Penerapan Games Dalam Literasi Fisik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENERAPAN GAMES DALAM LITERASI FISIK ANAK TAHAP MULTILATERAL SESUAI PRINSIP ONTOLOGI, EPISTOMOLOGI, DAN AKSIOLOGI Cukup Pahalawidi FIK Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Games merupakan bagian dari play dengan aturan, batasan ruang dan waktu, dan tujuan khusus. Games menjadi salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan literasi fisik bagi anak selaras dengan tumbuh kembang. Pembelajaran games untuk anak usia dini dalam tahapan olahraga prestasi masuk dalam tahap multilateral. Setiap anak/atlet muda perlu melaksanakan pengembangan berbagai keterampilan baik dari sisi kemampuan dasar motorik maupun gerak dasar keterampilan. Games multilateral untuk mengembangkan literasi fisik perlu diberikan dalam berbagai bentuk pembelajaran sesuai kategori agon, alea, mimikri, dan illink. Kegiatan games memberikan banyak manfaat pada diri anak, secara psikis, sosial, kebugaran tubuh, keterampilan, mengasah bakat yang dimiliki oleh anak sehingga dapat berkembang dengan optimal untuk bekal kehidupan selanjutnya. Selaras dengan pengembangan ontologi, epistomologi, aksiologi dalam filsafat olahraga. Kata kunci: Games, Literasi fisik, Multilateral, ontologi, epistomologi, aksiologi Pendahuluan Masa depan suatu bangsa adalah terletak pada anak mudanya. Kemampuan anak dalam menghadapi tantangan dimasa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh pengalaman pada tahap sebelumnya. Anak yang memiiki banyak pengalaman sesuai dengan masanya akan lebih mudah mencapai keberhasilan dalam kehidupan ditahap selanjutnya. Perlunya orang yang lebih dewasa mengarahkan anak usia dini untuk memiliki literasi fisik sesuai dengan tahapan usianya. Pengembangan literasi fisik menjadi dasar dalam pengembangan olahraga. IAAF 2009:26 Konsep pengembangan olahraga anak usia dini digunakan untuk memenuhi kebutuhan anak sebagai literasi fisik sesuai dengan masanya. Masa anak merupakan masa bermain, sehingga segala aktifitas pengembangan literasi fisik anak sebaiknya dibuat menyenangkan. Pengembangan anak pada faktor fisik dan faktor keterampilan sebaiknya selaras dengan faktor psikologi. Peranan perencanaan, pelaksanaan dan eveluasi pengembangan anak usia dini perlu mempertimbangkan psikologi anak. Tahap pondasi dalam bangunan olahraga prestasi untuk anak usia dini sebagai literasi fisik adalah tahap multilateral. Pembelajaran multilateral sasarannya meningkatkan kesehatan, memperoleh kemampuan motorik yang benar, sosial dan budaya. Pengembangan anak usia dini dengan aktifitas fisik adalah salah satu aspek yang digunakan untuk penguatan literasi fisik, peningkatan kebugaran, pengembangan mental dan membangun karakter. Pembinaan oalahraga usia dini berusaha menghindarkan terjadinya pertentangan individu secara langsung dengan kompetisi khusus cabang olahraga. Pembelajaran olahraga anak usia dini cocok menggunakan pendekatan play, games dan sport. Tahapan pembelajaran anak dengan tujuan literasi fisik akan mudah dicapai jika para guru, pelatih dan orang tua menggunakan tiga diatas dengan disesuaikan tahap perumbuhan dan perkembangan anak.



