Pendekatan Dan Tantangan Dalam Manajemen Pendidikan Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



PENDEKATAN DAN TANTANGAN DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM Panduan ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Islam Dosen Pengampu : Rina Murtyaningsih, M.Pd.



Disusun Oleh : 1. Chusnul Istigfarrini(181009) 2. Najib Adi Nugroho(181023) 3. Novita Anggita Rini (181024)



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH BLORA 2020/2021



i



KATA PENGANTAR               Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Manajemen Pendidikan Islam”.               Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi tugas sebagai mahasiswa. Dalam tugas ini kami membahas mengenai “Pendekatan dan Tantangan dalam Manajemen Pendidikan Islam”.               Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kami mengharap kepada semua pihak agar memberikan berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan kami.               Akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga semua tugas ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.



Blora, 3 November 2020



Kelompok 1



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1 A.



Latar Belakang........................................................................................................................1



B.



Rumusan Masalah...................................................................................................................1



C.



Tujuan Masalah.......................................................................................................................1



BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................2 A.



Pengertian Manajemen Pendidikan Islam.............................................................................2



B.



Pendekatan Manajemen Pendidikan Islam...........................................................................3



C.



Tantangan dalam Manajemen Pendidikan Islam di Era Globalisasi.................................6



D.



Cara menghadapi tantangan dalam Manajemen Pendidikan Islam di Indonesia..............8



BAB III PENUTUP...........................................................................................................................10 A.



KESIMPULAN......................................................................................................................10



DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang                    Rumusan tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi dan bertanggungjawab.                    Salah satu manusia berkualitas dalam rumusan undang-undang No. 20 Tahun 2003 diatas adalah mereka yang beriman dan bertaqwa serta memiliki akhlak mulia. Dengan demikian salah satu ciri kompetensi keluaran pendidikan nasional adalah ketangguhan dalam iman, taqwa serta akhlak mulia.                    Menurut tafsir, bagi umat islam dan khususnya dalam Pendidikan Islam, kompetensi iman dan taqwa serta memiliki akhlak mulia tersebut sudah lama disadari kepentingannya, dan sudah diimplementasikan dalam lembaga pendidikan islam. Dalam pandangan Imtaq dan Iptek, juga akhlak mulia diperlukan manusia dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di bumi. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian manajemen pendidikan islam ? 2. Apa saja pendekatan manajemen pendidikan islam ? 3. Apa saja tantangan manajemen pendidikan islam ? 4. Bagaimana cara menghadapi tantangan manajemen pendidikan islam di indonesia? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian manajemen pendidikan Islam. 2. Untuk mengetahui apa saja pendekatan manajemen pendidikan Islam 3. Untuk mengetahui tantangan manajemen pendidikan Islam. 4. Untuk mengetahui cara menghadapi tantangan manajemen pendidikan Islam di Indonesia.



1



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam Aktivitas kependidikan islam ada sejak adanya manusia itu sendiri (Nabi Adam dan Ibu Hawa), bahkan ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah bukan perintah tentang sholat, puasa dan lainnya, tetapi justru perintah iqra (membaca, merenung, menelaah, meneliti atau mengkaji) atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan manusia yang merupakan inti dari aktivitas pendidikan. Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pendidikan islam, tetapi menurut penulis intinya ada dua yaitu : pertama, pendidikan islam merupakan aktivitas pendidikan yang mengejawantahkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai islam. Dalam prakteknya di Indonesia, pendidikan islam ini setidak-tidaknya dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis, yaitu : 1. Pondok Pesantren atau Madrasah Diniyah, menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebut sebagai pendidikan keagamaan (islam) formal, seperti pondok pesantren / Madrasah Diniyah. 2. PAUD / RA, BA, TA, Madrasah dan pendidikan lanjutan seperti IAIN / STAIN atau Universitas Islam Negeri dibawah naungan Departemen Agama. 3. Pendidikan Usia Dini / RA, BA, TA Sekolah / Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh dan / atau dibawah naungan yayasan dan organisasi islam. 4. Pelajaran agama islam di sekolah / madrasah / perguruan tinggi sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah, dan / atau sebagai program studi. 5. Pendidikan islam dalam keluarga atau tempat-tempat ibadah dan / atau forumforum kajian ke islaman, majelis taklim dan institusi-institusi yang sedang digalakkan oleh masyarakat, atau pendidikan (islam) melalui jalur pendidikan formal dan informal. Kedua pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan disemangati atai dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai islam. Dalam pengertian yang kedua ini pendidikan islam mencakup. 1. Pendidikan / guru / dosen, Kepala Madrasah / Sekolah atau pemimpin perguruan tinggi dan / atau tenaga kependidikan lainnya yang melakukan dan mengembangkan aktivitas kependidikannya disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai islam.



