Pembahasan Dan Kesimpulan Satyam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB IV PEMBAHASAN



4.1. Skandal Manipulasi Akuntansi Satyam Computer Services Ltd. A. Manipulasi Akuntansi oleh Manajemen Satyam Skandal yang mengguncang Satyam adalah kasus skandal yang sebenarnya sudah seringkali terjadi, di mana sebelum kasus skandal Satyam ini terjadi sudah pernah ada kasus skandal manipulasi akuntansi yang dilakukan oleh korporasi kelas dunia, seperti Enron dan WorldCom. Sama seperti Satyam, skandal-skandal penipuan akuntansi tersebut disebabkan oleh perilaku yang serakah akan uang, kekuasaan, dan prestise yang menyebabkan pemegang kendali perusahaan telah mengabaikan kewajiban fidusianya kepada para pemangku kepentingan sehingga terjerumus untuk melakukan penipuan yang telah merugikan para pemangku kepentingan perusahaan (Bhasin,2013). Awal mula terkuaknya Skandal Satyam, yang juga dikenal sebagai India’s Enron, terjadi ketika Ramalinga Raju (selanjutnya akan disebut Raju) pendiri Satyam Computer Services Ltd mengajukan Surat Pengunduran Diri pada tanggal 07 Februari 2009, di mana dalam Surat yang ditujukan kepada Board of Directors dan ditembuskan kepada Chairman of Securities and Exchange Board of India (SEBI) serta Pasar Modal India tersebut, Raju mengakui telah melakukan manipulasi akuntansi. Di mana menurut hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Biro Investigasi Pusat di India (CBI), aktivitas penipuan ini telah terjadi sejak April 1999. Pengunduran diri Raju tersebut tidak terlepas dari tindakan para investor yang melakukan pelepasan saham Satyam dan melakukan gugatan hukum di Peradilan Amerika Serikat atas tindakan Manajemen Satyam sehubungan aksi korporasinya dalam mengakuisisi Maytas Infrastructure Ltd dan Maytas Properties. Gugatan tersebut telah menyebabkan Bank Dunia melarang Satyam untuk melakukan kegiatan bisnisnya selama 8 tahun, di mana Bank Dunia menemukan data bahwa telah terjadi



ketidakpantasan



pembayaran



gaji



kepada



para



staf



perusahaan



dan



ketidakmampuan perusahaan untuk menjelaskan informasi yang tercantum pada faktur yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pada tahun 2008, Manajemen Satyam berencana untuk mengakuisisi 51% saham Maytas Infrastructure Ltd, sebuah perusahaan terkemuka di India dalam bisnis infrastruktur, konstruksi, dan manajemen proyek, dengan nilai $300 juta. Perlu diketahui bahwa keluarga Raju memiliki 37% Saham Maytas Infrastructure Ltd, di mana perusahaan ini telah membukukan total omset $350 juta dengan laba bersih $20 juta. Keluarga Raju



juta memiliki 35% saham pada Maytas Properties, sebuah perusahaan investasi real estate. Rencana Akuisisi ini mendapatkan persetujuan dari Board of Directors termasuk lima orang Direktur Independen pada tanggal 16 Desember 2008. Board of Directors Satyam memberikan persetujuannya terhadap proposal manajemen untuk mengakuisisi saham Maytas Infrastructure Ltd dan semua saham pada Maytas Properties, yang sebelumnya dimiliki oleh para anggota keluarga Raju, menjadi anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya dengan nilai peralihan sebesar $1.6 milyar tanpa persetujuan dari pada pemegang saham. Tujuan sebenarnya dari rencana pembelian saham tersebut adalah cara Raju untuk menutupi kecurangan-kecurangan yang selama ini dilakukannya, yaitu memanipulasi Pendapatan Perusahaan yang dilakukannya bertahun-tahun sehingga menyebabkan selisih antara nilai aktual dan nilai tercatat dalam pembukuan menjadi semakin membesar. Sehingga untuk menutupi profit fiktif akibat manipulasi tersebut, Raju berencana untuk membeli Matyas yang juga dimiliki oleh anggota keluarga Rahu sendiri, dengan kesepakatan nilai pembelian tersebut, yang pembeliannya pun berasal dari kas buatan (fiktif). Aksi Manajemen Satyam tersebut telah menyebabkan terjadinya gugatan dari para investor dan larangan menjalankan kegiatan bisnis oleh Bank Dunia sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Selain itu, kedua kejadian tersebut telah membuat keempat Direktur Independen mengundurkan diri dari Board of Director, dan SEBI selaku otoritas pengawas bursa di India memerintahkan promotor (pengendali perusahaan) untuk mengungkapkan saham yang dijaminkan ke bursa. Hampir bersamaan dengan itu, Bank Investasi DSP Merrill Lynch, selaku pihak yang melakukan due-dilligence atas rencana akuisisi Matyas, telah menemukan dan mengungkapkan penyimpangan keuangan yang terjadi pada Satyam ketika sedang melakukan tugasnya tersebut. Pada akhirnya, kejadian-kejadian tersebut membuat Raju memutuskan untuk mengundurkan diri dengan membuat Surat Pengunduran Diri kepada Board of Director, di mana dalam surat tersebut juga dijelaskan bagaimana kecurangan atau penipuan yang telah dilakukan oleh Raju. Berikut adalah fakta-fakta yang diungkapkan oleh Raju dalam surat pengunduran dirinya tersebut : a.



