Pengantar Arsitektur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENGANTAR ARSITEKTUR



Disusun Oleh Muthiah Hannah 195060507111031



FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS BRAWIJAYA



KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Wr. Wb



Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini saya buat untuk memenuhi nilai tugas dari mata kuliah Pengantar Arsitektur yang dibina oleh Prof. Ir. Antariksa, M. Eng., Ph.D. Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar Arsitektur yang dibina oleh Prof. Ir. Antariksa, M. Eng., Ph.D. Tentu saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesarbesarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.



Wassalamualaikum



Wr.Wb



Malang, 9 September 2019 Penyusun



Muthiah Hannah



BAB I



PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arsitektur secara umum dapat digambarkan sebagai ilmu dalam merancang lingkungan binaan. Arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. Di era digital, arsitektur mengalami perkembangan yang cukup pesat. Media digital mempunyai peran dalam hal mempublikasikan karyakarya arsitektur sehingga karya-karya tersebut dapat diakses oleh masyarakat umum dengan mudah. Hal ini menimbulkan naiknya permintaan masyarakat akan desain arsitektur, baik dalam hal perencanaan dan perancangan bangunan residensial, komersial, hingga bangunan sosial. Naiknya permintaan tersebut menyebabkan bertambahnya jumlah biro arsitek, maupun arsitek perorangan yang membuka jasa. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian arsitektur? 2. Apa tujuan dari arsitektur? 3. Apa itu arsitektur nusantara?



1.3. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari arsitektur. 2. Mengetahui tujuan dari arsitektur. 3. Memahami pengertian dari arsitektur nusantara.



BAB II



PEMBAHASAN 2.1. Pembahasan 1. Pengertian arsitektur Menurut Wikipedia, arsitektur adalah seni yang dilakukan oleh setiap individual untuk berimajinasikan diri mereka dan ilmu dalam merancang bangunan. Menurut sejarahnya, arsitektur berangkat dari perkembangan zaman, dimana fungsi sebuah bangunan memerlukan elemen lain sebagai identitas. Arsitek pada awalanya hanya merancang bangunan religius. Pada perkembangan berikutnya, arsitek mulai didaulat untuk merancang bangunan fungsional lain seperti rumah sakit, pasar, museum dsb, selain menjadi rekan para bangsawan untuk merancang bangunan mereka. Bersamaan dengan penggabungan berbagai bidang ilmu dan teknologi, serta perkembangan bahan material, arsitek kemudian lebih mengarah kepada estetika. Disusul kemudian oleh adanya revolusi industry yang memungkinkan kelas menengah menggunakan jasa arsitek. Dari sejarah tersebut dapat diketahui bahwa fungsi sebuah bangunan adalah awal mula munculnya arsitektur. Architectural principle according to which the form of a building is to be derived from the function it is intended to fulfill; the schematic and technological aspect of architecturalmodernism (Ratyionalism), who see wider theoretical stance comprises also philosophical, political, social, economic, stylistic and symbolical question. (Encyclopedia of 20th Century Architecture, 112). Di lain sisi, fungsi dalam bangunan tidak akan terpenuhi tanpa adanya bentuk, material dan teknik dalam pelaksanaannya. (Irawan Surasetja; Fungsi, Ruang, Bentuk dan Ekspresi Dalam Arsitektur). Dalam beberapa tulisan tentang paradigmaa dan persepsi arsitektur, dapat diaketahui bahwa tidak semua bangunan adalah karya arsitektur. Menurut Louis Khan “…architecture really does not exist. Only a work of architecture exists. Architecture does exist in the mine. A man who does a work of architecture does it as an offering the spirit of architecture. A spirit which knows no style, knows no technique, no method. It just wait for that which presents it self. There is architecture, and it is the embodiment of unmeasurable” (Louis Kahn. 1974. In Latour 1991:168). Sedangkan menurut Le Corbusier, “You employ stone, wood and concrete, and with this materials you build houses and places. That is construction. Ingenuity is at work. But suddenly you touch my heart, you do me good, I am happy and I say, “This is beautiful”. That is architecture. Arts enter in. (Le Corbusier, 1923.