2



2. Komponen-komponen pendidikan lainnya seperti tujuan, materi / bahan ajar, alat / media / sumber belajar, metode, evaluasi, lingkungan / kontek, manajemen yang dijiwai oleh ajaran dan nilai islam. Manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam pengembangan pendidikan dalam arti, ia merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan islam untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan efisien, bisa juga didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya pendidikan islam untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan efisien. Lembaga pendidikan islam dikategorikan sebagai lembaga industri mulia (noble industy) karena mengemban misi ganda yaitu profit sekaligus sosial. Misi profit yaitu untuk mencapai keuntungan, ini dapat dicapai ketika efisiensi dan efektivitas dana bisa tercapai, sehingga pemasukan (income) lebih besar dari operasional, misi sosial bertujuan untuk mewariskan dan menginternalisasikan nilai luhur. Misi kedua ini dapat dicapai apabila lembaga pendidikan islam memiliki modal human capital  dan social capital yang menandai dan juga memiliki tingkat keefektifan dan efisiensi yang tinggi itu sebabnya mengelola lembaga pendidikan islam tidak hanya dibutuhkan profesionalisme yang tinggi tetapi juga misi, niat suci dan mental berlimpah. B. Pendekatan Manajemen Pendidikan Islam Pendekatan menurut H.M Habib Thaha adalah cara pemrosesan subyek atas obyek untuk mencapai tujuan. Pendekatan ini juga berarti cara pandang terhadap sebuah obyek permasalahan, dimana cara pandang tersebut memiliki cakupan yang luas. Sedangkan menurut Prof. Dr. Oteng Sutisna, M.Sc pendekatan adalah apa yang hendak ia kerjakan dan bagaimana ia akan mengerjakan sesuatu. Yang pertama disebut dalam pengertian “tugas” dan yang kedua adalah pendekatan dalam pengertian “proses”. Penggunaan istilah “pendekatan” memiliki arti yang berbeda-beda tergantung kepada obyek apa yang akan menjadi tema sentral perencanaan kerja dan kajian pemikiran apa yang akan dikembangkan. Dalam konteks belajar, pendekatan dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik untuk menunjang efisiensi dan efektifitas dalam proses pembelajaran tertentu. Dengan demikian pendekatan adalah seperangkat langkah oprasional yang direkayasa sedemikian rupa, untuk memecahkan masalah atau untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Macam-Macam Pendekatan dalam Manajemen Pendidikan Islam : 1. Pendekatan Kontekstual Salah satu unsur terpenting dalam penerapan pendekatan kontekstual adalah pemahaman guru untuk menerapkan strategi pembelajaran konstektual