Pemalsuan Angka pada Neraca per 30 September 2009 -



Menambahkan akun Cash and Bank sejumlah Rs 5,040 crore, berupa jumlah angka yang dibuat oleh Raju, sehingga jumlah tercatat akun Kas dan Bank pada Neraca menjadi Rs 5,361 crore.



-



Mencatatkan Accrued Interests sebesar Rs 376 crore yang sebenarnya tidak ada.



-



Tidak mencatat atau melaporkan nilai liabilitas yang lebih kecil (understated) sebesar Rs 1,230 crore.



-



Menggelembungkan piutang sebesar Rs 490 crore sehingga Piutang yang tercatat pada Neraca menjadi sebesar Rs 2,651 crore.



b.



Pemalsuan Angka pada Profit and Loss pada Kwartal ke 2, di mana Satyam telah mencatat Revenues sebesar Rs 2,700 crore dan Operating Margin sebesar Rs 649 crore (24% dari Revenues), di mana sebenarnya Revenues yang aktual adalah Rs 2,112 crore dengan Operating Margin aktual sebesar Rs 61 crore (3% dari revenues). Hal ini telah menghasilkan jumlah akun Cash and Bank palsu sebesar Rs 588 crore hanya untuk kwartal ke 2 saja.



Cash and Bank Balances Accrued Interest on bank FDs Understated Liability Overstated Debtors Total Revenues (Q2 FY 2009) Operating Profits



Actual 321 Nil 1,230 2,161 Nil 2,112 61



Reported 5,361 376.5 None 2,651 Nil 2,700 649



(dalam crore Rupee) Difference 5,040 376.5 1,230 490 7,136 588 588



Tabel : Perbandingan antara Posisi Keuangan dan Laba Rugi Aktual dan Tercatat



Raju mengklaim dalam surat pengunduran dirinya tersebut bahwa baik dia maupun direktur pelaksana tidak mendapatkan manfaat finansial apaun dari penggelembungan pendapatan, dan juga tidak satupun anggota Board of Director yang mengetahui situasi tersebut. Penipuan tersebut terjadi dalam rangka mengalihkan dana perusahaan ke dalam investasi real estat, mempertahankan income per share yang tinggi, meningkatkan executive compansations, dan menghasilkan keuntungan besar dengan menjual saham dengan harga yang meningkat (Bhasin, 2013). Namun hal tersebut berbeda dengan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh CBI sebagaimana diberitakan dalam Situs Web Surat Kabar India terkemuka Daily News and Analysis (DNA) India pada 24 Juli 2009 (Varma, 2009) di mana CBI menemukan fakta bahwa Saudara dari Raju telah menyalurkan Rs 12 crore setiap bulannya dari rekening Satyam melalui hawala (sebuah sistem transfer informal yang biasanya diterapkan di Timur Tengah). Satyam mengirimkan jumlah tersebut dengan membukukannya sebagai pengeluaran gaji untuk lebih dari 10,000 karyawan fiktif di luar negeri. Seorang pejabat senior CBI mengatakan kepada DNA bahwa mereka telah menetapkan bahwa pendiri



