Pembelajaran Bauran (Blended Learning) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BLENDED LEARNING Terampil Memadukan Keunggulan Pembelajaran Face-to-face, E-learning OfflineOnline dan Mobile Learning



HUSAMAH, S.Pd.



Katakanlah: “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimatkalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (QS. al-Kahfi: 109).



“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Mujadilah: 11).



“Sebelum kedua telapak kaki seseorang menetap di hari kiamat akan ditanyakan tentang empat hal lebih dulu: pertama tentang umurnya untuk apa dihabiskan, kedua tentang masa mudanya untuk apakah dipergunakan, ketiga tentang hartanya dari mana diperoleh dan untuk apakah dibelanjakan, dan keempat ilmunya, apa saja yang ia amalkan dengan ilmunya itu.” (HR. Bukhari-Muslim).



”Saya persembahkan buku ini, dan karya-karya saya yang lainnya untuk insaninsan pencerah peradaban, para pendidik di seluruh Indonesia. Semoga karya kecil ini mampu menginspirasi Indonesia” --Husamah--



KATA PENGANTAR Kita semua menyadari dan merasakan bahwa saat ini dunia bergerak cepat menuju terbentuknya suatu masyarakat berbasis sains ( sciencebased society), kegiatan bisnis berbasis ilmu pengetahuan (knowledge based business enterprises), dan terwujudnya suatu budaya baru berlandaskan Ipteks terutama teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau dikenal juga dengan information and communication technology (ICT) yang dengan wujud utamanya adalah internet. Sementara itu, di lain sisi kita pun sepakat bahwa pilar utama daya saing bangsa adalah human capital atau sumber daya manusia (SDM) dan inovasi serta penguasaan teknologi. Faktanya, masalah SDM yang rendah menyebabkan proses pembangunan yang selama ini berjalan kurang didukung oleh produktivitas dan kualitas tenaga kerja yang memadai. Oleh karena itu apabila kita tidak segera bertindak, maka era mendatang akan tetap didominasi oleh pihak-pihak lain, negara dan bangsa-bangsa yang secara konsisten mengandalkan pembangunannya pada kemampuan SDM yang menguasai ipteks, serta memelihara keberlanjutan kegiatan-kegiatan riset, pengembangan dan perekayasaan melalui pendidikan berbasis ICT. Salah satu bentuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran adalah dengan adanya penggunaan ICT (misalnya internet) untuk mendukung sistem pembelajaran konvensional. Penggunaan ICT dilakukan mislanya seperti pada penghimpunan data, dimana komputer mengolah dan memobilisasi data serta dapat mendukung para pengajar dalam aktivitas keseharian pembelajaran, memperbaiki efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran, serta membantu dalam pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang didukung oleh ICT akan menciptakan situasi dan lingkungan bagi peserta didik yang dapat menstimulasi kemampuan untuk berkreasi dan berinovasi. Keterlibatan kreasi dan inovasi dalam dunia ICT mensyaratkan kemampuan penguasaan teknologi ICT yang baik, sehingga menuntut peserta didik untuk meningkatkan dan memperbaharui (update) keterampilan yang dimiliki. Menjawab berbagai tantangan di atas maka lahirlah win-win solution beruapa Blended learning. Pada Blended learning, fungsi pembelajaran elektronik atau berbasis internet terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction) adalah sebagai



komplemen (pelengkap). Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) karena materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima mahasiswa di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai enrichment, apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan pengajar di dalam kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan pengajar secara tatap muka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan pengajar di kelas. Blended learning merupakan solusi jitu dalam upaya perbaikan pembelajaran karena sebagaimana menurut Lewis (2002) satu hal yang perlu ditekankan dan dipahami adalah bahwa e-learning tidak dapat sepenuhnya menggantikan kegiatan pembelajaran konvensional di kelas. e-Learning dapat menjadi partner atau saling melengkapi dengan pembelajaran konvensional di kelas. E-learning bahkan menjadi komplemen besar terhadap model pembelajaran di kelas atau sebagai alat yang ampuh untuk program pengayaan. Sekalipun diakui bahwa belajar mandiri merupakan basic thrust kegiatan pembelajaran elektronik, namun jenis kegiatan pembelajaran ini masih membutuhkan interaksi yang memadai sebagai upaya untuk mempertahankan kualitasnya. Implementasi Blended learning menjadi jalan keluar yang tepat atas berbagai kritik kekurangan e-learning yang mengatakan bahwa “di samping daerah jangkauan kegiatan e-learning yang terbatas (sesuai dengan ketersediaan infrastruktur), frekuensi kontak secara langsung antarsesama peserta didik maupun antara peserta didik dengan nara



sumber atau pengajar sangat minim, demikian juga dengan peluang peserta didik yang terbatas untuk bersosialisasi. Penggabungan berbagai keunggulan pembelajaran berbasis internet (e-learning online), berbasis multimedia (e-learning offline) dan pemanfaatan teknologi mobile (mobile learning) dengan pembelajaran tatap muka (face-to-face) pada akhirnya diharapkan meningkatkan kreativitas peserta didik. Kreativitas menjadi sangat penting, oleh karena itu misi lembaga pendidikan adalah mendidik generasi bangsa kelak menjadi manusia-manusia yang kreatif dan inovatif. Buku yang hadir di tangan Anda ini mengupas secara lengkap dan terperinci tentang Blended learning. Bab 1 akan memperkenalkan kepada pembaca apa itu Blended Learning. Bab 2 membahas Face-to-face sebagai komponen pertama Blended learning. Selanjutnya Bab 3 menguraikan E-learning Offline sebagai komponen kedua. Sementara itu Bab 4 membahas E-learning Online sebagai komponen ketiga Bab 5 menguraikan secara lengkap Mobile Learning sebagai komponen keempat. Tidak lupa pada Bab 6 diberikan contoh implementasi Blended learning pada setiap jenjang pendidikan. Terselesaikannya buku ini pastilah sedikit banyak didorong/didukung oleh banyak pihak. Pertama, tentu segala puja dan puji hanya untuk Allah SWT, karena atas perkenan-Nya jualah sehingga penulisan buku ini dapat terselesaikan. Terima kasih yang sebesarbesarnya kami sampaikan kepada Rektor dan Pembantu Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), jajaran Dekanat dan civitas akademika FKIP UMM, Keluarga Besar Prodi Pendidikan Biologi FKIP-UMM dan Tim Creativity and Innovation Center UMM yang selalu memberikan ruang untuk meningkatkan kualitas dan aktualisasi diri. Kepada para guru/dosen kami sejak TK, SD, SMP, SMA, S1 hingga S2 (di Pendidikan Biologi UMM dan Pendidikan Biologi Pascasarjana UM) kami sampaikan penghargaan dan terima kasih atas kesabaran dan keistiqomahannya mendidik serta memberikan pencerahan. Tentu, tidak lupa saya menyampaikan terima kasih kepada istriku Yanur Setyaningrum, S.Pd. M.Pd. yang telah setia menemani hidup dalam suka dan duka dan sang mentari kecilki, putriku tercinta, Cyra Azalia Aufaa yang selalu memberikan keceriaan setiap waktu. Rasa terima kasih tentu harus pula kami sampaikan kepada keluarga besar yang selalu mendoakan, keluarga besar Bapak Moh. Irham dan keluarga besar Bapak Suroto Ali Purwoko. Terima kasih pula atas dukungan dari keluarga, sahabat dan pihakpihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Khusus untuk pasukan tempur, para dosen muda FKIP-UMM, Rina Wahyu S., Dyah



Worowirastri E., Bustanol Arifin, Erna Yayuk, Purwati Anggraeni, Arina R., Minatun Nadlifah, dan teman-teman yang lain, terima kasih atas kekompakan dan inspirasinya. Secara khusus kami mengucapkan terima kasih kepada Penerbit Prestasi Pustakaraya, direktur, editor, dan staf serta distributor yang telah bersedia menerbitkan dan mengedarkan kamus dan buku-buku kami sehingga sampai ke tangan pembaca. Akhirnya, terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang menjadi sumber inspirasi kamus ini yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu. Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak. Demikian pula adanya kamus ini. Oleh karena itu, tegur sapa dan saran konstruktif demi perbaikan kamus ini secara dinamis sangat kami harapkan.



