Pemeriksaan Cairan Sendi - KLP 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

URINALISA & CAIRAN TUBUH “Pemeriksaan Cairan Sendi (sinovial)”



Kelompok 2 Nama : 1. Ida Ayu Nirmayani 2. Ni Luh Anggi Kharismayanti 3. Ni Kadek Purnami Dewi 4. Kori Yuniari 5. Ni Wayan Asri Melani 6. A.A. Sagung Udyani Ari Tantri 7. Ni Luh Putu Gitarani Putri 8. Luh Gede Dewi Yanti 9. Ni Nyoman Ayu Ratna Lestari 10. Ni Made Risma Fridayanti 11. Ni Komang Santhi Puspa Dewi 12. Kadek Ayu Kartiana Praba Yanti 13. Anak Agung Made Mega Novia Dewi 14. I Made Angga Putra Dwipayana



(P07134018015) (P07134018016) (P07134018017) (P07134018018) (P07134018019) (P07134018020) (P07134018021) (P07134018022) (P07134018023) (P07134018024) (P07134018025) (P07134018026) (P07134018027) (P07134018028)



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2019



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Cairan sinovial yang sering disebut dengan “cairan sendi”, merupakan cairan kental atau cairan pelumas yang ditemukan didalam rongga sendi yang dapat digerakkan (diatrosis). Selain menjadi pelumas bagi sendi, cairan sinovial memberikan nutrisi pada kartilago sendi dan mengurangi syok kompresi sendi yang terjadi selama aktivitas seperti berjalan dan berlari kecil. Pemeriksaan cairan sendi dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri, dan pembengkakan pada sendi. Pemeriksaan cairan sendi ini direkomendasikan secara luas sebagai pemeriksaan yang penting dilakukan untuk membantu mengevaluasi pasien dengan atritis dan masalah sendi. Analisis cairan sendi dilakukan jika menemukan sesuatu yang mencurigakan di daerah persendian, berupa nyeri di daerah persendian, eritema meliputi daerah persendian dan sekitarnya, inflamasi di daerah persendian, dan akumulasi cairan sinovial. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah proses pengambilan dan penanganan spesimen sampel cairan sinovial? 2. Apa saja jenis pemeriksaan cairan sinovial? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui proses pengambilan dan penanganan spesimen sampel cairan sinovial. 2. Untuk mengetahui uji atau jenis - jenis pemeriksaan dari cairan sinovial. D. Manfaat Menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang cara pengambilan dan penanganan spesimen sampel cairan sinovial serta uji atau jenis - jenis pemeriksaan cairan sinovial. 1



BAB II PEMBAHASAN A. Pengambilan dan Penanganan Spesimen Sampel Cairan Sinovial. Cairan synovial diambil melalui aspirasi jarum yang disebut artosentesis. Setelah dianastesi lokal, dokter akan melakukan penyuntikan hingga masuk ke tempat cairan synovial berada (area diantara tulang). Selain untuk mengambil specimen cairan sinovial, prosedur ini dilakukan juga dalam pengambilan cairan sinovial berlebihan untuk mengurangi tekanan yang berlebihan serta injeksi kortikosteroid ke dalam cairan sinovial yang mengalami inflamasi. 2



Jumlah cairan yang ada bervariasi sesuai ukuran sendi dan luasnya pembentukan cairan di dalam sendi. Sebagai contoh, jumlah normal cairan pada rongga lutut orang dewasa adalah kurang dari 3,5 mL, tapi dapat meningkat hingga lebih dari 25 mL saat terjadi inflamasi. Pada beberapa keadaan, hanya beberapa tetesan cairan yang diperoleh, tapi masih dapat digunakan untuk analisis mikroskopik atau biakan. Volume cairan yang diambil harus dicatat.



Volume Warna Kejernihan Viskositas



Nilai Normal Cairan Sinovial < 3,5 mL Tidak berwarna hingga kuning pucat Jernih Mampu membentuk benang yang panjang 4 hingga 6 cm



Hitung leukosit



< 200 sel/ L



Neutrofil Kristal Glukosa : perbedaan plasma



< 25% dari deferensial Tidak ada < 10 mg/dL lebih rendah dari kadar



Protein total



glukosa plasma < 3 g/dL



Jenis Tabung yang Dibutuhkan untuk Uji Cairan Sinovial Uji Cairan Sinovial Pewarnaan gram dan biakan



