Pendekatan Psiaktrik Pada Kedokteran Olahraga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DR. dr. NOER RACHMA, Sp. KFR



SEJARAH OLAHRAGA DAN KEDOKTERAN OLAHRAGA S E J A R A H O L A H R A G A











Olahraga dan kedokteran olahraga telah ada jauh sebelum abad ke-20. Cabang Olahraga pertama adalah gulat yang telah ada sejak 2500 SM, dan adanya Olimpiade pertama yang mempertandingkan 4 cabang olahraga yaitu gulat, balap kereta kuda, tinju dan pentathlon.



Sejarah Kedokteran Olahraga 























Dokter olahraga pertama kali ada pada jaman Yunani kuno dan sebutannya adalah gymnates. Herodicus merupakan gymnates/ dokter olahraga yang paling terkenal pada jamannya. Tidak hanya melihat latihan sebagai komponen tunggal dalam pelatihan tetapi seperti rehabilitasi fisik untuk perawatan. Galen dari abad ke-2 telah menerapkan kedokteran perawatan pada gladiator dan merupakan orang pertama yang bekerja pada suatu tim atlet. Galen selain memahami anatomi, fisiologi, dan biomekanisme , dalam observasinya juga juga memperhatikan hal lain termasuk otot, vaskular dan fungsi persyarafannya Galen juga telah mulai menggunakan ekstrak tumbuhan untuk dijadikan jus untuk tujuan penyembuhan, memberikan pelatihan dan memberikan lebih banyak pilihan dibandingkan hanya menggunakan darah atau salep.



Cont…… 







Pada abad ke-19 Amerika memperkenalkan kedokteran olahraga. Edward Hitchcock merupakan instruktur pertama dalam kedokteran olahraga modern dan mengajarkannya di universitas.



Kedokteran Olahraga Kedokteran olahraga termasuk dalam kategori promotif, yang mendorong aktivitas fisik pada populasi umum.



Dalam praktik klinisnya, kedokteran olahraga meliputi diagnosis, pencegahan, dan rehabilitasi pada cedera atau peyakit yang disebabkan aktivitas fisik, olahraga, dan berbagai macam pertandingan.



1. Element Dasar



Pada Pelatihan (Basic Element of Exercise Training)



2. Model for Analysis of Musculotendineous Overload Injuries



ASPEK DALAM KEDOKTERAN OLAHRAGA 3. Pendekatan



Rehabilitasi Secara Spesifik pada Kondisi Muskuloskeletal



4. Program Pengembangan Pada Rehabilitasi Olahraga



1. Element Dasar Pada Pelatihan (Basic Element of Exercise Training)



Bagian ini focus pada prinsip fisiologis dasar pada rehabilitasi olahraga Tipe dari Kontraksi Otot



Peresepan Muscular Pelatihan Overwork Yang Baik dan dalam Overtraining latihan



TIPE KONTRAKSI OTOT 1. KONSENTRIK (Kontraksi isotonik memendek ) • otot berkontraksi secara isotonik dalam keadaan memendek guna menghasilkan gerakan, dimana titik perlengketan otot akan saling berdekatan (konsentrik artinya kearah titik pusat) dan gerakan kearahtarikan otot. • Contoh : ketika lengan diangkat ke samping dan abduktor should berkontraksi dengan isotonik memendek



2. EKSENTRIK ( Kontraksi isotonik memanjang ) • otot berkontraksi secara isotonik dalam keadaan memanjang, dimana titik perlengketan otot akan saling berpisah (eccentric artinya menjauhi titik pusat) dan bekerja berlawanan dengan aksi force yang lebih besar dari kontraksi ototnya sendiri. Dengan demikian gerakan yang terjadi berlawanan arah dengan tarikan otot. • Contoh : ketika tubuh dalam posisi berdiri tegak dan lengan diturunkan dari abduksi ke adduksi maka abduktor shoulder akanmengontrol gerakan tersebut dan bekerja secara isotonik memanjang.



3. ISOMETRIK • (Iso=seimbang, metrik = ukuran) adalah kontraksi yang mempengaruhi tenaga melalui peningkatan ketegangan intra-muscular tanpa perubahan panjang otot. • Tipe kerja otot ini digunakan ketika sendi mengalami inflamasi dimana gerakan akan menimbulkan nyeri hebat. Kekuatan dan tonus otot bekerja pada sendi yang dilewatinya akan dipertahankan dengan mengajarkan kontraksi isometrik kepada pasien.