Menurut Nikolaus Pevsner, “A bicycle shed is a building. Lincoln Cathedral is a piece of architecture”. (Nikolaus Pevsner, 1943: 15). Dan menurut Vitruvius, “Architecture is the union of “firmness, commodity, and delight”; it is, in other words, at once a structural and visual art. Without solidity, it is dangerous; without usefulness, it is merely large-scale sculpture; and without beauty, it is no more then utilitarian construction”. (Vitruvius). 2. Tujuan Arsitektur Sebenarnya jika kita bicara mengenai arsitektur, maka kita tidak hanya bicara tentang fungsi dan bentuk saja. Masih ada unsur-unsur lain yang juga terkait erat dengan arsitektur, yang merupakan konsekuensi logis dari adanya fungsi. Arsitektur dapat memberikan kesan bagi kegiatan-kegiatan tertentu, mengingatkan orang tentang kegiatan kegiatan apakah ini, menyatakan kekuasaan, status, atau hal-hal pribadi, menampilkan dan mendukung keyakinan-keyakinan kosmologis, menyampaikan informasi, membantu menetapkan identitas pribadi atau kelompok, dan mengkiaskan sistem-sisten nilai. Arsitektur juga dapat memisahkan wilayah dan membedakan antara sini dan sana, suci dan duniawi, pria dan wanita, depan dan belakang, pribadi dan umum, yang dapat dan tak dapat dialami, dan sebagainya. Walaupun perbedaan antara tempat-tempat merupakan pusat masalah, tujuan dilakukannya hal itu dan cara cara yang digunakan untuk melakukannya mungkin sangat berbeda. Wilayah bisa saja secara konseptual terpisah, melalui perubahan-perubahan dalam lapisan penting tanah atau perlakuan terhadap tanah (seperti menyapunya atau meliputinya dengan pasir) atau melalui sarana-sarana lambang seperti balok langit-langit atau tirai manik manik. Pagar rendah atau bahkan pondasi dapat mempunyai pengaruh yang sama. Contoh yang belakangan ditunjukkan oleh suatu permukiman liar di Afrika. Di sini batu batu yang dilabur putih yang menandai pojok tanah mencegah orang masuk melintasi seluruh tanah milik itu. Perubahan ketinggian atau penghalang yang kukuh dapat pula digunakan. Sebuah sarana tertentu, seperti penghalang yang kokoh, mungkin mempunyai berbagai tuiuan vang tidak selalu harus sama menonjolnya. Penghalang seperti it dapat membatasi penglihatan, mencegah pergerakan, memberi keteduhan, memberi perlindungan terhadap angin, memisahkan wilayah, memberikan serangkaian rona yang dapat dikenali cirinya untuk kegiatan yang berbeda. beda, dan sebagainya. Jadi, bangunan dapat dipahami dari segi bagaimana hubungannya dengan masyarakat dan rona-rona alami dan bagaimana hu bungan ini lama kelamaan berubah bersama kebudayaan. Juga, bila tempat bernaung merupakan fungsi



arsitektur satu-satunva atau bahkan yang pokok, kita akan mendapati lebih sedikit ragam dalam bentuk. Kita bisa mengharapkan peningkatan yang teratur dengan dahsyat nya iklim yang nyatanya tidak akan kita dapatkan walaupun kita masuk kan ujung terdingin dari skala. Selanjutnya kita menemukan rumahrumah yang sama dalam wilayah iklim yang berbeda-beda, demikian pula perbedaan-perbedaan dalam bentuk dan bahan dalam wilayah-wilayah iklim yang sama. Perbedaan perbedaan demikian sering berkaitan dengan status dan tingkat keterbukaan untuk umum. Lagi pula, apabila tempat bernaung memang merupakan fungsi pokok arsitektur, kita tidak dapat mengharapkan kemajuan bangunan bangunan khusus selain tempat tinggal dapat terjadi pada saat yang sangat dini. Kita pun telah melihat bahwa kasusnya justru bertolak belakang dan satu hal yang sepanjang waktu berubah adalah bahwa pembedaan jenis jenis bangunan cenderung meningkat. Jadi di Olduva gubuk-gubuk adalah serupa; di Terra Amata, ukuran-ukurannya berbeda tapi tak terdapat petunjuk tentang adanya kegunaan yang berbeda; di Dalni Vestonice dan Nea Noko media, akan kita dapati bangunanbangunan suci yang di Catal Huyuk jelas dibedakan. Kemudian lagi, kita temukan perbedaan-perbedaan yang lebin banyak dan lebih besar-dari satu ruang menjadi banyak ruang untuk tuju an yang berbeda-beda, mulai dari tempat tinggal dan kerja yang digabung sampai kepada pemisahan tempat tinggal dan kerja, mulai dari rumah da bengkel yang digabung sampai pemisahan keduanya dan kemudian sampa kepada pelataran kerja dan bengkel yang dikhususkan, dan sebagainya. 3. Arsitektur Nusantara Arsitektur menempatkan diri di posisi penting dari peradaban kebudayaan sebuah bangsa karena arsitektur dapat dianggap sebagai simbol penanda kota bahkan bangsa. Dalam arsitektur, melestarikan bukan berarti mencontoh bangunan dengan sama persis, karena perkembangan peradaban dan ruang waktunya yang berbeda. Tidak mudah untuk membawa arsitektur di masa lalu ke peradaban saat ini, karena arsitektur dibentuk berdasarkan kondisi politik, budaya dan teknologi pada saat itu. Karena arsitektur adalah bukti dari kehidupan masyarakat di masa lampau yang bertahan hingga saat ini. Adalah sebuah kekeliruan ketika mencoba meminjam sejarah dari sebuah tradisi yang langsung ditransfer dalam sebuah ruang kosong. Sehingga dalam mengadapi globalisasi dan modernisme yang dibahasakan dalam perkembangan jaman, arsitektur di Indonesia harus dapat memperlihatkan jati dirinya agar tidak menjadi sebuah karya



