Pembuatan Dan Penentuan Konsentrasi Larutan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN



NAMA



: DIMAS PRATAMA



NIM



: J1F111804



KELOMPOK : 3 (TIGA) ASISTEN



: TUTRIYANTI



PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2014



PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN



I.



TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah diharapkan praktikan dapat



membuat larutan dengan konsentrasi larutan, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat. II.



TINJAUAN PUSTAKA Larutan terdiri atas dua komponen, komponen utama biasanya disebut



pelarut, dan komponen minornya dinamakan zat terlarut. Pelarut dipandang sebagai pembawa atau medium bagi zat terlarut, yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia dalam larutan tau meninggalkan larutan karena pengendapan atau penguapan (Oxtoby, 2001). Pengukuran



konsentrasi larutan saat ini telah banyak dikembangkan.



Berbagai metode secara kimia ataupun fisika telah diketahui oleh kalangan umum. Penerapannya sendiri juga tidak terfokus pada skala laboratorium saja tetapi juga dapat digunakan dalam skala sebuah industri, industri gula misalnya. Dengan



banyaknya



metode



yang



dikembangkan



dapat



meminimalisir



ketidakterjangkaunya alat-alat yang dibutuhkan pada saat itu (Setriyani, 2012) Larutan standar primer merupakan larutan standar yang dibuat dari zat standar dengan kemurnian sangat tinggi yang umumnya dipasok oleh NIST, NIBCS yang dipakai untuk kalibrasi larutan standar yang dibuat. Larutan standar sekunder merupakan larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan metode analitik yang dapat dipercaya (Darlina, 1998). Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut air, selain itu yang berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform, benzene, minyak, ataupun asam asetat. Akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan. Konsentrasi dari suatu larutan menunjukkan berapa banyak jumlah suatu zat terlarut dalam larutan tersebut.Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air aqueous. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan encer. Istilah larutan yang



biasanya mengandung arti pelarut cair dengan cairan, padatan, atau gas sebagai zat yang terlarut. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan (Baroroh, 2004). Larutan yang diketahui konsentrasinya dengan pasti disebut larutan standar dan biasanya diletakkan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmayer yang mengandung zat ayang kan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Sifat larutan sedikit menyimpang dari zat pelarut, karena adanya zat terlarut. Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif disebut konsentrasi. Larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume larutan yang terjadi. Sedangkan larutan standar sekunder adalah suatu yang tidak diketahui konsentrasinya (Syukri, 1999). Suatu larutan standar primer harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1.



Zat itu harus mudah didapatkan dalam murni atau dalam keadaan kemurniaan diketahui dengan cepat.



2.



Zat itu harus tetap, mudah dikeringkan, dan tidak higroskopis. Tidak berkurang berkurang beratnya sewaktu terkena udara.



3.



Zat itu mempunyai berat ekuivalen yang cukup tinggi agar dapat mengurangi konsekuensinya akibat kesalahan penimbangan (Syukri, 1999). Selain itu untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, ada beberapa



hal yang harus diperhatikan: 1.



Apabila dari padatan, pahami terkebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volume atau massa larutan yang akan dibuat.



2.



Apabila larutan lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama, dan memenuhi persamaan: V1. M1 = V2. M2



Dimana, V1 = Volume larutan atau massa sebelum diencerkan M2 = Konsentrasi larutan sebelum diencerkan V2 = Volume larutan atau massa setelah diencerkan M2= Konsentrasi larutan setelah diencerkan



