Pembuatan Media N Permajaan Aspergillus Niger [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I.



TUJUAN PRAKTIKUM



 Untuk mengetahui cara pembuatan medium dari ekstrak tauge  Untuk mengetahui dan memahami cara pernanaman / inokulasi  Untuk mengamati hasil peremajaan Aspergillus niger II.



PRINSIP KERJA



 Membuat media agar miring  Melakukan sterilisasi pada media  Melakukan peremajaan pada Aspergillus niger III.



ALAT DAN BAHAN



A. ALAT Adapun alat yang digunakan : 



Gelas Kimia







Tabung reaksi







Rak tabung reaksi







Spatula







Hot plate







Neraca







Labu semprot







Batang pengaduk







Jarum ose (bulat)







Autoklaf







Ant-case







Pembakar spiritus



B. BAHAN Adapun bahan yang digunakan : 



Toge







Glukosa







Bubuk agar







Kapas







Kain kasa







Aluminium foil







Aquadets



IV.



DASAR TEORI



Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut



medium.



Medium



yang



digunakan



untuk



menumbuhkan



dan



mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti gula. Mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahanbahan kompleks lainnya. 1.1. Syarat dan Fungsi Medium Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba diperlukan suatu substrat yang



disebut



medium.



Medium



yang



dijadikan



tempat



menumbuhkan



dan



mengembangkan mikroba tersebut sebelum digunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan. Susunan bahan, baik berbentuk bahan alami (seperti tauge, ekstrak daging, telur, wortel dan sebagainya) ataupun bahan buatan (berbentuk senyawa kimia, senyawa organik, maupun senyawa anorganik) yang diperlukan untuk pertumbuhan dan



perkembangbiakan mikroba, dinamakan medium. Fungsi dari medium adalah sebagai berikut : 1. Media basal dapat mendukung pertumbuhan berbagai jenis spesies tanpa syarat nutrisi 2. Medium penghambat merupakan medium yang memuat unsur pokok tertentu yang memiliki fungsi untuk menghambat pertumbuhan dari jenis mikroorganisme tertentu. 3. Medium pemeliharaan digunakan untuk pertumbuhan awal dan penyimpanan selanjutnya, mempersiapkan kultur organisme yang disimpan baik pada suhu ruang atau suhu dingin. Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media diperlukan persyaratan tertentu, yaitu: 1. Bahan yang terkandung di dalam media harus memiliki semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba, seperti air, vitamin, nitrogen, dan unsur hara. 2. Medium harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH sesuai dengan kebutuhan mikroba. 3. Medium pertumbuhan harus dalam keadaan yang steril, artinya sebelum ditanami mikroba, medium tidak ditumbuhi oleh mikroba lain. 1.2. Bentuk, Susunan, dan Sifat Medium 1.2.1.Bentuk Medium Untuk mengamati bakteri, bakteri harus dapat ditumbuhkan di dalam suatu biakan murni. Untuk melakukannya haruslah dimengerti jenis- jenis nutrient yang disyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang mana dapat menyebabkan kondisi yang optimum bagi pertumbuhannya tersebut. Bentuk, susunan, dan sifat medium ditentukan oleh pemadat, seperti:



agar-agar, gelatin dan sebagainya. Bentuk medium



diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:



a. Medium Padat Tambahkan 12-15 gram tepung agar-agar per 1000 ml medium. Jumlah tepung agaragar yang ditambahkan tergantung jenis atau kelompok mikroba yang ditanamkan. Ada yang memerlukan kadar air tinggi, sehingga jumlah tepung agar-agar harus rendah, tetapi ada pula yang memerlukan kandungan air rendah sehingga penambahan tepung agar-agar agak banyak. Media pada umumnya diperlukan untuk ragi, bakteri, jamur dan kadangkadang juga mikroalga. b. Medium Cair Apabila tidak ditambahkan zat pemadat, biasanya media cair digunakan untuk membiakkan



mikroalga,



mikroba



lain



seperti



bakteri



dan



ragi



dapat



juga



dikembangbiakkan pada medium cair. c. Medium Semi Padat dan Semi Cair Penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang dari seharusnya. Ini umumnya diperlukan untuk mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan hidup anaerobik atau fakultatif. 1.2.2. Susunan Medium Sesuai dengan fungsiologis dari masing-masing unsur hara yang terdapat dalam media, maka susunan media pada semua jenis-jenis mempunyai kesamaan isi, yaitu: a. Kandungan air. b. Kandungan nitrogen. c. Kandungan sumber energi/ unsur C. d. Kandungan vitamin. Berdasarkan pada persyaratan tersebut susunan medium dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Media Alami



