Konsep Teori Belajar Pemrosesan Informasi1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Konsep Teori Belajar Pemrosesan Informasi Telah dikemukakan terdahulu para penganut bahwa penganut teori belajar kognitif berpendapat bahwa perilaku yang tidak dapat diamati pun dapat dipelajari secara ilmiah. Sebagian besar dari mereka ini terutama tertarik pada teori yang disebut pemrrosesan informasi. Bagaimana informasi ini diproses dalam pikiran dan bagaimana informasi disajikan sehingga dapat diproses dalam memori kerja. Para ahli psikologi kognitif mengemukakan suatu kerangka teoritis yang dikenal dengan model pemrosesan informasi. Dalam model ini peristiwa mental diuraikan sebagai transformasitransformasi informasi dari input (stimulus) ke output (respon). Pendekatan proses informasi menganalisis cara anak memipulasi informasi, monitornya, dan menciptakan strategi menanganinya (Munkata, 2006; Siegler, 2001, 2006; Siegler dan Alibali, 2005). Proses informasi yang efektif meliputi perhatian, memori, dan proses berfikir. Tokoh-Tokoh Teori Pemrosesan Informasi a.



Pandangan Robert M Gagne Menurut Robert M Gagne, belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi. Robert M. Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa Condition Of Learning.



Teori ini memandang bahwa belajar



adalah proses memperoleh informasi, mengolah informasi, menyimpan informasi, serta mengingat kembali informasi yang dikontrol oleh otak. Asumsi yang mendasari teori pemrosesan informasi Robert M Gagne adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu: (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik. Gagne menggabungkan ide-ide berhaviorisme dan kognitivisme dalam pembelajaran. Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah keadaan dalam



diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi di dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Kondisi eksternal ini oleh Gagne disebut sebagai Sembilan peristiwa pembelajaran. Sembilan peristiwa pembelajaran menurut Gagne adalah sebagai berikut. 1. Memberikan perhatian. Contoh sederhana tunjukan es krim, ceritakan kelezatan yang diperoleh dari memakannya. 2. Memberi tahu siswa tentang tujuan pembelajara, biarkan siswa mengetahui apa yang akan dipelajarinya. Contohnya: Hari ini kita akan belajar membuat es krim. 3. Dibangun atas pengetahuan yang telah lalu. Contohnya: Apakah ada yang pernah membuat es krim? Di mana, kapan, dan bahan apa saja yang diperlukan? 4. Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan. Contoh: Tunjukkan kepada siswa bagaimana membuat es krim. 5. Memberikan panduan belajar, bantulah siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik pada saat pembelajaran berlangsung. 6. Menampilkan kinerja, mintalah para siswa mengerjakan apa-apa yang baru dipelajarinya. Contoh, berikan kepada siswa bahan-bahan untuk membuat es krim dan mintalah agar siswa membuat es krim sendiri. 7. Memberikan umpan balik, beritahu siswa kinerjanya masing-masing. Contoh, guru berkeliling kelas melihat bagaimana setiap siswa membuat es krim sendiri. 8. Menilai kinerja, nilailah siswa tentang pengetahuannya mengenai topik pembelajaran. Contoh: amati es krim hasil karya siswa, jika mereka benar cara membuatnya diperbolehkan memakannya 9. Meningkatkan retensi/ingatan dan transfer pengetahuan. Buatlah siswa dalam mengingat-ingat dan menerapkan keterampilan baru itu. Contoh, siswa ditugasi membuat es krim pada saat karya wisata sekolah. Sembilan peristiwa pembelajaran oleh Gagne tersebut secara tidak langsung telah menggambarkan langkah-langkah pemebelajaran menurut Gagne. Konsep hirarki pengetahuannya Gagne mengarah pada asumsi bahwa menjadi penting menghadirkan semua fakta tingkatan paling rendah yang perlu sebelum terus mengajarkan pada tingkatan yang paling tinggi. yang berkenaan dengan hal ini adalah konsep bahwa orang bisa



menalar dengan konsep tingkatan yang lebih tinggi jika mereka telah mempelajari semua prasyarat informasi pada tingkat yang lebih rendah. b. Pandangan Slavin (2000) Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176). Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain.Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkannya berkali-kali. Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan informasi untuk periode panjang. Tulving (1993) dalam (Slavin, 2000: 181) membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian: 1. Memori Episodik, yaitu bagian memori jangka panjang yangmenyimpan gambaran dari pengalaman-pangalaman pribadi kita, 2. Memori Semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yangmenyimpan fakta dan pengetahuan umum 3. Memori Prosedural adalah memori yang menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu. c. Pandangan Siegler dan Stevenso (1993 )



