Pendidikan Dan Bimbingan ABK Tuna Grahita [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN BAGI ABK TUNA GRAHITA Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Dosen Pengampu: Heru Wiyadi, M.Pd



Disusun Oleh: 1. 2. 3. 4. 5.



Nurma Dwi Lestari Salsabela Nur Adila Hasna Lathifah Nurfijriah Dita Wahyu Anggraeni Siti Rokhimatun Ni’mah



( 2097174001 ) ( 2097174003 ) ( 2097174005 ) ( 2097174013 ) ( 2097174020 )



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI TEBUIRENG JOMBANG 2021



KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya, karunia serta kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Pendidikan dan Bimbingan Bagi ABK Tuna Grahita ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Heru Wiyadi, M.Pd selaku dosen pada mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan, maupun dengan teknik pengetikan. Walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis. Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.



Jombang, 12 November 2021



Tim Penyusun



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. B. C. D.



Latar Belakang .................................................................................... Rumusan Masalah ............................................................................... Tujuan Pembahasan ............................................................................ Manfaat ...............................................................................................



1 2 2 3



BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4 A. B. C. D. E. F.



Pengertian Anak Tuna Grahita ............................................................ Ciri-Ciri Anak Tuna Grahita ............................................................... Klasifikasi Anak Tuna Grahita ........................................................... Faktor Penyebab Anak Tuna Grahita .................................................. Tujuan Pendidikan Anak Tuna Grahita ............................................... Jenis Layanan Pendidikan dan Bimbingan Anak Tuna Grahita .............................................................................. G. Ciri dan Prinsip Khusus Layanan yang Sesuai Dengan Anak Tuna Grahita ................................................................ H. Strategi dan Media Pembelajaran dalam Pendidikan Anak Tuna Grahita ...........................................................



4 5 5 7 7 8 10 11



BAB III PENUTUP ....................................................................................... 14 A. Kesimpulan ......................................................................................... 14 B. Saran .................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Anak tuna grahita merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus. Gangguan perkembangan tersebut akan berpengaruh terhadap aspek kehidupannya. Anak tunagrahita mengalami keterbatasan dalam perilaku adaptif seperti berhubungan dengan orang lain dan terwujud selama periode perkembangan. Istilah perilaku adaptif diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam memikul tanggung jawab sosial menurut ukuran norma sosial tertentu dan bersifat kondisi sesuai dengan tahap perkembangannya. Anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam memahami dan mengartikan norma lingkungan. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan, tidak mampu memikirkan hal yang abstrak dan yang berbelit-belit. Di sisi lain anak tunagrahita dalam kesehariannya merupakan bagian dari anggota masyarakat dan selalu dituntut dapat berperilaku sesuai dengan normanorma yang berlaku dilingkungannya. Kondisi tersebut mengakibatkan anak tunagrahita mendapat label tertentu dari masyarakat seperti; anak gila, anak stress, anak bodoh dan lain-lain. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting. Melalui pendidikan yang dikelola dengan baik dan melahirkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan kualitas yang tinggi. Pembinaan dan pengembangan pendidikan perlu terus dikembangkan dan diwujudkan melalui proses berkesinambungan. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 menyebutkan bahwa: “Semua warga negara berhak mendapatkan pengajaran dan pendidikan ini berarti bahwa negara tanpa kecuali, baik yang normal maupun yang mengalami gangguan perkembangan baik fisik, mental, emosi, sosial ataupun perilaku.“ Pendidikan yang diselenggarakan bagi anak-anak berkelainan di Indonesia telah diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0491/U/1992 tentang pendidikan yang khusus diselenggarakan bagi peserta



1



didik, yang menyandang kelainan fisik, mental, perilaku, dan sosial. Maka sebagai guru yang memberikan pelayanan terhadap anak luar biasa, harus memiliki dedikasi yang tinggi, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan luar biasa bagi anak tunagrahita. Guru sangat memegang peranan yang cukup penting bagi siswa penyandang tunagrahita yaitu membimbing anak didiknya ke arah perkembangan yang positif. Guru harus menggunakan cara yang tepat dalam usaha mencapai tingkat kemampuan yang optimal, sehingga mendekati derajat kemampuan anak biasa pada umumnya. Secara terperinci para penyusun akan membahasnya dalam makalah ini



