PENDEKATAN METODOLOGI Psu Jogja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENDEKATAN METODOLOGI Untuk menghasilkan dokumen perencanaan sesuai KAK yang diperlukan secara teknik diperhitungkan rencana alinemen dan kondisi tanah dasar (rencana subgrade)



yang



memenuhi



syarat/ketentuan



yang



berlaku,



maka



dalam



perencanaan DED diperlukan pekerjaan lapangan (survei). Keluaran dalam KAK telah menjelaskan perbaikan lingkungan yang perlu dilaksanakan yaitu sebagai berikut. 1. 2. 3. 4.



DED DED DED DED



Jalan Lingkungan dan persyaratan teknisnya Saluran air hujan dan persyaratan teknisnya Talud penguat jalan/tebing dan persyaratan teknisnya PSU lainnya yang dibutuhkan oleh lingkungan tersebut



Perkerjaan lapangan ini dimulai dengan identifikasi permsalahan yang ada dalam kawasan



tersebut,



untuk



menentukan



PSU-PSU



yang



dibutuhkan



selain



peningkatan jalan, saluran dan talud. Beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian sebelum melakukan kegiatan lapangan adalah silsilah aspek sosial ekonomi dan budaya penduduk setempat,



sehingga



pembangunan



dan



perbaikan



lingkungan



akan



memmberikan dampak positif bagi penduduk sekitarnya. Selain itu perlu pula diperhatikan aspek lingkungan setempat sehingga peningkatan PSU tidak akan merusak ekosistem daerah sekitarnya, disamping itu semua juga harus dipertimbangkan masalah efisiensi. Jadi dengan kata lain dalam perencanaan



teknik jalan baru, pekerjaan lapangan harus dapat



menggabungkan berbagai aspek terutama aspek Teknik dan aspek ekonomi (ketersediaan dana). Kegiatan lapangan yang perlu dilakukan meliputi beberapa item, yaitu: A. Kegiatan Persiapan Kegiatan persiapan dimulai dengan koordinasi dan pelaksanaan meeting tem untuk menyusun rencana kerja dan metode pengumpulan data. Beberapa yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini adalah sebagai berikut. 1. Data Penunjang Data pada tahap ini adalah data penunjang dan data dasar yang tersedia, yang diperlukan sebagai referensi pada saat pelaksanaan survei. Selain data data tersebut, informasi dari beberapa narasumber juga diperlukan. Kegiatan pengumpulan data penunjang dan analisis atau studi data awal (desk study) ini sangat diperlukan agar regu survei paling tidak sudah



mendapatkan gambaran tentang kondisi lokasi dan pencapaian lokasi, serta gambaran route reconnaissance. a. Pengumpulan data penunjang Data-data yang perlu dikumpulkan termasuk peta-peta dasar yang mencakup area lokasi dan sekitarnya. 1) Peta-Peta Peta-peta yang perlu dikumpulkan antara lain Peta Jaringan Jalan, Peta Topografi dan Peta Rupa bumi. Peta Jaringan Jalan menunjukkan Jaringan Jalan dan Jembatan yang sudah ada dalam satu wilayáh propinsi, lengkap dengan batas-batas kabupaten. Peta Topografi diperoleh dari instansi (Direktorat Geologi) dan dari Jawatan Topografi A.D. (JANTOP) dengan skala 1: 250.000 - 1: 25.000. Peta topografi ini adalah data yang paling fundamental, karena merupakan peta dasar untuk pedoman route survei. Sedangkan Peta rupa bumi, diterbitkan oleh BAKOSURTANAL dengan skala 1:50.000. Dengan peta ini akan dapat diketahui tata guna lahan daerah lokasi. Peta ini juga sering digunakan untuk peta dasar, karena peta topografi dengan skala 1: 50.000. 2) Data dan Informasi Data curah hujan dapat diperoleh dari kantor BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika). Apabila data tidak tersedia, maka dapat juga digunakan peta hujan sebagai pendekatan. Data curah hujan juga dapat diperoleh dan Dinas Pertanian di daerah-daerah. Informasi tentang: - sarana transportasi untuk mencapai lokasi - biaya hidup di lokasi survey -



cuaca dan suhu di lokasi dan lain-lain.



