Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi Deskriptif terhadap Orang Tua Siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur Tahun Pelajaran 2010-2011)



SKRIPSI Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Program Studi Pendidikan Agama Islam



oleh



IIS ISTIANAH NIM : 0701.0029



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH NURUL HIKMAH CIANJUR 2011 M – 1432 H



PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi Deskriptif terhadap Orang Tua Siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur Tahun Pelajaran 2010-2011) oleh



IIS ISTIANAH NIM : 0701.0029



Disetujui oleh Pembimbing I,



Pembimbing II,



Mengetahui Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Hikmah Cianjur,



Ketua Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam,



ii



PENGESAHAN



PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi Deskriptif terhadap Orang Tua Siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur Tahun Pelajaran 2010-2011)



Cianjur, Juli 2011



Sidang Munaqosah



Ketua,



Pembimbing II,



Penguji I,



Penguji II,



iii



MOTTO



Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman tentang Al-Quraan dan As-Sunnah) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu, dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran. (QS Al-Baqarah : 269)



Persembahan sederhana untuk Ayahanda dan Ibunda yang tanpa lelah mendorong, mencintai, dan memberikan dukungan bagi kehidupanku menuju Ridla Allah



iv



ABSTRAK IIS ISTIANAH, NIM: 0701.0029: Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa (Studi Deskriptif terhadap Orang Tua Siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur Tahun Pelajaran 2010-2011). Pnelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan cara orang tua siswa dalam melakukan bimbingan kepada putra-putrinya yang duduk di MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur, (2) mendeskripsikan motivasi belajar para siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur sehari-hari, dan (3) menguji pengaruh pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur sehari-hari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey terhadap 20 sampel orang tua siswa kelas awal MIS As-Sa’idiyah Cipanas, Kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2010-2011. Data diperoleh terutama dengan menggunakan angket tertutup dengan menggunakan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut. (1) Pada umumnya para orang tua siswa telah melakukan bimbingan dan pembinaan terhadap putra-putrinya yang duduk di MIS As-Sa’idiyah Cipanas secara maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat tanggapan responden sebesar 74,33 % yang menunjukkan bahwa tingkat pembinaan dan bimbingan orang tua siswa dalam belajar anaknya berada pada kategori cukup baik. (2) Motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah berada pada kategori cukup baik yang ditunjukkan dengan rata-rata persentase sebesar 74,29 % dari empat dimensi yang diamati. Pada konteks ini, berdasarkan pengamatan orang tua masing-masing, para siswa telah menunjukkan semangat dalam belajar, menunjukkan sikap keingintahuan, menunjukkan keterbukaan dalam menerima pengetahuan, serta menunjukkan perkembangan prestasi belajar yang relatif cukup baik. (3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang tua siswa terhadap motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2010-2011. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi koefisien r berada pada parameter 0,659 yang berarti berada pada tingkat tinggi atau kuat. Di samping itu, hasil uji signifikansi menunjukkan nilai thitung sebesar 4,133 yang ternyata lebih besar daripada ttabel = 2,086 pada taraf signifikansi 5 % dan membuktikan bahwa Pembinaan Orang Tua Siswa (Y) berpengaruh secara signifikan terhadap Motivasi Belajar Siswa.



v



KATA PENGANTAR



Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadlirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat iman dan nikmat Islam serta limpahan ilmu yang tak terhingga atas kekuasaan-Nya. Shalawat dan salah semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjunan alam, Nabiyullah Muhammad SAW. Alhamdulillah, atas rahmat, karunia, dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Nurul Hikmah Cianjur. Kesulitan dan hambatan tentu saja banyak ditemui selama persiapan, proses penelitian, hingga penyusunan skripsi ini, baik dari segi teknis pengumpulan data, pengolahan data, maupun teknis penulisan. Atas bantuan berbagai pihak, Alhamdulillah kesulitan-kesulitan itu dapat teratasi sehingga karya tulis ini akhirnya dapat terwujudkan. Oleh sebab itu, sangat patut pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak .............., Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Nurul Hikmah Cianjur, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada saya untuk dapat melakukan penelitian ini; 2. Bapak .............., selaku Pembimbing I yang telah demikian banyak memberikan bimbingan, pengarahan, serta kesempatan kepada penulis untuk melakukan rangkaian penelitian ini 3. Bapak ............, selaku Pembimbing II yang telah memberikan berbagai bimbingan dan petunjuk berharga sejak persiapan penelitian hingga terwujudnya skripsi ini;



vi



4. Bapak ............., Kepala MIS As-Sa’idiyah Cianjur, beserta staf pengajar, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis selama melaksanakan penelitian; 5. Bapak serta Ibu Dosen serta staf Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Cianjur; 6. anak-anak, suami serta seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan yang demikian besar sehingga penulis dapat tiba pada akhir pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Nurul Hikmah Cianjur ini; serta 7. berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebaikan-kebaikan Ibu dan Bapak yang diberikan kepada penulis sejak tahap-tahap persiapan hingga penyelesaian skripsi ini memperoleh imbalan pahala dari Allah ‘Azza wa-zalla. Amin. Skripsi ini hanyalah merupakan setetes air di tengah samudera keilmuan yang mahaluas, sehingga bukan mustahil jika di dalamnya terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.



Cianjur, Juli 2011 Penulis,



IIS ISTIANAH NIM : 0701.0029



vii



DAFTAR ISI



halaman



Pengesahan / Persetujuan .........................................................................



iii



Motto ........................................................................................................



iv



Abstrak ...................................................................................................



v



Kata Pengantar ........................................................................................



vi



Daftar Isi .................................................................................................



viii



Daftar Tabel .............................................................................................



x



Daftar Gambar .........................................................................................



xi



Daftar Lampiran ......................................................................................



xii



Bab I



Bab II



PENDAHULUAN



1



A. Latar Belakang Masalah ....................................................



1



B. Rumusan Masalah .............................................................



5



C. Tujuan Penelitian ..............................................................



6



D. Manfaat Penelitian ............................................................



6



E. Kerangka Pemikiran ..........................................................



7



F. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................



11



G. Prosedur Penelitian ............................................................



13



H. Kajian Kepustakaan ...........................................................



20



BIMBINGAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR .



23



A. Belajar dalam Pandangan Islam ........................................



23



B. Prinsip Dasar Bimbingan Belajar ......................................



27



C. Peran Orang Tua dalam Pembinaan Anak ........................



32



D. Prinsip Dasar Motivasi .....................................................



39



1. Pengertioan Motivasi ...................................................



39



2. Dinamika Proses Perilaku Manusia .............................



42



3. Jenis-jenis Motivasi .....................................................



44



4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ...............



47



viii



Bab III



HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………...



52



A. Hasil Penelitian dan Analisis Data……………………….



52



1. Cara Pembimbingan Orang Tua terhadap Anaknya ….



52



2. Motivasi Belajar Siswa ………………………………



55



3. Pengaruh Bimbingan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa ………………………………………...



57



B. Pembahasan Hasil Analisis ...............................................



63



1. Cara Pembimbingan Orang Tua terhadap Anaknya ….



63



2. Motivasi Belajar Siswa ………………………………



69



3. Pengaruh Bimbingan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa ………………………………………...



71



KESIMPULAN DAN SARAN ................................................



74



A. Kesimpulan ......................................................................



74



B. Saran-saran ......................................................................



76



Daftar Pustaka .........................................................................................



79



Lampiran-lampiran ..................................................................................



81



Bab V



ix



DAFTAR TABEL



halaman



Tabel 1.1



Populasi Penelitian .................................................................



12



Tabel 1.2



Standar Kategori Sugiyono .....................................................



19



Tabel 3.1



Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Variabel X ....................



53



Tabel 3.2



Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Variabel Y ....................



55



Tabel 3.3



Data Hasil Pengujian Chi-Kuadrat pada Variabel X dan Y ....



64



Tabel 3.4



Penghitungan Koefisien Korelasi r-Product Moment Spearman ……………………………………………………



61



Hasil Uji t Pengaruh Pembinaan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur …………………………………………..



62



Tabel 3.5



x



DAFTAR GAMBAR halaman



Gambar 2.1



Lingkaran Motivasi ...........................................................



43



xi



DAFTAR LAMPIRAN halaman



1.



Kisi-kisi Angket Penelitian .....................................................



81



2.



Instrumen Penelitian ................................................................



84



3.



Data Empirik Hasil Penelitian .................................................



87



4.



Tabel Pengolahan Data Deskriptif Hasil Penelitian ...............



91



5.



Surat Keputusan Ketua STIT Nurul Hikmah Cianjur ............



97



6.



Surat Izin Melaksanakan Penelitian ........................................



98



7.



Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ..................



99



8.



Daftar Riwayat Hidup .............................................................



100



xii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Anak adalah harapan bagi orang tuanya. Dia merupakan hasil dari buah kasih sayang yang diikat dalam suatu perkawinan antara suami istri dalam satu keluarga. Segala yang terbaik pantaslah diberikan kepada anak, termasuk dalam pemenuhan sandang, pangan, tempat tinggal, pendidikan dan sebagainya. Satu hal yang terpenting adalah masalah adalah pendidikan yang merupakan sebuah kewajiban bagi orang tua untuk memberikan hak anak untuk mendapatkannya. Orang tua memiliki tugas utama dalam pendidikan anak, yaitu menjadi peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lainnya, ketika seorang anak masih berusia 0-2 tahun. Pada masa ini anak sangta bergantung kepada orang lain, dia tidak dapat hiidup tanpa bimbingan orang-orang sekitarnya dan lingkungan pertama yang dialami oleh anak adalah asuhan ibu dan ayah. Dan yang terpenting lagi pendidikan dimulai sejak dini, karena perkembangan jiwa anak mulai tumbuh sejak ia kecil, sesuai dengan fitrahnya. Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika suasana keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah



xiii



pertumbuhan anak tersebut. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang paling berpengaruh dibandingkan yang lain. Seorang ibu sangat besar pengaruhnya dalam membimbing anak seiring dengan pertumbuhannya. Para ibu hendaknya memperhatikan berbagai permasalahan mengenai anak. Pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Pendidikan berlangsung terus menerus ada sepanjang kehidupan manusia, akan senantiasa beriringan dengan perkembangan zaman, oleh karenanya masalah pendidikan tidak akan selesai. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Muhibbin Syah (2000:1) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya aktivitas operasional kependidikan oleh tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar. A. Tafsir (1992:6) mengemukakan bahwa pendidikan mengandung arti usaha sadar meningkatkan diri dalam segala aspeknya, definisi ini mencakup kependidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru (pendidik) mencakup pendidikann formal dan non formal. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan pendidikan anak, antara lain adalah struktur masyarakat, lingkungan keluarga dan sebagainya. Selain dalam lembaga pendidikan formal (sekolah). Pendidikan anak juga dilaksanakan di rumah, yaitu dalam lingkungan keluarga. Di dalam keluarga yang menjadi panutan pertama dan utama adalah orang tua, terutama dalam hal pendidikan bimbingan dan dorongan orang tua sangat diperlukan dalam belajar anak di rumah, karena hal ini sangat erat kaitannya dengan sikap



xiv



belajar anak di sekolah sebagai siswa. Untuk itu di samping bantuan dan bimbingan secara materiil yang memberi bimbingan dan dorongan secara rohani, atau yang bersifat batiniyah bagi anaknya, baik berupa kasih sayang, nasehat-nasehat, ataupun bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas anak di rumah. Dalam diri seseorang terdapat suatu kekuatan yang menjadi daya penggerak hatinya yang disebut motivasi. Proses pendidikan adalah membangkitkan dorongan untuk melakukan aktivitas pendidikan (Tim Dosen FIP IKIP Malang 1998; 117). Yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu itu biasanya tidak ditentukan oleh motivasi tunggal, karena pada diri seseorang terdapat bermacam-macam motivasi yang menjadi pendorongnya untuk melakukan sesuatu, begitu pula dalam belajar, seseorang tidak bias hanya mengandalkan suatu motivasi saja, yaitu motivasi yang ada dalam dirinya (motivasi intrinsik), tetapi ia juga membutuhkan dorongan yang dating dari luar anak itu (motivasi ekstrinsik) salah satunya adalah dari orang tua untuk meningkatkan semangat belajar anak yaitu dengan memberikan bimbingannya dan dorongan yang bersifat kerohanian pada anaknya adalah belajar di rumah. Pentingnya bimbingan dan perhatian orang tua terhadap pendidikan anak dalam rangka meningkatkan motivasi belajar anak, bisa diaplikasikan lewat pemberian kasih sayang, dan perhatian yang besar terhadap kegiatan belajar anak di rumah, juga pada hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan anak di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan membantu dan mengarahkan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya, sesuai dengan tingkat



xv



kemampuan orang tua. Dengan demikian, belajar anak di rumah akan menjadi terbimbing dan terarah, hal ini akan mempengaruhi sikap belajar nya di sekolah, serta dapat mempengaruhi tingkat semangat dan motivasi belajar siswa di sekolah. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah jika dibandingkan dengan keberadaannya di sekolah, oleh karena itulah selain dididik di sekolah ia juga membutuhkan pengawasan yang baik di rumah, tentu saja dari orang tua, dan sikap anak di sekolah, akan mencerminkan sikap bimbingan dan pengawasan orang tua di rumah, karena di dalam pendidikan orang tua dan pihak sekolah harus bekerja sama demi tercapainya pendidikan yang diinginkan. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di MIS As-sa’idiyah Cipanas-Cianjur, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perhatian serta bimbingan dan pengawasan orang tua murid MIS As-sa’idiyah Cipanas-Cianjur terhadap pendidikan anakanak mereka baik di rumah maupun di sekolah, dan pengaruh apa sajakah yang akan timbul dari bimbingan tersebut terhadap semangat belajar anak di sekolah. Dengan ini, maka penulis menuangkannya dalam sebuah karya tulis ilmiah berupa skripsi yang berjudul: “PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MIS AS-SA’IDIYAH CIPANAS KABUPATEN CIANJUR”. Dalam memilih judul di atas, penulis memiliki beberapa alasan sebagai berikut. 1.



Adanya tanggung jawab orang tua terhadap anaknya terutama dalam hal pendidikan sehingga orang tua perlu memberikan bimbingan yang baik.



xvi



2.



Seorang



siswa



dalam



belajarnya



membutuhkan



motivasi



untuk



mendapatkan hasil yang baik, untuk itu motivasi belajar siswa perlu ditingkatkan. 3.



Setiap siswa harus berhasil dalam belajarnya, begitu pula dengan siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas-Cianjur, untuk tu perlu motivasi belajar yang ditimbulkan oleh bimbingan orang tua.