B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan anak tuna grahita? 2. Apa saja ciri-ciri anak tuna grahita? 3. Bagaimana klasifikasi anak tuna grahita? 4. Bagaimana faktor penyebab tuna grahita? 5. Bagaimana tujuan pendidikan anak tuna grahita? 6. Bagaimana jenis layanan pendidikan dan bimbingan anak tuna grahita? 7. Bagaimana ciri dan prinsip khusus layanan yang sesuai dengan anak tuna grahita? 8. Bagaimana strategi dan media pembelajaran dalam pendidikan anak tuna grahita?



C. TUJUAN PEMBAHASAN 1. Untuk mengetahui pengertian dari anak tuna grahita 2. Untuk mengetahui ciri-ciri anak tuna grahita 3. Untuk mengetahui klasifikasi pada anak tuna grahita 4. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pada anak tuna grahita 5. Untuk mengetahui tujuan pendidikan pada anak tuna grahita 6. Untuk mengetahui jenis layanan pendidikan dan bimbingan untuk anak tuna grahita



2



7. Untuk mengetahui ciri dan prinsip khusus layanan yang sesuai untuk anak tuna grahita 8. Untuk mengetahui strategi dan media pembelajaran yang diterapkan dalam pendidikan anak tuna grahita



D. MANFAAT Adapun manfaat yang kami harapkan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk dapat menambah pengetahuan bagi kami sebagai mahasiswa khususnya dan bagi pembaca umumnya



3



BAB II PEMBAHASAN



A. PENGERTIAN ANAK TUNA GRAHITA Istilah yang digunakan untuk menyebut Anak Tuna grahita cukup beragam. Dalam bahasa Indonesia, istilah yang pernah digunakan, misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran, retardasi mental, terbelakang mental, cacat grahita, dan tunagrahita. Dalam Bahasa asing (Inggris) dikenal dengan istilah mental retardation, mental deficiency, mentally handicapped, feebleminded, mental subnormality (Moh. Amin, 1995: 20). Istilah lain yang banyak digunakan adalah intellectually handicapped dan intellectually disabled. Beragamnya istilah yang digunakan disebabkan oleh perbedaan latar belakang keilmuan dan kepentingan para ahli yang mengemukakannya. Ada beberapa ahli yang mengungkapkan pengertian dari tunagrahita itu sendiri, sebagai berikut : a. Menurut AAMD (Moh., 1995) Mendefinisikan tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes dan muncul sebelum usia 16 tahun. Sejalan dengan definisi tersebut, AFMR (Vivian, 1987) menggariskan bahwa seseorang yang dikategorikan tunagrahita harus melebihi komponen keadaan kecerdasannya yang jelasjelas di bawah rata-rata, adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tuntutan yang berlaku di masyarakat. b. Menurut Endang Rochyadi dan Zainal Alimin (2005) Menyebutkan bahwa tunagrahita berkaitan erat dengan masalah perkembangan kemampuan kecerdasan kemampuan kecerdasan yang rendah dan merupakan sebuah kondisi. Hal ini ditunjang dengan penyataan dari Kirk (Muhammad Efendi, 2006) yaitu “Mental Retarded is not a disease but a condition”. Jadi dapat dipertegas tunagrahita merupakan suatu kondisi yang tidak bisa disembuhkan dengan obat.