Malang, Desember 2013 Husamah



BAB 1 MENGENAL BLENDED LEARNING



A. Mengapa Harus Blended Learning? Pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan khususnya dalam sistem pembelajaran telah mengubah sistem pembelajaran pola konvensional atau pola tradisional menjadi pola modern yang bermedia Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information and Communication Technology (ICT). Salah satu di antaranya adalah media komputer dengan internet-nya yang pada akhirnya memunculkan elearning. Pada pola pembelajaran bermedia ICT ini, pembelajar dapat memilih materi pembelajaran berdasarkan minatnya sendiri, sehingga belajar menjadi menyenangkan, tidak membosankan, penuh motivasi, semangat, menarik perhatian dan sebagainya. Johan mengungkapkan bahwa ICT dalam waktu yang sangat singkat telah menjadi satu bahan bangunan penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat modern. Banyak Negara menganggap bahwa dengan memahami ICT, menguasai keterampilan dasar ICT serta memiliki konsep ICT merupakan bagian dari inti pendidikan, sejajar dengan membaca, menulis dan numerasi. UNESCO bahkan mensyaratkan bahwa semua negara, baik negara maju ataupun berkembang, perlu mendapatkan akses ICT dan menyediakan fasilitas pendidikan yang terbaik. Melalui hal ini diharapkan diperoleh generasi muda yang siap berperan penuh dalam masyarakat modern dan mampu berperan dalam negara pengetahuan. Sayangnya, sebagaimana menurut Kusairi perkembangan ICT yang memiliki banyak manfaat ini belum dimanfaatkan secara optimum dalam proses pembelajaran. Upaya untuk mengintegrasikan ICT dalam proses pembelajaran masih kurang sehingga dampak ICT kurang nyata. Sebagai contoh, perkembangan multimedia telah berkembang pesat di masyarakat, namun pembelajaran di kelas tetap tertinggal meskipun telah menggunakan teknologi komputer. Handphone, tablet, smartphone, dan teknologi sejenis juga sudah umum di masyarakat. Tidak hanya orang dewasa yang menggunakan, tetapi juga sudah jamak diakses anak-anak. Namun demikian, teknologi ini masih belum banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Beberapa penyebab kurang berkembangnya pengintegrasian teknologi khususnya komputer dalam pembelajaran disebabkan antara lain;



(1) Adanya asumsi bahwa komputer sebagai perangkat keras hanya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengindahkan upaya meningkatkan aspek afektif dan kognitifnya. (2) Karena perangkat keras dianggap sesuatu yang berbeda, teknologi ini akan dengan cepat dikenalkan dan mendapat sambutan karena sesuatu yang baru, namun karena pengajar kurang trampil memanfaatkan beberapa saat kemudian perangkat keras menjadi sesuatu yang biasa. (3) Pengajar tidak memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan komputer dalam pembelajaran sehingga peranannya monoton dan kurang berkembang. Sejatinya, penggunaan ICT dalam pembelajaran memberikan manfaat baik bagi pengajar, peserta didik , maupun masyarakat (Clyde & Dlohery dalam Kusairi). Bagi pengajar penggunaan ICT akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajarannya. Bagi peserta didik , penggunaan berbagai tenologi akan memberikan kesempatan belajar yang lebih berkualitas. Penggunaan ICT secara umum juga akan menguntungkan masyarakat luas karena informasi akan dengan mudah disebarkan dan dinikmati oleh masyarakat. ICT akan memberikan manfaat bagi dunia pendidikan jika ICT itu dirancang dan digunakan secara baik bagi kegiatan pendidikan. Tanpa adanya desain yang baik ICT tidak akan memberikan manfaat yang optimal, bahkan tidak menutup kemungkinan justru akan menjadi penghambat atau malah masalah bagi kegiatan pendidikan itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ellis et al dalam Johan bahwa memang ICT memiliki kebaikan dan bisa dimanfaatkan bagi pendidikan. Namun demikian ICT-nya sendiri tidak akan memberikan dampak yang signifikan dibandingkan dengan pembelajaran biasa jika penggunaan ICT itu tidak didesain secara baik. Terdapat beragam pandangan mengenai model pemanfaatan ICT dalam pendidikan, di antaranya sebagai berikut: pertama, ICT sebagai media (alat bantu) pendidikan. Artinya hanya sebagai pelengkap untuk memperjelas uraian-uraian yang disampaikan pengajar. Kedua, ICT sebagai sumber. Pada jenis pemanfaatan kategori ini, ICT digunakan sebagai sumber informasi, dalam penggunaannya peserta didik mencari informasi via ICT berdasarkan bimbingan pengajar.



Ketiga, ICT sebagai sistem pembelajaran. Pada kategori ini ICT dirancang sedemikian rupa sebagai suatu sistem pembelajaran yang terintegrasi. Fungsi media, sumber, juga sistem atau prosedur pembelajaran tertentu tercakup. Dari ketiga jenis pemanfaatan itu bisa dipilih sesuai kebutuhan. Tidak ada suatu keharusan tertentu model pamanfaatan mana yang harus diikuti. Bahkan jika dipandang cara konvensional lebih efektif dan efisien untuk bagian-bagian tertentu, maka model pembelajaran konvensional lebih baik untuk digunakan, tidak perlu memaksakan menggunakan ICT. Abdullah menjelaskan bahwa, untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu: 1. Peserta didik dan pendidik/pengajar harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan pencetak para pendidik/pengajar. 2. Tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi peserta didik dan pendidik/pengajar. Pendidik/pengajar, baik itu pengajar atau pun dosen harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu peserta didik agar mencapai standar akademik. Menurut Kusairi dengan memasuki dunia online, pendidik/pengajar dapat memperoleh berbagai informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bahan pembelajaran. Teks, foto, video, animasi, dan simulasi adalah beberapa contoh media yang tersedia di situs-situs pembelajaran. Dengan memanfaatkan berbagai media tersebut, pendidik/pengajar dapat mempresentasikan konsep-konsep materi yang diajarkan dalam berbagai representasi (multiple representation) yang mempermudah peserta didik/pembelajar memahami sebuah konsep. Teknologi online juga memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk mendapatkan tambahan informasi dalam rangka memenuhi tuntutan kompetensi dan juga pengayaan. Tersedianya fasilitas e-learning memungkinkan peserta didik/pembelajar menerobos sekat-sekat waktu dan tempat guna mengikuti course yang tersedia secara online. Perkembangan ICT berpotensi meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Praktek di lapangan, dalam tataran empiris praktis menunjukkan bahwa beberapa Perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan e-learning



sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan secara reguler di kelas (Indrayani, 2007). Namun, beberapa Perguruan tinggi lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi peserta didik yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti perkuliahan secara tatap muka. Dalam kaitan ini, e-learning berfungsi sebagai option (pilihan) bagi peserta didik . Khusus dalam skala lokal, misalnya Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sejak beberapa tahun yang lalu mulai mengembangkan elearning yang diberi nama ELMU (E-learning Muhammadiyah University of Malang), beralamat di http://elmu.umm.ac.id. Sebagai salah satu upaya meningkatkan partisipasi aktif dosen dan peserta didik UPT ICT mengadakan training e-learning setiap awal masuk dan secara periodik. Namun demikian kenyataan di lapangan hanya segilintir dosen (tidak lebih dari 10 orang) yang konsisten menerapkan e-learning dalam pelaksanaan mata kuliahnya, meskipun hanya sebagai suplemen ( Blended learning). Sejak tahun 2011, UPT ICT UMM telah me-launching e-learning generasi kedua yang langsung di-break down per fakultas, artinya setiap fakultas memiliki alamat domain masing-masing dan dikendalikan oleh



admin. Awalnya, pemanfaatan e-learning sangat diunggulkan dibanding dengan pembelajaran konvensional secara tatap muka (face-to-face). Hal ini karena dengan e-learning, pembelajaran dapat lebih terbuka, fleksibel dan dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja. Intinya perkembangan ini mendorong perubahan paradigma pendidikan dari teacher centered learning menjadi student centered learning. Tetapi untuk mengarah kepada pelaksanaan 100% e-learning, seringkali kesiapan SDM menjadi salah satu tantangannya. Masyarakat Indonesia seringkali mampu menyediakan infrastruktur, tetapi optimalisasi perangkat dan efek keberlanjutannya masih selalu dipertanyakan. Menurut Noer dari studi yang ada, kendala terbesar e-learning adalah interaktivitas langsung antara peserta didik dengan instrukturnya. Bagaimanapun belajar merupakan proses dua arah. Peserta didik memerlukan feedback dari pengajar dan sebaliknya sang pengajar juga memerlukan feedback dari peserta didik. Melalui cara ini akan didapat hasil belajar yang lebih efektif, tepat sasaran. Hal ini menjawab mengapa program e-learning di banyak lembaga atau institusi tidak selalu mendapat hasil memuaskan. Seringkali materi sudah banyak dan tersedia dengan lengkap. Orang juga bisa belajar kapan saja dan di mana saja, bisa



