Penatalaksanaan Hipertensi Dengan Pendekatan Diagnostik Holistik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Semakin meningkatnya umur harapan hidup (UHH) menyebabkan bertambahnya jumlah lanjut usia (lansia). Hal ini dapat menimbulkan perubahan pola penyakit, dari penyakit infeksi menjadi penyakit degenerative seperti hipertensi.1,2 Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH dari 69,43 tahun pada tahun 2010 menjadi 69,65 tahun pada tahun 2011 dengan persentase populasi lansia adalah 7,58% dari total penduduk Indonesia. Lansia perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Jenis keluhan yang paling banyak dialami lansia terkait dengan penyakit kronis, seperti asam urat,darah tinggi, rematik, darah rendah dan diabetes. Penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien rawat jalan dalam kelompok usia 45-64 tahun dan di atas 65 tahun adalah hipertensi.3 Hipertensi didefinisikan sebagai keadaan dimana tekanan darah sistolik (TDS) ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg yang diukur oleh tenaga kesehatan minimal dua kali pengukuran atau mengkonsumsi obat antihipertensi. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.1 Hampir 1 miliar atau sekitar seperempat dari seluruh populasi orang dewasa di dunia menyandang tekanan darah tinggi. Pada populasi lansia, separuh populasi hipertensi berusia diatas 60 tahun. Pada tahun 2025 diperkirakan penderita tekanan darah tinggi mencapai hampir 1,6 miliar orang di dunia. Hipertensi menyumbang 18,5% kematian.Hipertensi menjadi penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis dan jumlahnya mencapai 6,8 % dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.1 Menurut data riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5%.4 Faktor risiko yang berperan dalam 1



terjadinya hipertensi adalah status gizi. Risiko hipertensi meningkat sebesar 2,79 kali, gemuk 2,15 kali dan normal 1,44 kali dibandingkan dengan mereka yang berstatus gizi kurus. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa saja faktor yang mengakibatkan terjadinya Hipertensi? 2. Apakah perubahan usia menjadi salah satu faktor risiko penyebab Hipertensi? 3. Bagaimana tingkat pengetahuan pasien dan keluarga dalam menyikapi Hipertensi? 4. Bagaimana hasil dari terapi yang telah diberikan kepada penderita Hipertensi?



1.3 Aspek Disiplin dan Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis Holistik Komprehensif Pada Pasien Hipertensi Untuk pengendalian permasalahan Hipertensi pada tingkat individu dan masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), maka mahasiswa program profesi dokter Universitas Muslim Indonesia melakukan kegiatan kepanitraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas di layanan primer (Puskesmas) dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi yang dilandasi oleh profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif. Selain itu kompetensi mempunyai landasan berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan. Kompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1): untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian Hipertensi secara individual, masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik, moral dan peraturan perundangan. 2



2. Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2): Mahasiswa mampu mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis, sosial dan budaya sendiri dalam penanganan Hipertensi, melakukan rujukan sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku serta mengembangkan pengetahuan. 3. Komunikasi



efektif



(Kompetensi



3):



Mahasiswa



mampu



melakukan



komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Hipertensi. 4. Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4): Mahasiswa mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik kedokteran. 5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5): Mahasiswa mampu menyelesaikan



masalah



pengendalian



Hipertensi



secara



holistik



dan



komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang optimum. 6. Keterampilan Klinis (Kompetensi 6): Mahasiswa mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah Hipertensi dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain. 7. Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7): Mahasiswa mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif dan berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer. 1.4 Tujuan Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah memberikan tatalaksana masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu yang utuh terdiri dari unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Proses pelayanan dokter



3



keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence based medicine).



1.4.1 Tujuan Umum: Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah dapat menerapkan penatalaksanaan pasien Hipertensi dengan pendekatan kedokteran keluarga secara komprehensif dan holistik, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), berbasis evidence based medicine (EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis serta prinsip penatalaksanaan pasien Hipertensi dengan pendekatan diagnostik holistik di Puskesmas Layang Makassar.



1.4.2 Tujuan Khusus 1.



Untuk penerapan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang, serta menginterpretasikan hasilnya dalam mendiagnosis Hipertensi dan Nyeri Sendi.



2.



Untuk melakukan prosedur tatalaksana Hipertensi sesuai Standar Kompetensi Dokter Indonesia.



3.



Untuk melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada tingkat individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Hipertensi.



4.



Untuk menggunakan landasan Ilmu Kedokteran Klinis dan Kesehatan Masyarakat dalam melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam pengendalian Hipertensi.



5.



Untuk memanfaatkan sumber informasi terkini dan melakukan kajian ilmiah dari data di lapangan untuk melakukan pengendalian Hipertensi.



4



1.5 Manfaat Studi Kasus a. Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan. b. Bagi Penderita (pasien) Menambah wawasan akan Hipertensi yang meliputi proses penyakit dan penanganan menyeluruh sehingga dapat memberikan keyakinan untuk menghindari faktor pencetus. c. Bagi Tenaga Kesehatan Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita hipertensi. d. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa) Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai Evidence Based Medicine dan pendekatan diagnosis holistik hipertensi serta dalam hal penulisan studi kasus.



1.5. Indikator Keberhasilan Tindakan Indikator keberhasilan tindakan setelah dilakukan penatalaksanaan pasien dengan prinsip pelayanan dokter keluarga yang holistik berbasis Kedokteran Keluarga adalah: 1.



Pasien mampu mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab Hipertensi.



2.



Kepatuhan penderita datang berobat untuk mengontrol etiologi hipertensi di layanan primer (Puskesmas) sudah teratur atau penderita bersedia menerima 5



petugas kesehatan yang berkunjung pada saat dilakukan Kunjungan Rumah / Home Care. 3.



Pasien memahami komplikasi yang dapat terjadi dari hipertensi.



4.



Perbaikan gejala sisa dapat dievaluasi setelah dilakukan terapi farmakologi serta fisioterapi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian keberhasilan tindakan



pengobatan didasarkan atas berkurangnya atau tidak ada lagi keluhan dari pasien, perbaikan gejala sisa dapat dievaluasi setelah dilakukan setelah dilakukan terapi farmakologi serta fisioterapi.



6



BAB II ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS



2.1. Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer Pengertian



holistik



adalah



memandang



manusia



sebagai



mahluk



biopsikososio-kultural pada ekosistemnya. Sebagai makhluk biologis manusia adalah merupakan sistem organ, terbentuk dari jaringan serta sel-sel yang kompleks fungsionalnya. Diagnostik holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan yang diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien, pemeriksaan



fisik,



hasil



pemeriksaan



penunjang,penilaian



risiko



internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta keluarganya. Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004, maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai pelaku pelayanan pertama (layanan primer). Tujuan Diagnosis Holistik: 1.



Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat



2.



Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien



3.



Pembatasan kecacatan lanjut



4.



Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam kehidupannya)



5.



