Penelitian Epidemiologi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • NoNO
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS INDIVIDU EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN JENIS-JENIS PENELITIAN EPIDEMIOLOGI



RETNO ASIH 06 903 325 Dosen Pengasuh : Wimbadi Sigit, SKM, M.Kes



PEMINATAN EPIDEMIOLOGI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA 2009



JENIS-JENIS PENELITIAN DALAM BIDANG EPIDEMIOLOGI A. PENELITIAN ANALITIK 1) STUDI CROSS SECTIONAL Survey cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasional atau pengumpukan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Penelitian cross sectional ini sering juga disebut penelitian transversal, dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi. Dibandingkan dengan penelitian-penelitan yang lain, metode penelitian ini merupakan yang paling lemah karena penelitian ini paling mudah dilakukan dan sangat sederhana. Pengertianpengertian yang perlu dipahami dalam penelitian cross sectional, dan juga untuk jenis penelitian analitik yang lain, di antaranya ialah : a. Penyakit, atau efek. b. Faktor resiko untuk terjadinya penyakit tersebut. c. Agen penyakit (penyebab penyakit)



Faktor risiko ialah faktor-faktor atau keadaan-keadaan yang mempengaruhi mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status kesehatan tertentu. Ada dua macam faktor risiko, yaitu : a. Faktor risiko yang berasal dari organisme itu sendiri (faktor risiko intrinsik). Ada dua macam faktor risiko, yaitu : 1. Faktor jenis kelamin dan usia Beberapa penyakit tertentu berkaitan atau cenderung diderita oleh seseorang dengan jenis atau usia tertentu. 2. Faktor-faktor anatomi atau konstitusi tertentu 3. Faktor nutrisi



b. Faktor risiko yang berasal dari lingkungan (faktor risiko ekstrinsik) yang memmudahkan seseorang terjangkit suatu penyakit tertentu. Berdasarkan jenisnya faktor ekstrinsik ini dapat berupa : keadaan fisik, kimiawi, biologik, psikologik, maupun social budaya dan perilaku. Rancangan (desain) penelitian cross sectional adalah sebagai berikut Pupolasi (sampel)



Faktor Resiko +



Efek +



Faktor Resiko



Efek -



Efek +



Efek –



Dari skema tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penelitian Cross Sectional adalah sebagai berikut : a. Mengidentifikasi variable-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor risiko dan faktor efek. b. Menetapkan subjek penelitian. c. Melakukan observasi atau pengukuran variable-variabel yang merupakan faktor risiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variable pada saat itu (pengumpulan data) d. Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).



Efek



Faktor risiko



Ya



Tidak



Jumlah



Ya



A



B



A+B



Tidak



C



D



C+D



A+C



B+D



A+B+C+D



Keterangan A : subjek dengan faktor risiko yang mengalami efek B : subjek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek C : subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek D : subjek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek



Analisis hubungan atau perbedaab prevalens antara kelompok-kolompok yang diobservasi dilakukan setelah validasi dan pengelompokkan data penelitian yang diperoleh. Analisis dapat berupa suatu uji hipotesis ataupun analisis untuk memperoleh risiko relative. Hal yang terakhir inilah yang lebih sering dihitung dalam studi faktor risiko. Yang dimaksudkan dengan istilah risiko relative adalah perbandingan antara prevalensi penyakit (efek) pada kelompok dengan risiko, dengan prevalensi efek pada kelompok tanpa risiko. Pada studi Cross Sectional, risiko relative yang diperoleh bukan risiko relative yang murni. Pada studi Cross Sectional estimasi resiko relative diperoleh dengan menghitung rasio prevalens. Berikut formula Rasio Prevalens :



RP= A/(A+B) : C/(C+D)



A/A+B = Proporsi (prevalens) subjek yang mempunyai factor risisko yang mengalami efek, sedangkan C/C+D = Proporsi (prevalens) subjek tanpa faktor resiko yang mengalami efek.



Rasio prevalens harus disertai dengan interval kepercayaan (Confiden interval) yang dikehendaki, yang menentukan apakah rasio prevalens tersebut bermakana atau tidak. Interval kepercayaan akan menunjukkan rentang nilai rasio prevalens yang diperoleh pada populasi terjangkau apabila sampling dilakukan berulang-ulang.



