11 0 617 KB
MAKALAH PEMBERIAN TERAPI PANAS DINGIN DAN KOMPRES
Disusun Oleh :
Kelompok 8
1. Eka Febriana Intasari
( P07124018012 )
2. Idiatul Fitri
( P07124018018 )
3. Suharni Handayani
( P07124018046 )
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM PRODI DIII KEBIDANAN T.A 2019/202 i
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah KDKK. Adapun makalah ini mengenai “PEMBERIAN TERAPI PANAS DINGIN DAN KOMPRES”. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun, maka kami dengan senang hati menerima kritikan serta saran-saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang.
Mataram, 08 Februari 2019
Kelompok
ii
DAFTAR ISI COVER ...........................................................................................................i KATA PENGANTAR` .............................................................................. ..ii DAFTAR ISI .............................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang.................................................................................... 1 B. Tujuan Tindakan / Keterampilan ........................................................ 1 BAB II KONSEP TEORI A. Definisi dan Konsep Sesuai Jenis Pemberian Obat ........................... 2 B. Jenis atau Bentuk / Contoh Obat ....................................................... 3 C. Tujuan / Manfaat Pemberian Terapi ...................................................... 7 D. Indikasi / Kontra Indikasi ....................................................................... 7 E. Reaksi dan Efek samping ..................................................................... 10 F. Tekhnik / Cara Pemberian ...................................................................... 11 G. Alat dan Bahan ..................................................................................... 11 BAB III PROSEDUR TINDAKAN..........................................................13 A. Terapi Panas .................................................................................... 13 B. Terapi Dingin .................................................................................. 14 BAB IV PENUTUP.....................................................................................17 A. Kesimpulan ...................................................................................... 17 B. Saran ................................................................................................ 18 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................19
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suhu yang optimum sangat penting untuk kehidupan sel agar dapat berfungsi secara efektif. Perubahan suhu tubuh yang ekstrim dapat membahayakan bagi tubuh. Dengan itu, seorang bidan harus berusaha untuk dapat memelihara suhu tubuh klien agar tetap normal. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk memelihara suhu tubuh di antaranya adalah melalui kompres. Suhu tubuh mencermikan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas dari tubuh yang diukur dalam unit panas yang disebut derajat (Kozier, 2011). Kompres panas adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain untuk melancarkan sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa sakit, merangsang peristaltik usus, pengeluaran getah radang menjadi lancar, serta memberikan ketenangan dan kesenangan pada klien (Istichomah, 2007) Terapi dingin adalah penggunaan dingin dalam pengobatan trauma akut dan cedera subakut dan penurunan ketidaknyamanan setelah rekondisi dan rehabilitation (Prentice, 2005). Kompres dingin adalah memasang suatu zat dengan suhu rendah pada tubuh untuk tujuan terapeutik dan suatu metode dalam penggunaan suhu rendah setempat yang dapat menimbulkan efek fisiologis.