Titrasi adalah penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh yang akan dianalisis (Sastrohamidjojo, 2001). Dalam pembuatan larutan harus dilakukan seteliti mungkin dan menggunakan dan menggunakan perhitungan yang tepat, sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan.Untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dilakukan maka dilakukan standarisasi. Standarisasi percobaan ini menggunakan metode titrasi asam basa yaitu proses penambahan larutan standar dengan larutan asam (Sastrohamidjojo, 2001). Seperti air tawar, air laut juga mempunyai kemampuan yang besar untuk melarutkan bermacam-macam zat, baik yang berupa gas, cairan, maupun padatan. Laut merupakan tempat bermuaranya sungai-sungai yang mengangkut berbagai macam zat, dapat berupa zat hara yang bermanfaat bagi ikan dan organisme perairan, dapat pula berupa bahanbahan yang tidak bermanfaat, bahkan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan ikan dan organisme perairan atau dapat mengakibatkan penurunan kualitas air (Sastrohamidjojo, 2001). Selesainya suatu proses reaksi dapatdilihat dari perubahan warna, jika warna larutan sudah berubah maka tercapailah suatu titrasi. Indikator merupakan asam dan basa kedua dalam larutan yang dititrasi. Penyebab warna berubah adalah karena indikator lebih lemah dri pada asam atau basa analit, sehingga indikator bereaksi terakhir dengan titrat (Suardhana, 1986). III. ALAT DAN BAHAN A. Alat Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah: gelas piala; gelas ukur; pipet tetes; pipet ukur; pipet gondok; labu takar; buret. B. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: asam klorida pekat; larutan natrium hidroksida 0,1M; pelet natrium hidroksida; larutan asam klorida 0,1M; indikator metil merah; indikator phenophtalein; indikator metil orange; akuades.



IV. PROSEDUR KERJA A. Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida 1. Ditimbang gelas ukur kosong, mencatat beratnya. 2. Diambil 4,20 ml larutan asam klorida pekat dengan menggunakan gelas ukur yang telah ditimbang dengan pipet tetes. Dilakukan dalam lemari asam. 3. Ditimbang labu takar 100 ml yang kosong, dicatat beratnya. Diisi labu takar tersebut dengan sekitar 20-25 ml akuades. 4. Perlahan-lahan dimasukkan asam klorida pekat yang telah diambil ke dalam labu takar. Dilakukan di lemari asam. 5. Ditambahkan akuades ke dalam labu takar hingga tanda batas (perhatikan, meniskus yang diamati adalah menikus bawah). Dinutup labu takar dan melakukan pengocokan hingga larutan homogen. Ditimbang berat labu takar yang telah berisi larutan. Larutan yang telah dibuat dalam tahap ini disebut sebagai Larutan A. 6. Dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur, dipindahkan 20 ml larutan asam klorida yang telah dibuat (Larutan A) ke dalam labu takar 100 ml yang baru. 7. Ditambahkan akuades ke dalam labu takar tersebut hingga tanda batas. Larutan HCl yang telah diencerkan ini disebut sebagai Larutan B.



B.



Penentuan Konsentrasi Larutan Asam Klorida melalui Titrasi a.



Titrasi denganIndikator Metil Merah



1.



Sebelum digunakan, membilas buret dengan akuades, kemudian membilas kembali dengan larutan NaOH yang digunakan.



2.



Diisi buret dengan larutan natrium hidroksida.



3.



Dicatat volume awal larutan natrium hidroksida dalam buret dengan membaca skala pada menikus pada cawah larutan.



4.



Dipindahkan 10 ml larutan asam klorida encer (Larutan B) ke dalam Erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.



5.



Ditambahkan indikator metal merah ke dalam larutan tersebut.



6.



Titrasi



larutan



dalam



erlenmeyer



dengan



larutannatrium



hidroksida di dalam buret hingga terjadi perubahan warna. 7.



Begitu terjadi perubahan warna yang konstan, dihentikan titrasi.



8.



Dibaca volume akhir natrium hidroksida yang tersisa dalam buret. Hitung volume natrium hidroksida yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir natrium hidroksida dalam buret.



9.



Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.



b. Titrasi dengan Indikator Fenoftalein 1.



Dilakukan kembali prosedur titrasi terhadap 10 ml larutan asam klorida encer (Larutan B) dengan larutan NaOH 0,1 M, namun dengan menggunakan indikator phenoptalein.



2.



Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan menggunakan indikator metal merah dan dengan menggunakan phenoptalein sebagai indikator.



C. Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida 1. Ditimbang secara teliti 0,4 gram butiran natrium hidroksida menggunakankaca arloji dan neraca analitik. 2. Begitu penimbangan selesai dilakukan, segera dipindahkan natrium hidroksida dari gelas arloji ke dalam gelas beker yang telah berisi 20-25 ml akuades hangat. 3. Diaduk dengan pengaduk kaca hingga seluruh natrium hidroksida larut sempurna. 4. Dipindahkan larutan dari gelas beker ke dalam labu takar 50 ml. 5. Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu takar. Ditutup labu takar, kemudian dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh pada tahap ini disebut sebagai larutan C.



6. Dengan menggunakan pipet gondok yang sesuai, dipindahkan 25 ml larutan C ke dalam labu takar 100 ml yang baru. 7. Ditambahkan akuades hingga tanda batas. Dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh disebut sebagai larutan D.



D. Penentuan Konsentrasi Larutan Natrium Hidroksida melalui Titrasi a.



Titrasi NaoH dengan Larutan HCl sebagai Titran



1.



Sebelum digunakan, dibilas buret



dengan akuades, kemudian



dibilas kembali dengan larutan HCl 0,1 M yang akan digunakan. 2.



Diisi buret dengan larutan HCl 0,1 M.



3.



Dicatat volume awal larutan HCl 0,1 M dalam buret dengan membaca skala pada meniskus bawah larutan.



4.



Dipindahkan 10 ml larutan NaOH encer (Larutan D) ke dalam Erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.



5.



Ditambahkan 2-3 tetes indikator metal merah ke dalam larutan tersebut.



6.



Titrasi larutan dalam Erlenmeyer dengan larutan HCl 0,1 M di dalam buret hingga terjadi perubahan warna.



7.



Begitu terjadi perubahan warna yang konstan, dihentikan titrasi.



8.



Dibaca volume



akhir asam klorida yang tersisa dalam buret.



Hitung volume asam klorida yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir asam klorida dalam buret. 9.



Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.



b.



Titrasi Larutan HCl 0,1 N dengan Larutan NaOH sebagai Titran



1.



Dibilas buret dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan NaOH yang telah dibuat (Larutan D).



2. Diisi buret dengan larutan NaOH encer (Larutan D). 3.



Dipindahkan 10 ml larutan HCl 0,1 M ke dalam Erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.



4. Ditambahkan 2-3 tetes indikator metal merah ke dalam larutan tersebut.



5. Titrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH encer di dalam buret hingga terjadi perubahan warna. 6. Begitu terjadi perubahan warna yang konstan, menghentikan titrasi. 7.



Dihitung volume NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi larutan HCl tersebut.



8.



Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.



9. Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan larutan HCl 0,1 M sebagai titran, dan larutan NaOH encer sebagai titran. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Perhitungan 1. Hasil 1. Penentuan Konsentrasi Larutan Asam Klorida Melalui Titrasi a. Titrasi dengan Indikator Metil Merah



No.



Percobaan



1.



Dibilas buret dengan aquades



2.



Dibilas kembali dengan larutan NaOH yang



Pengamatan



akan digunakan 3.



Diisi buret dengan larutan NaOH



Bening



4.



Dicatat volume awal NaOH dalam buret



27 ml



5.



Dipindahkan larutan B ke dalam erlenmeyer



5 ml



dengan menggunakan pipet gondok 6.



Ditambahkan indikator metil merah ke dalam



1 tetes



larutan tersebut 7.



Dititrasi larutan ke dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH dalam buret



8.



Diamati perubahan warna



Merah –



9.



Volume NaOH yang terpakai untuk titrasi I



kuning



10.



Volume NaOH yang terpakai untuk titrasi II



VNaOH = 3 ml



11.



Dihitung volume rata-rata



VNaOH = 7,5 ml



Vrata-rata = 5,25 ml



b. Titrasi dengan Indikator Fenoftalein



No



Percobaan



1.



Dibilas buret dengan aquades



2.



Dibilas kembali dengan larutan NaOH yang



Pengamatan



akan digunakan 3.



Diisi buret dengan larutan NaOH



Bening



4.



Dicatat volume awal NaOH dalam buret



40 mL



5.