dari kantor, rumah, hotel, maupun di kafe asal terkoneksi lewat jaringan nirkabel. Namun tetap saja tingkat penggunaan materi-materi e-learning tersebut tergolong rendah. Jika dianalisis secara sederhana, seseorang butuh teman dan butuh feedback langsung dalam pembelajaran. Noer juga menguraikan bahwa kendala lanjutan dari e-learning adalah adanya “kesan kesendirian” yang tercipta sehingga seseorang tidak bisa bertahan lama dalam belajar. Hanya dalam waktu setengah jam, seseorang sudah malas dan tidak terlalu termotivasi untuk melanjutkan proses pembelajarannya. Hal ini terjadi bukan karena materi yang ada tidak bagus atau sistem online dari materi yang disajikan kurang interaktif, melainkan seseorang merasa sedang sendiri dan dia perlu orang lain. Meskipun buat seorang pembelajar sejati itu bukanlah alasan, namun fakta menunjukkan bahwa orang tidak bisa bertahan lama belajar di depan komputer. Alasan lain, sebagaimana diungkapkan oleh Susilo, pendidik/pengajar perlu sekali-sekali memikirkan kembali pertanyaan penting: “Apakah yang perlu dipelajari, dianggap bernilai, dan mampu dilakukan oleh peserta didik kita?” dan “Apakah kita mempersiapkan peserta didik kita untuk hidup di dunia yang akan mereka hadapi pada saat mereka lulus dan setelah mereka lulus?” Pendidik perlu terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya membelajarkan peserta didik dalam kerangka pikir Technological, Pedagogical, and Content Knowledge (TPCAK) agar dapat membelajarkan peserta didik-nya secara efektif, Pola pikir TPCAK ini digambarkan pada Gambar 1.1.



Gambar 1.1 Kerangka Pikir Technological, Pedagogical, and Content Knowledge/TPACK (Sumber: http://tpack.org)



Kerangka pikir TPACK memberikan cara untuk mengidentifikasi ciri dari pengetahuan yang diperlukan pendidik/pengajar untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajarannya, sementara juga menyadari kompleksnya pengetahuan yang harus dimiliki pendidik/pengajar yang memiliki banyak aspek. Di bagian tengah kerangka TPACK adalah kombinasi dari tiga bentuk pengetahuan utama: pengetahuan tentang isi pelajaran (mendeskripsikan apa materi pokok yang dibelajarkan dalam bidang tertentu, meliputi teori, proses, dan praktik-praktik yang sudah terbiasa); pengetahuan pedagogik yang dicirikan dengan strategi dan metode yang digunakan pendidik/pengajar di kelas untuk membelajarkan peserta didik), dan pengetahuan teknologi yang terus berkembang dan mengalir. TPACK mendeskripsikan interseksi penting dari ketiga macam pengetahuan yang harus dimiliki pendidik/pengajar sebagai tempat di mana pembelajaran yang efektif dapat berlangsung. Teknologi di sini berarti bagaimana pendidik/pengajar mengembangkan pengetahuan dan keterampilan teknologinya untuk memanfaatkan sumber-sumber belajar online yang tersedia untuk dimasukkan ke dalam proses pembelajaran mata pelajaran atau mata kuliah yang dibinanya. Pedagogi yang dipilih pendidik/pengajar bisa bervariasi, bergantung kelasnya dan (maha)peserta didik nya. Content juga bervariasi, menurut binaan masingmasing pendidik/pengajar.



Oleh karena itu pendidik/pengajar sebagai pendidik perlu terus menerus belajar sepanjang hayat agar dapat meningkatkan layanannya terhadap peserta didik yang dipercayakan kepadanya untuk dibelajarkan. Salah satu cara peningkatan layanan yang dapat dilakukan pendidik/pengajar pada saat sekarang adalah dengan mengembangkan blended learning. Sebagai solusi dari permasalahan tersebut maka lahirlah istilah Blended learning. Apa itu Blended learning? Mengapa Blended learning perlu diterapkan? Pertanyaan tersebut akan kita uraikan secara lengkap pada buku ini. sebagai penegasan awal, hal ini sejalan dengan enam unsur pembelajaran abad 21 yaitu 1) menekankan pada mata pelajaran utama (Core subject knowledge); 2) menekankan pada pengembangan keterampilan belajar; 3) memanfaatkan alat belajar abad 21 untuk mengembangkan keterampilan belajar; 4) membelajarkan peserta didik dalam konteks abad 21; 5) membelajarkan konten abad 21; dan 6) menggunakan asesmen abad 21 yang mengukur keterampilan abad 21. Menurut Susilo, literasi dalam abad 21 berarti bagaimana menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam konteks kehidupan modern. Dalam konteks kehidupan pendidik/pengajar, hal ini berarti bagaimana pendidik/pengajar menjadi seorang yang literat pendidikan (Sains), yaitu bagaimana berinkuiri mengenai cara membelajarkan peserta didik (Sains), dengan mempertimbangkan dan berusaha mengintegrasikan keterampilan abad 21 ke dalam proses belajar mengajar (Sains) yang tepat untuk peserta didik yang hidup pada abad 21. Mengembangkan mata kuliah berbasis Blended learning sejalan dengan adanya tantangan unik yaitu teknologi, strategi pembelajaran, cara baru berkomunikasi, dan asesmen. Blended learning menggabungkan ciri-ciri terbaik dari pembelajaran di kelas (tatap muka) dan ciri-ciri terbaik pembelajaran online untuk meningkatkan pembelajaran mandiri secara aktif oleh peserta didik dan mengurangi jumlah waktu tatap muka di kelas. Misalnya, banyak dosen melaporkan bahwa melalui pembelajaran hybrid mereka dapat lebih sukses mencapai tujuan mata kuliah dibanding mata kuliah tradisional. Dosen lainnya lagi melaporkan adanya peningkatan interaksi dan kontak antar peserta didik dan antara peserta didik dan dosen. Keuntungan utama adalah fleksibilitas waktu bagi peserta didik . Banyak dosen merasa peserta didik nya justru belajar lebih banyak dalam pembelajaran blended dibanding dalam kelas tradisional. Ada yang



melaporkan bahwa peserta didik menulis makalahnya lebih baik, mengerjakan tes lebih baik, mengerjakan proyek dengan kualitas yang lebih baik, dan dapat melaksanakan diskusi secara lebih bermakna. Menurut Yusuf secara konseptual, Blended learning masih diperdebatkan bahkan secara sinic menyebutnya sebagai useless concepts, karena meragukan dampak pendekatan itu secara faktual terhadap hasil belajar. Namun berbagai riset justru menunjukkan bahwa pendekatan Blended learning cepat atau lambat akan menggantikan model pembelajaran tradisional karena terjadi percepatan ganda dalam cara anak didik memenuhi kebutuhannya. Tren semakin hari menunjukkan perkembangan ke arah dimana Blended learning akan mendapatkan proporsi lebih besar dan akan menggantikan model belajar tradisional dan e-learning. Blended learning membantu pengalaman kelas dengan mengembangkan inovsi teknologi informasi dan komunikasi. B. Konsep Blended Learning Blended learning merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blended artinya campuran atau kombinasi yang baik. Blended learning ini pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual. Semler menegaskan bahwa: “Blended learning mengkombinasikan



aspek terbaik dari pembelajaran online, aktivitas tatap muka terstruktur, dan praktek dunia nyata. Sistem pembelajaran online, latihan di kelas, dan pengalaman on-the-job akan memberikan pengalaman berharga bagi diri mereka. Blended learning mengunakan pendekatan yang memberdayakan berbagai sumber informasi yang lain. Blended learning sudah mulai banyak digunakan dan populer di dunia pendidikan dan pelatihan beberapa tahun terakhir. Blended learning, hybrid learning dan mixed mode learning adalah sesuatu istilah yang memiliki maksud sama (Dziuban et al., 2004). Setiap kampus atau institusi memakai istilah yang berbeda. Oleh karena itu Blended learning tidak memiliki arti yang spesifik. Moebs & Weibelzahl mendefinisikan Blended learning sebagai pencampuran antara online dan pertemuan tatap muka (face-to-face meeting) dalam satu aktivitas pembelajaran yang terintegrasi. Blended learning juga berarti menggunakan sebuah variasi metode yang mengkombinasikan pertemuan tatap muka langsung di kelas tradisional