4. Isotonic versus dynamic • Isotonik : kontraksi ketegangan intra-muskular yang disertai oleh perubahan panjang otot. Perubahan tersebut bisa dalam keadaan memendek atau memanjang. • Dynamik : otot berkontraksi secara isometrik untuk menyeimbangkan tenaga/force yang berlawanan dan mempertahankan stabilitas, tetapi tidak ada gerakan atau kerja yang dilakukan



5. ISOKINETIK • Otot berkontraksi dengan pergerakan dan kecepatan konstan serta biasanya terjadi pada fase konsentrik dan eksentrik • Untuk jenis kontraksi ini diperlukan alat bantuan / mesin



6. PLIOMETRIK (stretch-shortening cycle ) • Suatu latihan atau ulangan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan-gerakan yang eksplosif. Istilah ini juga sering digunakan dalam menghubungkan gerakan lompat yang berulang-ulang atau latihan reflek regang untukmenghasilkan reaksi yang eksplosif.



7. CKC (Close kinetic exercise) vs OKC (open kinetic exercise) • OKC adaalah suatu latihan yang dimana gaya yang diberikan oleh tubuh cukup besar untuk menahan perlawanan • Contoh dari latihan OKC yaitu bench press, atau setiap leg press yang memungkinkan kekuatan yang diterapkan untuk memindahkan beban menjauh dari tubuh • CKC adalah kebalikan dari OKC dimana gaya yang diberikan tidak cukup kuat untuk menahan perlawanan. • Contoh latihannya adalah push-up dan squat (berjongkok).



Contoh Latihan Gerakan Pliometrik



Contoh Latihan Gerakan Open dan Closed Kinetik Chain Knee Exercise



Peresepan Pelatihan Yang Baik Dalam Latihan 







Digunakan untuk meningkatkan kekuatan, tenaga atau ketahanan berdasarkan prinsip relatif yang sederhana. Komponen dasar dalam peresepan latihan yaitu :  Intensitas



: untuk menggambarkan bagaimana kesukaran dalam latihan  Durasi : untuk mengidentifikasikan berapa lama sesi ini berlangsung  Frekuensi : seberapa sering latihan dilakukan  Cara Latihan : intinya adalah untuk meningkatkan performance dengan olahraga yang diminati.



Analysis of Musculoskeletal Injuries 











Kebanyakan cidera muskuloskeletal dapat dirawat tanpa harus operasi atau secara nonsurgical. Dokter harus dapat mengetahui bagaimana anatomi, fisiologi dan biomekanisme dari sistem muskuloskletal itu sendiri. Tahap 1 : Menentukan Diagnosis Secara Akurat Dimana pada fase ini dituntut agar mengenali/mengetahui bagaiman luka pada otot atau cidera pada tendon itu dapat terjadi.  Patofisiologinya dapat dilihat dalam Model for analisys cycle of musculotendinous overload. 



Tahap 2: Akut Menejemen • Tujuannya untuk meminimalkan efek dari inflamasi dan mengontrol rasa nyeri • Menggunakan prinsip PRICE (protection/ proteksi, relative rest/ pengistirahatan bagian yang cidera, ice/ es, compresion/ kompresi, elevation)



Tahap 3: Rehabilitasi Dini • Tahap ini melanjutkan tahap sebelumnya untuk fokus terhadap kemajuan dalam proses penyembuhan Tahap 4: Koreksi Ketidakseimbangan • Capaiannya adalah membangun kesimetrisan antara gerakan dan kekuatan



Tahap 5: Kembali ke Fungsi Normal • Ketahanan, tenaga/kekuatan dan ketangkasan harus dikembalikan kesedia kala.



Cidera Rotator Cuff 



Rotator cuff terdiri dari kelompok empat unit otot yang membungkus sendi bahu pada bagian depan, atas dan belakang.







Otot-otot ini, yang dihubungkan oleh tendon ke tulang, menggerakkan bahu ke berbagai arah dan menahan caput humeri (ball) dan cavitas glenoidalis (socket) secara bersama-sama. Bursa, yang yang berada di bawah tendon, mengurangi ketegangan/gesekan di antara tendon dan tulang dan melindungi tendon dari tekanan yang berlebihan.







Penyebab : 



Tekanan yang terus-menerus dan pemakaian yang berlebihan ketika melakukan aktifitas yang sama dapat menyebabkan tendon beradu dengan tulang, terutama pada aktifitas yang menghuruskan lengan bergerak elevasi.