Jangka waktu pengobatan pendek



6.



Tercapainya percepatan perbaikan fungsi sosial



7.



Terproteksi dari risiko yang ditemukan



8.



Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah



7



Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan terapi, tujuannya yakni: 1.



Menentukan kedalaman letak penyakit



2.



Menentukan kekuatan serangan patogen penyakit



3.



Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi organ



4.



Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya



5.



Menentukan interval kunjungan terapi. (Modul Pelatihan dan Sertifikasi ASPETRI Jateng 2011)



Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu : 1.



Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi (penerimaan, pencatatan biodata) dengan pasien



2.



Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien



3.



Melakukan pemeriksaan saringan (Triage), data diisikan dengan lembaran penyaring



4.



Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien



5.



Melakukan anamnesis



6.



Melakukan pemeriksaan fisik



7.



Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi, prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi



8.



Menentukan resiko individual  diagnosis klinis sangat dipengaruhi faktor individual termasuk perilaku pasien



9.



Menentukan pemicu psikososial  dari pekerjaan maupun komunitas kehidupan pasien



10. Menilai aspek fungsi social.



8



Dasar-dasar dalam pengembangan pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga di layanan primer antara lain : 1.



Pelayanan kesehatan menyeluruh (holistik) yang mengutamakan upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit



2.



Pelayanan kesehatan perorangan yang memandang seseorang sebagai bagian dari keluarga dan lingkungan komunitasnya



3.



Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan secara terpadu dan paripurna (komprehensif).



4.



Pelayanan medis yang bersinambung



5.



Pelayanan medis yang terpadu Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan pemeliharaan



dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko-legal etika kedokteran. Pelayanan medis yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien. Pelayanan medis yang terpadu, artinya pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal. Prinsip pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah: a.



Comprehensive care and holistic approach



b.



Continuous care



9



c.



Prevention first



d.



Coordinative and collaborative care



e.



Personal care as the integral part of his/her family



f.



Family, community, and environment consideration



g.



Ethics and law awareness



h.



Cost effective care and quality assurance



i.



Can be audited and accountable care Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien



adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya. Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat dari beberapa aspek yaitu: 1.



Aspek Personal: Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran



2.



Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan diagnosis kerja dan diagnosis banding



3.



Aspek Internal: Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku. Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.



4.



Aspek Eksternal: Psikososial dan ekonomi keluarga.



5.



Derajat Fungsi Sosial: o



Derajat 1: Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri



o



Derajat 2: Pasien mengalami sedikit kesulitan



o



Derajat 3: Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan



o



Derajat 4: Banyak kesulitan, dapat melakukan aktifitas kerja, bergantung pada keluarga



o



Derajat 5: Tidak dapat melakukan kegiatan 10



2.2. HIPERTENSI 2.2.1. Definisi Hipertensi Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang).7 Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.6 Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang.Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh.7 Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung (cardiovascular).7,8 2.2.2. Epidemiologi Hipertensi Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi 11



tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri.22 Selanjutnya gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang cukup mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yang persentasenya melebihi angka nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara absolut sebanyak 30,9% x 1.380.762jiwa = 426.655 jiwa.22 Secara absolut jumlah penderita hipertensi di 5 provinsi dengan prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan Hasil Riskesdas 2013 adalah sebagai berikut: No



Provinsi



Jumlah



%



Absolut



Penduduk



Hipertensi



Hipertensi



1



Bangka Belitung



1.380.762



30,9



426.655 jiwa



2



Kalimantan Selatan



3.913.908



30,8



1.205.483 jiwa



3



Kalimantan Timur



4.115.741



29,6



1.218.259 jiwa



4



Jawa Barat



46.300.543



29,4



13.612.359 jiwa



5



Gorontalo



1.134.498



29,4



33.542jiwa



*berdasarkan estimasi penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun 2014, Pusdatin



12



Tabel 1.5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi dalam Jumlah Absolut (Jiwa)



Gambar 3. Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin



Berdasarkan gambar di atas prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin tahun 2007 maupun tahun 2013 prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi disbanding laki-laki.22



13



Berdasarkan epidemiologi penyakit hipertensi diatas, maka penyakit Hipertensi terjadi karena interaksi antara agen penyakit, pejamu (manusia) dan lingkungan, yaitu suatu keadaan saling mempengaruhi antara agen penyakit, manusia dan lingkungan secara bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat satu sama lain sehingga memudahkan agen penyakit untuk menyebabkan hipertensi. Penjelasan keterkaitan antara 3 faktor tersebut sebagai berikut: A. Host (Penjamu) Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada penjamu : 1.



Daya Tahan Tubuh Penyakit Hipertensi dipengaruhi oleh daya tahan tubuh manusia itu



sendiri.Daya tahan tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktifitas, dan istirahat. Kesibukan yang padat juga membuat orang kurang berolagraga dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok , minum alkohol, atau kopi sehingga daya tahan tubuh menjadi menurun dan memiliki resiko terjadinya penyakit hipertensi.23



14



2.



Genetik/keturunan Pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita



hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.23 3.



Umur Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami



kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Tetapi di atas usia tersebut, justru wanita (setelah mengalami menapouse ) berpeluang lebih besar.23 Para pakar menduga perubahan hormonal berperan besar dalam terjadinya hipertensi di kalangan wanita usia lanjut. Namun sekarang penyakit hipertensi tidak memandang golongan umur.23 4.



Jenis Kelamin Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan



dengan perempuan. Wanita > Pria pada usia> 50 tahun. Pria > wanita pada usia< 50 tahun.23 5.



Adat Kebiasaan Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan



bagi orang tersebut seperti: Gaya hidup modern, kerja keras dalam situasi penuh tekanan, dan stres terjadi yang berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta membuat orang kurang berolagraga , dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum alkohol atau kopi, padahal semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang meningkatkan resiko hipertensi. ·



Terbiasa untuk memakan makanan yang asin, sehingga sulit untuk dapat



menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol,



15



terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).23 ·



Pola makan yang salah, dan salah dalam memilih makanan. Makanan yang



diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah kerana mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih.23 6.



Pekerjaan Orang yang mengalami pekerjaan penuh tekanan, misalnya penyandang



jabatan yang menuntut tanggung jawab besar tanpa disertai wewenang pengambilan keputusan, akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan dengan rekan mereka yang pekerjaannya lebih ringan. Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya hipertensi, penyakit jantung, dan stroke.23 7.



Ras/Suku Ras/Suku : Di USA, orang kulit hitam > kulit putih. Di Indonesia penyakit



hipertensi terjadi secara bervariasi.23 B. Agent (Penyebab Penyakit) Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Untuk penyakit hipertensi yang menjadi agen adalah : 1. ·



Faktor Nutrisi Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih



dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam, serta kebiasaan memakan makanan yang mengandung banyak garam sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar.23 16



·



Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di



dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.23 ·



Minuman berkafein dan beralkohol. Minuman berkafein seperti kopi dan



alkohol juga dapat meningkatkan resiko hipertensi.Konsumsi Makanan cepat saji juga merupakan salah satu penyebab Hipertensi, karena mengandung penyedap yang berlebihan.23 2.



