Pendekatan Ilmiah Dan Komparatif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Pengertian Pendekatan Ilmiah ( Pendekatan Saintifik) Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik atau ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran di dalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan menciptakan. Sebuah proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dapat disebut ilmiah bila proses pembelajaran tersebut memenuhi kriteria-kriteria berikut (Kemdikbud, 2013). Pertama: Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Kedua: proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah yang meliputi intuisi, penggunaan akal sehat yang keliru, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat irasional dan individual. Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut yaitu (1) Mengamati (Observasi), (2) Mempertanyakan, (3) Mengumpulkan informasi, (4) Mengasosiasikan (5) Mengomunikasikan. a. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah Tujuan pembelajaran dengan mengunakan pendekatan ilmiah (metode saintifik) didasarkan pada keunggulan tersebut. Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (metode saintifik) diantaranya bertujuan untuk: 1) Meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, 2) Membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, 3) Memperoleh hasil belajar yang tinggi, 4) Melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis karya ilmiah, serta 5) Mengembangkan karakter siswa. b. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah (Metode saintifik) Pembelajaran dengan metode saintifik (pendekatan ilmiah) antara lain didasarkan pada prinsip pembelajaran yang: 1) Berpusat pada siswa, 2) Membentuk students’ self concept, 3) Menghindari verbalisme, 4) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, 5) Mendorong terjadinya peningkatan kecakapan berpikir siswa, 6) Meningkatkan, motivasi belajar siswa, 7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi, serta 8) Memungkikan adanya proses validasi terhadap konsep, hokum dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam stuktur kognitifnya. c. Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah (Metode saintifik) Secara umum pemebelajaran dengan pendekatan ilmiah (metode saintifik) dilakukan melalui sejumlah langkah: 1) Melakukan pengamatan atas satu fenomena untuk mengidentifikasi masalah yang ingin diketahui, 2) Merumuskan pertanyaan berdasarkan masalah yang ingin diketahui dan menalar untuk merumuskan hipotesis atau jawaban sementara, 3) Mengumpulkan data atau informasi dengan berbagai teknik, 4) Menganalisis data atau informasi untuk menarik kesimpulan, 5) Mengkomunikasikan kesimpulan.



Gambar 2.1 Langkah-langkah Penerapan pendekatan ilmiah (saintific), (Kemendikbud Permen 81A) Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan saintifik akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pen getahuan yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut.



Gambar 2.2 Dimensi Pembelajaran Yang Harus Diterapkan Pada Pendekatan Ilmiah (scientific approach) dan 3 ranah yang disentuh Kemendikbud: 2013 Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” b) Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. c) Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. d. Pembelajaran Yang Sesuai Dengan Pendekatan Ilmiah (Saintifik)



Menurut Sani (2014:76) “Beberapa model, strategi, atau metode pembelajaran dapat diterapkan dengan mengintegrasikan elemen-elemen pendekatan ilmiah (saintifik) dalam pembelajaran. Metode yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry Learning), pembelajaran penemuan (discovery learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan pembelajaran berbasis projek (project based learning) dan metode lain yang relevan”. Sementara itu, dalam Panduan Penguatan proses pembelajaran sekolah menengah pertama Kemendikbud (2013) memaparkan bahwa “model atau metode pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013 dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik) antara lain yaitu pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis projek (project based learning), dan pembelajaran kooperatif (cooperative learning)”. 1) Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry Learning) Pembelajaran Berbasis Inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk melakukan investigasi dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru, seperti didefenisikan dalam Alberta Learning sebagai berikut. “Inquiry-based learning is a process where students are involved in their learning, formulate questions, invertigate widely and then build new understandings, meanings and knowledge”



Gambar 2.3 Rincian Proses Inkuiri (Sani,2014) Metode inkuiri menekankan pada proses penyelidikan berbasis pada upaya menjawab pertanyaan. Inkuiri adalah investigasi tentang ide, pertanyaan, atau permasalahan. Investigasi yang dilakukan dapat berupa kegiatan laboratorium atau aktivitas lainnya yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi. Proses yang dilakukan mencakup pengumpulan informasi, membangun pengetahuan, dan mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu yang diselidiki. Pembelajaran berbasis inkuiri mencakup proses mengajukan permasalahan, memperoleh informasi, berpikir kreatif tentang kemungkinan penyelesaian masalah, membuat keputusan dan membuat kesimpulan. 2) Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Kegiatan belajar mengajar menggunakan metode penemuan (discovery) mirip dengan inkuiri (inquiry). Inkuiri adalah proses menjawab pertanyaan dan menyelesaikan masalah berdasarkan fakta dan pengamatan, sedangkan discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Jadi, belajar dengan menemukan (discovery) sebenarnya adalah bagian dari proses inkuiri. Discovery sering diterapkan percobaan