4



B. CIRI-CIRI ANAK TUNA GRAHITA Menurut Endang Rochyadi (2005) Dari definisi tersebut, beberapa hal yang perlu kita diperhatikan adalah berikut ini. a. Fungsi intelektual umum secara signifikan berada di bawah rata-rata, maksudnya bahwa kekurangan itu harus benar-benar meyakinkan sehingga yang bersangkutan memerlukan layanan pendidikan khusus. Sebagai contoh, anak normal rata-rata mempunyai IQ (Intelligence Quotient) 100, sedangkan anak tunagrahita memiliki IQ paling tinggi 70. b. Kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian (perilaku adaptif), maksudnya bahwa yang bersangkutan tidak/kurang memiliki kesanggupan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan usianya. Ia hanya mampu melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan oleh anak yang usianya lebih muda darinya. c. Ketunagrahitaan berlangsung pada periode perkembangan, maksudnya adalah ketunagrahitaan itu terjadi pada usia perkembangan, yaitu sejak konsepsi hingga usia 18 tahun.



C. KLASIFIKASI ANAK TUNA GRAHITA Pengklasifikasian anak tunagrahita penting dilakukan untuk mempermudah guru dalam menyusun program dan melaksanakan layanan pendidikan. Klasifikasi Anak Tunagrahita yang digunakan saat ini di Indonesia adalah (PP No.72/1999) sebagai berikut: a. Tunagrahita Ringan IQ nya (50-70) b. Tunagrahita Sedang IQ nya (30-50) c. Tunagrahita Berat dan Sangat Berat IQ nya kurang dari 30 Klasifikasi menurut AAMD (Moh, 1995), sebagai berikut: a. Tunagrahita Ringan (Mampu Didik) Tingkat



kecerdasannya



IQ mereka berkisar



50-70, mempunyai



kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajran akademik, penyusuaian sosial dan mampu bekerja, mampu menyusuaikan lingkungan yang kebih luas, dapat mandiri dalam masyarakat, mampu melakukan pekerjaan semi trampil dan pekerjaan sederhana.



5



b. Tunagrahita Sedang (Mampu Latih) Tingkat kecerdasan IQ nya berkisar 30- 50, dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan fungsional, mampu melakukan keterampilan mengurus dirinya sendiri, mampu mengadakan adaptasi sosial dilingkungan terdekat, mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu pengawasan. c. Tunagrahita Berat dan Sangat Berat (Mampu Semangat) Tingkat kecerdasan IQ nya kurang dari 30 hampir tidak memiliki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri. Ada yang masih mampu dilatih mengurus diri sendiri, berkomunikasi secara sederhana, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sangat terbatas. Klasifikasi Anak Tunagrahita berdarkan tipe-tipe klinis/fisik (Mumpuniarti, 2007), sebagai berikut: a. Down Syndrome (Mongolisme) Terjadi akibat kerusakan khromozon. Anak tunagrahita jenis ini disebut demikian karena memiliki raut muka menyerupai orang Mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal suka menjulur ke luar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik. b. Kretin (Cebol) Ada gangguan hiporoid. Anak ini memperlihatkan ciri-ciri, seperti badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering, tebal, dan keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi terlambat. c. Hydrocephal Terjadi karena cairan otak yang berlebihan. Anak ini memiliki ciriciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling. d. Microcephal Anak ini memiliki ukuran kepala yang kecil. e. Macrocephal Anak ini memiliki ukuran kepala yang besar.