Dipindahkan larutan B ke dalam erlenmeyer



5 mL



6.



Ditambahkan indikator fenoftalein ke dalam



1 tetes



larutan tersebut 7.



Dititrasi larutan ke dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH dalam buret



8.



Diamati perubahan warna



Bening – ungu muda



9.



Volume NaOH yang terpakai untuk titrasi I



10.



Diulangi langkah 1-8



VNaOH = 5 ml Bening – ungu muda



11.



Volume NaOH yang terpakai untuk titrasi II



VNaOH = 5 ml



12.



Dihitung volume rata-rata



Vrata-rata = 5 ml



2. Penentuan Konsentrasi Larutan Natrium Hidroksida melalui Titrasi a.



Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran



No.



Percobaan



1.



Dibilas buret dengan aquades, kemudian dibilas kembali dengan larutan HCl 0,1 M yang akan digunakan



2.



Diisi buret dengan HCl 0,1 M



Pengamatan



3.



Dicatat volume awal larutan HCl dalam buret



4.



Dipindahkan



larutan



NaOH



ke



dalam



Vawal = 10,2 ml 5 mL



erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok 5.



atau pipet ukur



1 tetes



Ditambahkan indikator metil merah ke dalam 6.



larutan tersebut



Berwarna



7.



Diamati warna setelah ditetesi metil merah



merah



Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan Kuning – merah larutan HCl 0,1 M di dalam buret hingga 8.



terjadi perubahan warna Dihentikan titrasi begitu terjadi perubahan



9.



warna yang konstan Dibaca volume akhir asam klorida yang tersisa



Vakhir = 13,2 ml



dalam buret. Dihitung volume asam klorida



Vtitrasi = ml



yang diperlukan untuk titrasi dari selisih 10.



volume awal dan volume akhir asam klorida



11.



dalam buret Diulangi langkah 1-9



Vakhir = 18,2 ml



Dihitung volume rata-rata yang terpakai untuk



Vtitrasi = 5 mL



mentitrasi



Vrata-rata= 4,25 mL



b.



Titrasi HCl 0,1 M dengan Larutan NaOH sebagai Titran



No.



Percobaan



1.



Dibilas buret dengan aquades, kemudian



Pengamatan



dibilas kembali dengan larutan D yang akan 2.



digunakan



3.



Diisi buret dengan Larutan D



4.



Dicatat volume awal larutan D dalam buret



Vawal = 35 ml 5 mL



Dipindahkan HCl ke dalam erlenmeyer dengan 5.



menggunakan pipet gondok atau pipet ukur Ditambahkan indikator metil merah ke dalam



1 tetes



6.



larutan tersebut



Berwarna



7.



Diamati warna setelah ditetesi metil merah



merah



Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH encer (larutan D) di dalam buret 8.



9.



hingga terjadi perubahan warna



Merah –



Dihentikan titrasi begitu terjadi perubahan



Kuning



warna yang konstan Dibaca volume akhir NaOH encer yang tersisa



Vakhir = 44 ml



dalam buret. Dihitung volume Larutan D yang



Vtitrasi = 9 ml



diperlukan untuk titrasi dari selisih volume 10.



awal dan volume akhir asam klorida dalam



11.



buret Diulangi langkah 1-9



Vakhir = 50 ml



Dihitung volume rata-rata yang terpakai untuk



Vtitrasi = 6 mL



menitrasi



Vrata-rata= 7,5 mL



2. Perhitungan 1. Penentuan Konsentrasi Larutan Asam Klorida Melalui Titrasi a.



Titrasi dengan Indikator Metil Merah Dik: VNaOH = 5,25 ml VHCl = 5 ml MNaOH = 0,1 M Dit: MHCl =…? Jawab: MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH MHCl . 5 = 0,1 . 5,25 MHCl = 0,105 M



b.



Titrasi dengan Indikator Fenoftalein Dik: VNaOH = 5 ml VHCl = 5 ml MNaOH = 0,1 M



Dit: MHCl =…? Jawab: MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH MHCl . 5 = 0,1 . 5 MHCl = 0,1 M 2. Penentuan Konsentrasi Larutan Natrium Hidroksida Melalui Titrasi a. Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran Dik:



VNaOH = 5 ml VHCl = 4,25 ml MHCl = 0,1 ml



Dit:



MNaOH =…?