sains dilaboratorium yang masih membutuhkan bantuan guru,disebut guided discovery. 3) Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based learning) Dalam Panduan Penguatan proses pembelajaran sekolah menengah pertama Kemendikbud (2013: 10) menjelaskan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka (open ended) sebagai konteks atau sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta membangun pengetahuan baru. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang menjadikan masalah nyata dalam bentuk soal cerita sebagai penerapan dari konsep atau pengetahuan yang telah dipelajari, PBM menggunakan masalah nyata diawal tahap pembelajaran sebagai sarana bagi peserta didik untuk membangun pengetahuan.



Gambar 2.4 Hasil Belajar dari Pembelajaran Berbasis Masalah (Sani, 2014) Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah, peserta didik secara individual maupun kelompok menyelesaikan masalah nyata tersebut dengan menggunakan strategi atau pengetahuan yang telah dimiliki. Secara kritis menginterpretasikan masalah, mengidentifikasi informasi dan strategi yang diperlukan, menemukan dan mengidentifikasi solusi yang mungkin, mengevaluasi kesesuaian strategi dan solusi dan mengkomunikasikan simpulan. Proses tersebut memungkinkan peserta didik berlatih mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah serta membangun konsep, pengetahuan, atau strategi tertentu. Pembelajaran akan dapat membentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) dan meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Proses pembelajaran yang demikian sejalan dengan paham kontrukvisme (teori piaget dan vigotsky) yang menekankan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuannya sendiri, bukan menerimanya dalam bentuk jadi dari guru. 4) Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning)



Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan projek/ kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata (Panduan Penguatan proses pembelajaran sekolah menengah pertama Kemendikbud (2013: 19). Pembelajaran ini dilakukan secara sistematik yang mengikutsertakan peserta didik dalam pembelajaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui investigasi dalam perancangan produk. Pembelajaran Berbasis Projek merupakan pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatankegiatan yang kompleks. Pembelajaran berbasis projek memberi kesempatan peserta didik berpikir kritis dan mampu mengembangkannkreativitasnya melalui pengembangan inisiatif untuk menghasilkan produk nyata berupa barang atau jasa. 5) Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Menurut Rusman (2012: 202) “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”. Pada Pengertiannya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning dalam bentuk belajar secara berkelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning, seperti yang dijelaskan Abdulhak (Rusman, 2012) bahwa “pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta didik, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri”. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru ( multi way traffic comunication). B. Pengertian Pemdekatan Komparatif (Perbandingan) Metode komparatif atau perbandingan adalah penelitian pendidikan yang menggunakan teknik membandingkan suatu objek dengan objek lain. Objek yang diperbandingkan dapat berwujud tokoh atau cendikiawan, aliran pemikiran, kelembagaan, manajemen maupun pengembangan aplikasi pembelajaran. Menurut Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Bersifat membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variable tertentu. Menurut Hudson ( 2007: 3) metode komparatif dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Dengan menggunakan metode komparatif peneliti dapat mencari jawaban mendasar tentang sebab akibat dengan menganalisis faktor-faktor penyebab atau terjadinya suatu fenomena tertentu. Menurut Surakhman (1986:84) mengatakan bahwa: “Komparasi adalah penyelidikan deskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui analisis tentang hubungan sebab-akibat