Media yang disusun oleh bahan alami, seperti: kentang dan daging b. Media Semisintetis Media yang tersusun oleh campuran bahan-bahan alami dan



bahan-bahan sintetis,



misalnya: 1. Kaldu nutrisi. 2. Touge agar. 3. Wortel agar. c. Media Sintetik Media yang disusun oleh senyawa kimia, seperti media untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan bakteri Clostridium. 3.2.3. Sifat Medium Penggunaan mikroba bukan hanya pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroba, tetapi juga untuk tujuan lain, yaitu: untuk isolasi, seleksi, evaluasi, dan diferensiasi biakkan yang didapatkan. Berdasarkan pada sifat-sifatnya, media dibedakan menjadi berikut: a. Media Umum Media ini digunakan untuk perkembangbiakkan dan pertumbuhan satu atau lebih mikroba secara umum, seperti kaldu nutrisi untuk bakteri. Contoh: agar nutrisi untuk bakteri, agar tauge atau agar kentang desktrose untuk jamur. b. Media Pengaya Media ini dipergunakan dengan maksud memberi kesempatan kepada suatu jenis mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat dari jenis lainnya yang sama berada dalam satu bahan, misalnya: kaldu lelenit. c. Media Selektif Media yang hanya ditumbuhi oleh satu atau lebih jenis mikroba tertentu tetapi mematikan untuk jenis-jenis lainnya. Contoh: agar ENDO, agar SS, dan lain-lain.



d. Media Differensial Medium yang dapat ditumbuhi semacam mikroorganisme dengan memberikan ciri tertentu. Mikroorganisme tersebut mampu menguraikan salah satu bahan pembuat medium dimana mikroorganisme yang lain yang sama-sama tumbuh di situ tidak mampu. Contoh: agar darah, agar cesin metilen biru, dan lain-lain. e. Media Penguji Media untuk pengujian senyawa tertentu dengan bantuan mikroba, misalnya penguji vitamin. f. Media Perhitungan Media untuk menghitung jumlah mikroba pada suatu bahan media ini dapat berbentuk media umum, selektif, diferensial dan penguji. 3.2.4. Bahan Pembuat Medium Adapun beberapa jenis bahan kompleks yang digunakan sebagai pembuat medium menurut Pelczar (1986): 1. Ekstrak daging sapi Suatu ekstrak cair jaringan daging sapi yang empuk dikonsentrasikan menjadi pasta. Mengandung substansi jaringan hewan yang dapat larut dalam air, meliputi karbohidrat, senyawa nitrogen organik, vitamin yang dapat larut dalam air dan garam-garaman. 2. Pepton Produk yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung protein, seperti daging, kasein, dan gelatin. Pencernaan bahan-bahan protein dicapai dengan asam atau enzim. Banyak peptone yang berbeda-beda (bergantung pada protein yang digunakan dan metode pencernaannya) tersedia utnuk digunakan dalam media bakteriologis. Pepton berbedabeda sebagai sumber utama nutrien organik dapat pula mengandung vitamin dan kadangkadang karbohidrat.



3. Agar Agar merupakan suatu karbohidrat kompleks yang diperoleh dari algaemarine tertentu, diolah untuk membuang substansi yang tidak dikehendaki digunakan sebagai bahan pemadat media, agar yang lebur dalam larutan cair akan membentuk gel bila suhu dikurangi sampai dibawah 450C agar tidak merupakan sumber nutrient bagi bakteri. 3.3. Metode Sterilisasi Medium 3.3.1. Pemanasan Mencapai Titik Didih Mensterilkan medium cukup dengan mendidihkan medium tersebut selama beberapa jam, maka semua benih kehidupan akan mati, hal ini dilakukan oleh Spallanzani (1729–1788) untuk membuktikan tidak mungkinnya teori abiogenesis. 3.3.2. Tyndallisasi Mendidihkan medium dengan uap air beberapa menit. Diamkan 1 hari, setelah itu, maka akan dapat teramati spora yang tumbuh menjadi bakteri vegetatif dan kemudian medium dididihkan lagi dalam waktu beberapa menit. Pada hari ketiga medium tersebut dididihkan kembali, dan diperoleh medium yang steril. 3.3.3. Autoklaf Autoklaf adalah alat serupa tangki yang diisi dengan uap. Medium yang akan disterilkan ditempatkan dalam autoklaf selama 15-20 menit, tergantung banyaknya medium. Medium yang akan disterilkan sebaiknya diletakkan dalam botol berukuran agak kecil, setelah pintu autoklaf ditutup rapat, baru kran pipa uap dibuka dan temperatur akan naik sampai 121oC. Setelah cukup waktu untuk proses sterilisasi, kran uap ditutup, temperatur di dalam autoklaf mulai turun sedikit demi sedikit. 3.3.4.