Tendon rotator cuff pada orang yang mempunyai bahu yang tidak stabil dapat terselip di antara caput humeri dengan acromion (tulang yang berada di atas tendon) dan akhirnya mengalami kerobekan. Dan kadang kala, perbedaan yang alami pada bangunan sendi bahu menyebabkan pemakaian yang abnormal pada tendon yang bisa menyebabkan kerobekan



Table Shoulder Problems in Sports Medicine Practice COMMON



LESS COMMON



Rotator cuff tendinitis Partial rotator cuff tear ACJ (acromiclavicular joint) separation ACJ sparain Clavicular fracture Subacromial bursitis Glenohumeral joint instability



 bankart lesion  Hill Sacha’s lesion  SLAP (superior labral anterior to posterior) lesion  osteoarthritis  long troracic nerve injury  axillary nerve injury



UNCOMMON Humeral stress fractures “Dead arm syndrome” Acillary vein thrombosis Pectoralis major muscle tear Axillary artery aneursm Osteolysis of the distal clavicle



Terapi 



Terapi pertama dengan cara istirahat dari aktifitas yang menggunakan sendi bahu dan memberikan es pada bahu anda dan mengobatinya dengan obat anti inflamasi.







Ketika peradangan dapat di control dan menurun secara signifikan, dapat dilakukan latihan untuk penguatan otot-otot pada sendi bahu.







Jika rotator cuff mengalami kerobekan secara keseluruhan dan otot telah terputus dari tulang, dokter biasanya mengoperasi bahu untuk memperbaiki tendon dan mengambil tulang yang menonjol.







Setelah operasi, bahu anda akan di immobilisasi untuk membantu penyembuhan dan mendapat program latihan untuk mendapatkan kembali ROM gerak sendi bahu secara penuh dan menguatkan otot-toto bahu



Analysis Cedera Sendi Patelofemural 























Sindrom nyeri patelofemural adlh salah satu bentuk cedera lutut yg pling sering terjadi. Banyak terjadi pada pelari. Penyebabnya : stress abnormal hasil dari mal alignment patelofemural. Patelofemural terdiri dari gerakan : Secara anterior terdiri atas quadriceps, tendon quadriceps, tendon patella dan patella. Posterior hamstring : berperan sbg antagonis grup anterior Traktus illiotibial lateral retinakulum dan ligament patella femoral mendukung dorongan lgsung secara lateral. VMO retinakulum medial dan ligament patellofemural medial memberikan dorongan scra medial.



Table Knee Problems in Sports Medicine Practice COMMON



LESS COMMON



Patellofemoral painPatellar tendinitis Meniscal strains Pes anserine bursitis Osteoarthtritis Anterior criciate ligament sprain Collateral ligament sprain Iliotibial band ( riction syndrome) Patellar subluxation



 Posterior cruciate ligament toar  Posterolateral comer injury  Patellar fracture  Fat pad impingement  Bakers cyst  Hamstring tendinitis  Osgood-Schletter disease  Stress fracture of femur and tibia  Tibial fracture plateu



UNCOMMON Plica syndrome Fibular head dislocation Discoid meniscus Saphenous nerve injury Leg Calve perthes disease (referred pain) Slipped capital femoral epiphysis (referred pain)















Usaha stabilisasi dgn memberikan kompresi patella berlawanan deng femur menciptakan sebuah reaksi sendi patellofemural (PFJRF/Patella Femural Joint Reaction Force) PFJRF smakin besar dgn mningkatkan tahanan quadriceps dan mningkatkan tahanan lutut. Pada ekstensi penuh PFJRF = nol. Pada fleksi 90 drjat PFJRF =2,5-3x BB. Perkiraan PFJRF untk jalan dan naik tangga = 0,5;3,3xBB PFJRS/Patella Femural Joint Stress = PFJRF/unit area kontak.



Kompleks cidera jaringan tissue terdiri atas : cidera kartilago, sinovium dan lokasi insersi tendon patella.  Gejala klinik : nyeri peripatella. krepitasi, bengkak ringan. Nyeri trjadi pd : spnjang medial/lateral sendi patellofemural dan retinakulum yg diperburuk dgn fleksi lama dan pningkatan PFJRF selama aktifitas sperti turun tangga dan duduk lama. 



Faktor Predisposisi Nyeri Patellofemoral 



Meliputi :  Didapatkannya



patella alta  Didapatkannya peningkatan sudut Q  Anteversi femoral  Alur intercondilar dangkal  Pronasi berlebih pada foot-ankle complex



Program Rehabilitasi 



Dimulai dengan  











manajemen fase akut Menangani gejala klinis dan cidera jaringan



Tujuannya fase ini adalah untuk mengontrol nyeri, inflamasi dan iritasi serta mencegah atrofi otot. Cara menurunkan nyeri dan inflamasi “     



Cryotheraphy (ex: es) Stimulasi listrik Dan modalitas lain (ex: masase) Jika terjadi efusi dapat diberikan OAINS Menghindari aktivitas seperti jumping, squatting, heel running, bersepeda, naik tangga berlebihan dan duduk terlalu lama dengan flexi lutut lebih dari 40 derajat.



