Penelitian Kualitatif Grounded Theory [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas



: Riset Keperawatan



Dosen



: Ns. Sapriadi. S, S.Kep, M.Kes



PENELITIAN KUALITATIF GROUNDED THEORY



OLEH KELOMPOK 3 EPIFANIA DENGU FANI FIONITA MARIA KAMELIA KOTEN REINELDA SAMUEL THERESIA KELAS : VII B



SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN ( STIK ) FAMIKA MAKASSAR 2016



KATA PENGANTAR



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….. A. Latar Belakang…………………………………………………………………… B. Tujuan……………………………………………………………………………. BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………... A. Pengertian Graunded Theory…………………………………………………….. B. Sejarah Graunded Theory………………………………………………………... C. Ciri – Ciri Penelitian Grounded Theory…………………………………………. D. Prinsip – Prinsip Grounded Theory……………………………………………… E. Langkah – Langkah Penelitian Grounded Theory………………………………. F. Kelemahan Dan Kelebihan Grounded Theory…………………………………... BAB III PENUTUP……………………………………………………………………… A. Kesimpulan……………………………………………………………………….. B. Saran……………………………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penelitian pada hakekatnya adalah suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang diperoleh dari penelitian terdiri dari fakta, konsep, generalisasi dan teori yang memungkinkan manusia dapat memahami fenomena dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Masalah penelitian dapat timbul karena adanya kesulitan yang mengganggu kehidupan manusia atau semata-mata karena dorongan ingin tahu sebagai sifat naluri manusia. Secara garis besar dibedakan dua macam penelitian yaitu, penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Keduanya memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda. Pembahasan yang akan dikaji di dalam makalah ini adalah penelitian kualitatif grounded theory. Penelitian Grounded Theory adalah metode penelitian kualitatif yang menggunakan



sejumlah



prosedur



sistematis



yang



diarahkan



untuk



mengembangkan teori berorientasi tindakan, interaksi, atau proses dengan berlandaskan data yang diperoleh dari lapangan. Grounded Theory atau teori dasar merupakan salah satu model pendekatan yang sedang berkembang sangat pesat beberapa tahun terakhir ini, baik dari sisi kuantitas maupun bidang studi yang menggunakannya, dari yang semula di bidang sosiologi saja sekarang sudah berkembang ke bidang-bidang lain, seperti pendidikan, ekonomi, antropologi, psikologi, bahasa, komunikasi, politik, sejarah, agama dan sebagainya. Di dalam makalah ini penulis akan membahas konsep-konsep pokok tentang Penelitian Grounded Theory, yang diawali dengan mengemukakan pengertian, ciri-ciri penelitian grounded theory, prinsip-prinsip grounded teori, metode pengumpulan data pada grounded theory, kelebihan dan kelemahan penelitian grounded theory, proses analisis data dalam grounded theory dan diakhiri dengan kesimpulan yang didasarkan pada pemaparan-pemaparan sebelumnya.



BAB II PEMBAHASAN



A. PENGERTIAN 



Menurut Strauss dan Corbin, grounded theory adalah teori yang diperoleh dari hasil pemikiran induktif dalam suatu penelitian tentang fenomena yang ada. Grounded theory ini ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan melalui pengumpulan data secara sistematis dan analisis data yang terkait dengan fenomena tersebut. Oleh karena itu kumpulan data, analisis dan teori saling mempengaruhi satu sama lain. Peneliti tidak mulai dengan suatu teori kemudian membuktikannya, tetapi memulai dengan melakukan penelitian dalam suatu bidang, kemudian apa yang relevan dengan bidang tersebut dianalisis.







Menurut



Barney Glaser dan Anselm Strauss SGrounded Theory



merupakan metode ilmiah, karena prosedur kerjanya yang dirancang secara cermat sehingga memenuhi kriteria metode ilmiah. Kriteria yang dimaksud adalah adanya signikansi, kesesuaian antara teori dan observasi, dapat digeneralisasikan, dapat diteliti ulang, adanya ketepatan dan ketelitian, serta bisa dibuktikan. 