dan pengajaran online untuk mendapatkan objektivitas pembelajaran (Akkoyunlu & Soylu, 2006). Sementara itu Graham mengatakan bahwa Blended learning adalah sebuah pendekatan yang mengintegrasikan face-to-face teaching dan kegiatan instruksional berbantuan komputer (computer mediated instruction) dalam sebuah lingkungan pedagogik. Makna asli sekaligus yang paling umum Blended learning mengacu pada pembelajaran yang mengombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face-to-face) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline), (Dwiyogo, 2011). Menurut Thorne Blended learning adalah perpaduan dari: teknologi multimedia, CD ROM video streaming, kelas virtual, voice-mail, e-mail dan teleconference, animasi teks online dan video-streaming. Semua ini dikombinasi dengan bentuk tradisional pelatihan di kelas dan pelatihan satu-satu. Blended learning menjadi solusi yang paling tepat untuk proses pembelajaran yang sesuai tidak hanya dengan kebutuhan pembelajaran akan tetapi juga gaya belajar peserta didik. Perlunya dan signifikansi blended leaning terletak pada potensialnya. Blended learning merepresentasikan keuntungan yang jelas untuk menciptakan pengalaman belajar yang memberikan pembelajran yang tepat pada saat yang tepat dan waktu yang tepat pada setiap individu. Blended learning menjadi batasan yang benar-benar universal dan global dan membawa kelompok pembelajar bersama-sama melintas budaya dan zona waktu yang berbeda. Pada konteks ini Blended learning dapat menjadi salah satu pengembangan paling signifikan pada abad 21. Menurut McDonald dalam Purtadi, istilah Blended learning biasanya berasosiasi dengan memasukkan media online pada program pembelajaran, sementara pada saat yang sama tetap memperhatikan perlunya mempertahankan kontak tatap muka dan pendekatan tradisional yang lain untuk mendukung peserta didik . Istilah ini juga digunakan saat media asynchronous seperti e-mail, forum, blog atau wikis digabungkan dengan teknologi, teks atau audio synchronous. Hal ini secara singkat seperti yang ditunjukkan Gambar 1.2.



Gambar 1.2 Hubungan Synchronous dan Asynchronous (Sumber: Language Teaching Tips, 2013).



Purtadi menjelaskan bahwa Blended learning adalah kombinasi berbagai media pembelajaran yang berbeda (teknologi, aktivitas, dan berbagai jenis peristiwa) untuk menciptakan program pembelajaran yang optimum untuk audiens (peserta didik) yang spesifik. Istilah blended sendiri berarti bahwa pembelajaran tradisional di dukung dengan format elektronik yang lain. Program Blended learning menggunakan berbagai bentuk e-learning, mungkin digabungkan dengan pelatihan yang terpusat pada instruktur dan format langsung lainnya. Purtadi menyimpulkan bahwa Blended learning adalah penggunaan solusi pelatihan yang paling efektif, diterapkan dalam cara yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran berbasis Blended learning dimulai sejak ditemukan komputer, walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended). Terjadinya pembelajaran, awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi antara pengajar dan pebelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka peserta didik memanfaatkan media cetak. Pada saat ditemukan media audio visual, sumber belajar dalam pembelajaran mengkombinasi antara pengajar, media cetak, dan audio visual. Namun terminologi Blended learning muncul setelah berkembangkanya teknologi informasi sehingga sumber dapat diakses oleh pebelajar secara offline maupun online. Saat ini, pembelajaran berbasis Blended learning dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka, teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi komputer, dan teknologi m-learning (mobile learning). Dwiyogo menggambarkan sejarah Blended learning yang berkembang di dunia pelatihan pada awalnya juga seperti yang dilakukan



pada lembaga pendidikan yaitu sumber belajar utama adalah pelatih/fasilitator. Dengan ditemukannya teknologi komputer, pelatihan dilakukan menggunakan mainframe based yang dapat melakukan kegiatan pelatihan secara individual tidak bergantung pada waktu dan materi yang sama (tidak sinkron). Perkembangan berikutnya pembelajaran yang tetap menggunakan basis komputer tetapi daya jangkaunya menjadi lebih luas melintasi pulau dan benua karena perkembangan teknologi satelit. Demikian pula, isi pelatihan dilakukan pengebarannya melalui CD ROM dan internet. Saat ini pelatihan menggabungkan semua itu agar pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien dengan konsep kombinasi (blended). Blended learning memiliki dua kategori utama, yaitu : a. Peningkatan bentuk aktivitas tatap-muka (face-to-face). Banyak pengajar menggunakan istilah Blended learning untuk merujuk kepada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam aktifitas tatap-muka, baik dalam bentuknya yang memanfaatkan internet (web-dependent) maupun sebagai pelengkap (websupplemented) yang tidak merubah model aktifitas. b. Hybrid learning: pembelajaran model ini mengurangi aktivitas tatap-muka (face-to-face) tapi tidak menghilangkannya, sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar secara online. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, di mana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan jarak jauh selanjutnya. Hal ini lah mengapa untuk saat ini sistem pembelajaran secara Blended learning masih sangat baik di terapkan di Indonesia agar lebih dapat terkontrol secara tradisional juga. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka secara umum karakteristik Blended learning adalah sebagai berikut: a. Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang beragam. b. Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face), belajar mandiri, dan belajar mandiri via online.



c. Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran. d. Pengajar dan orangtua peserta belajar memiliki peran yang sama penting, pengajar sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.



Blended learning adalah sebuah konsep yang relatif baru dalam pembelajaran di mana instruksi yang disampaikan melalui campuran pembelajaran online dan tradisional yang dalam pelaksanaannya dipimpin oleh instruktur atau pengajar (Bielawski & Metcalf, 2003). Blended learning merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual/maya atau online (Soekartawi, 2006: A-97). Perpaduan dilakukan secara harmonis antara teaching/training konvensional di mana pendidik dan peserta didik bertemu langsung dan juga melalui media online yang bisa diakses kapan saja, di mana saja, 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Prinsip dasar Blended learning adalah komunikasi langsung tatap muka dan komunikasi tertulis online. Konsep Blended learning kelihatannya sederhana tetapi penerapanya lebih kompleks. Asumsi utama dari desain Blended learning adalah (1) pemikiran menggabungkan belajar tatap muka dan online, (2) pemikiran ulang mendasar tentang desain mata kuliah untuk mengoptimalkan keterlibatan peserta didik , dan (3) strukturisasi dan pengaturan ulang jam perkuliahan tradisional (Garrison & Vaughan, 2008). Kegiatan pembelajaran melalui kelas konvensional dan kelas virtual atau online memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga ketika digabungkan, hararapnnya akan saling melengkapi. Kombinasi keunggulan dua model pembelajaran tersebut dapat dilihat di Tabel 1.1.



Tabel 1.1 Penilaian Komparatif Tiga Model Pembelajaran Kelas No. Variabel Kelas Virtual Konvensional 1 Registrasi Di kampus Online 2 Lingkungan Hidup Terprogram pembelajaran 3 Lingkungan Di kampus Di luar kampus kampus



Kelas Kombinasi (Blended learning) Keduanya Keduanya Keduanya



4 5



Kehadiran pengajar/tutor Jadwal kelas



Diperlukan



Keduanya



Tertentu tempat & waktunya Tidak ada



Tidak diperlukan Kapan saja & dimana saja Ya



6



e-mail



7



Audio-video conferencing, chatting



Tidak ada



Tidak ada



Ya



8 9 10



Konsultasi Kerja kelompok Tugas-tugas rumah



Tatap muka Ya Ya



Diumumkan Tidak Tidak



Keduanya Ya Ya



Kapan saja & dimana saja Ya



(Sumber: Soekartawi, 2006: A-97). Sementara itu Allen et al., mencoba menguraikan perbedaan antara online learning dan Blended learning berdasarkan persentase konten yang dikirim atau disampaikan secara online. Dikatakan online program jika lebih dari 80 persen program content-nya disampaikan secara online dan dikatakan blended program apabila 30 sampai 79 persen program content-nya disampaikan online. Secara lebih terperinci, pendapat Allen et al., (2007) sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1.2. Tabel 1.2 Perbedaan Model-Model Pembelajaran Proporosi Konten Jenis Deskripsi Setiap Jenis terkirim secara Pembelajaran online 0% Tradisional Pembelajaran dengan konten dikirim tidak secara online, disampaikan dalam bentuk tulisan atau lisan 1 to 29% Diifasilitasi Web Pembelajaran menggunakan fasilitas web untuk memfasilitasi sesuat yang sangat penting dalam pembelajaran tatap muka. Menggunakan sebuah course management system (CMS)/sistem pengelolaan perkuliahan atau halaman web , misalnya untuk mempostkan silabus dan soal/bahan ujian. 30 to 79% Blended/Hybrid Pembelajaran dengan memadukan sistem online dan tatap muka. Proporsi substansi konten menggunakan online, kadang menggunakan diskusi online, dan kadang menggunakan pertemuan tatap muka. 80+% Online Sebuah pembelajaran yang sebagian besar atau bahkan seluruhnya menggunakan sistem online. Jenis ini tidak menggunakan tatap muka sama sekali.