B. Tujuan Tindakan / Keterampilan Pemberian terapi panas pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan. Bentuk kompres termal biasanya bergantung pada tujuannya. Kompres panas akan menghangatkan area tubuh tersebut. Tujuan terapi panas untuk melancarkan sirkulasi, mengurangi rasa sakit, memberi rasa hangat, dan tenang, merangsang peristaltik usus (Asmadi, 2008) Pemberian terapi dingin pada tubuh bertujuan untuk mengurangi peradangan dengan cara mengerutkan atau mengecilkan pembuluh darah, mengurangi rasa sakit, mengurangi
kejang
otot,
mengurangi
kerusakan
jaringan,
mengurangi
pembengkakan, dan mengurangi pembentukan udema (pembekuan darah di bawah kulit). 1
BAB II KONSEP TEORI A. Definisi dan Konsep Sesuai Jenis Pemberian Obat Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008: 1449) terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sering sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Terapi adalah suatu proses usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sering sakit dengan cara menggunakan alat-alat psikolgis yang bertujuan menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada untuk mencapai kesembuhan (Ardiansyah, 2011). Terapi panas atau thermotherapy merupakan terapi dengan menggunakan suhu panas biasanya dipergunakan dengan kombinasi dengan modalitas fisioterapi yang lain seperti exercise dan manual therapy (Novita, 2010). Terapi panas biasanya dipakai sesudah hentinya peradangan awal dengan terapi pendinginan. Penggunaan terapi panas ini akan menyebabkan vasodilatation (pelebaran pembuluh darah). Membiarkan darah mengalir lebih banyak pada daerah yang terluka akan membantu penyembuhan. Panas dapat digunakan selama beristirahat karena mengalami cedera, dapat juga dipakai untuk melunakkan bagian tubuh sebelum melakukan latihan pemanasan dan mengurangi kekak56uan-kekakuan yang muncul karena cedera yang terjadi sebelumnya (Paul M.Taylor, 2002). Sirkulasi terapi panas yang meningkat pada daerah alat pelepas jaringan yang rusak dapat memperbaiki cedera pada tubuh tersebut. Hal ini membantu mengurangi kekakuan didaerah cedera. Pemanasan dipakai selama 20 menit sampai 30 menit, 3 sampai 4 kali sehari (Paul, 2002). Terapi dingin merupakan bentuk terapi untuk mengurangi atau menurunkan suhu panas ditubuh, membuat temperatur jaringan lebih stabil (Scott F.Nadler, et al, 2004). Terapi dingin disebut juga sebagai cold herapy, yang merupakan tindakan yang diberikan untuk mengurangi panas, menurunkan temperatur pada area yang dilakukan terapi. Terapi dingin merupakan modalitas fisioterapi yang banyak digunakan pada fase akut cedera olahraga. Bahwa kompres dingin dapat memberikan kelegaan. Sebagai contoh kantung berisi es, kompres dingin instan atau kompres dingin yang digunakan untuk mengatasi cedera pada atlet. Efek pendinginan yang terjadi tergantung jenis aplikasi terapi dingin, lama terapi dan konduktifitas. Terapi dapat efektif, lokal cedera harus dapat diturunkan suhunya dalam jangka waktu yang mencukupi (Bleakleyek, 2004). Dengan hal ini, jenis terapi dengan terapi es basah lebih efektif menurunkan suhu dibandingkan es dalam 2
kemasan mengingat pada kondisi ini lebih banyak kalori tubuh yang dipergunakan untuk mencairkan es (Ernst, 1994).
B. Jenis atau Bentuk / Contoh Obat 1. Terdapat beberapa jenis terapi panas (thermotherapy) seperti yang diungkapkan oleh Novita Intan Arovah (2010: 34-38). Beberapa diantaranya adalah : a. Krim Panas (Hot Cream) Krim panas atau dapat meredakan nyeri otot ringan. Walaupun demikian krim tidak dapat menembus otot sehingga kurang efektif dalam mengatasi nyeri otot.
b. Bantal Pemanas (Heat Pad) Bantal yang dipergunakan berupa kain yang berisi silika gel yang dapat dipanaskan. Biasanya, bantal panas dipergunakan untuk mengurangi nyeri otot pada leher, tulang belakag, kaki, kekakuan otot/spasme otot, inflamasi pada tendo dan bursa. Menurut Scott F. Nadler, et al. (2004: 398) terapi panas di kulit menggunakan hot pad pada area pinggang dengan suhu 40oC meningkatkan suhu dibawah jaringan kulit sebanyak 5oC, 3,5oC, dan 2oC pada jaringan otot diketebalan 19 mm, 22 mm, dan 38 mm.