3



di dalam kelas. Akan tetapi, fenomena yang ada menunjukkan sedikitnya pemahaman guru-guru PAI mengenai strategi ini. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1961) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi. Transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisa data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok. Jawahir mengemukakan bahwa guru PAI dapat menggunakan strategi pembelajaran konstektual dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: - Memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa. - Lebih mengaktifkan siswa dan guru - Mendorong berkembangnya kemampuan baru - Menimbulkan jalinan belajar di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat. Beberapa hal yang diperhatikan para guru PAI dalam mengimplementasikan pendekatan konstektual adalah : - Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar - Membuat aktivitas kelompok - Membuat aktivitas belajar mandiri - Menyusun refleksi 2. Pendekatan Sains Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Melalui pendekatan sains kemudian dihasilkan sains pendidikan atau ilmu pendidikan dengan berbagai cabangnya seperti : - Sosiologi pendidikan - Psikologi pendidikan - Administrasi atau manajemen pendidikan - Teknologi pendidikan - Evaluasi pendidikan - Bimbingan dan konseling 3.



Pendekatan Filosofis



4



Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan yang dapat dikelompokkan ke dalam 3 model : - Model filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistematis tentang gejala yang ada, merenungkan secara rasional spekulatif seluruh persoalan manusia. - Model filsafat preskriptif  berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan menusia menguji apa yang disebut baik, jahat, benar, salah, bagus dan jelek. - Model filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata : istilahistilah dan pengertian-pengertian dalam bahasa menguji suatu ide ada gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhad dalam sistem berfikir. Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan diantaranya : - Perenialisme - Esensialisme - Progresivesme - Rekonstruktivesme - Eksistensialisme 4. Pendekatan Religius Pendekatan religius yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama didalammnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan. Metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan pendekatan religi titik tolaknya adalah keimanan. Terkait teori pendidikan islam, Ahmad Tafsir[10] mengemukakan dasar ilmu pendidikan islam yaitu Al Qur’an, Hadist dan Akal. Al Qur;an sebagai dasar pertama, Hadist Rasulullah SAW sebagai dasar kedua, dan akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber Al Qur’an dan Hadist. Dalam proses perencanaan pembelajaran terkandung juga kegiatan pendekatan yang akan dilakukan oleh seorang guru terhadap peserta didik. Karena pendekatan sangat menentukan interaksi guru dan siswa. Pendekatan yang dapat digunakan sebagai garis besar adalah : 5



1. Pendekatan imposisi / ekpositoris yaitu pendekatan dengan guru menyampaikan materi pembelajaran dengan melontarkan (ekspositoris) materi pembelajaran. 2. Pendekatan teknologis yaitu pembelajaran dengan menggunakan perangkat (wares) baik berupa perangkat benda / perangkat keras (hardware) misal : radio, TV, computer. 3. Pendekatan personalisasi, yaitu pembelajaran dengan mengarh pada siswa untuk menentukan apa yang ingin dipelajari. Sehingga yang bersangkutan mempertahankan keunggulan yang semula sudah dimiliki dan mengembangkan sesuai dengan dasar-dasar yang dimiliki. 4. Pendekatan interaksional yaitu proses pembelajaran dengan pola terjadinya interaksi yang seimbang antara guru dan siswa. Guru aktif dalam memberi gagasan maupun jawaban demikian juga siswa. 5. Pendekatan konstruktivis yaitu proses pembelajaran dimana siswa melakukan preposi yang sederhana dengan mengkontruksikan pengertian terhadap dunia tempat hidup. Untuk melakukan pendekatan konstruktivis. Seseorang harus memahami prinsip-prinsip kontruktifitas yaitu : - Masalah yang sesuai dengan kehidupan - Penataan belajar pada konsep primer / utama - Menjajaki dan menghargai pendapat siswa - Kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan siswa - Menilai belajar siswa dalam konsteksi mengajar C. Tantangan dalam Manajemen Pendidikan Islam di Era Globalisasi Arus global itu bukanlah kawan maupun lawan bagi pendidikan Islam, melainkan sebagai dinamisator bagi “mesin” yang namanya pendidikan Islam. Bila Pendidikan Islam mengambil posisi anti global, maka “mesin” tersebut akan tidak stationaire alias macet, dan Pendididkan Islam pun mengalami intellectual shut down atau penutupan intelektual. Sebaliknya, bila Pendidikan Islam terseret oleh arus global, tanpa daya lagi identitas keislaman sebuah proses pendidikan akan di lindas oleh “mesin” tadi. Karenanya Pendidikan Islam menarik ulur arus global, yang sesuai ditarik bahkan dikembangkan, sementara yang tidak sesuai diulur, lepaskan atau ditinggalkan. Sebagai agen perubahan sosial, Pendidikan Islam yang berada dalam atmosfer moderenisasi dan globalisasi dewasa ini dituntut untuk mampu memainkan perannya secara dinamis dan proaktif. Pendidikan Islam bukan sekedar proses penanaman nilai moral untuk membentengi diri dari akses negatif globalisasi, tetapi yang paling penting adalah bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan Pendidikan Islam tersebut mampu berperan sebagai kekuatan pembebas (liberating force) dari himpitan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan sosial budaya dan ekonomi. 1. Krisis Moral-Akhlak



