Pembuatan Jalur Terbang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI ACARA II “PEMBUATAN JALUR TERBANG”



Dosen Pengampu: VIDA ANDRIANI,S.T.M.T NIP. 197101221997032001



NAMA KELAS NO.URUT ABSEN / NIT



: REZKY ZAMZANI :B : 34/21303702



PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022



ACARA II PEMBUATAN JALUR TERBANG Hari/Tanggal : 29 September 2022



I.



Waktu



: 13.50 – 16.00 WIB



Tempat



: Ruang Kelas 102



TUJUAN Mahasiswa dapat memahami pembuatan rencana/misi jalur terbang dengan menggunakan software DroneDeploy.



II.



ALAT DAN BAHAN 1. Smartphone; 2. Laptop; dan 3. Aplikasi DroneDeploy



III.



DASAR TEORI Pekerjaan pemotretan udara adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendukung pekerjaan pemetaan. Pada pekerjaan foto udara ini pelu dilakukan tahapantahapan sebelum terbang. Diantaranya adalah tahapan persiapan, perencanaan, pelaksanaan pemotretan dengan pesawat terbang, pengolahan foto, serta penyajian fotonya. Pada tahapan persiapan, hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah persiapan personil, persiapan pelengkapan-perlengkapan sebelum terbang, surat ijin terbang, dan briefing. Kemudian setelah dilakukan briefing maka tahap selanjutnya adalah perencanaan, yang meliputi perencanaan fokus kamera, jenis pesawat apa yang akan dipakai, perencanaan jalur terbang, perencanaan tinggi terbang, perencanaan fokus kamera yang akan dipakai, serta perencanaan skala foto yang akan dipakai. Kemudian pada tahap pelaksanaan, yang dilakukan adalah pelaksanaan pemotretan dengan tinggi terbang yang telah ditentukan, dengan peralatan-peralatan yang telah dipersiapkan. Setelah dilakukan pemotretan, tahapan selanjutnya adalah pemrosesan. Yaitu



dengan memproses film (negatif) untuk kemudian dilakukan pengolahan foto. Setelah foto diolah, maka langkah selanjutnya adalah interpretasi hasil pengolahan foto. Hasilnya bisa dalam bentuk mozaik foto ataupun peta garis (sesuai dengan kebutuhan). Pada umumnya parameter pokok yang perlu diketahui sebelum dilakukan pemotretan foto udara adalah sebagai berikut: 1. Besar fokus kamera yang akan digunakan 2. Skala foto udara 3. Besarnya overlap dan sidelap antar foto 4. Bentuk dan karakteristik daerah Pada pekerjaan foto udara ini kendala-kendala yang sering dijumpai adalah: Distorsi pada hasil pemotretan, yaitu pengaruh gerakan pesawat saat exposure.



Hal-hal yang perlu dilakukan pada pekerjaan foto udara adalah sebagai berikut: 1. Titik pemotretan yang dipasang pada area harus kelihatan saat difoto. 2. Memperhatikan tipe-tipe jalur terbang, misalnya: • Linear coverage: untuk jalur pemotretan seperti saluran pipa, jalan raya, ataupun sungai. • Block coverage: untuk area yang berbentuk luasan. 3. Permintaan skala peta oleh pengguna, maka bisa menentukan tinggi terbang, dan memilih fokus kamera yang akan digunakan. 4. Interval kontur.



Drone Bidang aviasi juga ditandai dengan berkembangnya teknologi pesawat atau yang sering dikenal dengan Unmanned Aerial Vechile (UAV). Teknologi ini selain berkembang untuk keperluan militer juga dikembangkan untuk misi-misi dimana sangat berbahaya bagi manusia untuk memasuki daerah tersebut, misalnya ketika kita melakukan SAR (search and rescue) di daerah yang beracun. Penggunaan UAV memudahkan pencarian karena pesawat ini dapat dikirim ke daerah tersebut dan melakukan pengamatan (survillance) secara mendetail sebelum manusia turun ke daerah tersebut untuk melakukan penyelamatan.