b. Studi Data Data maupun peta yang terkumpul, dipilah-pilah dan dipelajari, agar data dan peta yang benar-benar diperlukan saja yang digunakan sebagai dasar. Route rencana diplotkan pada peta dasar untuk pedoman awal. Route yang kita plotkan pada peta dasar terdiri dari beberapa route sebagai alternatif. Data-data yang belum lengkap, misalnya data curah hujan diusahakan dilengkapi dari lapangan (instansi yang terkait disekitar lokasi).



B. Survei dan Pengumpulan Data



1. Survei Pendahuluan Survei Pendahuluan adalah survei yang harus dilakukan sebelum survei detail lainnya, karena survei detail lainnya akan mengacu pada hasil survei ini, terutama hasil Reconnaissance. Survei pendahuluan mencakup 2 (dua) macam kegiatan yaitu: • Survei Reconnaissance • Pengumpulan Data Maksud dari survei reconnaissance yaitu untuk menetapkan route (sumbu jalan rencana) yang ideal sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku agar hasil desain dapat memenuhi unsur kenyamanan dan keamanan pengguna jalan, dan yang paling ekonomis. Kegiatan survei route ini meiputi pengumpulan data lapangan berdasarkan pengamatan visual dan pengukuran juga masukan dari berbagai sumber, sehingga tujuan survei ini dapat dicapai, yaitu mendapatkan gambaran kondisi lapangan pada trase jalan rencana (sepanjang route terpilih). a. Persiapan dan Mobilisasi Sebelum kegiatan mobilisasi dilakukan sebaiknya diadakan persiapan di kantor agar kegiatan di lapangan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. b. Titik Ikat Reconnaissance adalah pemilihan route yang menghubungkan dua titik tetap, yaitu berupa alur (area) dan titik awal survei sampai titik akhir survei. Jadi bukan sekedar “garis”. Rencana sumbu jalan akan tetapi berupa koridor dengan lebar sesuai dengan kondisi terrain yang ada. Tanda lokasi pada jalan raya (baik perencanaan dan pelaksanaan maupun setelah berfungsi) disebut STA (station) yang menunjukkan jarak lokasi dari titik awal ruas jalan ke arah akhir ruas jalan tersebut. Pada umumnya area pendataan survei kurang dari radius 500 m dari titik awal maupun akhir survei. c. Perintisan dan Pendanaan Karena lokasi rencana trase jalan yang akan disurvei pada umumnya berupa semak dan hutan, maka perlu dilakukan pentitisan agar titik-titik bantu yang akan dipasang mudah terlihat. Dalam melakukan perintisan ini, sekaligus melakukan penandaan jarak dengan patok-patok kayu sesuai dengan kebutuhan. Jarak antar patok ini maksimal 50 m. Penandaan ini dilakukan agar pada waktu survei, semua data dapat diketahui lokasinya. d. Survei Teknik - Pemilihan Route Pemilihan route ini



adalah



kegiatan



yang



paling



penting



dan



menentukan dalam survei pendahuluan, karena berhasil tidaknya suatu perencanaan teknik jalan ditentukan oleh kelayakan route yang dipilih.



Pemilihan route akernatif dilakukan dengan bantuan kompas (untuk pembacaan sudut), clinometer (untuk pembacaan kelandaian) dan pita ukur (untuk pengukuran jarak). Data survei ini diplot pada kertas milimeter, yang dimaksudkan untuk memudahkan pemeriksaan hasil survei pada route alternatif tersebut. Kemudian data ini didiskusikan dengan semua anggota regu survei dengan kesimpulan sebagai berikut: o Tinjauan, jika ditilik dari segi geometrik telah memenuhi syarat, kemudian dilanjutkan tinjauan dari segi geoteknik dan sistem drainase. Route alternatif ini dapat disepakati sebagai trase jalan rencana apabila telah memenuhi syarat dan tinjauan berbagai unsur o



tersebut, dan dapat dilanjutkan. Penetapan Route, jika route alternatif dan hasil pemilihan ternyata ada satu atau beberapa unsur yang belum memenuhi syarat, maka survei harus diulang dengan cara mengambil route lain sampai dipenuhinya ketentuan atau syarat dari berbagai unsur