Satyam, Ramalinga Raju, dan para pembantunya sebagai pihak mengirimkan uang tersebut. Dalam satu tahun saja transfer tersebut telah berjumlah Rs 144 crore, sehingga dalam kurun waktu tujuh tahun telah terkirim dana dari rekening satyam kepada rekening gaji fiktif sejumlah Rs 1,008 crore. Secara garis besar, penipuan yang dilakukan oleh Manajemen Satyam menurut penelitian yang dilakukan oleh Madan Lal Bhasin (Bhasin, 2016) antara lain : a. Membuat jejaring perusahaan investasi sejumlah 356 perusahaan untuk mengalihkan



dana



Satyam,



sebanyak



327



perusahaan



telah



dikembangkan



dan



ikut



mempublikasikan penggelembungan keuangan yang dilakukan dibawah perintah Raju. Melalui perusahaan-perusahaan inilah Raju melakukan pembelian tanah seluas 6,000 are dan mengambil pinjaman sejumlah Rs 1,230 crore yang bahkan tidak dicatat dalam pembukuan. b. Membuat pembukuan fiktif sebagaimana telah dijelaskan Raju dalam Surat



Pengunduran dirinya. Dalam melakukan pembukuan fiktif ini, Raju telah membuat klien, tagihan, dan laporan bank palsu yang dicatat dalam sistem komputer Satyam. c. Membuat Rekening Deposito berbunga tetap fiktif. Hal ini dilakukan untuk menutupi



keburukan pada fundamental bisnis Satyam, dimana pada beberapa kuartal perusahaan telah mengalami margin minus. Melalui Rekening Deposito fiktif ini, Raju telah memalsukan pendapatan bunga deposito sejumlah Rs 376.5 crore. d. Membuat tagihan dan sistem penagihan fiktif dengan menggunakan tenaga IT internal



perusahaan dan merusak sistem menajemen tagihan yang dimiliki oleh perusahaan. e. Membuat rekening pengeluaran gaji fiktif sebanyak lebih dari 13,000 karyawan yang



tersebar diberbagai belahan dunia.



B. Peran Auditor Eksternal Sejak tahun Juni 2000 sampai dengan 2009, PricewaterhouseCoopers (PwC) International Ltd melalui partnernya di India, yaitu Price Waterhouse Bangalore, PricewaterhouseCoopers Private Limited, and Lovelock& Lewes (yang selanjutnya disebut sebagai PwC India) telah melakukan audit terhadap laporan keuangan Satyam. Banyak ahli yang menyalahkan para auditor PwC India secara parsial atas skandal manipulasi akuntansi yang terjadi pada Satyam. Di mana peran yang dimainkan oleh PwC India mirip dengan peran yang dimainkan oleh Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen dalam kasus Enron (Bhasin, 2016). Di mana menurut laporan Serious Fraud Investigation Office (SFIO), para auditor bukannya menggunakan mekanisme pengujian independen



malah menggunakan hasil pengujian yang dilakukan oleh Satyam yang dikompromikan dalam Laporan Keuangan. Dan juga ternyata, PwC telah menggunakan jasa outsourcing Kantor Akuntan Publik Lovelock and Lewis untuk melakukan tugas audit terhadap Satyam tanpa pengetahuan Satyam. PwC dan para partnernya di India (PwC India) pada awalnya bersembunyi di balik "kerahasiaan klien" dan menyatakan bahwa mereka telah menguji keseluruhan konten dalam Laporan Keuangan Satyam. Menyadari bahwa ini tidak cukup, PwC mengeluarkan pernyataan kedua yang menyatakan bahwa audit telah dilakukan sesuai dengan standar audit yang berlaku dan didukung oleh bukti audit yang sesuai. Pada kenyataannya, dalam kurun waktu 9 tahun PwC India telah melakukan audit pada Satyam namun tidak mampu menemukan kecurangan-kecurangan yang dilakukan Manajemen Saytam, sedangkan Merrill Lynch hanya dalam waktu 10 hari saja telah menemukan kecurangan-kecurangan tersebut dan mengungkapkannya ketika sedang melakukan tugas due-dilligence. Selain itu, peningkatan fee audit yang diterima oleh PwC India dari Satyam telah menimbulkan kecurigaan bahwa telah terjadi konflik kepentingan yang dialami oleh auditor PwC sebagai akibat dari insentif keuangan yang berlebihan untuk mensertifikasi kecurangan pembukuan yang dilakukan oleh Manajemen Satyam. Di mana pada tahun fiskal 2007-2008 PwC telah menerima fee audit sebesar Rs 37.3 juta, yang jumlahnya hampir dua kali lipat dari yang diterima oleh PwC dari para pesaing Satyam, antara lain InfoSys, TCS dan Wipro (Bhasin, 2016). Seperti diberitakan dalam berita online DNA India pada 24 Juli 2009 (Varma, 2009) para penyelidik CBI telah menemukan fakta bahwa Manajemen Satyam, bersama dengan auditor PwC, telah memalsukan dokumen yang menunjukkan bahwa karyawan fiktif ini telah mengajukan pengembalian pajak. CBI telah menangkap tiga auditor yang terlibat dalam tindak pidana pemalsuan dokumen dan perusakan neraca tahunan perusahaan.