B. Rumusan Masalah Semua jenis penelitian apa pun akan dimulai dengan cara merumuskan masalahnya. Suyatna (2000:7) mengemukakan bahwa ”mengidentifikasikan masalah itu merupakan bagian yang paling sulit dalam proses penelitian. Yang harus dirumuskan bukan sekedar ruang lingkupnya saja, melainkan juga penjabaran masalahnya itu ke dalam bentuk khusus yang spesifik.” Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini disusun dalam bentuk pertanyaan di bawah ini. 1. Bagaimanakah cara orang tua siswa melakukan bimbingan kepada putraputrinya yang duduk di MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur? 2. Bagaimanakah motivasi belajar para siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas kabupaten Cianjur sehari-hari? 3. Apakah pembinaan orang tua di rumah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur sehari-hari?



xvii



C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan cara orang tua siswa dalam melakukan bimbingan kepada putra-putrinya yang duduk di MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur. 2. Mendeskripsikan motivasi belajar para siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur sehari-hari. 3. Menguji pengaruh pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur sehari-hari. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan pembimbingan dan penanaman pendidikan agama Islam pada siswa melalui lingkungan keluarga, khususnya orang tua siswa. 2. Manfaat Praktis Sekecil apapun makna penelitian ini, penulis berharap memiliki makna yang bermanfaat bagi orang tua siswa, guru, maupun lembaga pendidikan yang terkait, terutama bagi penulis sendiri. Proses dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menggugah kesadaran orang tua siswa akan pentingnya pembinaan pendidikan agama Islam, khususnya



xviii



penanaman nilai-nilai akidah serta pelaksanaan kewajiban-kewajiban pokok selaku Muslim sebagai bekal hidup mereka kelak di kemudian hari. Lebih sederhana lagi, diharapkan siswa termotivasi untuk lebih mengembangkan pemahaman nilai-nilai keagamaan sebagai pokok kewajiban yang penting. Bagi guru, penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu alternatif dalam pengembangan model dan metode pembinaan nilai-nilai pendidikan agama Islam. Guru yang bijaksana adalah guru yang mampu menerapkan metode teknik yang tepat dalam situasi pembelajaran yang tepat. Sesederhana apapun model pembinaan siswa yang dipaparkan dalam penelitian ini akan menjadi pilihan yang tepat jika diterapkan dalam situasi yang tepat pula. Selanjutnya, bagi lembaga pendidikan terkait, diharapkan keberhasilan penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya perkembangan dunia pendidikan dan pengajaran. Lebih jauh lagi, penulis berharap pula jika hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi siapa pun yang berminat melakukan penelitian serupa di masa mendatang. E. Kerangka Pemikiran Minat dan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang satuan pendidikan dasar (SD dan MI) sering dikategorikan rendah. Kenyataan ini dipicu oleh anggapan bahwa pembelajaran Pendidikan



xix



Agama Islam telah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang harus dijalani oleh siswa. Masing-masing siswa secara sadar atau tidak memiliki anggapan bahwa materi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam telah diperoleh dalam aktivitas dan rutinitas beribadah sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat, sehingga minat untuk mempelajari Pendidikan Agama Islam di sekolah menjadi berkurang. Minat belajar merupakan aspek mendasar dalam diri seorang anak untuk mencapai tahap-tahap kompetensi. Dalam teori-teori pembelajaran disebutkan bahwa minat merupakan faktor pertama yang harus ada dalam diri seorang siswa untuk menghadapi kegiatan pembelajaran. Minat inilah yang seharusnya menumbuhkan respon ketika ke dalam diri seseorang datang stimulus atau rangsangan untuk berbuat sesuatu. Tanpa adanya minat, sebaik apa pun stimulus atau rangsangan dalam belajar tidak akan dapat menumbuhkan respon yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Pada konteks ini harus terjadi interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa, serta siswa dan lingkungan sekitarnya. Banyak terjadi kegiatan belajar mengajar terasa sangat menjemukan dan melelahkan, baik bagi guru maupun siswa. Kondisi ini sesungguhnya diakibatkan oleh kesalahan guru dalam memilih pendekatan serta model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Oleh karena itu, penetapan strategi pembelajaran yang tepat dan baik akan menumbuhkan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Pada



xx



konteks ini, minat dan motivasi siswa dalam belajar akan tumbuh secara optimal dan wajar tanpa harus diberi tekanan oleh guru. Kegiatan pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, dan kontekstual sesungguhnya merupakan landasan pendidikan yang dikembangkan dalam Islam. Islam mengajari kita untuk bersikap lemah lembut sesuai dengan kondisi yang terdapat pada konteks. Bahkan Allah SWT menjelaskan hal ini dalam surah AliImran ayat 159 berikut ini.



”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (keduniaan) itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS Ali Imran:159. Bachtiar Surin, Adz-Dzikra: Terjemah dan Tafsir Al-Quran, 1986). Sifat lemah lembut adalah karakter yang diberikan Allah kepada manusia untuk dapat bergaul dengan sesama manusia lainnya. Hal ini berlaku pula dalam dunia pendidikan, yakni pada proses belajar mengajar, pada saat terjadinya interaksi antara guru dan siswa serta siswa dan siswa. Firman Allah SWT pula dalam surah An-Nahl ayat 125:



xxi



”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik …” (QS AnNahl:125, Bachtiar Surin, Adz-Dzikra: Terjemah dan Tafsir Al-Quran, 1986) Selanjutnya, untuk menghindari terjadi kekeliruan dan kesalahpahaman dalam menginterpretasikan setiap istilah yang digunakan pada penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah sebagai definisi operasional sebagai berikut. 1. Pengaruh yang dimaksud di sini adalah daya yang ada atau yang timbul dari suatu yang ikut membantu watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 664). Maksud dari pengertian tersebut adalah pengaruh dari bimbingan orang tua terhadap motivasi belajar siswa di MI Assa’idiyyah. 2. Bimbingan orang tua yang dimaksud adalah segala usaha yang dilakukan orang tua, dalam memberikan bantuan dan arahan yang bersifat kerohanian (non-materi) secara terus-menerus dalam rangka menumbuhkan motivasi belajar pada diri anak. Menurut Stoops adalah bantuan yang terus menerus dalam membantu individu untuk mencapai kemampuan secara optimal dalam mengarahkan yang sebesar-besarnya bagi diri maupun masyarakat (Jumhur dan Muh. Surya, 1975: 25). 3. Motivasi Belajar Siswa, yaitu segala sesuatu yang menjadi pendorong atau penggerak seseorang siswa untuk belajar. Menurut Alisuf Sabri motivasi xxii



adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut/mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan (Alisuf Sabri, 1996: 129). Dari definisi operasional di atas, maka maksud dari judul penelitian ini dapat dirumuskan pengertiannya secara tertulis sebagai berikut: Suatu penelitian yang membahas tentang bagaimanakah pengaruh bimbingan orang tua terhadap motivasi belajar siswa yang berada di MIS Assa’idiyyah CipanasCianjur Tahun ajaran 2010/2011. F. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi menurut Subana (2000:24) adalah ”semua nilai baik melalui perhitungan kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai objek yang lengkap dan jelas.” Ditinjau dari banyaknya anggota populasi, maka populasi terdiri dari populasi terbatas (terhingga) dan populasi tak terbatas (tak terhingga), dan dilihat dari sifatnya populasi dapat bersifat homogen dan heterogen. Menurut Sugiyono (2003:24) populasi adalah ”wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.” Populasi penelitian ini adalah orang tua siswa kelas I, II, dan kelas III MIS Assa’idiyyah Cipanas Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011 sebagaimana terlihat pada tabel berikut.



xxiii



Tabel 1.1 Populasi Penelitian Jumlah Siswa



Kelas Laki-laki



Perempuan



Jumlah



I



5



7



12



II



8



6



14



III



7



7



14



JUMLAH



20



20



40



Populasi sebagaimana tergambar pada tabel di atas adalah orang tua siswa kelas I, II, dan III MIS Assa’idiyyah Cipanas Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011 yang seluruhnya berjumlah 40 orang. Pengambilan data populasi tersebut di atas didasarkan kepada teoriteori yang dikemukakan oleh Subana (2000:12) berikut ini. a. ”Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1988).” b. ”Populasi adalah kumpulan dari indivisu dengan kualitas serta ciri-ciri yang ditetapkan (Nazir, 1983).” c. ”Populasi adalah sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Vincent, 1989).” Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai dumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.



xxiv



2. Sampel Penelitian Sampel yang diambil pada penelitian ini didasarkan kepada pendapat Arikunto (1988:94) yang menyatakan bahwa ”apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar, dapat diambil antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 %.” Berdasarkan pendapat di atas, untuk mendapatkan sampel yang representatif dan berukuran sesuai dengan kebutuhan, maka dalam pelaksanaan penelitian ini diambil 50 % dari jumlah siswa 40 orang. Jadi jumlah sampelnya adalah 20 orang tua siswa. Untuk memudahkan perlakuan, sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik random sampling pada orang tua siswa kelas I, II dan III yang masing-masing berjumlah 7 orang. Penentuan kelas ini sebagai sampel dilakukan karena diasumsikan seluruh populasi homogen. G. Prosedur Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya memandu peneliti tentang langkahlangkah penelitian yang akan dilakukan, dengan alat apa dan prosedur yang bagaimana penelitian tersebut dikembangkan. Sejalan dengan perumusan masalah, serta tujuan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini, maka metode yang akan digunakan adalah metode deskritif, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad



xxv



(1982:131), yakni ”suatu cara untuk menyimpulkan masalah aktual dengan jalan menyimpulkan, menyusun, dan mengklasifikasi data.” Metode deskritif adalah suatu metode penelitian atas kelompok manusia, objek, set kondisi, sistem pemikiran, ataupun peristiwa sekarang. Penelitian deskritif memberikan deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan fenomena yang diselidiki. Menurut Kline, dalam Sugiyono (2004:7), penelitian survey dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan memiliki akurasi yang tinggi. Penelitian survey menitikberatkan pada penelitian yang rasional yakni mempelajari hubungan antarvariabel sehingga baik secara langsung atau tidak langsung hipotesis penelitian bisa senantiasa dipertanyakan. Tujuan survei dapat merupakan pengembangan data sederhana bersifat menerangkan atau menjelasakan, yakni mempelajari tentang fenomena sosial dengan cara meneliti hubungan variabel penelitian. Survei juga dapat menjadi alat bantu penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang intuisi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok atau suatu daerah yang bisa digunakan untuk mendapatkan pembenaran. Di samping itu, metode deskripsi survei juga dapat digunakan untuk penyelidikan untuk menguji hipotesis.



xxvi



Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini mengembangkan bentuk penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2004:11-12), penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini juga bertujuan untuk membangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala. Dalam penelitian ini diharapkan dapat diketahui berapa besar hubungan antara variabel yang satu dan variabel yang lain, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. 2. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah yang diteliti dan perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang bersangkutan. Pengujian hipotesis di sini, sekali-kali bukanlah bertujuan membuktikan benar atau tidaknya hipotesis itu, tetapi bermaksud menguji dapat diterima atau tidaknya hipotesis itu (Suyatna, 2000:8). Sejalan dengan hal yang dikemukakan oleh Suyatna di atas, Surakhmad (1980:39) mengemukakan bahwa hipotesis adalah perumusan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang dimaksudkan sebagai tuntunan sementara dalam penelitian untuk mencari jawaban yang sebenarnya. Berdasarkan kedua teori yang dikemukakan di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.



xxvii



HO : β = 0; Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011. HA : β ≠ 0; Terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011. 3. Teknik Penelitian Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan efektif dan efisien, digunakan sejumlah teknik penelitian. Dalam upaya memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan beberapa teknik seperti berikut. a. Teknik Angket. Sebagai instrumen utama dalam penelitian ini digunakan angket yang dikembangkan dalam bentuk skala Likert. Alasan penggunaan skala Likert ini untuk mengukur sikap, pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. b. Kajian Kepustakaan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh pemahaman teoretis tentang pembinaan dan pembimbingan siswa dalam belajar oleh orangtua, serta hal-hal yang berkaitan dengan peran orang tua dalam membina dan membimbing anaknya dalam mengembangkan belajar di rumah. Untuk memperoleh data tentang pembinaan orang tua di rumah dan motivasi belajar siswa, para orang tua siswa sebagai sampel penelitian



xxviii



diberi sejumlah pertanyaan positif atau negatif. Setiap pertanyaan merupakan penjabaran dan satu indikator variabel yang mendapatkan skor penelitian. Setiap pertanyaan diikuti oleh lima alternatif jawaban, yaitu Selalu (SL), Sering (S), Kadang-kadang (KK), Jarang (JR) dan Tidak Pernah (TP). Adapun



skor yang diperoleh responden adalah sebagai



berikut. a. Untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 5 b. Untuk jawaban Sering (S) diberi skor 4 c. Untuk jawaban Kadang-kadang(KK) diberi skor 3 d. Untuk jawaban Jarang (J) diberi skor 2 e. Untuk jawaban Tidak pernah (TP) diberi skor 1 4. Teknik Pengolahan Data Hasil Penelitian Ada dua teknik pengolahan data yang digunakan untuk menafsirkan hasil penelitian, yakni analisis deskriptif dan analisis korelasi. Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan variabel X dan Y secara mandiri dengan melihat persentase tanggapan responden pada setiap item pertanyaan yang diajukan. Penafsiran atas rata-rata hasil tanggapan responden pada setiap dimensi dilakukan dengan menggunakan skala sebagai berikut.



z 20



Sangat rendah



z



40



Rendah



z 60



Sedang



z 80



Tinggi



z 100



xxix



Analisis statistik data diarahkan pada pengujian hipotesis yang diawali dengan deskripsi data penelitian dari ketiga variabel dalam bentuk distribusi frekuensi dan histogramnya serta menentukan persamaan regresinya. Pengujian data penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut. a. Pengujian normalitas distribusi data yang dilakukan dengan teknik pengujian Chi-kuadrat atau tes Kolmogorov-Smirnov. b. Pengujian homogenitas data dengan pengujian F. c. Pengujian hubungan atau pengaruh kedua variabel pembinaan orang tua dan motivasi belajar siswa dengan menggunakan pengujian regresi linier sederhana dengan mencari koefisien kofelasi sederhana atau korelasi r Product Moment Rank-Spearman yang menunjukkan kuat lemahnya pengaruh variabel-variabel penelitian. Koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.



rxy =



n ∑ XY - (∑ X )(∑ Y )



[n(∑ X ) − (∑ X) ] [n(∑ Y ) − (∑ Y) ] 2



2



2



2



Keterangan: rxy



: Koefisien korelasi



n



: jumlah responden



X



: Jumlah skor setiap item



Y



: Jumlah skor total seluruh item



(∑X)2



: Kuadrat jumlah skor item X



xxx



∑X2



: Jumlah kuadrat skor item X



(∑Y)2



: Kuadrat jumlah skor item Y



(∑X)2



: Jumlah kuadrat skor item Y



Kuat-lemahnya pengaruh antarvariabel dikategorikan merujuk kepada standar kategori Sugiyono (2001:149) sebagai berikut. Tabel 1.2 Standar Kategori Sugiyono Parameter



d. Menguji



Kategori



0,000 – 0,199



Sangat rendah/lemah



0,200 – 0,399



Rendah/lemah



0,400 – 0,599



Sedang/cukup kuat



0,600 – 0,799



Tinggi/kuat



0,800 – 1,000



Sangat tinggi/kuat



hipotesis



dengan



menggunakan



hipotesis



statistik



sebagaimana dikemukakan di atas, yakni: HO : β = 0; Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011. HA : β ≠ 0; Terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011. Untuk menguji hipotesis ini digunakan uji t yang digunakan untuk menguji signifikansi koefisien regresi β dan sekaligus menguji



xxxi



signifikansi koefsien korelasi r. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.



thitung =



β n-2 atau thitung = r SE β 1- r2



β



= koefisien regresi



SEβ



= standard error dari koefisien regresi



r



= koefisien korelasi



n



= ukuran sampel



Jika thitung > ttabel atau thitung < -ttabel (pada taraf signifikansi α = 5% tipe uji 2 sisi dan derajat kebebasan db = n-k-1), maka diputuskan HO ditolak dan hipotesis penelitian (HA) diterima. Untuk mempercepat proses perhitungan dalam analisis ini digunakan aplikasi komputer melalui paket program Microsoft Excel 2007 dan aplikasi SPSS 11.0 for Windows. H. Kajian Kepustakaan



Kajian pustaka merupakan uraian singkat tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang masalah sejenis sehingga diketahui secara jelas. Posisi dan kontribusi peneliti, selain itu juga berupa bukti yang telah diterbitkan. Tinjauan pustaka ini berfungsi untuk menggali teori-teori yang telah dikembangkan dalam bidang ilmu yang berkepentingan mencari metode-metode serta teknik penelitian yang telah digunakan oleh penelitipeneliti terdahulu, serta menghindarkan terjadi duplikasi yang tidak diizinkan.



xxxii



Adapun tentang masalah sejenis, di antaranya, sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa peneliti berikut. Husnul Inayati (UIN Sunan Gunung Djati 2008) dalam skripsinya dengan judul Pengaruh Bimbingan Orang Tua dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas II SLTP Negeri 1 Cipanas Tahun Ajaran 2006/2007 menemukan bahwa: 1). Tinggi rendahnya prestasi belajar



ekonomi siswa ditentukan oleh tinggi rendahnya bimbingan orang tua dan motivasi belajar siswa; 2). Motivasi belajar memiliki pengaruh lebih besar (Dominan) terhadap prestasi belajar ekonomi dibandingkan bimbingan orang tua. Deden Heri Mulyana (UNINUS Bandung 2009) dalam skripsinya dengan judul motivasi belajar, intensitas belajar pengaruhnya terhadap prestasi belajar PPKn kepada siswa kelas II MTsN Ciherang, menemukan



bahwa motivasi berpengaruh terhadap prestasi belajar PPKn, adapun yang mempengaruhi prestasi belajar PPKn siswa adalah lingkungan pergaulan, tingkat intelektual anak, bimbingan orang tua dan sebagainya. Elis Handayani (UIN Bandung 2008) dalam skripsinya dengan judul bimbingan, orang tua, kedisiplinan, motivasi belajar, prestasi belajar PPKn, siswa kelas II MA Sukamiskin Bandung. Menemukan bahwa intensitas



bimbingan orang tua, kedisiplinan dan motivasi belajar ternyata memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap prestasi belajar PPKn. Maka perlu diupayakan untuk meningkatkan intensitas bimbingan orang tua dan kedisiplinan serta motivasi belajar siswa. xxxiii



Noor Cholis (UIN Bandung 2007) dalam skripsinya dengan judul motivasi belajar siswa kelas XI SMA Muhammadiyah Cipanas-Cianjur Tahun ajaran 2007/2008, menemukan bahwa motivasi belajar siswa banyak



dipengaruhi oleh faktor: 1. Dibentuknya uang SPP 2. Adanya harapan dan cita-cita dalam diri siswa 3. Adanya sistem dan fasilitas asrama 4. Adanya kesadaran diri dari siswa 5. Adanya kepercayaan diri 6. Dibebaskannya uang makan Penelitian-penelitian tersebut di atas dibatasi pada materi-materi pelajaran tertentu seperti ekonomi dan PPKn serta motivasi-motivasi yang membahas tentang bimbingan orang tua yang berpengaruh terhadap prestasi siswa. Untuk itu penulis ingin membahas dan meneliti motivasi belajar siswa yang ditimbulkan dari bimbingan orangtua, dengan demikian motivasi belajar yang ditimbulkan oleh orang tua yang berada di MIS As-sa’idiyah CipanasCianjur belum ada yang meneliti sebelumnya, sehingga penelitian ini mengandung unsure kebaruan, yang mengangkat pengaruh bimbingan orang tua terhadap motivasi belajar siswa di MIS As-sa’idiyah Ciapanas-Cianjur, sebagai tema penelitian.



xxxiv



BAB II BIMBINGAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR



A. Belajar dalam Pandangan Islam



Islam memberikan motivasi kepada masyarakat bahwa belajar itu merupakan kewajiban yang penting. Kewajiban ini berdampak pada kegiatan belajar yang harus dilakukan baik dalam dan terhadap lingkungan kehidupannya. Sebagai ilustrasi, agama Islam memberikan dorongan kuat kepada pemeluknya agar senantiasa belajar. Syarat utama yang perlu dimiliki oleh setoap individu untuk melakukan kegiatan belajar adalah membaca. Oleh sebab itu, wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, untuk disampaikan kepada seluruh manusia, adalah perintah untuk membaca dalam Al-Quran, Surah AL-‘Alaq, ayat 1.



”Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menjadikan” (Bachtiar Surin,1986:2693) Kewajiban ummat untuk belajar ini dipertegas oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya ”Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan” (Tholabul ‘ilmi faridlatun ‘ala kulli muslimin wal-muslimat), serta ”Tuntutlah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat” (Uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal ahdi). Kedua sabda



xxxv



Rasulullah SAW tersebut sangatlah tegas dipahami bahwa kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim selama hidupnya adalah belajar. Dengan demikian, kegiatan belajar memiliki motivasi ibadah yaitu untuk melakukan kewajiban yang telah ditteapkan Allah SWT dan Rasul-Nya. Menurut Islam, belajar adalah kunci utama untuk mencapai kemajuan dan kebahagiaan. Belajar dalam pengertian ini adalah proses pencarian dan penguasaan ilmu untuk diterapkan dalam kehidupan. Sabda Rasulullah SAW yang menjelaskan ”Barangsiapa ingin memperoleh kebahagiaan di dunia, maka ia harus menguasai ilmu. Barang siapa yang ingin meraih kebahaigiaan di akhirat, maka ia harus menguasai ilmu, dan barang siapa yang ingin mendapatkan kebahagiaan keduanya, maka ia harus menguasai ilmu.” Keutamaan ilmu ini memegang peranan penting dalam ajaran Islam sehingga Allah berkali-kali menegaskan kedudukannya dalam Al-Quran, Surah Al-Mujadalah:11 berikut.



”Allah meninggikan derajat orang yang berilmu di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan.” (Bachtiar Surin,



1986:2375). Hal yang sama juga dapat dilihat pada Surah Al-Fathiir:28 berikut ini.



xxxvi



”Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warna dan jenisnya. Sesungguhnya orang yang bertakwa kepada Allah dari hamba-hambanya itu adalah orang-orang yang berilmu pengetahuan. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (Bachtiar Surin,19861849) Orang yang berpengatahuan yang tidak mau mengajarkan ilmu yang dikuasainya itu mendapatkan ancaman yang berat dari Allah SWT. sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW: ”Barang siapa yang ditanya tentang ilmu kemudian menyimpan ilmunya (tidak mau mengajarkannya), maka Allah akan mengekang dia (orang yang berilmu itu) dengan api neraka pada hari kiamat.” Bagi semua muslim ada kewajiban untuk mencari ilmu kepada siapa saja yang dianggap lebih tinggi ilmunya atau lebih menguasai sesuatu dari pada dirinya. Hal ini ditegaskan beberapa kali dalam Al-Quran, dan di antaranya dalam surah An-Nahl ayat 43 berikut.



”Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmupengetahuan jika kamu tidak mengetahuinya” (Bachtiar Surin,1986:1099).



xxxvii



Dalam surah Al-Ankabuut ayat 43, Allah bahkan mensyaratkan ilmu pengetahuan sebagai dasar untuk memahami segala sesuatu fenomena yang terjadi di muka bumi ini.



”Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia, dan tiada yang dapat memahaminya kecuali orang yang berilmu”



(Bachtiar Surin, 1986:1688). Berdasarkan ayat-ayat Al-Quran serta sabda Rasulullah di atas dapat disimpulkan bahwa memang sejak semula Islam meletakkan dasar-dasar adanya kewajiban belajar dan mengajar. Tinggallah kita sebagai ummat Islam dapat memikirkan bagaimana masyarakat dapat menerima pendidikan secara layak serta memudahkan mereka dalam memperoleh ilmu pengetahuan sebagai bekal bagi kelangsungan hidupnya di muka bumi ini. Pada firman-firman Allah SWT dan sabda Rasulullah SAW selalu ditekankan bahwa keimanan dan ketakwaan merupakan landasan utama bagi manusia dalam mencari dan menyampaikan ilmu pengetahuannya. Mencari dan menyampaikan ilmu pengetahuan yang didasari keimanan dan ketakwaan akan membawa manusia ke arah kesejukan, kedamaian, dan kerendahan hati. Orang yang melandasi dirinya dengan keimanan dan ketakwaan dalam mencari ilmu dan menyebarkan ilmu, tidak akan didapati kesombongan dan sifat riya dalam dirinya.



xxxviii



Dalam hubungan ini, Imam Ghazali berpendapat bahwa ”spesifikasi ilmu pengetahuan seseorang tidaklah mengotori ilmu yang dimiliki oleh orang lain dalam diri atau jiwa murid-muridnya. Para pendidik harus memiliki adab yang baik karena murid akan selalu melihat gurunya sebagai contoh yang harus diteladani. Perilaku guru akan selalu diikuti oleh muridnya, begitu pula sebaliknya.” B. Prinsip Dasar Bimbingan Belajar



Lembaga pendidikan, khususnya sekolah-sekolah, merupakan tumpuan harapan orang tua, siswa, dan warga masyarakat guna memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan sifat-sifat kepribadian utama sebagai sarana pengembangan karier, peningkatan status sosial, dan bekal hidup lainnya di dunia kini dan di akhirat kelak. Sebagai lembaga formal, sekolah mencoba mengkombinasikan aspirasi dan pandangan-pandangan masyarakat tersebut ke dalam tujuan-tujuan pembelajaran serta standar kompetensi tertentu secara operasional. Akhirnya, semua aspirasi itu terletak di bahu dan tangan guru karena merekalah yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab pelaksanaan operasional pendidikan dan pengajaran. Meskipun para guru telah berusaha melancarkan segala kompetensinya dalam mengelola pembelajaran dan pendidikan, tatkala sampai pada suatu saat harus melaksanakan evaluasi berdasarkan data dan informasi hasil pengukuran proses dan produk belajar, maka para guru dihadapkan kepada beberapa kenyataan tertentu. Kenyataan ini oleh Hamid Sayuti (2000:123124) diuraikan sebagai berikut. xxxix



1. Menilai keberhasilan anak didik dengan menggunakan criterion referenced evaluastion (CRE) yang menilai tujuan-tujuan (dalam wujud perubahan tingah laku dan pribadi) yang diharapkan seperti yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Pada kenyataan ini guru akan menemukan kelompok-kelompok siswa yang benar-benar menguasai pembelajaran (siswa unggul), yang cukup menguasai (siswa papak), dan yang kurang menguasai pembelajaran (siswa asor). 2. Berdasarkan kapasitas (tingkat kecerdasan dan bakat) siswa sendiri untuk belajar dalam mata pelajaran tertentu (dengan asumsi kondisi belajar telah disesuaikan dengan perbedaanperbedaan individual) sehingga ditemukan kualifikasi siswa memiliki prestasi tinggi (overachievers) sehingga siswa tersebut disebut sebagai siswa sukses, siswa yang sesuai dengan perkiraan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya, dan siswa yang tidak memiliki prestasi berdasarkan hasil tes kemampuan belajar (under achievers) sehingga disebut siswa gagal. 3. Berdasarkan waktu yang ditetapkan (time allowed) untuk menyelesaikan suatu program belajar dengan asumsi bahan dan kondisi belajar diperkirakan sesuai dengan ketentuan waktu tersebut, maka akan ditemukan kualifikasi siswa yang mampu belajar cepat (rapid learner), siswa yang belajar sedang saja (siswa normal), dan siswa yang lambat belajar. 4. Dengan menggunakan norm referenced (PAN) di mana prestasi seorang siswa dibandingkan prestasi siswa lainnya (baik teman sekelomponya di tempat yang sama maupun di tempat lain) sehingga ditemukan kategori siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya (higher group), siswa yang prestasinya selalu berada di sekitar niai rata-rata (mean) dari kelompoknya (average), dan siswa yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya (lower group). (Hamid Sayuti, 2000:123-124) Menurut Hamid Sayuti (2000:127)” ”sistem pendidikan di Indonesia sebenarnya masih bersifat tradisional meskipun para guru telah mengetahui adanya kualifikasi siswa seperti yang digambarkan di atas karena pada umumnya mereka dikejar oleh suatu pandangan yang mengharuskan bahan pelajaran diselesaikan pada waktu yang telah ditetapkan, maka para guru tidak sempat menghiraukan para siswa yang termasuk kategori-kategori tertentu (cepat – lambat, higher – lower, under



xl



achievers, unqualified dan sebagainya) yang sebenarnya memerlukan perhatian khusus dalam proses kegiatan belajar mengajar sehari-hari.”



Isjoni (2003) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan yang definitif atas kondisi dan hasil belajar siswa, secara administratif baru diambil pada saat-saat menjelang akhir tahun pelajaran, di mana ditetapkan hal-hal sebagai berikut. a) siapa saja siswa yang dapat dinyatakan naik tingkat/kelas atau lulus (completers); b) siapa saja siswa yang dinyatakan harus mengulang program pelajaran tingkat/kelas yang sama (repeaters); bahkan c) siapa saja siswa yang dinyatakan harus dikeluarkan dari sekolah (to be pushed out, dropped outs). Dari berbagai sumber informasi dapat diketahui bahwa jumlah atau persentase yang tergolong harus mengulang atau putus sekolah itu ternyata cukup tinggi. Meskipun tidak seluruhnya putusan bersumber pada kelemahan segi akademis (hal lain juga disebabkan oleh faktor sosio-ekonomis dan antropologis), jumlah mortalitas (putusan) dan pengulang itu cukup banyak membawa konsekuensi sebagai berikut. (1) Bagi pengulang, ekses-ekses sosiopsikologis pada umumnya karena halhal sebagai berikut. (a) Kurangnya motivasi untuk belajar (lack of motivation). (b) Sikap belajar yang kurang positif (negative attitude). (c) Perasaan kecewa atau putus asa (frustated, negative feeling). (d) Perasaan rendah diri dan percaya diri (low of self esteem, lack of self confident).



xli



(e) Perilaku yang salah suai (maladjusment, maladaptove behavior). (2) Bagi para putusan (dropped outs) ekses-ekses tersebut mungkin dapat bersifat lebih jauh dan lebih luas lagi yang dapat menjangkau sendiri kehidupan masyarakat yang bersangkutan, misalnya dengan indikator sperti berikut ini. (a) Ada juga yang terpaksa menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang sebenarnya sia-sia atau kurang produktif. (b) Ada juga yang melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang dapat dipandang menyimpang atau melanggar kaidah-kaidah sosial, norma agama atau perundang-undangan yang berlaku (juvenile deliquencies).



Sudah barang tentu, terdapatnya kualifikasi hasil belajar yang tertentu (unqualified, underachievers, slow learner, lower group students) dengan segala ekses yang dibawa oleh penanganannya secara tradisional seperti digambarkan di atas merupakan suatu hal yang sesungguhnya tidak diharapkan terjadi dan mungkin dapat menge-cewakan orang tua, siswa sendiri, maupun para guru dan pejabat sekolah yang bersangkutan. Persoalannya sekarang adalah: 1. Apakah kelemahan-kelemahan pada hasil dan proses pendidikan dengan segala eksesnya itu dapat diminimalkan? 2. Apakah produktivitas belajar mengajar dapat dioptimalkan? (Apakah siswa yang telah menguasai suatu paket program atau lebih cepat



xlii



menyelesaikan programnya dapat lebih diperkaya (enrichment) atau dipromosikan kepada peket program lebih lanjut tanpa terikat dan terhambat oleh keharusan menunggu rekannya yang lambat; siswa yang termasuk kualifikasi sedang dapat ditingkatkan penguasaannya; siswa yang lambat akhirnya mempunyai kesempatan pula mencapai taraf penguasaan yang setaraf dengan rekannya meskipun dengan jangka waktu yang lebih lama dari rekannya). 3. Usaha-usaha manakah yang tidak secara langsung termasuk tugas-tugas yang dapat diketegorikan ke dalam pengajaran tetapi dapat dilakukan oleh guru dalam rangka mengatasi kelemahan-kelemahan seperti digambarkan tersebut di atas? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sesungguhnya terletak pada layanan bimbingan belajar (guidance service) yang sebenarnya pada konteks pendidikan kita belum dapat dilaksanakan secara optimal sesuai dengan fungsinya. Layanan bimbingan ini dipercaya dapat meminimalkan kesalahan dan ketidakber-hasilan pendidikan sehingga jumlah siswa yang tertinggal dan putus dapat dikurangi secara sistematis. Layanan bimbingan belajar secara formal sudah barang tentu diberikan di dalam lingkungan sekolah. Akan tetapi, bimbingan belajar yang sesungguhnya terdapat pada lingkungan rumah di mana orang tua berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi anaknya dalam mencapai tujuan pendidikan.



xliii



C. Peran Orang Tua dalam Pembinaan Anak



Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pada pasal 7 ayat (2), mengemukakan bahwa ”Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.” Ayat tersebut mengungkapkan bahwa orang tua berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya yang masih berada dalam usia wajib belajar. Usia wajib belajar yang dimaksud tersebut adalah anak yang berusia mulai tujuh tahun sampai dengan lima belas tahun. Harapan terbesar orang tua adalah ingin memiliki anak yang soleh, sopan, pandai bergaul, pintar dan sukses, tetapi harapan besar ini jangan sampai menjadi tinggal harapan saja. Bagaimana orang tua untuk mewujudkan harapan tersebut, itulah yang paling penting. Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia sangatlah penting dan fundamental, keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya. Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara baik maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritis yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan baik, maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri dan kepribadian yang terganggu. Lebih jauh lagi bahkan tugas sebagai makhluk sosial untuk xliv



mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya akan gagal sama sekali. Peran orang tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya berada pada urutan pertama, para orang tualah yang paling mengerti benar akan sifatsifat baik dan buruk anak-anaknya, apa saja yang mereka sukai dan apa saja yang mereka tidak sukai. Para orang tua adalah yang pertama kali tahu bagaimana perubahan dan perkembangan karakter dan kepribadian anak-anaknya, hal-hal apa saja yang membuat anaknya malu dan hal-hal apa saja yang membuat anaknya takut. Para orang tualah yang nantinya akan menjadikan anak-anak mereka seorang yang memiliki kepribadian baik ataukah buruk. Peran orang tua dalam pendidikan adalah membangun fondasi akidah dan akhlak pada diri anak sehingga anak memiliki dasar yang kuat dalam mengikuti pembelajaran lainnya di sekolah maupun di lingkungannya. Hal-hal yang disampaikan oleh Lukman Al-Hakim dalam surah Luqman diawali dengan penanaman akidah pada diri anak.



Artinya:



”Dan ingatlah ketika Luqman mengajari anaknya, “Hai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah! Sebab musyrik itu adalah dosa yang amat besar.” (Bachtiar Surin,1986:1735)



Konsep akidah yang ditanamkan Lukman kepada anaknya ini diperkokoh oleh sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Sumawaih,



xlv



Ibunu ‘Adi, ‘Uqaili, Kharaithi, Khatib, Ibnu ‘Asakir dan Rafi’i dari Anas r.a berikut ini.



