Penelitian Compact City: Compact City Kota Surabaya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Penelitian Compact City Perkembangan kawasan perkotaan yang ditandai dengan pertumbuhan jumlah penduduk merupakan suatu fenomena klasik di Kota-Kota besar Indonesia. Persentase penduduk perkotaan di Indonesia pada tahun 2005 telah mencapai 48,3 persen...



Rabu, 10 Februari 2010



Compact City Kota Surabaya Perkembangan kawasan perkotaan yang ditandai dengan pertumbuhan jumlah penduduk merupakan suatu fenomena klasik di Kota-Kota besar Indonesia. Persentase penduduk perkotaan di Indonesia pada tahun 2005 telah mencapai 48,3 persen dan diperkirakan akan terus meningkat mencapai 60 persen pada tahun 2015 (Winarso, 2006). Pencampuran kegiatan dan interaksi yang semakin kuat antara kota dan desa ini mengakibatkan batas antara kawasan perkotaan dan perdesaan menjadi tidak jelas lagi (Kurniawan, 2007), proses ini dikenal dengan istilah urban sprawl (Yunus, 2002). Fenomena urban sprawl ini mengakibatkan berbagai dampak negative, salah satunya adalah meningkatnya mobilitas penduduk, terutama pekerja ulang-alik (Rachmadita, 2009). Dampak negative inilah yang mendorong munculnya berbagai upaya penerapan konsep compact city pada kota-kota di berbagai Negara, baik Negara maju maupun yang sedang berkembang (Roychansyah, 2006). Salah satu fenomena urban sprawl yang terjadi di Indonesia dapat dilihat pada Kota Surabaya. Ekspansi kegiatan terus terjadi dari Kota Surabaya sebagai kota inti menuju Kabupaten Sidoarjo, Bangkalan, dan Gresik sebagai wilayah pinggirannya (LPPM ITS, 2007). Secara sederahana tingkat urban sprawl dapat diindikasikan melalui “sprawl index”. Menurut Staley (1999), apabila nilai sprawl index suatu wilayah lebih besar daripada wilayah yang lainnya, maka hal tersebut merupakan indikasi bahwa perkembangan lahan di wilayah tersebut lebih cepat dibandingkan pertumbuhan penduduknya. Di Kota Surabaya sendiri, 90% lebih lahan yang ada sudah merupakan kawasan terbangun (Dewi, 2006), sedangkan kepadatan penduduk rata-rata tergolong dalam kategori rendah dengan jumlah 72,79 jiwa/Ha. Kepadatan penduduk yang rendah terdapat pada hampir seluruh bagian Kota Surabaya, yaitu Unit Pengembangan (UP) I, II, III, VIII, IX, X, XI, dan XII (Sadikin, 2009). Fakta empiris tersebut mengindikasikan bahwa fenomena urban sprawl telah terjadi pada hampir seluruh bagian Kota Surabaya. Dampak dari fenomena urban sprawl yang telah terjadi di Kota Surabaya dapat dilihat melalui tingginya volume Transportasi dari kawasan sub-urban menuju pusat Kota Surabaya maupun



Tim Penyusun angga, fatma, lupi, udan, zia



joined



Terpuaskankah anda dengan info ini ?



Arsip Blog ▼ 2010 (2) ▼ Februari (2) Apa itu Compact City ??? Compact City Kota Surabaya