(Sumber: Allen et al., 2007).



Blended learning seharusnya dipandang sebagai pendekatan pedagogis yang menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran ketimbang dilihat dari seberapa besar delivery system antara face-to-face dibandingkan dengan secara online. Blended learning seharusnya mengkombinasikan secara arif, relevan dan tepat antara potensi face-to face dengan potensi teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat berkembang saat ini sehingga memungkinkan: (1) terjadinya pergeseran paradigma pembelajaran dari yang dulunya lebih berpusat pada pendidik menuju paradigma baru yang berpusat pada peserta didik (student-centered elarning); (2) terjadinya peningkatan interaksi atau interaktifitas antara peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik /pendidik dengan konten, peserta didik/pendidik dengan sumber belajar lainnya; (3) terjadinya konvergensi antar berbagai metode, media sumber belajar serta lingkungan belajar lain yang relevan (Chaeruman, 2008). Program e-learning tidak selalu mendapat hasil memuaskan. Seringkali materi sudah banyak dan tersedia dengan lengkap. Orang juga bisa belajar kapan saja dan di mana saja. Bisa dari sekolah, rumah, maupun di kafe asal terkoneksi lewat jaringan nirkabel. Namun tetap saja tingkat penggunaan materi- materi e-learning tersebut tergolong rendah. Peserta didik tentu membutuhkan teman dan butuh feedback langsung. Sama seperti yang dirasakan dalam training konvensional di ruang kelas. Ilustrasi dukungan Blended learning terhadap pembelajaran tatap muka disajikan pada Gambar 1.3 berikut ini.



Gambar 1.3 Optimalisasi Face-to-face dengan Blended Learning (Sumber: http://www.gttconnect.com).



Pada intinya tujuan dari Blended learning yang dilaksanakan adalah untuk mendapatkan pembelajaran yang “paling baik” dengan menggabungkan berbagai keunggulan masing-masing komponen dimana metode konvensional memungkinkan untuk melakukan pembelajaran secara interaktif sedangkan metode online dapat memberikan materi secara online tanpa batasan ruang dan waktu sehingga dapat dicapai pembelajaran yang maksimal. Oleh karena itu, jika Anda adalah seorang pengajar (pengajar dan dosen) atau pun instruktur, sangat mungkin Blended learning ini dapat membantu Anda agar para peserta didik /peserta didik dapat belajar secara maksimal serta bisa mendapatkan lebih banyak informasi yang dapat menunjang proses belajar mengajar.



VERSI LENGKAP: HUBUNGI PENERBIT



DAFTAR PUSTAKA Abdullah, D. 2011. Potensi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Kelas, (Online), (http://elearning.unimal.ac.id/upload/materi/peningkatan-tik-guru.pdf), diakses tanggal 1 Juni 2013). Agustine. E.M. 2008. Mobile Learning Sebagai Media Komunikasi Yang Efektif Dari Pemerintah Kota Semarang Kepada Masyarakat. Riptek, 2(1):7 – 13. Akbar, R.I. 2010. Pengembangan Sistem Pembelajaran Berbasis Komputer. (Online). (http://ruffmania.multiply.com/journal/item/9, Diakses tanggal 03 Ok-tober 2011). Akkoyunlu, B. & Soylu, M.Y. 2006. A Study on Students’ Views About Blended learning Environment. Ankara: Department of Computer Education and Instructional Technology, Faculty of Education, Hacettepe University. Allen, E.; Seaman, J.; & Garrett, R. 2007. Blending In The Extent and Promise of Blended Education in the United States. USA: Sloan-C™. Anonim. 2009. Blended Learning in School/Institution. (Online). (http://us.testbag.com, Diakses tanggal 1 Juni 2013). Anonim. 2011. Blended Learning. (Online). (http://small-changes-bigreturns.wikispaces.com/, diakses tanggal 1 Juni 2013). Anonim. 2011. Hakekat Pembelajaran Efektif. (Online). http://juhernaidi.wordpress.com/2011/07/23/hakikat-pembelajaranefektif/ diakses tanggal 1 Juni 2013). Anonim. 2011. Mobile Learning. (Online). (http://www.elearning.web.id/2011/01/14/mobile-learning.html., diakses tanggal 1 Juni 2013). Anonim. 2011. M-learning untuk Pendidikan Indonesia. http://creandivity.com/2010/12/microsoft-bloggership-2011-m-learninguntuk-pendidikan-indonesia/, diakses tanggal 1 Juni 2013). Anonim. 2011. Revolusi dan Inovasi Pembelajaran Melalui M-Learning. (Online). (http://www.ispi.or.id/2011/03/20/revolusi-dan-inovasi-pembelajaranmelalui-mobile-learning/, diakses tanggal 1 Juni 2013). Anonim. 2011. What Is “Blended Learning”?. (Online). (http://blendedlearning.wikispaces.com/, diakses tanggal 1 Juni 2013). Anonim. 2012. Difusi Inovasi Pembelajaran M-Learning. (Online). (http://alamsetiadi08.wordpress.com/difusi-inovasi/, diakses tanggal 1 Juni 2013). Anonim. 2012. Media pendidikan. Teori Belajar M-Learning. (Online). (http://www.mediapendidikan.net/index.php?option=com_content&view =article&id=6:teori-belajar&catid=29:teori-belajar&Itemid=22, diakses tanggal 1 Juni 2013). Arends, S. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw Hill.



Arfan, R. 2009. Media Pembelajaran Berbasis Komputer. (Online),(http://diarahma.blogspot.com/2009/05/penerapan-mediapembelajaran-berbasis.html/),Diak-ses tanggal 03 Oktober 2011 Arnyana, I.B.P. 2004. Pengembangan Perangkat Model Belajar Berdasarkan



Masalah Dipandu Strategis Kooperatif Serta Pengaruh Implementasinya terhadap Kemampuan Berpikir kritis dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi tidak diterbitkan. Malang. Program Pasca Sarjana (S3) Universitas Negeri Malang. Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Artawan. 2010. Pelaksanaan Proses Pembelajaran. Jakarta: Gramedia. Bandono. 2009. Pembelajaran Tatap Muka, Tugas Terstruktur, dan Tugas Mandiri Tidak Terstruktur, (Online), (http://bandono.web.id/2009/02/28/ pembel ajaran-tatap-muka-tugas-terstruktur-dan-tugas-man diri-tidakterstruktur.php, diakses tanggal 1 Juni 2013). Bangkursobo. 2009. Pedoman Pembelajaran Tatap Muka, Penugasan Terstruktur, Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. (Online). (Error! Hyperlink



reference not valid., diakses tanggal 1 Juni 2013). Barbara, B. & Richey, R.C. 1994. Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya. Jakarta: Unit Percetakan UNJ. Beam, P. 1997. Breaking the Sprinter’s Wrist: Achieving Cost-Effectiveness in Online Learning. Paper presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning, organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO Tuban, Bali, Indonesia, 17-20 November 1997. Benny & Tita. 2010. Pembelajaran Berbasis Media Komputer. (Online). (http://ictcentre.com/pembelajaran-ber-basis-media-komputer.html/), diakses tanggal 1 Juni 2013). Bielawski, L & Metcalf, D. 2003. Blended eLearning: Integrating Knowledge, Performance Support, and Online Learning. Amherst, MA: HRD Press. Buck Institutute for Education (BIE). 1999. Project-Based Learning. (Online). (http://www.bgsu.edu/organizations/etl/proj.html, diakses tanggal 1 Juni 2013). Budiningsih, A.C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta. Bullen, M. 2001. E-learning and the Internationalization Education. Malaysian Journal of Educational Technology 1(1), 37-46. Carman, J.A. 2005. Blended learning Design: Five Key Ingredients. (Online). (http://www.agilantlearning.com/pdf/Blended-Learning-Design.pdf/, diakses tanggal 1 Juni 2013). Catchen, R. 2013. Are We Ready for Blended Learning? Time to Change “What to Learn?”. (Online). (http://ruthcatchen.files.wordpress.com/2012/03/blended_-learning.gif, diakses 8 Juli 2013). Cerna, M. 2009. Blended Learning Experience In Teacher Education: The Trainees Perspective. Acta Didactica Napocensia. 2 (1), 37-48.