Artinya: ”Ini adalah agama yang telah Kuridlai untuk diri-Ku sendiri, dan tidak dapat dimanfaatkan kecuali dalam perbuatan murah hati dan akhlak yang baik. Karena itu, jadikanlah mulia dengan kedua sifat itu selama kalian menganutnya.” (Al-Fasyani, 1999:157) Allah SWT telah memilih agama Islam untuk dirinya sebagai agama yang diridlai-Nya. Oleh karena itu, Allah tidak akan menerima hamba-Nya selain dalam agama Islam. Hal ini ditegaskan pula dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 85 berikut ini.



”Maka, barangsiapa yang berusaha memeluk agama selain agama Islam, tidaklah akan diterima agamanya, dan kelak di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi” (Bachtiar Surin,1986:241)



Setelah akidah kokoh pada diri anak, maka dimulailah penanaman nilai-nilai akhlak dan ibadah berikutnya. Hal ini difirmankan Allah dalam surah Lukman ayat 16-19 sebagai berikut.



xlvi



Artinya: (Luqman berkata): ”Hai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan baik maupun buruk sekalipun seberat biji sawi yang tersembunyi dalam batu karang, atau di mana pun juga baik di langit maupun di bumi ini, kelak akan diperhitungkan juga oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Halus dan Maha Mengetahui. ”Anakku! Kerjakanlah shalat, anjurkanlah perbuatan yang baik, cegahlah perbuatan keji dan bersabarlah terhadap kemalangan yang menimpamu. Sesungguhnya semua itu termasuk hal-hal yang menjadi inisari hidup, mengandung manfaat adiguna di dunia dan di akhirat.” ”Dan janganlah kamu membuang muka dengan sombong terhadap orang yang sedang berbicara denganmu, dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Allah sungguh-sungguh tidak senang terhadap semua orang sombong lagi angkuh.” ”Selanjutnya, sederhana sajalah dalam berjalan, dan lemah lembutlah dalam ucapan! Sesungguhnya suara yang paling buruk ialah suara keledai.” (Bachtiar Surin, 1986:1736-1738).



Permasalahan akhlak ini sangat digarisbawahi dan ditekankan oleh Rasulullah SAW. Dalam beberapa sabdanya, Rasulullah mengemukakan sebagai berikut.



xlvii



”Aku diutus terutama untuk menyempurnakan akhlak.” (Al-Hasyimi, 2007:178)



”Yang paling banyak dimasukkan ke dalam surga adalah orang-orang yang takwa dan berakhlak baik.” (Al-Hasyimi, 2007:181)



”Yang



paling sempurna kemimanan seorang mu’min adalah yang



paling baik akhlaknya.” (Al-Hasyimi, 2007:181)



”Dengan



akhlak yang baik, seorang hamba Allah pasti akan mencapai



derajat orang yang shaum diikuti shalat malam.” (Al-Hasyimi,



2007:182) Akhlak yang baik (husnul khuluq) sebagaimana dikemukakan pada keempat sabda Rasulullah SAW di atas seluruhnya mengacu kepada sikap dan sifat baik, ramah, bermuka manis, selalu menanggapi, mendengarkan ucapan orang lain dengan baik, dan selalu menjadi teladan bagi lingkungannya.



xlviii



Sebagian ahlul-'Ilmi menyatakan bahwa husnul khuluq berarti: (1) menahan marah karena Allah, (2) menampakkan muka manis dan ramah tamah kecuali kepada orang yang mungkar dan jahat, (3) memaafkan orang yang sesat tanpa sengaja kecuali apabila mau mendidiknya, (4) menegakkan Batas-Batas ketentuan Allah, (5) menghindarkan gangguan terhadap kaum Muslimin dan kaum kafir yang ada dalam perlindungan pemerintah Islam, kecuali usaha untuk merubah kemungkaran dan menyelamatkan orang yang teraniaya tanpa melebihi batas (Ali Usman, H.A.A Dahlan, H.M.D Dahlan, 1988:358). Selanjutnya, pembinaan yang lebih sungguh-sungguh selayaknya diberikan kepada anak-anak yang sedang mengalami masa peralihan atau masa transisi dari dunia anak-anak ke masa remaja. Anak-anak pada masa peralihan ini lebih banyak membutuhkan perhatian dan kasih sayang, maka para orang tua tidak dapat menyerahkan kepercayaan seluruhnya kepada guru di sekolah, artinya orang tua harus banyak berkomunikasi dengan gurunya di sekolah begitu juga sebaliknya. Hal penting dalam pendidikan adalah mendidik jiwa anak. Jiwa anak pada masa remaja transisi yang masih rapuh dan labil, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua dapat mengakibatkan pengaruh lebih buruk lagi bagi jiwa anak. Banyaknya tindakan kriminal yang dilakukan generasi muda saat ini tidak terlepas dari kelengahan bahkan ketidakpedulian para orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan memiliki keterkaitan yang kuat satu sama lain. Terlepas dari beragamnya



xlix



asumsi masyarakat, ungkapan “buah tak akan pernah jatuh jauh dari pohonnya” adalah sebuah gambaran bahwa betapa kuatnya pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya. Supaya orang tua dan sekolah tidak salah dalam mendidik anak, oleh karena itu harus terjalin kerjasama yang baik di antara kedua belah pihak. Orang tua mendidik anaknya di rumah, dan di sekolah untuk mendidik anak diserahkan kepada pihak sekolah atau guru, agar berjalan dengan baik kerja sama diantara orang tua dan sekolah maka harus ada dalam suatu rel yang sama supaya bisa seiring seirama dalam memperlakukan anak, baik di rumah ataupun di sekolah, sesuai dengan kesepahaman yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam memperlakukan anak. Kalau saja dalam mendidik anak berdasarkan kemauan salah satu pihak saja misalnya pihak keluarga saja taupun pihak sekolah saja yang mendidik anak, hal ini berdasarkan beberapa pengalaman tidak akan berjalan dengan baik atau dengan kata lain usaha yang dilakukan oleh orang tua atau sekolah akan mentah lagi karena ada dua rel yang harus dilalui oleh anak dan akibatnya si anak menjadi pusing mana yang harus diturut, bahkan lebih jauhnya lagi dikhawatirkan akan membentuk anak berkarakter ganda. Memang pada kenyataannya tidak mudah untuk melaksanakan kesepahaman tersebut, tetapi kalau kita berlandaskan karena rasa cinta kita kepada anak tentunya apapun akan kita lakukan, karena rasa cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan



l



kemarahan menjadi rahmat. Kalau hal ini sudah dimiliki oleh kedua belah pihak, hal ini merupakan modal besar dalam mendidik anak. Setiap kejadian yang terjadi, baik di rumah ataupun di sekolah hendaklah dicatat dengan baik oleh kedua belah pihak sehingga ketika ada hal yang janggal pada anak, hal ini bisa dijadikan bahan untuk mengevaluasi sejauhmana perubahan-perubahan yang dialami oleh anak, baik sifat yang jeleknya ataupun sifat yang bagusnya, sehingga didalam penentuan langkah berikutnya bisa berkaca dari catatn-catatan yang telah dibuat oleh kedua belah pihak. Setiap ada sesuatu hal yang dirasakan janggal pada diri anak baik di rumah ataupun di sekolah, baik orang tua ataupun guru, harus sesegera mungkin ditangani dengan cara saling menginformasikan di antara orang tua dan guru, mungkin lebih lanjut mendiskusikannya supaya bisa lebih cepat tertangani masalah yang dihadapai oleh anak dan tidak berlarut-larut. Oleh karena itu, sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa orang tua dan sekolah merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam mendidik anak, agar apa yang dicita-citakan oleh orang tua atau sekolah dapat tercapai, maka harus ada konsistensi dari kedua belah pihak dalam melaksanakan program-program yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. D. Prinsip Dasar Motivasi 1. Pengertian Motivasi



Motivasi berasal dari kata dasar motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organli



isme itu bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung. Motif pada seseorang dapat diinterpretasikan dari tingkah lakunya. Sayuti (2000:85), yang mengutip teori motivasi dari Maslow, mengemukakan bahwa motif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a. Motif atau kebutuhan organisme yang meliputi kebutuhankebutuhan untuk makan, minum, bernafas, seksual, beruat, dan beristirahat. b. Motif darurat yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, membalas, berusaha, dan memburu atau mencari sesuatu. c. Motif objektif yang meliputi kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, untuk melakukan manipulasi, untuk pengembangan minat dan hasrat. Motif organisme adalah kebutuhan biologis manusia, sebagai makh-luk hidup. Motif darurat timbul karena adanya tantangan dari luar. Motif ini, terbentuk karena dorongan untuk menghadapi dunia luar, baik sosial maupun non-sosial secara efektif. Di sini minat, hasrat dan keinginan disebut sebagai suatu kebutuhan objektif. Penggolongan lain, yang didasarkan atas terbentuknya motif-motif, terdapat dua golongan sebagaimana yang dikemukakan oleh Sayuti (2000:89), yaitu: “motif bawaan dan motif yang dipelajari. Motif bawaan telah ada sejak dilahirkan, dan tidak perlu dipelajari, misalnya makan, minum, dan seksual. Motif yang kedua adalah motif yang timbul karena dipelajari seperti motif belajar, motif untuk bekerja, motif mencari kedudukan atau jabatan.”



lii



Berdasarkan jabarannya, Makmun (1996:97) membedakan dua macam motif yaitu, motif intrinsik dan motif ekstrinsik. “Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada di dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Sedang motif ekstrinsik, timbul, karena adanya rangsangan dari luar individu. Misalnya, dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan yang dilaksanakan, bukan karena hal itu dipaksakan oleh orang lain melainkan dirinya sendiri menaruh minat terhadap kegiatan pendidikan karena melihat akan memberikan manfaat kepadanya.” Motif intrinsik lebih kuat daripada motif ekstrinsik. Maka pendidikan



harus



berusaha



menimbulkan



motif



intrinsik



dengan



menumbuhkan dan mengembangkan minat mereka terhadap bidangbidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional akan menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran. Berdasarkan uraian di atas dapatlah disusun kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan atau kekuatan yang timbul dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan yang didasari oleh kebutuh-an yang ada pada dirinya. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan organis, dorongan yang bersifat darurat, atau dorongan objektif berupa keinginan dalam mengembangkan minat, hasrat, dan bakat.



liii



2. Dinamika Proses Perilaku Manusia



Dipandang dari segi motifnya, Makmun (1996:29) mengemukakan bahwa perilaku manusia itu selalu mengandung tiga aspek yang kedudukannya bertahap dan berurutan. Ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut. a. motivating states, yakni timbulnya kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagai akibat terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormonal dalam diri organisme atau karena terangsang oleh stimulasi tertentu; b. motivated behavior, yakni bergeraknya organisme ke arah tujuan tertentu sesuai dengan sifat kebutuhan yang hendak dipenuhi dan dipuaskannya, misalnya jika lapar mencari makanan dan memakannya. Dengan demikian, pada tahap ini setiap perilaku pada hakikatnya bersifat instrumental (sadar atau tidak sadar); c. satisfied conditions; dengan berhasilnya dicapai tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan yang terasa, maka keseimbangan dalam diri organisme pulih kembali, yakni dengan terpeliharanya homeostatis. Kondidi demikian dihayati sebagai rasa nikmat dan puas atau lega. Akan tetapi, di dalam kenyataannya tidak selamanya kondisi pada tahap ketiga itu demikian, bahkan mungkin sebaliknya, yakni terjadinya ketegangan yang memuncak kalau insentifnya (goals) tidak tercapai, sehingga individu merasa kecewa. (Abin Syamsuddin Makmun, 1996:29) Terjadinya



metabolisme



dan



penggunaan



atau



pelepasan



kalori,



perangsangan kembali, dan sebagainya, menyebabkan kepuasan itu hanya bersifat sementara (temporal). Oleh karena itu, gerakan atau dinamika proses perilaku itu sebenarnya berlangsung secara siklus seperti yang tergambar pada gambar berikut ini.



liv



Motif



Lingkaran Motivasi



Rasa puas lega / Kecewa



Perilaku Instrumental



Insentif atau Goals



Gambar 2.1 Lingkaran Motivasi (Abin Syamsuddin Makmun;1996:30) Meskipun motivasi itu merupakan suatu kekuatan, namun tidak merupakan suatu substansi yang dapat diamati. Menurut Makmun (1996:30), ”yang dapat dilakukan orang dalam mengukur motivasi seorang individu ialah dengan mengidentifikasi indikator-indikatornya dalam konteks tertentu.” Indikator tersebut dapat disusun sebagai berikut. a. durasi kegiatan, yakni berapa lama kemampuan penggunaan waktu bagi individu tersebut dalam melakukan kegiatan; b. frekuensi kegiatan, yakni seberapa sering kegiatan individu dilakukan dalam periode tertentu; c. presistensi atau ketetapan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan yang telah ditetapkan;



lv



d. ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan; e. devosi (pengabdian) dan pengorbanan baik dalam bentuk uangm tenaga, pikiran, bahkan keselamatan jiwanya dalam mencapai tujuan; f. tingkatan aspirasi yang diberikan dalam kegiatan, yang meliputi maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target yang hendak dicapai melalui kegiatan yang dilakukan; g. tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak); serta h. arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan; misalnya suka atau tidak suka, positif atau negatif. Hal yang harus diperhitungkan bahwa faktor-faktor yang terlibat dalam suatu kegiatan bukanlah hanya motvasi belaka, melainkan juga tercakup di dalamnya indikator-indikator tersebut di atas. Dalam konteks motivasi pembinaan siswa yang diberikan oleh orang tuanya, maka hal-hal tersebut di atas berlaku pula. 3. Jenis-jenis Motivasi



Makmun (1996:28-29) mengemukakan bahwa ”motivasi adalah suatu kekuatan (tenaga, daya) atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu (organisme) untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.” Makmun (1996:29)



lvi



juga mengemukakan bahwa ”motivasi timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan (1) datang dari dalam diri individu itu sendiri (intrisik), dan (2) datang dari lingkungan sekitarnya (ekstrinsik).” Dengan demikian, terdapat dua jenis motivasi berdasarkan teori tersebut, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Pendapat lain dikemukakan oleh Morgan dan Woodworth dalam Makmun (1996:30) bahwa berdasarkan sumber dan proses perkembangannya, motivasi dibedakan dalam dua kelompok besar. Pengelompokan ini didasarkan kepada kebutuhan analisis psikologis sebagai berikut. (1) Motif primer (primary motive) atau disebut juga sebagai motif dasar (basic motive) yang mengacu kepada motif-motif yang tidak dipelajari (unlearned motive) yang sering dinamakan sebagai dorongan (drive). Ke dalam motif ini dibedakan dua golongan sebagai berikut. (a) Dorongan fisiologis (physiological drive) yang bersumber pada kebutuhan organis (organic need) yang mencakup antara lain rasa lapar, haus, pernafasan, seks, kegiatan, dan istirahat. Untuk menjamin kelangsungan hidup organis diperlukan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut sehingga dicapai keadaan fisik tertentu (physiological state or condition) yang seimbang (homeostatis). (b) Dorongan umum (general drive) dan motif darurat (emergency motive) yang termasuk di dalamnya adalah kasih sayang, takut, kekaguman, dan rasa ingin tahu. Kemudian dalam hubungannya dengan rangsangan dari luar muncul pula dorongan untuk melarikan diri, menyerang, berusaha, dan mengejar dalam rangka mempertahankan dan menyelamatkan dirinya. (2) Motif sekunder (secondary motive) menunjukkan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement). Ke dalam kelompok ini digolongkan motif-motif : (a) takut yang dipelajari (learned fears);



lvii



(b) motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, konformitas, afiliasi, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya); (c) motif-motif objektif dan interest (eksplorasi, manipulasi, minat); (d) maksud (purpose) dan aspirasi; serta (e) motif berprestasi (achievement motive). (Makmun, 1996:30) Berdasarkan teori-teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan berdasarkan kepentingannya. a. Berdasarkan latar belakang tumbuhnya, motivasi dikelompok-kan menjadi dua macam yakni motivasi intrinsik (yang datang dari dalam diri manusia), dan motivasi ekstrinsik (yang datang dari luar diri manusia). b. Berdasarkan



kebutuhannya



dalam



perkembangan



manusia,



motivasi dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yakni motif primer dan motif sekunder. c. Berdasarkan cara diperolehnya, motivasi terdiri atas motif yang tidak dipelajari dan motif-motif yang dipelajari. Berdasarkan kesimpulan di atas, akan timbul pula peristilahanperistilahan motivasi yang disesuaikan dengan kebutuhan ilmu pengetahuan, sehingga kita mengenal istilah motivasi belajar, motivasi bekerja, motivasi berkeluarga, motivasi berprestasi, motivasi baik, motivasi buruk, motivasi positif, motivasi negatif, serta sejumlah motivasi lainnya.



