Pemeriksaan Minyak Atsiri - Compress [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMERIKSAAN MINYAK ATSIRI



A. TUJ UAN Dapat mengetahui sifat-sifat minyak atsiri dan dapat melakukan cara-cara untuk menidentifikasi bahan alami nabati yang mengandung minyak atsiri baik secara organoleptik, mikroskopi, maupun kimiawi. B. LANDASAN TEORI Saat ini meskipun obat tradisional cukup banyak digunakan oleh masyarakat dalam usaha pengobatan sendiri (self-medication), profesi kesehatan/dokter umumnya masih enggan untuk meresepkan ataupun menggunakannya. Definisi obat tradisional ialah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.2 Obat tradisional Indonesia atau obat asli Indonesia yang lebih dikenal dengan nama jamu, umumnya campuran obat herbal, yaitu obat yang berasal dari tanaman. Bagian tanaman yang digunakan dapat berupa akar, batang, daun, umbi atau mungkin juga seluruh bagian tanaman (Dewoto, 2007). Minyak atsiri banyak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemajuan teknologi di bidang minyak atsiri, maka usaha penggalian sumbersumber minyak atsiri dan pendayagunaannya dalam kehidupan manusia semakin meningkat. Minyak atsiri banyak digunakan sebagai obat-obatan.



Untuk memenuhi kebutuhan itu, sebagian besar minyak atsiri diambil dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri (Sipahelut, 2010). Minyak atsiri merupakan salah satu produk yang dibutuhkan pada berbagai industri seperti industri kosmetik, obatobatan, makanan dan minuman. Minyak atsiri juga dapat digunakan sebagai aroma terapi Menurut Sediawan (2000), Proses leaching (ekstraksi padat-cair) dapat digunakan untuk pengambilan minyak atsiri. Industri kecil umumnya masih belum bisa menggunakan teknologi ini karena keberhasilan proses ini sangat ditentukan oleh pengambilan kembali (recovery) solven, yang membutuhkan peralatan yang relative baik. Harga solven biasanya relatif mahal, sehingga kehilangan solven akan sangat merugikan. Kelemahan lain adalah adanya sedikit solven yang tertinggal dalam produk. Untuk produk-produk tertentu, terutama bahan makanan, adanya sedikit solven tersisa tersebut perlu dihindari. Isolasi minyak atsiri dapat menggunakan penyulingan dengan air. Menurut Hendartomo (2005), pada metode ini tanaman yang akan disuling dimasukkan dalam ketel dan kontak langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam secara sempurna, tergantung pada berat dan jumlah bahan yang akan disuling. Ciri khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Penyulingan dengan air sering disebut penyulingan langsung (Jayanudin, 2011). Minyak atsiri adalah minyak ini mudah larut dalam etanol absolut, eter, eter minyak tanah, dan kloroform dalam minyak lemak. Sebaliknya sangat sedikit larut dalam air. Dalam etanol encer, kelarutan komponen yang



mengandung oksigen (asam karboksilat, alkohol, keton, aldehida) lebih besar daripada hidrokarbon terpen. Dengan adanya pengaruh cahaya, udara, dan panas sangat mudah terjadi perubahan, khususnya terjadi peristiwa polimerisasi (Voight,1995). Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secar menaik (escending), atau karena pengaruh grafitasi pada pengembangan secara menurun (descending) (Gandjar dan Rohman, 2007). C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: -



Tabung reaksi



-



Pipet tetes



-



Botol semprot



2. Bahan Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini: -



Minyak kayu putih (Oleum cajuputi)



-



Minyak goreng (Coconut oil)



-



Minyak jagung (Corn oil)



-



Larutan FeCl3 (Besi III klorida)



-



Larutan NaCl (Natrium Klorida) jenuh



-



Etanol



-



Koroform



-



Kertas saring



D. PROSEDUR KERJ A 1) Uji minyak dalam air Minyak kayu putih



Minyak goreng



Minyak jagung



- Diambil satu tetes - Diteteskan pada permukaan air



Hasil Pengamatan . . . . . ?



2) Uji minyak pada kertas saring Minyak kayu putih



Minyak goreng



Minyak jagung



- Diambil satu tetes - Diteteskan pada sepotong kertas



saring - Didiamkan - Diamati



Hasil Pengamatan . . . . ?



3) Uji minyak atsiri dalam NaCl Minyak kayu putih - Diambil 1 ml - Dikocok dengan 1 ml NaCl - Dibiarkan memisah kembali - Diamati



Hasil Pengamatan . . . ?