Kesempatan ini akan membahas pada pendekatan games pada pembelajaran gerak multilateral pada anak usia dini, sebagai sarana pengkayaan literasi fisik. Lebih khusus lagi bagaimana melihat games dari sudut pandang ontologi, epistomologi, dan aksiologi sehingga pembinaan multilateral dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Perlunya para orang dewasa yang membantu anak usia dini menggunakan games untuk meningkatkan kemampuan dan memberi tantangan agar semakin kaya akan literasi fisik. Literasi Fisik Literasi berasal dari bahasa latin littera yang memiliki pengertian sistem tulisan yang menyertainya. Literasi adalah hak asasi manusia yang fundamental dan pondasi untuk belajar sepanjang hayat. Hal ini penting sepenuhnya untuk pembangunan nasional dan manusia dalam kemampuannya untuk mengubah kehidupan (UNESCO, 2015). Margaret Whitehead merupakan orang yang memperkenalkan literasi fisik (physical lireasi) pada abad 21. Whitehead dalam Pramono (2017: 4) mendeskripsikan literasi fisik dengan memperluas pandangan dari UNESCO sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menginterprestasi, menciptakan, merespon secara efektif, dan mengkomunikasikan menggunakan dimensi ketubuhan manusia dalam cakupan luas situasi dan konteks. Literasi fisik merupakan kemampuan dasar atau fundamental dan berharga meliputi motivasi, percaya diri, kemampuan fisik, pengetahuan dan pemahaman seseorang yang terintegral sebagai gaya hidup. Penguasaan gerakan dasar manusia, keterampilan gerakan dasar, dan keterampilan olahraga dasar memungkinkan seorang anak menginterpretasikan lingkungan dan membuat keputusan yang tepat, memungkinkan mereka untuk bergerak dengan percaya diri dengan kontrol, dalam berbagai situasi aktivitas fisik. Literasi fisik adalah fondasi dari partisipasi dan kinerja jangka panjang dengan kemampuan terbaik seseorang. Literasi Fisik adalah landasan partisipasi dan keunggulan dalam aktivitas fisik dan olahraga. Idealnya, literasi fisik dikembangkan sebelum percepatan pertumbuhan remaja.



R., Barnett, L., & Dudley, D. (2017: 5) menyatakan bahwa “Physical literacy is recognised as the foundation of both lifelong participation and performance excellence in human movement and physical activity. To date, the consensus is that individuals who demonstrate good physical literacy are more likely to be active for life – although the true meaning of such an attribute, or set of attributes, has rarely been articulated”. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa lireasi fisik merupakan pondasi bagi seseorang dalam melakukan aktivitas sepanjang hidupnya dan mencapai prestasi kerja. Orang yang memiliki literasi fisik yang baik juga akan lebih aktif dengan percaya diri dan berkompeten dalam aktivitasnya. Pembelajaran Multilateral Anak Usia Dini Konsep pembelajaran multilateral adalah meningkatkan kebugaran, keterampilan sosial, dan menyediakan keterampilan pra-akademik. Gerak perlu disediakan untuk membuat mereka lebih sehat, bagaimana strategi agar anak bergerak. Tantangan dalam anak di era saat ini banyak anak yang tidak sehat karena kelebihan berat badan, terlalu banyak menonton tv, duduk di depan komputer, video games, dll (Lumintuarso 2019:12). Dalam pembelajaran gerak terdapat berbagai aspek sosial dalam kelompok/tim seperti: kerjasama, perjanjian dan kebaikan sesama. Anak usia dini dengan materi Learning to know, belajar untuk mengetahui, Learning to do, belajar untuk dapat melakukan, learning to life together, belajar untuk dapat hidup bersama. Pada masa ini anak mulai belajar pada lingkungan lebih luas dari keluarga. Pengenalan lingkungan dan budaya di sekitarnya menjadi salah satu pembelajaran anak usia dini. Karakter sosial masyarakat akan menjadi salah satu pembentuk karakter individu.