6



Memperhatikan kenyataan merosotnya akhlak sebagian besar bangsa kita, tentunya penyelenggaran pendidikan agana beserta para guru agama dan dosen agama tergugah untuk merasa bertanggung jawab guna meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan agama agar mampu membantu mengatasi kemerosotan akhlak yang sudah parah itu. Kemerosotan akhlak bangsa disebabkan oleh banyak factor, seperti pengaruh globalisasi, krisis sosial, politik, budaya, dll. Karena globalisasi, langsung atau tidak, dapat membawa paradox bagi praktik pendidikan islam, seperti terjadinya kontra-moralitas antara apa yang diidealkan dalam pendidikan islam dengan realitas di lapangan, maka dalam pendidikan islam hendaknya melihat kenyataan kehidupan mansyarakat lebih dahulu, sehingga ajaran islam yang hendak dididikan itu dapat leanding , dan sesuai dengan kondidi masyarakat. Bila tema yang diangkat itu adalah puasa, misalnya maka bagaimana masalah puasa ini dapat dijelaskan secara psikologis, sosiologis, bahkan sudut pandang medis, sehingga ibadah puasa tersebut terasa amat berarti dan dibutuhkan oleh sang pelaku. Pendidikan Islam yang tidak mau tahu atas apa yang terjadi di sekelilingnya, baik skope local maupun global, akan kehilangan makna ibadah itu sendiri. Pendidikan islam mengajarkan hidup damai, tetapi idealisme tersebut mengalami benturan nilai dengan peristiwa yang terjadi diberbagai belahan dunia, berupa perang antar negara, kerusuhan masal, pemberontakan, gerakan separatis, bahkan aksi teroris. Dalam pendidikan islam diajarakan batas aurat, serta hak dan kewajiban seorang muslim yang menginjak dewasa atau baligh dan mukalaf, tetapi arus global non-muslim menciptakan “kekacauan” nilai batas aurat dan si mukallaf tadi sehingga menimbulkan image bahwa perkara “bupati” buka paha tinggi-tinggi) dan sekwilda (sekitar wilayah dada), sebagaimanan marak ditayangkan di media masa elektronik semisal televise dan internet, berupa pornografi dan pornoaksi, adalah trends moderenitas. Padahal, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa hadirnya media masa, terutama televise, memberikan dampak tertentu kepada masyarakat, khususnya kaum remaja, yang kadang kala menimbulkan efek dehumanisasi, demoralisasi, dan dekulturasi. Disinilah tantangan terbesar bagi sekoalah-sekolah agama islam, yakni melahirkan intelektual muslim yang mampu melahirkan konsep-konsep islamiah yang aplikatif dalam masyarakat islam yang hidup dalam era globalisasi inii. Khususnya untuk masyarakat islam Indonesia, kebhinekaan masyarakat Indonesia merupakan tantangan tersendiri bagi perimusan konsepkonsep tersebut. Tuntutan masa depan bagi sekolah tinggi agama islam adalah menghasilkan alumni yang memiliki moral yang tinnggi serta kedalaman ilmu pengetahuan. Selain itu secara institusi, perguruan tinggi agama islam diharapkan dapat mengaplikasikan nilai-nilai moral yang tinggi secara internal di lingkungan kampus dan dapat menyebarluaskan di masyarakat. 1. Masih kuatnya manajemen patriarki Dalam ruang lingkup lembaga pendidikan agama/keagamaan masih sering kita dapatkan mamajemen patriarki (kekeluargaan). Artinya semua unsur pemangku kebijakan di lembaga tersebut adalah terdiri dari satu keluarga/kerabat, misalnya dari unsur ketua yayasan, pembina, pengawas, 7