-



tersebut. Pengumpulan data Pendataan yang dilakukan sepanjang trase jalan rencana yang meliputi: • lokasi rencana culvert / jembatan • lokasi rencana bangunan pelengkap lainnya • pola aliran • lokasi sumber material (quarry) • lokasi keadaan visual dan satuan tanah dasar (yang diteliti secara •



global) lokasi daerah rawan longsor atau (gerakan tanah) dan kemungkinan daerah patahan yang memang tidak dapat dihindari, sehingga memerlukan penanganan khusus.



Selain data-data yang diperoleh tersebut di atas, data-data lain yang diperlukan dapat diperoleh dan instansi yang terkait dengan proyek tersebut, yaitu: • Data curah hujan dari berbagai pos hujan sepanjang dan atau •



sekitar trase jalan recana yang dapat mewakili. Data informasi tentang Harga Material dan biaya hidup sehari-hari,



(Upah dan Bahan) untuk perkiraan biaya. e. Survei Umum Pencatatan kegiatan yang juga dilakukan selain teknis yaitu pengumpulan data atau keterangan yang diperoleh di lapangan untuk informasi kepada team survei detail berikutnya, mengenai: - Pekerja (buruh lokal) :



• • -



Upah, besarya upah yang berlaku di sekitar lokasi SDM, lokasi/daerah yang sumber daya manusianya



dapat



dikerahkan untuk menunjang survei. Logistik Untuk keperluan konsumsi anggota regu dan bahan survei serta keperluan P3K, perlu diketahui harga dan lokasi terdekat yang dapat



-



dicapai dengan mudah. Komunikasi Lokasi terdekat untuk melakukan komunikasi ke kantor pusat atau



-



dengan instansi terkait. Akomodasi Sarana akomodasi untuk keperluan regu survey lapangan, termasuk sarana untuk keperluan perhitungan dan penggambaran pada kegiatan



survei topografi (apabila hal ini dilakukan di lapangan). 2. Survei Topograf Maksud survei topografi dalam perencanaan, yaitu Pengukuran Route yang dilakukan dengan tujuan memindahkan kondisi permukaan bumi dan lokasi yang diukur pada kertas yang berupa peta planimetri. Peta ini akan digunakan sebagai peta dasar untuk plotting perencanaan geometrik jalan raya, dalam hal ini perencanaan alinaemen horisontal. Kegiatan pengukuran route ini juga mencakup pengukuran penampang. Pengukuran Route yang dilakukan sepanjang trase jalan rencana (route hasil survei reconnaissance) dengan menganggap sumbu jalan rencana pada trase ini sebagai garis kerangka poligon utama. Dengan demikian, sebaiknya yang melakukan pemasangan BM setiap 1 km dan tanda PI pada route terpilih adalah regu survei pendahuluan, pada saat survei route. (PI = Point of Intersection = titik belok, yaitu titik perpotongan antara dua tangan). Kegiatan pengukuran untuk rencana teknik jalan raya ini sama dengan pengukuran untuk rencana bangunan teknik Sipil lainnya yang intinya adalah melakukan pengukuran sudut dan jarak (horisontal) serta pengukuran beda tinggi (vertikal). Akan tetapi pengukuran untuk rencana teknik jalan raya ini mempertimbangkan pula jarak yang panjang, sehingga pengaruh bentuk lengkung permukaan bumi juga diperhitungkan. Pengukuran route sesungguhnya adalah pengukuran detail yang dilakukan pada route hasil survei pendahuluan, yang kegiatannya meliputi: • Perintisan untuk pengukuran • Pemasangan patok (BM dan kayu) • Pengukuran detail Sebaiknya pengukuran detail ini dilakukan sekitar 100m - 200m dibelakang regu survei pemilihan route, agar dapat memberikan masukan (koreksi) kepada regu survei pendahuluan mengenai route yang dipilih.