lviii



4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi



Sebagaimana dikemukakan di atas, motivasi tumbuh karena dua aspek yang muncul dari dalam diri manusia, yakni dorongan pencapaian kepuasan serta kebutuhan manusia akan sesuatu. Atas dasar ini pula kemudian muncul teori-teori motivasi yang titik tolaknya berbeda satu sama lain. Ada teori motivasi yang bertitik tolak pada dorongan dan pencapaian kepuasan. Namun ada pula yang titik tolaknya pada azas kebutuhan, yang saat ini banyak. dianut orang kebanyakan. Motivasi dapat muncul dari dalam diri manusia maupun dari luar diri manusia yang kemudian dikenal sebagai motif intrinsik dan ekstrinsik. Oleh karena itu, tumbuh dan berkembangnya motivasi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tumbuh di luar diri manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya motivasi dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam dirinya. Maslow, dalam Sayuti (2000:123) mengemukakan bahwa “kebutuhan manusia secara hirarkis semuanya laten dalam diri manusia, yaitu (1) kebutuhan fisiologis, seperti: sandang pangan (2) kebutuhan akan rasa aman seperti terbebas dari bahaya (3) kebutuhan akan kasih sayang seperti perhatian dan cinta (4) kebutuhan untuk dihargai dan dihormati seperti kekuasaan (5) kebutuhan aktualisasi diri seperti pengakuan diri.” Teori Maslow di atas jika diterapkan dalam konteks pembinaan anak di lingkungan rumah tangga dapat dilakukan dengan cara memenuhi



lix



kebutuhan anak agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan sebaik mungkin. Sebagai contoh dari penerapan teori Maslow ini dalam pembinaan anak dapat dilihat dari konteks berikut ini. (1) Sikap bijaksana orang tua dalam membimbing anak memahami berbagai fenomena sosial di sekita lingkungannya dengan memberikan pemahaman secara bertahap, lemah lembut, dan penuh pengertian. (2) Keberadaan anak dalam belajar seperti tumbuhnya rasa aman pada saat belajar, kesiapan dalam belajar, terbebas dari rasa cemas, terbebas dari rasa tertekan, dan sebagainya. (3) Memperhatikan lingkungan belajar, misalnya tempat belajar menyenangkan, bebas bising atau polusi. tanpa gangguan dalam belajar. Kita menyadari bahwa pembinaan pendidikan agama Islam di lingkungan keluarga bukanlah semata-mata masalah kognitif belaka, melainkan juga di dalamnya harus muncul aspek-aspek afektif dan psikomotorik. Aspek afektif akan mengarahkan anak kepada keteguhan sikap, apalagi jika berkaitan dengan penanaman akidah dan akhlak. Aspek psikomotorik terdapat pada tata cara ibadah, khususnya pelaksanaan tata cara shalat yang baik dan benar.



lx



Selanjutnya,



Sayuti



juga



mengutip



pendapat



McClelland



(2000:132) bahwa ada sejumlah faktor yang dapat memotivasi seseorang melakukan tindakan. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut. a. Kebutuhan berprestasi (need for achievement) kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat bekerja seseorang. Karena kebutuhan akan prestasi akan mendorong seseorang mengembangkan kreativitas dan menerangkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang maksimal. Orang akan antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan untuk hal itu diberikan kesempatan. Seseorang menyadari bahwa dengan mencapai prestasi kerja yang tinggi akan dapat mempercleh pendapatan yang besar. Dengan pendapatan yang besar akirnya ia dapat memiliki serta memenuhi kebutuhannya. b. Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation) kebutuhan akan afiliasi ini menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat kerja seseorang. Karena itu kebutuhan akan afiliasi ini akan merangsang gairah kerja seseorang. Karena kebutuhan afiliasi akan merangsang gairah kerja seseorang, sebab setiap orang menginginkan: 1) Kebutuhan akan perasaan diterima orang lain di lingkungan dia akan bekerja. 2) Kebutuhan akan perasaan dihormati,karena setiap orang merasa dirinya penting. 3) Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal 4) Kebutuhan akan perasaan ikut serta. c. kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Kebutuhan akan kekuasaan ini akan merangsang dan memotivasi gairah kerja seseorang serta menggerakkan semua kemampuan atau kedudukan yang tinggi. McCleland dalam Sayuti, 2000:132) Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya motivasi di atas ternyata sangat erat kaitannya dengan ego manusia yang hanya berlaku



lxi



pada lingkungan duniawi belaka. Kita tidak melihat adanya alasan tumbuhnya motivasi dari sistem religi Islam yang bersifat spiritual. Seorang Muslim yang sadar akan tanggung jawab atas nilai-nilai pendidikan atas keluarganya akan selalu berusaha menanamkan nilai-nilai yang sama terhadap anaknya. Sikap ini ada dalam diri setiap Muslim yang menginginkan anaknya hidup dalam ridlo Allah SWT sehingga akan terjamin keselamatannya di dunia maupun di akhirat. Nilai-nilai spiritual Islam harus tumbuh dan berkembang dalam diri anak-anak seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Nilai-nilai tersebut harus diimplementasikan dalam ritual ibadah setiap waktu serta sikap perilaku pergaulan dalam keluarga, masyarakat, dan berbangsa. Berdasarkan uraian di atas, motivasi orang tua siswa dalam menanamkan pendidikan agama Islam pada lingkungan keluarga sangat erat kaitannya dengan sikap tanggung jawab mereka atas pembentukan pribadi Muslim yang paripurna dalam keimanan dan ketaqwaannya. Setiap orang tua Muslim tidak menginginkan anak-anaknya terjerumus ke dalam situasi yang buruk, yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua dalam memberikan pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya di antaranya meliputi halhal sebagai berikut. a. Nilai-nilai keimanan dan ketakwaan orang tua atas sistem religi Islam yang mengacu kepada Al-Quran dan Al-Hadits.



lxii



b. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya yang harus ditanggung di hadapan Allah SWT kelak. c. Rasa takut orang tua terhadap perubahan akidah yang terjadi pada anak-anaknya. d. Keinginan untuk menjadikan anak-anaknya sebagai anak yang shalih dan shalihah.



lxiii



BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A. Hasil Penelitian dan Analisis Data



Penelitian ini menggunakan angket sebagai alat utama pengumpulan data yang diberikan kepada sampel orang tua siswa kelas I, II dan III MIS AsSa’idiyah Cipanas, Kabupaten Cianjur sebanyak 20 orang. Sesuai dengan tujuan yang ditetapkan pada Bab I, ada 3 (tiga) permasalahan yang dikaji pada penelitian ini, yakni (1) mendeskripsikan cara orang tua siswa melakukan pembinaan terhadap putra-putrinya, (2) mendeskripsikan motivasi belajar siswa, dan (3) menguji pengaruh pembinaan orang tua siswa terhadap motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas, Kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2010-2011. 1. Cara Pembimbingan Orang Tua Siswa terhadap Anaknya



Pada variabel pembinaan orang tua siswa terhadap anaknya ini terdapat 12 (dua belas) item pertanyaan yang diajukan kepada responden yang terbagi dalam 4 dimensi yang terdiri atas (1) mendidik secara komunikatif, (2) menjadi fasilitator dalam belajar anak, (3) menjadi motivator dalam belajar anak, dan (4) menjadi konsultan dalam belajar anak. Berikut ini adalah rekapitulasi tanggapan responden atas pernyataan yang dituangkan dalam bentuk tabel pada setiap dimensi. Data hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 skripsi ini.



lxiv



Tabel 3.1 Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Variabel X %



887



297,3



221,75



74,33 %



0



67,5 %



1%



73,8 %



213



0,6 %



71 %



170



369



0,5 %



85 %



0



%



3



f



Skor



3



3% 5,33 % 3,6 % 7%



Σ



1



1



3 8 9



9% 16 % 18,6 % 18 %



7



6 16



18 % 25,33 % 24 % 32 %



31



9 19 30



f



Skor Jawaban 3 2 % f % f %



16



Menjadi konsultan dalam belajar anak



55 %



4



23,33 %



Menjadi motivator dalam belajar anak



27 %



3



10 %



Menjadi fasilitator dalam belajar anak



%



22



2



f



14



Mendidik secara komunikatif



4



27



1



5



12



Dimensi



4



No



135



Jumlah Kategori rata-rata



Data pada tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa pada umumnya orang tua siswa mendidik anak-anaknya secara komunikatif dan tidak memaksakan kehendaknya. Sebagian besar orang tua siswa memberikan pernyataan selalu dan sering pada setiap pertanyaan yang diajukan dengan frekuensi 22 respon selalu (55%) dan 9 respon sering (18%). Hal ini juga ditunjukkan dengan rata-rata persentase tindakan pembinaan komunikatif orang tua siswa sebanyak 85 % yang termasuk kategori baik. Sebagai fasilitator dalam belajar anak, sebagian besar orang tua siswa mampu memberikan perannya dengan cukup baik. Sebagian besar orang tua siswa memberikan respon selalu dan sering. Angka rata-rata persentase sebanyak 71 % berada pada kategori cukup baik dan menunjuk-



lxv



kan bahwa sebagian besar orang tua siswa mampu memenuhi kebutuhankebutuhan siswa dalam belajar. Selanjutnya, ternyata sebagian besar orang tua siswa mampu berperan sebagai motivator dalam proses belajar anak-anaknya. Sebagian besar orang tua siswa memberikan pernyataan selalu (27 respon atau sebesar 27 %) dan pernyataan sering (30 respon atau sebesar 24 %). Persentase rata-rata tanggapan responden sebesar 73,8 % menunjukkan peran orang tua siswa dalam menjadi motivator berada pada kategori cukup baik. Pada peran konsultan bagi anak-anaknya, para orang tua siswa yang memberikan pernyataan selalu sebanyak 4 respon (10 %) dan pernyataan sering sebanyak 16 respon (32 %). Akan tetapi, angka rata-rata persentase pada peran konsultan ini berada pada 67,5 % yang masih berada pada kategori cukup baik. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya orang tua telah memberikan pembinaan yang maksimal terhadap putra-putrinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pada konteks pembinaan anak ini, para orang tua telah mampu menempatkan dirinya sebagai komunikator yang baik bagi anak-anaknya, sebagai motivator, fasilitator dan konsultan yang cukup baik dalam perkembangan pembinaan anak-anaknya. Angka persentase rata-rata dari keempat dimensi yang sebesar 74,33 % menunjukkan bahwa tingkat pembinaan orang tua siswa dalam belajar anaknya berada pada kategori cukup baik. lxvi



2. Motivasi Belajar Siswa



Pada variabel motivasi belajar siswa terdapat empat dimensi yang dikaji, yakni (1) siswa menunjukkan semangat dalam belajar, (2) siswa menunjukkan keingintahuan, (3) siswa menunjukkan keterbukaan dalam belajar, dan (4) siswa menunjukkan peningkatan prestasi belajar. Keempat dimensi tersebut dikembangkan ke dalam 13 pertanyaan yang diajukan kepada responden yang seluruhnya orang tua siswa sebanyak 20 orang. Berikut ini adalah rekapitulasi tanggapan



responden atas



pernyataan yang dituangkan dalam bentuk tabel pada setiap dimensi. Data hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 skripsi ini. Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Variabel Y



62,5 %



997



297,17



249,25



74,29 %



0,33 %



77 %



0,67 %



76 %



228



0



81,67 %



490



154



2,5 %



%



0



3% 4% 6% 10 %



%



f



Skor



5



9 6 6



9,5 % 14 % 10,5 % 10,5 %



10



19 14



24,67 % 24 % 28 % 22 %



7



37 18 14 11



44,17 %



Σ



1



2



Kategori rata-rata



f



Skor Jawaban 3 2 % f % f %



2



Jumlah



33,33 %



4



Menunjukkan peningkatan prestasi belajar



32,5 %



Menunjukkan keterbukaan dalam belajar



17,5 %



3



%



53



Menunjukkan keingintahuan



f



20



2



4



13



1



Menunjukkan semangat dalam belajar



5



7



Dimensi



7



No



125



lxvii



Berdasarkan pengamatan dan pandangan responden, mayoritas siswa menunjukkan semangat dalam menghadapi hari-hari belajarnya. Mayoritas orang tua siswa sebagai responden memberikan pernyataan selalu sebanyak 53 respon (44,17%) dan sering sebanyak 37 respon (24,67%). Pada dimensi ini, terdapat 6 pertanyaan yang mengacu kepada sikap kegembiraan anak dalam belajar, rasa senang yang ditunjukkan pada saat belajar, dan menunjukkan perhatian pada saat belajar. Kemudian tingkat persentase pada dimensi ini ternyata mencapai 81,67 % yang berada pada kategori baik. Berdasarkan pengamatan orang tua siswa, sebagian besar anak menunjukkan rasa keingintahuannya pada saat belajar. Sebanyak 20 respon (33,33 %) menyatakan selalu dan sebanyak 18 respon (24 %) menyatakan sering yang diperoleh dari 3 pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya, jumlah persentase yang diperoleh pada dimensi ini sebesar 76 % menunjukkan bahwa tingkat keingintahuan anak-anak berdasarkan pandangan orang tuanya berada pada taraf yang cukup baik. Pada dimnesi keterbukaan dalam menerima pembelajaran, para responden memberikan pengamatannya yang terangkum dalam 2 pertanyaan bahwa sebanyak 13 respon (32,5 %) menyatakan selalu dan sebanyak 14 respon (28 %) menyatakan sering. Tingkat keterbukaan anak-anak dalam menerima pembelajaran secara keseluruhan adalah sebesar 77 % yang berarti berada pada kategori yang cukup baik.



lxviii



Pada dimensi peningkatan prestasi belajar terdapat 2 item pertanyaan yang diajukan dan sebanyak 7 respon (17,5 %) menyatakan selalu dan sebanyak 11 respon (22 %) menyatakan sering. Secara keseluruhan pada dimensi ini diperoleh persentase sebesar 62,5 % pernyataan bahwa prestasi siswa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan prestasi belajar siswa berada pada kategori cukup baik. Berdasarkan data dan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah berada pada kategori cukup baik yang ditunjukkan dengan rata-rata persentase sebesar 74,29 % dari empat dimensi yang diamati. Pada konteks ini, berdasarkan pengamatan orang tua masing-masing, para siswa telah menunjukkan semangat dalam belajar, menunjukkan sikap keingintahuan, menunjukkan keterbukaan dalam menerima pengetahuan, serta menunjukkan perkembangan prestasi belajar yang relatif cukup baik. 3. Pengaruh Bimbingan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa



Untuk menguji pengaruh pembinaan orang tua siswa terhadap motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas, dilakukan analisis statistik regresi linier sederhana dengan dua variabel. Variabel pembinaan orang tua (X) siswa adalah variabel independen (bebas) dan variabel motivasi belajar siswa (Y) adalah variabel dependen (terikat). Langkah-langkah pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan aplikasi Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 11.0 for Windows



lxix



untuk memper-mudah pengolahan. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut. a. Menguji Normalitas Distribusi Kedua Data Variabel X dan Y



Pengujian normalitas distribusi data dilakukan sebagai persyaratan pengujian statistik. Cara pengujian yang dilakukan adalah dengan melakukan uji χ2 (Chi Kuadrat). Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 11.0 for Windows diketahui hasilnya sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Tabel 3.3 Data Hasil Pengujian Chi-Kuadrat pada Variabel X dan Y Test Statistics Pembinaan Orang Tua Siswa



Motivasi Belajar Siswa



Chi-Square



4,000



6,400



df



9



10



Asymp. Sig. ,911 ,781 a 10 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 2,0. b 11 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 1,8.



Dalam pengujian dengan menggunakan SPSS 11.0 for Windows pada taraf signifikansi 1% diperoleh harga χ2hitung untuk variabel X adalah 4,000 dan untuk variabel Y adalah 6,400. Sebuah data dikatakan dapat berdistribusi normal jika harga χ2hitung < χ



2 tabel



(Chi-



kuadrat hitung lebih kecil daripada Chi-kuadrat tabel). Untuk dapat membandingkan harga Chi-kuadrat tersebut, diperlukan harga Chi



lxx



kuadrat tabel yang diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut. 2



χ



tabel



= χ2(1 - α) (k - 3)



Nilai k diperoleh dari perhitungan k = 1 + 3,33 log n



Di mana: k = panjang kelas n = jumlah sampel



= 1 + 3,33 log 20 = 1 + (3,33 x 1,301) = 1 + 4,552



= 5,552 dan dibulatkan menjadi 6 Sehingga



2 tabel



χ



= χ2(1 - α) (k - 3)



2 (1 – 0.01) (6 - 3)







= χ2(0,99) (3) 2



Jadi, pada dk 3 dan taraf signifikansi 5% ternyata harga χ



tabel



adalah 7,815. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa kedua data hasil pembelajaran siklus I dan siklus II berdistribusi normal karena 2



harga χ2hitung < χ



tabel.



b. Menguji Homogenitas Kedua Data Variabel X dan Y



Untuk menentukan ada atau tidak adanya perbedaan antara kedua data, terlebih dahulu harus dilakukan pengujian homogenitas kedua varians dengan menggunakan rumus berikut ini.



lxxi



F =



VariansBesar (5,294) 2 28,026436 = 1,4516 ≈ 1,452 = = 2 19,307236 VarianKecil (4,394)



Varians besar (V1) adalah (SD1)2 yakni (5,294)2 Varians kevil (V2) adalah (SD)2 yakni (4,394)2 Dari perhitungan di atas dapat diketahui Fhitung = 1,452 Derajat kebebasan ditentukan dengan rumus: db1 = n1 – 1 >> db1 = 20 – 1 = 19 db2 = n2 – 1 >> db2 = 20 – 1 = 19 Untuk menentukan nilai Ftabel dari daftar pada taraf signifikansi 5 % adalah F0,01(19/19).