Penyaringan (Filtrasi) Medium disaring dengan saringan porselin, maka zat organik tidak mengalami



penguraian sama sekali, sehabis penyaringan medium masih perlu dipanasi dalam



autoklaf meskipun tidak selama 15 menit dan temperatur 121 oC. Penyaringan dilakukan dengan saringan yang terbuat dari asbes karena mudah untuk dibersihkan. 3.4.



Penyimpanan Medium Sebelum digunakan, medium yang sudah disterilkan, baik medium cair maupun



medium padat bisa disimpan didalam tabung-tabung gelas berupa erlenmeyer atau tabung reaksi sebanyak 10-15 ml untuk agar diri yang nantinya diperlukan untuk mengisi cawan petri, atau sebanyak 5-7 ml untuk membuat agar miring yang nantinya diperlukan untuk menanam biakkan. Agar miring dibuat dengan memiringkan tabung reaksi berisi medium setelah disterilkan sebelum medium menjadi padat. 3.5. Fungi Cendawan (Jamur) 3.5.1.



Sifat-Sifat, Morfologi dan Fisiologi Fungi



Fungi merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga bersifat heterotrof. Fungi berkembang biak dengan 2 (dua) cara, yaitu: 1. Secara Tak kawin (Aseksual): dengan spora, membelah didi, fragmentasi dan dengan konidium. 2. Secara Kawin (Seksual): dengan kojugasi, askospora atau basisiospora. Fungi termasuk divisi Thallophyta, terbagi atas 5 (lima) kelas, yaitu: 1. Myxomycetes (Jamur Lendir). 2. Deuteromycetes. 3. Ascomycetes. 4. Basidiomycetes. 5. Phycomycetes. 3.6.Bakteri 3.6.1. Sifat-sifat Bakteri 1. Merupakan makhluk hidup bersel satu.



2. Tidak mempunyai klorofil, pada umumnya bakteri bersifat heterotrof. 3. Bakteri terdapat di udara, di air, dan di darat baik sebagai sapropit atau parasit. 4. Inti selnya tidak mempunyai selaput inti atau karioteka, dan termasuk Filum Schizophyta. 5. Berkembang biak secara kawin (membelah diri) dan secara tak kawin (konjugasi). 3.6.2. Pengelompokan Bakteri Pengelempokan berdasarkan cara hidupnya, yaitu: 1. Bakteri Heterotrof, bakteri yang hidupnya tergantung makhluk hidup lain. 2. Bakteri Autotrof, bakteri yang mensintesis makanan sendiri, dibagi atas, yaitu: a.



Kemoautotrof, mensintesis makanan dengan energi kimia.



b.



Fotoautotrof , mensintesis makanan dengan cahaya matahari.



Pengelempokan bakteri berdasarkan bentuknya, yaitu: 1. Kokus, bakteri yang berbentuk bulat. a.



Diplokokus



:bila bergandengan dua-dua.



b.



Tetrakokus



: bila berbentuk bujursangkar.



c.



Treptokokus : bila berbentuk rantai.



d.



Tafilokokus



: bila bergerombol.



e.



Sarcina



: bila bergerombol mebentuk kubus.



2. Basil (bacillus), bakteri yang berbentuk batang. a.



Monobasilus : bila hidup satu-satu atau tunggal.



b.



Diplobasilus : bila bergandengan dua-dua.



c.



Streptobasilus : bila membentuk rantai.



3. Spiral, yaitu bakteri yang berbentuk bengkok ayau lengkung,termasuk yang berbentuk koma (vibrion). 3.6.3. Aspergillus niger



3.6.3.1.



Pengertian dan Klasifikasi Aspergillus niger merupakan jamur yang berfilamen, mempunyai hifa bersepta



dan dapat ditemukan di alam. Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling



umum dan mudah diidentifikasi



dari



genus Aspergillus sp. Selain itu,



digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase, dan selulase. Berikut ini adalah klasifikasi dari Aspergillus niger : Kingdom



:



Myceteae



Divisi



:



Amastigomycota



Kelas



:



Ascomycetes



Ordo



:



Eurotiales



Family



:



Euroticeae



Genus



:



Aspergillus



Spesies



:



Aspergillus niger (Yulina, 2013)



3.6.3.2.