c. Kantung Panas (Heat Pack) Kantung panas yang dipergunakan berisi silika gel yang dapat direndam air panas. Kantung panas kemudian diaplikasikan selama 15 sampai 20 menit. Kantung panas ini diindikasikan untuk mendapatkan relaksasi tubuh secara umum dan mengurangi siklus nyeri-spasme-iskemia-hipoksia. Pengobatan 3
tradisional China, selama lebih dari 2000 tahun lebih memilih menggunakan terapi panas untuk menangani cedera musculoskeletal, karena berdasarkan para terapis tradisional, dengan panas berdampak lebih baik sebagai upaya untuk melancarkan sirkulasi ( John L., 2007: 3).
d. Tanki Whirpool Terapi dengan tanki whirlpool ini merupakan jenis kombinasi hydrotherapy, thermothrapy, dan massage. Efek fisiologis yang ditimbulkan terapi ini antara lain untuk meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pelebaran pembuluh darah dan membantu untuk melemaskan jaringan kolagen. Terapi tanki whirpool diindikasikan untuk mengurangi pembengkakan pada radang kronis, spasme otot, dan mengurangi nyeri.
e. Parafin Bath Teknik parafin bath merupakan teknik yang sering dipergunakan untuk terapi bagian ujung ujung tubuh. Parafin merupakan semacam lilin cair yang tidak berwarna yang terbuat dari hidrokarbon yang dipergunakan sebagai pelumas. Parafin biasanya dicampur dengan minyak mineral pada bak khusus dimana bagian tubuh yang mengalami keluhan dicelupkan di dalamnya. Bak parafin dapat dikontrol untuk menjaga suhu parafin pada 52o sampai 54o C.
4
2. Novita Intan Arovah (2010: 26-28) terapi dingin dapat digunakan dalam beberapa cara. Pada cedera olahraga beberapa teknik yang sering dipergunakan adalah es dan masase es, imersi air dan atau es, ice packs dan vacpocoolant sprays, termasuk :
a. Es dan Massase Es Pada terapi ini es dapat dikemas dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan membekukan es pada styrofoam. Pada penggunaannya ujung stryofoam dapat digunakan sebagai pegangan pada saat dilakukan terapi. Es dalam pemakaiannya sebaiknya tidak kontak langsung dengan kulit dan digunakan dengan perlindungan seperti dengan handuk. Handuk juga diperlukan untuk mennyerap es yang mencair. Indikasi terapi es dapat digunakan pada bagian otot lokal seperti tendon, bursae maupun bagian bagian myofacial trigger point. Es dapat digunakan langsung untuk memijat atau untuk memati-rasakan jaringan sebelum terapi pijat. Masase es dapat memberikan dingin yang lebih efisien daripada cold packs atau metode lain yang menggunakan terapi dingin. Terapi biasanya diberikan selama 10 sampai 20 menit.
b. Ice Pack Pada prinsipnya ice pack merupakan kemasan yang dapat menyimpan es dan membuat es tersebut dapat terjaga dalam waktu relatif lama di luar freezer daripada kemasan plastik. Pada umumnya ice pack dapat dipergunakan 5
selama 15 sampai 20 menit. Pada kemasan ice packs yang berupa plastik, diperlukan handuk untuk mengeringkan air kondensasi. Indikas terapi sama dengan ice massage. Pengguna ice pack lebih praktis akan tetapi apabila terjadi kebocoran kemasan dapat menimbulkan bahaya iritasi kulit akibat bahan kimia yang dikandungnya.
c. Vapocoolant spray Vapocoolant
spray
merupakan
semprotan
yang
biasanya
berisi
fluoromethane atau ethyl chloride. Vacoopolant spray sering digunakan untuk mengurangi nyeri akibat spasme otot serta meningkatkan range of motion. Terapi ini digunakan untuk meningkatkan range of motion, terdapat beberapa prosedur pemakaian yakni vapocoolant membentuk sudut 30° dengan kulit dengan jarak 30 sampai 50 cm dari kulit, penyemprotan dilakukan dari arah proksimal ke distal otot dan kecepatan penyemprotan sekitar 10 cm per detik dan dapat diulang sampai dengan 2-3 kali.