Teori pemrosesan informasi didasarkan atas tiga asumsi umum, pertama pikiran dipandang sebagai suatu system penyimpanan dan pengembalian informasi. Kedua individuindividu memproses informasi dari lingkungannya,dan yang ketiga terdapat keterbatasan pada kapasitas memproses informasi dari seorang individu. Berdasarkan asumsi itu dapat dipahami bahwa teori pemrosesan informasi lebih menekankan kepada bagaimana individu memproses informasi tentang dunia mereka,bagaimana informasi itu masuk kedalam fikiran dan bagaimana informasi disimpan dan disebarkan dan bagaimana asumsi diambil



kembali untuk



melaksanakan



aktifitas-aktifitas



yang



komplek



seperti



memecahkan masalah dan berfikir.Jadiinti dari pendekatan pemrosesan informasi adalah proses memori dan proses berfikir.Menurutpendekatan ini anak didik secara bertahap mengembangkan kapasitan memperoleh informasi dan secara bertahap pula mereka mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks. Menurut Robert Siegler (1998), ada tiga mekanisme kerja yang bersama-sama menciptakan perubahan-perubahan pada keahlian kognitif anak : penyandian, otomatisasi, dan konstruksi strategis. Pertama, penyandian adalah proses informasi mencapai memori, perubahan-perubahan dalam keahlian kognitif anak bergantung pada meningkatnya keahlian menyandikan informasi yang relevan, sekaligus mengabaikan informasi yang tidak relevan. Contohnya, bagi seorang anak berusia 4 tahun, huruf S tulisan tangan sangat berbeda dengan huruf S yang dicetak.Akan tetapi, seorang anak berusia 10 tahun (yang telah belajar menyandikan fakta yang relevan) memahami bahwa huruf tersebut adalah S. Kedua, otomatisasi mengacu pada kemampuan memproses informasi dengan usaha minimal atau tanpa usaha sama sekali. Latihan akan memampukan anak menyandikan informasi secara otomatis, dalam jumlah lebih besar. Contohnya, saat seorang anak telah mampu membaca dengan baik, mereka tidak membaca huruf demi huruf; melainkan menyandikan keseluruhan kata.Saat tugas tersebut menjadi otomatis, usaha sadar tidak diperlukan lagi.Akibatnya, ketika pemrosesan informasi menjadi lebih otomatis, kita dapat menyelesaikan tugas-tugas lebih cepat dan dapat menangani lebih banyak tugas dibandingkan sebelumnya. Ketiga, konstruksi strategi adalah pembentukan prosedur baru pemrosesan informasi. Contohnya, anak menyerap lebih banyak keuntungan dalam membaca ketika mereka



mengembangkan strategi ‘berhenti sesaat’ (sembari menyerap apa yang telah dibacanya sejauh itu). Jadi dalam penerapan Siegler tentang pendekatan proses informasi, anak memainkan peran aktif dalam perkembangan kognitif mereka. e.



Diagram Pemrosesan informasi



Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi. Teori belajar yang cocok serta dapat menjawab dua pertanyaan didepan adalah suatu teori belajar yang oleh Gagne (1988) disebut dengan ‘Information Processing LearningTheory’. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusia di saat memroses suatu informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga ‘Information-Processing Model’ oleh Lefrancois atau ‘Model Pemrosesan Informasi’. Beberapa model telah dikembangkan di antaranya oleh Gagne (1984), Gage dan Berliner (1988) serta Lefrancois, yang terdiri atas tiga macam ingatan yaitu: sensory memory atau MemoriInderawi (MI), Memori Jangka Pendek (MJPd) atau short-term/working memory, serta Memori Jangka Panjang (MJPj) atau long-term memory. Berdasar ketiga model tersebut dapat dikembangkan diagram pemrosesan informasi berikut ini:



Gambar tersebut menunjukkan menunjukkan informasi diproses dan disimpan dalam tiga tahap.Menunjukkan titik awal dan akhir dari peristiwa pengolahan informasi. Garis putus-putus menunjukkan batas antara kognitif internal dan dunia eksternal. Dalam model tersebut tampak bahwa stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan udara, ataupun suara ditangkap oleh seseorang dan disimpan secara cepat di dalam sistem penampungan penginderaan jangka pendek. Apabila informasi itu diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja.Apabila informasi di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke dalam memori jangka panjang. Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang



kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.Ada dua bentuk pelancaran dalam membangkitkan ingatan, yaitu: 



Pelancaran Proaktif : Seseorang mengingat informasi sebelumnya apabila informasi yang baru dipelajari memiliki karakter yang sama.