Grounded theory adalah suatu yang bersifat konseptual atau teori sebagai hasil pemikiran induktif dari data yang dihasilkan dalam penelitian mengenai suatu fenomena. Atau suatu teori yang dibangun dari data suatu fenomena dan dianalisis secara induktif, bukan hasil pengujian teori yang telah ada. Untuk menganalisis data secara induktif diperlukan kepekaan teori (theoretical sensitivity).



B. SEJARAH GROUNDED THEORY Penelitian Grounded Theory dikembangkan pertama kali pada tahun 1960-an oleh dua ahli sosiologi, Barney Glaser and Anselm Strauss, berdasarkan penelitian yang mereka lakukan pada pasien-pasien berpenyakit akut di Rumah Sakit Universitas California, San francisco. Glaser dari Universitas Columbia yang desertasi doktornya (1961) tentang karir professional para ilmuan. Penelitian untuk desertasinya ini menggunakan



pendekatan kualitatif terhadap data sekunder. Glaser sangat terpengaruh oleh pola



kerja



pikiran



induktif



(baik



kualitatif



maupun



kuantitatif)



yang



dikembangkan oleh Paul Lazarsfeld dan koleganya. Disertasi Gleser di bimbing oleh Robert K. Merton yang menjadi murid Talcott Persons. Setelah lulus program doktornya, Gleser bergabung dengan university of California Medical Center di San Fransisco, tempat ia kemudian bertemu dengan Anselm L. Strauss (sosiolog) yang menyelesaikan program doktornya (1945) di University of Cicago. Strauss cenderung untuk berkonsentrasi dalam menentukan prosedur dalam mengaplikasikan pendekatan. Sedangkan Gleser menentang perubahan apapun dari gagasan awalnya. Dua versi grounded theory kemudian muncul, straussian dan glaserian. Catatan-catatan dan metode penelitian yang digunakan dipublikasikan dan menarik minat banyak orang untuk mempelajarinya. Sebagai respon, Glaser dan Strauss menerbitkan The Discovery of Grounded Theory (1967), buku yang menjelaskan prosedur metode Grounded Theory secara terperinci. Hingga saat ini, buku ini diterima sebagai peletetak konsep-konsep mendasar Grounded Theory. C. CIRI – CIRI PENELITIAN GROUNDED THEORY Ciri - ciri grounded heory sebagaimana penjelasan Strauss dan Corbin adalah sebagai berikut : 1. Grounded theory dibangun dari data tentang suatu fenomena, bukan suatu hasil pengembangan teori yang sudah ada. 2. Penyusunan teori tersebut dilakukan dengan analisis data secara induktif bukan secara deduktif seperti analisis data yang dilakukan pada penelitian kuantitatif. 3. Agar penyusunan teori menghasilkan teori yang benar maka harus dipenuhi 4 (empat) kriteria yaitu: a. Cocok (fit), yaitu apabila teori yang dihasikan cocok dengan kenyataan sehari-hari sesuai bidang yang diteliti. b. Dipahami



(understanding),



yaitu



apabila



teori



yang



dihasilkan



menggambarkan realitas (kenyataan) dan bersifat komprehensif, sehingga dapat dipahami oleh individu-individu yang diteliti maupun oleh peneliti.