Pengembangan gerak merupakan kekuatan utama pada anak dalam mempersiapkan diri pada pengembangan akademik, sosial dan pengembangan pribadi.Dalam olahraga tersedia berbagai peristiwa seperti kehidupan mini. sehingga dikatakan bahwa gerak dan olahraga adalah miniatur kehidupan. “Olahraga membentuk karakter”, ini bukan sekedar asumsi atau slogan tetapi pada anak usia dini akan menjadi sarana efektif untuk penenanaman sikap dan jati diri. Peran orang dewasa sebagai pengajar dan pelatih dalam membantu siswa atau atletnya meningkatkan kenerja bukan sekedar meningkatkan kebugaran. Peran pengajar dalam membantu siswa memperoleh pengetahuan, sikap, keterampilan teknik dan kebugaran fisik. Faktor karakteristik yang mudahdiamati saat anak beraktifitas antara lain: 1. Gerakan benar dilakukan pada waktu yang tepat 2. Efektif dan efisien secara fisiologi, tindakan tidak tergesa-gesa dan terkoordinasi 3. Mampu melakukan dengan cepat dan tepat (akurasi) 4. Konsisten dan luwes 5. Tercapainya tujuan pembelajaran Teknis pembinaan anak usia dini materi dilakukan memenuhi Fundamental, gerak dasar yang dilakukan dengan menyenangkan. Setiap anak/atlet muda perlu melaksanakan pengembangan berbagai keterampilan baik dari sisi kemampuan dasar motorik maupun gerak dasar keterampilan. Kemampuan dasar motorik meliputi gerak lokomotor, non lokomotor dan manipulatif dan Kemampuan gerak dasar berbagai kecabangan olahraga Bagaimana seorang pemula bergerak dari tindakan awal, tidak pasti dan tidak akurat ke gerakan atlet elit yang sangat terampil dan efisien? Seperti semua pelatihan, proses pembelajaran keterampilan teknis merupakan proses jangka panjang. Pembina yang memahami faktor-faktor yang memengaruhi pembelajaran berada dalam posisi untuk mengajarkan keterampilan teknis di semua tingkatan dan usia. Tidak ada pengganti untuk pengalaman pembinaan praktis dan penerapan teori pembelajaran dalam membantu atlet untuk memperoleh keterampilan atletik Ontologi Play, Games, and Sport Play atau bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar (Hurlock, 1997). Menurut Smith and Pellegrini (2008) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara menyenangkan, tidak diorientasikan pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif. Hal ini berarti, bermain bukanlah kegiatan yang dilakukan demi menyenangkan orang lain, tetapi semata-mata karena keinginan dari diri sendiri.. Bermain merupakan aktifitas lebih menekankan pada kesenangan. Bermain memiliki fungsi berbeda bagi orang dewasa dan anak-anak. Bermain bagi orang dewasa merupakan suatau aktifitas santai mungkin dengan tujuan rekreasi. Bermain untuk anak merupakan sarana belajar, menambah literasi fisik, dan memberikan pengalaman kehidupan yang berguna pada masa selanjutnya. Bermain untuk anak-anak adalah dunia tempat mereka hidup dan menjalani fungsinya. Anak usia dini bermain menjadi pekerjaan utama dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran tentang kehidupan dan peletakan dasar-dasar konsep pendidikan lebih baik diberikan dalam bentuk bermain. Games atau permainan adalah merupakan bagian dari play, permainan yang sudah dibatasi oleh suatu peraturan yang dikembangkan untuk ditaati agar permainan tersebut bisa berjalan dengan aman dan adil. Permainan dikondisikan dengan aturan resmi biasanya berbentuk kompetisi. Jadi semua games merupakan bentuk dari play, games memiliki semua karakteristik play.