Faktor Kimia Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid,



Siklosporin, Eritropoietin, Penyalahgunaan Alkohol, Kayu manis (dalam jumlah sangat besar).23 3.



Faktor Biologi Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui, namun peniliti



telah membuktikan bahwa tekanan darah tinggi berhubungan dengan resistensi insulin dan/ atau peningkatan kadar insulin (hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah tinggi dan resistensi insulin merupakan karakteristik dari sindroma metabolik , kelompok abnormalitas yang terdiri dari obesitas, peningkatan trigliserid, dan HDL rendah (kolesterol baik) dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.23 Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam, sehingga tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi hipertensi secara konsisten.23 Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko terjadi hipertensi.23 17



4. ·



Faktor Fisik Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih



tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.23 ·



Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah bergerak dengan



bebas. Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan berlebih dari tubuh terdebut. Karena itu obesitas termasuk salah satu yang meningkatkan resiko hipertensi.23 C. Environment (Lingkungan) Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.23 Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup misalnya gaya hidup kurang baik seperti gaya hidupnya penuh dengan tekanan (Stres). Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit seperti hipertensi.Dalam kondisi tertekan adrenalin dan kortisol dilepaskan ke aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah agar tubuh siap beraksi. Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.23 Terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah Pantai lebih berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibading dengan daerah pegunungan, karena daerah pantai lebih banyak terdapat natrium bersama klorida dalam garam dapur sehingga Konsumsi natrium pada penduduk pantai lebih besar dari pada daerah pegunungan. Penyakit hipertensi ditemukan di semua daerah di Indonesia dengan prevalensi yang cukup tinggi.Dimana daerah perkotaan lebih dengan gaya hidup 18



modern lebih berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibandingkan dengamn daerah pedesaan. 2.2.3. Klasifikasi Hipertensi Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung).Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.9 Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.9 Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.9 2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, 19



feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.9 Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II.9



Gambar 4. Klasifikasi Hipertensi



2.2.4. Patofisiologi Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.10,11 1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini 20



disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu. 11 Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.11 2) Sistem renin-angiotensin Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.12 a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.12 b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.12 3) Sistem saraf simpatis Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna



medula



spinalis



ke



ganglia



simpatis



di



toraks



dan 21



abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.13



2.2.5 Faktor-faktor Risiko Hipertensi Faktor resiko terjadinya hipertensi antara lain: 1) Usia Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.14 22



2) Ras/etnik Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun, biasa sering muncul pada etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.14 3) Jenis Kelamin Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.14 4) Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat Gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara lain minum minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok.14 a. Merokok Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi,



sebab



rokok



mengandung



nikotin.



Menghisap



rokok



menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.14 Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah.14,15 Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.16 Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat



23



karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.16 b. Kurangnya aktifitas fisik Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah.Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi.Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat.17,18 Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi. Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.18 2.2.6



Diagnosis Hipertensi Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat menggunakan



sphygmomanometer air raksa.Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pengukuran dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung.Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat mempengaruhi tekanan darah misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol, alkohol dan sebagainya.19



24



Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni : 1) Menentukan sejauh mana penyakit hipertensi yang diderita Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat sejauh mana penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau tidak, apakah arteri dan organ-organ internal terpengaruh, dan lain- lain.19 2) Mengisolasi penyebabnya Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab spesifiknya.19 3) Pencarian faktor risiko tambahan Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor risiko tambahan yang tidak boleh diabaikan.19 4) Pemeriksaan dasar Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan dasar, seperti kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan rontgen.19 5) Tes khusus Tes yang dilakukan antara lain adalah : a. X- ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna yang digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan adrenal.19 b.Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat electroencefalografi (EEG), alat ini menyerupai electrocardiography (ECG atau EKG).19 2.2.7 Komplikasi Hipertensi Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang 25



berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.20 Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).20,21 Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah: 1) Jantung - hipertrofi ventrikel kiri - angina atau infark miokardium - gagal jantung 2) Otak - stroke atau transient ishemic attack 3) Penyakit ginjal kronis 4) Penyakit Arteri Perifer 5) Retinopati



26



2.3 KERANGKA TEORI



Gambaran Penyebab Hipertensi Usia Jenis Kelamin



Ras/Etnik



HIPERTENSI Life style Obesitas Dislipidemia



1. 2. 3. 4. 5.



Penyakit Jantung Stroke Penyakit Ginjal Kronis Penyakit Arteri Perifer Retinopati



Gambar 1. Gambaran Penyebab Hipertensi



27



KONSEP MANDALA Pendekatan Konsep Mandala



-



Gaya Hidup Kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak Jarang berolahraga



Perilaku Kesehatan - Hygiene pribadi dan



lingkungan kurang baik - Pasien minum obat hipertensi secara teratur - Pasien tidak rutin periksa kolesterol -



Keluarga - Riwayat keluarga menderita hipertensi - Bersikap suportif dan mengingatkan pasien untuk meminum obat secara rutin



Pelayanan Kesehatan -Jarak rumah dengan puskesmas dekat -keluarga memiliki asuransi kesehatan BPJS



Faktor--Biologi - Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama. - Usia pasien yang rentan terkena penyakit - Pasien tergolong obesitas



Lingkungan Psiko-Sosio-Ekonomi - Pasien sudah menikah dan memiliki 4 orang anak - Kurangnya pengawasan dari anggota keluarga terhadap aktivitas pasien dirumah. - Masalah keluarga yang mungkin menjadi penyebab stress adalah anaknya yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya - Kehidupan sosial dengan lingkungan baik - Pendapatan keluarga tergolong kurang



Lingkungan Kerja -Pasien seorang ibu rumah tangga



Pasien Keluhan sering tegang pada leher belakang dan nyeri pada lutut kanan.



yang sering melakukan aktivitas fisik seperti menyapu, mencuci, memasak, dll



Lingkungan Fisik TD 150/90 mmHg Kolesterol 224 mg/dL IMT 26,1 kg/m2



Komunitas



- Ventilasi dan sinar matahari kurang - Kebersihan rumah kurang - Rumah pasien yang bertingkat



. - Pemukiman dengan Sanitasi yang kurang baik



Gambar 2. Konsep Mandala



28



BAB III METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS



3.1 METODOLOGI STUDI KASUS Metodologi Studi kasus ini menggunakan desain studi cross-sectional untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan), dengan memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. Kemudian pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak ada follow up disesuaikan dengan keterbatasan waktu dari peneliti. Diharapkan hal ini tidak mengganggu, bahkan dapat meningkatkan penerapan pelayanan dokter layanan primer secara paripurna dan holistik terutama tentang penatalaksanaan penderita Hipertensi dengan pendekatan kedokteran keluarga di Puskesmas Layang pada tahun 2018. 3.2 WAKTU STUDI KASUS Studi kasus dilakukan pertama kali saat pasien melakukan pemeriksaan di puskesmas pada tanggal 19 Februari 2018. Selanjutnya dilakukan home visit lanjutan pada tanggal 20 Februari 2018 untuk mengetahui secara holistik keadaan dari penderita. 3.3



LOKASI STUDI KASUS Studi kasus dilakukan pertama kali saat penderita datang berobat di



puskesmas Layang pada tanggal 19 Februari 2018. Selanjutnya dilakukan home visit untuk mengetahui secara holistik keadaan dari penderita. 3.1.1. Lokasi Studi Kasus Studi kasus bertempat di Puskesmas Layang Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.