F0,05(16/19) = 2,21 F0,05(20/19) = 2,15



F0,01(32/32) = 2,21 - ½(0,06) = 2,18



0,06 Berdasarkan perhitungan di atas ternyata Fhitung < F0,01(19/19), yakni 1,452 < 2,18 yang mengandung makna pada taraf signifikansi 5 % kedua varians homogen sehingga analisis dapat dilanjutkan dengan uji t.



c. Menghitung Koefisien Korelasi r Penghitungan koefsien korelasi r Product-Moment dari rhoSpearman dimaksudkan untuk mengukur kuat atau lemahnya hubungan antarvariabel yang digunakan dalam penelitian. Hasil pengujian koefisien korelasi 2 sisi dengan menggunakan aplikasi SPSS 11.0 for Windows terlihat pada tabel di bawah ini.



lxxii



Tabel 3.4 Penghitungan Koefisien Korelasi r-Product Moment Spearman Correlations



Spearman's rho



Pembinaan Orang Tua Siswa



Motivasi Belajar Siswa



Pembinaan Orang Tua Siswa



Motivasi Belajar Siswa



Correlation Coefficient



1,000



0,565



Sig. (2-tailed)



0,0



0,659



N



20



20



Correlation Coefficient



0,565



1,000



Sig. (2-tailed)



0,659



0,0



N



20



20



Hasil pengujian yang terdapat pada tabel di atas menunjukkan bahwa koefisien korelasi yang dihasilkan adalah sebesar 0,565. Berdasarkan tabel standar korelasi dari Sugiyono, nilai tersebut berada pada tingkat sedang atau cukup kuat. Sedangkan signifikansi koefisien r berada pada parameter 0,659 yang berarti berada pada tingkat tinggi atau kuat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pembinaan orang tuas siswa dan motivasi belajar siswa MIS AsSa’idiyah Cipanas berada pada tingkat cukup kuat.



d. Menguji Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis statistik yang diajukan dilakukan dengan menggunakan uji t yang digunakan untuk menguji signifikansi koefisien regresi β dan sekaligus menguji signifikansi koefsien korelasi r. Hipotesis yang diajukan pada pengujian ini adalah sebagai berikut.



lxxiii



HO : β = 0; Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011. HA : β ≠ 0; Terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur tahun ajar 2010 – 2011. Berdasarkan



perhitungan



statistik



dengan



menggunakan



aplikasi SPSS 11.0 for Windows diperoleh output sebagai berikut. Tabel 3.5 Hasil Uji t Pengaruh Pembinaan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur



Pengaruh



β



t



p-value



Keputusan



Pembinaan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa



0,565



4,133*



0,001



Signifikan, HO ditolak



Keterangan: ttabel = t0,05(20) = 2,086 (nilai ttabel pada α = 5 % dengan tipe uji 2 sisi dan db = n-2 = 18).



β = koefisien regresi, * = signifikan. Dari hasil uji signifikansi diperoleh nilai thitung sebesar 4,133. Nilai thitung ini ternyata lebih besar daripada ttabel = 2,086 (nilai ttabel pada taraf signifikansi 5 % dengan tipe uji 2-sisi dan derajat bebas n-2 = 20-2 = 18) yang menunjukkan bahwa Pembinaan Orang Tua Siswa (Y) berpengaruh secara signifikan terhadap Motivasi Belajar Siswa pada taraf kesalahan 5 %. Dengan demikian, HO ditolak dan hipotesis penelitian (HA) diterima. Tingkat sigifikansi Pembinaan Orang Tua



lxxiv



Siswa (X) terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y) dapat dilihat pula dari nilai probabilitas kesalahan statistik atau p-value (sig.) yang jauh lebih kecil daripada tingkat signifikansi α = 0,05. Pada tabel di atas, nilai pvalue yang dihasilkan adalah 0,001. Berdasarkan hasil pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang tua siswa terhadap motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2010-2011.



B. Pembahasan 1. Cara Pembimbingan Orang Tua Siswa terhadap Anaknya Orang tua merupakan lingkungan pertama dan utama dalam proses pembinaan seorang anak. Fondasi pertama pembangunan mental anak berada pada lingkungan keluarganya, terutama melalui keteladanan yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Oleh karena itu, penciptaan lingkungan belajar yang baik sangatlah diperlukan dalam lingkungan keluarga. Penciptaan lingkungan belajar yang dimaksud pada pembahasan ini adalah lingkungan belajar yang memiliki basis atau dasar keislaman. Lingkungan belajar yang bernuansa Islami ini dapat dibentuk di antaranya melalui cara-cara sebagai berikut. a. Berupaya melakukan kegiatan-kegiatan ibadah secara disiplin (seperti shalat tepat pada waktunya).



lxxv



b. Menjalin komunikasi yang baik dengan anak dengan berupaya mengikuti pola pikir mereka dengan cara menyelami kehidupan pergaulan yang dilakukannya. c. Melakukan diksusi dengan anak tentang berbagai aspek, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah. d. Selalu menanyakan peristiwa-peristiwa penting yang dialami anak selama di sekolah atau di lingkungan pergaulannya. e. Memasang hiasan-hiasan dinding yang bernuansa Islami serta merangsang imajinasi anak. Misalnya menempelkan lukisan kaligrafi, gambar-gambar yang menampilkan teknologi modern, serta hal-hal yang serupa dengan itu. Dukungan yang tidak kalah pentingnya adalah penciptaan suasana yang



kondusif



bagi



perkembangan



proses



pembelajaran



dan



pengembangan kepribadian serta budi pekerti siswa harus tumbuh di lingkungan keluarga. Pendidikan budi pekerti bukan sekedar ceramah panjang lebar tentang perilaku baik dan buruk seseorang pada forumforum tertentu serta pembelajaran di kelas, melainkan melalui tindakan nyata keteladanan orang tua serta anggota keluarga lainnya. Dengan kata lain, pendidikan tata krama dan budi pekerti yang baik seharusnya dilakukan dalam pola in action pada kehidupan sehari-hari seluruh anggota keluarga di rumah.



lxxvi



Lingkungan edukatif yang baik selalu dibangun di bawah ramburambu sopan santun dan nilai-nilai akhlak mulia. Sopan santun pergaulan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat sesungguhnya merupakan konvensi sosial yang tumbuh dari kesadaran moral manusia sesuai dengan konteksnya. Untuk mengetahui apakah suatu norma bersifat konvensi dapat diperhati-kan bagaimana reaksi kita terhadap orang asing yang melanggar norma tersebut. Jika orang asing makan dengan sumpit atau dengan tangan saja, padahal menurut kita harus menggunakan sendok, tentu ia tetap tidak akan kita anggap sebagai orang jelek. Demikian pula halnya jika ada orang makan dengan menggunakan pisau dan garpu, itu bukanlah masalah moral melainkan masalah sopan santun belaka. Lain halnya dengan orang Sunda berpakaian seperti orang Papua dan berada di Jakarta, atau pada acara resepsi ada orang yang memakai pakaian untuk berenang, maka tindakan serupa itu sudah melanggar norma sosial dan dianggap tidak sopan (Von Magnis, 1984:20). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa adat sopan santun atau tata krama adalah sejumlah kesepakatan (konvensi) yang tumbuh berkembang dan digunakan oleh suatu lingkungan untuk menjaga keharmonisan hubungan komunikasi dan pergaulan masyarakatnya. Akan tetapi, sebagai masyarakat beragama manusia dituntun oleh sejumlah ketentuan yang mengatur tata hubungan pergaulan di dalamnya. Agama Islam (melalui tuntunan Al-Quran dan Al-Hadits) telah mengatur dengan sempurna tata hubungan manusia degnan manusia lain dalam



lxxvii



masyarakatnya, hubungan anak dengan orang tuanya, serta hubungan siswa dengan gurunya. Tata hubungan tersebut ternyata berlaku secara universal yang harus bersumber dari kesadaran moralitas dan religi seseorang. Salah satu ayat dalam Al-Quran (Al-Hajj: 24) menyebutkan salah satu perilaku sopan santun yang diajarkan kepada manusia, yakni berbuat baik dan berperilaku santun sebagai berikut ini.



Artinya: Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang



baik dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji (QS AlHajj:24). Ayat 22 dari Surat Al-Hajj di atas menunjukkan bahwa ada petunjuk Allah untuk berbicara dengan baik dan tindakan-tindakan terpuji dalam tata pergaulan manusia agar manusia memperoleh kebaikan. Atas dasar itulah, tata hubungan pergaulan yang berkembang di rumah pun harus diatur dan dikembangkan sebagai pedoman dan petunjuk bagi seluruh anggota keluarga, khususnya anak-anak, dalam menciptakan iklim kehidupan sosial yang baik dan kondusif. Dikaitkan dengan hasil penelitian yang telah dianalisis di atas, proses pembinaan orang tua siswa dilakukan pula terhadap dimensidimensi pembelajaran secara nyata di dalam lingkungan keluarga. Komunikasi yang baik dan penuh kasih sayang akan dapat membentuk



lxxviii



mentalitas anak yang juga penuh kasih sayang, motivasi yang diberikan orang tua dalam berbagai aspek kegiatan anak akan dapat pula menumbuhkan sikap optimis dalam diri anak, fasilitas yang diberikan oleh orang tua (dalam batas-batas wajar) akan memberikan pula dampak kekuatan bahwa manusia tidak dapat bergerak sendiri tanpa bantuan sesuatu, dan konsultasi yang diberikan oleh orang tua akan membentuk pribadi anak selalu mempertimbangkan sesuatu dari sisi baik dan buruknya. Layanan bimbingan belajar bagi anak di lingkungan keluarga pada dasarnya adalah proses pemberian bantuan belajar kepada anak dalam memahami



konteks



pembelajaran



tertentu.



Peran



utama



dalam



memberikan layanan bimbingan belajar bagi anak ini sudah barang tentu adalah orang tua, yakni ayah dan atau ibunya. Keterlibatan anggota keluarga lain dalam proses layanan bimbingan belajar memang pada saat tertentu diperlukan, tetapi hal itu terjadi apabila berkaitan dengan permasalahan teknis pembelajaran. Apa peran utama orang tua dalam melakukan layanan bimbingan belajar bagi anaknya? Banyak orang tua yang sementara ini berpendapat bahwa membantu anak belajar di rumah haruslah pintar dan memahami seluruh pelajaran yang sedang dituntut oleh anaknya di sekolah. Pendapat ini tidak seluruhnya benar. Orang tua bukanlah guru di sekolah. Peran utama orang tua adalah menjadi fasilitator dan motivator bagi anaknya agar mau belajar dengan baik dan sistematis di rumah. lxxix



Rangsangan dan dorongan yang diberikan oleh orang tua sangat berarti bagi perkembangan kemampuan anak. Rangsangan dan dorongan orang tua ini diharapkan akan dapat memberdayakan anak dalam mengakami proses belajar secara mandiri di rumah. Sebagai orang tua, tentu harus mampu memfasilitasi proses belajar anak di rumah. Peran orang tua sebagai fasilitator di sini mengandung makna dua arah, yakni memberikan kemudahan sarana pembelajaran bagi anak selama belajar di rumah serta menyediakan waktu sebagai konsultan jika anak menemukan kesulitan. Pengadaan sarana pembelajaran yang ideal sudah barang tentu sangat relatif. Hal seperti ini sangat bergantung kepada kondisi keuangan keluarga. Jika keluarga tersebut memiliki penghasilan yang baik, sudah tentu seharusnya mampu memberikan layanan bimbingan belajar bagi anaknya dengan menyediakan sejumlah sarana



yang



diperlukan.



Jika



kondisi



keuangan



keluarga



tidak



memungkinkan, setidaknya keluarga mampu memberi-kan waktu luang kepada anaknya untuk melaksanakan kewajibannya belajar di rumah selama waktu tertentu. Layanan bimbingan belajar yang seharusnya mampu diberikan oleh orang tua adalah ruang konsultasi bagi anaknya ketika menemukan kesulitan. Akan tetapi, perlu dipahami oleh orang tua bahwa membantu kesulitan siswa di sini bukan membantu menjawab soal-soal pelajaran yang tidak dapat diselesaikan oleh anak, melainkan memberikan jalan atau alternatif pemecahan masalah yang selanjutnya harus diputuskan sendiri



lxxx



oleh anak. Orang tua yang membantu mengerjakan pekerjaan rumah anaknya pada mata pelajaran tertentu bukanlah cara membantu anak keluar dari kesulitan, tetapi justru akan menjerumuskan anak kepada sikap ketergantungan kepada orang lain dan tidak memiliki kemampuan memecahkan masalah sendiri. Kebiasaan orang tua me-ngerjakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anaknya akan menyebab-kan anak tidak memiliki kecakapan bertahan hidup (life skill) di samping akan menumbuhkan sikap manja dalam dirinya.



2. Motivasi Belajar Siswa Motivasi belajar idealnya tumbuh secara sadar dalam diri siswa setelah dirinya memperoleh sejumlah pengalaman. Akan tetapi, motivasi secara sadar sangat besar dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di mana seorang anak berada. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat muncul melalui lingkungan keluarga, lingkungan sosial masyarakat sekitar, serta lingkungan sekolah Orang tua dan lingkungan keluarga memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pembentukan kepribadian anak. Di dalamnya akan tumbuh pula perhatian, persepsi, dan minat siswa terhadap sesuatu. Sebagai makhluk sosial, seorang anak akan dipengaruhi pula oleh lingkungan masyarakat yang ada di sekitarnya. Tata pergaulan masyarakat secara sadar akan membentuk perilaku anak. Pada konteks ini pula minat dan motivasi anak terhadap sesuatu (termasuk belajar) akan terbentuk.



lxxxi



Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peranan yang sangat besar dalam menumbuhkan motivasi dan minat belajar siswa. Hampir seluruh tugas pembelajaran siswa berada pada pengelolaan sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus mampu menempatkan diri sebagai lingkungan yang membentuk pribadi siswa, minat siswa, persepsi, motivasi, hingga kompetensi siswa secara utuh. Sebagai hasil interaksi antara anak dan faktor-faktor orang tua, lingkung-an sosial, dan sekolah di atas, baik secara teripsah maupun secara bersamaan, timbullah faktor-faktor yang dapat mendorong minat belajar siswa. a. Dunia dengan sifatnya yang mengajak (Kurt Singer dalam Slameto, 1995:78). Konteks ini dapat dipahami sebagai bentuk fenomena yang berkembang di sekitar siswa dalam bentuk sajian-sajian menarik, tontonan, permainan, dan sebagainya. b. Anak mengetahui tujuan belajar, karena dengan mengetahui tujuan belajar seorang anak akan mempelajari sesuatu yang dipandangnya berguna untuk dipelajari. Hal ini sejalan dengan pendapat Rivling dalam Slameto (1988:26) yang mengemukakan bahwa ”sesungguhnya untuk menumbuhkan minat belajar atau keinginan untuk berusaha memperoleh sesuatu pengalaman baru adalah tujuan. Tujuan ini sangat penting dan tidak boleh diabaikan oleh orang tua maupun guru.”



lxxxii



c. Pribadi dan motivasi guru sangat memegang peranan penting dalam pembentukan minat siswa. Guru yang memberikan perhatian lebih atas pelajaran tertentu serta disukai oleh sisiwa akan dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar, apalagi jika guru tersebut mampu memberikan motivasi belajar yang baik kepada anak didiknya. d. Keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kesempatan yang dimiliki siswa akan menentukan berkembangnya minat belajar siswa. Pada tempat-tempat inilah siswa memperoleh pengalamanpengalamannya secara langsung sebagai modal dasar pengembangan minat belajar.