4) Uji kelarutan minyak atsiri Minyak kayu putih - Diambil 1 ml - Dimasukkan masing-masing daam



3 tabung reaksi - Ditambah etanol pada tabung I - Ditambah kloroform pada tabung II - Dihitung jumlah tetes yang digunakan hingga minyak larut



- Hasil pengamatan . . . . ?



5) Deteksi Senyawa Fenol Minyak atsiri - Diambil 2 ml - Ditambah 3 ml etanol - Ditambah larutan FeCl3 - Diamati warna yang terjadi Hasil Pengamatan ….?



6) Deteksi reduksi volume - putih Minyak kayu - Dipipet 2 ml - Ditambahkan Natrium Hidroksida - Dikocok pelan-pelan - Diamati volumenya Hasil Pengamatan …?



E. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Pengamatan minyak dalam air No.



Bahan



Hasil pengamatan



1.



Minyak kayu putih



Cepat menyebar, warna bening



2.



Minyak jagung



Lambat menyebar, warna bening, menggumpal



3.



Minyak kelapa



Agak cepat menyebar, warna bening, menggumpal



Tabel 2. Pengamatan minyak pada kertas saring No.



Bahan



Hasil pengamatan



1.



Minyak kayu putih



Noda bening, tidak membekas



2.



Minyak jagung



Noda agak bening, membekas



3.



Minyak kelapa



Noda warna kuning, membekas



Tabel 3. Minyak atsiri dalam NaCl jenuh No.



Bahan



Hasil pengamatan



Minyak kayu



Terbentuk dua lapisan dan terjadi reduksi



1. putih



(pengurangan) volume minyak atsiri



Tabel 4. Uji kelarutan minyak atsiri No.



Bahan



Hasil pengamatan



Minyak atsiri +



Larut dengan 39 tetes



1. alkohol 2.



Minyak atsiri +



Larut dengan 22 tetes



kloroform



Tabel 5. Deteksi senyawa fenol No.



Bahan



Hasil pengamatan



Minyak atsiri 2 ml



Larut



1. + etanol 3 ml Minyak atsiri 2 ml 2.



+ etanol 3 ml +



Larut



FeCl3



Tabel 6. Deteksi reduksi volume No.



Bahan



Hasil pengamatan



Minyak atsiri +



Tidak larut, warna bening, terjadi



1. NaOH



pengurangan volume



F. PEMBAHASAN Pada percobaan ini, dilakukan pengamatan atau pemeriksaan terhadap minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan suatu senyawa yang kandungannya sebagian besar bersifat volatile atau mudah menguap dan juga bersifat peka terhadap cahaya, suhu panas, udara, dan kelambaban . Adapun serangkaian pemeriksaan yang dilakukan berupa pengamatan minyak dalam air, pengamatan minyak pada kertas saring, pengamatan minyak atsiri dalam NaCl jenuh, uji kelarutan minyak atsiri, deteksi senyawa fenolik, dan deteksi reduksi volume. Pada pengamatan atau perlakuan pertama, yaitu pengamatan minyak dalam air, tiga jenis minyak yang digunakan yaitu minyak kayu putih (minyak atsiri), minyak jagung, dan minyak kelapa (minyak lemak) diberi perlakuan yang sama, yaitu dicampurkan atau dimasukkan dalam air. Pengamatan menunjukkan bahwa minyak kayu putih atau minyak atsiri lebih cepat menyebar dalam air dengan tidak menunjukkan perubahan warna (warna tetap bening). Hal berbeda ditunjukkan oleh minyak jagung dan minyak kelapa lebih lambat menyebar, dan menunjukkan warna bening dan juga menunjukkan pembentukan gumpalan cairan. Minyak kayu putih atau minyak atsiri tidak larut dalam air, akan tetapi menyebar karena adanya sifat minyak atsiri yang mudah menguap (volatile). Minyak jagung lambat menyebar dan membentuk gumpalan. Minyak lemak manunjukkan penyebaran pada air yang lebih lambat lagi dan juga adanya gumpalan. Ha tersebut dipengaruhi oleh adanya perbedaan kepolaran antara minyak dan air. Secara umum, minyak lemak bersifat tidak larut dalam pelarut polar, contohnya air. Akan tetapi, minyak lemak bersifat dapat larut dalam pelarut organik lain. Pada perlakuan selanjutnya, dilakukan pengujian minyak pada kertas saring, di mana masing-masing minyak, yaitu minyak kayu putih, minyak jagung, dan minyak kelapa