ambigu atau tidak jelas darimana karya arsitektur itu berasal, sebagai konsep arsitektur di Indonesia masa kini. Kegundahan dalam diri seorang Prijotomo terhadap keadaan arsitektur masa kini di Indonesia melahirkan sebuah pemikiran yang kemudian berkembang menjadi arsitektur Nusantara dengan mengawinkan antara arsitektur tradisional dengan arsitektur modern atau arsitektur masa kini. Pemikirannya tersebut dituangkan sebagai berikut: "Menempatkan arsitektur tradisional sebagai rekaman pengetahuan Arsitektur Nusantara, kemudian membangun arsitektur Nusantara sebagai pengetahuan arsitektur yang dapat digunakan untuk membuat arsitektur yang menusantara disatu pihak dan menjadikan arsitektur Nusantara sebagai warga arsitektur dunia di pihak yang lain," (Prijotomo, 2008). Josef Prijotomo menyatakan arsitektur Nusantara menjadi periode awal dari perkembangan arsitektur di indonesia. Arsitektur Nusantara adalah arsitektur di wilayah dan bergaya Nusantara; gaya arsitektur yang menampilkan setiap etnik di Nusantara. Arsitektur Nusantara merupakan arsitektur yang hidup secara bersama dengan alam lingkungannya dan merupakan hasil komunikasi antara alam, manusia, dan arsitektur. Dalam beberapa karya ilmiahnya, Prijotomo, turut mengemukakan tentang keberadaan arsitektur Nusantara dalam perspektif dunia. Prijotomo mendudukan arsitektur Nusantara yang mempunyai kesetaraan dengan arsitektur Barat, bahkan menjadikan dan menempatkan ke Indonesiaan sebagai sebuah jati diri yang mendampingi jati diri Global. (Prijotomo, 2013). Sehingga memodernkan arsitektur Nusantara diharapkan untuk mengembangkan dan meneguhkan arsitektur Nusantara dengan dikemas menjadi lebih modern dan kekinian, bukan mengubahnya secara total. Meletakkan arsitektur Nusantara sebagai indentitas bangsa merupakan kewajiban, didukung oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2017 tentang Arsitek yang menuntut arsitek membangun pemahaman arsitektur Nusantara yang mampu merespons pasar dunia.



BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur dapat memberikan kesan bagi kegiatan-kegiatan tertentu, mengingatkan orang tentang kegiatan kegiatan apakah ini, menyatakan kekuasaan, status, atau hal-hal pribadi, menampilkan dan mendukung keyakinankeyakinan kosmologis, menyampaikan informasi, membantu menetapkan identitas pribadi atau kelompok, dan mengkiaskan sistemsisten nilai. Seiring dengan keadaan tersebut , dunia arsitektur juga merasakan dampaknya yakni bahwa globalisasi mengakibatkan hilangnya hal-hal khusus dan mengubahnya menjadi sebuah tatanan kehidupan yang menyingkirkan batas-batas geografis, sehingga arsitektur nusantara sangat dibutuhkan untuk mengurangi westernisasi.



DAFTAR PUSTAKA https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/JUARA/index Vol 1, No 1 (2018): Februari (Jurnal Arsitektur dan Perencanaan), 81-96 Surasetja, Irawan. 2007. Fungsi, Ruang, Bentuk, dan Ekspresi dalam Arsitektur Sudikno, Antariksa. 2016. Konteks Kekinian Arsitektur dalam Melihat Arsitektur Nusantara