Pemeriksaan Kadar Gula Darah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH



1



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Setiap hari tubuh kita memerlukan energi untuk menunjang aktivitas yang kita kerjakan. Energi yang diperlukan ini kita peroleh dari bahan makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama, yaitu karbohidrat, protein dan lipid atau lemak. Dari ketiga unsur utama tersebut karbohidrat merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan yang sangat penting karena merupakan sumber tenaga bagi kegiatan kita sehari-hari. Sebagian besar zatzat alam merupakan golongan karbohidrat, dimana fungsinya sebagai bahan baku atau bahan sumber energi. Karbohidrat adalah persenyawaan antara karbon, hidrogen, dan oksigen yang terbentuk di alam dengan rumus umum Cn(Hn2O). Dengan rumus empiris tersebut, senyawa ini dapat diduga sebagai “hidrat dari karbon”, sehingga disebut karbohidrat. Glukosa adalah karbohidrat sederhana yang paling banyak diperlukan dalam tubuh manusia. Glukosa merupakan salah satu jenis karbohidrat penting dan termasuk dalam kelompok gula reduksi. Glukosa dapat mereduksi ion kupri menjadi kupro sehingga reaksi ini dapat digunakan sebagai dasar di dalam penentuan glukosa dan dilakukan dengan berbagai metode antara lain : Luff Schroll, Munson-Walker, Lane-Eynon dan Somogy-Nelson. B.



Tujuan



 Mengetahui kadar glukosa darah



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



1. Definisi Glukosa Darah Dalam ilmu kedokteran gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Glukosa merupakan hasil metabolisme dari karbohidrat. Glukosa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi secara langsung dari karbohidrat maupun tidak langsung dari makanan lain, glukosa diserap ke dalam aliran darah ke seluruh sel-sel dalam tubuh dimana dapat digunakan sebagai energi. 2. Metabolisme Glukosa Glukosa



tak



bisa



dimetabolisme



lebih



lanjut



sampai



dikonversikan ke glukosa 6 fosfat oleh reaksi dengan ATP, reaksi ini dikatalisa oleh enzim heksokinase yang tidak spesifik dan juga oleh glukokinase yang spesifik di dalam hati. Reaksi ini dalam arah sebaliknya, dihidrolisa sederhana glukosa 6 fosfat ke glukosa, dikatalisa olehglukosa 6 fosfatase. Glukosa yang tidak dikonversi menjadi glikogen melintasi hepar melalui sirkulasi sistemik ke jaringan di tempat mana ia dapat dioksidasi, disimpan sebagai glikogen otot atau dikonversi menjadi lemak dan disimpan dalam depot-depot lemak. Glikogen di dalam hepar berlaku sebagai cadangan karbohidrat dan melepaskan glukosa ke sirkulasi bila penggunaan glukosa diperiferperifer merendahkan konsentrasi glukosa di dalam darah untuk oksidasi glukosa atau untuk konversi karbohidrat menjadi lemak atau protein, glukosa 6 fosfat dapat dikonversi dalam stadium-stadium pangkalan metabolik umum menunjukkan seri reaksi berdasarkan atas asetil koenzim A dan siklus asam trikarboksilat (siklus kreb : siklus sitrat) dalam mana residu karbon dan protein, karbohidrat atau lemak bisa dioksidasi dengan melepaskan energi atau dikonversi dari yang satu ke yang lain (D.N. Baron, 1984).