6



D. FAKTOR PENYEBAB TUNA GRAHITA Mengenai faktor penyebab ketunagrahita para ahli (tunagrahita) sudah membaginya berdasarkan waktu terjadinya penyebab, disusun secara kronologis sebagai berikut : 1. Prenatal (sebelum lahir) Pada waktu bayi masih ada dalam kandungan, penyebabnya seperti : campak, diabetes, cacar , juga ibu hamil yang kekurangan gizi, pemakai obat-obatan dan juga perokok berat. 2. Natal (waktu lahir) Proses melahirkan yang sudah terlalu lama dapat mengakibatkan kekurangan oksigen pada bayi, juga tulang panggul ibu yang terlalu kecil dapat menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan pendarahan pada otak (anoxia), juga proses melahirkan yang menggunakan alat bantu (penjepit, tang). 3. Pos Natal (sesudah lahir) Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung lapar, demam tinggi yang disertai kejang-kejang, kecelakaan, radang selaput otak (meningitis) dapat menyebabkan seorang anak menjadi ketunaan (tunagrahita). E. TUJUAN PENDIDIKAN ANAK TUNA GRAHITA Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita Tujuan pendidikan anak tunagrahita dikemukakan oleh Suhaeri HN (1980) sebagai berikut. a. Tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan adalah (1) agar dapat mengurus dan membina diri; (2) agar dapat bergaul di masyarakat; dan (3) agar dapat mengerjakan sesuatu untuk bekal hidupnya. b. Tujuan pendidikan anak tunagrahita sedang adalah (1) agar dapat mengurus diri, seperti makan minum, berpakaian, dan kebersihan badan; (2) agar dapat bergaul dengan anggota keluarga dan tetangga, serta (3) agar dapat mengerjakan sesuatu secara rutin dan sederhana. c. Tujuan pendidikan anak tunagrahita berat dan sangat berat adalah (1) agar dapat mengurus diri secara sederhana (memberi tanda atau katakata apabila menginginkan sesuatu, seperti makan), (2) agar dapat melakukan kesibukan yang bermanfaat (misalnya mengisi kotak-kotak dengan paku);



7



(3) agar dapat bergembira (seperti berlatih mendengarkan nyanyian, menonton TV, menatap mata orang yang berbicara dengannya).



F. JENIS LAYANAN PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN ANAK TUNA GRAHITA Pendidikan anak tunagrahita bukanlah program pendidikan yang seluruhnya terpisah dan berbeda dari pendidikan umum. Anak tunagrahita sangat memerlukan pendidikan serta layanan khusus yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Berikut ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan jenis layanan anak tunagrahita. Anak tunagrahita sangat memerlukan pendidikan serta layanan khusus yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Ada beberapa pendidikan dan layanan khusus yang disediakan untuk anak tunagrahita, yaitu: 1) Kelas Transisi Kelas ini diperuntukkan bagi anak yang memerlukan layanan khusus termasuk anak tunagrahita. Kelas transisi sedapat mungkin berada disekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi sesuai kebutuhan anak. 2) Sekolah Khusus (Sekolah Luar Biasa bagian C dan C1/SLB-C,C1) Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita model ini diberikan pada Sekolah Luar Biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan pembimbing/pengajar guru khusus dan teman sekelas yang dianggap sama keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar mengajar sepanjang hari penuh di kelas khusus. Untuk anak tunagrahita ringan dapat bersekolah di SLB-C, sedangkan anak tunagrahita sedang dapat bersekolah di SLB-C1. 3) Pendidikan terpadu Layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah reguler. Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di kelas yang sama dengan bimbingan guru reguler. Untuk matapelajaran tertentu, jika anak mempunyai kesulitan, anak tunagrahita akan mendapat bimbingan/remedial dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB terdekat, pada ruang khusus atau ruang sumber. Biasanya anak yang belajar di sekolah terpadu adalah anak yang tergolong tunagrahita ringan, yang termasuk kedalam kategori borderline yang biasanya mempunyai 8



kesulitan-kesulitan dalam belajar (Learning Difficulties) atau disebut dengan lamban belajar (Slow Learner). 4) Program sekolah di rumah Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu mengkuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya: sakit. Program dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK) atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas kerjasama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat. 5) Pendidikan inklusif Sejalan dengan perkembangan layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, terdapat kecenderungan baru yaitu model Pendidikan Inklusif. Layanan pendidikan inklusif diselenggarakan pada sekolah reguler. Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler, pada kelas dan guru/pembimbing yang sama. Pada kelas inklusi, siswa dibimbing oleh 2 (dua) orang guru, satu guru reguler dan satu lagu guru khusus. Guna guru khusus untuk memberikan bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak tersebut mempunyai kesulitan di dalam kelas. Semua anak diberlakukan dan mempunyai hak serta kewajiban yang sama. Tapi saat ini pelayanan pendidikan inklusif masih dalam tahap rintisan 6) Panti Rehabilitasi Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang mempunyai kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya memiliki kelainan ganda seperti penglihatan, pendengaran, atau motorik. Program di panti lebih terfokus pada perawatan. Pengembangan dalam panti ini terbatas dalam hal : a) Pengenalan diri b) Sensorimotor dan persepsi c) Motorik kasar dan ambulasi (pindah dari satu temapt ke tempat lain) d) Kemampuan berbahasa dan dan komunikasi e) Bina diri dan kemampuan sosial