-



Perintisan Untuk Pengukuran Kegiatan perintisan ini untuk membuka sebagian lokasi yang akan diukur, agar pengukuran tidak terhalang oleh semak / perdu. Perintisan dalam pengukuran adalah pelebaran perintisan pada route hasil reconnaissance survei, dan pada setiap interval yang sudah ditentukan dibuat jalur perintisan melintang arah route untuk keperluan pengukuran



-



penampang melintang dan situasi detail. Pemasangan Titik Kontrol Titik - titik kontrol yang dipasang untuk keperluan pengukuran route pada umumnya terdiri dari dua macam yaitu, patok beton dan patok kayu. 1) Patok Beton Patok beton dipasang untuk titik - titik kontrol horisontal maupun untuk menentukan ketinggian muka tanah, yang disebut titik tetap (bench mark), baik untuk jalan maupun lokasi rencana jembatan. Untuk pengukuran rencana jalan biasanya dipasang setiap interval 1 km



dan



untuk



persilangan



dengan



sungai



dipasang



2



buah



berseberangan, demikian pula untuk persilangan dengan jalan. 2) Patok Kayu Patok kayu dipasang untuk titik - titik kontrol sekunder atau tersier (patok bantu) pada pengukuran poligon maupun sipat-datar sekunder dan pada pengukuran topografi (situasi detail). Patok ini digunakan sebagai titik referensi sementara atau titik bantu, jadi sifatnya tidak tetap, akan tetapi harus diberi nomor urut dan warna -



yang sesuai ketentuan. Pengukuran Detail Pengukuran detail sebagai garis kerangka poligon utama adalah route hasil reconnaissance survei yang merupakan sumbu jalan rencana. Pengukuran ini mencakup beberapa jenis kegiatan, yaitu: 1) Pengukuran Pengikatan Pengukuran ini dimaksudkan untuk menetapkan posisi dan titik awal proyek terhadap koordinat maupun elevasi triangulasi, agar pada saat pengukuran untuk pelaksanaan (stake out) mudah dilakukan. Data koordinat dan ketinggian titik triangulasi diperoleh dari Jawatan Topografi Angkatan Darat (JANTOP-AD) atau dan BAKOSURTANAL. Referensi ketinggian titik triangulasi adalah permukaan laut rata-rata, sedangkan data koordinat triangulasi berupa koordinat geografis lintang dan bujur dalam sistem koordinat UTM (universal transverse mercartor) yang kemudian ditransfer ke sistem koordinat Cartesus ( x, y). Pengukuran pengikatan dan titik referensi ini terdiri dari : • Pengamatan Matahari • Pengukuran poligon pengikatan



• Pengukuran Sipat-datar pengikatan Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik triangulasi terhadap salah satu titik pada kerangka dasar horisontal/vertikal utama, agar seluruh daerah pemetaan mempunyai referensi yang sama. Apabila titik triangulasi tidak ditemukan sekitar lokasi, maka dapat digunakan titik referensi lokal yang berupa titik poligon pada awal proyek, misalnya: x = 10.000 m, y = 10.000 m dan z = 100 m. 2) Pengukuran Kontrol Horizontal a) Pengukuran Poligon Pengukuran titik kontrol



