Penelitian Kualitatif: Grounded Theory Dan Etnografi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENELITIAN KUALITATIF: GROUNDED THEORY DAN ETNOGRAFI MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Salah satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Dosen Pengampu: Dr. Chaerul Rochman, M.Pd Dindin Nasrudin, M.Pd



Oleh: Kelompok 10A Lutfiani Sita Tsania



(1142070085)



Wilda Alisia Wardhani



(1142070086)



Anisa Tifani



(1142070087)



Kelas/Smt : A/VI



PRODI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2017



A. Penelitian Kualitatif Pada penelitian dengan pendekatan kualitatif, fokus masalah penelitian menuntut peneliti melakukan pengkajian secara sistematik, mendalam, dan bermakna sebagaimana ditegaskan oleh Burgess berikut ini. “Dalam penelitian kualitatif, semua investigator atau peneliti memfokuskan diri pada permasalahan yang dikaji, dengan dipandu oleh kerangka konseptual atau teoritis” (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 262). 1. Definisi Penelitian Kualitatif Moleong setelah melakukan analisis terhadap beberapa definisi penelitian kualitatif kemudian membuat definisi sendiri sebagai sisntesis dari pokok-pokok pengertian penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2005: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi , tindakan, dll. secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 2. Asumsi Penelitian Kualitatif Anggapan yang mendasari penelitian kualitatif adalah bahwa kenyataan sebagai suatu yang berdimensi jamak, kesatuan, dan berubah-ubah (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001 : 7). Oleh karena itu tidak mungkin dapat disusun rancangan penelitian yang terinci dan fixed sebelumnya. Rancangan penelitian berkembangan selama proses penelitian. 3. Karakteristik Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, metode fenomenologis, metode impresionistik, dan metode post positivistic. Adapun karakteristik penelitian jenis ini adalah sebagai berikut (Sujana dan Ibrahim, 2001 : 6-7; Suharsimi Arikunto, 2002: 11-12; Moleong, 2005: 8-11; Johnson, 2005, dan Kasiram, 2008: 154-155). a. Menggunakan pola berpikir induktif (empiris – rasional atau bottomup). Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounded theory, yaitu teori yang timbul dari data bukan dari hipotesis seperti dalam metode kuantitatif. Atas dasar itu penelitian bersifat generating theory, sehingga teori yang dihasilkan berupa teori substansif. b. Perspektif emic/partisipan sangat iutamakan dan dihargai tinggi.



Minat peneliti banyak tercurah pada bagaimana persepsi dan makna menurut sudut pandang partisipan yang diteliti, sehingga bias menemukan apa yang disebut sebagai fakta fenomenologis. c. Penelitian kualitatif tidak menggunakan rancangan penelitian yang baku. Rancangan pene-litian berkembang selama proses penelitian. d. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami, mencari makna di balik data, untuk menemukan kebenaran, baik kebenaran empiris sensual, empiris logis, dan empiris logis. e. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, sumber data yang dibutuhkan, dan alat pengumpul data bisa berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. f. Pengumpulan data dilakukan atas dasar prinsip fenomenologis, yaitu dengan memahami secara mendalam gejala atau fenomena yang dihadapi. g. Peneliti berfungsi pula sebagai alat pengumpul data sehingga keberadaanya tidak terpisahkan dengan apa yang diteliti. h. Analisis data dapat dilakukan selama penelitian sedang dan telah berlangsung. i. Hasil penelitian berupa deskripsi dan interpretasi dalam konteks waktu serta situasi tertentu. 4. Prosedur Penelitian Kualitatif Prosedur pelaksanaan penelitian kualitatif bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan, serta situasi dan kondisi di lapangan. Secara garis besar tahapan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 80) a. Merumuskan masalah sebagai fokus penelitian. b. Mengumpulkan data di lapangan. c. Menganalisis data. d. Merumuskan hasil studi. e. Menyusun rekomendasi untuk pembuatan keputusan.



5. Prinsip-prinsip Analisis Data Atas dasar pendapat Bogdan dan Biklen serta Lincoln dan Guba, Sudarwan Danim dan Darwis (2003 : 263 – 267) mengemukakan prinsip-prinsip analisis data pada penelitian kualitatif sebagai berikut.



a. Peneliti menjadi instrumen utama pengumpulan data dan subjek yang diteliti dipandang mempunyai kedudukan sama secara nisbi dengan peneliti. Sebagai instrumen utama, peneliti melakukan wawancara kepada responden dan mengamati sejumlah fenomena fokus penelitian yang tampak dan terjadi dilapangan sebagaimana adanya. b. Data penelitian yang dikumpulkan bersifat deskriptif. Peneliti mengumpulkan data dan mencatat fenomena yang terkait langsung atau tidak langsung dengan fokus penelitian. Karakteristik ini berimplikasi pada data yang terkumpul, yaitu cenderung berupa kata-kata atau uraian deskriptif, tanpa mengabaikan data berbentuk angka-angka. c. Proses kerja penelitian dilakukan dengan menggunakan perspektif etik, yaitu dengan mengutamakan pandangan dan pendirian responden terhadap sistuasi yang dihadapinya. Peneliti meminimalkan perspektif etik dengan tujuan mereduksi subjektivitas data yang dihimpun. d. Verifikasi data dan fenomena dilakukan dengan cara mencari kasus yang berbeda atau bertentangan dengan menggunakan metoda dan subjek yang berbeda. e. Kegiatan penelitian lebih mengutamakan proses dari pada hasil dan data penelitian dianalisis secara induktif untuk mendapatkan makna kondisi alami yang ada. Pemaknaan atas data dilakukan dengan interpretasi idiografik (idiographic interpretation) berupa analisis atas fenomena yang muncul namun bukan dimaksudkan untuk merumuskan generalisasi. f. Pemberian makna merupakan dasar utama dalam memahami situasi, di mana pemaknaan itu selain dilakukan sendiri oleh peneliti juga didasari atas interpretasi bersama dengan sumber data. 6. Proses Analisis Data Bogdan dan Biklen mengemukakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan melalui dua fase, yaitu selama dan setelah selesainya proses pengumpulan data (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 268 – 269). a. Analisis data selama peneliti dilapangan dilakukan dengan cara : 1) mempersempit fokus dan menetapkan tipe studi; 2) mengembangkan secara terus-menerus pertanyaan analitis;