4.2. Pelanggaran Terhadap Prinsip-prinsip Tata Kelola Korporat OECD Dalam menganalisis pelanggaran yang dilakukan Satyam terhadap prinsip-prinsip Tata Kelola Korporat sebagaimana tercantum dalam OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) Principles of Corporate Governance 2004, kami akan fokus pada Prinsip ke-5 dan Prinsip ke-6, yaitu Disclosure & Transparency dan The Responsibilities of the board .



A. Prinsip ke-5 OECD Principles of CG 2004 : Disclosure and Transparency Prinsip ke-5 dari OECD Principles of Corporate Governance 2004 (OECD, 2004) mengenai Disclosure and Transparency mensyaratkan bahwa kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memastikan pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu dilakukan terhadap semua hal yang penting terkait korporasi, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan dan tata kelola perusahaan. Pelanggaran terhadap prinsip ke-5 ini pada kasus Satyam antara lain : a. Manajemen



Satyam



dalam



Annual



Report



Tahun



2007-2008



tidak



mengungkapkan secara jujur fakta yang terjadi sebenarnya mengenai keadaan keuangan dan operasi perusahaan, hal tersebut dilakukan dengan membuat pembukuan fiktif melalui pembuatan klien dan tagihan fiktif sehingga kondisi keuangan perusahaan terlihat baik. Selain itu terdapat transaksi dengan pihak berelasi berupa pengambilan pinjaman sejumlah Rs 1,230 crore melalui jejaring perusahaan yang dibentuk oleh Raju yang bahkan tidak dicatat dalam pembukuan. b. Manajemen Satyam tidak menyiapkan dan mengungkapkan informasi berdasarkan kualitas standar akuntansi yang tinggi dan pengungkapan atas keadaan keuangan dan non keuangan yang sebenarnya. Walaupun Satyam telah mengadopsi IFRS (International Financial Reporting Standard) dalam penyajian laporan keuangannya, namun pada kenyataannya jumlah yang tercatat dalam Laporan Keuangan tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Hal tersebut dapat dilihat dari pengakuan Raju dalam surat pengunduran dirinya, di mana Raju telah memalsukan angka dalam Neraca dan Laporan Laba Rugi. Selain itu berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh CBI, Manajemen Satyam telah membuat rekening pengeluaran gaji fiktif sebanyak lebih dari 13,000 karyawan yang tersebar diberbagai belahan dunia, serta membuat Rekening Deposito berpendapatan tetap fiktif yang digunakan sebagai sumber dari pendapatan bunga deposito fiktif. c. Audit Tahunan yang dilakukan oleh Auditor Eksternal, dalam hal ini PwC India, tidak dilakukan oleh auditor yang independen, serta Auditor Eksternal tidak melaksanakan tugasnya secara profesional dalam melaksanakan audit. Indikasi bahwa auditor tidak independen adalah dengan adanya fakta bahwa telah terjadi konflik kepentingan yang dialami oleh auditor PwC India sebagai akibat dari insentif keuangan yang berlebihan untuk mensertifikasi kecurangan pembukuan yang dilakukan oleh Manajemen Satyam, di mana jumlah fee audit yang diterima oleh PwC India hampir dua kali lipat dari yang diterima oleh PwC dari para pesaing Satyam.



Sedangkan indikasi ketidakprofesionalan yang dilakukan oleh para auditor PwC India antara lain : -



Tidak digunakannya mekanisme pengujian independen namun menggunakan hasil pengujian yang dilakukan oleh Satyam yang dikompromikan dalam Laporan Keuangan.



