Pemeriksaan Piutang Usaha Dan Piutang Lainnya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Kelompok



AUDITTING II PEMERIKSAAN PIUTANG USAHA DAN PIUTANG LAINNYA



OLEH KELOMPOK 5



LIA AMALIA RAMADHANI AHIRI ( B1C1 17 067 ) NASRUL TEKKO TETE MTA ( B1C1 18 085 ) ANDI MUH FADLI ARFIANSYAH (B1C1 18 093) MAHARANI SAIBA ( B1C1 18 095 ) FIRDA LATIFAH ( B1C1 18 104 )



JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Pemeriksaan Piutang Usaha dan Piutang Lainnya”. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas dari pada mata kuliah Auditting II. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Etika Kepegawaian” bagi pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu dosen pada mata kuliah Auditting II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami perlukan demi kesempurnaan makalah ini.



Kendari, Oktober 2020



Penulis



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR .............................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................. BAB I PENDAHULUN Latar Belakang .............................................................................................. Rumusan Masalah ......................................................................................... Tujuan ........................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN Sifat dan contoh piutang................................................................................ Tujuan Pemeriksaan (Audit Objictives) Piutang .............................................. Prosedur Pemeriksaan Piutang Usaha.............................................................. BAB III PENUTUP Kesimpulan ................................................................................................... Saran .............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan. Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang berbeda. Piutang dinyatakan sejumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.  Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih. Disamping itu piutang juga mempunyai tujuan dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara tersendiri. Oleh karena itu, penulis menulis makalah yang berjudul “Pemeriksaan Piutang“. Semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan terutama bagi penulis dan pembaca.



1.2.



Rumusan Masalah 1. Apa saja sifat dan contoh piutang ? 2. Apa tujuan Pemeriksaan (Audit Objictives) Piutang ? 3. Bagaimana prosedur Pemeriksaan Piutang Usaha ?



1.3.



Tujuan Tujuannya yaitu, untuk mengetahui : 1. Sifat dan contoh piutang 2. Tujuan Pemeriksaan (Audit Objictives) Piutang 3. Prosedur Pemeriksaan Piutang Usaha



BAB II PEMBAHASAN 10.1. SIFAT DAN CONTOH PIUTANG Standar Akuntansi Keuangan menggolongkan piutang, menurut sumber terjadinya, dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau secara kredit. Piutang lain-lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha dan piutang lain-lain yang diharapkan bisa ditagih dalam satu tahun atau kurang diklasifikasikan sebagai piutang lancar. Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai piutang antara lain :        



Piutang usaha. Wesel tagih. Piutang pegawai. Piutang bunga. Uang muka. Uang jaminan (Refundable deposit). Putang lain-lain. Allowancce for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih).



Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendin (tidak digabung dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang berbeda. Piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada laporan posisi keuangan (neraca) diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih. 10.2. TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) PIUTANG 1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas. 2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) dari pada piutang 3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih) 4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent lability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes recivable).



5.



Untuk memeriksa apakah penyajian piutang dilaporan posisi keuangan (neraca) sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan SAK ETAP.



Penjelasan Atas Tujuan Pemeriksaan 1. Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, plutang dan penerimaan kas. Jika akuntan pubilk (auditor) dapat meyakinkan dirinya bahwa intemal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan subtantive test bisa dipersempit. Beberapa ciri internal control yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas adalah: a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang melakukan penjualan, mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan. b. Digunakannya formulir-formulir yang bemomor urut tercetak (prenumbered), misalnya sales order (pesanan penjualan), sales invoice (faktur penjualan), delivery order (surat pengiriman barang), credit memo, official receipt (kuitansi). c. Digunakannya price list (daftar harga jual) dan setiap penyimpangan dari price list atau setiap discount yang diberikan kepada pelanggan harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang berwenang. d. Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (accounts receivable subledger card) untuk masing-masing pelanggan yang selalu diupdate (dimutakhirkan). e. Setiap akhir bulan dibuat aging schedule piutang (analisis umur piutang). f. Setiap akhir bulan jumlah saldo piutang dari masing-masing pelanggan dibandingkan (direconcile) dengan jumlah saldo piutang menurut buku besar. g. Setiap akhir bulan dikirim montly statement of account kepada masing-masing pelanggan.