horisontal



dilakukan



dengan



cara



pengukuran poligon terbuka sepanjang jalur sumbu jalan rencana (hasil reconnaissance survei). Maksud pengukuran poligon ini yaitu untuk mendapatkan kerangka dasar pengukuran dan sebagai pengikat jalur rintis melintang (cross section). b) Pengamatan Matahari Pengamatan azimuth matahari dilakukan dengan tujuan untuk menentukan azimuth geografls suatu sisi/garis (dalam hal azimuth arah dari titik pengamatan ke titik sasaran tertentu) untuk digunakan sebagai azimuth awal dalam perhitungan poligon dan untuk melakukan kontrol ketelitian hasil ukur sudut poligon. 3) Pengukuran Kontrol Vertikal Pengukuran titik kontrol vertikal dilakukan dengan sistem beda tinggi (sipat-datar) pada titik-titlk poligon yang ada. Metoda pengukuran sipat-datar biasanya dilakukan dengan cara “double stand” yaitu dua kali berdiri alat yang hasilnya diambil ratarata dengan mengambil jarak sedemikian rupa sehingga jarak ke depan sama dengan jarak ke belakang. Pengukuran ini dilakukan sepanjang sumbu jalan rencana (sisi poligon) pada setiap titik kontrol (tetap ataupun sementara) untuk mengetahui bentuk profil dari awal proyek sampai akhir proyek. 4) Pengukuran Penampang Pengukuran penampang yang dimaksud di sini adalah penampang melintang (cross section) yang merupakan penampang tegak lurus sumbu jalan rencana. Pengukuran ini adalah pengukuran sipat-datar yang dilakukan tegak lurus sumbu jalan rencana untuk mengetahui kondisi melintang koridor pada tempat - tempat tertentu (setiap 50 m pada daerah datar dan setiap 25 m pada daerah belokan). Gambar penampang melintang



diperlukan



untuk



perhitungan



pekerjaan tanah (galian dan timbunan) dengan panjang penampang



melintang selebar koridor yaitu 75 m ke arah kiri dan 75 m ke arah kanan dari sumbu jalan rencana. Pada daerah belokan, lebar pengukuran biasanya 100 m ke arah luar dan 50 m ke arah dalam dari sumbu jalan rencana. 5) Pengukuran Topografi Maksud dari pengukuran topografi ini yaitu pengukuran situasi untuk pembuatan peta planimetri sepanjang ruas jalan rencana dengan lebar pemetaan selebar koridor yaitu ± 150 m. Pengukuran ini dilakukan untuk “memindahkan”



letak



/



posisi



(koordinat) benda - benda alam atau buatan yang terdapat pada permukaan bumi (seluas daerah pemetaan) pada kertas dengan skala 1:500 atau 1:1000 yang berupa peta planimetri. 6) Pengukuran Khusus a) Persilangan dengan sungai Pada persilangan dengan sungai perlu dilakukan pengukuran khusus yang berupa pengukuran situasi, agar lokasi pemilihan sumbu rencana jembatan dapat dilakukan sebaik mungkin. Penampang melintang pada lokasi pengukuran khusus persilangan dengan sungai, dibuat pada setiap interval 25 m searah sumbu jalan rencana dan setiap interval 25 m sejajar dengan sumbu jalan rencana. b) Perpotongan dengan jalan Pada lokasi perpotongan dengan jalan yang ada, perlu dilakukan pengukuran situasi di sekitar perpotongan dengan ketentuan seperti pada umumnya. Penampang melintang dibuat pada setiap interval 25 m searah sumbu jalan rencana dan setiap interval 25 m searah dengan sumbu jalan yang ada. 3. Survei Hidrologi Survei Hydrologi dalam perencanaan teknik jalan raya diperlukan untuk perencanaan sistem dan sarana drainase, agar konstruksi jalan aman terhadap pengaruh air selama usia rencana, karena kerusakan yang terjadi pada konstruksi jalan raya pada umumnya langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh air. Maksud dari. survei ini, yaitu melakukan pengamatan dan pengukuran di lokasi untuk memperoleh data-data tentang karakteristik daerah tangkapan sepanjang trase jalan rencana, antara lain: 1) Luas Daerah Tangkapan (Catchment Area) Luas daerah tangkapan untuk sistem drainase perlu diketahui agar dapat diperkirakan daya tampungnya terhadap curah hujan, sehubungan dengan metode yang akan digunakan untuk memprediksi volume limpasan permukaan (flood runoff).



