Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan Fungsional Bahu Kiri Akibat Frozen Shoulder Karna Tendinitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan Fungsional Bahu kiri Akibat Frozen Shoulder karna tendinitis bicepitalis BAB I PENDAHULUAN Sendi bahu merupakan satu persendian yang mempunyai pergerakan yang luas berbagai arah sehingga memungkinkan terjadinya gangguan pada bahu. Gangguan aktivitas fungsional bahu bersifat krepitasi yang diawali rasa nyeri yang timbul saat melakukan gerakan aktif maupun pasif.



Frozen ditinjau dari bahasa adalah kaku sedangkan shoulder ADL/bahu, jadi frozen shoulder dapat diartikan kaku bahu. Menurut istilah frozen shoulder merupakan gejala untuk semua gerakan gangguan sendi bahu yang menimbulkan rasa nyeri dan keterbatasan gerak. Frozen shoulder sering dijumpai ditempat praktek baik itu dirumah maupun di klinik dimana kondisi seperti ini sangat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari penderita yang mengalami frozen shoulder biasanya menganggap kondisi ini hanya dengan meminum obat penurun nyeri tanpa latihan yang khusus tapi jika dibiarkan terus menerus kondisi seperti ini dapat mengakibatkan hal yang lebih parah. BAB II ANATOMI FISIOLOGI



Shoulder merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia karena memiliki 5 sendi yang saling terpisah. Dimana sendi ini sangat menunjang untuk gerakan di sholder . Shoulder kompleks terdiri atas 3 sendi sinovial dan 2 sendi non – sinovial. 2 sendi sinovial adalah 1. Sternoclavicular joint, 2. Acromioclavicular joint dan 3. glenohumeral joint. Sedangkan 2 sendi non – sinovial yaitu 4. supra-humeral (coracoclavicular) joint dan 5. scapulothoracic joint. Sendi glenohumeral merupakan sendi yang paling mobile ditubuh kita .sendi Ini merupakan sendi ball and socket yang sangat dangkal cavitas glenoidalis .besarnya mobilitas sendi ini merugikan stabilitas ,oleh karna itu tidak mengherankan banyak masalah timbul di sendi ini. Glenohumeral joint merupakan sendi yang paling mobile karena menghasilkan gerakan dengan 3 DKG (flexi – ekstensi, abduksi- adduksi, exorotasi-endorotasi) dan sirkumdaksi struktur shoulder tulang yang terpenting adalah 1. scapula, 2. clavicula, 3. humerus, acromion, dan 4. Coracoideus. Ada 4 tendon otot yang memperkuat kapsul sendi yaitu : subscapularis, supraspinatus, infrapinatus, dan teres minor dikenal dengan Rotator cuff dan juga dibantu oleh tendon caput longum biceps brachii. Adapun otot utama yang memperkuat sendi shoulder ini adalah : 1. m suprasspinatus 2. m infrasspainatus 3. m teres minor dan 4. m subscapularis