h. Uang kas, check atau giro yang diterima dari polanggan harus disetor dalam jumlah seutuhnya (intach) paling lambat keesokkan harinya. i. Mutasi kredit diperkiraan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal dari retur penjualan dan penghapusan piutang harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang. j. Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang, didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau tidak. 2. Untuk memeriksa validity dan authenticity dari piutang. Validity maksudnya apakah piutang itu sah, masih berlaku, dalam arti diakui oleh yang mempunyai utang. Authenticity maksudnya apakah piutang itu didukung oleh bukti-bukti yang otentik seperti sales order, delivery order yang sudah ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima barang yang dipesan, dan fatur penjualan. 3. Untuk memeriksa collectibility piutang dan cukup tidaknya alowance for bad debt. Collectibility maksudnya adalah kemungkinan tertagihnya piutang. Piutang harus disajikan di laporan posisi keuangan (neraca) sebesar jumlah yang diperkirakan bisa ditagih. Karena itu jumlah yang diperkirakan tidak bisa ditagih harus dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang cukup. Selain itu piutang yang sudah pasti tidak bisa ditagih harus dihapuskan dengan mendebit perkiraan penyisihan piutang (jika sebelumnya sudah pernah dibuat penyisihan piutang) atau biaya penyisihan piutang (jika belum pernah dibuat penyisihan piutang) dan mengkredit perkiraan piutang Auditor harus memeriksa cukup tidaknya allowance for bad debt karena: 



Jika allowance yang dibuat terlalu besar maka akibatnya piutang disajikan terlalu kec (understated) dan biaya penyisihan piutang terlalu besar (overstated) dan laba rugi terlalu kecil (understated).







Jika alowance yang dibuat terlalu kecil maka akibatnya piutang yang disajkan overstated, biaya penyisihan piutang understated dan laba rugi overstated.



4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat yang timbul dari pendiskontoan wesel tagih Jika perusahaan mempunyai wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum tanggal jatuh temponya, maka pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca) harus diungkapkan adanya contingent lability yang berasal dari pendiskontoan wesel tagih tersebut. Karena jika tanggal jatuh tempo si penarik wesel tidak sanggup melunasi wesel tersebut ke bank, maka perusahaan, yang mendiskontokan wesel tersebut ke bank, yang harus melunasi wesel berikut bunganya ke bank. 5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di Laporan posisi keuangan (neraca) sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). Menurut Standar Akuntansi Keuangan: 



Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah dengan identifikasi yang jelas.







Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada laporan posisi keuangan (neraca) dikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.







Saldo kredit piutang individual jika jumlahnya material harus disajikan dalam kelompok kewajiban.







Jumlah piutang yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.







Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai perjanjan untuk dibeli kembali (sale of accounts receivable/notes receivable discounted with recourse) kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan secukupnya.



Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 124,129): Penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang dibentuk sebesar estimasi kerugian yang tidak dapat ditagih. Penurunan nilai ditentukan dengan memperhatikan antara lain pengalaman, prospek industri, prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas, kemampuan membayar debitor, dan agunan yang dikuasai.



Jika estimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual melebihi jumlah tercatat aset maka estimasi harus menaikkan jumlah tercatat aset tersebut ke nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, tergantung dengan pembatasan yang dijelaskan dalam paragraf berikut. Kenaikan tersebut adalah pemulihan kerugian penurunan nilai. Kenaikan jumlah tercatat aset yang dapat diatribusikan pada pemulihan kerugian penurunan nilai aset tidak boleh melebihi jumlah tercatat yang telah ditentukan (nilai bersih dari amortisasi atau penyusutan) tanpa kerugian penurunan nilai yang diakui pada periode lalu. Selain itu, piutang pegawai, piutang direksi, pemegang saham, piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau tidak. 1.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN (AUDIT PIUTANG USAHA YANG DI SARANKAN



PROCEDURES)



1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutangda penerimaan kas. 2. Buat top schedule dan supporting schedule piutang per tanggal laporan posisi keuangan neraca. 3. Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal neraca yang antara lainmenunjukkan nama pelanggan, saldo piutang, umur piutang dan kalau bisasubsequent collections nya.Selain itu perlu juga diminta rincian piutang pegawai, wesel tagih, uang muka danlain-lain per tanggal neraca.



4. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalutotalnya ke general ledger 5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan salesinvoice 6. Kirimkan konfirmasi piutang: a) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi suratkonfirmasi. b) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif. c) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun disuratkonfirmasi. d) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untukdicari perbedaannya.



e) Buat ikhtisar dari hasil konfirmasi 7. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaankas untuk periode setelah taggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaianpemeriksaan lapangan audit. Perhatikan bahwa yang dicatat sebagi subsequent collections hanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yangsedang diperiksa. 8. Periksa pakah ada wesel tagih yang di diskontokan untuk mengetaui kemungkinanadanya contingent liability. 9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang di sediakan oleh klein sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil 10. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain,lebih kurang 2 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum dikirim cari tahu alasannya.Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya. 11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang disajikan sebagai jaminan. 12. Lakukan prosedur analisi terhadap piutang dan penjualan 13. Periksa apakah penyajian piutang di laporan posisi keuangan (neraca) dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). 14. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa. Penjelasan prosedur audit : 1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas. Proses memahami dan mengevaluasi internal control merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu proses pemeriksaan akuntan. Karena hasil dari evaluasi internal control atas piutang berupa kesimpulan apakah internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif atau tidak. Jika auditor menyimpulkan bahwa internal control berjalan efektif, berarti luasnya pengujian atas kewajaran saldo piutang per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan saldo penjualan untuk periode yang diperiksa bisa



dipersempit. Jika internal control baik atau berjalan efektif, berarti kemungkinan terjadinya kesalahan adalah kecil dan jika kesalahan terjadi akan bisa segera ditemukan oleh pihak perusahaan. Untuk mempelajari internal control yang terdapat di perusahaan, auditor bisa melakukan tanya jawab dengan klien dengan menggunakan internal control questionnaires. Kemudian hasil tanya jawab digambarkan lebih lanjut dalam flow chart dan (jika dianggap perlu) dalam bentuk cerita (narrative). Berdasarkan jawaban ICQ, flow chart dan penjelasan narrative (jika ada), auditor bisa mengevaluasi internal control yang ada secara teoritis dan menarik kesimpulan sementara apakah internal control perusahaan baik, sedang atau lemah. Jika disimpulkan sementara bahwa internal control baik atau sedang auditor harus melakukan compliance test atau test of recorded transactions, untuk membuktikan apakah internal control berjalan efektif atau tidak. Jika disimpulkan sementara bahwa internal control lemah, auditor tidak perlu melakukan compliance test, tetapi langsung melakukan substantive test yang diperluas. Karena jika auditor tetap melakukan compliance test, kesimpulan akhir pasti menyatakan bahwa internal control lemah. Setelah melakukan compliance test, auditor harus menarik kesimpulan akhir apakah intermal control baik, sedang atau lemah. Setelah itu baru auditor melakukan substantive test. Garis besar sistem dan prosedur penjualan dan pencatatan piutang usaha pada PT. Reniku:



1. Pesanan dari pelanggan (Purchase Order) didapat melalui penjual/salesman serta melalui faksimile yang masuk. 2. serta melalui faksimile yang masuk. Berdasarkan order pembelian tersebut. Manajer Penjualan membuat Sales Contract (SC) rangkap 2 (dua), bernomor urut tercetak, yang didistribusikan sebagai berikut: Lembar ke-1 untuk pelanggan, Lembar ke-2 untuk arsip. Setelah SC disetujui pelanggan maka lembar ke-2 dikirim ke bagian administrasi penjualan. 3. Berdasarkankan SC tersebut, dibuat Surat Instruksi Pengiriman (SIP) rangkap 4 (empat), bernomor urut tercetak, yang akan didistribusikan sebagai berikut: Lembar ke-1 untuk kepala gudang. Lembar ke-2 untuk manajer keuangan. Lembar ke-3 untuk manajer akuntansi. Lembar ke-4 untuk arsip.