d. Cold baths / Water immersion Cold baths merupakan terapi mandi di dalam air dingin dalam jangka waktu maksimal 20 menit. Peralatan yang dipergunakan tergantung bagian tubuh yang akan direndam. Pada perendaman seluruh tubuh diperlukan tanki whirpool. Pada terapi ini air dan es dicampur untuk mendpatkan suhu 10° sampai dengan 15° C. Terapi ini biasanya dilakukan untuk pemulihan paska latihan maupun kompetisi. Penderita berendam di dalam air yang sudah didinginkan. Proses ini berlangsung sekitar 10 sampai dengan 15 menit. 6
Ketika nyeri berkurang, terapi dihentikan dan dilanjutkan terapi lain seperti massage atau stretching. Saat nyeri kembali dirasakan, dapat dilakukan perendaman kembali. Setiap sesi terapi perendaman kembali dapat dilakukan sampai tiga kali ulangan. Hal yang perlu diperhatikan adalah terapi dingin berpotensi untuk meningkatkan penjendalan kolagen, konsekuensinya aktivitas fisik harus dilakukan secara bertahap paska terapi dingin.
C. Tujuan / Manfaat Pemberian Terapi Pemberian terapi panas pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan. Bentuk kompres termal biasanya bergantung pada tujuannya. Kompres panas akan menghangatkan area tubuh tersebut. Tujuan terapi panas untuk melancarkan sirkulasi, mengurangi rasa sakit, memberi rasa hangat, dan tenang, merangsang peristaltik usus (Asmadi, 2008). Pemberian terapi dingin pada tubuh bertujuan untuk mengurangi peradangan dengan cara mengerutkan atau mengecilkan pembuluh darah, mengurangi rasa sakit, mengurangi
kejang
otot,
mengurangi
kerusakan
jaringan,
mengurangi
pembengkakan, dan mengurangi pembentukan udema (pembekuan darah di bawah kulit). D. Indikasi / Kontra Indikasi 1. Indikasi a. Terapi Panas Menurut Scott F. Nadler, et al. (2004: 398) penggunaan terapi panas pada lutut meningkatkan aliran darah arteri sebanyak 29%, 94%, dan 200% setelah 35 menit dengan heating pad dengan suhu 38oC, 40oC, dan 42oC. Novita Intan Arovah (2010: 33) mengungkapkan bahwa terapi panas atau thermotherapy dapat dipergunakan untuk mengatasi berbagai keadaan seperti: (a) kekakuan otot, (b) arthritis (radang persendian), (c) hernia discus intervertebra, (d) nyeri bahu, (e) tendinitis (radang tendo), (f) bursitis (radang bursa), (g) sprain (robekan ligamen sendi) (h) strain (robekan otot), 7
(i) nyeri pada mata yang diakibatkan oleh peradangan kelopak mata (blepharitis), (j) gangguan sendi temporo mandibular, (k) nyeri dada yang disebabkan oleh nyeri pada tulang rususk (costochondritis), (l) nyeri perut dan pelvis, (m) fibromyalgia dengan gejala nyeri otot, kekakuan, kelelahan dan gangguan tidur, (n) gangguan nyeri kronis seperti pada lupus dan nyeri myofascial, dan (o) asma. b. Terapi Dingin Novita Intan Arovah (2010: 25) mengatakan bahwa ada beberapa kondisi yang dapat ditangani dengan terapi dingin atau coldtherapy antara lain: (a) cedera (sprain, strain dan kontusi), (b) sakit kepala berupa (migrain, tension headache dan cluster headache), (c) gangguan temporomandibular (tmj disorder), (e) testicular dan scrotal pain, (f) nyeri post operasi, (g) fase akut arthritis (peradangan pada sendi), (h) tendinitis dan bursitis, (i)
carpal
tunnel syndrome, (j) nyeri lutut, (k) nyeri sendi, dan (l) nyeri perut. Menurut Gerard A. Malanga, et al., (2015: 2) terapi dingin digunakan pada cedera akut atau trauma, nyeri kronis, kejang otot, dan pembengkakan. Tidak hanya untuk merawat cedera soft-tissue, terapi dingin juga digunakan sebagai preexercise
dan
post
exercise
untuk
meningkatkan
penampilan