2) Terrain Kondisi terrain pada daerah tangkapan perlu diamati Sehubungan dengan bentuk dan keiniringan yang akan mempengaruhi pola aliran, agar kapasitas drainase dapat diperhitungkan dengan baik sehingga dapat menampung jumlah limpasan air pada kondisi debit puncak (peak discharge). 3) Tata Guna Lahan Tata guna lahan sepanjang trase jalan rencana (daerah tangkapan hujan) kemungkinan besar akan berubah dengan adanya jalan, karena dalam jangka pendek ataupun jangka panjang akan terbentuk pemukiman penduduk di kiri dan kanan sepanjang jalan tersebut. 4) Jenis dan Sifat Erosi Jenis dan sifat erosi pada daerah sepanjang trase jalan rencana, disebabkan oleh jenis tanah dari kondisi geologi setempat. Informasi mengenai ini diperoleh dari survei Geoteknik. 5) Inventarisasi Apabila pada lintasan survei dijumpai bangunan drainase (existing), maka harus dilakukan inventarisasi data meliputi dimensi dan kondisi serta lokasinya, juga arah aliran pembuangannya. Pada survei ini, dilakukan juga pencatatan lokasi rencana culvert dan jembatan yang berdasarkan pengamatan perlu dibuat, termasuk rencana tipe dan dimensinya serta arah aliran.



6) Pengukuran di Lokasi Pada lintasan yang direncanakan



untuk



bersilangangan dibuat



dengan



jembatan,



perlu



sungai,



maka



dilakukan



apabila



pengukuran



kecepatan aliran di sekitar lokasi rencana tersebut, untuk data masukkan dalam perhitungan debit. Selain pengukuran kecepatan aliran, dalam survei ini perlu dicatat pula yaitu: - Sketsa aliran sungai di sekitar lokasi rencana jembatan di Kondisi tebing dan dasar sungai - Vegetasi pada daerah hulu sungai - Pengamatan sediment transport - Rencana bentang jembatan 4. Survei Geoteknik Tujuan dari survei geologi dan investigasi tanah, yaitu untuk memetakan penyebaran tanah/ batuan dasar yang meliputi kisaran tebal tanah pelapukan pada daerah sepanjang trase jalan rencana, sehingga dapat memberikan informasi mengenai stabilitas lereng, prediksi penurunan lapisan tanah dasar



dan



daya



dukungnya,



setelah



dipadukan



dengan



hasil



pengujian



laboratorium. Sedangkan survei material dilakukan untuk mengetahui lokasi dan kwantitas (besarnya deposit) pada quarry (sumber material) dan sekaligus menentukan karakteristik material yang dikandung dengan melalui proses pengujian laboratorium. Dan uraian di atas, mengenai tujuan atau sasaran survei, maka dapat diuraikan kegiatan yang harus dilakukan pada survei lapangan sebagai berikut: (1) Pengamatan Pengamatan kondisi visual dilakukan pada tempat/lokasi daerah sepanjang trase jalan rencana biasanya pada setiap interval jarak 500 - 1000 m dan sekaligus mencatat pada formulir data dan formulir sketsa. (2) Klasifikasi Tanah di Lapangan Pengidentifikasian material secara visual (yang dilakukan oleh teknisi tanah di lapangan) hanya berdasarkan pada gradasi butiran dan karakteristlk keplastisannya saja, yaitu: (a) Tanah berbutir kasar Tanah yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: pasir, kerikil, dominan kerakal (b) Tanah berbutir halus Di lapangan, tanah dari kelompok ini susah untuk dibedakan secara visual antara lempung dan lanau, kecuali dengan cara perkiraan karakteristik plastisitasnya. 5. Survei Material Untuk menentukan bahan konstruksi jalan atau highway materials dilakukan survei pada lokasi - lokasi sumber material (quarry) yang berada pada daerah sepanjang trase jalan rencana dengan pertimbangan ekonomis, tetapi apabila tidak ditemui quarry sepanjang trase jalan rencana, dilakukan survei pada daerah sekitarnya. Kegiatan survei yang perlu dilakukan meliputi: • Mengukur dan memperkirakan kapaitas atau deposit sumber material • Mencatat jenis material yang ada, dan sekaligus mengambil contoh •