diteteskan pada kertas saring atau tissue. Hasil pengamatan menunjukkan kertas saring atau tissue yang ditetesi minyak kayu putih lebih cepat menguap dan tidak meninggalkan bebkas noda atau noda bening. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa minyak atsiri bersifat volatil atau mudah menguap, utamanya pada suhu kamar. Sedangkan hasil yang ditunjukkan oleh minyak jagung yang pada kertas saring meninggalkan bekas dengan noda agak bening dan minyak kelapa yang meninggalkan noda berupa warna kuning. Hal tersebut disebabkan karena minyak tersebut tidak mudah menguap pada suhu kamar. Pada perlakuan di mana minyak atsiri yang ditambahkan dengan NaCl jenuh akan mengakibatkan berkurangnya volume minyak atsiri, hal tersebut karena minyak atsiri tersebut tereduksi oleh NaCl. Sama halnya ketika minyak atsiri ditambahkan dengan larutan NaOH, akan terjadi juga pengurangan volume yang disebabkan oleh terseduksinya minyak atsiri oleh senyawa NaOH tersebut. Pada perlakuan selanjutnya, minyak atsiri diuji kelarutannya dalam pelarut alkohol dan pelarut kloroform. Hasil menunjukkan bahwa minyak atsiri dapat larut dalam 39 tetes alkohol dan larut dalam 22 tetes kloroform. Hal itu menunjukkan bahwa minyak atsiri lebih bersifat lebih mudah larut dalam kloroform daripada dalam alkohol. Dapat pula dipengaruhi oleh kepolaran pelarut terhadap minyak atsiri, di mana minyak atsiri yang bersifat nonpolar dapat lebih mudah larut dalam kloroform yang bersifat semipolar daripada alkohol yang bersifat polar. Ketika minyak atsiri ditambahkan dengan etanol maupun ditambahkan dengan etanol dan FeCl3, menunjukkan bahwa minyak atsiri tersebut dapat larut. Seperti pada perlakuan



sebelumnya, hal tersebut karena minyak atsiri memiliki tingkat kelarutan yang lebih tinggi pada pelarut-pelarut organik. Setelah melakukan pengujian yang menunjukkan beberapa sifat yang dimiliki oleh minyak atsiri dan perbedaannya terhadap minyak lain, seperti minyak jagung dan minyak lemak, maka dapat dilakukan pengujian terhadap beberapa sifat minyak atsiri tersebut, sebagaimana telah diuraikan di atas. Identifikasi minyak atsiri juga dapat dilakukan dengan metode yang umum dilakukan, contohnya kromatografi lapis tipis atau KLT. KLT merupakan salah satu metode indetifikasi baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Secara ringkas, dalam metode KLT terdapat fasa diam dan fasa gerak. Sampel yang ditotolkan pada lempeng lalu dikembangkan dengan satu sistem fase gerak sehingga campuran terpisah berdasarkan jalur yang sejajar dengan salah satu sisi. Minyak atsiri pada industri banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum, antiseptik dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atsiri mampu bertindak sebagai bahan terapi (aromaterapi) atau bahan obat suatu jenis penyakit. Fungsi minyak atsiri sebagai bahan obat tersebut disebabkan adanya bahan aktif, sebagai contoh bahan anti radang, hepatoprotektor, analgetik, anestetik, antiseptik, psikoaktif dan antibakteri. G. KESIMPULAN Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri memiliki sifat-sifat khusus yang membedakannya dari minyak lain, yaitu menyebar dengan cepat di atas permukaan air, mudah menguap (volatil), dapat tereduksi dengan NaCl jenuh, mudah larut dalam pelarut organik, dan mengadung fenol pada minyak atsiri tertentu.



DAFTAR PUSTAKA Dewoto, hedi R, 2007, Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka, Majalah kedokteran Indonesia, Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Gandjar, ibnu gholib dan Abdul rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Jayanudin, 2011, Komposisi Kimia Minyak Atsiri Daun Cengkeh Dari Proses Penyulingan Uap, Jurnal Teknik Kimia Indonesia, Vol. 10, No. 1, Cilegon. Sipahelut, Sophia grace, 2010, Isolasi dan Identifikasi Minyak Atsiri Dari Daging Buah Pala (MyrisTICA Fragrans Houtt), Jurnal Agroforestri, Vol.5, No.2, Ambon. Voight, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.