9



G. CIRI DAN PRINSIP KHUSUS LAYANAN YANG SESUAI DENGAN ANAK TUNA GRAHITA Ciri-ciri khusus dalam Layanan yang Sesuai dengan Anak Tunagrahita menurut Rochyadi (2005) antara lain : 1) Bahasa yang Digunakan Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi dengan anak tunagrahita adalah bahasa sederhana, tidak berbelit, jelas, dan gunakan kata-kata yang sering didengar oleh anak. 2) Penempatan Anak Tunagrahita di Kelas Anak tunagrahita ditempatkan di bagian depan kelas dan berdekatan dengan anak yang kira-kira hampir sama kemampuannya. Apabila mereka di kelas anak normal maka mereka ditempatkan dekat anak yang dapat menimbulkan sikap keakraban. 3) Ketersediaan Program Khusus Disamping ada program umum yang diperkirakan semua anak di kelas itu dapat memperlajarinya perlu disediakan program khusus untuk anak tunagrahita yang kemungkinan mengalami kesulitan. Sedangkan Prinsip khusus Layanan yang Sesuai dengan Anak Tunagrahita yaitu : a) Prinsip Skala Perkembangan Mental Prinsip ini menekankan pada pemahaman guru mengenai usia kecerdasan anak tunagrahita. Melalui prinsip ini dapat diketahui perbedaan antar dan intra individu. b) Prinsip Kecekatan Motorik Melalui prinsip ini anak tunagrahita dapat mempelajari sesuatu dengan melakukannya. Disamping itu, dapat melatih motorik anak terutama untuk gerakan yang kurang mereka kuasai. c) Prinsip Keperagaaan Prinsip ini digunakan dalam mengajar anak tunagrahita mengingat keterbatasan anak tunagrahita dalam berpikir abstrak. Oleh karena itu sangat penting, dalam mengajar anak tuangrahita dapt menggunakan alat peraga. Dengan alat peraga anak tunagrahita tidak verbalisme dan memiliki tanggapan mengenai apa yang dipelajarinya. d) Prinsip Pengulangan Berhubung anak tunagrahita cepat lupa mengenai apa yang dipelajarinya maka dalam mengajar mereka membutuhkan pengulanganpengulangan disertai contoh yang bervariasi. Oleh karena



10



itu, dalam mengajar anak tunagrahita janglah cepat-cepat maju atau pindah ke bahan berikutnya sebelum guru yakin betul bahwa anak telah memahami betul bahan yang dipelajarinya. e) Prinsip Korelasi Maksud prinsip ini adalah bahan pelajaran dalam bidang tertentu hendaknya berhubungan dengan bidang lainnya atau berkaitan langsung dengan kegiatan kehidupan sehari-hari anak tunagrahita. f) Prinsip Maju Berkelanjutan Maksud prinsip ini adalah pelajaran diulangi dahulu dan apabila anak menunjukkan kemajuan, segera diberi bahan berikutnya. g) Prinsip Individualisasi Prinsip ini menekankan perhatian pada perbedaan individual anak tunagrahita. Anak tunagrahita belajar sesuai dengan iramanya sendiri. Namun, mereka harus berinteraksi dengan teman atau dengan lingkungannya. Jadi, mereka tetap belajar bersama dalam satu ruangan dengan kedalaman dan keluasan materi yang berbeda. H. STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN ANAK TUNA GRAHITA 1. Strategi yang Digunakan Dalam Pendidikan Tuna Grahita a. Strategi pengajaran yang diindividualisasikan Pengajaran yang diindividualisasikan merupakan pengajaran diberikan kepada tiap murid meskipun mereka belajar bersama dengan bidang studi yang sama, tetapi kedalaman dan keluasan materi pelajaran disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan tiap anak. Dalam pelaksanaannya guru perlu melakukan hal-hal berikut ini. 