3) merencanakan sesi pengumpulan data secara jelas; 4) menjaga konsistensi atas ide dan tema atau fokus penelitian; 5) membuat catatan sistematis mengenai hasil pengamatan dan penelaahan; 6) mempelajari referensi yang relevan selama di lapangan; 7) menggunakan metafora, analogi dan konsep; 8) menggunakan alat-alat audio visual. b. Analisis data setelah pengumpulan data selesai dilakukan dengan : 1) membuat kode data secara kategoris; 2) menata sekuensi atau uruan penelaahan. Disampling analisis kualitatif, data yang telah terkumpul juga dianalisis dengan menggunakan prosentase. 7. Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian Hasil penelitian kualitatif atau naturalistik dipandang memenuhi kriteria ilmiah jika memiliki tingkat kepercayaan tertentu. Menurut Lincoln dan Guba, tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegang pada 4 prinsip atau kriteria, yaitu : credibility, dependability, corfirmability, dan transferability (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 269 – 270). a. Credibility Credibility atau prinsip kredibilitas menunjuk pada apakah kebenaran penelitian kualitatif dapat dipercaya, dalam maknadapat mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk memenuhi criteria ini peneliti perlu melakukan trianggulasi, member check, wawancara atau pengamatan secara terus menerus hingga mencapai tingkat redundancy. Secara lebih spesifik, kredibilitas hasil penelitian kualitatif dapat dicapai dengan beberapa cara, yaitu : 1) Peneliti tinggal cukup lama pada situasi penelitian; 2) Observasi dilakukan secara berlanjut dan cermat; 3) Melihat fenomena dari berbagai sudut pandang; 4) Diskusi dengan sejawat; 5) Analisis kasus negatif. b. Dependebility



Prinsip dependabilitas merujuk pada apakah hasil penelitian memiliki keandalan atau reliabilitas. Prinsip ini dapat dipenuhi dengan cara mempertahankan konsistensi teknik pengumpulan data, dalam menggunakan konsep, dan membuat tafsiran atas fenomena. c. Corfirmability Prinsip



konfirmabilitas



mengkonfirmasikan



menunjuk



bahwa



temuan



pada yang



sangat telah



perlunya diperoleh



upaya dapat



untuk



dipercaya



kebenarannya. Untuk memenuhi prinsip ini, peneliti dapat melakukan berbagai cara, yaitu : 1) Mengundang berbagai pihak untuk mendiskusikan temuan dan draf hasil penelitian; 2) Mendatangi pihak-pihak tertentu untuk melakukan audit trial, berupa jejak atau sistematika kerja penelitian yang dapat dilacak dan diikuti, serta melakukan proses kerja secara sistematis dan terdokumenasi, serta memeriksa secara teliti setiap langkah kerja penelitian ; 3) Mengonfirmasikan hasil penelitian dengan para ahli, khususnya para promoter. d. Transferability Prinsip transferabilitas mengandung makna apakah hail penelitian ini dapat digeneralisasikan atau diaplikasikan pada situasi lain. Berkenaan dengan hal ini hasil penelitian kualitatif tidak secara apriori dapat digeneralisasikan, kecuali situasi tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan situasi lapangan tempat penelitian. Dengan demikian upaya untuk menstransfer hasil pebnelitian kualitatif pada situasi yang berbeda sangat mungkin namun memerlukan penyesuaian menurut keadaan dan asumsi yang mendasarinya.



B. Grounded Theory 1. Definisi Penelitian Grounded Theory Metodologi teori dasar (grounded theory methodology/GTM) menurut Manteufful dalam Emzir (2010: 191) adalah suatu metode analisis komparatif yang umum untuk menemukan teori dengan empat kriteria, yaitu kerja (umum), relevansi (dimengerti), cocok (valid), dan dapat dimodifikasi (dikendalikan). Metodologi teori



dasar merupakan salah satu metode interpretatif yang membagi filsafat fenomenologi yang umum. Definisi Grounded Theory (teori dasar) menurut Strauss & Corbin dalam Emzir, 2010:191) teori dasar adalah suatu teori yang secara induktif diperoleh dari pengkajian fenomena yang mewakilinya. Teori tersebut ditemukan, dikembangkan, dan untuk sementara waktu dibuktikan melalui pengumpulan data yang sistematis, analisis data yang menyinggung fenomena tersebut. Oleh karena itu, pengumpulan data, analisis data, dan teori berada di dalam hubungan timbal balik satu dengan lainnya. Orang tidak mulai dengan teori, orang mulai dengan suatu area studi dan apa yang berkaitan dengan area tersebut dibiarkan muncul. Pendekatan teori dasar adalah suatu metode penelitian kualitatif yang menggunakan suatu prosedur yang sistematis untuk mengembangkan teori secara induktif yang memperoleh teori dasar tentang suatu fenomena. Temuan penelitian merupakan suatu rumusan teoritis menyangkut kenyataan di bawah penyelidikan, bukan terdiri atas serangkaian angka-angka, atau satu kelompok yang terlepas berhubungan dengan tema-tema. Melalui metodologi ini, konsep dan hubungan antarkonsep tidak hanya dihasilkan, tetapi juga untuk sementara diuji (Strauss SCorbin, dalam Emzir, 2010: 191). Grounded theory lebih bersifat induktif jika dibandingkan dengan analisis konten karena teori tersebut muncul dari data dan belum pernah ada sebelumnya. Menurut Strauss dan Corbin (1994: 273» dalam Cchen (2009 : 491), grounded theory adalah metode umum untuk mengembangkan suatu teori yang berbasis data yang dikumpulkan dan dianalisis secara sistematis Penelitian grounded theory adalah desain penelitian kualitatif yang secara sistematis digunakan untuk menghasilkan penjelasan umum atau teori tentang proses, aksi atau interaksi yang dibentuk oleh pandangan sejumlah besar partisipan. (Cresswell, 2014:115). Grounded theory digunakan ketika peneliti memerlukan teori yang luas atau menjelaskan sebuah proses. Grounded theory menghasilkan sebuah teori ketika teori yang ada tidak dapat menjawab suatu permasalahan yang akan dipecahkan peneliti atau partisipan yang akan diteliti. Misalnya, kajian terhadap populasi pendidikan