c. Berlaku umum (generality), yaitu apabila teori yang dihasilkan meliputi berbagai bidang yang bervariasi sehingga dapat diterapkan pada fenomena dalam konteks yang bermacam-macam. d. Pengawasan (controll), yaitu apabila teori yang dihasilkan mengandung hipotesis-hipotesis yang dapat digunakan dalam kegiatan membimbing secara sistematik untuk mengambil data aktual yang hanya berhubungan dengan fenomena terkait. 4. Kemampuan peneliti untuk memberi makna terhadap data sangat diperngaruhi oleh kedalaman pengetahuan teoretik, pengalaman dan penelitian dari bidang yang relevan dan banyaknya literatur yang dibaca. Hal-hal tersebut menyebabkan si peneliti memiliki informasi yang kaya dan peka atau sensitif terhadap kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa dalam fenomena yang diteliti. D. PRINSIP – PRINSIP GROUNDED THEORY Prinsip-prinsip grounded theory dikatakan sebagai metode ilmiah meliputi sebagai berikut: 1. Perumusan masalah Pemilihan dan perumusan masalah merupakan pusat terpenting dari suatu penelitian ilmiah. Dengan memasukkan semua batasan dalam perumusan masalah, masalah tersebut memungkinkan peneliti untuk mengarahkan penyelidikan secara efektif dengan menunjukkan jalan ke pemecahan itu sendiri. Dalam pengertian nyata, masalah adalah separuh dari pemecahan. 2. Deteksi fenomena Fenomena stabil secara relatif, ciri umum yang muncul dari dunia yang kita lihat untuk dijelaskan. Yang lebih menarik, keteraturan penting yang dapat dibedakan ini kadang-kadang disebut “efek”. Fenomena meliputi suatu cakupan ontologis yang bervariasi yang meliputi objek, keadaan, proses dan peristiwa, serta ciri-ciri lain yang sulit digolongkan. 3. Penurunan teori (theory Generation) Menurut Gleser dan Strauss, grounded theory dikatakan muncul secara induktif dari sumber data sesuai dengan metode “constant comparison” atau perbandingan tetap. Sebagai suatu metode penemuan, metode perbandingan tetap merupakan campuran pengodean sistematis, analisis data, dan prosedur



sampling teoritis yang memungkinkan peneliti membuat penafsiran pengertian dari sebagian besar pola yang berbeda dalam data dengan pengembangan ideide teoritis pada level abstraksi yang lebih tinggi. 4. Pengembangan teori Gleser dan Strauss memegang suatu perspektif dinamis pada konstruksi teori. Ini jelas dari klaim mereka bahwa strategi analisis komparatif untuk pnurunan teori meletakkan suatu tekanan yang kuat pada teori sebagai proses; yaitu, teori sebagai satu kesatuan yang pernah berkembang, bukan sebagai suatu produk yang sempurna. 5. Penilaian teori (Theory Appraisal) Gleser dan Strauss menjelaskan bahwa ada yang lebih pada penilaian teori daripada pengujian untuk kecukupan empiris. Kejelasan, konsistensi, sifat hemat, kepadatan, ruang lingkup, pengintegrasian, cocok untuk data, kemampuan menjelaskan, bersifat prediksi, harga heuristik, dan aplikasi semua itu disinggung sebagai kriteria penilaian yang bersangkutan. 6. Grounded theory yang direkonstruksi. Sama halnya konstruksi suatu makalah yang merupakan kelengkapan suatu penelitian dibandingkan perhitungan naratif penelitian tersebut, maka rekonstruksi filosofis metode merupakan konstruksi yang menguntungkan. Prinsip˗prinsip utama dari model penelitian Grounded Theory menurut Charmaz (2006) yang dikuti oleh Pickard (Pickard, 2007: 157) adalah: 1. Pertanyaan penelitian 2. Pengumpulan dan analisa data secara terus menerus 3. Melakukan proses sampling hingga membangun teori 4. Membangun kategori data dari data empiris 5. Mengembangkan teori pada setiap langkah pengumpulan dan analisa data 6. Melakukan “memo writing” sebagai cara untuk meningkatkan teori E. LANGKAH – LANGKAH PENELITIAN GROUNDED THEORY 1. Langkah Teoretisasi Penelitian Grounded Karena tujuan akhir penelitian Grounded ialah untuk menghasilkan teori berdasarkan data, maka terdapat tiga langkah penting untuk menghasilkan teori tersebut, yaitu:



a. Konseptualisasi adalah langkah memahami data secara jeli untuk melahirkan konsep. Caranya, semua data dibaca dengan cermat untuk diperoleh kata-kata kunci. Dari kata-kata kunci akan diperoleh label secara konseptual. Misalnya, konsep tentang “kepemimpinan”, “etos kerja”, “idealisme”, “reward and punishment” dan sebagainya. b. Kategorisasi konsep. Jika konsep berangkat dari pelabelan data dari katakata kunci, maka kategorisasi adalah tahap mengumpulkan konsep-konsep secara lebih abstrak. Langkah untuk memperoleh kategori adalah dengan cara mencari perbedaan dan persamaan masing-masing konsep. Data dengan ciri-ciri yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelompok kategori. Yang berbeda untuk sementara disingkirkan sambil mencari jika ada data yang memiliki ciri-ciri yang sama lagi dalam pembacaan data lebih lanjut. c. Melahirkan proposisi. Proposisi adalah pernyataan yang mengandung hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai atau benar atas sesuatu yang relevan dengan keadaan di lapangan. Penyusunan konsep, kategori, dan proposisi merupakan suatu keharusan untuk menghasilkan teori, sebagai tujuan akhir dari grounded research. 2. Pengumpulan data dan penyampelan teoritik Pada dasarnya instrumen pengumpul data penelitian Grounded Theory adalah peneliti sendiri. Dalam proses kerja pengumpulan data itu, ada 2 (dua) metode utama yang dapat digunakan secara simultan, yaitu observasi dan wawancara mendalam (depth interview). Metode observasi dan wawancara dalam Grounded Theory tidak berbeda dengan observasi dan wawancara pada jenis penelitian kualitatif lainnya. Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian Grounded Theory dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Paling tidak, pada Grounded Theory sangat ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life history) untuk melihat prosesnya serta ditujukan untuk menangkap hal-hal yang bersifat



kausalitas.



Seorang peneliti



Grounded Theory selalu



mempertanyakan “mengapa suatu kondisi terjadi?”, “apa konsekwensi yang timbul dari suatu tindakan/reaksi?”, dan “seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan konsekwensi itu berlangsung”?.



Sampel dalam Grounded Theory masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah populasi, melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara penyampelan teoritik. Penyampelan teoritik adalah pengambilan sampel berdasarkan konsep-konsep yang terbukti berhubungan secara teoritik dengan teori yang sedang disusun. Tujuannya adalah mengambil sampel peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran yang secara langsung menjawab masalah penelitian. Sebagai contoh, jika peneliti sedang meneliti “warna kuning” yang di dimensinya terdiri atas “intensitas corak” dan “kecerahan”, maka peneliti memutuskan untuk mendalami “intensitas corak” saja (tidak lagi membahas tentang ‘kecerahan”), berarti ia sudah melakukan penyampelan. Penegasan ini memberi makna, bahwa pada dasarnya yang di sampel itu bukan obyek formal penelitian (orang atau benda-benda), melainkan obyek material yang berupa fenomena-fenomena yang sudah dikonsepkan. Namun demikian, karena fenomena itu melekat dengan subyek (orang atau benda), maka dengan sendirinya obyek formal juga ikut di sampel dalam peroses pengumpulan atau penggalian fenomena. Sesuai dengan tahap pengkodean dan analisis data, penyampelan dalam Grounded Theory diarahkan dengan logika dan tujuan dari tiga jenis dasar prosedur pengkodean. Ada tiga pola penyampelan teoritik, yang sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan pengumpulan data antara lain : 1) Penyampelan Terbuka Penyampelan ini bertujuan untuk menemukan data sebanyak mungkin sepanjang berkenaan dengan rumusan masalah yang dibuat pada awal penelitian. Karena pada tahap awal itu peneliti belum yakin tentang konsep mana yang relevan secara teoritik, maka obyek pengamatan dan orangorang yang diwawncarai juga masih belum dibatasi. Data yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data awal inilah kemudian dianalisis dengan pengkodean terbuka. 2) Penyampelan Relasional dan Variasional Pada