Pengelompokan



murid



yang memungkinkan



murid



dapat



berinteraksi, bekerja sama, dan bekerja selaku anggota kelompok dan tidak menjadi anggota tetap dalam kelompok tertentu. Kedudukan murid dalam kelompok sesuai dengan minat, dan kemampuan belajar yang hampir sama. 



Pengaturan lingkungan belajar yang memungkinkan murid melakukan kegiatan yang beraneka ragam, dapat berpindah tempat sesuai



dengan



kebutuhan



11



murid



tersebut,



serta



adanya



keseimbangan antara bagian yang sunyi dan gaduh dalam pekerjaan di kelas. Adanya petunjuk tentang penggunaan tiap bagian, adanya pengaturan agar memudahkan bantuan dari orang yang dibutuhkan. Posisi tempat duduk (kursi & meja) dapat berubah-ubah, ukuran barang dan tata letaknya hendaknya dapat dijangkau oleh murid sehingga memungkinkan murid dapat mengatur sendiri kebutuhan belajarnya. 



Mengadakan Pusat Belajar (Learning Centre) Pusat belajar ini dibentuk pada sudut-sudut ruangan kelas, misalnya sudut bahasa, sudut IPA, berhitung. Pembagian seperti ini, memungkinkan anak belajar sesuai dengan pilihannya sendiri. Di pusat belajar itu tersedia pelajaran yang akan dilakukan, tersedianya tujuan Pembelajaran Khusus sehingga mengarahkan kegiatan belajar yang lebih banyak bernuansa aplikasi, seperti mengisi, mengatur, menyusun, mengumpulkan, memisahkan, mengklasifikasi,



menggunting,



membuat



bagan,



menyetel,



mendengarkan, mengobservasi. Selain itu, pada tiap pusat belajar tersedia bahan yang dapat dipilih dan digunakan oleh anak itu sendiri. Melalui strategi ini anak akan maju sesuai dengan irama belajarnya sendiri dengan tidak terlepas dari interaksi sosial. b. Strategi Kooperatif Strategi ini merupakan strategi yang paling efektif diterapkan pada kelompok murid yang memiliki kemampuan heterogen, misalnya dalam pendidikan yang mengintegrasikan anak tunagrahita belajar bersama dengan anak normal. Strategi kooperatif memiliki keunggulan, seperti meningkatkan sosialisasi antara anak tunagrahita dengan anak normal, menumbuhkan penghargaan dan sikap positif anak normal terhadap prestasi belajar anak tunagrahita sehingga memungkinkan harga diri anak tunagrahita meningkat, dan memberi kesempatan pada anak tunagrahita untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin. Dalam pelaksanaannya guru harus memiliki kemampuan merumuskan