3



3. Sumber Glukosa Sejumlah glukosa dalam darah tergantung kepada keseimbangan antara jumlah yang masuk dan yang keluar. Glukosa masuk ke dalam dari tiga macam sumber : a. Makanan yang mengandung karbohidrat Setelah dicerna dan diserap jenis makanan ini merupakan sumber glukosa tubuh yang paling penting. b. Glikogen Glikogen disimpan dalam otot dan hepar, dan dipecah untuk melepaskan glukosa. c. Sebagian asam amino dipecah oleh hepar untuk menghasilkan glukosa. Insulin tidak diperlukan untuk terjadinya salah satu diantara ketiga proses ini. Setelah glukosa masuk ke dalam aliran darah, insulin diperlukan untuk memungkinkan glukosa meninggalkan darah dan masuk ke dalam jaringan. Pada orang non-diabetik, glukosa yang meninggalkan aliran darah digunakan lewat dua cara : a. Energi segera bagi sumber jaringan, b. Energi simpanan sebagai glikogen dalam hepar dan otot serta lemak di dalam jaringan adiposa (Mary. E. Beck, 1993). Kadar glukosa darah atau gula pada darah dapat menurun, hal ini akan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : a. Karena pengaruh kurangnya gizi yang diperoleh tubuh dalam waktu yang cukup lama ; b. Karena tubuh menjalani latihan yang terlalu berat ; c. Berlangsungnya absorpsi glukosa yang tidak lancar ; d. Kegiatan organ inti yang mengalami gangguan (adanya kerusakan) ; e. Ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga fungsinya mengalami kegagalan ; f. Karena kekurangan atau penurunan hormon, misal hormon kelenjar thyroida dan adrenal ;



4



g. Karena



bertambahnya



atau



meningkatnya



hormon



insulin



(Kartasapoetra G,1995). Sebaliknya, kadar glukosa pun dapat meningkat yang disebabkan adanya pengaruh dari faktor-faktor sebagai berikut : a. Karena terserapnya karbohidrat yang melebihi kebutuhan bagi sumbernya energi ; b. Karena diabetes mellitus ; c. Berlangsungnya kelainan pada hati ; d. Terjadinya keracunan pada darah, texaemia ; e. Berlangsungnya depresi perasaan, sehubungan dengan sesuatu masalah yang dihadapi yang sangat mengkhawatirkan ; f. Berlangsungnya pembangkitan emosi yang berlebihan sehubungan dengan masalah dengan yang dihadapi sangat menjengkelkan dan menimbulkan amarah besar (Kartasapoetra G,1995). Kadar glukosa peredaran darah dapat dijaga atau dipertahankan dengan baik, kalau faktor-faktor di bawah ini dapat menunjangnya jelasnya sebagai berikut : a. Berlangsungnya reaksi perubahan glikogen menjadi glukosa secara timbal balik, sehingga selalu terdapat keseimbangan ; b. Berlangsungnya reaksi perubahan karbohidrat menjadi lemak c. Pengeluaran atau ekskresiglukosa yang berlebihan ; d. Berlangsungnya pembentukan dan penggunaan muscle glicogen atau glikogen otot ; dan e. Penggunaan



glukosa



oleh



berbagai



jaringan



dalam



tubuh



(Kartasapoetra, 1995). Proses terjadinya glukosa dalam darah adalah sebagai berikut : Semua makanan mengandung satu atau lebih zat yang menghasilkan energi berikut ini adalah karbihidrat, protein, lemak segera setelah diserap melalui usus kecil, zat-zat makanan itu diproses di hati. Dimana ketiganya diubah menjadi 11glukosa, dan kemudian dilepas ke alirandarah. Karbohidrat terutama dalam bentuk olahan seperti gula dan permen, merupakan makanan yang paling cepat diserap. Dengan