penyampelan



relasional



dan



variasional



diupayakan



untuk



menemukan sebanyak mungkin perbedaan tingkat ukuran di dalam data. Hal pokok yang perlu pada penemuan perbedaan tingkat ukuran tersebut adalah proses dan variasi. Jadi, inti utama penyampelan di sini adalah



memilih subyek, lokasi, atau dokumen yang memaksimalkan peluang untuk memperoleh data yang berkaitan dengan variasi ukuran kategori dan data yang bertalian dengan perubahan. 3) Penyampelan Pembeda Penyampelan pembeda berkaitan dengan kegiatan pengkodean terpilih. Karena itu tujuan penyampelan pembeda di sini adalah penetapan subyek yang diduga dapat memberi peluang bagi peneliti untuk membuktikan atau menguji hubungan antarkategori. Ketentuan umum dalam Grounded Theory adalah melakukan penyampelan hingga pemenuhan teoritik bagi setiap kategori tercapai. Maksudnya, penyampelan dihentikan apabila; (a) tidak ada lagi data baru yang relevan, (b) penyusunan kategorinya telah terpenuhi; dan (c) hubungan antar kategori sudah ditetapkan dan dibuktikan. Dari keterangan tentang prinsip penyampelan di atas, pengambilan kesimpulan dalam penelitian Grounded Theory tidak didasarkan pada generalisasi, melainkan pada spesifikasi. Bertolak dari pola penalaran ini, penelitian Grounded Theory bermaksud untuk membuat spesifikasi-spesifikasi terhadap : a. Kondisi yang menjadi sebab munculnya fenomena, b. Tindakan/interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi itu, c. Konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari tindakan/interaksi itu. Jadi, rumusan teoritik sebagai hasil akhir yang ditemukan dari jenis penelitian ini tidak menjustifikasi keberlakuannya untuk semua populasi, seperti dalam penelitian kuantitatif, melainkan hanya untuk situasi atau kondisi tersebut. 3. Analisis Data Pada esensinya kegiatan pengumpulan dan analisis data dalam Grounded Theory adalah proses yang saling berkaitan erat, dan harus dilakukan secara bergantian (siklus). Kegiatan analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengkodean (coding). Pengkodean merupakan proses penguraian data, pengonsepan, dan penyusunan kembali dengan cara baru. Tujuan pengkodean dalam penelitian Grounded Theory adalah untuk menyusun teori, memberikan ketepatan proses penelitian, membantu peneliti mengatasi bias dan asumsi yang keliru, dan memberikan landasan, memberikan kepadatan makna, dan mengembangkan kepekaan untuk menghasilkan teori.



Terdapat dua prosedur analisis yang merupakan dasar bagi proses pengkodean, yaitu:



pembuatan



perbandingan



secara



terus-menerus



(the



constant



comparative methode of analysis) dan pengajuan pertanyaan. Analisis data dilakukan dalam tiga tahap antara lain : (a) Pengkodean Terbuka (Open Coding), Peneliti membentuk kategori awal dari informasi tentang fenomena yang dikaji dengan pemisahan informasi menjadi segmen-segmen. Di dalam setiap kategori, peneliti menemukan beberapa propertics, atau sub kategori, dan mencari data untuk membuat dimensi (to dimensionalize), atau memperlihatkan kemungkina ekstrem pada kontinum properti tersebut. (b) Pengkodean poros (axial coding), peneliti merakit data dalam cara baru setelah open coding. Rakitan data ini dipresentasikan menggunakan paradigma