Jawab: MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH 0,1 . 4,25



= MNaOH . 5



MNaOH = 0,12 M b. Titrasi HCl dengan Larutan NaOH sebagai Titran Dik:



VNaOH = 7,5 ml VHCl = 5 ml MHCl = 0,1 ml



Dit:



MNaOH =…?



Jawab: MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH 0,1 . 5



= MNaOH. 7,5



MHCl = 0,15 M B. Pembahasan Dalam praktikum kali ini kita mencoba untuk membuat larutan baru dengan cara mengencerkan larutan yang konsentrasinya lebih pekat daripada konsentrasi larutan yang kita inginkan. Setelah larutan tersebut berhasil dibuat maka kita akan mencoba menentukan konsentrasi larutan yang telah kita buat tersebut. Jumlah zat sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama, sehingga hal tersebut memenuhi persamaan :M1 x V1 = M2 x V2.



Pada saat larutan NaOH (basa) oleh HCl 0,1 M (asam) yang ditetesi dengan indikator metal merah berubah warna menjadi kuning (asam yang diberi metal merah akan berubah warna menjadi kuning), dan setelah dititrasi dengan HCl 0,1 M (asam), larutan tersebut berubah warna menjadi merah. Sebaliknya saat titrasi HCl 0,1 M oleh NaOH, HCl yang ditetesi dengan indikator metal merah berubah warna menjadi merah muda (asam yang diberi metal merah berubah menjadi merah muda ), dan setelah dititrasi dengan NaOH (basa), larutan tersebut berubah warna menjadi kuning. Perubahan warna ini disebabkan karena indikator pH asam dan juga pH basa. Pada titrasi HCl 0,1 M dan NaOH yang merupakan asam kuat dan basa kuat, sering disebut dengan proses netralisasi. Hal ini karena kedua larutan tersebut merupakan elektrolit kuat, maka spesies-spesies yang berada dalam larutan adalah ion-ion. Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetric, yaitu sebuah cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Pada pembuatan asam klorida atau HCl pekat yang pengambilannya dilakukan dalam lemari asam.HCl pekat itu kemudian ditambahkan dengan aquades sampai tanda batas labu takar, kemudian dikocok sampai homogen. Larutan ini disebut sebagai larutan A. Kemudian proses pembuatan larutan B dilakukan dengan mengambil 20 mL larutan A dengan menggunakan pipet gondok dan dipindahkan kedalam labu takar yang baru, lalu ditambahkan akuades hingga tanda batas. Larutan ini disebut sebagai larutan B. Pada penentuan konsentrasi larutan Asam Klorida atau HCl melalui titrasi yang dilakukan dengan menggunakan indikator metil merah dan indikator fenoftalein terjadi perubahan warna yang berbeda. Pada saat larutan B dipindahkan menggunakan pipet gondok sebanyak 5 mL, dan diberi 2-3 tetes indikator metil merah, larutan B berubah warna menjadi merah. Kemudian, larutan tadi ditrasi lagi dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) sehingga warnanya berubah menjadi kuning.Pada saat larutan B dititrasi dengan indikator fenoftalein, larutan tersebut berubah warna menjadi kuning, dan pada saat dititrasi dengan NaOH, larutan tersebut berubah menjadi warna ungu. Pada pembuatan larutan Natrium hidroksida atau NaOH, cara yang dilakukan sama dengan pembuatan larutan HCl. Larutan ini disebut sebagai