Games memiliki ciri-ciri kebebasan kurang lengkap daripada bermain, bermain cenderung terkurung dalam batasan ruang dan waktu tertentu, aturan, akan menghasilkan pemenang dan pecundang, melibatkan tingkat emosi, penggunaan strategi dalam berbagai kesempatan. Permainan sangat beragam dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi suatu budaya bagi orang maupun masyarakat. Kategori bermain menurut Huizinga,Roger Caillois dibagi menjadi empat: 1. Agon yaitu permainan yang bersifat pertandingan 2. Alea yaitu permainan yang mengandalkan hasil untung-untungan/hukum peluang 3. Mimikri yaitu permainan fantasi yang memerlukan kebebasan & bukan sungguhan 4. Illinx yaitu permainan mencerminkan keinginan untuk melampiaskan kebutuhan bergerak, berpetualang, dinamis seperti olahraga di alam terbuka. Lutan (2001) membagi games menjadi agon yang berarti bertanding melawan dua pihak, alea mengandalkan untung-untungan atau keberuntungan, mimikri artinya fantasi dan kebebasan, dan illinx artinya melampiaskan kebutuhan gerak. Uraian di atas menunjukkan bahwa olahraga berkaitan pada upaya pencapaian optimalisasi kualitas fisik yang ditujukkan melalui kegiatan kompetisi. Membahas tentang kompetisi berarti usaha untuk unggul dan persaingan menjadi penting sehingga disebut dengan prestasi olahraga. Permainan terjadi dimana saja obyek berapada, dilakukan di lingkungan masyarakat, sekolah, anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua, secara perseorangan maupun kelompok sesuai dengan jenis permainan tersebut. Beberapa tujuan yang hendak diperoleh dari kegiatan bermain dalam suatu permainan yaitu sebagai berikut : 1. Memberikan pengalaman gerak pada anak sehingga semakin banyak jenis dan bentuk permainan yang  dilakukan anak maka anak akan semakin kaya pengalaman geraknya 2. Merangsang dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan anak 3. Menyalurkan kelebihan tenaga pada anak 4. Memanfaatkan waktu senggang 5. Memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani 6. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan pada anak, terutama untuk memenuhi rasa ingin tahu anak 7. Mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor 8. Menanamkan kerja sama, rasa sosial, dan saling tolong-menolong 9. Mencapai prestasi dalam suatu pertandingan. Sifat bermain anak-anak berubah seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada awal bermain anak beradaptasi dengan gerak dan alat yang digunakan. Periode bermain awal atau play ini disebut periode “bermain dengan....”. pada masa bermain ditengah adalah anak akan menciptakan fantasi. Anak akan menghabiskan waktu dengan fantasinya seperti yang digambarkannya. Periode bermain ditengah atau games disebut periode “bermain di...”, saat ini anak bisa menjadi berbagai tokoh atau sosok sesuai persepsinya. Pada tahap bermain akhir anak akan melakukan bermain sesuai dengan pola yang ada dimasyarakat umum. Periode bermain akhir sport disebut “bermain...”, dimana permainan memiliki aturan dan memiliki arti atau tujuan secara khusus. Bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak, dan bermanfaat untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliknya secara menyeluruh, antara lain aspek perkembangan sosial, emosi dan kepribadian. Kegiatan bermain bagi anak dapat mengoptimalisasikan laju stimulasi baik dari luar maupun dari dalam, mengaktualisasikan potensi tersebut dalam memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dalam kehidupan yang sebenarnya, baik melalui kesadaran dirinya sendiri maupun dengan bantuan orang lain (sesama teman, orang tua, saudara, dan guru).