Mengenai Saya Penelitian Compact City Lihat profil lengkapku



sebaliknya. Permasalahan ini menjadi semakin krusial memperhatikan bahwa jumlah pergerakan dari kawasan sub-urban sudah melebihi jumlah pergerakan yang terjadi di dalam Kota Surabaya sendiri (Rachmadita, 2009). Jumlah pergerakan dari daerah pinggiran yang masuk ke Kota Surabaya melalui Jalan Ahmad Yani mencapai 1.481.344 satuan mobil penumpang (smp) setiap harinya. Hal ini sangat jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan koridor-koridor jalan dalam kota, seperti Jalan Pemuda yang hanya dilalui 79.936 smp setiap harinya (Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, 2005). Tingginya volume Transportasi ini membawa berbagai dampak turunan yang buruk, salah satunya adalah meningkatnya angka pencemaran udara. Berdasarkan Laporan Hasil Monitoring Hutan Kota Surabaya, Transportasi menyumbang 5.480.000 ton per tahun emisi Karbon Monoksida (CO) atau sekitar 96% dari total emisi udara di Kota Surabaya (Rismanda, 2001). Sebagai solusi dari fenomena pembangunan kota acak (urban sprawl development) yang terjadi di hampir seluruh kota di dunia, dicetuskan ide pembangunan kota kompak (Roychansyah, 2006). Bentuk kota yang compact akan mampu mereduksi jarak tempuh perjalanan sehingga dapat menurunkan tingkat mobilisasi penduduk di Kota Surabaya. Tingkat kepadatan yang tinggi juga akan memberikan keuntungan dalam penyediaan pelayanan, Transportasi umum, pengelolaan sampah, pelayanan kesehatan dan pendidikan (Jenks, 2000). Namun, untuk menerapkan konsep compact city pada kota-kota di Indonesia, masih perlu dilakukan kajian-kajian yang lebih mendasar (Kurniawan, 2007). Beberapa penelitian tentang konsep compact city telah dilakukan pada beberapa wilayah dan kota di Indonesia, yaitu pada wilayah Metropolitan Bandung, Semarang, dan Kota Surabaya Hasil studi tersebut adalah tipologi kelurahan di wilayah Metropolitan Bandung, Semarang, dan Kota Surabaya berdasarkan variabelvariabel compact city. Pada penelitian Sadikin (2009), dilakukan juga identifikasi dan simulasi penataan pelayanan pendidikan pada jenjang SMP berdasarkan indikator compact city di Kota Surabaya. Penelitian-penelitian tersebut belum menunjukkan tingkat urban compactness masing-masing pola ruang kota dan belum mengindikasikan jawaban perlu atau tidaknya konsep compact city diterapkan di kota-kota di Indonesia berdasarkan efektivitasnya terhadap Transportasi. Di dalam penelitian yang akan dilakukan ini, selain akan dilakukan pengukuran urban compactness dengan index sprawl, juga akan dilakukan pengidentifikasian tipologi masing-masing kecamatan yang ada di Kota Surabaya berdasarkan indikator konsep compact city. Kemudian tingkat urban compactness masing-masing kecamatan diurutkan dan diidentifikasi perilaku perjalanan penduduknya. Pada akhirnya didapatkan efektivitas pengaruh urban compactness terhadap perilaku perjalanan. Tingkat efektivitas ini akan menjadi pertimbangan dalam penentuan arahan pengembangan kebijakan penataan ruang Kota Surabaya. Preferensi masyarakat mengenai kebijakan penataan pola ruang dan transportasi juga akan diidentifikasi untuk mereduksi pergerakan di Kota Surabaya. Selanjutnya hasil identifikasi efektivitas urban compactness dan preferensi masyarakat tentang kebijakan penataan pola ruang dan transportasi tersebut akan digunakan untuk merumuskan arahan kebijakan penataan Kota Surabaya. Arahan-arahan kebijakan tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengimplementasikan konsep compact city di Indonesia, khususnya di Kota Surabaya.



RUMUSAN PERMASALAHAN PENELITIAN Urban sprawl yang terjadi di Kota Surabaya telah menimbulkan berbagai permasalahan, terutama dari sektor transportasi. Ide kota kompak dicetuskan sebagai solusi dari fenomena urban sprawl yang telah terjadi di hampir seluruh kota di dunia. Namun, untuk menerapkan konsep ini pada kota-kota di Indonesia perlu dilakukan suatu kajian yang lebih mendasar, lebih fokus lagi tentang perlu atau tidaknya konsep compact city ini diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan transportasi perkembangan kota-kota yang terjadi di Indonesia, khususnya di Kota Surabaya. Kemudian perlu pula dirumuskan suatu arahan kebijakan penataan kota yang dapat menyelesaikan permasalahan fenomena urban sprawl tersebut berdasarkan efektivitas konsep compact city terhadap perilaku pergerakan dan preferensi masyarakat terhadap strategi penataan pola ruang dan transportasi di Kota Surabaya. Berdasarkan permasalahan tersebut dirumuskan tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat struktur dan pola ruang Kota Surabaya yang terbentuk berdasarkan indikator-indikator compact city? 2.