tujuan



pembelajaran,



12



guru



dituntut



mempunyai



keterampilan untuk mengatur tempat duduk, pengelompokan anak dan besarnya anggota kelompok. Jonshon (1984) mengemukakan bahwa guru harus mampu merancang bahan pelajaran dan peran tiap anak yang dapat menunjang terciptanya ketergantungan positif antara anak tunagrahita ringan dengan anak normal. c. Strategi Modifikasi Tingkah Laku Strategi ini digunakan apabila menghadapi anak tunagrahita sedang ke bawah atau anak tunagrahita dengan gangguan lain. Tujuan strategi ini adalah mengubah, menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak baik ke tingkah laku yang baik. Dalam pelaksanaannya guru harus terampil memilih tingkah laku yang harus dihilangkan. Sementara itu perlu pula teknik khusus dalam melaksanakan modifikasi tingkah laku tersebut, seperti reinforcement dapat berupa pujian, hadiah atau elusan. Pujian diberikan apabila siswa menunjukkan perilaku yang dikehendaki oleh guru. Dan pemberian reinforcement itu makin hari makin dikurangi agar tidak terjadi ketergantungan. 2. Media Pembelajaran dalam Pendidikan Anak Tuna Grahita Media pembelajaran penting diperhatikan dalam mengajar anak tunagrahita (Rochyadi, 2005). Hal ini disebabkan anak tunagrahita kurang mampu berfikir abstrak, mereka membututuhkan hal-hal kongkrit. Agar terjadinya tanggapan tentang obyek yang dipelajari, maka dibutuhkan media pembelajaran yang memadai. Selanjutnya diterangkan tentang karakteristik media pembelajaran pelajaran untuk anak tunagrahita antara lain : (1) Bahan tidak berbahaya bagi anak, mudah diperoleh, dapat digunakan oleh anak, (2) Warna tidak mencolok dan tidak abstrak, dan (3) Ukurannya harus dapat digunakan atau diatur penggunaannya oleh anak itu sendiri (ukuran meja dan kursi). Adapun media pembelajaran untuk anak tunagrahita yaitu alat latihan kematangan motorik berupa form board, puzzle; latihan kematangan indra, seperti latihan perabaan, penciuman; alat latihan untuk mengurus diri sendiri, seperti latihan memasang kancing, memasang



retsluiting;



alat



latihan



konsentrasi,



seperti



keseimbangan, alat latihan membaca, berhitung, dan lain-lain.



13



papan



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan, yakni: 1. Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi social. 2. Ciri-ciri anak tunagrahita adalah sebagai berikut: Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil atau besar, tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia, tidak ada atau kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan dan koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali). 3. Klasifikasi anak tunagrahita terbagi atas tiga yaitu anak tunagrahita mampu latih/tunagrahita dan anak tunagrahita berat. 4. Faktor penyebab tunagrahita yaitu prenatal (sebelum lahir), Natal (waktu lahir), dan pos natal (sesudah lahir). 5. Cara membimbing anak tunagrahita dengan kasih saying, keperagaan, habilitasi, rehabilitasi, dan juga pendidikan serta layanan khusus.



B. SARAN Anak tunagrahita memang memiliki kemampuan yang rendah dibandingkan dengan anak normal lainnya, maka perlu adanya perhatian khusus terhadap mereka untuk dilatih, dibimbing, dan diberi kesempatan serta dukungan agar mereka mampu mengembangkan seluruh potensinya agar dapat mandiri dan memiliki harga diri dihadapan orang lain disekitarnya. Masyarakat sebaiknya diberi penyuluhan mengenai sekolah inklusif dan program layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, sehingga orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus dapat memberikan anaknya terapi. Jadi anak yang memerlukan pendidikan khusus seperti anak tunagrahita dapat mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak pada umumnya.



14



DAFTAR PUSTAKA Karang Widiastuti, Ni Luh Gede. Astra Winaya, I Made. 2019. Prinsip Khusus dan Jenis Layanan Pendidikan Bagi Anak Tuna Grahita: Jurnal Santiaji Pendidikan. Vol 9. No 2. Juli 2019. Universitas Dwijendra https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/jsp/article/download/392/379 Hana Pratiwi, Intan. 2017. Pengkajian Anak Tuna Grahita: Makalah Bimbingan dan Konseling. Universitas Ahmad Dahlan https://www.academia.edu/35114415/MAKALAH_PENGKAJIAN_ANAK_TUN AGRAHITA Nubatonis, Sislia Basnia. Dkk. “Pendidikan dan Bimbingan ABK Tuna Grahita” Diakses pada 30 Maret 2017. https://sislianubatonis.blogspot.com/2017/03/pendidikan-dan-bimbinganabktuna.html?m=1



15