5



demikian, zat makanan itu yang paling cepat menaikkan kadar gula darah. Setiap kadar gula darah ‘memicu” pulau-pulau dalam pankreas untuk menghasilkan insulin, kemudian dilepas ke dalam pembuluh darah yang melewati pankreas. Dengan cara ini, melalui peredaran darah insulin, bisa menemukan jalannya ke seluruh jaringan tubuh. Walaupun insulin mempunyai berbagai fungsi yang berbeda, satu fungsi utamanya adalah membantu glukosa dalam darah untuk memasuki sel-sel jaringan, dimana glukosa itu digunakan sebagai sumber energi. Jika tidak diperlukan untuk memproduksi enegi segera, insulin menjamin agar glukosa diubah menjadi baik sebagai glikogen (sebagai penyimpanan energi jangka pendek), maupun lemak untuk penyimpanan energi yang lebih lama (Wise, 2002). 4. Penentuan Glukosa Dalam Darah a. Metode Asatoor dan King Penentuan ini menggunakan sifat glukose yang dapat mereduksi. Darah dimasukkan dalam larutan natrium sulfat-Cu sulfat isotonik agar glukosa tidak mudah mengalami glikolisis. Disini diadakan penambahan CuSO4 ke dalam larutan natrium sulfat – CuSO4 isotonik. Metode ini dapat digunakan untuk kadar glukosa darah sampai darah sampai 300 mg/100 ml, darah yang telah berada dalam larutan natrium sulfat –Cu sulfat isotonik dapat tahan 72 jam. b. Metode Folin-Wu Glukosa akan mereduksi ion kupri menjadi senyawa kupro yang tidak larut dan bahan pereaksi asam fosfomolibdat senyawa kupro akan larut dan mereduksi ion fosfomolibdat yang berwarna biru.. Warna biru yang terjadi dibaca dengan spektrofotometer. Dengan metode ini kadar glukose puasa darah vena adalah 90 – 120 mg/100 dl darah. c. Metode Nelson-Somogyi Deproteinisasi dilakukan dengan larutan Znhidroksida barium sulfat. Filtrasi yang diperoleh boleh dikata tidak mengandung senyawa mereduksi lain kecuali glukosa. Filtrat dipanaskan bersama dengan



6



reagen Cu alkalik kemudian direaksikan dengan reagen arseno molibdat, dan warna yang terjadi dibaca dengan spektrofotometrik. d. Metode Ferisianida Spektrofotometrik Glukosa dioksidasi oleh larutan kalium ferisianida alkalik. Larutan ferisianida ini berubah menjadi ferosianida yang kemudian diperlukan lebih lanjut sehingga menjadi senyawa berwarna. e. Metode Glukosa Oksidase Glukosa oleh pengaruh enzim glukosa oksidase akan menjadi asam glukonat dan reaksi terbentuk juga hidrogen peroksida. Adanya aseptor oksigen hidrogen peroksida diubah menjadi air dan oksigen oleh enzim peroksidase. Aseptor oksigen ini kemudian diubah menjadi senyawa berwarna yang intensitasnya dapat dibaca dengan spektrofotometer. f. Metode Titriometri Dasar untuk penentuan ini seperti metode yang lain, hanya setelah reaksi reduksi berlangsung ditambahkan kalium iodida dan asam. Kemudian



banyaknya



iodium



yang



ada



ditentukan



dengan



menitrasinya menggunakan natrium tiosulfat. g. Metode Hagedorn Dan Jensen Pengedapan protein darah dengan Zn hidroksid pada suhu 100 °C, glukosa dalam filtrat dioksidase oleh larutan kalium ferisianida alkalik yang dibufer pada pH 11,5 yang diberikan berlebihan. Dalam reaksi ini terjadi kalium ferosianida, yang akan diikat oleh Zn sulfat. Kelebihan kalium ferisianida dititrasi secara iodemetrik. Dari banyaknya ferisianida yang digunakan untuk mengoksidkan glukose, dapat diketahui banyaknya glukosa yang ada. Banyaknya ferisianida dapat diketahui dari banyaknya natrium tiosulfat yang dalam titrasi iodometrik ini. h. Metode O-Toluidine Glukosa bereaksi dengan o-toluidine dalam acetic acid panas dan menghasilkan senyawa berwarna hijau yang dapat ditentukan secara fotometris (S .Dawiesah l, 1989).



