Pemrosesan Informasi Dalam Belajar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PSYKOLOGI PENDIDIKAN “ Pemrosesan Informasi Dalam Belajar “



Disusun oleh:



Irfano Baira



15087053



Putri Fatimah



15035112



Jhyo Fragyogha 15087055 Widya Mustika



15053053



Universitas Negeri Padang 2016



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapakan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia serta hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan kepada kami, sehingga penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Umum “Psikologi Pendidikan”. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, waktu, dan tenaga serta bantuan moril maupun materil khususnya kepada Bapak Afdal selaku dosen Mata Kuliah Psikologi Pendidikan, dengan penuh kesabaran memberikan ilmu, pengarahan, masukan serta waktu yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga bantuan, bimbingan, petunjuk, arahan, dan kerjasama yang diberikan tidak sia-sia dikemudian hari dan semoga Allah SWT memberikan imbalan yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sebuah kesempurnaan baik segi materi maupun teknik penulisan. Masih banyak hal-hal yang harus dibenahi dan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.



Padang, 12 Oktober 2016



Penulis



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang



Teori pemrosesan informasi ini didasari oleh asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Berbagai pemahaman tentang belajar telah benyak dikemukakan oleh para ahli dari berbagai aliran. Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman tentang belajar dari sudut pandang teori pemrosesan informasi. Proses belajar menurut teori ini meliputi kegiatan menerima, menyimpan dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah diterima. Belajar tidaklah hanya apa yang anda lihat, yang penting bagaimana proses kognitif itu terjadi dalam diri pembelajar. 1.2. Rumusan Masalah



1) Apa yang dimaksud dengan konsep sensasi, atensi, persepsi dan memori dalam 2) 3) 4) 5) 6)



pemrosesan informasi dalam belajar? Apa saja faktor-faktor yang memperngaruhi pemrosesan informasi? Apa saja pemanfaatan pemrosesan informasi dalam belajar? Bagaimana proses terjadinya lupa dalam belajar? Apa saja faktor-faktor penyebab lupa dalam belajar? Bagaimana kiat mengurangi lupa dalam belajar?



1.3. Tujuan Penulisan



1) Mengerti konsep sensasi, atensi, persepsi dan memori dalam pemrosesan informasi 2) 3) 4) 5) 6)



dalam belajar. Mengetahui faktor-faktor yang memperngaruhi pemrosesan informasi. Mengetahui apa saja pemanfaatan pemrosesan informasi dalam belajar. Mengetahui proses terjadinya lupa dalam belajar. Mengetahui faktor-faktor penyebab lupa dalam belajar. Mengetahui apa-apa saja kiat mengurangi lupa dalam belajar.



BAB II PEMBAHASAN



2.1.



Pengertian pemrosesan dalam belajar



Teori belajar pemrosesan informasi/sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan teori-teori belajar lainnya. Menurut teori sibernetik, "belajar" adalah pemrosesan informasi. Teori ini lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Bagaimana proses belajar berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem informasi dari pesan tersebut. Oleh sebab itu, teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sekilas teori ini mirip dengan teori kognitif yaitu lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil. 2.2. Konsep sensasi, atensi, persepsi, dan memori 2.1.1. Sensasi Tahap awal dalam penerimaan pesan informasi. Sensasi berasal dari kata sense artinya alat penginderaan yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Bila alat-alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls syaraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak maka terjadilah sensasi ( Dennis Coon 1977 - 1979). Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis atau konseptual dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera ( Benyamin B. Wolman 1973 ). Fungsi alat indera dalam menerima informasi sangat penting, melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya, memperoleh pengetahuan dan kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Dari 5 alat indera yang kita kenal adalah penglihatan, pendengaran, perabaan, perasa dan penciuman dapat dibagi kedalam tiga kelompok pada tiga macam: a. Indera penerima sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi bisa berasal dari dunia luar ( eksternal) misalnya telingan atau mata. b. Informasi berasal dari dalam individu sendiri misalnya system peredaran darah. c. Informasi yang berasal dari gerakan tubuh misalnya organ vestibular Ketajaman sensasi dipengaruhi oleh faktor personal, perbedaan sensasi dapat disebabkan perbedaan pengalaman atau lingkungan budaya disamping kapasitas alat indera yang berbeda. Perbedaan kapasitas alat indera menyebabkan perbedaan dalam memilih pekerjaan, mendenngarkan musik, memutar radio dan sensasi mempengaruhi persepsi. Contoh Sensasi : Letakkan buku-buku dalam keadaan terbuka kira-kira 50 cm dimuka anda. Anda melihat huruf-huruf yang kabur, kemudian dekatkan buku-buku tersebut pada mata perlahan-lahan dan huruf-huruf tampak jelas, inilah sensasi. 2.1.2. Atensi