4. Kemudian keempat surat instruksi pengiriman tersebut dimintakan persetujuan dari Manajer Penjualan. 5. Kepala Gudang menerima SIP lembar ke-1 yang telah disetujui, kemudian membuat Surat Jalan (SJ) rangkap 4 (empat), bernomor urut tercetak, yang didistribusikan sebagai berikut: Lembar ke-1 untuk pelanggan. Lembar ke-2 untuk manajer keuangan. Lembar ke-3 untuk manajer akuntansi. Lembar ke-4 untuk arsip. 6. Berdasarkan SIP lembar ke-1 dan SJ tersebut, petugas gudang mengeluarkan barang dan kepala gudang mencatat pada kartu gudang. 7. Petugas pengiriman lalu mengirimkan barang beserta keempat lembar surat jalannya. 8. Petugas pengiriman membawa kembali lembar ke-2, 3 dan 4 surat jalan yang telah dicap dan ditandatangani pembeli. 9. Lembar ke-3 diserahkan ke bagian akuntansi untuk nantinya dicocokkan dengan faktur dan berdasarkan SJ ke-3 dan SIP ke-3 dicatat dalam kartu persediaan, kartu piutang dan buku penjualan, sedangkan lembar ke-2 bersama-sama dengan faktur akan dikirim ke pembeli untuk penagihan. 10. Berdasarkan lembar ke-3 surat jalan yang kembali, bagian administrasi keuangan membuat faktur penagihan dalam rangkap 3 (tiga), bernomor urut tercetak, yang didistribusikan sebagai berikut: Lembar ke-1 untuk pelanggan. Lembar ke-2 untuk manajer akuntansi. Lembar ke-3 untuk arsip. Semua formulir yang digunakan dalam prosedur penjualan dan piutang usaha usaha PT. Reniku sebelumnya telah diberi nomor urut tercetak. Nomor urut itu sendiri digunakan untuk mengawasi pemakaian formulir. Penggunaan nomor urut tercetak pada formulir seperti Surat Kontrak, Surat Instruksi Pengiriman, Surat Jalan dan Faktur Penjualan merupakan elemen pengawasan terhadap transaksi yang bersangkutan dengan formulir tersebut. Berdasarkan penjelasan narrative, flow chart dan jawaban internal control questionnaires atas sistem dan prosedur penjualan, piutang usaha dan penerimaan kas pada PT. Reniku, bisa ditarik kesimpulan sementara bahwa pengendalian intern atas penjualan, piutang usaha dan penerimaan kas cukup baik dan tidak diindentifikasikan suatu risiko kesalahan yang material. Langkah berikutnya, auditor harus melakukan compliance test (penguijan ketaatan), namun sebelumnya perlu disusun audit program untuk pengujian ketaat sebagai berikut:



1. Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penerimaan order dari pembeli, pengiriman barang, pembuatan faktur, pencatatan piutang usaha dan penagiha piutang. 2. Ambil sampel surat jalan (Delivery Order) 



Periksa apakah surat jalan bernomor urut tercetak.







Periksa apakah surat jalan tersebut sudah diotorisasi pejabat perusahaan yang berwenang dan telah ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima barang yang telah dikirimkan.



3. Ambil sampel faktur penjualan (Sales Invoice) a) Periksa apakah faktur penjualan bernomor urut tercetak. b) Periksa apakah faktur penjualan bernomor urut tercetak. c) Periksa perhitungan matematis dari faktur penjualan dan dokumen pendukung. d) Periksa apakah harga jual, syarat penjualan dan potongan yang tercantum dalam faktur penjualan sesuai dengan kebijakan perusahaan. e) Periksa apakah penjualan kredit yang terjadi telah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang. f) Telusuri pencatatan faktur penjualan kedalam buku penjualan dan kartu piutang. Contoh kertas kerja pemeriksaan untuk pengujian transaksi penjualan dan pencatatan piutang bisa dilihat di Exhibit 10-3. Dari pengujian ketaatan yang dilakukan atas transaksi penjualan dan pencatatan piutang, disimpulkan bahwa pengendalian intern atas transaksi penjualan dan piutang berjalan efektif. 2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule Piutang usaha per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Untuk menghemat waktu pemeriksaan, auditor harus meminta rincian-rincian dari piutang usaha, piutang pegawai, wesel tagih, uang muka, piutang bunga, piutang afiliasi, piutang direksi, piutang pemegang saham dan piutang lain-lain. Rincian-rincian yang berasal dari klien dicantumkan tanggal terimanya dan tuliskan PBC (prepared by client). Harus diingat bahwa tugas auditor adalah memeriksa kewajaran laporan keuangan, bukan menyiapkan rincian-rincian atau menyusun laporan keuangan, karena laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen.



3. Analisis umur piutang usaha (aging schedule piutang), seperti yang terlihat di Exhibit 10-5, harus menunjukkan: nama pelanggan, saldo piutang, umur piutang usaha (belum jatuh tempo, 0-30 hari, 31-60 hari, 61-90 hari, 91-120 hari, > 120 hari) dan kalau bisa penagihan sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (subsequent collections). Perlu dijelaskan pada klien bahwa yang dicantumkan di kolom subsequent collections haruslah penagihan dari piutang usaha per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), jangan tercampur dengan penagihan dari piutang usaha yang berasal dari penjualan setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Untuk rincian piutang pegawai, piutang direksi, piutang pemegang saham harus dijelas kan apakah dikenakan bunga atau tidak dan bagaimana pembayaran kembalinya. Contoh supporting schedule piutang direksi bisa dilihat di Exhibit 10-9 4. Periksa mathematical accuracynya dan check invidual balance ke sub ledgerlalu totalnya A ke general ledger. Auditor harus mencheck penjumlahan (footing dan crossfooting) dan rincian-rincian yang diberikan klien dan saldo masing-masing pelanggan atau pegawai harus dicocokkan dengan saldo menurut sub ledger piutang usaha, lalu total dari masingmasing rincian dicocokkan dengan saldo general ledgernya. Jika ada saldo yang tidak cocok atau ditemukan kesalahan penjumlahan, beritahu kepada klien dan minta mereka memperbaikinya. Bukan tugas auditor untuk memperbaiki rincian-rincian tersebut.