tertentu (anak-anak dengan gangguan perhatian), teori yang sudah ada mungkin hanya sedikit yang dapat diterapkan pada populasi spesifik tersebut. 2. Ciri-Ciri Penelitian Grounded Theory Beberapa ciri utama Grounded theory sebagaimana diungkapkan oleh Creswell (2014: 117 – 118) adalah: 1. Peneliti memfokuskan pada proses atau aksi yang memiliki tahapan atau fase khas yang terjadi sepanjang waktu. Karena itulah studi Grounded theory meneliti “gerakan” atau aksi yang berusaha dijelaskan oleh peneliti. Misalnya: proses yang “mengembangkan program pendidikan umum” atau proses yang “mendukung staf pengajar (dosen) untuk menjadi para peneliti yang baik”. 2. Peneliti berusaha untuk mengembangkan teori tentang proses atau aksi pada subyek penelitian. Kalau merujuk pada literature yang ada, banyak definisi tentang teori, namun secara umum teori adalah suatu penjelasan tentang sesuatu atau pemahaman yang dikembangkan oleh peneliti.



Dalam riset



Grounded theory kategori teoritis yang dirangkai untuk memperlihatkan bagaimana mereka melakukan aktivitas. Creswell mencontohkan tori tentang dukungan bagi dosen dapat diperlihatkan bagaimana staf pengajar didukung sepanjang waktu, oleh sumber daya yang spesifik, oleh aksi yang spesifik yang dilakukan oleh individu, dengan hasil individual yang meningkatkan kemempuan riset dari seorang anggota staf pengajar. 3. Peran catatan lapangan menjadi bagian dari pengembangan teori ketika peneliti menuliskan ide berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis. Dalam memo ini ide tersebut berusaha untuk merumuskan proses yang sedang dilihat oleh peneliti dan untuk mengambar aliran dari proses yang diamati. 4. Ujung tombak penelitian ini dalam mengumpulkan data adalah dengan wawancara yang penelitinya secara konstan membandingkan data yang dikumpulkan dari para partisipan dengan ide tentang teori baru. Prosesnya adalah bolak-balik menemui para partisipan, mengumpulkan wawancara baru, dan kemudian kembali pada teori baru tersebut untuk mengisi kesenjangan dan untuk menjabarkan bagaimana prosesnya bekerja.



5. Analisis data dapat distrukturkan dan mengikuti pola pengembangan kategori terbuka, memilih satu kategori untuk menjadi focus dari teori tersebut, dan kemudian memperinci kategori tambahan (coding aksial) untuk membentuk model teoritis. Perpotongan ari kategori tersebut menjadi teori (disebut coding selektif). Teori ini dapat disajikan sebagai diagram, sebagai proposisi (atau hipotesis), atau sebagai pembahasan. Analisis data dapat saja tidak terstruktur dan didasarkan pada pengembangan teori dengan menyusun makna implisit dari kategori. 3. Tipe-Tipe Kajian Penelitian Grounded Theory Dua pendekatan popular terhadap grounded theory adalah prosedur sistematis milik Strauss dan Corbin, dan pendekatan konstruktivis oleh Charmaz. Pada prosedur analitik Staruss dan Corbin, penyelidik mencari secara sistematis mengembangkan sebuah teori yang menjelaskan proses, aksi, atau interaksi pada sebuah topic (misalnya, proses mengembangkan sebuah kurikulum, keuntungan hasil pengobatan tes bersama secara psikologis dengan klien). Peneliti melaksanakan 20 hingga 30 wawancara berdasarkan beberapakali kunjungan ‘di lapangan’ untuk mengumpulkan data wawancara guna menjenuhkan kategori tertentu (atau menemukan informasi lanjutan yang ditambahkan pada mereka sampai tidak ada lagi yang bisa ditemukan). Bentuk kedua dari pendekatan grounded theory adalah ditemukan dalam tulisan konstruktivis milik Charmaz. Charmaz menyokong perspektif konstruktivis sosial yang melibatkan penekanan dunia lokal yang beragam, realitas majemuk, dan kompleksitas dunia tertentu, pandangan, dan aksi. Charmaz dalam Creswell, menempatkan penekanan yang lebih terhadap pandangan, nilai, kepercayaan, perasaan, asumsi, dan ideologi individu daripada metode penelitian, meski ia mendeskripsikan



sungguh-sungguh



praktik



pengumpulan



data



yang



kaya,



pengkodekan data, pencatatan menggunakan sampel secara teoritis (2007:67). 4. Prosedur untuk melakukan penelitian Grounded Theory 1. Peneliti perlu memulai dengan menentukan grounded theory yang paling tepat untuk kajian masalahnya. 2. Pertanyaan penelitian yang ditanyakan penyelidik pada partisipan akan berfokus pada pengertian bagaimana individu mengalami proses dan mengidentifikasi



langkah-langkah dalam sebuah proses (apakah proses itu? Bagaimana proses itu terbuka?). 3. Memperoleh informasi sampai pada titik jenuh. Hal ini melibatkan sekitar 20 hingga 30 wawancara atau 50 sampai 60 wawancara. 4. Dalam pengkodean terbuka, peneliti membentuk kategori tentang fenomena yang dikaji melalui informasi yang sesuai bagiannya. Peneliti mendasarkan kategori pada semua data yang dikumpulkan, seperti wawancara, observasi dan catatan peneliti. Peneliti mengidentifikasi kategori dan subkategori. 5. Dalam fase pengkodean axial, peneliti mengumpulkan bersama data dalam cara yang baru setelah melakukan pengkodean terbuka. Fase ini disajikan menggunakan paradigm pengkodean atau diagram logis (model visual) dimana peneliti mengidentifikasi fenomena sentral, mengeksplorasi sebab-akibat, membuat spesifikasi startegi, mengidentifikasi kondisi yang diintervensi dan konteks dan menarik konsekuensi. 6. Dalam