Gambar 1. Contoh Wahana UAV



UAV pada umumnya didesain dengan ukuran yang tidak besar. Selain untuk menghemat bahan bakar penggerakan UAV, ini juga memudahkan manuver dari UAV itu sendiri. Pada dekade terakhir Unmanned Aerial Vehicle (UAV) banyak diproyeksikan sebagai pengganti awak pilot untuk beberapa misi penerbangan. Dalam rangka memenuhi misi tersebut yang mengharuskan minimalisasi dari intervensi manusia, operasional UAV harus dapat dijalankan secara autonomous, dari level atas yaitu perencanaan gerak tracking waypoint, menuju level loop kontrol pada bagian dalam sistem. Pada level atas hierarki kontrol, algoritma perencanaan gerak tracking waypoint bertugas memberikan aksi gerak terbang UAV dari suatu posisi bebas menuju waypoint selanjutnya. Pada akhirnya algoritma tracking waypoint ini bertanggung jawab mengarahkan UAV menuju titik waypoint yang telah ditentukan sebelumnya mengikuti jalur terbang optimal antara waypoint tersebut. Contoh aplikasi yang dapat diimplementasikan pada UAV adalah untuk kebutuhan



survey, patroli, deteksi tambang mineral, riset, fotografi, dan keperluan lainnya. Kelebihan



dari



UAV



adalah



dapat digunakan pada misi-misi berbahaya tanpa



membahayakan pilot/manusia. Dalam bidang pemetaan UAV dimanfaatkan sebagai wahana dalam pengambilan data foto yang akan diolah menjadi peta foto. Salah satu UAV yang digunakan berupa Drone (Saadatseresht, Hashempour, and Hasanlou 2015). DroneDeploy DroneDeploy adalah Aplikasi berbasis Web yang digunakan untuk membuat misi penerbangan drone. Aplikasi ini cukup user friendly. Jika pada GSPro diharus membayar untuk mengimport KML atau SHP. Aplikasi ini diakses melalui situsnya pada http://dronedeploy.com secara gratis atau mengunggah aplikasi mobile berbasis Android atau IoS.



Gambar 2. Aplikasi DroneDeploy



Pengukuran volume dengan DroneDeploy adalah metode yang sangat cepat, akurat, dan hemat biaya untuk menganalisis volume pada peta yang dimiliki dari perangkat apa pun. Pembuatan jalur terbang menggunakan perangkat lunak DroneDeploy dapat diakses secara online melalui lamannya. Aplikasi perangkat lunak DroneDeploy juga memiliki fasilitas untuk menerbangkan UAV sesuai dengan jalur terbang yang telah dihasilkannya. DroneDeploy menawarkan solusi untuk pertanian, pertambangan, konstruksi, aplikasi survei, dan perusahaan asuransi. Saat ini DroneDeploy memegang set data drone terbesar di dunia di lebih dari 20 juta hektar tanah di 160 negara dan 7 benua (Chowdhry, 2017).



IV.



LANGKAH KERJA 1. Membuka aplikasi DroneDePloy



2. Membuat project, klik new project kemudian



3. Create project, Membuat area yang akan dilakukan pemotretan, dengan klik Create project here



4. Membuat AOI (Area of Interest) berupa cakupan pemetaan, Klik Maps & Model.



5. Selanjutnya pada area default, yang perlu dilakukan adalah melakukan edit area berupa luasan yang akan dipetakan, dengan cara drag ujung tanda note diujung AOI sampai area STPN bisa tercover semua.



6. Mengatur tinggi terbang, atur tinggi terbang melalui flight altitude. Selanjutnya mengatur tinggi terbang dengan klik flight altitude, misalkan dibuat tinggi terbang 100 meter diatas permukaan tanah. Untuk kegiatan praktikum kali ini mengatur



ketinggian terbang menjadi 100 meter dari permukaan tanah, karena sesuai aturan yang berlaku di Provinsi D.I. Yogyakarta bahwa tidak boleh menerbangkan drone lebih dari 100 meter dari permukaan tanah.



7. Mengatur overlap dan sidelap, dengan klik advanced kemudian klik automatic setting di off kan untuk melakukan pengaturan pada overlap, sidelap, dan kecepatan laju drone.



V.



HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Rute penerbangan biasanya dibuat berdasarkan bentuk daerah yang hendak dipotret. Pada daerah proyek yang berbentuk rektangguler empat persegi panjang lebih mudah diliput dengan jalur terbang mengarah utara-selatan atau barat-timur. Bila daerah proyek berbentuk tidak menentu, apalagi daerahnya sempit, panjang, dan menceng dari arah kardinal maka jalur penerbangan dengan arah utara-selatan atau timur-barat tidak ekonomis. Dalam merencanakan daerah yang berbentuk demikian,