Chaeruman, U.A. 2008. Contoh Penerapan Blended learning. (Online). (http:// www.teknologipendidikan.net_files/Contoh-Penerapan-Blended-Learning; diakses tanggal 1 Juni 2013). Chaeruman, U.A & Indreswara, H. 2010. Mobile Learning Sebagai Media Pembelajaran. Makalah Seminar Regional UM pada 13 Mei 2010. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. Depdiknas. 2008. Pembelajaran Tatap Muka, Penugasan Terstruktur, dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Depdiknas. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Tatap Muka, Penugasan Terstruktur dan Tugas Mandiri Tidak Terstruktur. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Dikti. 2004. Strategi Perguruan Tinggi Jangka Panjang 2003-2010; Mewujudkan Perguruan Tinggi Berkualitas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Depdiknas. Dziuban, C.D., Hartman, J.L. & Moskal, P.D. 2004. Blended learning. Research Bulletin. EDUCAUSE Center for Applied Research. 2004 (7). Dwiyogo, W.D. 2011. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. (Online). (http://id.wikibooks.org/w/index.php?title=Pembelajaran_Berbasis_Blende d_Learning&printable=yes., diakses tanggal 1 Juni 2013). Effendi, S. 2003. Pengelolaan Perguruan Tinggi Menghadapi Tantangan Global. Makalah Dipresentasikan pada Seminar Nasional Majelis Rektor Indonesia di Makassar, 31 Januari – 2 Februari 2003. Effendi, E.; & Zhuang, H. 2005. E-learning: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Elangovan, T. 1997. Internet Based On-line Teaching Application with Learning Space. Paper presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20 November 1997. Fadilah, M. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Berfikir-



Berpasangan-Berbagi (Think Pair Share) terhadap hasil belajar Biologi Siswa kelas VIII SMP 6 Pariaman. Tesis tidak Diterbitkan. Padang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Faizal, A. 2011. Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Implementasi



Blended learning pada Pembelajaran Biologi Kelas XI SMAIT Nur Hidayah Kartasura. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Fitria, R. 2011. Blended Learning. (Online). (http://rizcafitria.wordpress.com/, diakses tanggal 1 Juni 2013). Frederic, H.B. 1981. Teaching and Learning Mathematics (In Secondary Schools). Iowa: Wm. C. Brown Company Publishers.



Gagne, R.M. 1985. The Conditions of Learning and Theory of Instruction. New York: Holt, Rinehart and Winston. Garnham, C. & Kaleta, R.. 2002. Introduction to Hybrid Course. Teaching with Technology Today, 8(6). Garrison, D.R. & Vaughan, N.D. 2008. Blended learning in Higher Education. San Francisco: Jossey-Bass. Graham, C.R. 2005. Blended learning system: Definition, current trends and future direction. In: Bonk, C.J., Graham, C.R. (eds.) Handbook of Blended learning: Global Perspectives, Local Designs, pp.3-21. San Francisco: Pfeiffer. Hartono & Rustaman, N. 2008. Pembelajaran Blended Learning pada mata Kuliah Praktikum IPA: Studi Ujicoba Lapangan Pembelajaran online pada S1 PGSD. Jurnal Forum Kependidikan Online Volume 28 (1): 17-25. Hasbullah. 2008. Perancangan dan Implementasi Model Pembelajaran Elearning untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di JPTE FPTK UPI. Laporan Penelitian. Bandung: Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI. Heinich, R. et al. 1996. Instructional Media and Technology For Learning. Englewood Cliffts (4th ed). New Jersey: Prentice-Hall, inc., A Simon & Schuster company. Hidayatullah, F. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka. Hitipeuw, I. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Husamah. 2012. Pengembangan E-learning Ekologi Tumbuhan untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Kompetensi Peserta Didik. Laporan Hibah Pengajaran DIA-BERMUTU. Malang: Prodi Pendidikan Biologi FKIP UMM. Ichsan. 2008. Visi Misi dan Tujuan Pendidikan Nasional, (Online),(http://tunas63.wordpress.com/2008/11/07/visi-misi-dan-tujuanpendidikan-nasional/), diakses tanggal 1 Juni 2013). Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar untuk Guru SD. (Online), (Error! Hyperlink reference not valid., diakses tanggal 1 Juni 2013). Indrayani, E. 2007. E-learning: Konsep, dan Strategi Pembelajaran di Era Digital (Implementasi pada Pendidikan Tinggi). Jurnal Ilmiah Visioner Tahun 2007. Jalius, H.R. 2010. Pengertian Fakta, Prinsip, dan Konsep. (Online). (http://www.jalius12.wordpress.com, diakses tanggal 1 Juni 2013). Johan, R.C. 2010. Pembelajaran Berbasis Komputer, (Online),(http://kurtek.upi.edu/tik/?p=hakikat), diakses tanggal 1 Juni 2013). Johnson, D.W & Johnson, R.T. 1975. Learning Together and Alone; Cooperation, Competition and Individualization. New Jersey : Prentice-Hall, Inc. Kamarga, H. 2002. Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif Mengakses Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.



Kartasasmita, G. 1994. Peranan Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia. Makalah Disampaikan pada Ceramah Umum Civitas



Akademika Universitas Siliwangi Tasikmalaya, 26 September 1994. Kemp, J. E. & Dayton, D.K. 1985. Planning and Producting Instructional Media (4th. Ed). New York: Harper and Row, Publisher inc Kirna, I. M. 2010. Pengaruh Penggunaan Hypermedia dalam Pembelajaran



Menggunakan Strategi Siklus Belajar terhadap Pemahaman dan Aplikasi Konsep Kimia pada Siswa SMP dengan Dua Gaya Belajar Berbeda. Disertasi. Tidak Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Kistow, B. 2011. Blended Learning in Higher Education: A Study of A Graduate School of Business, Trinidad and Tobago. Caribbean Teaching Scholar 1 (2), 115–128. Koran, J. K. C. 2002. Aplikasi E-learning dalam Pengajaran dan pembelajaran di Sekolah Malasyia. Makalah 8 November 2002. Korkmaz, O. & Karakuş, U. 2009. The Impact of Blended Learning Model on Student Attitudes Towards Geography Course and Their Critical Thinking Dispositions and Levels. TOJET, 8 (4): 51-63. Krisnadi, E..; Pribadi, B.A. 2010. Modul Pendamping Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak. Jakarta: Ditnaga Dkti Depdiknas. Kusairi, S. 2011. Implementasi Blended Learning. Makalah (disajikan pada Seminar Nasional Blended Learning tanggal 13 November 2011 di Universitas Negeri Malang). Kusni, M. 2010. Implementasi Sistem Pembelajaran Blendedlearning Pada Kuliah AE3121 Getaran Mekanik di Program Studi Aeronotika dan Astronotika.



Makalah Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) ke-9 Palembang, 13-15 Oktober 2010. Kustiono. 2009. Media Pembelajaran. Semarang: UNNES PRES. Language Teaching Tips. 2013. Are We All Ready For Blended Learning? (Online). (http://languageteachingtips.wordpress.com/2013/03/22/are-we-allready-for-blended-learning/, Diakses 8 Juli 2013). Lewis, D.E. 2002. A Departure from Training by the Book, More Companies Seeing Benefits of E-learning. The Boston Globe, Globe Staff, 5/26/02. Listyarini, S.; Sarjiyo; & Riyanti, R. D. 2010. Modul Pendamping Pengembangan Perangkat Tutorial. Jakarta: Ditnaga Dikti Depdiknas. Lufri, A; Yunus, Y. & Sudirman. 2006. Strategi Pembelajaran Biologi. Buku Ajar. Padang: Jurusan Biologi FMIPA UNP. Madrid, S. 2009. Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan di Nusa Tenggara Barat (NTB); Refitalisasi Peran Perguruan Tinggi (PT) dalam mengawal kebangkitan pembangunan NTB di Era Globalisasi. (Online). (http://salasmadrid.blogspot.com/2009/12/peran-perguruan-tinggidalam.html, Diakses 21 November 2011). Mahanal. 2009. Pengaruh Penerapan Perangkat Pembelajaran Deteksi Kualitas



Sungai dengan Indikator Biologi Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar



Siswa Sma di Kota Malang. Desertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang Mangkoesaputra, A.A. 2005. Pembelajaran Pendidikan IPS di Tingkat Sekolah Dasar, (Online), (http://re-searchengines.com/0805arief7.html, diakses tanggal 1 Juni 2013). McLoughlin, C. 2001. Inclusivity and Alignment: Principles of Pedagogy, Task and Assessment Design for Effective Cross-Cultural Online Learning. ODLAA Inc. Merlinda, S. G. 2010. Penerapan Media Pembelajaran Berbasis Komputer. (Online). (http://sherlygita02.blogspot.com/2010/11/penerapam-mediaberbasis-kompu-ter.html/, diakses tanggal 1 Juni 2013). Miftah. 2009. Pengembangan Model Mobile Learning Sebagai Strategi Pengembangan Elearning. (Online). (http://www.mediapendidikan.net/index.php?option=com_content& view=category&id=29&Itemid=37. diakses tanggal 1 Juni 2013). Moebs, S. & Weibelzahl, S. 2006. Towards a good mix in Blended learning for small and medium sized enterprises. Outline of a Delphi Study.