pengkodean



selektif



peneliti



boleh



menuliskan



cerita



yang



menghubungkan kategori. Dalam lini cerita, peneliti bisa memeriksa bagaimana factor tertentu memengaruhi fenomena yang menuntun penggunaan strategi yang spesifik dan hasil tertentu. Pada tingkatan dasar, teori ini menyediakan penjelasan abstrak bagi proses yang diteliti. 7. Akhirnya peneliti boleh mengembangkan dan memotret secara visual matriks condisional yang menyingkap kondisi ekonomi, historis, dan sosial memengaruhi fenomena sentral. 8. Hasil proses pengumpulan data dan analisis adalah sebuah teori, sebuah teori tingkat substantif, ditulis oleh peneliti yang dekat kepada masalah spesifik atau populasi orang. Theori muncul dengan bantuan proses pencatatan, sebuah proises dimana peneliti menuliskan idenya tentang teori yang berkembang secara gradual melalui proses pengkodean terbuka, axial dan selektif.



C. Etnografi 1. Sejarah Lahirnya Metode Etnografi Penelitian etnografi mulai populer sejak tahun 70-an (John Van Maanen, 1996). Sebagai sebuah netocle yang dikembangkan dalam bidang antropologi, etnografi digunakan oleh dua disiplin ilmu yang saling terkait, yaitu sosiolinguistik dan antropologi bahasa. Perbedaan keduanya berakar dari sejarahnya. Antropologi bahasa merupakan satu dari empat sub disiplin dari ilmu antropologi seperti yang diidentifikasi oleh Boas dan teman-temannya pada awal abad dua puluh (Duranti:13). Sedangkan sosiolinguistik berasal dari dialektologi yang berkembang pada akhir tahun 50-an. Kedekatan kedua disiplin ilmu tersebut terjadi antara tahun 60-an sampai tahun 70-an melalui usaha-usaha untuk menggabungkannya dalam satu wadah seperti yang diusulkan Dell Hymes 'language use'. Ini terdapat dalam koleksi Gumperz dan Hymes tahun 1964, di mana Hvmes meramu bidang yang diberi nama etnografi komunikasi.



2. Pengertian Etnografi Istilah etnografi berasal dari kata Yunani ethnos yang berarti 'orang' dan graphein yang berarti 'tulisan'. Istilah itu kemudian diartikan sebagai sejenis tulisan yang menggunakan bahan-bahan dari penelitian lapangan untuk menggambarkan kebudayaan manusia. Menurut Spradley (1980: 6-8) kebudayaan merupakan seluruh pengetahuan yang dipelajari manusia dan digunakan untuk menginterpretasi pengalaman dan membentuk tingkah laku, dan ethrografi merupakan penelitian yang membahas kebudayaan, baik yang eksplisit maupun implisit. Etnografi adalah deskripsi tertulis mengenai organisasi sosial, aktivitas sosial, simbol dan sumber material dan karakteristik praktik interpretasi suatu kelompok manusia tertentu. (Duranti, 1997: 85). Secara bahasa, etnografi berarti potret suatu masyarakat. Menurut Marvin Harris and Orna Johnson (/.000), penelitian etnografi adalah gambaran tertulis tentang suatu budaya, yaitu adat, kepercayaan, dan perilaku- berdasarkan pengamatan peneliti yang terjun langsung ke lapangan. Etnografi adalah metode penelitian sosial yang tergantung sepenuhnya pada pengamatan peneliti secara dekat sehingga ia perlu membekali diri dengan kemampuan bahasa, budaya, dan pengetahuan mendalam tentang wilayah/bidang penelitian,dan penggunaan metode yang sesuai dengan tujuan penelitian.



Menurut Emzir (2008: 153-154), peneliti etnografer dapat dianalogikan dengan seorang penjela ah hutan. Tujuan utama si penjelajah bukanlah untuk menemukan sesuatu di dalam hutan tetapi membuat deskripsi suatu wilayah hutan tersebut (analog dengan tujuan etnografer—meneskripsikan sebuah wilayah kultural).



3. Objek Etnografi Objek etiografi adalah kebudayaan yang memiliki unsur ekplisit dan implisit. Penelitian tentang unsur-unsur kebudayaan yang eksplisit dapat dilakukan dengan mudah karena unsur-unsur kebudayaan seperti itu relatif terungkap oleh partisipan secara sadar. Sebaliknya, penelitian berhubungan dengan unsur-unsur kebudayaan yang implisit, yang tercipta dan dipahami secara tidak sadar oleh pemiliknya, maka data dan makna harus disimpulkan secara hati-hati berdasarkan penuturan dan tingkah laku para patisipan. Hal inilah yang membuat seorang etnografer perlu terlibat dalam kehidupan masyarakat yang diteliti dengan berperan sebagsi pengamat berparisipasi (participant-observer). Menulis tentang masyarakat, penulisannya mengacu pada studi deskriptif. Dalam perkembangannya, etnografi tidak hanya merupakan paparan saja, tanpa interpretasi. Roger M. Keesiig (1989: 250) mendefinisikannya sebagai pembuatan dokumentasi dan analisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Artinya, dalam mendeskripsikan sua u kebudayaan seorang etnografer juga menganalisis. Jadi, bisa disimpulkan bahwa etnografi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa, etnografi adalah metode riset yang menggunakan observasi langsung terhadap kegiatan manusia dalam konteks sosial dan budaya sehari-hari. Etnograli berusaha mengetahui kekuatan-kekuatan apa saja yang membuat manusa melakukan sesuatu. Objek etnografi adalah manusia dan kebudayaan baik secara eksp isit maupun implisit.