-



PwC telah menggunakan jasa outsourcing Kantor Akuntan Publik Lovelock and Lewis untuk melakukan tugas audit terhadap Satyam tanpa pengetahuan Satyam.



-



Dalam kurun waktu 9 tahun PwC India telah melakukan audit pada Satyam namun tidak mampu menemukan kecurangan-kecurangan yang dilakukan Manajemen Saytam, sedangkan Merrill Lynch hanya dalam waktu 10 hari saja telah menemukan kecurangan-kecurangan tersebut dan mengungkapkannya ketika sedang melakukan tugas due-dilligence.



-



CBI telah menemukan fakta bahwa Manajemen Satyam, bersama dengan auditor PwC, telah memalsukan dokumen yang menunjukkan bahwa karyawan fiktif ini telah mengajukan pengembalian pajak. CBI telah menangkap tiga auditor yang terlibat dalam tindak pidana pemalsuan dokumen dan perusakan neraca tahunan perusahaan



B. Prinsip ke- 6 OECD Principles of CG 2004 : The Responsibilities of the Board Prinsip ke-6 dari OECD Principles of Corporate Governance 2004 (OECD, 2004) mengenai The Responsibilities of the Board mensyaratkan bahwa kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memastikan panduan strategis perusahaan, pengawasan secara efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan, dan pertanggungjawaban dewan kepada perusahaan dan pemegang saham. Pelanggaran terhadap prinsip ke-6 ini pada kasus Satyam antara lain : a.



Anggota Dewan Direksi tidak bertindak berdasarkan informasi yang cukup, dengan keyakinan tinggi, penuh kehati-hatian, yang didasari kepentingan perusahaan dan pemegang saham. Berdasarkan surat pengunduran diri yang dibuatnya, Raju menyatakan bahwa tidak ada seorang pun dari keseluruhan anggota Dewan, kecuali Raju, yang mengetahui pemalsuan pembukuan yang dilakukan oleh Raju. Sehingga pada saat menyetujui rencana akuisisi Maytas Infrastructure Ltd dan Maytas Properties, para anggota Dewan tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai tujuan sebenarnya dari rencana akuisisi tersebut.



b.



Dewan tidak memberikan perlakuan yang setara terhadap pemegang saham minoritas pada saat memberikan persetujuan atas rencana akuisisi Maytas. Dewan Direksi Satyam memberikan persetujuannya terhadap proposal manajemen untuk mengakuisisi saham Maytas Infrastructure Ltd dan semua saham pada Maytas Properties, yang sebelumnya dimiliki oleh para anggota keluarga Raju, menjadi anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya dengan nilai peralihan sebesar $1.6 milyar tanpa persetujuan dari seluruh pemegang saham



c.



Dewan tidak mampu untuk melakukan penilaian secara objektif dan independen atas urusan perusahaan. Ketidakmampuan untuk melakukan penilaian secara objektif dan independen ini disebabkan oleh: -



Ramalinga Raju selaku pendiri Satyam duduk sebagai Chairman (Ketua) dari Dewan Direksi Satyam, sehingga terjadi konflik kepentingan yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan wewenang dalam menjalankan perusahaan.



-



Masing-masing anggota Dewan Direksi Satyam merupakan orang-orang yang ditunjuk oleh anggota keluarga Raju atau teman dekat mereka, sehingga membuat Dewan Direksi menjadi tidak efektif. Ikatan yang ada antara para anggota Dewan Direksi dengan keluarga Raju menjadikan permasalahan dalam hal independensi ketika para anggota dewan seharusnya melakukan tindakan yang didasari pada kepentingan perusahaan dan para pemegang saham.



-



Selain itu permasalahan independensi pada Dewan Direksi juga dapat terjadi sebagai akibat diberikannya komisi yang tinggi berupa opsi saham kepada para Direktur Independen, yang seharusnya Direktur Independen tersebut tidak diperbolehkan menerimanya.



d.



Fungsi Komite Audit Perusahaan yang tidak berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian Madan Lal Bhasin (Bhasin, 2016), sebenarnya pada bulan Desember 2008, anggota Komite Audit menerima pelaporan dari whistleblower mengenai kondisi yang terjadi pada perusahaan, namun mereka memilih untuk diam dan tidak melaporkan masalah ini kepada para pemegang saham dan otoritas keuangan setempat.