larutan C. Sedangkan pembuatan larutan D dilakukan dengan mengambil larutan C yang kemudian diencerkan dengan akuades. Pada saat larutan D diberi 2-3 tetes indikator metal merah, larutan D berubah warna menjadi kuning. Kemudian larutan ini dititrasi dengan HCl 0,1 M berubah warna menjadi warna merah muda. Selanjutnya titrasi dilakukan antara HCl 0,1 M dengan NaOHsebagai titran. Sebelum ditirasi, larutan HCl diberi 2-3 tetes indikator metal merah sehingga warnanya berubah menjadi merah muda.Larutan ini kemudian dititrasi dengan larutan NaOH dan berubah warna menjadi kuning. Jadi pada saat larutan NaOH (basa) oleh HCl 0,1 (asam), NaOH yang ditetesi dengan indikator metal merah berubah menjadi warna kuning (asam yang diberi metal merah akan berubah warna menjadi kuning), dan setelah dititrasi dengan HCl 0,1 M, larutan tersebut berubah warna menjadi merah muda. Sebaliknya saat titrasi HCl 0,1 M oleh NaOH, HCl yang ditetesi dengan indikator metal merah berubah warna menjadi merah (asam diberi metal merah akan berubah menjadi merah), dan setelah dititrasi dengan NaOH, larutan tersebut berubah menjadi warna menjadi kuning. Metil merah berada antara asam dan basa, sehingga dapat beriaksi baik dengan asam maupun basa, karena rentang perubahan pH metal merah mempunyai ion-ion hidrogen dalam jumlah besar, kesetimbangan diatas akan bergeser kearah kiri, yaitu warna asam metil yang tidak terdisosiasi menjadi kelihatan. Tetapi ketika larutan dalam suasana basa, ion-ion hidrogen dihilangkan, kesetimbangan larutan bergeser kearah pembentukan ion indikator, dan warna larutan berubah.Rentang pH ini berada antar pH asam dan pH basa.Hal inilah yang menyebabkan perubahan warna terhadap larutan basa dan larutan asam. VI. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah : 1. Larutan dapat dibuat dengan cara melarutkan zat terlarut yang berada dalam bentuk padatan dan mengencerkan suatu larutan pekat. 2. Konsentrasi larutan dari pengenceran akan lebih kecil bila dibandingkan dengan konsentrasi sebelumnya.



3. Perhitungan konsentrasi larutan sebelum reaksi dan volume larutan sebelum reaksi sama dengan hasil kali kosentrasi larutan setelah reaksi dengan volume larutan setelah reaksi ( M1 x V1 = M2 x V2 ). 4. Adanya perubahan warna yang berbeda terjadi pada saat menggunakan metil merah dan fenoftalein ialah untuk membedakan larutan yang dititrasi. 5. Keseimbangan kimia dapat terjadi pada saat tercapainya titik ekuivalen, dimana jumlah ekuivalen basa NaOH sama dengan jumlah ekuivalen asam dari larutan HCl. 6. Dalam proses titrasi peranan indikator sangat penting karena dengan menggunakan indikator kita dapat mengetahui kapan pH suatu larutan akan berubah, selain itu dengan menggunakan indikator kita dapat mengetahui kapan tercapainya titik ekuivalen dari proses titrasi tersebut. 7. Dari percobaan diatas didapatkan konsentrasi larutan A sebesar 0,5 M, sedangkan melalui titrasi yang menggunakan indikator metil merah didapatkan konsentrasi larutan sebesar 0,14 M ; fenoftalein 0,15 M. 8. Untuk larutan C didapatkan konsentrasi



larutan sebesar 0.2 M



dankonsentrasi larutan D sebesar 0,05 M, serta melalui titrasi yaitu NaOH oleh HCl diperoleh konsentrasi 0,44 M dan titrasi HCl oleh NaOH diperoleh 0,037 M. 9. Semakin pekat suatu larutan maka semakin tinggi konsentrasi larutan.



DAFTAR PUSTAKA



Baroroh, Umi. L U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat.Banjarbaru. Darlina. 1998. Pembuatan Larutan Standar dan Pereaksi Pemisah KIT RIA T3. Radioisotop dan Radioinformatika, 77. Oxtoby, G. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern.Erlangga. Jakarta. Sastrohamidjojo, 2001. Kimia Dasar. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta. Suardhana, L. 1996. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB. Bandung. Setriyani, L. W. (2012). Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula Menggunakan Metode Difraksi. 1.