4. Jenis-Jenis Etnografi



Menurut Oreswell (2008: 475) penelitian etnografi memiliki beragam bentuk. Akan tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan adalah etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis. a. Etnografi Realis Etnografi realis merupakan pendekatan yang populer di kalangan antropolog. Pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi budaya para partisipan secara obyektif berdasarkan informasi yang diperoleh langsung dari para partisipan di lapangan penelitian dan dipaparkan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga (third person point of view). Tiga ciri khas etnografi realis menurut Creswell (2008: 475); Pertama, peneliti mengungkapkan laporan penelitiannya melalui pandang orang ketiga berdasarkan data yang diperolei melalui pengamatan atas partisipan dan pandangan-pandangan mereka. Peneliti tidak melihatkan refleksi peribadinya dan berupaya bertindak hanya sebagai peliput fakta-fakta. Kedua, peneliti memaparkan data-data obyektif dalam bentuk informasi yang terukur dan bebas dari bias, afiliasi politik, dan penilaian personal. Peneliti boleh mengikutsertakan data-data tentang kehidupan sehari-hari para partisipan yang disusun dalam kategori-kategori standar penggambaran kultural, seperti keluarga, sistem status, jaringa n-jarhgan sosial, dan lain-lain. Ketiga, peneliti mengungkapkan pandangan para partisipan melalui kutipan-kutipan penuturan mereka yang diedit tanpa merubah makna. Peneliti menyatakan interpretasinya tentang gambaran budaya yang diteliti pada bagian akhir laporan. b. Studi Kasus Sebagai sebuah bentuk etnografi, studi kasus didefinisikan sebagai "an in-depth exploration of a bounded system (e.g. an activity, event, process, or individuals) based on extensive collection" (Creswell, 2008: 476). Istilah "bounded" atau "terbatas" dalam definisi ini berarti bahwa 'kasus' yang diteliti terpisah dari hal-hal lain dalam dimensi waktu, temps t, dan batas-batas fisik tertentu. Artinya, hasil penelitian yang diperoleh hanya berlalu baci objek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasi pada objek lain meskipun masih sejenis. Dalam ilmu psikologi, studi kasus didefinisikan sebagai "an in-depth study of one person" (Wagner, 2009). Kebanyakan karya dan teori Freud dikembangkan berdasarkan berbagai studi kasus



terhadap individu yang dilakukan dengan menganalisis setiap aspek dan pengalaman hidup seseorang untuk menemukan pola-pola dan penyebab tingkah laku orang tersebut. Objek yang biasanya diteliti dengan prosedur ini memiliki karakteristik; kasus bisa berbentuk incividu tunggal, beberapa individu yang terpisah dalam sebuah kelompok khusus, sebuah program, peristiwa-peristiwa yang berhubungan erat, atau aktivitas-aktivitas. c. Etnografi Kritis Etnogiafi kritis merupakan pendekatan penelitian yang digunakan untuk membantu dsn



memberdayakan



kelompok-kelompok



masyarakat



yang



termarjinalisasi.



Etnografer kritis biasanya merupakan individu berpikiran politis yang, melalui penelitiannya, ingin memberikan bantuan melawan ketidakadilan dan penindasan. Etnografer kritis, misalnya, Disa meneliti sebuah sekolah yang memberi perlakuan istimewa terhadap siswa dari golongan tertentu, menciptakan situasi yang tidak mendukung bagi siswa dari kelompok tertentu, atau cenderung menganggap siswa laki-laki berpikiran lebih logis daripada siswa perempuan, dan sebagainya. Menurut Creswell (2008: 478) ciri khas etnografi kritis adalah sebagai berikut; 1) Etnografer kritis mempelajari isu-isu sosial tentang kekuasaan, pemberdayaan, ketidakadilan, dominasi, represi, hegemony, dan penindasan. 2) Penelitian diarahkan urtuk menghentikan marginalisasi terhadap individu-individu yang diteliti dengan cara bekerjasama, berpartisipasi aktif, menegosiasikan laporan akhir dengan para partisipan, dan memberikan bantuan atau perhatian ketika memasuki dan meninggalkan lapangan penelitian. 3) Ptnografer



kritis



menyadari



bahwa



interpretasinya



dipengaruhi



deh



kebudayaannya sendiri. Oleh karena itu, interpretasi tersebut bersifat tentatif, selalu dapat dipertanyakan, dan didasarkan pada pandangan para partisipan dari pembaca. 4) Etnografer kritis menempatkan dirinya sebagai pemberdaya para partisipan sehingga laporan penelitiannya memuat orientasi pada nilai-nilai, pemberdayaan partisipan melalui peningkatan otoritas, dan tantangan kepada status-quo.



Akibatrya, etnografer kritis tidak lagi bertindak sebagai pengamat objektif— seperti yang dilakukan etnografer realis. 5) Posisi etnografer kritis yang tidak netral memungkinkan baginya un:uk menyarankan perubahan dalam masyarakat agar kelompok-kelompok yang seama ini terpinggirkan tidak lagi dimarginalkan. 6) Laporan penelitian memuat data yang variatif, berjenjang, dan kontradiktif yang diperoleh dengan beragam metode. 5. Karakteristik Pokok Etnograf Mengingat begitu beragamnya ciri-ciri khas yang dimiliki masing-masing jenis etnografi seperti terlihat pada etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis, sulit menentukan karakteristik umum yang terdapat dalam semua jenis itu. Akan tetapi, untuk tujuan mengenal penelitian etnografi sehingga penelitian ini dapat dibedakan dari penelitian kualitatif lainnya, psmahaman terhadap ketujuh karakteristik berikut sudah sangat memadai. a. Tema-Tema Kultural Etnograler pada umumnya meneliti tema-tema budaya yang diadopsi dari bidang antropologi kultural. Dalam etnografi tema kultural didefinisikan sebagai sebuah pandangan umum yang didukung oleh sebuah masyarakat, baik secara langsung atau tersirat (Creswell, 2008: 480). Tujuan etnografer bukanlah mencari pola-pola tingkah laku, keyakinan yang mungkin sudah terlihat tetapi menambah pengetahuan tentang bagian-bagian dari kebudayaan dan meneliti tema-tema kebudayaan yang spesifik. b. Sebuah Kelompok Kuttural Etnograler umumnya meneliti suatu unsur budaya yang secara bersama-sama dimiliki sekelorrpok individu pada sebuah lapangan penelitian (seperti guru-guru bahasa Inggris SD di sebuah kecamatan, siswa sebuah kelas, sekelompok mahasiswa yang sedang melaksanakan PPL). Dengan demikian, partisipan yang diteliti biasanya terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh satu atau lebih unsur kebudayaan. Meskipun demikian, etnograf—khususnya studi kasus—bisa juga diterapkan kepada seorang individu (seperti seorang kepala sekolah, seorang penerjemah profesional, dan lain-lain).