29



Gambar 6. Puskesmas Layang, Kec. Bontoala, Kota Makassar 3.2.3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.2.3.1 Letak Geografis Puskesmas Layang terletak di Kelurahan Layang, Kecamatan Bontoala Kota Makassar dengan luas wilayah 0,21 Km2. Kelurahan Layang berbatasan dengan :  Sebelah Utara



: berbatasan dengan Kecamatan Tallo



 Sebelah Selatan



: berbatasan dengan Kecamatan Maradekaya



 Sebelah Barat



: berbatasan dengan Kecamatan Wajo



 Sebelah Timur



: berbatasan dengan Kecamatan Ujung Tana



3.2.3.2 Keadaan Demografi Jumlah penduduk Puskesmas Layang sesuai hasil pendataan BPS tahun 2010 dalam wilayah kerja Puskesmas Layang sebanyak 31.928 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :



30



Tabel 5 : Luas Wilayah, Jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, dan kepadatan penduduk meurut kelurahan Puskesmas



JUMLAH



JUMLA



RATA-



KEPADATA



WILAY



PENDUDU



H



RATA



N



AH



K



RUMAH



JIWA/RUM



PENDUDUK



TANGG



AH



per km2



U



A



TANGGA



4211



8,794



4,87



26,483



955



3,361



5,57



5,903



2118



5,090



4,53



21,973



4,908



6,04



4,907



3,789



4,07



2,760



7,564



5,34



7,053



8,765



5,61



2,906



8,765



3,603



71,985



POSYAND



65



6



19



2



Bunga Ejaya



0,13



77



4



10



3



Parang



0,19



89



4



20



Layang 4



Bontoala



0,21



40



2



11



5



Bontoala



0,25



60



5



14



Tua 6



Gaddong



0,18



55



5



17



7



Bontoala



0,12



54



4



18



1,29



440



30



109



Parang JUMLAH



2342



0,21



2617



Layang



P



2247



1



L



4126



RW



875



RT



1929



(km2)



2011



AN



JUMLAH



1977



LUAS



2467



KELURAH



2161



NO



2213



Layang Tahun 2010.



31,928



3.2.3.3 Sarana Kesehatan Puskesmas Layang terdapat beberapa fasilitas kesehatan yaitu : -



Puskesmas Pembantu yang terdiri dari 3 : a. Pustu 1 di Kelurahan Layang b. Pustu 2 di Kelurahan Bunga Ejaya c. Pustu 3 di Kelurahan Gaddong



-



1 Unit Mobil Ambulance



-



4 Unit Sepeda Motor



31



3.2.3.4 Tenaga Kesehatan dan Struktur Organisasi 1.



Tenaga Kesehatan Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Puskesmas perlu didukung



oleh tenaga kesehatan yang cukup. Adapun tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Layang adalah sebagai berikut : Tabel 6 : Tenaga Kesehatan Puskesmas Layang No Fasilitas kesehatan



2.



Jumlah



1



Dokter Umum



3



2



Dokter Gigi



2



3



Sarjana Kesehatan Masyarakat



9



4



Sarjana Keperawatan



2



5



Bidan



6



6



Perawat Kesehatan (SPK)



1



7



Perawat Gigi



1



8



Tenaga Laboratorium (SMAK)



1



9



Tenaga Farmasi



1



10



Apoteker



1



Struktur Organisasi Struktur Organisasi Puskesmas Layang berdasarkan Surat Keputusan



Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Nomor : 800/1682/SK/IV/2010 Tanggal 21 April 2010 terdiri atas : 



Kepala Puskesmas







Kepala Subag Tata Usaha







Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas - Unit Kesehatan Masyarakat - Unit Kesehatan Perorangan 32







Unit Jaringan Pelayanan Puskesmas -



Unit Puskesmas Pembantu ( Pustu )



-



Unit Puskesmas Keliling ( Puskel )



-



Unit Bidan Komunitas



Gambar 7. Stuktur Organisasi Puskesmas Layang



3.2.3.5 Visi dan Misi Puskesmas Layang 1.



Visi Visi Puskesmas Layang adalah menjadi pusat pembangunan



dan



pelayanan kesehatan masyarakat yang terpadu, bermutu dan profesional. 2.



Misi



a.



Meningkatkan pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.



33



b.



Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas untuk seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan ras, agama dan sosial ekonomi.



c.



Meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam upaya keberhasilan program kesehatan berbasis masyarakat.



d.



Meningkatkan keterampilan dan profesional SDM serta mencapai pelayanan yang sesuai standar mutu.



e.



Mewujudkan kemandirian masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS )



3.2.3.6 Upaya Kesehatan Puskesmas Layang sebagai unit teknis Dinas Kesehatan Kota Makassar yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas



Layang berperan



menyelenggarakan



upaya



kesehatan



untuk



meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan demikian Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama.



Dengan fungsi tersebut maka Upaya Kesehatan di Puskesmas Layang terbagi atas 2 ( dua ) Upaya Kesehatan Yaitu : 1. Upaya Kesehatan Wajib, meliputi : a. Upaya Promosi Kesehatan ( Promkes ) b. Upaya Kesehatan Lingkungan ( Kesling ) c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) dan Keluarga Berencana (KB) d. Upaya Pencegahan Penyakit Menular ( P2M ) e. Upaya Pengobatan 34



2. Upaya Kesehatan Pengembangan, meliputi : a. Upaya Kesehatan Sekolah b. Upaya Kesehatan Olahraga c. Upaya Kesehatan kerja d. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut e. Upaya Kesehatan Usia lanjut f. Perawatan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Layang memiliki beberapa ruangan yang terdiri dari : 1.



Ruangan pengambilan kartu/loket



2.



Ruang pemeriksaan dokter/kamar periksa



3.



Ruang pemeriksaan gigi dan mulut



4.



Ruang KIA dan KB



5.



Ruang P2M dan laboratorium



6.



Ruang pengambilan obat/apotek



7.



Ruang tata usaha



8.



Ruang kepala puskesmas



35



3.2.3.7 Alur Pelayanan Pasien



Loket



-



Kamar Periksa Poli Umum Poli Gigi Poli KIA/KB



Rujuk



Pasien



Laboratorium



Ruang Tindakan



Apotik



Pasien



Gambar 8. Bagan Alur Pelayanan Puskesmas Layang



36



3.2.3.8 Hasil Kegiatan Sepuluh penyakit umum terbanyak yang tercatat di Puskesmas Layang di bulan November tahun 2017 adalah: 1.