Interprestasi hasil: a. Bila nilai rasio prevalens = 1 berarti variable yang diduga merupakan factor risiko tersebut itu tidak ada pengaruhnya untuk terjadinya efek, dengan kata lain bersifat netral. Misalnya semula diduga bahwa pemakaian kontrasepsi oral merupakan risiko untuk terjadinya penyakit jantung bawaan. Bila dalam perhitungan ternyata rasio prevalensinya = 1, maka dari data yang ada berarti kontrasepsi oral bukan merupakan factor risiko terjadinya panyakit jantung bawaan. b. Bila nilai rasio prevalensi > 1 berarti variable tersebutt merupakan factor risiko untuk timbulnya penyakit tertentu. Misalnya rasio prevalensi pemakaian KB suntik pada ibu mneyusui terhadap kurang gizi pada anak = 2, hal ini menunjukkan bahwa KB suntik merupakan factor risiko untuk terjadinya defesiensi gizi pada bayi. c. Apabila nilai Rp < 1, berarti factoryang diteliti tersebut justru mengurangi kejadian penyakit, dengan perkataan lain variable yang diteliti tersebut merupakan factor protektif. Misalnya Rp pemberian ASI untuk terjadinya diare pada bayi adalah 0,5 berarti ASI justru merupakan factor pencegah terjadinya diare.



Kelebihan a. Keuntungan yang utama dari desain Cross Sectional adalah memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya yang mancari pengobatan, hingga generaliasinya cukup memadai. b. Desain ini relative mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh. c. Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variabel. d. Tidak terancam loss follow-up (drop out). e. Dapat dimasukkan kedalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya. f. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian berikutnya yang lebih konklusif. Kekurangan a. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas). Akibatnya sering tidak mungkin ditentukan mana yang sebab dan mana akibat.



b. Studi prevalens lebih banyak menjaring subjek yang mempunyai masa sakit yang panjang dari pada mereka yang mempunyai masa sakit yng pendek. Hal ini disebabkan karena individu yang cepat sembu atau cepat meniggal akan mempunyai kesempatan yang relative kecil untuk terjaring dalam studi ini. Bila karakteristik pasien yang cepat sembuh atau cepat meninggal itu berbeda dengan mereka yang mempunyai masa sakit yang panjang, maka akan terdapat terjadi salah interpretasi dari hasil temuan studi tersebut. c. Dibutuhkan subjek yang cukup besar, terutama bila variabel yang dipelajari banyak. d. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis e. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker lambung. f. Mungkin terjadi bias prevales atau bias insiden karena efek suatu faktor risiko selama selang waktu tertentu disalah tafsirkan sebagai efek penyakit.



2) STUDI KASUS KONTROL Penelitian “Case Control” adalah suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan “retrospektif”. Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu. Rancangan penelitian “Case Control” dapat digambarkan sebagai berikut: Rancangan Penelitian case Control Faktor risiko + Efek + Faktor risiko –



(kasus) Populasi



Faktor risiko +



(Sampel) Efek -



Faktor risiko –



(kontrol)



Tahap-tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut: a. Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor risiko dan efek) b. Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel) c. Identifikasi kasus d. Pemilihan subjek sebagai kontrol e. Melakukan pengukuran “retrospektif” untuk melihat faktor risiko. f. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel-variabel objek penelitian dengan variabel-variabel kontrol. Efek



Faktor risiko



Ya



Tidak



Jumlah



Ya



A



B



A+B



Tidak



C



D



C+D



A+C



B+D



A+B+C+D



Keterangan : A : kasus yang mengalami pajanan B : kontrol yang mengalami pajanan C : kasus yang tidak mengalami pajanan D : konrol yang tidak mengalami pajanan



Resiko relative dinyatakan dengan Odds Rasio (OR) ܱܴ ൌ



‫ܣ‬ൈ‫ܦ‬ ‫ܤ‬ൈ‫ܥ‬



Interprestasi a. OR>1: faktor risiko b. OR=1 : Netral c. OR1: faktor risiko b. OR=1 : Netral c. OR