c. Kepemilikan Bersama atas Pola-Pola Tingkah laku, Keyakinan, dan Bahasa Etnograer bertujuan menemukan pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang dimiliki/di adopsi secara bersama-sama oleh sekelompok individu dalam kurun waktu tertentu. Yang dimaksud dengan tingkah laku dalam etnografi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dalam sebuah latar kultural. Sedangkan keyakinan berhubungan dengan bagaimana individu berpikir atau memahami sesuatu dalam sebuah latar kultural. d. Deskripsi, Tema-Tema, dan Interpretasi Perbedaan antara deskripsi dan tema kadang kadang sulit dibuat. Yang dapat dijadikan untuk menentukan tema adalah bahwa tema dihasilkan dari interpretasi atas fakta-fakta tentang orang dan aktivitas. Fungsi tema adalah untuk membuat informasi atau fakta bermakna. Dailam etnografi, tema-tema yang dihasilkan selalu mengungkapkan pola-pola tingkah laku, pikiran, atau bahasa yang dimiliki secara bersama-sama oleh para partisipan. e. Penelitian Lapangan Penelitan lapangan dalam konteks etnografi berarti peneliti menjaring data di lokasi tempat partisipan dan pola-pola kultural yang diteliti berada. Etnografer menjaring data dengan cara tinggal bersama dengan para partisipan untuk mengamati bagaimana mereka pola-pola yang mereka gunakan ketika bekerja, bersantai, beribadah, dan lainlain. Untuk nremeroleh pemahaman yang lebih mendalam, peneliti bisa turut serta bekerja, bermain, atau beribadah dengan para partisipan. Bukan tidak mungkin seorang etnografer yang sedang meneliti sistem pernikahan di sebuah komunitas juga menikahi salah seorang partisipan untuk memeroleh pemahaman yang mendalam. f. Konteks atau Latar Dalam etnografi, konteks berarti latar, situasi, atau lingkungan yang menaungi kelompok individu yang ditelili. Konteks ini dibentuk oleh berbagai unsur yang saling berhubungan, sepeiti sejarah, agama, politik, ekonomi, dan lingkungan sekitar. Konteks bisa berbentuk sebuah lokasi fisik (seperti wilayah sebuah desa, gedunggedung sebuah sekolah, warna tembok sebuah ruangan kelas, dan sebagainya), konteks historis para individu dalam kelompok dimaksud (seperti pengalaman sekelompok prajurit selama menjalani latihan perang di sebuah hutan), kondisi sosial



(seperti mobilitas perpindahan antar provinsi stalus profesonalisme, dan lain sebagaimya, atau kondisi ekonomi (seperti tingkatan penghasilan atau sistem distribusi penghasilan yang tidak dapat merubah nasib kaum miskin. g. Refleksivitas Peneliti Dalam etnografi, refleksivitas merujuk pada kesadaran dan keterbukaan peneliti utuk membahas bagaimana dia dapat menjalankan perannya sambil tetap menghargai dan menghormati lapangan dan para partisipan. Karena penelitian etnografi menuntut peneliti tinggal dalam jangka waktu yang relatif lama di lapangan, peneliti harus memikirkan dampaknya terhadap lapangan dan para partisipan. Itulah sebabnya mengapa peneliti harus berregoisasi dengan orang-orang penting di lapangan ketika akan memasuki lapangan itu.



6. Prosedur Penelitian Etnografi



Gambar 1: Siklus Penelitian Etnografi (Spradley, 1990: 29)



KESIMPULAN 



Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi , tindakan, dll. secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.







Metodologi teori dasar (grounded theory methodology/GTM) menurut Manteufful dalam Emzir (2010: 191) adalah suatu metode analisis komparatif yang umum untuk menemukan teori dengan empat kriteria, yaitu kerja (umum), relevansi (dimengerti), cocok (valid), dan dapat dimodifikasi (dikendalikan).







Pendekatan teori dasar adalah suatu metode penelitian kualitatif yang menggunakan suatu prosedur yang sistematis untuk mengembangkan teori secara induktif yang memperoleh teori dasar tentang suatu fenomena.







Penelitian etnografi mulai populer sejak tahun 70-an, etnografi digunakan oleh dua disiplin ilmu yang saling terkait, yaitu sosiolinguistik dan antropologi bahasa. Kedekatan kedua disiplin ilmu tersebut terjadi antara tahun 60-an sampai tahun 70-an melalui usahausaha untuk menggabungkannya dalam satu wadah seperti yang diusulkan Dell Hymes 'language use'. Ini terdapat dalam koleksi Gumperz dan Hymes tahun 1964, di mana Hvmes meramu bidang yang diberi nama etnografi komunikasi.







Etnografi adalah metode riset yang menggunakan observasi langsung terhadap kegiatan manusia dalam konteks sosial dan budaya sehari-hari. Etnograli berusaha mengetahui kekuatan-kekuatan apa saja yang membuat manusa melakukan sesuatu.







Objek etnografi adalah manusia dan kebudayaan baik secara eksp isit maupun implisit.







Jenis-Jenis Etnografi utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan adalah etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.