5. Test check umur piutang usaha dari beberapa customer ke subledger piutang usaha dan sales invoice. Pengecekan umur piutang usaha merupakan prosedur audit yang penting karena akan memengaruhi penilaian cukup tidaknya penyisihan piutang usaha tak tertagih. Prinsipnya adalah bahwa semakin tua umur piutang usaha, semakin besar kemungkinan piutang usaha tersebut tak tertagih. Karena itu auditor harus yakin bahwa tidak terjadi pergeseran umur piutang usaha. Pengecekan umur piutang usaha dilakukan dengan memeriksa subledger piutang dan faktur penjualan: perhatikan apakah tanggal faktur penjualan dicatat dengan benar di subledger tersebut dan apakah umur piutang sesuai dengan jangka waktu antara tanggal faktur dengan tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Selain itu harus diperhatikan jangka waktu kredit (term of credit) yang diberikan perusahaan kepada para pelanggan yang biasanya dicantumkan di masing-masing invoice. Untuk pelanggan lama biasanya diberikan jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan untuk pelanggan baru.



6. Kirimkan konfirmasi piutang usaha. a) Konfirmasi piutang usaha adalah surat yang ditandatangani klien, ditujukan ke pelanggannya untuk meminta penegasan (konfirmasi) mengenai saldo utang pelanggan tersebut per tanggal tertentu (biasanya tanggal laporan posisi keuangan [neraca]). Pelanggan diminta menandatangani surat tersebut dan mengembalikan langsung ke KAP dengan menggunakan amplop yang sudah dibubuhi perangko dan mencantumkan alamat KAP. Surat konfirmasi tersebut harus dikirim oleh KAP, untuk mencegah jangan sampai surat tersebut lupa atau tidak dikirim oleh klien. 



bagian atas yang merupakan surat pengantar







bagian bawah yang akan dikembalikan langsung ke KAP setelah ditandatani oleh pelanggan. Jika setelah satu bulan konfirmasi positif belum dijawab, auditor harus mengirim surat konfirmasi yang kedua. Dari jawaban konfirmasi piutang usaha kadang-kadang auditor bisa menemukan adanya lapping.



b) Dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi konfirmasi piutang usaha harus dijelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan. Pemilihan  bisa menggunakan statistical sampling atau random/judgement sampling, misalnya: pilih pelanggan dengan saldo ≥ Rp10.000.000 ditambah dengan 5 pelanggan dengan saldo < Rp10.000.000. Surat konfirmasi piutang usaha harus diberi nomor dan nomor tersebut dicantumkan juga di kertas kerja, sehingga pada waktu jawaban konfirmasi diterima kembali (hanya bagian bawahnya) bisa diketahui untuk klien yang mana dan untuk Perkiraan apa. c) Ada dua jenis konfirmasi piutang, yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi negatife. Pada konfirmasi positif, pelanggan diminta untuk memberikan jawaban baik saldonya cocok maupun tidak cocok.  d) Jawaban konfirmasi bisa digolongkan daiam beberapa bentuk: Confirmed Balance (CB), berarti saldo menurut pelanggan cocok dengan surat konfirmasi. e) Buat ikhtisar (summary) dari jawaban hasil konfirmasi piutang. Tujuannya untuk mengetahui berapa banyak konfirmasi yang dijawab dengan saldo yang sesuai maupun yang berbeda, yang akan mempengaruhi keyakinan auditor terhadap kewajaran saldo piutang.



Konfirmasi Piutang Usaha Tujuan uatama konfirmasi bisnis adalah untuk memnuhi lokasi keberadaan, ketelitian, dan batas batas. Konfirmasi eksternal adalah bukti audit yang diperoleh sebagai suatu proses tertulis langsung kepada auditor dari pihak ketiga (pihak yang dikonfirmasi), baik dalam bentuk kertas, elektronik, atau lainnya. 