Jenis Tabung yang Diperlukan Steril dan diberi heparin atau polianetol sulfonat



Hitung sel



Heparin atau ethylene diaminetetra



Analisis glukosa



acetic acid (EDTA) cair Natrium fluoride



Semua uji lainnya



Non antikoagulan



3



Bubuk antikoagulan sebaiknya tidak digunakan karena dapat menghasilkan artifak yang mengganggu analisis Kristal. Tabung non antikoagulan untuk uji lainnya harus disentrifugasi dan dipisahkan untuk mencegah elemen selular mengganggu analisis kimia dan serologi. Idealnya, semua pengujian harus dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah lisis sel dan kemungkinan perubahan pada Kristal. B. Uji atau Jenis Pemeriksaan Cairan Sinovial Adapun uji atau jenis pemeriksaan cairan sinovial dibagi menjadi lima yakni secara makroskopik, mikroskopik, kimia, mikrobiologi, dan serologi. a) Makroskopik 



Warna Laporan mengenai karakteristik kasar merupakan bagian penting dari analisis cairan sinovial. Cairan sinovial atau cairan sendi yang normal tidak berwarna atau mempunyai warna kekuningan – kuningan yang sangat muda. Cairan sinovial kental normal menyerupai putih telur. Jika adanya darah yang disebabkan oleh trauma pungsi, maka banyaknya darah dalam ketiga tabung penampung tidak sama dan darah itu mengandung bekuan. Darah yang dari semula ada oleh pendarahan intraartikuler terbagi sama rata dalam tabung – tabung, darah tersebut tidak membeku dan setelah di sentrifuge cairan atas biasa berwarna kuning.







Kejernihan Dalam keadaan normal cairan sendi jernih. Proses patologis seperti radang dapat mengubah ciri – ciri itu menjadi agak keruh sampai keruh sekali. Selain oleh peradangan, kekeruhan juga disebabkan oleh proses – proses lain yakni oleh adanya beberapa macam Kristal atau oleh sel – sel sinovial yang lepas.



4







Viskositas Viskositas cairan sinovial berasal dari polimerisasi asam hialuronat dan penting untuk pelumasan sendi yang baik. Arthritis memengaruhi produksi hialuronat dan kemampuannya berpolimerisasi sehingga menurunkan viskositas cairan sinovial. Beberapa metode tersedia untuk mrngukur viskositas cairan sinovial. Cara yang paling sederhana adalah mengamati kemampuan cairan untuk membentuk benang dari ujung spuit, suatu uji yang dapat dilakukan secara mudah di bedside. Benang berukuran 4 hingga 6 cm dianggap normal. Polimerisasi hialuraonat dapat diukur menggunakan suatu uji Ropes atau bekuan musin. Uji bekuan musin tidak dilakukan secara rutin, karena semua bentuk arthritis menurunkan viskositas dan sedikit informasi diagnostik yang diperoleh. Pembentukan bekuan musin setelah penambahan asam asetat dapat digunakan untuk mengidentifikasi cairan yang diduga sebagai cairan sinovial.



b) Mikroskopik 



Hitung Sel Hitung leukosit total adalah hitung sel yang paling sering dilakukan pada cairan sinovial. Hitung Sel Darah Merah (SDM) jarang diminta. Untuk mencegah desintegrasi selular, hitung harus dilakukan sesegera mungkin atau specimen harus didinginkan. Cairan yang sangat kental mungkin perlu diberikan pra – perlakuan dengan menambahkan satu tetes hialuronidase 0,05% di dalam dapar fosfat per milimiter cairan dan diinkubasi pada suhu 37ᵒC selama 5 menit. Hitung manual terhadap spesimen yang dicampur secara menyeluruh dilakukan menggunakan bilik hitung Neubauer. Cairan jernih biasanya tidak dilakukan pengenceran, pengenceran dilakukan apabila cairan keruh atau bercampur darah.



5



Penghitung sel otomatis dapat digunakan untukmenghitung cairan sinovial namun, cairan yang sangat kental dapat menghalangi apertura, dan adanya sel debris dan jaringan dapat dihitung secara palsu. Seperti di sebutkan sebelumnya menginkubasi cairan dengan hialurodinase menurunkan viskositas spesimen. Analyzing scattergrmas dapat membantu dalam mendeteksi sel jaringan dan debris. 



Hitung Deferensial Hitung deferensial harus dilakukan pada preparat yang disitosentrifugasi atau pada slide dengan apusan tipis. Cairan harus diinkubasi dengan hialurodinase sebelum persiapan slide. Sel – sel utama yang sering dijumpai di dalam cairan sinovial yaitu sel mononuklear, mencakup monosit, makrofag, dan sel jaringan sinovial. Neutrofil seharusnya kurang dari 25% pada hitung deferensial dan limfosit kurang dari 15%. Peningkatan neutrofil menandakan kondisi sepsis, sementara peningkatan hitung sel dengan limfosit yang predominan menunjukkan inflamasi non-sepsis.