yakni memilih faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan dari faktor satu ke faktor yang lain.” Menurut Lipjhart (2007: 158) studi komparatif berfokus pada variabel yang bersifat sistematik yaitu variabel yang bersifat makro. Hal ini dikarenakan sistem yang bersifat lebih general dan luas apabila dibandingkan dengan variabel lainnya. Studi perbandingan lebih menekankan pada observasi sosial yang bersifat tidak terbatas pada teritorial tertentu. Berdasarkan pengertian studi komparatif yang telah dikemukakan peneliti dapat memahami bahwa studi komparatif adalah suatu bentuk penelitian yang membandingkan antara variabel-variabel yang saling berhubungan dengan menentukan perbedaan-perbedaan atau persamaannya. a. Ciri-ciri Metode Komparatif : 1) Merupakan dua atau lebih objek yang berbeda 2) Masing-masing berdiri sendiri dan bersifat terpisah 3) Memiliki kesamaan pola atau cara kerja tertentu 4) Objek yang diperbandingkan jelas dan spesifik 5) Memakai standar dan ukuran perbandingan berbeda dari objek yang sama. (Muliawan, 2014:86). Ciri-ciri metode komparatif yang lain yaitu menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih, rumusan masalah dalam metode komparatif membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau sampel dan waktu yang berbeda, membuat generalisasi tingkat perbandingan berdasaran cara pandang atau kerangka berfikir tertentu. Berdasarkan ciri-ciri metode komparatif yang telah dipaparkan peneliti dapat memahami bahwa ciri-ciri metode komparatif merupakan suatu karakter atau ciri yang signifikan yang dimiliki oleh metode komparatif agar dapat membedakan antara metode komparatif dengan metode penelitian yang lain. b. Kelebihan Metode Komparatif : 1) Metode komparatif adalah suatu penelitian yang layak pada banyak hal bila metode eksperimental tidak memungkinkan untuk dilakukan 2) Memperbaiki teknik, metode, statistik dan desain dengan mengontrol fitur-fitur secara parsial. 3) Metode komparatif dapat mensubstitusikan metode eksperimental 4) Penelitian komparatif dapat mengadakan estimasi terhadap parameter- parameter hubungan kausal secara lebih efektif 5) Metode komparatif dapat menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan 6) Telah membuat metode komparatif itu lebih dapat dipertanggung jawabkan lagi. (Nazir,1988: 69). c. Kelemahan Metode Komparatif : 1) Penelitian tersebut tidak mempunyai kontrol terhadap variabel bebas 2) Sukar memperoleh kepastian bahwa fakta-fakta penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang telah diselidiki.



3) Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat komplek 4) Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat jugadisebabkan oleh suatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain pada sebab yang lain 5) Apabila saling hubungan antara dua variabel telah dikemukakan mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab mana yang akibat. ( Suryabrata,1989:29-30). d. Tiga Tahap komparasi dalam Pendidiakan 1) Awal ( Tahap ini yaitu “Borrowing” ) Pada tahap ini suatu negara dalam membangun dan memperbaiki sistem pendidikannya dilakukan dengan cara melihat sistem pendidiakn negara lain yang dianggapnya lebih baik, kemudian diadopi untuk diterapkan dinegaranyasendiri. Para ahli dalam tahap ini adalah Matthew Arnold dari inggris, Victor Cousin dari Perancis, Leo Tolstoy dan KD. Unshinsky di RusiaDomingo Sarmineto di Argentina, Horacu Mann dan Henry Barnard di Amerika. Kelemahan dalam tahap ini adalah tidak semua memiliki latar belakang yg sama oleh karena itubapa yang dinggap baik ditempat lain tidak mesti baik diterapkan ditempatnya sendiri ( tahun 1817 oleh Antoine Julien di Paris sampai 1930-an ) 2) Kedua ( tahap ini yaitu “ Predicting” ) Dalam tahap ini perbaikan – perbaikan pendidikan dinegaranya dilakukan dengan dibarengi usaha mempertimbangkan masak – masak entang kemungkinan keberhasilan dan kegagalannya. Beberapa langkah dalam tahapan ini: - Awareness ( Kesadaran ) Adanya kesadaran bahwa system pendidikan negaranya mengalami stagnasi bahkan kemunduran dibandingkan Negara lainnya. - Interest ( Keinginan ) Setelah menyadari kelemahan maka muncul keinginan pada Negara tersebut untuk memperbaiki system pendidikannya agar bisa maju spti Negara lain, bahkan lebih baik. - Evaluation ( Evaluasi ) Pada tahap ini dilakukan dengan cara mencermati aneka teori dan praktek pendidikan yang ideal untuk bisa diterapkan dinegaranya dan melihat keberhasilan Negara lain dalam membangun pendidiakan. - Trial ( Uji Coba ) Dari hasil evaluasi perbaikan dan pengkajian keberhasilan Negara lain selanjutnya diuji cobakan dibeberapa lokasi untuk bisa dilihat tingkat keberhasilannya dan kegagalannya. - Adoption ( Peniruan untuk diterapkan ) Setelah diketahui keberhasilan uji coba, maka kemudian diadopsi untuk diterapkan diseluruh wilayah Negara. ( Berlangsung dati tahun 1930 – an sampai tahun 1960 – an ) 3) Ketiga ( tahap ini yaitu “ analyzing” ) Pada tahap ini kegiatan perbaikan pendidikan dan upaya membandingkan system – system pendidikan dilakukan dengan cara mengamati pula keadaan pendidikan dari berbagai latar belakang historis, politis, ekonomis, dan sosio – kulturalnya. Upaya penganalisisan ini lebih mendasarkan pada penggunaan metode ilmiah. ( berlangsung dari tahun 1960 –an sampai 1990 – an ) e. Syarat komparabilitas