yang paling ekonomis adalah menarik jalur terbang sejajar terhadap batas daerah proyek sesedikit mungkin. Sebuah template perencanaan penerbangan dapat berguna untuk menentukan liputan yang baik dan ekonomis, terutama bagi daerah sempit. Template tersebut menggambarkan blok-blok model murni yang digambarkan di atas lembaran plastik transparan yang sesuai dengan skala peta dasar yang digunakan untuk menggambarkan peta jalur. Plastik ditumpang tindihkan dengan peta dan diorientasikan sesuai dengan daerah proyek sehingga menghasilkan posisi yang efektif dan ekonomis. Parameter-parameter yang dimasukkan sesuai dengan kondisi lapangan antara lain: 1. Flight Attitude 100 m Flight Altitude atau ketinggian UAV ditentukan 100 m, setelah melihat kondisi obstacle (pohon, tiang listrik dan bangunan) di lokasi. Pada lokasi ternyata ditemukan tiang listrik Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang cukup tinggi dan bangunan serta pohon yang tinggi sehingga cukup membahayakan bagi UAV. 2. Front Overlap 80% Front Overlap ditetapkan dengan nilai 80% bertujuan untuk memastikan bahwa UAV akan melakukan pengambilan gambar kedepan secara overlap sebesar 80%. 3. Side Overlap 70% Side Overlap ditetapkan dengan nilai 70% bertujuan untuk memastikan bahwa UAV akan melakukan pengambilan gambar kesamping secara overlap sebesar 70%. Nilai Front Overlap dan Side Overlap ditentukan untuk mengkoreksi distorsi gambar yang dihasilkan. 4. Flight Direction 1040 Flight Direction ditetapkan dengan nilai 1040 setelah melihat secara visual arah jalur terbang UAV yang optimal. Pertimbangan yang diambil diantaranya adalah panjang lintasan yang akan dilalui oleh UAV 5. Mapping Flight Speed 7 m/s Mapping Flight Speed atau kecepatan UAV pada saat penerbangan ditentukan



7 m/s dengan pertimbangan kondisi cahaya pada saat penerbangan dilakukan. Kecepatan dapat ditingkatkan apabila kondisi cahaya mencukupi, dan diturunkan apabila kondisi cahaya tidak mencukupi atau cenderung gelap. 6. Starting Waypoint 1 Starting Waypoint atau titik awal terbang UAV ditentukan dengan nilai 1, artinya UAV akan mulai terbang pada titik tersebut. Perencanaan jalur terbang pada wilayah kampus STPN menghasilkan data sebagai berikut: No.



Keterangan



Hasil



1.



Waktu



8’29”



2.



Luas



4 ha



3.



Gambar



124



4.



Baterai



1



5.



Front Overlap



80%



6.



Side Overlap



70%



7.



Flight Direction



104°



8.



Mapping Flight Speed



7m/s



9.



Starting Waypoint



1



10.



Ketinggian



100 m



11.



Resolution



2.3 cm/px



Yang dapat dipahami setelah membuat project jalur terbang yang ada di aplikasi DroneDePloy yakni: 1. Dari Tinggi/Rendahanya terbang drone tersebut, apabila: a. Semakin tinggi drone terbang maka semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan jalur terbangnya dan semakin pendek jalur terbang dari drone tersebut. b. Sebaliknya jika drone tersebut ketinggianya di turunkan maka jalur terbangnya semakin panjang dan tentu saja waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan jalur terbangnya semakin lama.



2. Dari segi akurasi / resolusi gambar Berdasarkan aturan yang berlaku di Wilayah D.I.Yogyakarta, bahwa UAV/Drone tidak boleh diterbangkan melebihi batas ketinggian maksimum, yaitu 100 meter. Maka untuk mengatur ketinggian terbang pada kisaran 100 meter. Hal ini berkaitan dengan akurasi gambar yang dihasilkan agar kualitasnya semakin baik dan tajam.



DAFTAR PUSTAKA Saadatseresht, M, Hashempour, AH and Hasanlou, M 2015, ‘UAV photogrammetry: a practical solution for challenging mapping projects’, International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences-ISPRS Archives 40(1W5), 619–23. Wulansari, Harvini. 2021. Modul Praktikum Fotogrametri. Sleman: Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional. Full Drone Solution. 2020. ”Pengukuran Volume Object dengan Drone Pemetaan Inspeksi”.https://www.fulldronesolutions.com/pengukuran-volume-object-dengandrone-pemetaan-inspeksi/, diakses pada 27 Desember pukul 22.30 Purnomo, Liu. 2018. “Aplikasi Mapping Drone yang Seharusnya Kamu Punya”, https://liupurnomo.com/aplikasi-mapping-drone-yang-seharusnya-kamu-punya/#A6, diakses pada 27 Desember pukul 22.27. Chowdhry, A. (2017). The Story Behind DroneDeploy And How It Built The Largest Drone Mapping Repository. www.forbes.com