Ketentutan Dalam Standar Audit



SA 500 mengindikasi bahwa bukti audit berasal dari bukti dan sifatnya dan ini tergantung pada kondisi individu yang dari situ audit tersebut diperoleh. SA juga mencakup generalisasi yang relevan terhadap bukti audit: a) Bukti audit lebih andal ketika entitas. b) Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor lebih dan bukti audit yang diperoleh tidak secara langsung atau melalui penarikan simpulan. c) Bukti audit lebih andal dalam format dokumen, baik dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lainnya. SA 505 bertujuan untuk membantu auditor dalam mendesain dan melakukan prosedur konfirmasi eksternal untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal. SA lainnya mengakui pentingnya konfirmasi eksternal sebagai bukti audit, sebagai contoh:  SA 330 paragraf 5-6 mensyaratkan auditor untuk memperoleh bukti audit yang lebih meyakinkan dengan semakin meningkatkan risiko yang dotentukan oleh auditor.  SA 240 mengindikasikan bahwa auditor dapat mendesain permintaan konfirmasi untuk memperoleh tambahan informasi pendukung sebagai respons atas risiko kesalahan penyajian materi yang telah ditentukan disebabkan oleh kecurigaan pada tingkat asersi. 



Jenis-jenis Konfirmasi



Dalam melaksanakan prosedur konfirmasi, auditor memutuskan jenis konfirmasi yang akan digunakan:



pertama-tana



harus



1) Konfirmasi Positif 



Konfirmasi positif, adalah suatu permintaan konfirmasi pihak kepda pihak untuk merespons secara langsung kepada auditor yang



menunjukkan apakah pihak yang dikonfirmasi setuju atau tidak setuju dengan informasi yang etrdapat dalam permintaan konfirmasi, atau menyediakan informasi yang berhubungan (SA 505.6b) 



Konfirmasi bentuk kosong (blank), adalah konfirmasi konfirmasi tetapi konfirmasi tersebut tidak menyebutkan jumlah rupiah, melainkan meminta penerima untuk menyebutkan jumlah atau menyampaikan informasi lainnya.







Konfirmasi faktur, adalah jenis lain dari konfirmasi positif yang hanya konfirmasi konfirmasi faktur tertentu, tidak ada saldo akun.



2) Konfirmasi Negatif Adalah konfirmasi bahwa konfirmasi kepada pihak ketiga untuk merespons secara langsung kepada auditor hanya jika pihak yang diminta tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi. Standar audit menyatakan bahwa konfirmasi negatif dapat digunakan untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang dapat diterima jika: 



Gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran adalah rendah.







Sebagian besar akun bersaldo kecil.







Auditor tidak yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi akan permintaan tersebut.



Faktor utama yang mempengaruhi keputusan auditor untuk memilih konfirmasi yang digunakan adalah materialitas piutang usaha, risiko risiko bawaab, konfirmasi sebagai bukti, dan bukti audit lainnya. Konfirmasi ridak tepat digunakan dalam keadaan sebagai berikut: 2. Auditor memandang konfirmasi tidak akan menjadi bukti vang efektif karena tingkat jawaban diperkirakan tidak akan eukup atau tidak bisa dipercaya. 3. Tingkat risiko yang bawaan dengan risiko adalah dan bukti yang bisa dikumpulkan untuk memperoleh bukti yang cukup. 



Saat Pengiriman Konfirmasi Bukti paling bisa dipercaya dari konfirmasi diperoleh apabila konfirmasi yang dikirimkan sedekat mungkin dengan akhir tahun buku. Hal ini memungkinkan auditor untuk secara langsung menguji saldo piutang



usaha yang tercantum di neraca tanpa harus memutakhirkan saldo dengan transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca. 



Ukuran Sampel Untuk Konfirmasi a) Ukuran sampel, faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi ukuran sampel yang akan dikirimi konfirmasi meliputi: 



Kesalah penyajian bisa ditoleransi







Risiko bawaan (ukuran relatif total piutang, jumlah akun, hasil tahun lalu, dan kesalahan penyajian yang diperkirakan).







Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lain







Jenis konfirmasi (konfirmasi negatif biasanya memerlukan ukuruan sampel yang besar)



b) Pemilihan Unsur-unsur Untuk Diuji Dalam pendekatan yang biasa dilakukan untuk melakukan stratifikasi untuk memilih saldo yang akan dikonfirmasi, auditor mempertimbangkan baik besarnya jumlah rupiah saldo, maupun jangka waktu atau umur piutang. Dalam hal ini, auditor memilih semua akun yang bersaldo diatas suatu jumlah tertentu sedangkan sisanya dipilih secara acak. 



Pemeriksaan Alamat dan Pengawasan atas Konfirmasi Auditor harus melaksanakan prosedur untuk memeriksa alamat atau alamat e-mail yang digunakan dalam konfirmasi. Misalnya, auditor harus mempertimbangkan untuk melakukan prosedur tambahan apabila alamat hanya berupa kotak pos, atau apabila alamat email tidak sama degan alamat situs web pelanggan.