Proceedings of the Workshop on Blended learning and SMEs held in conjuction with the 1st European Conference on Technology Enhancing Learning Crete, Greece, pp 1-6. Mulvihill, R.P. 1997. Technology Application to Distance Education. Paper presented at the International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20 November 1997. Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. Mursell, J. & Nasution. 2008. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Bina Aksara. Naidu, S. 2006. E-learning (A Guide Book of Princi-ples, Procedures, and Practices). Australia: Commonwealth of Education for ASIA Nasrullah. 2006. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS bagi Siswa dan Kecendrungan Berfikir Sekuensial Abstrak dan Sekuensial Konkrit. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Universitas Negeri Padang Noer, M. 2010. Blended learning Mengubah Cara Kita Belajar di Masa Depan. (Online). (http://www.muhammadnoer.com/2010/07/blended-learningmengubah-cara-kita-belajar-di-masa-depan, diakses tanggal 1 Juni 2013). Nurhadi, & Agus, G.S. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Nur, M. 2001. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah yang disajikan pada Pelatihan TOT guru mata pelajaran SLTP dan MTs. Surabaya: Depdiknas, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Nur, M. 2011. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Nur, M. 2011. Guru yang Berhasil dan Model Pembelajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.



Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Prayoto. 1995. Peran Perguruan Tinggi dalam Pengembangan IPTEK. Makalah Seminar Nasional Dies Natalis ke-45 UGM. Purbo, O.W. 2002. E-learning dan Pendidikan. Artikel Dalam Cakrawala Pendidikan Universitas Terbuka. Purnama, N. & Setiawan, H. 2003. Analisis Pengaruh Sumber-Sumber Keunggulan Bersaing Bidang Pemasaran Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur di Indonesia. JSB 2(8), Desember 2003. Purnomo, D. 2008. Pendekatan Kontekstual Berpandu Konstruktuvis dan Pelaksanaannya di Kelas. Jurnal Paradigma VIII(26):317-328. Purtadi. 2011. Blended Learning (Definisi). (Online). (http://purtadi.blogspot.com/2011/04/blended-learning-definisi.html, diakses tanggal 1 Juni 2013). Program Pengembangan Kompetensi Profesi Pendidik (PPKPP). 2009. Identitas



dan Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah Pertama. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan. Rahmawati D. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk Strategi



Belajar dengan Peta Konsep Menggunakan Model Pembelajaran Langsung. (Skripsi tidak diterbitkan). Padang: Universitas Negeri Padang. Rakhmat, J. 2007. Belajar Cerdas; Belajar Berbasiskan Otak. Bandung: Mizan Media Utama. Reddy, V.V. & Manjulika, S. 2002. From Face-to-Face to Virtual Tutoring: Exploring the potentials of E-learning Support. New Delhi: Indira Gandhi National Open University. Renggani. 2007. Pembelajaran Berbasis Komputer dan Jaringan. (Online). (http://renggani.blogspot.com/2007/07/pembelajaranberbasiskomputer.html diakses tanggal 1 Juni 2013). Resta, E. P. 2005. Differences Between Online dan Face-to-face Learning. (Online). ([email protected]., diakses tanggal 1 Juni 2013). Reza. 2010. Pemanfaatan Media Berbasis ICT Terhadap Pembelajaran di Sekolah. (Online). (http://ictcommunity.multiply.com/journal/item/17/PEMANFAATAN_MEDI A_BERBASIS_ICT_TERHADAP_PEMBELAJARAN_DI_SEKOLAH, diakses tanggal 1 Juni 2013). Riyanto, B.T. & dan Widayanti, S. Tanpa tahun. Perancangan dan Implementasi Aplikasi Mobile Learning Berbasis Java. Artikel Rosmini. 2007. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. (Online). (htttp://duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id= 411&Itemid=28, diakses tanggal 1 Juni 2013).



Rulam. 2009. Peranan Teknologi Informasi dalam Kegiatan Pembelajaran, (Online), (http://www.infodiknas.com/peranan-teknologi-informasidalam-kegiatan-pembelajaran/, diakses tanggal 1 Juni 2013). Samples, B. 2002. Revolusi Belajar untuk Anak: Panduan Belajar Sambil Bermain untuk Membuka Pikiran Anak-Anak Anda. Diterjemahkan oleh: Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa. Sampoerna Foundation. 2010. Kondisi Sekolah di Indonesia Masih Memprihatinkan, Apa Kontribusi Anda?. (Online). (http://Sampoernafoundation.org, diakses tanggal 1 Juni 2013). Santyasa, I.W. 2005. Model Pembelajaran Inovatif dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah. Disajikan dalam Penataran Guru-Guru SMP, SMA, dan SMK se Kabupaten Jembrana, Juni – Juli 2005. Sardjana, D. 2011. Pendidikan Digital: Utopia Atau Harapan? (Sebuah Obrolan di Dunia Maya). (Online). (http://idelearning.com/2011/05/31/pendidikandigital-utopia-atau-harapan-obrolan-dosen-di-dunia-maya/#more; diakses tanggal 1 Juni 2013). Semler, S. 2005. Use Blended learning to Increase Learner Engagement and Reduce Training Cost. (Online). (http://www.learningsim.com/content/lsnews/ blended_learning1.html, diakses tanggal 1 Juni 2013). Shibley, I.; Amaral, K.A.; Shank, J.D.; & Shibley, L.R. 2011. Designing a Blended Course: Using ADDIE to Guide Instructional Design. Journal of College Science Teaching.40 (6): 80-85. Silberman, M.L. 2006. Active Learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif (terjemahan). Bandung: Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slameto. 2009. Peranan Perguruan Tinggi Meningkatkan Daya Saing Bangsa. (Online). (http://agupenajateng.net/2009/06/03/peranan-perguruantinggi-meningkatkan-daya-saing-bangsa/#ixzz1eWLvEUTA, diakses tanggal 1 Juni 2013). Slavin, R.E. 1994. Educational Psycology; Teory and Practice. Fourth Edition. USA: Jhons Hopkins University. Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning: Theory, research and Practice. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publication. Soekartawi. 2002. Prospek Pembelajaran Melalui Internet. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional ‘Teknologi Kependidikan’ yang diselenggarakan oleh UT-Pustekkom dan IPTPI, Jakarta, 18-19 Juli 2002. Soekartawi. 2003. Prinsip Dasar E-learning: Teori dan Aplikasinya di Indonesia. Jurnal Teknodik, VII(12), Oktober 2003. Soekartawi. 2005. Issues e-learning/Web-Based Learning/Distance Learning dan Kemungkinan Pelaksanaannya di Indonesia. Seminar Nasional Pendidikan, Universitas Islam Sumatera Utara, Medan, 2 April 2005.