pengkodean



atau



diagram



logika



dimana



peneliti



mengidentifikasi fenomena sentran (yaitu kategori sentral tentang fenomena), menjajaki kondisi kausal (yaitu ketegori yang mempengaruhi fenomena), menspesifikasikan strategi (yaitu tindakan atau interaksi yang dihasilkan dari fenomena sentral), mengidentifikasi konteks dan kondisi yang menengahinya (yaitu kondisi luas dan sempit yang mempengaruhi strategi), dan menggambarkan konsekuensi (yaitu hasil dari strategi) untuk fenomena ini. (c) Pengodean selektif (selective coding), peneliti mengidentifikasi “garis cerita” dan menulis cerita yang mengintegrasikan kategori dalam model pengodean poros. Dalam fase ini, proposisi bersyarat (coditional proposition) atau hipotesis biasanya disajikan. Menurut Strauss dan Corbin prosedur analisis dalam penelitian grounded theory yang disebutkannya sebagai proses pengodean (coding proces) dirancang sebagai berikut : a. Membangun daripada hanya mengetes teori b. Memberikan proses penelitian rigor ‘ketegasan’ yang diperlukan untuk membuat teori ilmu pengetahuan yang baik c. Membantu menganalisis untuk memecahkan melalui bias dan asumsi yang di bawa d. Melengkapi grounding, membangun pengungkapan, dan mengembangkan kepekaan serta integrasi yang diperlukan untuk melahirkan suatu yang besar, mempersempit jaringan, menjelaskan teori yang secara tertutup mendekati realitas yang mewakilinya.



4. Analisis Proses Menganalisis proses merupakan bagian penting dalam Grounded Theory. Yang dimaksud dengan analisis proses adalah pengaitan urutan tindakan /interaksi.



Kegiatan analisis ini terdiri dari penelusuran terhadap; (a)



perubahan kondisi, (b) respon (strategi aksi/interaksi) terhadap perubahan; (c) konsekuensi yang timbul dari respon, dan (d) penjabaran posisi konsekwensi sebagai bagian dari kondisi. Pada penelitian Grounded Theory, analisis proses bukan merupakan bagian dari tahapan kegiatan, tetapi sebagai cara untuk mempertajam analisis dalam pengkodean (khusus pada pengkodean terporos dan pengkodean terpilih). Hasil analisis proses itu juga perlu ditunjukkan dalam penulisan laporan penelitian. Maksud



analisis



proses



ini



adalah sebagai



cara untuk



menghidupkan data melalui penggambaran dan pengaitan tindakan/interaksi untuk mengetahui urutan dan atau rangkaian data. Dalam prakteknya, proses dapat dilihat sebagai pergerakan progresif dan dapat pula dilihat sebagai pergerakan nonprogresif. Kedua perspektif proses ini dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Proses sebagai pergerakan progresif. Jika proses dilihat sebagai pergerakan progresif, maka peneliti dapat mengkonsepkan data sebagai langkah-langkah, fase-fase, atau tahapan. Cara ini cukup baik untuk penelitian yang membahas tentang perkembangan, sosialisasi, transformasi mobilitas sosial, imigrasi, dan peristiwa sejarah. Hal penting yang perlu diingat di sini ialah bahwa kesemua unsur paradigma Grounded Theory harus berperan dalam menjelaskan rentang waktu dan variasinya, di mana keterkaitan atau hubungan-hubungan antar unsur tetap dapat dieksplisitkan. b. Proses sebagai pergerakan nonprogresif Bagaimanapun tidak semua fenomena terjadi secara kronologis, karena tidak jarang pula ditemukan fenomena yang tidak dapat dinyatakan sebagai langkah-langkah dan fase-fase progresif yang runtut. Untuk fenomena seperti ini, peneliti dianjurkan untuk menganalisis penggantian atau perubahan tindakan/interaksi yang terencana sebagai tanggapan atas perubahan kondisi.