(performance) (John L., 2007: 3). 2. Kontra Indikasi a. Terapi Panas Menurut Ardiansyah (2011) kontra indikasi pemberian terapi panas yaitu, (a) kulit yang bengkak dan terjadi perdarahan, karena panas akan meningkatkan perdarahan dan pembengkakan yang semakin parah, (b) peradarahan aktif, (c) panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan perdarahan, (d) edema noninflamasi, panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema, (e) tumor ganas terlokalisasi, karena panas mempercepat metabolisme sel, pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat, mempercepat metastase (tumor sekunder), (f) gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapan membakar atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh. b. Terapi Dingin Novita Intan Arovah (2010: 25-26) mengatakan bahwa cold therapy sangat mudah digunakan, cepat, efisien dan ekonomis. Akan tetapi terdapat beberapa kondisi yang dapat dipicu oleh cold therapy. Individu dengan 8
riwayat gangguan tertentu memerlukan pengawasan yang ketat pada terapi dingin. Beberapa kondisi tersebut diantaranya adalah: 1. Raynaud`s syndrom yang merupakan kondisi dimana terdapat
hambatan pada arteri terkecil yang menyalurkan darah ke jari tangan dan kaki ketika terjadinya dingin atau emosi. Pada keadaan ini timbul sianosis yanga pabila berlanjut dapat mengakibatkan kerusakan anggota tubuh perifer. 2. Vasculitis (peradangan pembuluh darah). 3. Gangguan sensasi saraf misal neuropathy akibat diabetes mellitus
maupun
leprosy.
Cryoglobulinemia
yang
merupakan
kondisi
berkurangnya protein di dalam darah yang menyebabkan darah akan berubah menjadi gel bila kena dingin. Paroxymal cold hemoglobinuria yang merupakan suatu kejadian pembentukan antibodi yang merusak sel darah merah bila tubuh dikenai dingin. Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa terapi dingin merupakan salah
satu
jenis
dari
berbagai
terapi
yang
digunakan
untuk
menanggulangi rasa nyeri akibat cedera yag ditimbulkan setelah berolahraga. Pemberian terapi dingin dapat dilakukan pada masa fase akut atau diberikan langsung setelah terjadi. Metode yang dapat dilakukan
pada
terapi
dingin
yakni
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan es, massase es, cold pack, cold bath/ water immersion, dan vapocoolant sray. Untuk durasi pemberian terapi dingin dapat dilakukan 2-4 menit dengan suhu (3,5oC sampai 10oC) untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Terapi es (dingin) dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri yang efektif pada beberapa keadaan namun keefektifan dan mekanisme kerjanya memerlukan studi lebih lanjut. Diduga bahwa terapi es dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam bidang reseptor yang sama seperti pada cedera. Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pad atempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es harus diletakkan pada tempat cedera segera setalah cedera terjadi (Arif Muttaqin, 2008: 525) Smeltzer dan Bere (2002) yang dikutip (Arif Muttaqin, 2008: 525) mengungkapkan bahwa saat es diletakkan di sekitar lutut segera setelah pembedahan dan selama 4 (empat) hari pasca 9
operasi, kebutuhan analgesik menurun sekitar 50%. Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Namun, menggunakan panas kering dengan lampu pemanas tampak tidak seefektif penggunaan es. Baik terapi panas kering dan lembab kemungkinan memberikan efek analgesik tetapi penelitian tambahan diperlukan untuk memahami mekanisme kerja dan indikasi penggunaan yang sesuai. Baik terapi es dan terapi panas harus digunakan dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera kulit (Arif Muttaqin, 2008: 525). Penggunaan panas ataupun dingin di area yang sakit dapat membantu untuk mengurangi nyeri (sakit) dan dapat mengurangi sensifitas akan nyeri. Namun, baik terapi panas ataupun dingin tidak bisa digunakan di segala kondisi seperti area yang terpapar radiasi, sirkulasi yang buruk, mati rasa, dan kesemutan (Health Care, 2001:1). Dalam upaya terapi muscoloskeletal, dingin membuat otot berkontraksi sedangkan panas membuat otot mencjadi lunak (John L., 2007: 3).