ke empat ototdiatas sering juga di sebut otot rotator cuff dimana otot inilah yang sangat menjaga stabilitas sendi ini. BAB III PATOLOGI TERAPAN Secara pasti Frozen Shoulder belum diketahui penyebabnya dengan jelas, namun ada beberapa pendapat yang menyatakan keadaan ini terjadi akibat kelanjutan dan beberapa lesi pada bahu misalnya, karena rotator cuff syndrom berupa timbulnya peradangan sekitar kapsul sendi pada akhirnya mengakibatkan reaksi fibrous. Gangguan Rotator Cuff dapat berupa tendinitis supraspinatus, tendinitis bicipitalis, bursitis, rupture rotator cuff. Selain itu bisa juga terjadi karena gangguan otot-otot yang lain yang berada disekitarnya seperti M. Deltoideus, M. Biceps Brchii, M. Triceps. 1. Bursitis: Umumnya bursitis merupakan akibat trauma, degenerative, deposit kalsium dari rotator cuff, bursa sub acroimion yang paling sering terkena kemudian sub deltoidea. Pada gerakan aktif abduksi terbatas, di daerah tersebut dijumpai nyeri tekan. Gambaran terminologisnya terdapat perubahan pada tulang, deposit kalsium atau perubahan bursa. 2. Atrophy otot dan kelemahan pada M. Deltoidea, supraspinatus atau infraspinatus. Keadaan kronis pada bahu yang berulang dari 4 atau 2-3 minggu keatas menyebabkan otot tidak bisa digunakan secara aktif. Akibat nyeri, spasme dan frozen, otot cenderung tidak digunakan akibatnya sifat fisiologisnya menurun. Serabut otot (miofibril) mengalami atrophy sehingga fleksibility dan ekstensibility menurun. Atrophy otot sendiri secara langsung berdampak pada fungsi motor unit saraf motorik yang bertangungjawab. Dalam hal ini kekuatan otot dibutuhkan bila motor unit bekerja. Atrophy dan kelemahan terjadi karena pola keterbatasan gerak bahu (Exo>>Abd>Ando) menyebabkan otot-otot diatas tidak bekerja maksimal pada setiap gerakan fungsional yang melibatkan otot tersebut seperti: menyisir, makan, mengambil sesuatu ditempat yang lebih tinggi dan lain sebagainya 3. Kaku/keterbatasan gerak pada tahap regenerasi (4 hari – 8 minggu) tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka nosisensorik tetap meninggi (proses radang terus berlanjut) pada penderita akan sulit bergerak karena nyeri bahu. Jaringan parut yang dihasilkan tidak maksimal terulur. Selain itu, akibat proses peradangan kronis, suplai makanan berkurang sehingga terjadi atrophy atau kematian jaringan pada kapsul sendi. Kapsul sendi menjadi mengkerut, terjadi perlengketan dan berkurang elastisitasnya. Atrophy biasa terjadi pada hampir seluruh sisi kapsul (dominan terjadi sisi anterior dan caudal) hal ini ditandai dengan gerakan exorotasi dan abduksi paling sering terbatas. 4. Nyeri bahu/pain Proses peradangan yang berlanjut bisa diakibtkan proses regenerasi jaringan tidak jalan. Nosisensorik tetap peka dengan NAR rendah. Keadaan ini menyebabkan setiap pergerakan



dibahu menimbulkan rasa sakit/nyeri gerak. Nyeri akan tetap berulang jika gerakan dipaksa sehingga terjadi “fraktur traumatic berulang” BAB IV STATUS KLINIK A. Data Medis Rumah Sakit 



Diagnosis Medis : Frozen Soulder







Catatan Medis



1. Tekanan Darah : 120/90 mmHg 2. Deyut Nadi : 70x/permenit 3. Pernapasan : 21x/permenit 4. Temperatur : Normal B. Pemeriksaan Fisioterapis 1. Anamnesis a. Anamnesis Umum 1) Nama : Ny. X 2)Umur : 43 tahun 3)Jenis kelamin : Perempuan 4)Agama : Islam 5)Pekerjaan : URT 6)Alamat : Jln. Rajawali b. Anamnesis Khusus 1)Keluhan Utama : nyeri dan keterbatasan gerak 2)Lokasi Keluhan : Bahu sebelah kiri 3)Kapan terjadi : ± 4 bulan yang lalu



4)Riwayat Perjalanan Penyakit : 4 bulan yang lalu pasien mengangkat ember yang cukup berat tiba-tiba pasien merasa nyeri bagian bahu lalu pasien dibawah ke rumah sakit dan dirujuk ke fisioterapi. 5)Riwayat penyakit keluarga :pasien tidak memiliki keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien karna penyakit yang diderita tidak ada hubungannya dengan faktor herediter Pemeriksaan fungsi Orientasi test Abduksi – elevasi bahu : Pasien tampak sedikit kesakitan pada bagian sholder kiri dan sedikit sulit melakukan dengan baik Pemeriksaan Fungsi dasar pada sholder Aktif Flexi shoulder



: sedikit nyeri, terbatas



Ekstensi



: nyeri, terbatas



Abduksi



: nyeri, terbatas



Adduksi



: sedikit nyeri, terbatas



Eksorotasi Endorotasi



: nyeri, terbatas : nyeri terbatas



Pasif Flexi



: nyeri, terbatas, elastis end feel



Ekstensi



: nyeri, terbatas, elastis end feel



Abduksi



: nyeri, terbatas, hard end feel



Adduksi



: sedikit nyeri, normal, elastis end feel



Eksorotasi Endorotasi TIMT



: sedikit nyeri, sedikit terbatas, elastis end feel : sedikit nyeri, sedikit terbatas, elastis end feel



Flexi



: nyeri, sedikit lemah



Ekstensi



: nyeri, sedikit lemah



Abduksi



: sedikt nyeri, kuat



Adduksi



: sedikit nyeri, sedikit lemah



Eksorotasi



: nyeri,sedikit lemah



Endorotasi



: sedikit nyeri, normal



Pemeriksaan Spesifik Palpasi Tujuan



: untuk mengetahui adanya spasme



Teknik : pasien dalam posisi sitting dan fisioterapi mempalpasi otot Rotator Cuff (M. Supra spinatus, infraspinatus teres minor, subscapularis) biceps brachii dan deltoideus kanan Hasil