ISPA



: 91



Kasus



2.



Trauma



: 143 Kasus



3.



Hipertensi



: 192 Kasus



4.



Penyakit Infeksi Lain



: 175 Kasus



5.



Dispepsia



: 91



Kasus



6.



Common Cold



: 89



Kasus



7.



Demam



: 79



Kasus



8.



Cephalgia



: 66



Kasus



9.



Diare



: 108 Kasus



10.



Batuk



: 99



Kasus



37



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



5.1.



LAPORAN KASUS



4.1.1.



PASIEN



4.1.1.1. IDENTITAS PASIEN Nama



:Ny. M



Usia



: 61 tahun



Jenis Kelamin : Perempuan Agama



: Islam



Pekerjaan



: IRT



Alamat



: Jl. Tinumbu lr. 144



4.1.1.2. ANAMNESIS Keluhan Utama : Tegang pada leher, terutama pada bagian belakang Riwayat Penyakit: Pasien datang ke Puskesmas Layang dengan keluhan tegang pada leher belakang. Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu saat pasien memeriksakan dirinya di puskesmas dengan keluhan sering mengalami sakit kepala. Pada awalnya pasien hanya minum obatobatan herbal untuk mengurangi keluhan tersebut namun tidak ada perubahan. Sejak kunjungan ke puskesmas pasien teratur meminum obat yang diberikan. Selain itu pasien juga memiliki keluhan nyeri pada persendian, terutama pada lutut. Riwayat Penyakit Sebelumnya: DM (-), HT (-), Alergi (-) Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat keluarga dengan penyakit serupa: Ayah (+), Saudara perempuan (+) 38



4.1.1.3. PEMERIKSAAN FISIS Keadaan umum



: Compos mentis



Tek. Darah



: 150 / 100 mmHg



Frek. Nadi



: 90 x /menit



Frek Pernapasan



: 22 x /menit



Suhu



: 36.5 C



BB



: 63 kg



TB



: 156 cm



IMT



: 25,88 kg/m2(Obes grade I)



4.1.1.4.PEMERIKSAAN STATUS GENERALIS : Kepala



:



- Ekspresi wajah



: normal



- Bentuk dan ukuran



: normal



- Rambut



: normal



- Edema



: (-)



Mata



:



- Simetris - Alis



: normal



- Exophtalmus



: (-)



- Ptosis



: (-)



- Strabismus



: (-)



- Edema palpebra



: (-)



- Konjungtiva



: anemis (-/-), hiperemis (-/-)



- Sklera



: ikterik (-/-), hiperemis (-/-), pterygium (-/-)



- Pupil



: isokor, bulat, refleks (+/+)



- Kornea



: normal



Telinga



:



- Bentuk



: normal



- Lubang telinga



: normal, sekret (-/-) 39



- Nyeri tekan



: (-)



- Pendengaran



: normal



Hidung



:



- Simetris, deviasi septum (-) - Perdarahan (-), secret (-) Mulut



:



- Simetris - Bibir



: sianosis (-)



- Gusi



: hiperemis (-), perdarahan (-)



- Lidah



: glositis (-), atrofi papil lidah (-)



- Mukosa



: kering



Leher



:



- JVP



: normal



Thoraks



:



Cor - Inspeksi



: iktus cordis tidak tampak



- Palpasi



: iktus cordis tidak teraba



- Perkusi



: redup



- Auskultasi



: S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)



Pulmo - Inspeksi



: bentuk simetris, pergerakan dinding dada simetris,



penggunaan otot bantu nafas (-), pelebaran sela iga (-), frekuensi pernapasan 20 x/menit. - Palpasi



: pergerakan dinding dada simetris, fremitus raba



dan vocal simetris, provokasi nyeri (-). - Perkusi



: sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-)



- Auskultasi



: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).



Abdomen - Inspeksi



: : distensi (-), skar (-). 40



- Auskultasi



: bising usus (+) normal



- Palpasi



: nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)



- Perkusi



: timpani



Inguinal-genital-anus



: tidak diperiksa



Ekstremitas atas : - Akral hangat



: (+/+)



- Kulit



: normal



- Deformitas



: (-/-)



- Sendi



: dalam batas normal



- Edema



: (-/-)



- Sianosis



: (-/-)



- Kekuatan



: normal



Ektremitas bawah : - Akral hangat



: (+/+)



- Kulit



: normal



- Deformitas



: (-/-)



- Sendi



: nyeri pada daerah genu sinistra, krepitasi (-)



- Edema



: (-/-)



- Sianosis



: (-/-)



- Kekuatan



: normal



4.1.1.5.PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIDAPATKAN Kolesterol total



: 221 mg/dL



Asam Urat



: 5,8 mg/dL



4.1.1.6.DIAGNOSIS KERJA Hipertensi Grade 1 + Hiperkolesterolemia



41



4.1.1.7.PENATALAKSANAAN  Non Farmakologi a. Diet rendah lemak, rendah garam b. Berolahraga, menurunkan berat badan c. Makan makanan bergizi  Farmakologi a. Amlodipin 5 mg 0-0-1 b. Simvastatin 20 mg 0-0-1 c. Neurodex 1 dd I 4.1.1.8.PROGNOSIS Quo ad vitam



: dubia ad bonam



Quo ad sanationem



: dubia ad bonam



Quo ad fungsionem



: dubia ad bonam



4.1.2. KELUARGA 



GENOGRAM



Pasien



Tn. K



Keterangan: Hipertensi Tidak menderita Hipertensi



42







ANGGOTA KELUARGA Nama Kepala Keluarga



: Tn. K



Umur



: 64 Tahun



Pendidikan Terakhir



: SMP



Pekerjaan



: Wiraswasta



Bentuk Keluarga



: Nuclear Family



NAMA



Umur / JK



64 tahun



Tn. K



STATUS DALAM KELUARGA



PENDIDIKAN



PEKERJAAN



Kepala Keluarga



SMP



Wiraswasta



Ibu rumah tangga



SD



Ibu rumah tangga



Anak 1



SMP



Wiraswasta



Anak 2



SMP



IRT



Anak 3



SMP



Wiraswasta



Anak 4



SMA



Pengangguran



Laki-laki 61 tahun



Ny. M



Perempuan



32 tahun



K



Laki-laki 25 tahun



L



Perempuan 21 tahun



P



Perempuan 19 tahun



T



Perempuan







Penilaian Status sosial dan kesejahteraan hidup  Lingkungan tempat tinggal



Status kepemilikan rumah Daerah perumahan



: Milik sendiri : padat penduduk



Luas rumah



12 m x 6 m



Bertingkat



Ya



Jumlah penghuni rumah



6 orang



43



Luas halaman



-



Lantai rumah terbuat dari



Semen



Dinding rumah terbuat dari



Tembok



Kondisi dalam rumah



Cukup baik



Penerangan listrik



Ada



Jambang



Ada



Ketersediaan air bersih



Ada (PDAM)