BAB V KESIMPULAN



Berdasarkan pada analisis yang sudah kami lakukan terhadap kasus yang terjadi pada Satyam Computer Services Ltd pada Bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1.



Telah terjadi Manipulasi Akuntansi (Accounting Fraud) yang dilakukan oleh Ramalinga Raju, selaku Ketua Dewan Direksi Saytam Computer Services Ltd, dengan cara : a.



Membuat jejaring perusahaan investasi sejumlah 356 perusahaan untuk mengalihkan dana



Satyam,



sebanyak



327



perusahaan



telah



dikembangkan



dan



ikut



mempublikasikan penggelembungan keuangan yang dilakukan dibawah perintah Raju. b.



Membuat pembukuan fiktif, dengan memalsukan angka pada Neraca dan Laporan Laba Rugi.



c.



Membuat Rekening Deposito berbunga tetap fiktif untuk menutupi keburukan pada fundamental bisnis Satyam.



d.



Membuat tagihan dan sistem penagihan fiktif dengan menggunakan tenaga IT internal perusahaan dan merusak sistem menajemen tagihan yang dimiliki oleh perusahaan.



e.



Membuat rekening pengeluaran gaji fiktif sebanyak lebih dari 13,000 karyawan yang tersebar diberbagai belahan dunia.



2.



Auditor Eksternal, dalam hal ini PwC India, turut serta berperan yang dalam terjadinya skandal pada Satyam Computer Services Ltd, karena auditor eksternal tidak menjalankan audit dengan cara professional, di mana tidak melakukan pengujian secara independen, dan mengalami konflik kepentingan sebagai akibat pemberian fee audit yang besar dari Manajemen Satyam melebihi dari yang diberikan oleh pesaing Satyam.



3.



Dewan Direksi Satyam Computer Services Ltd telah melakukan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Tata Kelola Korporat sebagaimana tercantum dalam OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) Principles of Corporate Governance 2004, kami akan fokus pada Prinsip ke-5 dan Prinsip ke-6, yaitu Disclosure & Transparency dan The Responsibilities of the board, yaitu: a. Prinsip ke-5: Disclosure & Transparency -



Manajemen Satyam dalam Annual Report tidak mengungkapkan secara jujur fakta yang terjadi sebenarnya mengenai keadaan keuangan dan operasi perusahaan.



-



Manajemen



Satyam



tidak



menyiapkan



dan



mengungkapkan



informasi



berdasarkan kualitas standar akuntansi yang tinggi dan pengungkapan atas keadaan keuangan dan non keuangan yang sebenarnya. -



Audit Tahunan yang dilakukan oleh Auditor Eksternal, dalam hal ini PwC India, tidak dilakukan oleh auditor yang independen, serta Auditor Eksternal tidak melaksanakan tugasnya secara profesional dalam melaksanakan audit.



b. Prinsip ke-6: The Responsibilities of the board -



Anggota Dewan Direksi tidak bertindak berdasarkan informasi yang cukup, dengan keyakinan tinggi, penuh kehati-hatian, yang didasari kepentingan perusahaan dan pemegang saham.



-



Dewan tidak memberikan perlakuan yang setara terhadap pemegang saham minoritas pada saat memberikan persetujuan atas rencana akuisisi Maytas.



-



Dewan tidak mampu untuk melakukan penilaian secara objektif dan independen atas urusan perusahaan.



-



Fungsi Komite Audit Perusahaan yang tidak berjalan dengan baik.



DAFTAR REFERENSI



Bhasin, M.L. (2016). Creative Accounting Scam at Satyam Computer Limited: How the Fraud Story Unfolded?. Open Journal of Accounting, 5, 57-81 Bhasin, M.L. (2013). Corporate Accounting Fraud: A Case Study of Satyam Computers Limited. Open Journal of Accounting, 2, 26-38 OECD. (2004). OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) Principles of Corporate Governance. http://www.oecd.org/corporate/ca/corporategovernanceprinciples/31557724.pdf Varma, Gyan. (2009). Satyam funnelled crores through hawala: CBI (online). https://www.dnaindia.com/business/report-satyam-funnelled-crores-through-hawalacbi-1276751