material yang ada Mengukur jarak sumber material dari patok/titik ukur yang terdekat, agar lokasi dapat diplot pada peta sumber material, dan mudah untuk







memasang petunjuk arah/jarak dari trase jalan rencana Mengambil contoh tanah dari borrow pit: - contoh tak terganggu (UDS = undisturbed sample), untuk pengujian sifat phisik tanah yang diperlukan untuk mengetahui jenis tanah bahan -



urugan. contoh terganggu (DS = disturbed sample), untuk pengujian bahan urugan, sehubungan dengan parameter yang diperlukan yaitu d dan



opt (OMC = optimum moisture content) untuk analisis daya dukung lapisan tanah dasar (subgrade) dan besarnya penurunan. 6. Investigasi Tanah Di bawah ini diuraikan kegiatan investigasi tanah yang disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan peruntukannya antara lain untuk : (1) Menentukan Daya Dukung Lapisan Tanah Dasar (a) Natural Subgrade, atau lapisan tanah dasar asli akan dijumpai setelah dilakukan



cut/excavation



(penggalian)



mencapai



elevasi



sesuai



rencana. Daya dukung pada lapisan ini dapat diperkirakan: 1. Derajat kekuatan keringnya tinggi (dan segumpal kecil tanah yang dikeringkan kemudian diremas) 2. dari hasil uji CBR di tempat (on place) Pada saat survei, hal itu semua tidak dapat dilakukan, karena letak permukaan



tanah



dasar



sebenarnya



belum



dlketahui.



Sebagai



pendekatan untuk mendapatkan nilai CBR perkiraan, perlu dilakukan kegiatan di lapangan sebagai berikut: 1. pengujian dengan menggunakan



alat



DCP



(dynamik



cone



penetrometer) yang dilakukan pada dasar lubang sumuran uji (test pit) dengan anggapan elevasi permukaan tanah dasar rencana akan berada pada kedalaman 2—3 m (kedalaman pit maksimum). 2. mengambil contoh tanah dari dasar lubang sumuran uji dengan menggunakan mold CBR (satu pasang per lubang), untuk dilakukan pengujian laboratorium, yaltu uji kering dan uji rendaman (soaked and unsoaked). (b) Compacted Subgrade, atau lapisan tanah dasar bentukan, merupakan timbunan hasil urugan (fill/embankment) pada elevasi sesuai dengan rencana. Daya dukung pada lapisan ini diperkirakan dari uji CBR pada tanah dalam keadaan padat maksimum (hasil dan uji pemadatan di laboratorium terhadap contoh tanah terganggu) yang diambil dari borrow pit atau dari lubang sumuran uji ±40 kg per lokasi. (2) Analisis Stabilitas Lereng Lereng yang dimaksud dalam uraian ini, terdiri dari lereng alam dan lereng akibat galian. Ketidak-stabilan lereng alam dipengaruhi oleh kondisi geologi yang harus diamati secara visual di lapangan, mengenai susunan batuan dasar dan tanah pelapukannya. Penyelidikan visual



dilakukan



pada



jenis



batuan



dasar



serta



kedudukannya (jurus dan kemiringan) terhadap arah kemiringan lereng dan struktur geologi yang berkembang pada batuan seperti patahan/ sesar.



Dalam pemilihan route, daerah yang rawan terhadap gerakan tanah maupun daerah patahan, sebalknya dihindari karena akan berbahaya dan menimbulkan biaya yang tinggi baik dalam masa pelaksanaan phisik maupun pemeliharaan. (3) Analisis Penurunan Analisis dan prediksi penurunan, dilakukan dengan bantuan parameter hasil pengujian laboratorium terhadap contoh tanah UDS dan parameter dari pengujian lapangan (in situ test) yang dilakukan dengan alat sondir.