pengurus, kepala sekolah, bahkan guru dan staf. Pendekatan manajemen sepertiini dalam banyak hal akan menimbulkan difusi manajemen organisasi kelembagaan pendidikan yang ada, hal tersebut sudah barang tertentu akan menggangu profesionalitas manajemen pengelolaan lembaga tersebut, sehingga dapat dikatakan tingkat akuntabilitasnya sulit dipertanggungjawabkan. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kurang berfungsinya unsurunsur manajemen secara baik, dan memungkinkan akan terhambatnya akselerasi pencapain program-program sekolah yang ada, termasuk dalam bidang pendidikan agama. Karena akuntabilitas dan realinilitas unsurunsur yang ada sulit ditegakan secara ideal. Maka dalam konteks inilah peran serta masyarakat dapat saling mengawasi terhadap manajemen lembaga pendidikan agama yang ada. Kalaupun ada unsur kekeluargaan sebaiknya tetap memperhatikan profesionalitas. Guna mencapai biokrasi seperti diatas, perlu dilakukan terobosan tradisi baru. Misalnya, mengedepankan transparasi dan kompetensi dalam proses penerimaan calon tenaga administrasi, calon PNS dan honorer. Terobosan seperti ini hanya bias berjalan bila dalam waktu yang sama juga dilakukan pemberantasan proses rekrutmen dengan cara-cara klasik yang umumnya didasarkan pada ikatan primordial yang sempit (hubungan saudara, sedaerah, seorganisasi, sekolega) serta sarat dengan kolusi dan nepotisme. Disamping mementingkan aspek kompetensi, ketrampilan, keahlian, dan integritas, mamnajemen pendidikan modern juga masyarakat bersendikan pada system promosi jabatan yang transparan atas dasar pertimbangan yang rasional dan objektif. Jika hal-hal yang demikian dapat diwujudkan secara konkrit dalam kebijakan birokrasi, maka pemberdayaan manajemen birokrasi akan berjalan semakin baik pula di masa depan. Salah satu indikatornya adalah, setiap pegawai memiliki etos kerja sebagai pegawai yang professional. Satu yang perlu dicatat bahwa corporate culture dari sekolah agama islam adalah bersifat akademik. Oleh karenanya, iklim birokasi yang hendak dikembangkan harus pula diarahkan kepada iklim birokasi akademis. Hal ini membawa implikasi bahwa pihak-pihak yang terlibat di dalam system birokrasi sekolah harus pula memiliki visi birokrasi akademis. 2. Semakin diminatinya pendidikan umum Telah lama dirasakan bahwa sekolah agama islam dianggap sebagai “kelas kedua”. Mereka masuk sekolah islam setelah mereka tidak diterima di sekolah umum. Pendidikan umum yang ternyata lebih mampu menghadapi tantangan duniawi dalam arti jasmaniah dan materi, sedangkan pendidikan umum yang lebih bercorak islam milik lembaga atau yayasan umat islam tidak mampu bersaing dalam segi kualitas dan kuantitas. 3. Pendidikan menjadi tuntutan duniawi Masyarakat cenderung untuk memilih pendidikan yang lebih dapat menjawab tuntutan dan tantangan atas kebutuhan hidup duniawi. Sedangkan pendidikan umum hanya memberikan bagian waktu terkecil bagi pelajaran agama, misalnya hanya 2 kali 45 menit saja dalam satu 8