Cara untuk menghasilkan teori dengan Grounded Theory terdiri dari lima fase yang harus di ikuti yaitu: desain penelitian, pengumpulan data, penyusunan data, analisis data, dan pembanding dengan literature. Dari lima fase tersebut, ada 9 langkah yang harus diikuti, meliputi:  Tinjauan ulang literatur teknisi  Memilih kasus  Membuat protocol pengumpulan data yang kuat  Masuk ke lapangan  Penyusunan data  Percontohan teoritis  Mencapai akhir penelitian  Pembanding teori yang muncul dengan literature yang telah ada



F. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN GROUNDED THEORY Berbagai kegiatan penelitian telah dilakukan dengan pendekatan grounded theory di berbagai disiplin ilmu telah dilakukan. Dari penjelasan para peneliti yang terlibat, terkesan bahwa penggunaan metode grounded theory terlalu memakan waktu yang lama. Hal ini dikarenakan adanya tuntutan metodologinya yang mengharuskan para peneliti untuk bersikap sangat teliti, dan rajin. Kualitas grounded theory seperti pada penelitian lain, selain ditentukan validitas, reliabilitas dan kredibilitas dari data, juga ditentukan oleh proses penelitian di mana teori dihasilkan serta beralasan empiris dari temuan atau teori yang dihasilkan. Ada tiga aspek yang membedakan Grounded Theory dengan pendekatan penelitian yang lain adalah sebagai berikut :  Peneliti mengikuti prosedur analisis sistematik dalam sebagian besar pendekatan.



Grounded



theory



lebih



terstruktur



dalam



prosese



pengumpulan data dan analisisnya, disbanding model riset kualitatif lain. meski strateginya sama ( misalnya analisis tematik terhadap transkip wawancara, observasi dan dokumen tertulis )  Peneliti memasuki proses riset dengan membawa sedikit mungkin asumsi. Ini berarti menjauhkan diri dari teori yang sudah ada.



 Peneliti tidak semata-mata bertujuan untuk menguraikan atau menjelaskan, tetapi juga mengonseptualisasikan dan berupaya keras untuk menghasilkan dan mengembangkan teori. Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian Grounded Theory dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Paling tidak, pada Grounded T heory sangat ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life history) untuk melihat prosesnya serta ditujukan untuk menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas.



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Grounded theory adalah suatu yang bersifat konseptual atau teori sebagai hasil pemikiran induktif dari data yang dihasilkan dalam penelitian mengenai suatu fenomena. Atau suatu teori yang dibangun dari data suatu fenomena dan dianalisis secara induktif, bukan hasil pengujian teori yang telah ada. Menurut Creswell pengumpulan data dalam studi grounded theory merupakan proses “zigzag”, keluar lapangan untuk memperoleh informasi, menganalisis data, dan seterusnya. Partisipan yang diwawancarai dipilih secara teoritis – dalam theoritical sampling untuk membantu peneliti membentuk teori yang paling baik. Proses analisis data dalam grounded theory meliputi: pengodean terbuka (open coding), pengodean poros (axial coding), pengodean selektif (selective coding), dan proposition. B. SARAN Penelitian dengan Grounded theory menuntut kualitas tertentu bagi peneliti pemula. Maka peneliti harus memiliki rasa percaya diri karena memang benarbenar mengerti. Kualitas dan kreatifitas serta wawasan yang luas harus dimiliki oleh seorang peneliti pemula. Adanya grounded theory ini membantu peneliti untuk keluar dari stagnasi teori. Semoga makalah mengenai Grounded Theory ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan untuk orang lain.



DAFTAR PUSTAKA



Burhan Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Muhammad Saekan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Kudus : Nora Media Enterprise Parlindungan Pardede. 2009. Penelitian Grounded Theory diakses melalui Amirin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian.Ed,I.,Cet.3.1995.Jakarta: PT.Raja Grafindo Bungin,Burhan. Metodologi Penelitian Sosial, Format-format kuantitatif dan kualitatif.2001.Surabaya: Airlangga University Press Creswell, John W. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qulitative Research. 2008.New Jersey: Prentice Hall. Daymon, Cristin, dan Holloway, Immy. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing Communication.2008. Yogyakarta: Bentang Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survai. 1989.Jakarta: LP3ES Salim, Agus. Teori dan Paradigma penelitian Sosial Agus Salim.2001. Yogyakarta: Tiara Wacana