 Kepemilikan barang – barang berharga o Ny. M memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara lain yaitu, 1 buah televisi, 1 buah kulkas, 1 buah kipas angin, 1 buah rice cooker.  Penilaian perilaku kesehatan keluarga o Ny. M sering melakukan kontrol di puskesmas Layang setiap bulannya dan aktif melaksanakan kegiatan PROLANIS. Apabila sakit, Ny. M sering berobat ke puskesmas dengan menggunakan jaminan kesehatan berupa kartu BPJS  Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga o Pekerjaan



sehari-hari



pasien



adalah



seorang



ibu



rumah



tangga.Pasien ini tinggal di rumah yang terletak di Jl. Tinumbu lr.144. Sekitar rumah yaitu bagian samping kiri dan kanannya berbatasan dengan rumah batu, dan berada di lingkungan perumahan yang cukup padat.  Pola Konsumsi Makanan o Pola makan 2-3 kali sehari dengan menu yang tidak tentu. Ny. M membatasi penggunaan garam namun masih suka mengonsumsi gorengan dan makanan berlemak.



44



 Psikologi Dalam Hubungan Antar Anggota Keluarga o Pasien memiliki hubungan yang baik dengan sesama anggota keluarga yang lainnya. Dengan seluruh anggota keluarga, terjalin komunikasi yang baik dan cukup lancar.  Lingkungan o Lingkungan tempat tinggal sudah cukup baik. Tata pemukiman di sekitar rumah terlalu padat. Sinar matahari kurang dapat masuk ke dalam rumah, penerangan dalam rumah cukup. Ventilasi kurang. Kebersihan dan kerapian rumah kurang rapi. Rumah memiliki jamban. Air minum bersumber dari PDAM. Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungan kehidupan keluarga Faktor



Keterangan



Kesimpulan tentang faktor pelayanan kesehatan



Sarana pelayanan



Puskesmas



kesehatan yang



Pelayanan dengan menggunakan kartu BPJS



digunakan oleh keluarga Cara mencapai



Naik Bentor



sarana pelayanan



Jarak puskesmas den kediaman Ny. M cukup dekat



kesehatan tersebut Tarif pelayanan



Gratis



kesehatan yang



Semua pelayanan dengan menggunakan BPJS kelas 3



dirasakan Kualitas pelayanan



Baik



Pasien merasa pelayanan baik



kesehatan yang



karena dimulai dari



dirasakan



pendaftaran , pengambilan kartu, konsul dokter, pengambilan obat berjalan dengan lancar.



45



4.1.3. Analisa Kedokteran Keluarga 1. Fungsi Fisiologis (APGAR) Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan menilai 5 Fungsi pokok keluarga, antara lain: - Adaptasi : Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang dibutuhkan. - Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah. - Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota keluarga. - Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung. - Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga. Penilaian: Hampir Selalu



= skor 2



Kadang-kadang



= skor 1



Hampir tidak pernah



= skor 0



Total Skor: 8-10



= Fungsi keluarga sehat



4-7



= Fungsi keluarga kurang sehat



0-3



= Fungsi keluarga sakit



46



Tabel 12. Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita Hipertensi Penilaian



No



1.



Pertanyaan



Hampir



Kadang-



Selalu



Kadang



(2)



(1)



Hampir Tidak Pernah (0)



Adaptasi Jika obat Anda habis / jadwal kontrol laboratorium anggota



tiba



keluarga



apakah yang







ada



bersedia



mengantarkan Anda ke Puskesmas? 2.



Partnership (Kemitraan) Jika Anda lupa minum obat, apakah √



ada anggota keluarga yang selalu mengingatkan untuk konsumsi obat secara rutin? 3.



Growth (Pertumbuhan) Jika Anda tidak memasak karena keterbatasan anda akibat penyakit







yang anda derita, apakah anak anda mau mengerti dengan anda? 4.



Affection (Kasih Sayang) Jika Anda merasa cemas akibat penyakit keluarga



anda,



apakah



anggota



lain



selalu



yang







mendampingi Anda dalam mengatasi kecemasan tersebut? 5.



Resolve (Kebersamaan) Anda disarankan untuk mengurangi







konsumsi makanan yang berlemak



47



dan rendah garam. Apakah anggota keluarga yang lain mengkonsumsi menu



yang



sama



dan



makan



bersama? Total Skor



6



Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 6 ini menunjukkan Fungsi keluarga kurang sehat. 2. Fungsi Patologis (SCREEM) Aspek sumber daya patologi - Sosial: Pasien baik dalam bermasyarakat dengan tetangga. - Cultural: Pasien memiliki seorang suami dan 4 orang anak - Religious: Keluarga pasien rajin melakukan sholat 5 waktu dan puasa. - Economy: Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi belum tercukupi. - Education: Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu SMA - Medication: Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan kesehatan dari puskesmas dan memiliki asuransi kesehatan BPJS.



48



4.2.



PEMBAHASAN Studi kasus dilakukan pada pasien wanita berumur 61 tahun dengan



keluhan tegang pada leher belakang. Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu saat pasien memeriksakan dirinya di puskesmas dengan keluhan sering mengalami sakit kepala. Pada awalnya pasien hanya minum obatobatan herbal untuk mengurangi keluhan tersebut namun tidak ada perubahan. Sejak kunjungan ke puskesmas pasien teratur meminum obat yang diberikan. Diagnosis hipertensi ditegakkan atas dasar anamnesis, pemfis dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis didapatkan gejala tegang pada leher belakang dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tensi 150/90 mmHg. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan kolesterol darah melebihi normal sehingga pasien didiagnosis dislipidemia. Berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII), termasuk hipertensi stage I apabila tekanan darah sistolik ≥140 159 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90-99 mmHg. Berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yakni: obesitas grade I dengan nilai IMT antara 25- 29,9; obesitas grade II dengan nilai IMT antara 30-40 dan obesitas grade III nilai IMT >>40. Pasien ini masuk ke dalam obesitas grade I karena memiliki IMT 26,1. Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien saat berkunjung di puskesmas Layang sesuai dengan keluhan yang dialami dan hasil pemeriksaan laboratorium diberikan terapi medikamentosa yaitu Amlodipin sekali sehari dan Simvastatin sekali sehari Edukasi yang diberikan berupa cara mengontrol tekanan darah, makanan yang perlu dihindari, komplikasi dari hipertensi yang mungkin terjadi dan pentingnya pemeriksaan diri serta mengendalikan penyakit yang dialami oleh pasien. Pasien juga diberikan edukasi terhadap obesitas yang dialami pasien berupa upaya peningkatan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi pasien. Pasien mengaku aktif dalam mengikuti kegiatan PROLANIS di Puskesmas Layang. Dengan ikutnya pasien dalam PROLANIS, pasien akan diberikan obat 49



hipertensi untuk satu bulan, jadi pasien tidak perlu bolak balik setiap tiga hari ke puskesmas. Manfaat lain yaitu setiap jumat seluruh pasien prolanis akan mengikuti senam, dimana senam ini memang dikhususkan untuk pasien HT dan DM. 4.2.1. Analisa Kasus Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Hipertensi Masalah