3. Pengaruh Pembinaan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa Hasil analisis korelasi product moment diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,565 dengan p < 0,05. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa. Artinya motivasi belajar siswa dipengaruhi sebanyak 56,5 % oleh pembinaan orang tua siswa di lingkungan keluarga. Koefisien korelasi yang diperoleh ini sesungguhnya berada pada taraf yang sedang dan tidak cukup tinggi meskipun nilai p berada pada 0,001. Hal ini diduga karena faktor jumlah sampel yang relatif sedikit (20 orang atau 50 % dari populasi) dengan ruang lingkup terbatas meskipun jumlah populasi yang digunakan adalah 40 orang.



lxxxiii



Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual yang berperan dalam menimbulkan gairah belajar serta perasaan senang dan bersemangat untuk belajar (Soemanto, 1984). Hasil penelitian telah dapat membuktikan pendapat tersebut meskipun dalam taraf yang tidak terlalu signifikan. Pembinaan yang diberikan oleh orang tua telah mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur. Setiap penelitian pasti terdapat kekurangan, begitu juga dalam penelitian ini memiliki kelemahan antara lain: a. Jumlah subjek yang relatif sedikit, terbatas pada 20 orang tua siswa kelas I, II, dan III sebanyak 64 siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur. b. Penelitian hanya mengungkap dua variabel, sehingga perlu ditambah variabel lain. c. Generalisasi dari hasil penelitian ini terbatas pada populasi di mana penelitian dilakukan, yakni terbatas pada sebagian siswa kelas I, II dan III MIS As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur. d. Ada kemungkinan munculnya sikap subjektif orang tua siswa dalam menilai anaknya sendiri sehingga orang tua lebih banyak memilih pernyataan bernilai 5 daripada mengungkapkan realitas yang ada. e. Siswa kelas I, II dan III merupakan siswa kelas awal yang sesungguhnya masih mengalami proses perubahan mentalitas sehingga hasil



lxxxiv



penelitian ini tidak dapat dijadikan ukuran bagi perkembangan mentalitas siswa di masa mendatang. Di sisi lain, motivasi belajar tidak semata-mata ditentukan oleh peran pembinaan orang tua siswa, karena masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat memberikan pengaruh seperti lingkungan sekolah, sikap dan perilaku siswa di dalam kelas, cara mengajar guru, ketersediaan buku, persepsi pola asuh orang tua, serta faktor-faktor lainnya. Bagi peneliti selanjutnya penerapan ruang lingkup yang luas dengan menambah atau menggunakan variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan memperbaiki kelemahan dan keterbatasan penelitian ini. Hal ini dapat dilakukan dengan: a. Memperbanyak ruang lingkup penelitian atau sampel yang digunakan dalam penelitian. b. Memperbaiki alat ukur penelitian agar lebih bevariasi dalam mengungkap aspek-aspek yang terkait dengan variabel penelitian.



lxxxv



BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN



A. Kesimpulan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa kelas awal pada Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2010-2011. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan cara orang tua siswa dalam melakukan pembinaan kepada putra-putrinya yang duduk di MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur, (2) mendeskripsikan motivasi belajar para siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur sehari-hari, dan (3) menguji pengaruh pembinaan orang tua terhadap motivasi belajar siswa MIS As-sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur sehari-hari. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan serta analisis atas data tersebut, diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut. 1. Pada umumnya orang tua telah memberikan pembinaan yang maksimal terhadap putra-putrinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pada konteks pembinaan anak ini, para orang tua telah mampu menempatkan dirinya sebagai komunikator yang baik bagi anak-anaknya, sebagai motivator, fasilitator dan konsultan yang cukup baik dalam perkembangan pembinaan anak-anaknya. Angka persentase rata-rata dari keempat



lxxxvi



dimensi yang sebesar 74,33 % menunjukkan bahwa tingkat pembinaan dan bimbingan orang tua siswa dalam belajar anaknya berada pada kategori cukup baik. 2. Motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah berada pada kategori cukup baik yang ditunjukkan dengan rata-rata persentase sebesar 74,29 % dari empat dimensi yang diamati. Pada konteks ini, berdasarkan pengamatan orang tua masing-masing, para siswa telah menunjukkan semangat dalam belajar, menunjukkan sikap keingintahuan, menunjukkan keterbukaan dalam menerima pengetahuan, serta menunjukkan perkembangan prestasi belajar yang relatif cukup baik. 3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan pembinaan orang tua siswa terhadap motivasi belajar siswa MIS As-Sa’idiyah Cipanas Kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2010-2011. Kesimpulan ini didukung oleh data koefisien korelasi yang dihasilkan adalah sebesar 0,565. Berdasarkan tabel standar korelasi dari Sugiyono, nilai tersebut berada pada tingkat sedang atau cukup kuat. Sedangkan signifikansi koefisien r berada pada parameter 0,659 yang berarti berada pada tingkat tinggi atau kuat. Di samping itu, hasil uji signifikansi menunjukkan nilai thitung sebesar 4,133 yang ternyata lebih besar daripada ttabel = 2,086 pada taraf signifikansi 5 % dan membuktikan bahwa Pembinaan Orang Tua Siswa (Y) berpengaruh secara signifikan terhadap Motivasi Belajar Siswa. Dengan demikian, HO ditolak dan hipotesis penelitian (HA) diterima. Tingkat sigifikansi Pembinaan Orang Tua Siswa (X) terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y) dapat dilihat



lxxxvii



pula dari nilai probabilitas kesalahan statistik atau p-value (sig.) sebesar 0,001 yang jauh lebih kecil daripada tingkat signifikansi α = 0,05.



B. Saran-saran Saran-saran



dan



rekomendasi



yang



dapat



disampaikan



pada



kesempatan ini adalah sebagai berikut. 1. Kebutuhan anak terhadap pendidikan akan sangat berbeda dari kebutuhan orang tua, demikian pula pandangan orang tua dan anak akan memiliki perbedaan pula. Secara teoritis, upaya pembimbingan belajar anak di lingkungan rumah harus memiliki perbedaan suasana yang sangat terasa bagi anak jika dibandingkan dengan di sekolah. Perbedaan ini harus diciptakan agar suasana belajar di rumah lebih menyenangkan dan bermakna. Perbedaan tersebut terletak pada sarana pembelajaran yang relatif lebih baik dibandingkan dengan yang terdapat di sekolah, bukubuku sumber yang lebih beragam, serta suasana keakraban antara orang tua siswa dan anak lebih terasa sehingga mampu mencairkan suasana kaku yang biasa tercipta di dalam kelas. Pada konteks ini, selayaknyalah orang tua siswa memberikan perhatian penuh terhadap proses bimbingan belajar anaknya di rumah. Jika orang tua tidak merasa mampu memberikan kelengkapan sarana belajar yang memadai dan baik, kebutuhan utama yang diperlukan oleh anak adalah perhatian orang tua yang sungguhsungguh sehingga proses belajar di rumah menjadi lebih menyenangkan.



lxxxviii



2. Cara belajar yang baik tentu saja dengan menggunakan cara atau langkahlangkah sistematis. Orang tua siswa sebagai sosok yang paling bertanggung jawab terhadap proses pendidikan anaknya hendaknya memiliki pemahaman yang cukup tentang metode pembimbingan belajar. Selain dapat mempermudah proses bimbingan belajar di rumah, penguasaan metode pembelajaran juga akan mendidik anak secara tidak langsung untuk berpikir dan bertindak secara sistematis pula. 3. Pembelajaran ideal memerlukan media pembelajaran yang relatif memadai dan mencukupi. Pada mata pelajaran tertentu seperti Fisika, Biologi, Geografi, dan mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan psikomotor diperlukan media pembelajaran yang dapat digunakan siswa. Orang tua siswa akan lebih baik jika dapat mengadakan beberapa perlengkapan pribadi anaknya yang digunakan dalam proses pembelajaran. Di sisi lain, pihak sekolah pun hendaknya dapat pula memprioritaskan pengadaan kelengkapan sarana pembelajaran ini pada RAPBS secara bertahap dan konsisten sehingga pada saatnya sekolah akan mampu memiliki sarana yang lengkap dan memudahkan proses belajar mengajar. 4. Meskipun orang tua siswa memiliki tugas yang berat dalam membimbing dan mendidik anaknya, pihak sekolah secara proporsional hendaknya dapat pula mengembangkan sistem pendidikan secara ideal sesuai dengan standar pendidikan nasional yang ditetapkan berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Pemberian pekerjaan rumah yang selalu bertumpuk kepada anak bukanlah cara yang bijaksana dalam



lxxxix



memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Prinsip-prinsip belajar tuntas (mastery learning) seharusnya menjadi dasar pijakan bagi pengembangan pembelajaran di sekolah sehingga setiap kompetensi dasar yang dirumuskan akan tercapai dalam waktu yang disediakan oleh sekolah. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa untuk dilaksanakan di rumah seharusnya merupakan tugas-tugas pengayaan dan pendalaman, bukan menyelesaikan pelajaran tidak tuntas yang diberikan di kelas. 5. Bagi peneliti yang merasa tertarik pada konteks pembimbingan belajar anak yang dilakukan oleh orang tua siswa, diharapkan akan dapat melakukan pengembangan dan perbaikan melalui pencarian variabelvariabel yang lebih determinan dan strategis.



xc



DAFTAR PUSTAKA



Arikunto, Suharsimi. (1987) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Jakarta Jaya. Badan Nasional Standar Pendidikan. (2005). Standar Isi. Jakarta: BNSP. Bambang Indriyanto. (2004). Sumber Daya Pendidikan: Reaktualisasi Pasal 1 (Ayat 10) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pustekom Balitbang Depdiknas. Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1984). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Imam Ghazali. (1983). Ihya ‘Ulumuddin. alih bahasa Nurhichmah dan R.H.A. Suminto. Jakarta: Penerbit Tintamas. Imam Nawawi (1964). Riadush Shalihin alih bahasa oleh Salim Bahreisi. Bandung: Al-Ma’arif. Makmun, Abin Syamsuddin. (1996). Psikologi Kependidikan: Belajar dan Pembelajaran. Bandung: CV Remaja Rosda Karya. Sapani, Suardi. Drs. M.Pd. et. Al. (1997). Teori Pembelajaran. Jakarta: Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Seno, Winarno Hami. (1984). Profesionalisme Guru dan Upaya Peningkatan Martabatnya. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Depdiknas. Slameto. (1995). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Subana. M. dkk. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Sudjana. (1996). Teknik Analisis Data Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito. Sugiono. (2001). Statistik Non Parametrik untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sugiyono. (2004). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Surakhmad. (1980). Pengantar Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.



xci



Umaedi. (2002). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 4: Pedoman Tatakrama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial Sekolah bagi SLTP. Jakarta: Direktorat PLP. Depdiknas. Von Magnis, Franz. (1984). Etika Umum. Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Jakarta: Yayasan Kanisius. Yulaelawati, Ella. (2003). Taksonomi Pemilihan Kurikulum. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.



xcii



xciii



Lampiran 1



KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MIS AS-SA’IDIYAH CIPANAS KABUPATEN CIANJUR (Studi Deskriptif Terhadap Orang Tua Siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta As-Sa’idiyah Cipanas, Kabupaten Cianjur) Oleh : IIS ISTIANAH NIM : 0701. 0029 No 1.



Variabel Penelitian Pembinaan orang tua (X)



Dimensi Mendidik secara komunikatif



Indikator Berbicara dengan lemah lembut Memberi pengertian, bukan perintah



Menyediakan sarana Menjadi fasilitator dalam pembelajaran yang diperlukan belajar anak



Menyediakan sumbersumber belajar yang diperlukan



Item Angket



Parameter



1. Berbicara kepada anak dengan cara yang lemah Selalu Sering lembut baik dalam pergaulan sehari-hari Kadang-kadang maupun pada saat membimbing belajar Jarang 2. Menjelaskan tentang sesuatu agar anak Tidak Pernah mengerti dan bukan memberi perintah untuk patuh. Selalu 3. Menyediakan sarana belajar utama dengan lengkap (buku tulis, alat-alat tulis, tas sekolah) Sering Kadang-kadang 4. Menyediakan sarana penunjang belajar di Jarang rumah (meja belajar khusus, tempat belajar Tidak Pernah khusus, penerangan yang cukup, dan sejenisnya) 5. Menyediakan sumber-sumber belajar secara lengkap sesuai kebutuhan anak (buku teks, LKS, dan sejenisnya)



No



Variabel Penelitian



Dimensi



Indikator



Menjadi Mendorong anak untuk motivator dalam selalu belajar secara belajar anak teratur



Item Angket 6. Mengatur jadwal belajar bagi anak secara bersama-sama. 7. Melaksanakan jadwal yang disusun secara konsisten.



Parameter Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah



8. Membimbing dan mendampingi anak dalam belajar di rumah. Mendorong anak untuk belajar dengan pemberian penghargaan tertentu



2.



Motivasi belajar (Y)



9. Memberikan penghargaan tertentu jika anak berhasil dalam belajar. 10. Memberikan dorongan dan semangat jika anak kurang berhasil dalam belajar.



Menjadi Memberi saran untuk 11. Memberikan alternatif pemecahan masalah konsultan dalam mengatasi kesulitan anak kepada anak jika anak sedang mengalami belajar anak dan tidak bergantung kesulitan. kepada orang lain 12. Mendampingi anak dalam mengerjakan tugastugas sekolah seperti dalam menyelesaikan pekerjaan rumah dan sejenisnya.



Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah



Menunjukkan semangat dalam belajar



Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah



Menunjukkan kegembiraan dalam belajar



1. Anak gembira setiap kali belajar di rumah.



Menunjukkan rasa senang dalam belajar



3. Anak senang belajar. 4. Anak senang membaca hal-hal baru.



2. Anak gembira setiap berangkat ke sekolah



ii



No



Variabel Penelitian



Dimensi



Menunjukkan keingintahuan



Indikator



Item Angket



Menunjukkan perhatian dalam belajar



5. Anak memperhatikan setiap pembelajaran.



Sering bertanya



7. Anak sering bertanya setiap menemukan halhal yang baru.



Parameter



6. Anak bersungguh-sungguh setiap kali mengerjakan tugas-tugas sekolah



8. Anak tidak pernah berhenti bertanya jika menemukan jawaban yang kurang memuaskannya.



Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah



9. Anak berusaha menemukan hal-hal yang baru dari buku, televisi, atau media lainnya yang berhubungan dengan fenomena alam di sekitarnya. Menunjukkan keterbukaan dalam belajar



Menerima setiap pembelajaran baru



Menunjukkan peningkatan prestasi belajar



Menunjukkan perkembangan prestasi belajar di sekolah.



10. Anak siap setiap menerima pembelajaran baru. 11. Anak mau menerima saran masukan dan perbaikan dari orang tua. 12. Anak memperoleh prestasi yang baik di sekolah.



Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah



13. Anak aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah.



iii



ANGKET



PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MIS AS-SA’IDIYAH CIPANAS KABUPATEN CIANJUR 1. PETUNJUK PENGISIAN a. Sangat diharapkan Bapak/Ibu/Saudara untuk menjawab seluruh pertanyaan pada kuesioner ini dengan jujur dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. b. Bapak/Ibu/Saudara dapat memberikan tanda silang (X) pada kolom pilihan jawaban sesuai dengan pertanyaan/pernyataan yang dikemukakan. c. Jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara berikan tidak berpengaruh apa pun terhadap Bapak/Ibu/Saudara. d. Bapak/Ibu/Saudara dapat memilih salah satu alternatif jawaban sebagai berikut.



SL



jika jawaban atas pertanyaan adalah SELALU



S



jika jawaban atas pertanyaan adalah SERING



K



jika jawaban atas pertanyaan adalah KADANG-KADANG



J



jika jawaban atas pertanyaan adalah JARANG



TP



jika jawaban atas pertanyaan adalah TIDAK PERNAH



2. KARAKTERISTIK RESPONDEN a. Umur



: ...................... tahun



b. Jenis Kelamin



: Laki-laki/Perempuan *)



Bapak/Ibu dapat memberikan silang (X) pada kolom alternatif jawaban sesuai dengan pilihan.



Variabel : Pembinaan Orang Tua Siswa Pertanyaan



Alternatif Jawaban SL



S



K



J



TP



1. Apakah Bapak/Ibu berbicara kepada anak dengan cara yang lemah lembut baik dalam pergaulan sehari-hari maupun pada saat membimbing belajar? 2. Apakah Bapak/Ibu menjelaskan tentang sesuatu agar anak mengerti dan bukan memberi perintah untuk patuh? 3. Apakah Bapak/Ibu menyediakan sarana belajar utama dengan lengkap (buku tulis, alat-alat tulis, tas sekolah)? 4. Apakah Bapak/Ibu menyediakan sarana penunjang belajar di rumah (meja belajar khusus, tempat belajar khusus, penerangan yang cukup, dan sejenisnya)? 5. Apakah Bapak/Ibu menyediakan sumber-sumber belajar secara lengkap sesuai kebutuhan anak (buku teks, LKS, dan sejenisnya)? 6. Apakah Bapak/Ibu mengatur jadwal belajar di rumah bagi anak secara bersama-sama? 7. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan jadwal yang disusun secara konsisten (secara tetap dan terusmenerus sesuai dengan jadwal)? 8. Apakah Bapak/Ibu membimbing dan mendampingi anak dalam belajar di rumah? 9. Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan tertentu jika anak berhasil dalam belajar? 10. Apakah Bapak/Ibu memberikan dorongan dan semangat jika anak kurang berhasil dalam belajar? 11. Apakah Bapak/Ibu memberikan alternatif pemecahan masalah kepada anak jika anak sedang mengalami kesulitan?



ii



Pertanyaan



Alternatif Jawaban SL



S



K



J



TP



12. Apakah Bapak/Ibu mendampingi anak dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah seperti dalam menyelesaikan pekerjaan rumah dan sejenisnya?