Pelancaran Retroaktif : Seseorang mempelajari informasi baru akan memantapkan ingatan informasi yang telah dipelajari Memori Inderawi (MI) / Sensory Memory Sebagaimana terlihat pada diagram di atas, suatu masukan/informasi yang terdapatpada stimulus atau rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui panca inderanya.Informasi tersebut menurut Lefrancois akan tersimpan di dalam ingatan selama tidaklebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan digantidengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui pancaindera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’. Berdasar pada apa yang dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa, sepertiyang telah sering dialami para guru, pesan atau keterangan yang disampaikan seorang guru dapat hilangseluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut terkategori sebagaiingatan inderawi. Alasanya, seperti sudah dipaparkan tadi, Ingatan Inderawi hanya dapatbertahan di dalam pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja. Pertanyaanpenting yang dapat dimunculkan adalah: Bagaimana caranya agar informasi atas keterangan seorang guru tidak akan hilang begitu saja dari ingatan siswa? Pertama,orang



biasanya



memperhatikan



rangsangan jika



rangsangan



tersebut



mengandung sesuatu yang menarik perhatian. Maka sebagai guru kita mungkin membuat respon yang terorientasi jika rangsangan dihadirkan. Kedua,



orang



lebih



memperhatikan



jika



rangsangan



melibatkan



pola



yang



dikenal. Sejauh ini kita memancing pikiran siswa lebih dulu sebelum kita memulai presentasi.Kita dapat mengambil keuntungan dari prinsip ini.



Memori Jangka Pendek (MJPd) / Short-Term/Working Memory



Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dariinformasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yangmendapat



perhatian



seorang



siswa



lalu



terkategori



sebagai MJPd



sebagaimana



dinyatakanGage dan Berliner (1988, p.285) berikut: “When we pay attention to a stimulus, theinformations represented by that stimulus goes into short-term memory or workingmemory.” Jelaslah bahwa MJPd adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnyamendapat perhatian dari seseorang. Dengan kata lain, MJPd tidak akan terbentuk di dalamotak siswa tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. MJPd inimenurut Lefrancois dapat bertahan relatif jauh lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik.Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadisangat penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat dimanfaatkanselama proses pembelajaran di kelasnya. Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau masukan dari para guruakan sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan para gurutersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang disajikan,di samping selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang tepat sudahseharusnya mengucapkan kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini sangat penting.” Tidakhanya itu, aksi diam seorang guru ketika siswanya ribut, mencatat hal dan contoh pentingdi papan tulis, memberi kotak ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk materiessensial, menyesuaikan intonasi suara dengan materi, memukul rotan ke meja, sampaimenjewer telinga merupakan usaha-usaha yang patut dihargai dari seorang guru selamaproses pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal yang lebih pentinglagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam diri siswasendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para gurunya selamaproses pembelajaran sedang berlangsung. Memori Jangka Panjang (MJPJ) / Long-Term Memory Mengapa Ibukota Indonesia jauh lebih mudah diingat daripada Ibukota Negeria?Untuk menjawabnya, perlu disadari adanya suatu kenyataan bahwa Jakarta jauh lebihsering disebut dan didengar namanya daripada Lagos; misalnya dari buku, pembicaraan,televisi, ataupun koran. Karenanya, Jakarta sebagai Ibukota Indonesia kemungkinan besarsudah tersimpan di dalam MJPJ Informasi yang sudah tersimpan di dalam MJPJ ini sulituntuk hilang, sehingga Jakarta dapat diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa MJPJ adalahMJPJ yang mendapat



pengulangan. Kata lainnya MJPJ tidak akan terbentuk tanpa adanyapengulangan. Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata kuncidalam proses pembelajaran. Karenanya, latihan selama di kelas atau di rumah merupakankata kunci yang akan sangat menentukan keberhasilan atau ketidak berhasilan suatupengetahuan yang diingat dalam jangka waktu yang lama. Itulah sebabnya, ada guruberpengalaman yang menyatakan kepada siswanya bahwa akan jauh lebih baik untukbelajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60 menit. Selain pengulangan atau latihan, beberapa halpenting yang harus diperhatikan Bapak dan Ibu Guru agar suatu pengetahuan dapatdiingat siswa dengan mudah adalah: a.



Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa dari pada sesuatu yangtidak dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akanjauh lebih mudah daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilanganpertama sudah dikenal para siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RIpada 17 Agustus 1945 yang dapat ditulis menjadi 17–08–1945.



b. Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswadaripada halhal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4,49, 1, 16, 9, 36, dan 25 akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikutyang sudah terorganisir dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49. c.



Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatuyang tidak menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akanmemungkinkan para siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalanceriteranya akan mampu mereka ingat dengan mudah. Namun hal yang sebaliknyaakan terjadi juga, yaitu suatu proses pembelajaran yang tidak menarik perhatianmereka dapat menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi para guru.