Soekartawi. 2006. Blended e-learning: Alternatif Model Pembelajaran Jarak Jauh di Indonesia. Makalah Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006



(SNATI 2006) Yogyakarta, 17 Juni 2006. Soeparto. 2009. Native Digital Vs Immigrant Digital. Makalah Pelatihan Pekerti Dosen Muda UMM, Juni 2009. Sprinthall, N.A. & Sprinthall, R. 1990. Educational Psychology; A Developmental Approach. Edisi ke-5. New York: McGraw-Hill Publishing Company. Sudrajat, A. 2010. Media Pembelajaran Berbasis Komputer. (Online). (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/07/16/media-pembelajaranberbasis-komputer/, diakses tanggal 1 Juni 2013). Suherman, E. dkk, 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA. Suherman, E. 1994. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: UT. Depdikbud. Sukardi; Widiatmono, R.; & Surjono, H.D. 2007. Pengembangan e-learning UNY. Laporan Penelitian Institusional. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta Yogyakarta tahun 2007. Sulaeman. 2011. Revolusi dan Inovasi Pembelajaran Melalui Mobile Learning. (Online). http://www.ispi.or.id/2011/03/20/revolusi-dan-inovasipembelajaran-melalui-mobile-learning/. diakses tanggal 1 Juni 2013). Sumarwoto. 2010. Pembelajaran Tatap Muka, Penugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. (Online). (http://smp1sedayu.weebly.com/uploads/4/.../terstruktur_dan_ mandiri_2.ppt, diakses tanggal 1 Juni 2013). Sunardjo, NA. & Suprawoto. 2009. Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. (Online). http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pembelajaran-tematikdi-sekolah-dasar, diakses tanggal 1 Juni 2013). Sunar. 2011. New Learning Environment: Electronic & Mobile-Learning. (Online). http://apakabarpsbg.wordpress.com/2011/02/06/new-learningenvironment-electronic-mobile-learning/, diakses tanggal 1 Juni 2013). Suparman, A 1997. Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta : STIA LAN Press, Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning; Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susilo, H. 2011. Blended learning untuk Menyiapkan Siswa Hidup di Abad 21. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pengembangan Pembelajaran Berbasis Blended learning, HMJ Biologi “Lebah Madu” Universitas Negeri Malang, Malang, 13 November 2011. Syah, M., Kariadinata, R. 2009. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Bahan Pelatihan PLPG, Rayon Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Bandung: UIN Sunan Gunung Jati. Tamimuddin, M. 2007. Mengenal Mobile Learning. LIMAS. Diakses pada tanggal 17 November 2011. Tham, K. & Tham, C. 2011. Blended learning-A Focus Study on Asia. IJCSI International Journal of Computer Science Issues, 8 (2), 136-142.



Triluqman, H. 2008. Pendidikan Profesi dan Sertifikasi: Upaya Meningkatkan Kualitas Guru di Tengah Keterpurukan Dunia Pendidikan. (Online). (http://heritl.blogspot.com/2008/02/pendidikan-profesi-dansertifikasi.html, diakses tanggal 1 Juni 2013). Tung, K.Y. 2000. Pendidikan dan Riset di Internet. Jakarta: Dinastindo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Usman, M.U. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Utarini, A. 1997. Process Evaluation of an Internet-Based Education on Hospital



and Health Service Management at Gadjah Mada. Wahono, R.S. 2008. Memilih Sistem e-Learning Berbasis Open Source. (Online). (http://romisatriawahono.net/2008/01/24/memilih-sistem-e-learningberbasis-open-source/ diakses tanggal 1 Juni 2013). Wibawanto, H.; & Sahid. 2010. Modul Pendamping Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Web. Jakarta: Ditnaga Dikti Depdiknas. Wildavsky, B. 2001. “Want More From High School?” Special Report: E-learning 10/15/01. (Online). (http://www.usnews/edu/elearning/articles, diakses tanggal 1 Juni 2013). Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT. Grasindo. Yulianto, Aan. 2011. Mobile Learning. (Online). (http://blog.student.uny.ac.id/aanyulianto/2011/01/06/mobile-learningm-learning/. diakses tanggal 1 Juni 2013). Yusuf, M. 2011. Mengenal Blended learning. Jurnal Lentera Pendidikan, 14(2) Desember 2011: 89-96.



TENTANG PENULIS



Husamah dilahirkan pada tanggal 18 Oktober 1985 di sebuah pulau terpencil nan indah yaitu Pulau Pagerungan Kecil Kepulauan Sapeken Kabupaten Sumenep. Putra pertama pasangan Bapak Mohammad Irham dan Ibu Zakiyah Huraibi (alm) ini menamatkan studi di SDN Pagerungan Kecil III, SMP Negeri 2 Sapeken dan SMA Negeri 1 Banyuwangi. Gelar sarjana ia peroleh dari Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2008. Saat ini ia sedang menyelesaikan pendidikan S2 di Prodi Pendidikan Biologi PPS Universitas Negeri Malang. Laki-laki yang suka membaca, browsing, bertadabbur dan berpetualang melihat keagungan Allah SWT di laut dan darat ini, merupakan Juara I Mahasiswa Berprestasi Kopertis VII Jawa Timur tahun 2008. Ia juga telah puluhan kali menjuarai lomba penulisan ilmiah kategori mahasiswa maupun umum baik tingkat lokal, regional bahkan nasional. Ratusan tulisan artikelnya telah dimuat di jurnal ilmiah, media massa lokal dan nasional. Saat ini, suami dari Yanur Setyaningrum, S.Pd., M.Pd. dan ayah dari Cyra Azalia Aufaa ini aktif mengajar di Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang. Selain mengajar penulis juga aktif menjadi pemateri dalam berbagai seminar dan diklat mahasiswa, membimbing siswa dan mahasiswa dalam penulisan karya ilmiah, menjadi Tim Creativity and Innovation Center (CIC) UMM, menjadi tim pengembang bahan ajar PJJ Biologi UMM, tim DIA BERMUTU Biologi UMM, Tim Lesson Study Biologi UMM, sekretaris jurnal JP3 FKIP, pengelola jurnal Sinaps, Tim Humas Lab Biologi UMM, Tim PMB UMM, menulis buku dan artikel di media massa. Mimpi dan semangatnya untuk menanamkan budaya menulis sejak dini bagi generasi muda mengantarnya sebagai salah satu motor/penggagas Lomba Menulis Inspiratif (LMI) tingkat Nasional yang diselenggarakan setiap tahun (bulan April-Juni) oleh Tim PMB FKIP UMM. Berkat kegigihannya, ia telah berhasil menerbitkan beberapa buku yang ia sebut sebagai “karya kecil untuk menginspirasi Indonesia” seperti, Cerdas Menjadi Juara Karya Ilmiah (Pinus Group, 2010), Teacherpreneur, Cara Cerdas Menjadi Guru Banyak Penghasilan (Pinus Group, 2011), Panduan Penulisan Skripsi (Tim, Penerbitan Biologi UMM, 2009), KIR Itu Selezat Ice Cream (Pinus Group, 2011), Kamus Penyakit Pada Manusia (ANDI, 2012) Guru Profesional Perspektif Siswa Indonesia (Editor; Aditya Media, 2012) dan Kamus Istilah Biologi (Tim, Penerbitan Biologi UMM, 2012); Outdoor Learning (Prestasi Pustaka Raya, 2013), Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi:



Panduan dalam Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013 (Prestasi Pustaka Raya, 2013), Kamus Pendidikan (Proses Terbit), Kamus Biologi (Prestasi Pustaka Raya, proses terbit 2013), Kamus Psikologi (proses terbit 2013), Indonesia dalam Pikiranku: Bunga Rampai Opini (Proses Terbit) dan buku Blended Learning yang ada di tangan Anda ini. Untuk diskusi dan koresponsdensi dengan penulis dapat mengirimkan pesan ke



e-mail; [email protected]; facebook: Bang Us Papanya Cyra; twitter: @husamahbio atau kunjungi blog husamah.blogspot.com.



SINOPSIS COVER BELAKANG



Saat ini dunia bergerak cepat menuju terbentuknya suatu masyarakat berbasis sains (science-based society), kegiatan bisnis berbasis ilmu pengetahuan (knowledge based business enterprises), dan terwujudnya suatu budaya baru berlandaskan Ipteks terutama teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau information and communication technology (ICT) yang dengan wujud utamanya adalah internet. Internet telah merubah wajah dunia termasuk dunia pendidikan sehingga kemudian melahirkan e-learning. Namun, sebagian pakar menegaskan bahwa e-learning tidak dapat sepenuhnya menggantikan kegiatan pembelajaran konvensional di kelas (face-to-face). Implementasi Blended learning menjadi jalan keluar yang tepat atas berbagai kritik kekurangan e-learning dan kritik atas ketertinggalan faceto-face learning. Blended learning merupakan penggabungan berbagai keunggulan pembelajaran berbasis internet (e-learning online), berbasis multimedia (e-learning offline) dan pemanfaatan teknologi mobile (mobile learning) dengan pembelajaran tatap muka (face-to-face) pada akhirnya diharapkan meningkatkan kompetensi peserta didik di abad 21 ini. Blended learning juga membawa misi yaitu selain mencetak SDM yang unggul dalam pengetahuan dan keterampilan, juga punya peran strategis, yaitu membangun dan mengembangkan karakter pribadi yang baik (SDM berkarakter). Nah, jika Anda mengaku sebagai pendidik yang tidak ketinggalan zaman dan pendidik profesional, segera jelajahi buku ini dan buat perubahan di kelas dan di sekolah Anda. Berani mencoba?