Secara umum didalam ilmu pendidikan kkomparatif dikenal dengan adanya syarat kesebandingan ( comparability ) didalam upaya membandingkan dua atau lebih system pendidikan, agar upaya perbandingan aneka system pendidiakn yang dikukan akhirnya akan memperleh kebermanfaatan yang tinggi. Diantara segi – segi kesebandingan atau komparabilitas dalam melakukan studi komparasi system pendidikan antar dua Negara atau lebih yang berbeda adalah : - Segi kemajuan pembangunan - Segi latar belakang sejarah - Segi latar belakang ekonomi - Segi letak geografis Disamping itu ada satu hal yang juga penting dalam studi perbandingan dan upaya membandingkan dua system pendidikan antar dua Negara atau lebih Negara yang berbeda, yaitu dua dimensi yang perlu ditentukan ; dimensi ruang ( menyangkut seberaba luas atau banyak Negara yang ingin diteliti atau dibandingkan ) dan dimensi waktu ( menyangkut periode waktu atau rentang waktu yang perlu ditenmtukan terlebih dahulu. f. Metode – metode Studi dalam Komparasi Pendidikan Menurut Debold Van Dalen dalam “Understanding Educational Research” menyebutkan metode ilmiah yang lazim digunakan dalam studi – studi pendidiakn komparatif adalah : 1) Metode Historis Metode historis digunakan untuk menemukan fakta – fakta pendidiakan masa lampau dalam rangka mencari keterkaitan dengan kondisi pendidikan sekarang bahkan juga untuk masa mendatang. Jalan yang ditempuh dalam metode historis: - Memilih problem yang kana diteliti - Mengumpulkan sumber – sumber bahan (sources materials) - Penilaian dan pengujian sumber – sumber data yang terkumpul, yang dilanjutkan dengan penyajian. - Menentukan hipotesis untuk menjelaskan hakekat dari fenomena – fenomena pendidikan yang sudah lampau. - Melakukan penafsiran atas bahan – bahan yang telah terkumpul secara mendalam atau juga penyusunan bahan – bahan. - Menyimpulkan dan membuat laporan mengenai temuan – temuannya. 2) Metode Deskriptif Metode ini dilakukan denagn cara menggambarkan dan menguraikan apa adanya yang terjadi pada obyek yang diteliti secara mendetail. Metode penelitian ini mencakup beberapa metode antara lain : ( 1 ) studi kasus, (2) survey, (3) studi perkembangan, (4) studi tindak lanjut, (5) analisis dokumen, (6) studi korelasi, (7) studi aliran atau trend. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan suatu fakta pendidiakn baik dalam satu segara maupun antar Negara. 3) Metode Eksperimen Metode ini dilakukan dengan cara menspesifikasikan obyek yang diteliti melalui tindakan mengeliminasi variable – variable yang ada darti veriabel lain.