minggu. Berarti kekuranagan yang terjadi dalam pendidikan agama ini harus diperoleh dari sumber-sumber lain (pendidikan non formal). Jika kekurangan ini tidak terisi berarti akan hilanglah keseimbangan antara IMTAQ dan IPTEK dari pada peserta didik. Akibat pendidikan umum telah “lebih mampu” menjawab tantangan duniawi dan materi dari masyarakat, maka pendidikan agama dalam arti lembaga (institusional) merupakan pendidikan yang kurang mempunyai daya tarik bagi sebagian masyarakat islam Indonesia.



D. Cara menghadapi tantangan dalam Manajemen Pendidikan Islam di Indonesia 1. Para lulusan yang berminat kembali ke desa, sudah barang tentu disamping keharusan untuk mampu beradaptasi dengan suasana kehidupan pedesaan agraris namun bercampur dengan lembaga-lembaga modernitas, mereka tentunya diharapkan mampu memberikan santunan keagamaan dalam tingkatan yang elementer. 2. Para lulusan yang memilih tinggal dengan masyarakat perkotaan dan terlibat aktivitas di lapangan birokratis baik pemerintah maupun swasta. Kepada mereka ini dititipkan harapan agar mampu mewarnai suasana birokratis sebagai kelompok elit strategis masyarakat dapat membawa kemajuan bagi perkembangan masyarakat. Masyarakat perkotaan sebagai pengaruh dari kehidupan modernitas itu telah mulai dirasakan sebagai tragedy dehumanisasi. Untuk agama hendaknya dapat dijadikan sebagai terapi untuk melakukan penyembahan itu. 3. Para lulusan yang tidak berminat di lapangan birokrasi tetapi lebih memusatkan perhatian untuk memberikan sumbangan pemikiran-pemikiran filosofis kepada jalannya pembangunan bangsa. Para lulusan perguruan tinggi islam tersebut mempersiapkan dirinya sebagai kritisan terhadap perjalanan kehidupan masyarakat.



9



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Aktivitas kependidikan islam ada sejak adanya manusia itu sendiri (Nabi Adam dan Ibu Hawa), bahkan ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah bukan perintah tentang sholat, puasa dan lainnya, tetapi justru perintah iqra (membaca, merenung, menelaah, meneliti atau mengkaji) atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan manusia yang merupakan inti dari aktivitas pendidikan. Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pendidikan islam, tetapi menurut penulis intinya ada dua yaitu :  Pendidikan islam merupakan aktivitas pendidikan yang mengejewantahkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai islam.  Pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan disemangati atai dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai islam. Beberapa sistem pendekatan manajemen pendidikan islam. 1. Pendekatan Kontekstual Pemahaman guru untuk menerapkan strategi pembelajaran konstektual di dalam kelas. 2. Pendekatan Sains Suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan memecahkan masalahmasalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. 3. Pendekatan Filosofis Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menebak atau memecahkan pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. 4. Pendekatan Religius Suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandas pada ajaran agama.



10



DAFTAR PUSTAKA Muhaimin, Sutiah, Probowo, Listyo, Sugeng. Manajemen Pendidikan, Jakarta Kencana Prenada Media Group 2011 Muzzak, Kholilah. Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya : Kopertais IV Press. 2004 http://ululazmi-zabaz.blogs.pendidikan-islam.com.2011/03 Badruzaman, Ahmad. Strategi dan Pendekatan dalam Pembelajaran Ar Ruzz. Yogyakarta.2006 Jawahir, Muhammad. Teknik dan Strategi Pembelajaran. Cendeka Press.Bandung,2005 Humaidi, MK. Model-Model Pembelajaran Kreatif. Bandung Rosdakarya, 2006.



11