Menurut Hilgard, atensi adalah pusat pengamatan yang menyebabkan meningkatnya kesadaran terhadap lingkungan yang terbatas. Sedangakan Morgan berpendapat atensi merupakan pemusatan pada aspek tertentu dari pengamatan yang sering terjadi dan tidak menghiraukan orang lain. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesdaran pada saat stimuli lainnya melemah (Kenneth E. Andersen). Faktor eksternal yang mempengaruhi perhatian dimana hal ini ditentukan oleh faktor-faktor situasional personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perharian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter) dan sifat-sifat yang menonjol, seperti : a) Gerakan (Movement) secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak. b) Intensitas Stimuli (Stimulus Intensity), kita akan memerharikan stimuli yang menonjol dari stimuli yang lain c) Kebaruan (Novelty), hal-hal yang baru dan luar biasa, yang beda, akan menarik perhatian. d) Perulangan (Repeatation), hal-hal yang disajikan berkali-kali bila deisertai sedikit variasi akan menarik perhatian. 2.1.3. Persepsi Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera.



Menurut



Leavit



(Sobur, 2003:445) persepsi merupakan pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan seseuatu. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi & menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, persepsi tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori ( Desiderato, 1976). Contoh : salah menyapa orang karena menganggap orang yang dikenal. 2.1.4. Memori Memori merupakan keberadaan tentang masa lampau yang hidup kembali, cacatan yang berisi penjelasan. Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalm memperngaruhi persepsi maupun berpikir. Memori adalah system yang sangat berstruktur yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya ( Schlessinger dan Groves, 1976).



Setiap stimuli menenai indera kita, setiap saat pula stimuli itu direkam secara sadar atau tidak sadar. Memori melewati tiga proses : a. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit syaraf internal. b. Penyimpanan (strorage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa dan dimana, penyimpanan bisa aktif atau pasif. Secara aktif bila kita menambahkan informasi tambahan, kita mengisi informasi yang tidak lengkap dengan kesimpulan kita sendiri (inilah desas-desus menyebar lebih banyak dari volume asal). Secara pasif terjadi tanpa penambahan. c. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi adalah menggunakan informasi yang disimpan. 2.2. Faktor yang Mempengaruhi Pemrosesan Informasi 2.2.1. Faktor stimuli dalam belajar Yaitu segala hal diluar yang meransang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. 1. Panjangnya bahan pelajaran Bahan yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan individu dalam belajar. Hal ini dapat membutuhkan waktu yang panjang atau lama dalam mempelajarinya. Lama waktu mempelajari ini menimbulkan beberapa interfensi atas bagian materi yang dipelajari. Interfensi dapat diartikan sebagai gangguan kesan ingatan akibat terjadinya pertukaran antara kesan lama dengan kesan baru. 2. Kesulitan dalam belajar 3. Makin sulit bahan pelajaran maka makin lambat bagi individu untuk mempelajarinya, begitu sebaliknya. Semakin mudah bahan pelajaran semakin cepat individu mempelajarinya. 4. Berartinya bahan pelajaran Yaitu bahan yang dapat dikenali. Bahan yang berarti memungkinkan individu untuk belajar, karena individu dapat mengenalnya. 5. Berat-ringannya tugas Dapat dibuktikan bahwa tugas-tugas yang terlalu ringan dapat mengurangi tantangan dalam belajar, sedangkan tugas yang terlalu berat atau sukar dapat membuat individu jera dalam belajar. 6. Suasana lingkungan eksternal Yaitu menyangkut banyak hal seperti cuaca,waktu,penerangan dalam aktivitas belajar.