7



5. Macam Sampel Glukosa Darah a. Gula darah puasa Tes ini cukup bermakna untuk diagnosa diabetes mellitus, karena kenyataan bahwa ¾ pasien yang puasa normal. Test ini dapat tetap dipegang dengan syarat tertentu bila didapatkan kadar gula puasa sekitar 100-200 mg % harus dicurigai dan sebaliknya dilakukan pemeriksaan ulang, tetap tinggi maka cukup menunjang diagnosa diabetes mellitus. b. Gula darah 2 jam post prandial Tes ini dipertanggungjawabkan karena jumlah karbohidrat yang dimakan tidak sama tergantung kebiasaan. Test ini mempunyai arti klinik para ahli berpendapat bila nilai berkisar 100-200 mg %, perlu dicurigai diabetes mellitus dan harus dilakukan test yang lain, sedang bila nilai lebih 140 mg % sangat memungkinkan diabetes mellitus. c. Glukosa Toleransi Test (GTT) Dimaksudkan untuk penentuan diagnosa pasti, terutama apabila hasil pemeriksaan glukosa darah dan urine sebelumnya masih meragukan. Pemeriksaan dilakukan berbeda tergantung beban glukosa yang diberikan pengambilan darah dilakukan tiap jam setelah pemberian glukosa. d. Glukosa darah sewaktu Dimaksudkan untuk mengetahui kadar glukosa seseorang tanpa memperhatikan kondisi orang tersebut dan biasanya untuk sekedar ingin tahu.(Wattimena C. F,1985)



8



BAB III METODE PRAKTIKUM



A.



B.



Waktu dan Tempat Hari, tanggal



: Kamis, 12 November 2015



Tempat



: Laboratorium Kimia



Prinsip Gula darah anak mereduksi K2Fe(CN)6 0.005 N sisa K2Fe(CN)6 0.005 N akan direaksikan dengan KI yang akan menghasilkan I 2. I2 yang dihasilkan kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0.0005 N. dengan perhitungan kimia, K2Fe(CN)6 0.005 N yang telah tereduksi dapat diperhitungkan setara dengan jumlah gula



C.



Alat dan Bahan Alat yang digunakan -



Buret mikro 2 ml



-



Tabung reaksi



-



Blood lancet



-



Kertas saring



-



Funnel



-



Penangas air



Bahan yang digunakan -



ZnSO4 0.45%



-



NaOH 0.1 N



-



K2Fe(CN)6 0.005 N



-



KI



-



Asam Acetat



-



Amilum



:



:



9



-



Na2S2O3 0.0005 N



C. Cara Kerja 1.



Dicampurkan NaOH dengan ZnSO4 dalam tabung reaksi masing-masing 1 ml dan 5 ml.



2. Dimasukkan 0,1 ml darah kapiler ke dalam campuran tersebut, diaduk lalu dipanaskan selama 4 menit. 3. Disaring dan dicuci campuran tersebut dengan aquadest melalui kertas saring (sebanyak 2 kali 3 ml aquadest) dan di masukkan air cucian ke filtrate. Kemudian filtrate ditambahkan 2 ml K2Fe(CN)6 0.005 N dan direbus selama 15 menit, didinginka 4. Lalu ditambahkan 3 ml KI dan 2 ml asam asetat. Ditambahkan 3 tetes amilum, lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0.0005 N. dicatat Na2S2O3 0.0005 N yang terpakai, dikoreksi hasilnya dengan angka yang terdapat dalam blanko.



10



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.



Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Pengamatan



1 ml NaOH + 5 ml ZnSO4



Ditambah 0.1 ml darah



Setelah di saring dengan aquadest



Setelah dipanasknn



Setelah dipanaskan selama 4 menit



Dipanaskan selama 15 menit



Ditambah 3 ml KI dan



Setelah dititrasi



2 ml asam asetat



dengan Na2S2O3



Data : Titik awal titrasi sampel : 0.4 ml



11



Titik akhir titrasi sampel : 0.46 ml Titrasi sampal (b)



: 0.46 – 0.4 = 0.06 ml



Titrasi blanko (a)