Menurut Toho Cholik (2001:27) menyatakan olahraga ditilik dari asal katanya berasal dari bahasa jawa yaitu olah yang berarti melatih diri dan rogo (raga) berarti badan. Secara luas olahraga diartikan sebagai segala kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmani maupun rohani. Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005 menyatakan “olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial”. Toho Cholik Mutohir (2007: 23) menjelaskan bahwa, hakekat olahraga adalah sebagai refleksi kehidupan masyarakat suatu bangsa. Di dalam olahraga tergambar aspirasi serta nilai-nilai luhur suatu masyarakat, yang terpantul melalui hasrat mewujudkan diri melalui prestasi olahraga. Epistomologi Games Dalam Latihan Multilateral Anak Usia Dini Pembelajaran olahraga pada anak usia dini diolahraga terletak pada tahap multilateral. Penerapan teknis pembelajaran multilateral perlu disesuaikan dengan kondisi anak. Tahapan anak dalam literasi fisik antara lain belajar gerak, terampil gerak, dan fungsi gerak. Penerapan bagaimana anak agar mampu menguasai suatu materi gerak dengan aman, menyenangkan dan dapat dikuasai. Pembina olahraga memiliki peran sebagai pengajar yaitu memberikan ilmu, pengetahuan dan nilai pada peserta didiknya untuk menjadi manusia seutuhnya. Peran sebagai pelatih membantu atlet untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan fisik atau teknik persiapan dalam bertanding. Karakteristik kontrol pembina olahraga dalam teknis pembelajaran anak telah memiliki kinerja terampil antara lain: a. gerakan yang benar dilakukan pada waktu yang tepat b. sedikit usaha yang terlihat, efisien secara fisiologis c. tindakan tidak tergesa-gesa, sangat terkoordinasi d. mampu melakukan kecepatan dan akurasi e. konsistensi dan kelancaran gerakan f. hasil yang diinginkan tercapai. Bagaimana seorang pemula bergerak dari tindakan awal, tidak pasti dan tidak akurat ke gerakan atlet elit yang sangat terampil dan efisien? Seperti semua pelatihan, proses pembelajaran keterampilan teknis merupakan proses jangka panjang. Pembina yang memahami faktor-faktor yang memengaruhi pembelajaran berada dalam posisi untuk mengajarkan keterampilan teknis di semua tingkatan dan usia. Tidak ada pengganti untuk pengalaman pembinaan praktis dan penerapan teori pembelajaran dalam membantu atlet untuk memperoleh keterampilan olahraga. Penerapan games dalam pembelajaran multilateral sangat dipengaruhi oleh kemampuan awal yang dimiliki oleh anak. Prasyarat utama anak sudah mampu melakukan gerak dasar permainan. Kemampuan anak akan ditingkatkan menggunakan games dengan kategorinya yaitu agon, alea, mimikri, dan illinx harapannya anak belajar multilateral dengan menyenangkan dan memahami konsep kalah menang. Penerapan games akan berhasil jika mempertimbangkan variasi, motivasi, pengkondisian, alat bantu, tempat, waktu yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak. Pembelajaran dengan Agon, menekankan pembelajaran dengan menggunakan pertandingan. Pertandingan merupakan darah kehidupan olahraga, pertandingan sesuai dengan kemampuan anak dapat merangsang anak melakukan kemampuan dengan sungguh-sungguh. Penilaian akan kemampuan anak menjadi sangat berarti bagi semua pihak yang terlibat. Anak akan dapat menilai kemampuannya dibandingkan anak yang lain dan belajar akan arti sebuah kemenangan dan kekalahan. Penilaian bagi guru/pelatih/instruktur sebagai bahan evaluasi hasil pembelajaran dan menjadi dasar untuk meningkatkan kemampuan anak. Orangtua dengan pertandingan adalah mampu menilai