Identifikasi Kristal Pemeriksaan mikroskopik terhadap cairan sendi untuk melihat adanya Kristal merupakan pemeriksaan diagnostik yang paling penting dalam mengevaluasi arthritis. Untuk memeriksa adanya Kristal dalam cairan sendi perlu memakai cairan tanpa dibubuhi antikoagulan apapun dan cairan sendi itu tidak boleh menyusun bekuan. Pembentukan Kristal di dalam sendi sering menyebabkan inflamasi akut yang nyeri. Penyebab pembentukan Kristal mencakup kelainan metabolik dan penurunan ekskresi ginjal yang menimbulkan kenaikan kadar senyawa kimia yang mengkristal dalam darah, degenerasi kartilago dan tulang, dan injeksi obat – obatan, seperti kortikosteroid ke dalam tulang. Kristal utama yang sering dijumpai di cairan sinovial adalah 6



mononatrium urat (asam urat) dan Kristal tambahan yang mungkin dijumpai mencakup hidroksiapatit (kalsium fosfat basa) dan Kristal kolesterol.



Adapun ciri - ciri Kristal cairan sinovial yaitu :



7



c) Uji Kimia Karena cairan sinovial secara kimiawi merupakan suatu ultrafiltrat plasma, nilai uji kimia kurang lebih sama seperti nilai serum. Oleh sebab itu beberapa uji kimia dianggap penting secara klinis. Uji yang paling sering diminta adalah penentuan glukosa karena penurunan glukosa secara nyata menandakan kelainan inflamasi atau sepsi. Glukosa normal cairan synovial yaitu < 10 mg/dL, lebih rendah dari kadar darah. d) Uji Mikrobiologi Infeksi dapat terjadi sebagai komplikasi sekunder inflamasi akibat trauma atau melalui penyebaran infeksi sistemik, karenanya pewarnaan gram dan biakan adalah dua uji paling penting yang dilakukan pada cairan sinovial. Kedua uji harus dilakukan pada semua spesimen karena organism sering terlewatkan pada 8



pewarnaan gram. Infeksi bakteri yang sering dijumpai namun, infeksi fungi, tuberculosis, dan virus juga dapat ditemukan. Bila infeksi – infeksi ini dicurigai, harus digunakan prosedur biakan khusus. Biakan bakteri rutin harus mencakup media yang diperkaya ( enrichment ), seperti agar cokelat karena selain staphylococcus dan streptococcus, organisme yang sering menginfeksi cairan sinovial adalah spesies Haemophilus dan Neisseria Gonorrhoeae. e) Uji Serologi Karena sistem imun berkaitan dengan inflamasi, uji serologi berperan penting dalam diagnosis kelainan sendi. Meskipun demikian, sebagian besar dari uji ini dilakukan pada serum, dan analisis cairan sinovial sebenarnya berperan sebagai tindakan pemastian pada kasus yang sulit untuk di diagnosis. Penyakit autoimun arthritis rheumatoid dan lupus eritematosus sistemik menyebabkan inflamasi sendi yang sangat serius dan didiagnosis di laboratorium serologi dengan memperlihatkan adanya autoantibodi tetentu didalam serum pasien.



BAB III 9



PENUTUP



A. Kesimpulan Cairan sinovial sering disebut dengan cairan sendi, Cairan sinovial diambil melalui aspirasi jarum yang disebut artosentesis. Jumlah cairan yang ada bervariasi sesuai ukuran sendi dan luasnya pembentukan cairan di dalam sendi. Sebagai contoh, jumlah normal cairan pada rongga lutut orang dewasa adalah kurang dari 3,5 mL, tapi dapat meningkat hingga lebih dari 25 mL saat terjadi inflamasi. Pada beberapa keadaan, hanya beberapa tetesan cairan yang diperoleh, tapi masih dapat digunakan untuk analisis mikroskopik atau biakan. Pengujian harus dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah lisis sel dan kemungkinan perubahan pada Kristal. Adapun uji atau jenis – jenis pemeriksaan cairan sinovial yaitu secara makroskopik, mikroskopik, kimia, mikrobiologi, dan serologi.



DAFTAR PUSTAKA 10



Abdullah.S, dkk. 2014. Gross Synovial Fluid Analysis In The Differential Diagnosis of Joint Effusion. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/655425 pada 10 Agustus 2019 Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta:Dian Rakyat. Strasinger, Susan King dan Marjorie Schaub Di Lorenzo. 2017. Urinalisis & Cairan Tubuh. Edisi ke-6. Diterjemahkan oleh: Mardiana. Jakarta:EGC.



11