Variabel: Motivasi belajar siswa Pertanyaan



Alternatif Jawaban SL



S



K



J



1. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap gembira setiap kali belajar di rumah? 2. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap gembira setiap berangkat ke sekolah? 3. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap senang belajar? 4. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap senang membaca hal-hal baru? 5. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap memperhatikan setiap pembelajaran? 6. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap bersungguhsungguh setiap kali mengerjakan tugas-tugas sekolah? 7. Apakah putra/putri Bapak/Ibu sering bertanya setiap menemukan hal-hal yang baru? 8. Apakah putra/putri Bapak/Ibu tidak pernah berhenti bertanya jika menemukan jawaban yang kurang memuaskannya? 9. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap berusaha menemukan hal-hal yang baru dari buku, televisi, atau media lainnya yang berhubungan dengan fenomena alam di sekitarnya?



iii



TP



Pertanyaan



Alternatif Jawaban SL



S



K



J



10. Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap siap setiap menerima pembelajaran baru? 11. Apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap mau menerima saran masukan dan perbaikan dari orang tua? 12. Apakah putra/putri memperoleh prestasi yang baik di sekolah? 13. Apakah putra/putri Bapak/Ibu aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah.



iv



TP



v



Lampiran 3



DATA EMPIRIK HASIL PENELITIAN Variabel : Pembinaan Orang Tua Siswa (X) No. Subjek



Komunikatif 1 2



PEMBINAAN ORANG TUA (X) Fasilitator Motivator 3 4 5 6 7 8



9



10



Konsultan 11 12



Jumlah



Ganjil



Genap



1



5



5



4



5



4



3



4



5



4



3



4



5



51



25



26



2



5



4



3



4



3



5



3



3



5



4



4



4



47



23



24



3



5



5



4



3



3



5



5



3



5



4



4



3



49



26



23



4



4



3



5



5



5



4



4



4



3



3



5



3



48



26



22



5



5



5



4



4



2



3



4



3



4



3



3



5



45



22



23



6



5



5



4



4



3



3



4



3



2



4



3



2



42



21



21



7



4



4



3



5



3



5



1



3



2



5



1



3



39



14



25



8



3



5



4



2



4



5



2



4



3



5



2



3



42



18



24



9



5



4



3



3



5



5



3



3



5



4



4



3



47



25



22



10



4



5



4



5



1



4



3



4



4



4



2



3



43



18



25



11



2



3



3



2



2



3



5



2



3



5



2



2



34



17



17



12



5



3



4



4



3



4



5



4



4



5



4



2



47



25



22



13



4



5



5



2



2



1



2



3



2



3



2



3



34



17



17



14



3



2



4



3



5



5



3



4



2



2



3



3



39



20



19



15



5



5



4



5



2



4



3



4



5



5



3



4



49



22



27



16



5



2



5



4



1



3



5



3



3



4



4



4



43



23



20



17



5



5



3



1



2



3



5



4



3



4



4



4



43



22



21



87



No. Subjek



Komunikatif 1 2



PEMBINAAN ORANG TUA (X) Fasilitator Motivator 3 4 5 6 7 8



9



10



Konsultan 11 12



Jumlah



Ganjil



Genap



18



4



5



4



4



3



5



1



4



4



5



4



4



47



20



27



19



5



3



3



5



5



5



2



4



3



4



4



5



48



22



26



20



5



4



4



3



5



5



3



5



5



3



4



4



50



26



24



Jumlah



88



82



77



73



63



80



67



72



71



79



66



69



887



432



455



Rata-rata



4,4



4,1



3,85



3,65



3,15



4



3,35



3,6



3,55



3,95



3,3



3,45



44,35



21,6



22,75



Tertinggi



5



5



5



5



5



5



5



5



5



5



5



5



51



26



27



Terendah



2



2



3



1



1



1



1



2



2



2



1



2



34



14



17



Median



5



4,5



4



4



3



4



3



4



3,5



4



4



3



46



22



23



Modus



5



5



4



5



3



5



3



4



3



4



4



3



47



22



24



Frekuensi 5



12



10



3



6



5



9



5



2



5



6



1



3



67



Frekuensi 4



5



4



11



6



2



4



4



9



5



8



10



6



74



Frekuensi 3



2



4



6



4



6



6



6



8



6



5



4



8



65



Frekuensi 2



1



2



0



3



5



0



3



1



4



1



4



3



27



Frekuensi 1



0



0



0



1



2



1



2



0



0



0



1



0



7



0,883



1,071



0,671



1,226



1,348



1,124



1,309



0,754



1,099



0,887



1,031



0,945



4,934



3,470



2,971



Simpangan Baku



88



DATA EMPIRIK HASIL PENELITIAN Variabel : Motivasi Belajar Siswa (Y)



1



MOTIVASI BELAJAR SISWA (Y) Semangat Belajar Keingintahuan 2 3 4 5 6 7 8 9



1



5



5



5



5



4



5



3



5



4



4



3



5



2



5



5



5



4



4



4



3



4



5



4



3



3



5



4



4



5



5



5



4



5



3



5



4



4



4



5



5



3



5



4



4



5



5



3



5



4



5



4



5



3



5



6



4



5



4



3



5



5



5



7



2



3



5



2



3



2



8



5



5



4



5



5



9



5



4



4



5



10



3



5



5



11



5



4



12



4



13



No. Subjek



Jumlah



Ganjil



Genap



4



57



28



29



5



4



55



29



26



4



4



3



56



28



28



3



5



4



4



55



30



25



5



4



5



3



3



54



27



27



3



4



2



4



2



2



48



28



20



4



4



1



3



2



4



3



38



20



18



4



2



5



3



5



3



5



2



53



24



29



5



5



3



4



5



4



5



4



2



55



29



26



5



4



4



5



2



4



5



4



5



2



53



27



26



3



5



1



5



4



5



4



5



4



2



1



48



22



26



3



2



4



2



5



4



5



5



4



5



3



2



48



24



24



4



5



4



2



3



3



4



3



2



4



5



5



3



47



25



22



14



5



5



5



3



5



4



5



5



3



5



5



4



2



56



30



26



15



4



3



3



3



4



5



2



5



5



2



4



5



1



46



23



23



16



3



4



2



3



5



5



3



4



4



3



2



4



2



44



21



23



17



2



4



4



4



4



4



2



3



3



4



3



4



1



42



19



23



Keterbukaan 10 11



Prestasi 12 13



89



1



MOTIVASI BELAJAR SISWA (Y) Semangat Belajar Keingintahuan 2 3 4 5 6 7 8 9



18



4



5



1



5



5



4



4



5



2



5



2



4



19



3



4



2



5



4



5



1



4



5



4



4



20



5



5



3



4



5



3



3



5



3



5



Jumlah



80



87



74



82



80



87



68



85



75



Rata-rata



4



4,35



3,7



4,1



4



4,35



3,4



4,25



Tertinggi



5



5



5



5



5



5



5



Terendah



2



3



1



2



1



2



Median



4



4,5



4



4,5



4



Modus



5



5



4



5



Frekuensi 5



8



10



6



Frekuensi 4



6



7



Frekuensi 3



4



Frekuensi 2 Frekuensi 1



No. Subjek



Simpangan Baku



Jumlah



Ganjil



Genap



2



48



20



28



5



1



47



20



27



2



3



1



47



22



25



80



74



80



45



997



496



501



3,75



4



3,7



4



2,25



49,85



24,8



25,05



5



5



5



5



5



4



57



30



29



1



2



1



2



2



2



1



38



19



18



5



3,5



4,5



4



4



4



4



2



48



24,5



26



5



5



4



5



5



4



4



4



2



48



28



26



10



8



11



3



10



7



7



6



7



0



93



7



4



7



6



7



6



5



8



6



8



3



80



3



3



4



3



2



6



3



5



3



4



3



4



47



2



0



3



2



1



1



3



1



2



2



4



2



8



31



0



0



1



0



1



0



1



0



1



0



0



0



5



9



1,026



0,745



1,218



1,071



1,124



0,875



1,095



0,91



1,209



0,973



1,129



0,973



1,02



5,2942



3,7501



2,8924



Keterbukaan 10 11



Prestasi 12 13



90



91



Lampiran 4



Tabel Pengolahan Data Deskriptif Hasil Penelitian 1. Variabel X : Pembinaan Orang Tua Siswa No



Skor Jawaban



Pertanyaan



5 f



4 %



f



3



2



% f



%



Σ



1



f



%



f



%



Skor



0



88



0



82



0



0 0



2% 8% 3%



0



1 2



6% 12 % 9%



3



2 4



20 % 16 % 18 %



6



5 4 9



60 % 50 % 55 %



Dimensi : Mendidik Anak secara Komunikatif



12



2



Apakah Bapak/Ibu menjelaskan tentang sesuatu agar anak mengerti dan bukan memberi perintah untuk patuh?



10



1



Apakah Bapak/Ibu berbicara kepada anak dengan cara yang lemah lembut baik dalam pergaulan sehari-hari maupun pada saat membimbing belajar?



22



Dimensi : Mendidik Anak secara Komunikatif



170



Jumlah Skor Ideal



170 5 x 2 x 20



200



Kategori Persentase



85 %



0



0 1%



0 6%



77



1



0



18 % 12 %



3



6



44 % 24 %



4



11 6



15 % 30 %



4



Apakah Bapak/Ibu menyediakan sarana penunjang belajar di rumah (meja belajar khusus, tempat belajar khusus, penerangan yang cukup, dan sejenisnya)?



3



3



Apakah Bapak/Ibu menyediakan sarana belajar utama dengan lengkap (buku tulis, alat-alat tulis, tas sekolah)?



6



Dimensi: Menjadi fasilitator dalam belajar anak



73



91



f



%



2



2%



63



1%



213



Jumlah Skor Ideal



Skor



3



18 % 16 %



10 %



6 16



%



5,33 %



8%



f



5



%



Σ



1



8



% f



25,33 %



f



2



2



%



3



19



f



25 %



Dimensi: Menjadi fasilitator dalam belajar anak



4



23,33 %



Apakah Bapak/Ibu menyediakan sumber-sumber belajar secara lengkap sesuai kebutuhan anak (buku teks, LKS, dan sejenisnya)?



5



5



5



Skor Jawaban



Pertanyaan



14



No



213 5 x 3 x 20



300



Kategori Persentase



71 %



1



1%



2



2%



0



0%



72



0



71



0



79



0,6 %



0



67



0



0% 6% 2% 8% 2% 3,6 %



80



3



0 3 1 4 1



18 % 18 % 24 % 18 % 15 % 18,6 %



9



6 6 8 6 5



16 % 16 % 36 % 40 % 32 % 24 %



31



4 4 9 5 8 30



45 % 25 % 10 % 25 % 30 %



Dimensi: Menjadi motivator dalam belajar anak



27 %



10



Apakah Bapak/Ibu memberikan dorongan dan semangat jika anak kurang berhasil dalam belajar?



9



9



Apakah Bapak/Ibu memberikan penghargaan tertentu jika anak berhasil dalam belajar?



5



8



Apakah Bapak/Ibu membimbing dan mendampingi anak dalam belajar di rumah?



2



7



Apakah Bapak/Ibu melaksanakan jadwal yang disusun secara konsisten (secara tetap dan terus-menerus sesuai dengan jadwal)?



5



Apakah Bapak/Ibu mengatur jadwal belajar di rumah bagi anak secara bersama-sama?



6



6



27



Dimensi: Menjadi motivator dalam belajar anak



369



Jumlah



369



92



No



Skor Jawaban



Pertanyaan



Skor Ideal



5



4



f % f 5 x 5 x 20



3 % f



2 %



f



Σ



1 %



f



%



Skor 500



Kategori Persentase



73,8 %



1% 0



69



0,5 %



135



1 0



8% 6% 7%



66



1



4 3



12 % 24 % 18 %



7



4 8



40 % 24 % 32 %



12



10 6 16



5% 15 % 10 %



Dimensi: Menjadi konsultan dalam belajar anak



1



12



Apakah Bapak/Ibu mendampingi anak dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah seperti dalam menyelesaikan pekerjaan rumah dan sejenisnya?



3



11



Apakah Bapak/Ibu memberikan alternatif pemecahan masalah kepada anak jika anak sedang mengalami kesulitan?



4



Dimensi : Menjadi konsultan dalam belajar anak



Jumlah Skor Ideal



135 5 x 2 x 20



200



Kategori Persentase



67,5 %



93



2. Variabel Y: Motivasi Belajar Siswa No



Pertanyaan



5 f



4 %



f



Skor Jawaban 3 2 % f % f %



1 f



%



Σ Skor



0



0



1%



0



0



82



1%



80



0



87



0



0,33 %



1



74



1



0



87



490



Jumlah Skor Ideal



80



2



0 6% 4% 2% 2% 3%



2 0 3 2 1 1



12 % 9% 9% 12 % 9% 6% 9,5 %



9



4 3 3 4 3 2



24 % 28 % 28 % 16 % 28 % 24 % 24,67 %



19



6 7 7 4 7 6 37



40 % 50 % 30 % 50 % 40 % 55 % 44,17 %



Dimensi : Menunjukkan semangat dalam belajar



8



6



Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap bersungguh-sungguh setiap kali mengerjakan tugas-tugas sekolah?



10



5



Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap memperhatikan setiap pembelajaran?



6



4



Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap senang membaca hal-hal baru?



10



3



Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap senang belajar?



8



2



Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap gembira setiap berangkat ke sekolah?



11



1



Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap gembira setiap kali belajar di rumah?



53



Dimensi : Menunjukkan semangat dalam belajar



490 5 x 6 x 20



600



Kategori Persentase



81,67 %



94



Pertanyaan



5 f



4 %



f



Skor Jawaban 3 2 % f % f %



1 f



%



1



No



Σ Skor



1%



0



0



85



1



1%



75



0,67 %



6% 2% 4% 4%



68



2



3 1 2



18 % 9% 15 % 14 %



6



6 3 5



28 % 24 % 20 % 24 %



14



7 6 5 18



15 % 50 % 35 % 33,33 %



Dimensi : Menunjukkan keingintahuan



3



9



Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap berusaha menemukan hal-hal yang baru dari buku, televisi, atau media lainnya yang berhubungan dengan fenomena alam di sekitarnya?



10



8



Apakah putra/putri Bapak/Ibu tidak pernah berhenti bertanya jika menemukan jawaban yang kurang memuaskannya?



7



7



Apakah putra/putri Bapak/Ibu sering bertanya setiap menemukan hal-hal yang baru?



20



Dimensi: Menunjukkan keingintahuan



228



Jumlah Skor Ideal



228 5 x 3 x 20



300



Kategori Persentase



76 %



0



80



0



74



0



0 0



4% 8% 6%



0



2 4



9% 12 % 10,5 %



6



3 4



32 % 24 % 28 %



7



8 6 14



35 % 30 % 32,5 %



Dimensi : Menunjukkan keterbukaan dalam belajar



7



11



Apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap mau menerima saran masukan dan perbaikan dari orang tua?



6



10



Menurut pengamatan Bapak/Ibu, apakah putra/putri Bapak/Ibu menunjukkan sikap siap setiap menerima pembelajaran baru?



13



Dimensi: Menunjukkan keterbukaan dalam belajar



154



Jumlah



154



95



No



Pertanyaan



Skor Ideal



5



4



f % f 5 x 2 x 20



Skor Jawaban 3 2 % f % f %



1 f



%



Σ Skor 200



Kategori Persentase



77 %



0



0



5



5%



45



2,5 %



4% 16 % 10 %



80



5



2 8



9% 12 % 10,5 %



10



3 4



24 % 12 % 22 %



7



8 3 11



35 % 0% 17,5 %



Dimensi : Menunjukkan peningkatan prestasi belajar



7



13



Apakah putra/putri Bapak/Ibu aktif mengikuti kegiatankegiatan sekolah.



0



12



Apakah putra/putri memperoleh prestasi yang baik di sekolah?



7



Dimensi: Menunjukkan peningkatan prestasi belajar



125



Jumlah Skor Ideal



125 5 x 2 x 20



200



Kategori Persentase



62,5 %



96