hasil belajar/berlatih, sehingga dapat memberikan daya dukung pada anak untuk meningkatkan kemampuannya. Peran lingkungan sangat besar terhadap pembentukan karakter anak dalam menyikapi pertandingan. Arahan, dukungan, motivasi, bimbingan, dan pendampingan pada anak sebelum, saat dan setelah pertandingan akan tertanam sebagai budaya dan karakter pribadi. Pembelajaran multilateral dengan menggunakan alea mengandalkan keberuntungan, akan membuat anak dapat menerima sisi kehidupan yang bersifat tidak baku. Alea akan membuat anak penasaran untuk terus melakukan, sehingga aktifitas bersifat untunguntungan menjadi terampil. Pada tahap pembelajaran multilateral games kategori alea menjadikan anak tertantang untuk melakukan secara terus menerus baik dilakukan sendiri, berpasangan, kelompok, dan tim. Games kategori mimikri menjadi sarana anak belajar akan kebebasan melakukan aktifitas sesuai dengan konsep pemikirannya. Anak bebas berfantasi yang teraktualisasi dalam pembelajaran multilateral. Guru, pelatih dan instrukstur dapat memberikan penugasan pada anak untuk mengembangkan kemampuan kreativitas anak secara terstruktur maupun isidental. Mimikri akan membuat anak memiliki sarana untuk mengeluarkan kreativitasnya sesuai dengan penugasan yang diberikan. Pendidik akan mampu menilai kemampuan kreativitas anak dalam berbagai bentuk pembelajaran untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran multiateral yang telah ditetapkan. Guru perlu mengarahkan dan memberikan evaluasi pada konsep pemikiran anak didiknya, sehingga games mimikri bermakna untuk pengembangan potensi dan literasi fisik anak didik. Kebebasan berfikir dan menuangkan kreatifitas sangat penting dalam pembelajaran multilateral sebagai sarana membuka pemikiran dan problem solving. Illinx merupakan kategori games yang berkaitan dengan konsep penyelarasan diri anak dengan lingkungan. Anak merupakan pribadi yang unik, pengalaman akan lingkungan sangat berguna bagi kehidupan anak dimasa selanjutnya. Penerapan pembelajaran illinx akan memberikan tantangan dan kepuasan dalam melakukan aktivitasnya. Anak akan belajar mengenal karakter benda mati, benda hidup dan kondisi alam yang berbeda-beda dalam satu waktu sama menuntut penyelesaian secara baik. Penggabungan antar kategori akan membuat games lebih menarik, variatif, menantang dan membuka peluang anak untuk belajar akan kehidupan. Aksilogi Games Bagi Anak Usia Dini Bermain atau play merupakan aktivitas kehidupan sehari-hari anak, yang membentuk pola dasar karakter pada tahap kehidupan selanjutnya.. Bermain adalah hal yang sangat alamiah bagi anak-anak, hampir seperti makan, minum dan tidur. Merasa melalui sentuhan, bergembira, tertawa, berteriak adalah bagian dari kehidupan anak-anak ketika mereka masuk dalam sebuah bingkai permainan, artinya bermain akan membantu anak menjadi individu yang lebih baik serta memiliki efek positif bagi perkembangan jiwa anak. Permainan atau games merupakan bentuk aktivitas kehidupan yang terbatas sesuai pola kehidupan manusia dewasa dengan berbagai bentuk tujuan dalam manusia memenuhi kebutuhan hidup. Permainan mempunyai sumbangan penting dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini. Kreativitas berarti bahwa seseorang dapat bertindak “mencipta” dan berhubungan dengan sekelilingnya dengan cara yang khas. Meningkatkan keterampilan problem solving dan kemampuan berfikir anak, terutama saat dia menghadapi sesuatu yang menantang di dalamnya. Artinya kegiatan bermain menuntut anak untuk berfikir mengeluarkan ide-ide baru agar keluar dari masalah yang di hadapinya.



Gerak permainan akan menjadi salah satu sarana membangun anatomi dan fisiologi fisik anak sesuai dengan pola tumbuh kembang anak. Jenis permainan akan membawa dampak khusus dalam membentuk fisik. Permainan juga melatih anak untuk terampil akan gerak dan berpikir dalam menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Anak kurang gerak akan menimbulkan permasalahan pada bentuk dan fungsi fisik seperti obesitas, kaku, tidak terampil, organ dalam tidak berkerja optimal, dan menimbulkan masalah kesehatan. Permainan akan membangun sikap sportif dan kejujuran dalam diri, baik jujur pada diri sendiri maupun kepada orang lain. Menumbuhkan