuai dengan jarak sudut mulut ke auditivus eksterna pasien. 3. Buka mulut pasien dengan manuver chin lift atau tehnik cross finger (scissors technique) 4. Sisipkan tounge spatel di atas lidah pasien, cukup jauh untuk menekan lidah 5. Masukkan OPA ke posterior dengan lembut meluncur di atas tounge spatel sampai sayap penahan berhenti pada bibir pasien 6. OPA tidak boleh mendorong lidah sehingga menyumbat airway 7. Tarik tounge spatel



J.



Komplikasi Pemasangan OPA Komplikasi pemasangan OPA antara lain : 1. Trauma mulut, gigi, lidah dan mukosa mulut 2. Muntah atau aspirasi 3. Obstruksi jalan nafas



K. Tahapan Pemasangan OPA Salah satu cara yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi selama pemasangan OPA yaitu dengan melakukan tahapan-tahapan pemasangan OPA secara sistematis meliputi tahap persiapan serta prosedural.



1.



Persiapan a. Persiapan Preprosedural 1. Mengucapkan basmalah 2. Mengucapkan salam : Assalamualaikum Wr. Wb 3. Memperkenalkan diri 4. Melakukan validasi data 5. Menjelaskan maksud, tujuan dan lamanya pemeriksaan 6. Mengevaluasi frekuensi pernafasan pasien b. Persiapan Pasien & Lingkungan 1. Mengecek dan memastikan nama pasien (lihat di papan nama pasien dan gelang pasien) 2. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien 3. Jaga privasi pasien dengan cara memasang sampiran c. Persiapan Alat-Alat 1. Oropharingeal airway 2. Kassa steril 3. Plester dan gunting 4. Bengkok/nierbekken 5. Spatel lidah/ tongue spatel 6. Suction 7. Handscone d. Tahap Kerja 1. Cuci tangan 2. Pilih ukuran OPA 3. Mengukur OPA dengan cara menempatkan OPA di samping wajah, dengan ujung OPA pada sudut mulut, ujung yang lain pada sudut rahang bawah. Bila OPA diukur dan dimasukkan dengan tepat, maka OPA akan tepat sejajar dengan pangkal glottis 4. Buka mulut pasien, tahan lidah dengan menggunakan tongue spatel 5. Bersihkan mulut dengan kassa steril, bila perlu lakukan suction 6. Masukkan OPA tube melalui rongga mulut dengan ujung mengarah ke palatum, setelah masuk dinding belakang pharing lalu putar OPA 1800 sampai posisi ujung mengarah ke oropharing 7. Cek setelah terpasang, apakah ada suara tambahan atau tidak



8. Lakukan fiksasi di pangkal OPA tube dengan plester tanpa menutup luba oropharing tube 9. Berikan posisi nyaman 10. Rapikan pasien dan alat-alat 11. Buka handscone 12. Cuci tangan 13. Dokumentasi a. Keadaan umum pasien b. Respon pasien c. Tanda-tanda vital : TD, Nadi, RR



e. Pasca Tindakan 1. Ucapkan salam 2. Akhiri dengan alhamdulillah



DAFTAR PUSTAKA



Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika. Alimul. 2011. Praktik Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya : Health Books Publishing Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika. Americans College of Emergency Physicians, Basic Trauma Life Support : For Paramedics and Other Advanced Providers, Brady, 2000 Perry, A. G., Peterson, V., & Potter, P. A. (2004). Buku saku keterampilan dan prosedur dasar. Edisi 5. Jakarta: EGC. Pro Emergency, 2014. Basic Trauma Life Support Rosyidi. 2013. Prosedur Praktik Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : CV. Trans Info Media Lippincott Williams & Wilkins. (2004). Nursing procedures. 4th Ed. Philadelphia: Wolters Kluwer