: 0.14 ml



Perhitungan : % = { (a - b) × 174 mg } × 10 = { (0.14 – 0.006) × 174 mg } × 10 = 139.2 mg glukosa / 100 ml darah 2. Pembahasan Gula darah adalah istilah yang mengacu pada tingkat glukosa didalam darah. Konsentrasi gula darah atau tingkat glukosa serum diatur ketat didalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah energy untuk sel-sel tubuh. Meskipun disebut gula darah, selain glukosa, ditemukan juga jenis-jenis gula lainnya. Namun, hanya tingkatan glukosa yang diatur insulin. Glukosa dibentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Pada praktikum penelitian kadar gula darah ini digunakan metode Hagedorn Dan Jensen. Prinsipnya adalah gula darah anak mereduksi K2Fe(CN)6 0.005 N sisa K2Fe(CN)6 0.005 N akan direaksikan dengan KI yang akan menghasilkan I2. I2 yang dihasilkan kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0.0005 N. dengan perhitungan kimia, K2Fe(CN)6 0.005 N yang telah tereduksi dapat diperhitungkan setara dengan jumlah gula. Campuran Zinc Sulfat dan NaOh merupakan endapan protein yang mengganggu reaksi kimia. Amilum berfungsi sebagai indicator yang akan berwarna biru jika direaksikan dengan I2. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Hagedorn dan Jensen yaitu pengedapan protein darah dengan Zn hidroksid pada suhu 100°C, glukosa dalam filtrat dioksidase oleh larutan kalium ferisianida alkalik yang dibufer pada pH 11,5 yang diberikan berlebihan. Dalam reaksi ini terjadi kalium ferosianida, yang akan diikat oleh Zn sulfat. Kelebihan kalium ferisianida dititrasi secara iodemetrik. Dari banyaknya ferisianida yang digunakan untuk mengoksidkan



12



glukose, dapat diketahui banyaknya glukosa yang ada. Banyaknya ferisianida dapat diketahui dari banyaknya natrium tiosulfat yang dalam titrasi iodometrik ini Sampel yang digunakan adalah darah kapiler sebanyak 0.1 ml yang kemudian bereaksi dengan NaOH dan ZnSO4. Setelah itu dipanaskan selama 4 menit dan kemudian disaring dengan aquadest. Filtrate yang didapat ditambahkan dengan K2Fe(CN)6 yang kemudian dipanaskan lagi selama 15 menit. Setelah dingin ditambahkan 3 ml KI 15% dan 2 ml asam asetat, karena penambahan KI yaitu 2I- sehingga membentuk 2 Fe (CN)64- dan I2. Sebelum dilakukan titrasi larutan sampel ditambahkan 2 tetes amilum yang berubah warna menjadi coklat kebiruan. Penambahan amilum ini bertujuan agar memudahkan penentuan titik akhir titrasi. Kemudian sampel dititrasi dengan Na 2S2O3, senyawa iod yaitu I2 akan bereaksi dengan ion dari Na2S2O3 yaitu S2O32sehingga menghasilkan 2I- dan S4O32- membentuk kompleks berwarna kuning. Namun hasil titrasi yang kami peroleh tidak berwarna kuning tetapi berwarna putih. Hal tersebut dikarenakan kesalahan dalam penggunaan reagen saat titrasi. Pengujian kadar glukosa ini dapat dikategorikan pemeriksaan atau penentuan kadar gula darah sewaktu (GDS) atau 2 jam setelah makan, karena sampel darah diambil



dari orang yang tidak dalam



keadaan puasa. Dari perhitungan diperoleh kadar gula darah sebesar 139.2 mg glukosa / 100 ml darah. Hasil tersebut masih dianggap normal karena masih dibawah 200 mg/dl. Gula darah sewaktu yang lebih dari 200 mg/dl dapat dikatakan hiperglikemia. Glukosa darah sewaktu dimaksudkan untuk mengetahui kadar glukosa seseorang tanpa memperhatikan kondisi orang tersebut dan biasanya untuk sekedar ingin tahu.(Wattimena C. F,1985)



13



BAB V PENUTUP



A.



Kesimpulan Dari hasil praktikum didapat kadar gula darah sewaktu (GDS) sebesar 139.2 mg glukosa/100 ml darah. Hal ini masih dikatakan normal karena masih dibawah 200 mg/dl



14



DAFTAR PUSTAKA



Tim Biokimia. Pedoman Praktikum Biokimia Gizi. 2015. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin, Jurusan Gizi http://jtprunimus.com/2008/gdl-sl-2008hetipraset-1003-2-bab2 Azalista Amri, 2013. Laporan Praktikum Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Online. http://id.m.wikipedia.org/wiki/gula-darah



15