rasa bersaing yang positif pada anak artinya melalui kegiatan bermain akan mengasah sikap bersaing yang positif pada diri anak. Kegiatan ini akan mengajarkan anak bahwa untuk menjadi seorang pemenang harus berusaha secara maksimal tanpa menyerah, bukannya menyalahkan orang lain atas kegagalan yang dialaminya. Anak akan memiliki rasa percaya diri yang terbangun, terpupuk, dan terpelihara dalam permainan yang dilakukan. Menimbulkan emosi positif dan meningkatkan rasa percaya diri, terutama ketika mereka memenangkan permainan. Efek jangka panjang permainan merupakan proses untuk menanamkan program-program positif ke dalam pikiran bawah sadar anak. Melalui bermainan anak mendapatkan pengalaman langsung guna memperoleh dasar kehidupan sosial. Kehidupan antar individu yang terkait dalam pembelajaran multilateral menjadi rangkaian literasi fisik yang dapat dikondisikan dan diulang-ulang. Pembelajaran bagaimana individu bersikap untuk dirinya sendiri, pasangannya, tim, dan masyarakat luas. Anak akan belajar konsekuensi akan tindakan yang dilakukan terhadap orang lain yang menanggapi dan terlibat. Pengembangan gerak merupakan kekuatan utama pada anak dalam mempersiapkan diri pada pengembangan akademik, sosial dan pengembangan pribadi. Dalam permainan tersedia berbagai peristiwa seperti kehidupan mini, sehingga dikatakan bahwa gerak dan permainan adalah miniatur kehidupan. Kegiatan permainan memberikan banyak manfaat pada diri individu, secara fisikis selain baik untuk kebugaran tubuh, juga sangat baik dalam mengasah bakat yang dimiliki oleh anak sehingga dapat berkembang dengan optimal dikemudian hari kelak. Adapun manfaat psikologis dari kegiatan bermain bagi individu ialah baik untuk kesehatan jiwa. Selain mampu mengelola stress, juga dapat memberikan kebahagian dan rasa senang serta dapat juga membantu dalam terapi traumatik yang dialmi oleh anak usia dini Kesimpulan Peran pembelajaran multilateral memiliki arti yang penting dalam kehidupan anak sebagai penguatan literasi fisik. Untuk mencapai prestasi tinggi pada usia emas cabang olahraga, dasar kemampuan literasi fisik sebagai penentu optimalisasi potensi bakat. Pembelajaran multilateral sebaiknya memiliki landasan falsafah tumbuh kembang dan olahraga. Penerapan games dalam pembelajaran multilateral memudahkan anak untuk melakukan dengan senang dan memberikan berbagai pengalaman dalam semua aspek kehidupan. Penerapan kategori games akan membuat anak belajar dan memiliki pengetahuan akan aspek agon, ilea, mimikri dan illink sebagai perwujudan aktivitas kehidupan yang ada dimasyarakat. Pembentukan karakter anak dengan games akan terwujud dengan bantuan orang dewasa untuk menyusun, menerapkan dan mengevaluasi aktivitas games.



Daftar Pustaka Freeman, William H., 2001 Physical Education and Sport in a Social Society. 6th. Ed. Boston: Allyn an Bacon. http://ekodageink.blogspot.com/2013/02/pendidikan-jasmani-manfaat-permainan.html https://en.wikipedia.org/wiki/Physical_literacy IAAF. (2009) Introduction to Coaching Theory. Monaco. IAAF



Keegan, R., Barnett, L., & Dudley, D. (2017) Physical Literacy: Informing a Definition and Standard for Australia, Australia: Australian Sports Commission. Khadijah, Armanila. (2017) Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Medan:Perdana Publishing



Lumintuarso Ria (2020) Pembelajaran Multilateral. Yogyakarta: UNY Press Made



Pramono. (2017) Literasi Jasmani: Orientasi Tubuh, Subjek. Tersedia line https://www.slideshare.net/madpram1/literasi-jasmanidiakses pada 27 Desember 2020



Pellegrini, A. D., & Smith, P. K. (1998). The Development of Play During Childhood: Forms and Possible Functions. Child and Adolescent Mental Health, 3(2), 51– 57. doi:10.1111/1475-3588.00212  Rusli Lutan (ed)., (2001) Olahraga dan Etika Fair Play. Direktorat Pemberdayaan IPTEK Olahraga, Dirjen OR, Depdiknas, Jakarta: CV. Berdua Satutujuan