E. Reaksi dan Efek Samping 1. Reaksi a. Reaksi Terapi Panas Dapat menanggulangi rasa nyeri akibat cedera yag ditimbulkan setelah berolahraga yang berkaitan dengan ketegangan otot, dapat memperlebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah pada kulit, dapat merileksasikan otot dan mengurangi kekakuan sendi, dan dapat memblok reseptor nyeri.
b. Reaksi Terapi Dingin Dapat mengatasi arthritis, bursitis, tendinitis, nyeri punggung dan nyeri bahu, dapat memberikan kelegaan, dapat mengurangi bengkak dan nyeri, dapat mengurangi suhu daerah yang sakit, dapat mengurangi sensitivitas dari akhiran syaraf yang berakibat terjadinya peningkatan ambang batas rasa nyeri.
2. Efek Samping a. Efek Samping Terapi Panas 1) Krim Panas (Hot Cream) a) Dapat menyebabkan luka bakar b) Dermatitis kulit (peradangan) 10
c) Mual, muntah 2) Pemanas (HeatPad) a) Tidak menimbulkan kecanduan b. Efek Samping Terapi Dingin 1) Vapocoolant spray a) Perubahan warna kulit b) Nyeri seperti kulit mencair c) Infeksi pada area d) Pemulihan luka yang lambat 2) Cold baths / Water immersion a) Tidak ada efek samping
F. Teknik / Cara Pemberian 1. Terapi Panas a. Krim Panas (Hot Cream) 1) Dalam bentuk krim 2) Digunakan pada area yang membutuhkan terapi b. Bantal Pemanas(HeatPad) 1) Bantal yang dipergunakan berupa kain yang berisi silika gel yang dapat dipanaskan 2. Terapi Dingin a. Es dan Massase Es 1) Dikemas dengan berbagai
cara,
salah
satunya
adalah dengan
membekukan es pada styrofoam b. Vapocoolant spray 1) Dalam bentuk spray 2) Disemprotkan pada bagian area yang membutuhkan terai
G. Alat dan Bahan 1. Terapi Panas a. Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46cc) b. Bak steril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai c. Pengalas / perlak d. Kasa perban atau kain segitiga 11
e. Sarung tangan bersih ditempatnya f. Bengkok dua buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%) g. Waslap 4 buah/tergantung kebutuhan h. Pinset anatomi 2 buah i. Korentang 2. Terapi Dingin a. Alat 1) Bengkok 2) Handuk kering 3) Kom 4) Baki dan alas 5) Perlak kecil 6) Alat tulisa dan buku catatan 7) Baskom b. Bahan 1) Kirbat es atau eskap dengan sarungnya 2) Kom berisi potongan-potongan kecil es serta satu sendok teh garam agar es tidak cepat mencair 3) Air dalam kom
12
BAB III PROSEDUR TINDAKAN
A. Terapi Panas No. 1.
2.
Urutan Langkah Prosedur /
Rasionalisasi
Tindakan Dekatkan alat-alat kedekat Agar
bidan
klien
menjangkau alat
Perhatikan privacy klien
Agar
Gambar Prosedur mudah
menjaga
privacy
klien 3.
Cuci tangan
4.