Morfologi dan Sifat-sifat Aspergillus niger Aspergillus niger merupakan mikroba jenis kapang mesofilik yang tumbuh



pada suhu 35ºC-37ºC (optimum), 6ºC-8ºC (minimum), 45ºC-47ºC (maksimum), pH 2,2-8,8, kelembaban 80-90%, dan memerlukan oksigen yang cukup (aerobik) (Fardiaz, 1992). Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Hifa bersekat dan memiliki cenderung



banyak



inti



memisah



(multiseluler), menjadi



kepala



bagian-bagian



konidia



bulat,



berwarna



yang



lebih



longgar



hitam, dengan



bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus, hialin tetapi juga berwarna coklat. Habitat spesies ini kosmopolit didaerah tropis dan subtropis, dan mudah diisolasi dari tanah, udara, air, rempah-rempah, kapas, buah-buahan, gandum, beras, jagung, tebu, ketimun, kopi, teh, coklat serta serasah dedaunan. Morfologi dariAspergillus gambar di bawah ini :



Gambar



2.1 Morfologi Aspergillus niger secara makroskopik



niger dapat dilihat pada



Gambar 2.2 Morfologi Aspergillus niger secara mikroskopik (De Hoog G.S. and J Guarro, 1995)



3.6.3.3. Metabolisme Aspergillus niger Dalam



metabolismenyaAspergillusnigerdapat



menghasilkan asam



sitratsehingga fungi ini banyak digunakan sebagai model fermentasi karena fungi ini tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan. Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, oleh karena itu Aspergillus niger banyak digunakan secara komersial



dalam



produksi



asam



sitrat,



asam



glukonat,



dan



pembuatan



berapa enzimseperti amilase, pektinase, amiloglukosidase, dan selulase. Selain itu,Aspergillus nigerjuga menghasilkan gallic acid yang merupakan senyawa fenolik yang



biasa



menjadi substrat untuk makanan. Aspergillus



digunakan



dalam industri farmasi dan



memproduksi niger dalam



juga



senyawaantioksidan dalam



pertumbuhannya



berhubungan



dapat industri



langsung



dengan zat makanan yang terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat disekeliling hifa dapat langsung diserap sedangkan molekul yang lebih kompleks harus dipecah



dahulu



sebelum



diserap



ke



dalam sel,



dengan



menghasilkan



beberapa enzim ekstra seluler seperti protease, amilase, mananase, dan α-galaktosidase. Bahan organik dari



substrat



digunakan



oleh Aspergillus



niger untuk



aktivitas transport molekul, pemeliharaan struktur sel, dan mobilitas sel (Wikipedia). Ciri–ciri Aspergillus niger yaitu mempunyai kepala konidia yang besar, bulat dan berwarna hitam, coklat hitam atau ungu coklat. Konidianya kasar dan mengandung pigmen, hifa septat dan miselium bercabang. Konidiofora membengkak membentuk vesikel pada ujungnya membawa sterigmata dimana tumbuh konidia. Konidia membentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam, Jamur ini tumbuh baik pada suhu



kamar dan pada medium pH asam. Aspergillus niger merupakan kapang yang dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai jenis asam seperti asam oksalat, asam-2hidroksipropana-1,2,3-trikarboksilat, asam glukonat dan beberapa jenis enzim seperti pektinase, α-amylase, asparaginase, selulase, proteinase, lipase, katalase, glukosa oksidase dan fitase. Aspergillus niger dapat tumbuh cepat dengan menggunakan nutrisi yang ada disekelilingnya. Molekul–molekul sederhana seperti monosakarida yang terlarut disekeliling hifa dapat diserap langsung oleh hifa, tetapi polimer–polimer seperti amilum atau selulosa harus dipecah dulu oleh enzim-enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh Aspergillus niger menjadi molekul–molekul yang lebih sederhana sebelum diserap ke dalam sel (Fardiaz, 1992) 3.6.3.4. Patogenitas Aspergillus sp. Spesies dari Aspergillus sp. diketahui terdapat di mana-mana dan hampir tumbuh pada semua substrat. Beberapa jenis spesies ini termasuk jamur patogen, misalnya yang disebabkan Aspergillus sp. disebut Aspergillosis, beberapa diantaranya bersifat saprofit sebagaimana banyak ditemukan pada bahan pangan (Fardiaz,1992). Toksin yang dihasilkan oleh Aspergillus sp. berupa mikotoksin. Mikotoksin adalah senyawa hasil sekunder metabolisme jamur. Mikotoksin yang dihasilkan olehAspergillus sp. lebih dikenal dengan aflatoxin, dapat menyerang sistem saraf pusat, beberapa diantaranya bersifat karsinogenik menyebabkan kanker pada hati, ginjal, dan perut (Buckle, K.A,2007). 3.6.3.5. Epidemiologi Aspergillus sp. Aspergillus sp. terdapat di alam sebagai saprofit, hampir semua bahan dapat ditumbuhi jamur tersebut , terutama daerah tropik dengan kelembaban yang tinggi dan