Tujuan dari metode ini adalah untuk menentukan apa yang dapat terjaid dari percobaan – percobaan yang dilakukan. 4) Metode Filosofis Metode ini berusaha menemukan prinsip – prinsip atau konsep – konsep yang mendasar tentang system pendidikan disuatu Negara atau beberapa Negara, tentang konsep manusia yang dicita – citakan melalui praktek pendidikan disuatu Negara. Donald Ary dkk, dalam “ Introduction to Research in Education” (1985), menyebutkan metode ilmiah dalam studi pendidikan komparatif adalah : 1) Metode eksperimental : Metode ini dilakukan dengan jalan menspesifikasikan obyek penelitiannya melalui pengeliminasian variable – variable dari obyek yang dikaji terhadap variable atau factor. Tujuan metode ini adalah menentukan apa yang dapat terjadi dari percobaan – percobaan yang dilakukan. 2) Metode Ex Post Facto : Metode ini dilakukan dengan cara melihat obyek spesifik yang diteliti yangs udah dieliminasikan dari variable atau factor lain tetapi tidak melalui percobaan – percobaan yang dilakukan peneliti. 3) Metode Deskriptif : Metode ini merupakan metode pendidikan koparatif yang dilakukan dengan cara menggambarkan dan menguaraikan apa adanya yang terjadi pada obyek penelitian secara mndetail. 4) Metode Historis : Metode yang dilakukan dengan jalan menerangkan apa yang sudah terjadi. Menurut Imam Barnadib ( 1994 ) yang mengutip pendapat George ZF. Bereday, ada dua metode yang digunakan dalam studi perbandingan , yaitu: 1) Metode area : Studi area dilakukan dengan cara : (a) studi latar belakang Negara, (b) deskripsi system pendidikan pada masing – masing Negara tersebut, dan (c)menarik interpretasi. 2) Metode komparasiyang lebih sempit, mesalnya : Metode komparasi merupakan metode yang dilakukan dengan area wilayah misalnya hanya dua desa atau propinsi atau kawasan atau Negara tetapi dengan tekanan pada studi yang lebih mendalam . secara garis besar metode komparasi dilakukan dengan empat cirri pentong, yaitu : (a) deskripsi data pendidikan, (b) interpretasi, (c) juxtaposisi, dan (d) komparasi. g. Pengembangan Metode dalam Melakukan Kompasi Pendidikan George ZF. Bereday (1964) sebagai professor dibidang pendidiakn komparatif dari Columbia University Amerika Serikat mengembangkan satu metode yang disebut dengan Metode Induktif Komparasi, yang memiliki langkah – langkah procedural yang meliputi: 1) Penggalian data : Dilakukan dengan cara dating kelokasi penelitian lalu berdiam aatu tinggal beberapa waktu dilokasi tersebut agar bisa merekam lebih lengkap data yang dicari. , selain itu peneliti harus menguasai bahan dan focus yang diamati. 2) Deskripsi data : Dilakukan dengan cara menyajikan semua data yang diperoleh menurut kelompok – kelompok data berdasarkan klasifikasi yang dibuat dalam bentuk table, teks, atau uraian, serta peta.



3)



4)



5)



6)



7)



Interpretasi : Upaya interpretasi atau penafsiran ini dilakukan dengan cara melakukan analisis konteks, baik analisis aspek histori, aspek politik, aspek ekonomi, maupun aspek social. Juxtaposisi : Pada tahap ini yang perlu dilakukan adalah menysusn sebuah kerangka kerja perbandingan secara umum ( common comparative framework ). Dapat diartika juga upaya menentukan dimensi – dimensi komparasi, yaitu menentukan hal – hal apa yang akan dikomparasikan, seperti, informasi umum pendidikan, inisiatif reformasi pendidikan, dll. Prumusan hipotesis : Kegiatan ini merupakan cara untuk menemukan hasil kompasari yang masih bersifat sementara setelah peneliti melakukan kegiatan juxtaposisi. Komparasi Final : Kegiatan komparasi final dilakukan dengan cara menganalisis secara cermat dan mendalam perbandingan pendidikan antara dua daerah atau Negara dalam rangka mencari dan menemukan dua hal yaitu persamaan dan pertidaksamaan. Akhir dari semua proses penelitian induktif komparasi adalah dihasilkannya perumusan kesimpulan berupa generalisasi ( kesimpulan umum tentang kondisi pendidikan relative sama yang ada pada setiap daerah atau Negara yang sedang dibandingkan, dan tipologi ( kesimpulan spesifik atau khas kondisi pendidikan yang ada pada setiap daerah atau Negara.



Ada tiga cara dalam proses analisis komparasi pendidikan menurut Val D. Rust (2003), yaitu: 1. 2.



3.



Analisis yang paling konvensional adalah analisis menemukan persamaan dan perbedaan pendidikan antara dua daerah atau Negara atau wilayah – wilayah dunia. Analisis terhadap suatu Negara secara tunggal, kemudian dilanjutkan pada Negara lain di luara Negara yang bersangkutan, serta dilanjutkan lagi pada Negara lain untuk suatu pokok penelitian. Analisis komparasi pendidikan dapat pula dilakukan pada satu Negara untuk menguji teori yang lebih umum.