Karakteristik Pokok Etnograf sebagai berikut; 1. Tema-Tema Kultural 2. Sebuah Kelompok Kuttural 3. Kepemilikan Bersama atas Pola-Pola Tingkah laku, Keyakinan, dan Bahasa 4. Deskripsi, Tema-Tema, dan Interpretasi 5. Penelitian Lapangan



6. Konteks atau Latar 7. Refleksivitas Peneliti



LATIHAN SOAL Pilihan Ganda 1. Penelitian kualitatif adalah… A. Penelitian yang menuntut peneliti melakukan pengkajian secara sistematik, mendalam, dan bermakna. B. Penelitian yang menuntut peneliti melakukan pengkajian tidak secara sistematik, mendalam, dan bermakna C. Penelitian yang menuntut peneliti melakukan pengkajian secara sistematik, tidak mendalam, dan bermakna D. Penelitian yang menuntut peneliti melakukan pengkajian secara sistematik, mendalam, dan tidak bermakna E. Penelitian yang tidak menuntut peneliti melakukan pengkajian secara sistematik, mendalam, dan bermakna 2. Hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegang pada 4 prinsip atau kriteria, yaitu… A. creativity, dependability, corfirmability, dan transferability B. credibility, dependability, corfirmability, dan transferability. C. credibility, dependability, comfortability, dan transferability D. credibility, independability, corfirmability, dan transferability E. credibility, dependability, corfirmability, dan transparantability 3. Prinsip dependabilitas merujuk pada… A. Apakah hasil penelitian memiliki keberagaman atau kreativitas B. Apakah hasil penelitian memiliki keabsahan atau konfirmasi C. Apakah hasil penelitian memiliki keandalan atau reliabilitas. D. Apakah hasil penelitian memiliki keandalan atau transferabilitas E. Apakah hasil penelitian memiliki keandalan atau unreliabilitas 4. Pendekatan teori dasar adalah suatu metode penelitian kualitatif yang… A. Tidak menggunakan suatu prosedur yang sistematis untuk mengembangkan teori secara induktif yang memperoleh teori dasar tentang suatu fenomena B. Menggunakan suatu prosedur yang tidak sistematis untuk mengembangkan teori secara induktif yang memperoleh teori dasar tentang suatu fenomena



C. Menggunakan suatu prosedur yang sistematis untuk mengembangkan teori tidak secara induktif yang memperoleh teori dasar tentang suatu fenomena D. Menggunakan suatu prosedur yang sistematis untuk mengembangkan teori secara induktif yang memperoleh teori dasar tentang suatu fenomena. E. Menggunakan suatu prosedur yang sistematis untuk mengembangkan teori secara induktif yang tidak memperoleh teori dasar tentang suatu fenomena 5. Grounded theory digunakan ketika… A. Peneliti tidak memerlukan teori yang luas atau menjelaskan sebuah proses B. Peneliti memerlukan teori yang tidak luas atau menjelaskan sebuah proses C. Peneliti memerlukan teori yang luas atau tidak menjelaskan sebuah proses D. Peneliti memerlukan teori yang tidak luas atau tidak menjelaskan sebuah proses E. Peneliti memerlukan teori yang luas atau menjelaskan sebuah proses. 6. Salah satu ciri utama grounded theory adalah… A. Peneliti berusaha untuk mengembangkan teori tentang proses atau aksi pada subyek penelitian. B. Peneliti tidak berusaha untuk mengembangkan teori tentang proses atau aksi pada subyek penelitian C. Peneliti berusaha untuk tidak mengembangkan teori tentang proses atau aksi pada subyek penelitian D. Peneliti tidak memfokuskan pada proses atau aksi yang memiliki tahapan atau fase khas yang terjadi sepanjang waktu E. Peneliti memfokuskan pada proses atau aksi yang tidak memiliki tahapan atau fase khas yang terjadi sepanjang waktu 7. Dua pendekatan popular terhadap grounded theory adalah… A. Prosedur sistematis milik Strauss dan Creswell, dan pendekatan konstruktivis oleh Charmaz B. Prosedur sistematis milik Strauss dan Corbin, dan pendekatan konstruktivis oleh Charmaz. C. Prosedur sistematis milik Strauss dan Corbin, dan pendekatan konstruktivis oleh Creswell



D. Prosedur sistematis milik Strauss dan Darwis, dan pendekatan konstruktivis oleh Charmaz E. Prosedur sistematis milik Strauss dan Corbin, dan pendekatan konstruktivis oleh Darwis 8. Etnograf realis adalah .... A. kelompok khusus, sebuah program, peristiwa-peristiwa yang tidak memiliki kolerasi. B. kelompok khusus, sebuah program, peristiwa-peristiwa yang memiliki kolerasi. C. kelompok umum, sebuah program, peristiwa-peristiwa yang tidak memiliki kolerasi. D. kelompok umum, sebuah program, peristiwa-peristiwa yang memiliki kolerasi. E. kelompok umum, sebuah program, peristiwa-peristiwa yang tidak memiliki hubungan aktivitas. 9. Refleksivitas Peneliti adalah .... A. Ketidak sadaran peneliti dalam menjalankan perannya dilapanagan. B. Ketidak sadaran subjek peneliti dalam menjalankan perannya dilapangan. C. Kesadaran peneliti dalam menjalankan perannya dilapangan. D. Kesadaran subjek peneliti dalam menjalankan perannya dilapangan. E. Ketidak sadaran peneliti dan subjek peneliti dalam menjalankan perannya dilapangan. 10. Yang dimaksud tingkah laku dalam penelitian metode etnograf adalah .... A. Tindakan yang dilakukan oleh setiap individu dalam sebuah latar kultural. B. tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam sebuah latar kultural. C. tindakan yang dilakukan oleh objek peneliti dalam sebuah latar kultural. D. tindakan yang dilakukan oleh pihak luar atau pihak pendukung dalam sebuah latar kultural. E. tindakan yang dilakukan oleh observer dalam sebuah latar kultural.