dengan adanya faktor predisposisi memudahkan jamur tersebut menimbulkan penyakit (Ramona, 2008). Masuknya spora jamur Aspergillus sp. pada manusia umumnya melalui inhalasi dan masa inkubasinya tidak diketahui, Aspergillosis dapat mengenai semua ras dan semua usia. Dari laporan diketaui bahwa lingkungan rumah sakit sering terkontaminsi dengan spora Aspergillus sp, kontaminasi ini dapat dijumpai pada konstruksi rumah sakit dimana dijumpai peningkatan jumlah spora Aspergillus sp, pada sistem ventilasi, daerah sekitar kateter intravena juga merupakan jalan masuknya Aspergillus sp, penggunaan plester serta penutupan luka yang terlalu lama (Ramona, 2008). 3.7.Inokulasi Bakteri Inokulasi adalah proses pemindahan suatu biakan dari suatu tempat berupa tabung reaksi ke tempat lain dengan tujuan untuk mengembangbiakkan. Pekerjaan memindahkan mikroorganisme dari medium yang lama ke medium yang baru memerlukan banyak ketelitian dan kondisi lingkungan yang steril untuk mencegah kontaminasi dari mikroba lain. Terlebih dahulu harus diusahakan agar seluruh alat yang berhubungan dengan medium dan pekerjaan inokulasi steril. Syarat-syarat Inokulasi, yaitu: 1. Menyiapkan Ruangan Ruangan tempat inokulasi harus kecil, bersih, dan bebas angin. Dinding ruangan harus dikondisikan tetap kering, karena dinding yang basah akan menyebabkan butiran debu menempel kepadanya. Debu yang menempel dapat menyebabkan kontaminasi. Pada waktu melaksanakan inokulasi, lebih baik jika meja tempat inokulasi itu dialasi dengan kain basah. 2. Pemindahan dengan Pipet



Metode pemindahan mikroorganisme menggunakan pipet ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni. 3. Pemindahan dengan Kawat Inokulasi Ujung kawat inokulasi sebaiknya dari platina dan nikrom. Boleh lurus atauberupa kolongan yang berdiameter 1-3 mm. Lebih dahulu ujung kawat ini dipijarkan, sedangkan sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan pada nyala api saja. Setelah dingin kembali, ujung kawat itu disentuhkan ke suatu koloni, mulut tabung tempat pembiakan dipanasi setelah sumbatnya dibuka. Ujung kawat yang ada sampel mikroorganisme (inokulum), digesekkan pada medium. Setelah penggesekan selesai, mulut tabung dipanasi kembali. Kemudian disumbat seperti semula. 3.8. Teknik Inokulasi Terdapat beberapa metode untuk menginokulasi bakteri sesuai dengan jenis medium. Pada medium agar tegak, dilakukan metode tusuk menggunakan jarum oase. Pada medium agar miring, dilakukan metode gores dengan menggunakan loop oase. Pada medium petridisk, dapat digunakan metode streak plate (metode gores), pour plate (metode tuang) atau spread plate (metode sebar) Setelah inokulasi, dilakukan proses inkubasi, yaitu menyimpan medium pada alat atau kontainer ada temperatur tertentu dan periode tertentu, sehingga tercipta lingkungan yang menyediakan kondisi cocok untuk pertumbuhan bakteri. 3.8.1. Metode gores Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Metode penggoresan dilakukan pada medium



pembiakan padat berbentuk lempeng. Apabila dilakukan dengan baik teknik ini merupakan salah satu metode yang paling praktis. Tujuan dari metode ini, yaitu untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan. 3.8.2. Metode Tebar Setetes inokulum diletakkan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petri dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Mikroorganisme yang akan diinokulasi disebarkan pada medium yang sama dapat digunakan dapat menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada pinggan akan terlihat koloni-koloni yang terpisah-pisah. 3.8.3.Metode Tuang Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam tabung. 3.8.4.



Metode Tusuk Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung jarum



oase yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media. 3.9. Macam Medium Sifat-sifat suatu koloni adalah sifat yang ada hubungannya dengan bentuk susunan, permukaan, dan pengkilatan. Pengamatan sifat ini dapat dilakukan dengan pandangan mata tanpa menggunakan mikroskop. Pengamatan jenis ini disebut pengamatan



Makroskopis.



Supaya



sifat-sifat



tersebut



tampak



jelas



teramati,



mikroorganisme perlu ditumbuhkan pada media padat. Terdapat 4 (empat) metode untuk menumbuhkan mikroorganisme pada medium padat, yaitu : 1. Piaraan Lempengan (Plate Streak Culture)



Pada metode plate streak culture, biakan mikroorganisme diperoleh dengan menggesek-gesekkan ujung kawat inokulasi yang membawa jamur pada permukaan agar-agar lempengan dalam cawan petri sampai meliputi seluruh permukaan. 2. Piaraan Miring (Slant Culture) Pada metode ini biakan diperoleh dengan menggesek-gesekkan ujung kawat inokulasi yang membawa jamur pada permukaan agar-agar miring. 3. Piaraan Tusukan (Stab Culture) Pada metode stab culture, biakan mikroorganisme diperoleh dengan cara menusukkan ujung kawat inokulasi yang membawa jamur dalam agar-agar pada tabung reaksi sedangkan permukaan agar ini tidak miring. 4. Piaraan Adukan (Shake Culture) Pada metode shake culture, mikroorganisme diperoleh dengan cara mencampuraduk setetes suspensi jamur ke dalam medium yang masih cair (belum membeku). 3.10.