Atur
Untuk pencegahan infeksi
posisi
klien
yang Agar saat pemberian obat,
nyaman 5.
klien merasa nyaman
Pasang pengalas dibawah Agar menjaga kebersihan daerah yang akan dikompres dan
kenyamanan
klien
ditempat tidur atau tempat klien saat diberikan obat 6.
Kenakan sarung tangan lalu Untuk perlindungan diri buka balutan perban bila diperban. Kemudian, buang bekas balutan ke dalam bengkok kosong.
7.
Ambil beberapa potong kasa Untuk dengan
pinset
dari
bak yang
steril, lalu masukkan ke untuk dalam
kom
yang
merendam akan terapi
kasa
digunakan kompres
berisi hangat
cairan hangat. 8.
Kemudian
ambill
kasa Untuk mengompres daerah
tersebut, lalu bentangkan yang dan letakkan pada area yang merasa
nyeri
agar
klien
nyaman
dan
akan dikompres. Bila klien mengurangi menoleransi hangat
tersebut,
rasa
sakit
kompres klien lalu
ditutp/dilapisi dengan kasa 13
kering. Selanjutnya dibalut dengan kasa perban atau kasa segitiga. 9.
Lakukan prasat ini selama Agar hasil dari kompresan 15-30 menit atau sesuai tersebut maksimal program
anti
balutan
kompres tiap 5 menit. 10.
Lepaskan sarung tangan.
Untuk pencegahan infeksi
11.
Atur kembali posisi klien Agar klien merasa nyaman dengan posisi yang nyaman.
12.
Bereskan semua
alat-alat Agar alat terlihat rapi dan
untuk disimpan kembali.
bersih, juga berpengaruh pada kenyamanan klien maupun bidan
13.
Cuci tangan
14.
Dokumentasikan
Untuk pencegahan infeksi tindakan Agar
ini beserta responnya
saat
kegiatan
pengulangan
ini
jadwalnya
teratur dan tidak terjadi kekeliruan pada bidan
B. Terapi Dingin No.
1.
Urutan Langkah Prosedur / Rasionalisasi Tindakan Siapkan alat dan susun Persiapan alat dan bahan secara ergonomis
secara
ergonomis
memudahkan memberikan
Gambar Prosedur
akan dalam
pengobatan
serta mengefektifkan waktu 2.
Kajian pasien
Pengkajian dilakukan untuk memastikan keadaan pasien serta
tepat
dalam
memberikan pengobatan 3.
Informed consent
Dilakukan mendapatkan
untuk persetujuan 14
dari
pasien
untuk
mempermudah pengobatan 4.
Bawa alat-alat ke dekat Agar alat dan bahan dapat pasien
dengan mudah di jangkau
5.
Cuci tangan
Untuk mencegah infeksi
6.
Masukkan batnan es ke Agar dalam kom air
7.
Isi
kribat
potongan kurang
bagian
pinggir
es
tidak tajam es
es lebih
dengan Pemakaian
es
yang
sebanyak berlebihan
akan
memuat
setengah mati rasa pada kulit
bagian dari kirbat tersebut 8.
Keluarkan eskap
udara
dengan
dari Agar terapi dapat bekerja melipat dengan maksimal
bagian yang kosong, lalu di tutup rapat 9.
Periksa eskap
Untuk memastikan supaya tidak ada kebocoran
10.
Keringkan eskap dengan Agar air yang keluar dari es lap, lalu masukkan ke tidak berceceran dalam sarungnya
11.
Buka area yang akan di Posisi yang nyaman bagi obati
12.
dan
atur
yang pasien
nyaman pada klien
terapi
Pasang
perlak
pengalas Perlak
akan
membantu
berfungsi
sebagai
pada bagian tubuh yang alas agar air tidak menetes akan di obati
ke kasur atau ke tempat terapi dilakukan
13.