Skor Awal



Faktor biologis - Hipertensi



Upaya Penyelesaian



- Edukasi mengenai 2



penyakit dan



Resume Hasil Akhir



Skor



Perbaikan



Akhir



-Terselenggara 4



penyuluhan



merupakan



pencegahannya



penyakit



melalui penyuluhan



memahami bahwa



genetic



gaya hidup sehat



penyakit



dengan makanan yg



hipertensi



bergizi dan



dicegah



-Keluarga



dapat



olahraga teratur -Keluarga



mau



menerapkan gaya hidup sehat Faktor ekonomi dan



- Motivasi mengenai - Keluarga



pemenuhan 4



kebutuhan



perlunya memiliki



menyisihkan



tabungan



pendapatan untuk



4



tabungan - Memiliki



- Nasehat



tabungan



bertawakkal kepada - Memiliki 3



- Kehidupan sosial



untuk



dengan



lingkungan



Allah,



dan



yakinkan



bahwa



Tawakkal kepada Allah,



semua akan baik-



menjalin



baik



hubungan



saja.



Serta



rasa



dan



4



yang



50



sesekali



bertegur



sapa



dengan



baik



dengan



tetangga



tetangga Faktor



perilaku



- Edukasi



kesehatan - Higiene pribadi yang



3



kurang



tentang



pentingnya



PHBS



dirumah



untuk



mencegah infeksi.



- Anggota keluarga paham



akan



pentingnya



dan lingkungan



PHBS dan mau



yang



mengaplikasikan



kurang



dengan



bersih - Edukasi 4 - Minum



obat



untuk



baik



PHBS



minum obat sesuai



dilingkungan dan



anjuran dokter



rumah mereka



teratur



4



- Pasien



selalu



minum



obat



teratur



sesuai



5



anjuran dokter



Faktor Psikososial - Kurangnya



2



- Menyarankan



perhatian



kepada



keluarga pasien



keluarga



terhadap



lebih



penyakit



yang



diderita pasien



dengan 2



- Anggota keluarga



anggota untuk perhatian



bersedia memberi perhatian



lebih



kepada pasien



kondisi



pasien



- Pasien



- Motivasi untuk sembuh



4



4



termotivasi untuk - Memotivasi pasien



sangatlah



serta



kurang



kepada



sembuh



menjelaskan pasien



bahwa penyakitnya



51



dapat



sembuh



apabila



pasien



berobat



secara



teratur Total Skor



20



29



Rata-rata Skor



2,8



4,1



Tabel 13.Skoring Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Penyelesaian Masalah dalam keluarga Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah Skor 1



:Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.



Skor 2



:Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya



keinginan),



penyelesaian



masalah



dilakukan



sepenuhnyaoleh provider. Skor 3



:Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh provider.



Skor 4



: Keluarga mau melakukan namun tidak sepenuhnya, masih tergantung pada upaya provider.



Skor 5



:



Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga



4.2.2. Diagnosis



Holistik,



Tanggal



Intervensi,



Dan



Penatalaksanaan



Selanjutnya Pertemuan ke 1 : 19 Februari 2018 Saat kedatangan yang pertama dilakukan beberapa hal yaitu : 1. Memperkenalkan diri dengan pasien. 2. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien. 3. Menjelaskan maksud kedatangan dan meminta persetujuan pasien 52



4. Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-sosioekonomi dan melakukan pemeriksaan fisik. 5. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan mempersiapkan alat yang akan dipergunakan. 6. Memastikan pasien telah mengerti tujuan prosedur pemeriksaan. 7. Meminta persetujuan pemeriksaan kepada pihak pasien. 8. Membuat diagnosis holistik pada pasien. 9. Mengevaluasi pemberian penatalaksanaan farmakologis.



4.2.3. Anamnesis Holistik Aspek Personal Saat kami mendatangi rumah pasien, pasien seorang diri berada di rumah. Suami pasien sedang bekerja dan anaknya sedang mengurusi dagangannya. Pasien baru pertama kali mendapat kunjungan rumah untuk mengontrol keadaan pasien, disamping itu pasien sangat begitu senang karena ada teman berbagi cerita. Pasien masih memiliki harapan untuk bisa beraktifitas seperti sedia kala. Aspek Klinik Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang, didapatkan diagnosis Hipertensi + Hiperkolesterolemia. Aspek Faktor Risiko Internal Keluarga pasien ada yang memiliki riwayat hipertensi, yaitu ayah dan kakak perempuan pasien. Dulunya pasien sering meminum obat herbal untuk menurunkan tekanan darahnya. Pasien kurang menerapkan pola hidup sehat berupa pola makan yang baik dan olahraga teratur. Dari segi usia pasien juga sudah tergolong lansia sehingga sangat rentan dengan berbagai penyakit.



53



Aspek Faktor Risiko Eksternal - Tidak ada pelaku rawat dari keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keluarga pasien kurang memerhatikan kondisi penyakit pasien, kurangnya komunikasi antara pasien dan anggota keluarga dikarenakan kesibukan dari anak dan suaminya sebagai keluarga sehingga tidak mengingatkan untuk berobat, kontrol tekanan darah atau minum obat, dan kurang memperhatikan pola diet pasien. Aspek Fungsional Ny. M sudah kurang mampu melakukan sendiri aktivitas dan menjalankan fungsi sosial dalam kehidupannya.Ny. M banyak menghabiskan waktu di dalam rumah saja. Derajat Fungsional Derajat 3 yaitu ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan. Rencana Pelaksanaan (Plan Of Action) -



Pertemuan ke-1: Puskesmas Layang Kecamatan Bontoala Kota Makassar, 19 Februari 2018 pukul 10.15 WITA.



-



Pertemuan ke-2: Rumah pasien Jalan Tinumbu lr. 144, 20 Februari 2018 pukul 15.00 WITA. Tabel 14 : Rencana Pelaksanaan (Plan Of Action) Sasara



Aspek



Kegiatan



Aspek



Memberikan edukasi



person



kepada pasien



kunjunga



al



mengenai hipertensi



n rumah



n



Waktu



Hasil yang



Biay



diharapkan



a



Pasien Pada saat Pasien dapat



Ket.