Sifat-Sifat Koloni



3.10.1. Sifat Koloni pada Medium Padat



Berikut beberapa gambar pertumbuhan koloni di dalam medium padat :



a da ag ar pa dat teknik goresan yang secara umum digunakan pada pemurnian bakteri dapat juga digunakan untuk isolasi khamir. Isolasi khamir dapat dilakukan dengan mendispersi satu bagian koloni dalam 2-3 ml air steril, kemudian jarum ose digoreskan di atas media agar membentuk zig-zag dari satu sisi ke sisi yang lainnya. Jamur selalu diinokulasikan pada satu titik ditengah-tengah agar miring. Hal ini dilakukan untuk memperoleh perkembangan koloni dan sporulasi yang baik. Pada pertumbuhan jamur, selama dilakukan inkubasi, tutup pada tabung reaksi harus dikendorkan karena jamur membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan dan sporulasinya (Hidayatet al, 2006, 29-



30:206). Setelah masa inkubasi yang sesuai, diambil koloni yang terpisah pada setengah akhir dari goresan. Jika seluruh koloni tunggal memiliki penampakan dan ukuran yang serupa, maka kultur ini dianggap murni (Hidayat et al, 2006, 28-29:206). Untuk mendapatkan koloni yang terpisah selama melakukan goresan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : ·



Gunakan ose yang telah dingin untuk menggores permukaan lempengan agar.



Ose yang panas dapat mematikan mikroba, sehingga tidak terjadi pertumbuhan pada bekas goresan. ·



Sewaktu menggores, ose harus digoreskan secara hati-hati pada agar. Apabila



agar tersebut rusak/luka maka akan mengganggu pertumbuhan mikroba sehingga akan sulit diperoleh koloni yang terpisah. ·



Ose harus dipijarkan setelah menggores suatu daerah, hal ini bertujuan untuk



mematikan mikroba yang melekat pada mata ose dan mencegah pencemaran pada penggoresan berikutnya. (Waluyo, 2008, 147:305) Terdapat beberapa teknik penggesekan/penggoresan kultur pada agar cawan, yaitu : ·



GoresanT



Goresan Kuadran



·



Goresan Radian



·



Goresan Sinambung



(Waluyo, 2008, 147-149:305)



Sifat-sifat koloni yang tumbuh pada medium agar-agar lempengan, miring dan pada metode tusukan gelatin, yaitu: 1.



Agar-Agar Lempengan Pada kultur lempengan, bentuk koloni dapat diamati dalam bentuk titik, bulat,



berbenang, tak teratur, serupa akar dan serupa kumparan. Permukaan koloni memiliki keragaman bentuk. Bentuk yang dapat diamati pada kultur jenis ini, yaitu datar, timbul mendatar, timbul melengkung, membukit, mencembung dan serupa kawah. 2.



Agar-Agar Miring Sifat-sifatnya ada yang serupa tasbih, pedang, duri, akar, batang dan juga



serupa titik-titik. 3.



Agar-Agar Tusukan Bentuk koloni yang dapat mengencerkan gelatin bila dilihat dari samping



dapat berupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan ada yang berjonjot, serupa batang. Sedangkan bentuk koloni yang tidak dapat mengencerkan gelatin dapat serupa kawah, serupa mangkuk, corong, pundi-pundi dan berlapis. Selain itu, bakteri yang mampu mencernakan gelatin, koloninya ada yang serupa kawah, serupa mangkuk, corong, pundi-pundi dan berlapis-lapis. Untuk mengamati bentuk bakteri, harus digunakan mikroskop.



V. PROSEDUR KERJA A. Pembuatan media PDA/medium PDA 1.



Siapkan semua bahan, potong kentang kecil-kecil timbang 10 gram dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL.



2.



Tambahnya aquuades 1 dan panaskan di atas hot plate atau kompor sampai mendidih (2 jam).



3.



Siapkan erlenmeyer 250 mL yang telah berisi agar dan gula masing-masing 2 gram.



4.



Ambil ekstrak kentang dengan cara menyaring dengan kain kasa dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL yang telah berisi agar dan gula.



5.



Panaskan sambil di aduk hingga jenuh



6.



Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung,ditutup dengan alumunium voil dan seluruh alat dan campuran disterilisasi dalam autoclave selama 15 menit padda suhu 121oC.



7.



Kemudian setelah di autoclave,tabung reaksi disimpan dalam keadaan miring



8.



Medium tersebut dibiarkan dingin dan padat, kemudian masukkan kedalam kulkas



B. 1.



Teknik Pemindahan Mikroorganisme Secara Aseptik Ambil satu tabung agar yang berisi biakan mikroba dan satu lagi medium agar miring yang disterilkan. Kedua tabung dipegang dengan tangan kiri.



2.



Ambil jarum ose dan pegang dengan tangan kanan, pijarkan jarum ose dengan lampu spiritus hingga merah.



3.



Angkat sumbat tabung berisi biakan murni dengan kelingking tangan kanan dan tabung medium steril dengan jari manis tangan kanan juga. Panaskan kedua mulut tabung dan kedua sumber tabung di api (sumbat tabung tidak boleh dilepaskan dari jari atau diletakkan diatas meja).



4.



Ambil biakan mikroba dengan jarum ose dengan cara zig-zag dan diinokulasi ke dalam medium steril juga dengan cara zig-zag.



5.



Panaskan kedua mulut tabung dan tutup dengan sumbat tabung yang dipisah dijari kanan, jarum ose dipijarkan lagi di atas api. Perlakuan yang sama juga untuk tabung yang berikutnya.



6.



.Inkubasi biakan tersebut di dalam entkas, amati pertumbuhannya (hitung koloni yang tumbuh).



VI.



DATA HASIL PENGAMATAN



 Pada hari 1



 Pada



hari 2



 Pada hari 3



 Pada hari 4



VII.



PEMBAHASAN Susunan bahan baik bahan alami atau bahan buatan yang digunakan untuk



perkembangan dan pertumbuhan mikroba haruslah terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba. Pemilihan media yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba. Kesesuaian suhu, pH, kecukupan nutrien pada media merupakan beberapa syarat untuk mikroba tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada pembuatan media untuk berbagai macam organisme harus menggunakan



bahan



yang



mengandung



banyak



protein



dangan



berbagai



konsentrasinya sehingga dapat menumbuhkan bakteri (Stanier, 2001). Salah satu bahan yang sering dipergunakan adalah tauge. Tauge berfungsi sebagai sumber protein, sukrosa berfungsi sebagai sumber karbohidrat sehinga cocok dijadikan untuk media pertumbuhan mikroba. Praktikum medium dan peremajaan dilaksanakan dengan tujuan memahami proses pembuatan medium untuk menumbuhkan jamur dengan metode pemindahan biakan dari medium lama ke medium baru. Medium yang digunakan terbuat dari agaragar dengan nutrisi ekstrak taoge, Pemilihan taoge sebagai bahan pembuat media dalam pratikum ini karena dalam taoge tersimpan nutrisi protein yang mengandung beberapa senyawa yang dibutuhkan oleh bakteri, seperti nitrogen, karbon, dan phospat. Pada pembuatan medium, dibuat dari ekstrak toge yang berfungsi sebagai sumber karbon yang ditambah dengan gula sebagai sumber karbohidrat dan agar sebagai pemadat. Pada medium ini ditumbuhkan Aspergillus niger(jamur). Dari hasil



pengamatan dapat dilihat pertumbuhan jamur yang signifikan. Ini menandakan medium cocok dengan jamurAspergillus niger. Bentuk piaraan pada percobaan ini termasuk piaraan murni yaitu hanya ada satu spesies saja berupa jamur Aspergillus niger. Piaraan yang diperoleh ini dapat disimpan dan tiap-tiap waktu tertentu harus diadakan peremajaan kembali dengan jalan memindahkannya ke medium baru. Biakan-biakan yang diperoleh dari biakan yang pertama (primary culture) ini disebut biakan turunan (sub-culture).Sifat-sifat jamur Aspergillus niger berbentuk kokus menyebar menutupi hampir seluruh permukaan medium dan warnanya coklat kehitaman. Pada proses inokulasi, jarum oase dipanaskan dengan tujuan agar jarum dalam kondisi steril, sehingga tidak ada kontaminasi oleh mikroba lain yang tidak diinginkan. Semua prosedur inokulasi dilakukan dekat dengan nyala bunsen. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar koloni jamur tidak terbawa udara luar ataupun mengotori udara di laboratorium. Koloni yang keluar dari tabung reaksi akan mati terkena nyala api bunsen atau udara panas bunsen.Pada saat memasukkan ujung kawat oase yang telah membawa jamur, kawat digoreskan pada permukaan medium dari kiri ke kanan dengan arah dari bawah ke atas mulut tabung. Hal ini dilakukan dengan tujuan



jamur



tumbuh



dan



berkembang



biak



secara



merata



dan



tidakmenggumpal.Media yang digunakan untuk keperluan mikrobiologi harus dalam keadaan steril, artinya di dalam bahan tersebut tidak didapatkan pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan baik di dalam bentuk spora atu bentuk lainnya. Keadaan ini mempunyai maksud dan tujuan agar jika bahan tersebut dipergunakan, maka hanya mikroba yang dimaksud yang akan tumbuh berkembang. Tujuan kedua ialah untuk meminimalkan kemungkinan besar pertumbuhan mikroba yang lain, yang akan menghambat atau mematikan mikroba yang kita tumbuhkan.