Letakkan
eskap
pada Peletakkan
eskap
pada
bagian yang memerlukan bagian yang memerlukan terapi
terapi akan mempercepat terapi
karena
terapi
langsung ke tempat yang memerlukannya 14.
Kaji keadaan kulit setiap Pengkajian yang lebih dari 15
20 menit terhadap nyeri, 20 menit akan membuat mati rasa, dan suhu tubuh 15.
pasien tidak nyaman
Angkat eskap bila sudah Terapi selesai
dingin
dihentikan
setelah
harus kulit
terasa mati 16.
Atur posisi klien kembali Agar pasien lebih nyaman pada posisi yang nyaman
17.
Bereskan
alat
setelah terapi
setelah Agar alat dan bahan yang
selesai melakukan terapi sudah ini
dipakai
mengganggu
tidak
kenyamanan
klien 18.
Cuci tangan
Untuk pencegahan infeksi
19.
Dokumentasikan
Untuk mencatat hasil dari pengobatan
16
BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan Terapi panas atau thermotherapy merupakan terapi dengan menggunakan suhu panas biasanya dipergunakan dengan kombinasi dengan modalitas fisioterapi yang lain seperti exercise dan manual therapy. Terapi panas biasanya dipakai sesudah hentinya peradangan awal dengan terapi pendinginan. Penggunaan terapi panas ini akan menyebabkan vasodilatation (pelebaran pembuluh darah). Membiarkan darah mengalir lebih banyak pada daerah yang terluka akan membantu penyembuhan. Panas dapat digunakan selama beristirahat karena mengalami cedera, dapat juga dipakai untuk melunakkan bagian tubuh sebelum melakukan latihan pemanasan dan mengurangi kekakuankekakuan yang muncul karena cedera yang terjadi sebelumnya. Sirkulasi terapi panas yang meningkat pada daerah alat pelepas jaringan yang rusak dapat memperbaiki cedera pada tubuh tersebut. Hal ini membantu mengurangi kekakuan didaerah cedera. Pemanasan dipakai selama 20 menit sampai 30 menit, 3 sampai 4 kali sehari. Terapi dingin merupakan bentuk terapi untuk mengurangi atau menurunkan suhu panas ditubuh, membuat temperatur jaringan lebih stabil. Terapi dingin disebut juga sebagai cold herapy, yang merupakan tindakan yang diberikan untuk mengurangi panas, menurunkan temperatur pada area yang dilakukan terapi. Terapi dingin merupakan modalitas fisioterapi yang banyak digunakan pada fase akut cedera olahraga. Bahwa kompres dingin dapat memberikan kelegaan. Sebagai contoh kantung berisi es, kompres dingin instan atau kompres dingin yang digunakan untuk mengatasi cedera pada atlet. Efek pendinginan yang terjadi tergantung jenis aplikasi terapi dingin, lama terapi dan konduktifitas. Terapi dapat efektif, lokal cedera harus dapat diturunkan suhunya dalam jangka waktu yang mencukupi.
17
B. Saran 1. Bagi Petugas Kesehatan Bagi institusi kesehatan selalu berhati-hati dalam memberikan teknik pemberian obat dan selalu mengamati keadaan pasien, agar tidak terjadi halhal yang tidak di inginkan. 2. Bagi Mahasiswa Bagi Mahasiswa bisa menerapkan teknik pemberian obat baik dilapangan maupun tidak di lapangan ataupun dirumah sakit agar bisa menghasilkan Asuhan Kebidanan yang maksimal
18
DAFTAR PUSTAKA Nurjanah, Siti. 2016. Keefektifan Kombinasi Terapi Panas Dan Dingin Dengan Terapi Panas, Terapi Dingin Terhadap Cedera Otot Hamstring.Yogyakarta Yuliastri, Aminurul. 2012. Pengaruh Kompres Panas dan Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri pada Osteoarthritis. Surakarta Mega, Nila Intasari. 2014. Pemberian Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Payudara pada Asuhan Keperawatan. Surakarta
19