: ada spasme pada otot supraspinatus biceps brachii dan deltoideus kanan



Yergesson test Tujuan



: mengetahui adanya tendinitis bicepitalis



Teknik : Pasien memfleksikan elbow 90° dan supinasi lengan bawah, kemudian pasien melakukan gerakan ekso rotasi lengan melawan tahanan. Hasil



: positif (pasien sulit melakukannya dengan baik karna timbul nyeri)



Speed test Tujuan Teknik



: mengetahui adanya tendinitis bicepitalis : pemeriksa memberikan tahanan pada sholder dalam posisi



fleksi dan pasien melakukan gerakan pronasi dan ekstensi elbow Hasil



: positif (pasien sulit melakukannya dengan baik karna nyeri)



Apley Scratch test Tujuan



: untuk mengetahui kapsulitis adhesive dan tendinitis bicipitalis pada bahu



Teknik : Pasien dalam posisi sitting dan diminta memegang daerah disekitar angulus medialis scapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Hasil



: positif (pasien sulit melakukan dengan baik karena timbul nyeri)



ROM test Tujuan



: untuk mengetahui keterbatasan gerak



Dextra



sinistra



Flexi



:



Ekstensi



:



Abduksi : Adduksi : Eksorotasi : Endorotasi :



MMT (manual muscle testing) Tujuan



: untuk mengetahui kekuatan otot



Sholder Flexi



: 4-



Ekstensi



: 4-



Abduksi : 3+ Adduksi : 4 Endorotasi : 3Eksorotasi : 3ADL test Mengambil dompet : pasien sulit melakukannya dan disertai rasa nyeri



Mengangkat barang : pasien sulit melakukannya dan sertai rasa nyeri Menyisir rambut : pasien sedikit sulit melakukannya karena disertai dengan rasa nyeri VAS Tujuan



: untuk mengetahui tingkat nyeri



Vas: 5,9 Hasil



: pasien merasa nyeri



Diagnosa Fisioterapi Gangguan fungsional lengan sinistra akibat frozen shoulder karena tendinitis bicepitalis Problematik Spasme otot supraspinatus dan deltoideus,tendon biceps brachii Nyeri Kelemahan otot Rotator cuff Keterbatasan gerak Gangguan ADL (Mengangkat barang,mengabil dompet, menyisir rambut) Perencanaan Fisioterapi Tujuan Jangka pendek mengurangi spasme mengurangi nyeri meningkatkan kekuatan otot meningkatkan LGS (ROM) memperbaiki ADL Tujuan jangka panjang Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional lengan kiri



Pelaksanaan / Intervensi Fisioterapi US Tujuan



: Alat efektif untuk menghancurkan perlengketan atau cross link



Dosis



:



F



: 3 x seminggu



I



: 2,0 W/cm2



T : kontak langsung T : 5 menit Massage Tujuan



: merileksasikan otot yang mengalami spasme



Dosis



:



F : 3 x seminggu I : profunda massage T : sirkuler friction T : 3 menit Traksi Translasi (mobilisasi) Tujuan



: menambah ROM



Dosis



:



F : 3 x seminggu I : 5 x pengulangan T : Pasif mobilisasi T : 3 menit Strengthening



Tujuan



: meningkatkan kekuatan otot



Dosis



:



F : 3 x seminggu I : 8 x pengulangan (Resisted optimal) T : Strentening pada otot biceps brachii, deltoideus, supraspinatus, pectoralis mayor T : 3 menit Streching Tujuan spasme otot Dosis



: mengulur semua otot yang telibat dalam gerakan bahu untuk meringankan



:



F : 3x Seminggu I : 8x pengulangan T : Hold rilex pada otot biceps brachii dan deltoideus, pectoralis mayor dan supraspinatus T :3 menit G . Prognosis Fisioterapi Qua ad Vitam : Baik Qua ad sanam : Baik Qua fungsional : Baik Qua Cosmetican



: Baik



H . Evaluasi Sesaat Nyeri gerak menurun,gerakan ADL mulai membaik (menyisir) Berkala Setelah beberapa kali terapi



Nyeri gerak berkurang 3.2



spasme otot berkurang ROM meningkat Kekuatan otot meningkat ADL mulai membaik I . Hasil Terapi Setelah beberapa kali terapi nyeri menurun dan terjadi penambahan ROM. Catatan Pembimbing : ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………… Catatan Tambahan : ……………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………