Peremajaan dan Pembiakan Jamur Aspergillus niger .Jamur Aspergillus niger merupakan salah satu sumber potensial enzim asparaginase. Tahap awal adalah peremajaan dan dilanjutkan pembiakan jamur Aspergillus niger. Jamur Aspergillus niger diremajakan pada media agar miring TEA (Taoge Ekstrak Agar) steril. Tujuan tahap peramajaan Aspergillus niger adalah memperoleh spora yang masih muda untuk menghasilkan produk yang lebih baik, sehingga pada tahap ini diharapkan memperoleh jamur Aspergillus niger yang aktif. Peremajaan jamur Aspergillus niger dilakukan dengan memindahkan sejumlah kecil biakan murninya ke medium TEA yang berbentuk agar miring. Medium ini digunakan sebab medium TEA mengandung senyawa-senyawa yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Senyawa-senyawa tersebut adalah glukosa sebagai sumber karbon dan sumber energi, juga ekstrak kecambah sebagai sumber nitrogen, karbon serta unsur-unsur kelumit seperti garamgaram mineral. Kemudian jamur Aspergillus niger hasil peremajaan dipindahkan pada media pertumbuhannya yang telah disterilisasi terlebih dahulu. Sterilisasi media dilakukan dengan menggunakan autoklaf klinis pada suhu 121 0C selama 15 menit. Suhu dan tekanan tinggi akan memperbesar penetrasi uap air ke dalam sel-sel mikrobia yang menyebabkan koagulasi protein-protein protoplasma dan mempercepat kematian mikrobia, sehingga diharapkan didapatkan media yang steril, bebas dari mikroorganisme lain, dari hasil yang didapatkan bahwa medium yang telah dibuat cocok dengan pertumbuhan jamur Aspergillus niger hal tersebut dapat dilihat pada data hasil percobaan pada hari pertama masih belum adanya jamur yang muncul namun pada hari kedua hingga hari keempat dapat dilihat bahwa jamur telah muncul dan berkembang biak dengan baik.



VIII.



KESIMPULAN



1) PembiakanAspergilus niger akan berjalan baik bila semua alat dan medium yang digunakan dalam keadaan steril. 2) Pembiakan jamur Aspergilus niger termasuk piaraan murni yang diperoleh dengan piaraan turunan. 3) Pembiakan jamur Aspergilus nigerdilakukan dengan menggunakan medium agar miring dari ekstrak toge. 4) Sterilisasi menggunakan autoklaf dilakukan untuk sterilisasi alat gelas dengan menggunakan steam bertekanan (121 oC dan 15 lbs). 5) Metode inokulasi yang digunakan yaitu dengan medium miring (slant culture) 6) Pemanasan jarum oase ini dilakukan agar jarum benar-benar dalam keadaan steril sewaktu mengambil jamur, sehingga tidak akan terkontaminasi oleh spesies lain yang tidak diinginkan.



IX. DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan. Fardiaz, S., 1992, “Mikrobiologi Pangan I”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal: 180- 205. Gandjar, I., Samson, R. A., Santoso, I., dan Oetari, A., 1999, “Pengenalan Kapang Tropik Umum”, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hal: 134. Hadioetomo, dan Ratna S., 1987, “Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Tehnik dan Prosedur Dasar Laboratorium”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal: 7389. Hardiotemo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia. Poedjiadi, A., 1994, “Dasar-dasar Biokimia”, UI Press, Jakarta, 158-162. Suharto, 1995, “Bioteknologi Dalam Dunia Industri”, Andi Offset, Yogjakarta, hal: 36. Suhartono, M. T., 1989, “Enzim dan Bioteknologi”, IPB, Bogor, hal: 1-79. Suriawiria. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Dapas Sinar Sinanti.



Laboratorium Bioproses Semester III 2017/2018



LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN MEDIA DAN PEREMAJAAN MIKROBA



Pembimbing



:



Kelompok



:III



Tanggal Praktikum :



Nama



: Irawati.W



Nim



: 33116030



Kelas



: 2A



JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG 2017