Bagaimana efektivitas tingkat urban compactness terhadap perilaku perjalanan masyarakat di Kota Surabaya?



3. Bagaimana arahan kebijakan penataan ruang Kota Surabaya yang dapat diterapkan sebagai solusi permasalahan urban sprawl berdasarkan efektivitas urban compactness dan preferensi masyarakat terhadap strategi penataan pola ruang dan transportasi? TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan kebijakan penataan ruang Kota Surabaya berdasarkan tingkat efektivitas urban compactness dan preferensi masyarakat tentang strategi penataan pola ruang dan transportasi. Sasaran-sasaran yang perlu dicapai untuk memenuhi tujuan tersebut adalah: 1. Mengidentifikasi tingkat struktur dan pola ruang Kota Surabaya yang terbentuk berdasarkan indikatorindikator compact city. 2. Mengidentifikasi efektivitas tingkat urban compactness terhadap perilaku perjalanan masyarakat di Kota Surabaya 3. Merumuskan arahan kebijakan penataan ruang Kota Surabaya yang dapat diterapkan sebagai solusi permasalahan urban sprawl berdasarkan efektivitas urban compactness dan preferensi masyarakat terhadap strategi penataan pola ruang dan transportasi. LUARAN YANG DIHARAPKAN Luaran yang diharapkan dari penelitian ini yaitu berupa artikel tentang arahan kebijakan penataan ruang Kota Surabaya berdasarkan tingkat efektivitas urban compactness dan preferensi masyarakat tentang strategi penataan pola ruang dan transportasi. Luaran ini diharapkan dapat menjadi masukkan dalam penyusunan kebijakan Rencana Tata Ruang Kota Surabaya (RTRW), khususnya dalam aspek tata guna lahan dan transportasi. KEGUNAAN PENELITIAN



Penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut: 1.



Manfaat teoritik, yaitu berkontribusi terhadap pengembangan bidang ilmu perencanaan kota dan perencanaan transportasi perkotaan. Penelitian ini memberikan wacana mengenai efektivitas penerapan konsep compact city terhadap perilaku pergerakan penduduk, serta dapat memberikan solusi alternatif dari aspek penataan pola ruang perkotaan untuk menyelesaikan permasalahan transportasi akibat fenomena urban sprawl.



2. Manfaat bagi Pemerintah Kota Surabaya yaitu membantu memberikan kontribusi terhadap pengembangan kebijakan perencanaan bentuk kota yang tepat dalam mewujudkan pembangunan kota yang berkelanjutan. 3. Manfaat bagi masyarakat yaitu untuk memperkaya khasanah pengetahuan mengenai bentuk-bentuk perkembangan kota serta pengaruhnya terhadap sektor Transportasi. Penerapan konsep compact city yang tepat dalam kebijakan penataan ruang kota akan dapat memberikan kemudahan akses fasilitas bagi masyarakat, mengurangi tingkat penggunaan kendaraan bermotor yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan semakin baiknya kualitas udara dan lingkungan. Posted by Penelitian Compact City at 23.52 Labels: pengetahuan



1 komentar:



Hasbi Asidiqi 9 November 2015 23.22 mas bisa mintafile lengkapnya mas? saya hasbi dari uns (solo) ingin meneliti hubungn urbn compctness dengn green space mas. trimakasih Balas



mohon di comment yaa...



Posting Lebih Baru



Beranda



Langganan: Poskan Komentar (Atom)



ORANG BIJAK MENGATAKAN SUDAHKAH ANDA MEMBBERIKAN KOMENTAR?? ^^



Cari Blog Ini Telusuri



Laman Halaman Muka