Sebab



lingkungannya.



individu



yang



belajar



adalah



berinteraksi



dengan



2.2.2. Faktor metode belajar mempengaruhi : 1. kegiatan berlatih atau praktek 2. Overlearning 3. Resitasi dalam belajar 4. Pengenalan hasil-hasil belajar 5. Belajar dengan keseluruhan 6. Penggunaan modalitas indera 7. Penggunaan set dalam belajar 8. Kondisi-kondisi intensif 2.2.3. Faktor-faktor individual 1. Kematangan Kematangan memberikan kondisi dimana fungsi fisiologis termasuk sitem syaraf dan fungsi otak menjadi berkembang. Hal ini akan menumbuhkan kapasitas mental seseorang. 2. Faktor usia kronologis Pertambahan dalam hal usia selalu dibarengi dengan proses pertumbuhan dan perkembangan. Usia kronologis merupakan faktor penentu dari pada tingkat kemampuan belajar individu. 3. perbedaan jenis kelamin Fakta menunjukkan tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan dalam hal intelegensi. Barangkali yang dapat membedakannya adalah dalam hal peranan dan perhatiannya dalam suatu pekerjaan. 4. kondisi kesehatan jasmani Orang yang sakit atau dalam keadaan yang tidak sehat jasmaninya akan susah dalam menangkap suatu informasi. 5. Pengalaman sebelumnya Pengalaman sebelumnya akan membuat seseorang lebih mengerti tentang suatu informasi, dikarenakan bahwa ia sebelumnya telah mendapatkan informasi tersebut, mungkin dari suatu kegagalan. 6. Motivasi Seseorang akan lebih optimis bahwa ia dapat menangkap informasi dengan baik apabila mendapat motivasi-motivasi baik dari pengalaman sendiri, maupun oarang lain. 2.3. Pemanfaatan Pemrosesan Informasi dalam Belajar 2.3.1. Membantu terjadinya proses pembelajaran sehungga individu mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah. 2.3.2. Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol. 2.3.3. Kapasilitas belajar dapat disajikan secara lengkap. 2.3.4. Prinsip perbedaan individual terlayani.



2.4. 2.4.1.



Lupa dalam Belajar Proses Terjadinya Lupa dalam Belajar



1. Lupa Daya ingatan kita tidaklah sempurna. Banyak hal-hal yang pernah diketahui, tidak dapat diingat kembali, atau dilupakan. Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa. Keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi : a. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak. Kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu akan terhapus dari otak dan kita tak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri. b. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahanperubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut : Penghalusan : Materi berubah bentunya kearah bentuk yang lebih simetris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuknya asli tidak diingat lagi. Penegasan : Bagian-bagian yang paling menyolok dari suatu hal adalah yang paling mengesankan, dan karena itu dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanya bagian-bagian yang menyolok ini dan bentuk keseluruan tidak begitu diingat. Misalnya, kita melihat seseorang dengan hidung mancung. Karena terkesan oleh hidungnya, maka dalam mengingat orabg itu kita hanya ingat akan hidungnya, sedangkan bagaimana wajah orang itu sebenarnya tidak kita ingat lagi. Asimilasi : Bentuk yang mirip botol, misalnya, akan kiata ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol sama sekali. Dengan demikian kita hanya ingat akan sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi disini disebabkan karena kita cenderunguntuk mencari bentuk yang ideal dan lebih sempurna.



c. Kalau kita mempelajari hal yang baru, mungkin hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Misalnya, seorang anak menghafal nama kota-kota dijawa



barat. Setelah itu ia mengahafal nama kota-kota dijawa tengah. Pada waktu ia sudah menghafal materi kedua, materi pertama sudah lupa lagi. Dengan perkataan lain, materi kedua menghambat dapat diingatnya materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh adanya materi lain yang sudah terlebih dahulu dipelajari. Hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif. d. Ada kalanya kita melupakan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa yang mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, pendek kata semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini kadang-kadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa akan namanya sendiri, akan alamatnya sendiri, akan orang tua, akan anak-istri dan akan semua hal yang bersangkutpaut dengan dirinya sendiri. Amnesia ini dapat ditolong atau disembuhkan melalui suatu peristiwa yang begitu dramatisnya sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. 2.4.2.



Faktor-faktor Penyebab Lupa



1. Lupa dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam system memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1) practice interference; 2) retroactive interference (Reber 1988; Best 1989; Anderson 1990) Seorang siswa akan mengalami gangguan proactive apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami ganguan retroactive apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajarn lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain siswa tersebut lupa akan materi peajaran lama itu.



2. Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena sebab adanya tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja maupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa sebab, yaitu: Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan, dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroactive Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan 3. Lupa dapat terjadi karena sebab perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan terhadp guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan. 4. Menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena sebab materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunaakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru. 5. Lupa tentu saja dapat terjadi karena sebab perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alcohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan ata item-item informasi yang ada dalam memori permanennya. 6. Informasi yang kurang berkesan Karena item infromasi yang kurang berkesan atau menyenangkan sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran. 2.4.3.



Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar



Kiat terbaik untuk mengurangi lupa dalam belajar adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990), adalah sebagai berikut:



2.4.3.1. Over learning



Over learning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu.Over learning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk over learning, antara lain pembacaan teks Pancasila pada setiap hari Senin memungkinkan ingatan siswa terhadap teks Pancasila lebih kuat. 2.4.3.2. Extra study time



Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi dua jam waktu belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu, misalnya dari sekali sehari menjadi dua kali sehari.Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan. 2.4.3.3. Mnemonic device



Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan itemitem informasi ke dalam system akal siswa. Muslihat mnemonic ini banyak ragamnya, yang paling menonjol adalah sebagaimana terurai di bawah ini:  Singkatan, yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa. Pembuatan singkatan-singkatan ini seyogianya dilakukan sedemikian rupa sehingga menarik dan memiliki kesan tersendiri.  System kata pasak (peg word system), yakni sejenis teknik mnemonic yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru.Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan yang memiliki kesamaan watak (baik itu warna, rasa, dan seterusnya).Misalnya langit-bumi; panas-api; merah-darah; dan seterusnya.



2.4.3.4. Clustering



Clustering (pengelompokkan) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip. Penataan ini direkayasa sedimikian rupa dalam bentuk daftar-daftar item materi sehingga mudah untuk dihafalkan. 2.4.3.5. Latihan Terbagi Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah massed practice (latihan terkumpul) yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari camming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. 2.4.3.6. Pengaruh Letak Bersambung Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa. (Muhibbin Syah, 1996: 160-164)



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Dari makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa a. Sensasi, atensi, persepsi, dan memori mempengaruhi pemprosesan informasi seseorang. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemprosesan informasi yaitu: 1. Faktor stimuli dalam belajar 2. Faktor metode belajar 3. Faktor individual c. Pemanfaatan pemprosesan informasi dalam belajar yaitu: 1. Membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah. 2. Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol. 3. Kapasilitas belajar dapat disajikan secara lengkap. 4. Prinsip perbedaan individual terlayani. d. Pada lupa ada proses terjadinya, faktor yang menyebabkan lupa dan lupa dapat dikurangi dengan menggunakan kiat-kiat tertentu.



B. Saran Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca. Selanjutnya pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.



DAFTAR PUSTAKA



Ekosuprato. (2009, April 18). wordpress. Retrieved Oktober 6, 2016, from wordpress: http://ekosuprato.wordpress.com Elhubeyyu. (n.d.). Wordpress. Retrieved Oktober 6, 2016, from Wordpress: http://elhubeyyublog.wordpress.com



group, p. (2009, Mei 03). blogspot. Retrieved Oktober 06, 2016, from blogspot: http://psychologigroups.blogspot.com Ilmeafa. (2012, Mei 27). wordpress. Retrieved Januari 07, 2013, from wordpress: http://teknologi pendidikan11086ilmaefa Mulyono, A. (2009). Pendidikan Bagi Anak yang Kesulitan Belajar. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Reative04. (2010, Januari 30). wordpress. Retrieved Oktober 6, 2016, from wordpress: http://reative04.wordpress.com Santrock, J. W. (2007). Educational Psycholgi. Jakarta: Kencana. Santrock, W., & Wibowo B.S, T. (2009). Educational Psychologi. Jakarta: Kencana. Suprato, E. (2010, Januari 18). Wordpress. Retrieved Oktober 6, 2016, from Wordpress: http://ekosuprato.wordpress.com Zulkifli. (2011, Juni 08). Wordpress. Retrieved Oktober 06, 2016, from Wordpress: http://blogaulkifli.wordpress.com