Contoh Gerakan Rehabilitasi Pada Cidera Sendi Patellofemoral 







Dynamic rehabilitation exercise utilizing a slideboard Teknik ini untuk melatih hip abductor dan kontrol dari trunk serta memberi umpan balik proprioceptif kepada atlet.



Table Ankle Problems in Sports Medicine Practice MOST COMMON



LESS COMMON



Ligamentous sprains-lateral complex



 deltoid ligament sprain Stress fracture of tibia Subluxing peroneal tendon Fr. Tibia Fr. Fibula Metatarsal fr. Fr. Of talus Os. Trigonum Sural nerve unjury Fracture/dislocation



UNCOMMON



ALWAYS CONSIDER



Reflex symphathetic dystrophy Anterior tarsal syndrome



Osteochondral lesions of talus Syndesmosis injury







Anatomy the ring of ankle



Derajat Keparahan Cidera Sprain



Grade 1 (ringan) : • hanya terjadi robekan pada serat ligament yang terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada gangguan fungsi.



Grade 2 (sedang) : • terjadi robekan yang lebih luas, tetapi 50% masih baik. Sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan proteksi harus dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu untuk benar-benar aman. Seringkali terjadi pada atlit memaksakan diri sebelum selesainya waktu pemulihan berakhir dan akibatnya akan timbul cedera baru lagi.



Grade 3 (berat): • terjadinya robekan total atau lepasnya ligament dari tempat lekatnya dan fungsinya terganggu secara total. Maka sangat penting untuk segera menempatkan kedua ujung robekan secara berdekatan.



Stretching of the gastrocnemius-soleus complex in standing position



Contoh Latihan Dynamic ankle rehabilitation utilizing a balance board and minitrampoline. Latihan ini biasa digunakan untuk melatih keseimbangan



Pertanyaan Dasar yang Harus Ditanyakan Seputar Cidera Pada Atlet Kronologi dari cedera Mekanisme dari cedera



• Kapan rasa sakit itu muncul ? • Apakah cedera ini pernah dialami sebelumnya ? • Bagaimana onsetnya?



• Bagaimna terjadinya? • Apakah atlet merasakan atau mendengar bunyi “pop’ atau “suara menghentak” pada saat sebelum cidera? • dll



Sifat dari rasa sakit



• Rasa sakitnya mendadak atau intermiten? • Faktor yang memperberat atau memperingan rasa sakit? • Dll.



Inventaris dari cedera



• Berapa kali cidera dialami • Dimana lokasinya • Apakah cidera pernah dioperasi atau tidak



Coping Skill



• Kemampuan seseorang untuk mengatasi tekanan psikologis atau emosional yang dihadapinya



Pertimbangan Usia



Kebiasaan latihan



•Seberapa sering atlet latihan ? •Bagaimana intensitasnya? •Apakah ada istirahat ? •Dll.



Lingkungan



•Tipe sepatu yang digunakan atlet? •Kapan atlet berganti sepatu baru dari sepatu yang lama? •Apakah atlet memkai sepatu dengan alat bantu? •Hal ini untuk mengetahui apakah ada potensial error dalam latihan dan ketidakseimbangan biomekanikal pada saat latihan



Lingkungan Latihan



•Apakah tempatnya aman, berdebu, layak atau tidak serta keadaan sekitar tempat latihan



Sistem peninjauan



•Bagi pemeriksa penting untuk mengetahuii faktor yang mendukung yang terjadi pada atlet •Apakah atlet cukup istirahat •Bagaimana keadaan mental dari si atlet











Gaenslen’s Maneuver Biasa digunakan untuk menekan sendi sacroiliaka



Measurement of Shoulder Eksternal Rotation



The lateral scapular slide



Shoulder Rehabilitation



Keadaan Yang Dapat Tejadi Selama Masa Pemulihan dari Cidera 



Inversion Ankle Sprain  Kunci



pencegahannya adalah pemakaian bantalan berat (weight bearing)







   



Patellofemoral Pain Hamstring Tear Adductor injury Rotator Cuff Injury pada perenang Homioclavicular Joint Sprain pada atlet kayak



KESIMPULAN Misi dari rehabilatasi olahraga adalah “ merehabiltasi atlet agar mampu melewati dan mampu bangkit dari cidera”



Rehabilatsi olahraga menekankan pada edukasi pasien, pencegahan cidera, dan bagaimana cidera terjadi serta pemulihan fungsi optimal sebelum kembali olahraga.



Ini tidak akan berhasil tanpa mengerti anatomi, biomekanisme, patofisiologi dan pengetahuan mengenai olahraga secara spesifik.