Tida



Tidak



sadar dan



k



menola



mengerti



ada



k



dan komplikasiserta



akan



memberikan informasi



pentingnya



54



mengenai



rutin



perkembangan



mengonsumsi



penyakitnya.



anti hipertensi



Aspek



Memberikan obat anti



Pasien Pada saat Tekanan



klinik



hipertensi dan obat



kunjunga



kolesterol untuk



n rumah



Tida



Tidak



darah dapat



k



menola



terkontrol,



ada



k



Tida



Tidak



mengontrol tekanan



kolesterol



darah dan kadar



dapat



kolesterol pasien



terkontrol



Aspek



Mengajarkan



risiko



bagaimana pola makan



Pasien Pada saat Tekanan



internal yang baik,



kunjunga



darah dapat



k



menola



n rumah



terkontrol,



ada



k



menganjurkan untuk



Kolesterol



menjaga hygenitas diri



dapat terkontrol



Aspek



Menganjurkan keluarga



Kelua



Pada saat Keluarga



Tida



Tidak



risiko



memberi dukungan



rga



kunjunga



memberi



k



menola



externa



kepada pasien agar



n rumah



perhatian dan



ada



k



l



selalu menjaga



dukungan



kesehatannya dan selalu



lebih kepada



mengingatkan pasien



pasien dan



untuk minum obat dan



pasien lebih



kontrol tekanan darah,



termotivasi



dan mendukung pola



untuk



diet pasien.



sembuh



Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk



55



meningkat-kan komunikasi yang baik dengan pasien Aspek



Menganjurkan untuk



Pasien Pada saat Agar kondisi



Tida



Tidak



fungsio rajin berolahraga serta



kunjunga



tubuh selalu



k



menola



nal



n rumah



sehat dan



ada



k



menghindari hal-hal yang bisa mencederai



bugar,



pasien.



agarnyeri sendi pada tubuh pasien bisa berkurang



4.2.4. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum baik, Tanda Vital: Tekanan Darah: 150/90 mmHg, Nadi : 90 x/menit, Pernapasan : 22 x/menit, Suhu : 36,5oC. Nyeri pada region genu sinistra, krepitasi (-) 4.2.5.Pemeriksaan Penunjang Kolesterol



: 221 mg/dL



Asam Urat



: 5,8 mg/dL



4.2.6. Diagnosis Holistik (Bio-Psiko-Sosial) Diagnose Klinis: Hipertensi Grade 1 + Hiperkolesterolemia Diagnose Psikososial: -



Kurangnya perhatian dari anggota keluarga terhadap kondisi kesehatan pasien.



56



4.2.7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan keluarga pasien). Pencegahan Primer Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak menderita penyakit Hipertensi antara lain: -



Mengontrol tekanan darah  Melakukan diet rendah garam



-



Mencegah kolesterol:  Melakukan diet rendah lemak  Rajin berolahraga



Pencegahan Sekunder 1. Pengobatan farmakologi berupa: - Anti hipertensi : Amlodipin 1x5mg - Anti Kolesterol: Simvastatin 20mg 1x1 - Neurodex 1x1 Pencegahan Tersier :Rehabilitasi fisik, mental dan sosial.



Terapi Untuk Keluarga Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologi terutama yang berkaitan dengan emosi, psikis dan proses pengobatan pasien. Dimana anggota keluarga diberikan pemahaman agar bisa memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk berobat secara teratur dan membantu memantau terapi pasien.Selain itu apabila kita kembali mengingat bahwa silsilah keluarga ini dengan resiko penyakit yang tinggi sehingga, penting mengingatkan ke anggota keluarga untuk menjaga pola makan serta melakukan kebiasaan hidup yang sehat.



57



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



5.1. KESIMPULAN - Diagnosa klinis



:



Hipertensi + Hiperkolesterolemia. - Diagnosis psikososial : Kurangnya perhatian dari anggota keluarga terhadap kondisi kesehatan pasien. - Gambaran dari Genogram: Ayah dan kakak perempuan pasien memiliki riwayat Hipertensi



5.2. SARAN Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Ny. M, maka disarankan untuk: - Mengidentifikasi faktor-faktor yang mencetuskan Hipertensi. - Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang Hipertensi dan Disipidemia serta komplikasi yang ditimbulkan pada saat tidak teratur mengonsumsi obat. - Memberi edukasi pada pasien tentang jenis fisioterapi ringan yang dapat dilakukan sendiri di rumah. - Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberi perhatian dan dukungan lebih kepada pasien dan pasien lebih termotivasi untuk sembuh. Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat secara teratur dan mengontrol penyakitnya secara rutin di pelayanan kesehatan terdekat.



58



LAMPIRAN



59



60



61



DAFTAR PUSTAKA



1. Sugiharto A. Faktor – Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat[tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro;2008.



2. Sarasaty RF. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan Tahun 2001.Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2012



3. Kementerian Kesehatan RI. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2011. Jakarta: Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI;2012.



4. Muhadi, JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa. Divisi Kardiologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. CDK-236/ vol. 43 no. 1, th. 2016



5. http://eprints.undip.ac.id/43896/3/Gilang_YA_G2A009181_Bab2KTI.pdf. Hipertensi. Universitas Diponegoro. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2017



6. Sudoyo, Aru W., et. al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid 1. Interna Publishing. Jakarta; 2009.



7. Brashers, Valentina. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen, Ed 2 (Terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta; 2009.



8. Soedirjo. Hipertensi dan Klinis. Farmacia. Jakarta; 2008. 9. WHO. Hypertension Report. WHO Technical Report Series. Geneva; 2007. 10. Leny Gunawan. Hipertensi : Tekanan darah tinggi. Yogyakarta: Percetakan Kanisus; 2009.



11. Nurlaely Fitriana. Hipertensi pada Lansia [internet]. c2010 [cited 2012 Nov 18]. Available from: http://nurlaelyn07.alumni.ipb.ac.id/author/



12. Smeltzer & Bare. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC. 20016. 13. Yogiantoro, Mohammad. Hipertensi Essensial. In: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departeman Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009. P. 1079



14. Tugasworo D. Patogenesis aterosklerosis. Semarang: BP UNDIP. 2010: 3-14.



62



15. Anggie Hanifa. Prevalensi Hipertensi Sebagai Penyebab Penyakit Ginjal Kronik Di Unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2009 [internet]. c2010 [cited 2012 Aug 22]. p: 4-13. Available from: http://repository.usu.ac.id



16. Guyton,AC. Hall,JE. Buku ajar fisiologi kedokteran .Jakarta: EGC. 2008. 17. Smeltzer & Bare. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC. 2008. 18. National Heart Lung and Blood Institute. What Is High Blood Pressure? [internet]. c2009



[cited



2013



Jan



11].



Available



from



:



(http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Hbp/HBP_WhatIs.html)



19. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe [internet]. c2011 [cited 2012 Des 29]. p: 10-3. Available from: http://repository.usu.ac.id/



20. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure (Hypertension) [internet]. c2012 Jan [cited 2012 Des 29]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/high-bloodpressure/risk-factors/



21. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan Faktor Risiko di RSU dr. Pirngadi Kota Medan [internet]. c2004 [cited 2012 Des 29]. p: 1064, 91. Available from: http://repository.usu.ac.id/



22. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Hipertensi. 2013. Jakarta. Hal. 3-5



23. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18866/1/ikm-okt20059%20(4 ).pdf (diakses pada tanggal 16 Oktober 2017)



63