Tindak Lanjut atas Konfirmasi Tak Berjawab Bila tidak ada konfirmasi yang dapat dikembalikan konsumen maka, auditor sering mengajukan ulang konfirmasi kedua atau bahkan sampai tiga kali. Jika setelah diupayakan hal-hal tersebut debitur tetap tidak memberikan jawaban, maka auditor perlu melakukan tindak lanjut dengan melaksanakan alternatif. Untuk konfirmasi yang tidak berjawab, auditor bisa memeriksa dokumen-dokumen berikut untuk memeriksa keberadaan dan ketelitian transaksi penjualan individu yang membentuk saldo akhir piutang usaha :



a. Duplikat faktur penjualan, yaitu faktur penjualan yag sebenarnya diterbitkan pada tanggal sebenarnya dilakukan penagihan. b. Dokumen pengiriman barang, berguna dalam menetapkan apakah pengiriman sungguh-sungguh telah dilakukan dan untuk menguji batas batas. c. Korespondensi dengan klien, korespondensi yang bisa digunakan untuk mengungkapkan ketidakjelasan dan piutang yang dipertanyakan yang tidak terungkap oleh cara lain. 



Analisis Selisih Apabila dikonfirmasi oleh debitur, auditor harus menentukan apa yang menyebabkan terjadi selisih (jika ada). Jenis-jenis penyebab perbedaan dalam konfirmasi yang sering dijumpai adalah: a. Pembayaran dilakukan debitur Selisih atau perbedaan antara catatan klien dengan catatan debitur seringkali timbul apabila debitur telah melakukan pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima pembayaran sampai tanggal konfirmasi. Hal ini mungkin adanya kesalahan penyajian pisah batas penerimaan kas, lapping, atau perampokan kas. b. Barang belum diterima debitur Biasanya disebabkan karena klien catatan penjualan pada tanggal pengiriman barang, sedangkan pembeli catatan pembelian barang ketika barang tersebut diterima. Hal ini kemungkinan disebabkan pembeli sama sekali tidak menerima barang atau adanya kesalahan penyajian pisah batas dalam catatan klien. c. Barang telah dikembalikan (Retur) Apabila klien lupa mencatat suatu kredit memo (yang dibuat sebagai dasar dari barang) bisa menjadi salah satu penyebab perbedaan. d. Kesalahan pencatatan atau Kerancuan jumlah Hal ini merupakan hal yang paling sering terjadi dalam pembukuan klien adalah kesalahan klien dalam mencatat harga barang, barang rusak, barang yang diterima pembeli tidak sesuai dengan jumlah yang tertulis dalam dokumen dan sebagainya.







Menarik kesimpulan jika semua selisih telah dipecahkan, termasuk yang dijumpai dalam pelaksanaan prosedur alternatif, auditor harus mengelola ulang pengendalian internal. Generalisasi dari sampel ke populasi total juga perlu dilakukan. Meskipun dalam sampel tidak secara signifikan berpengaruh terhadap laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan apakah ada kemungkinan populasi kesalahan penyajian secara material. Keputusan akhir tentang piutang usaha dan penjualan adalah apakah bukti kompeten yang cukup telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantif, prosedur analtis, prosedur batas batas, konfirmasi, dan pengujian substantif lain untuk mendukung penarikan kesimpulan tentang kebenaran saldo.



7. Periksa subsequent collections. Caranya: periksa buku penerimaan kas/bank bulan Januari sampai dengan mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan. Catat nomor bukti penerimaan kas/banu dan jumlahnya untuk pelunasan piutang yang berasal dari penjualan kredit di periode yang diaudit (saldo piutang per tanggal neraca). Kemudian periksa kelengkapan bukti penerimaan kas/bank tersebut beserta otorisasinya. 8. .periksa apakah ada pendiskontoan wesel tagih. Caranya: tanyakan kepada klien apakah ada pendiskontoan wesel tagih, jika ada periksa pencatatan transaksi pendiskontoan tersebut. periksa buku besar wesel tagih, jika ada pengkreditan di perkiraan wesel tagih, periksa bukti pendukungnya untuk mengetahui apakah berasal dari pelunasan wesel tagih yang jatuh tempo atau pendiskontoan wesel tagih. lihat jawaban konfirmasi bank, apakah ada penjelasan mengenai pendiskontoan wesel tagih. Contoh transaksi pendiskontoan wesel tagih: PT A menerima wesel dari PT B untuk pelunasan piutang yang berasal dari penjualan kredit ke PT B. Sebelum wesel tagih jatuh tempo, PT A mendiskontokan wesel tersebut ke Bank XYZ karena PT A membutuhkan dana. Pada tanggal jatuh tempo wesel, PT B harus melunasi wesel tersebut berikut bunganya kepada Bank XYZ. Jika PT B tidak sanggup melunasinya, maka PT A yang harus melunasi kepada Bank XYZ, lalu PT A akan mencatat adanya piutang ke PT B sebesar nilai nominal wesel ditambah bunga wesel dan protest fee. Jika tanggal jatuh tempo wesel sesudah tanggal neraca (misalkan 15 April 201 1) maka per 31 Desember 2010, PT A harus melaporkan adanya contingent liability yang berasal dari pendiskontoan wesel tagih, di neracanya. 9. periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan cukup tidaknya allowance tersebut. Cukup dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu



kecil, karena jika allowance terlalu besar berarti laba perusahaan akan terlalu kecil (understated), jika allowance terialu kecil berarti laba perusahaan akan overstated. Dalam hal ini auditor harus mempelajari dasar penentuan allowance yang digunakan klien: 



apakah berdasarkan persentase tertentu dari penjualan kredit.







apakah berdasarkan analisis umur piutang usaha, apakah berdasarkan persentase tertentu dari saldo piutang, apakah dasar penentuan allowance dan perhitungan klien sudah masuk akal (reasonable) dan konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya.



10. Test sales cut-off. Pemeriksaan cut-off penjualan sangat penting, untuk menyakinkan auditor bahwa penjualan sudah dicatat pada periode terjadinya, untuk kepentingan proper matching cost against revenue, dan tidak ada pergeseran waktu pencatatan. Maksudnya jangan sampai ada penjualan tahun 2010 yang dicatat sebagai penjualan 2011, atau penjualan 2011 yang dicatat sebagai penjualan 2010 (window dressing). Kadangkadang untuk memperbesar penjualan, supaya target peniualan “kelihatannya” tercapai dan laba “kelihatannya" besar, klien sengaja mencatat penjualan 2011 sebagai penjualan 2010 dan sales commitment yang ditandatangani 2010 dan baru akan direalisasii 2011, dicatat sebagai penjualan 2010. 11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan jaminan. Piutang bisa dijadik salah satu jaminan dari kredit yang diperoleh perusahaan dari bank, kalau hal tersebut terjadi, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements). Dalam notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi bank, bisa dilihat seandainya perusahaan mendapat kredit dari bank dan bentuk jaminannya. 12. Lakukan prosedur analisis atas saldo piutang dan penjualan. a. Bandingkan saldo piutang tahun berjalan dengan tahun lalu apakah ada kenaikan atau penurunan signifikan. b. Bandingkan rincian piutang usaha tahun berjalan dengan tahun lalu c. Bandingkan accounts receiver lalu over dan rata-rata dari rupiah piutang berjalan dengan tahun d. Bandingkan % biaya penghapusan biaya piutang tak tertagih daya penjualan. 13. Periksa apakah penyajian piutang sesuai dengan standard akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS), dalam hal ini: Piutang pemegang saham, piutang direksi, dan piutang perusahaan afiliasi harus di laporkan tersendiri, terpisah dari piutang usaha.



Piutang dinyatakan sebesarjumlah tagihan, dikurangi penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih. Contoh penyajian piutang usaha di laporan keuangan adalah sebagai berikut: Di Neraca piutang usaha disajikan sebagai harta lancar (jika jatuh temponya ≤ 1 tahun) atau harta lain-Iain (jika jatuh tempo > 1 tahun). 



HARTA LANCAR







Kas dan Setara Kas







Piutang Usaha







Piutang Lain-Iain







Penyisihan Piutang Tak tertagih Piutang Direksi







Piutang Pemegang Saham Piutang Perusahaan Afiliasi



14. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang usaha per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).



BAB III PENUTUP



3.1. Kesimpulan Tujuan pemeriksaan audit adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas . Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke otentikan) dari pada piutang. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih). Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable). Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan  prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan. 3.2. Saran Berdasarkan pembahasan kelompok penyusun memberikan saran bahwa perlu adanya riset atau pembahasan lebih lanjut terkait praktek terbaik mutakhir pada pemeriksaan piutang usaha dan piutang lainnya yang saat ini digunakan oleh auditor terutama auditor KAP Big Four.



DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno, 2012, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntanoleh AkuntanPublik, Edisike- 4, Penerbit SalembaEmpat, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, StandarAkuntansiKeuangan, Per 1 Juli 2009, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Yusuf, Haryono.2014.Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. Audit. Yogyakarta