Essay 1. Sebutkan karakteristik penelitian kualitatif! Jawab: a. Menggunakan pola berpikir induktif (empiris – rasional atau bottomup). Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounded theory, yaitu teori yang timbul dari data bukan dari hipotesis seperti dalam metode kuantitatif. Atas



dasar itu penelitian bersifat generating theory, sehingga teori yang dihasilkan berupa teori substansif. b. Perspektif emic/partisipan sangat iutamakan dan dihargai tinggi. Minat peneliti banyak tercurah pada bagaimana persepsi dan makna menurut sudut pandang partisipan yang diteliti, sehingga bias menemukan apa yang disebut sebagai fakta fenomenologis. c. Penelitian kualitatif tidak menggunakan rancangan penelitian yang baku. Rancangan pene-litian berkembang selama proses penelitian. d. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami, mencari makna di balik data, untuk menemukan kebenaran, baik kebenaran empiris sensual, empiris logis, dan empiris logis. e. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, sumber data yang dibutuhkan, dan alat pengumpul data bisa berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. f. Pengumpulan data dilakukan atas dasar prinsip fenomenologis, yaitu dengan memahami secara mendalam gejala atau fenomena yang dihadapi. g. Peneliti berfungsi pula sebagai alat pengumpul data sehingga keberadaanya tidak terpisahkan dengan apa yang diteliti. h. Analisis data dapat dilakukan selama penelitian sedang dan telah berlangsung. i. Hasil penelitian berupa deskripsi dan interpretasi dalam konteks waktu serta situasi tertentu. 2. Jelaskan mengenai tingkat hasil kepercayaan penelitian kualitatif yaitu credibility! Jawab: Credibility atau prinsip kredibilitas menunjuk pada apakah kebenaran penelitian kualitatif dapat dipercaya, dalam maknadapat mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk memenuhi criteria ini peneliti perlu melakukan trianggulasi, member check, wawancara atau pengamatan secara terus menerus hingga mencapai tingkat redundancy. Secara lebih spesifik, kredibilitas hasil penelitian kualitatif dapat dicapai dengan beberapa cara, yaitu : 1) Peneliti tinggal cukup lama pada situasi penelitian; 2) Observasi dilakukan secara berlanjut dan cermat; 3) Melihat fenomena dari berbagai sudut pandang;



4) Diskusi dengan sejawat; 5) Analisis kasus negatif. 3. Jelaskan ciri utama Grounded Theory! Jawab: 1) Peneliti memfokuskan pada proses atau aksi yang memiliki tahapan atau fase khas yang terjadi sepanjang waktu. Karena itulah studi Grounded theory meneliti “gerakan” atau aksi yang berusaha dijelaskan oleh peneliti. Misalnya: proses yang “mengembangkan program pendidikan umum” atau proses yang “mendukung staf pengajar (dosen) untuk menjadi para peneliti yang baik”. 2) Peneliti berusaha untuk mengembangkan teori tentang proses atau aksi pada subyek penelitian. Kalau merujuk pada literature yang ada, banyak definisi tentang teori, namun secara umum teori adalah suatu penjelasan tentang sesuatu atau pemahaman yang dikembangkan oleh peneliti. Dalam riset Grounded theory kategori teoritis yang dirangkai untuk memperlihatkan bagaimana mereka melakukan aktivitas. Creswell mencontohkan tori tentang dukungan bagi dosen dapat diperlihatkan bagaimana staf pengajar didukung sepanjang waktu, oleh sumber daya yang spesifik, oleh aksi yang spesifik yang dilakukan oleh individu, dengan hasil individual yang meningkatkan kemempuan riset dari seorang anggota staf pengajar. 3) Peran catatan lapangan menjadi bagian dari pengembangan teori ketika peneliti menuliskan ide berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis. Dalam memo ini ide tersebut berusaha untuk merumuskan proses yang sedang dilihat oleh peneliti dan untuk mengambar aliran dari proses yang diamati. 4) Ujung tombak penelitian ini dalam mengumpulkan data adalah dengan wawancara yang penelitinya secara konstan membandingkan data yang dikumpulkan dari para partisipan dengan ide tentang teori baru. Prosesnya adalah bolak-balik menemui para partisipan, mengumpulkan wawancara baru, dan kemudian kembali pada teori baru tersebut untuk mengisi kesenjangan dan untuk menjabarkan bagaimana prosesnya bekerja. 5) Analisis data dapat distrukturkan dan mengikuti pola pengembangan kategori terbuka, memilih satu kategori untuk menjadi focus dari teori tersebut, dan



kemudian memperinci kategori tambahan (coding aksial) untuk membentuk model teoritis. Perpotongan ari kategori tersebut menjadi teori (disebut coding selektif). Teori ini dapat disajikan sebagai diagram, sebagai proposisi (atau hipotesis), atau sebagai pembahasan. Analisis data dapat saja tidak terstruktur dan didasarkan pada pengembangan teori dengan menyusun makna implisit dari kategori. 4. Jelaskan tipe kajian Grounded Theory menurut Charmaz! Jawab: Bentuk kedua dari pendekatan grounded theory adalah ditemukan dalam tulisan konstruktivis milik Charmaz. Charmaz menyokong perspektif konstruktivis sosial yang melibatkan penekanan dunia lokal yang beragam, realitas majemuk, dan kompleksitas dunia tertentu, pandangan, dan aksi. Charmaz dalam Creswell, menempatkan penekanan yang lebih terhadap pandangan, nilai, kepercayaan, perasaan, asumsi, dan ideologi individu daripada metode penelitian, meski ia mendeskripsikan sungguh-sungguh praktik pengumpulan data yang kaya, pengkodekan data, pencatatan menggunakan sampel secara teoritis. 5. Sebutkan prosedur percobaan penelitian dengan menggunakan metode Etnograf ? Jawab: a. Pemilihan Proyek Etnografi b. Pengajuan Pertanyaan c. Pengumpulan Data d. Perekaman Data e. Analisis Data f. Penulisan Laporan



DAFTAR PUSTAKA Creswell, John W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Oulitative Research. New Jersey: Prentice Hall. Emzir. 2010. Metodoloai Penelilan Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT Raja Giafindo Perkasa. Hanifah, Ninip. 2010. Penelitian Etnografi Dan Penelitian



Grounded Theory.Pdf



Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Spradley, J. 1997. Merode Etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. Sudarwan Danim



dan



Darwis



(2003)



Metode Penelitian Kebidanan: Prosedur,



Kebijakan, dan Etik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.