Pengaruh Distribusi Daratan Dan Lautan Terhadap Variasi Iklim [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH DISTRIBUSI DARATAN DAN LAUTAN TERHADAP VARIASI IKLIM MAKALAH Untuk memenuhi tugas mata kuliah Meteorologi Laut yang diampu oleh Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP. Oleh Aprilia Khoirunnisa 195080600111037



PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG APRIL 2020



i



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI............................................................................................................................ii PENDAHULUAN...................................................................................................................1 1.1



Latar Belakang.........................................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah....................................................................................................1



1.3



Tujuan......................................................................................................................1



BAB II.....................................................................................................................................2 PEMBAHASAN......................................................................................................................2 2.1



Variasi iklim di Indonesia........................................................................................2



2.2



Pengaruh distribusi daratan dan laut terhadap variasi iklim......................................4



KESIMPULAN........................................................................................................................7



ii



1



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuaca dan iklim merupakan gejala ilmiah alami yang penting bagi kehidupan manusia. Ilmu mengenai hal tersebut dapat membantu petani maupun nelayan mengetahui pola cuaca dan iklim yang sedang terjadi agar dapat memutuskan kapan waktu yang tepat untuk bercocok tanam bagi petani dan kapan waktu yang tepat berlayar bagi nelayan. Cuaca dan iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas proses fisik dan dinamis diatmosfer bumi ini berawal dari perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada pemerataan energi yang berbentuk suatu sistem peredaran udara (Wredaningrum, 2014). Iklim memiliki variasi di permukaan bumi diantaranya karena kedudukan bumi terhadap matahari, yaitu adanya proses revolusi dan rotasi serta lokasi-lokasi yang terbagi menjadi lintang tempat yang berbeda. Selain itu karena jarak bumi terhadap matahari, distribusi daratan dan lautan, serta ketinggian tempat. Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan unsurunsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana variasi iklim di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh distribusi daratan dan laut terhadap variasi iklim? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui variasi iklim di Indonesia 2. Mengetahui pengaruh distribusi daratan dan laut terhadap variasi iklim



1



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Variasi iklim di Indonesia Menurut Surinati (2013), sistem iklim di bumi merupakan hasil interaksi dari atmosfer, hidrosfer, biosfer, dan litosfer. Awan memberikan pengaruh yang sangat besar pada cuaca dan iklim kita. Awan adalah elemen kunci siklus hidrologis bumi, yang membawa air dari udara ke tanah dan dari satu wilayah ke wilayah yang lainnya. Awan juga mendominasi bujet energi bumi melalui pengaruhnya pada pertukaran radiasi panas matahari dalam atmosfer dan antara atmosfer, hidrosfer, permukaan tanah, serta biosfer. Karena awan memiliki dampak besar pada bujet radiasi bumi, maka perubahan kecil dalam kelimpahan atau distribusi awan bisa mengubah iklim lebih dari perubaban yang diantisipasi dalam gas rumah kaca, anthropogenic aerosol, atau faktor-faktor lain yang terkait dengan perubahan global. Penyinaran matahari, terbentuknya awan, hingga akhimya menjadi hujan, merupakan hasil mekanisme cuaca dalam siklus keseimbangan. Namun pada skala global, pola cuaca tidaklah sesederhana itu. Dalam lingkup dunia, “pusat penggerak” cuaca dan iklim ada di perairan Asia Tenggara, yang sebagian besamya merupakan wilayah Indonesia. Posisi kawasan ini begitu strategis karena berada di khatulistiwa, kawasan tropis, di antara dua benua, AsiaAustralia, serta dua samudera, Pasifik dan Hindia, Indonesia juga terletak pada pertemuan dua rangkaian pegunungan, yakni Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteranian. Sebagian besar wilayah Indonesia berada di belahan bumi selatan (selatan khatulistiwa). Letak geografis yang demikian menyebabkan Indonesia terletak di daerah iklim tropis. Itu sebabnya suhu di Indonesia cukup tinggi dan curah bujannya cukup banyak. Menurut Arifin (2019), pengelompokkan iklim didasarkan pada situasi permukaan bumi yang lebih menekankan posisi topografi. Konsep ini didasarkan pada situasi permukaan bumi sangat bervariasi kekasarannya. Bukti kekasaran



2



permukaan bumi adalah adanya permukaan yang berupa daratan dan lautan, adanya dataran tinggi dan rendah. Situasi kekasaran tersebut mengakibatkan situasi unsur iklim yang beragam pula, misalkan suhu, kelembaban, hujan, angin dan sebagainya. Berdasarkan realita tersebut iklimnya dikelompokkan sebagai berikut: a) Iklim Gunung Iklim gunung terdapat di dataran pegunungan yang ditandai dengan suhunya rendah dengan amplitudonya lebih kecil. Curah hujan pada daerah pegunungan relative tinggi karena efek topografi yaitu gerakan udara atau angin yang membawa massa uap air yang diangkat ke puncak gunung akibat rintangan gunung b) Iklim Darat Permukaan bumi sekitar 27% berupa daratan dan 73% berupa lautan. Kondisi unsur iklim di daratan sangat berhubungan erat dengan lautan. Deskripsi daratan dikelompokkan menjadi yaitu daratan luas yang dikenal sebagai benua dan daratan sempit yang disebut kepulauan. Ciri iklim daratan diantaranya amplitudo suhu harian tinggi yaitu +5 – 10°C, curah hujan sedikit yaitu 60 – 100mm/bulan. c) Iklim Laut Ciri iklim laut adalah suhu rata-rata tahunan rendah, amplitudo suhu harian kecil, pada malam hari suhu diatas lautan relative lebih tinggi daripada di daratan sehingga terjadilah angin darat yaitu angin yang bertiup dari daratan ke atas lautan. Di atas lautan banyak terbentuk awan dan sering terjadi hujan walaupun dengan intensitas kecil. Banyaknya terbentuk awan disebabkan karena hasil dari proses evaporasi banyak menghasilkan butiran uap air laut yang ukurannya besar- besar, sehingga lebih mudah terbentuk awan. d) Iklim Musim (Muson) Iklim musim merupakan daerah iklim peralihan akibat pergerakan angin musim timur yang membawa udara kering dan angin musim barat yang membawa udara basah dari laut yang menimbulkan hujan.



3



Wilayah Indonesia sangat luas, dan terdapat banyak pulau yang bentuk, luas, dan merentangnya berbeda-beda. Ada yang berbentuk pulau kecil, ada yang membentang luas, misalnya pulau Kalimantan, ada yang membujur miring terhadap khatulistiwa, misalnya pulau Sumatra, ada yang membujur sejajar khatulistiwa misalnya pulau Jawa; ada yang membujur dan membentang luas sejajar khatulistiwa misalnya Irian Jaya ada yang melintang tegak lurus terhadap khatulistiwa, misalnya Sulawesi, ada yang berpegunungan, dan lain-lain yang masih banyak lagi ragamnya. Semuanya itu mempunyai andil besar kepada pembentukan ciri cuaca di atasnya, sehingga masing-masing wilayah mempunyai macam dan pola cuaca yang berbeda-beda. 2.2 Pengaruh distribusi daratan dan laut terhadap variasi iklim Menurut Surinati (2013), lautan sangat mempengaruhi iklim karena merupakan pusat dari aktivitas sirkulasi atmosfer serta sirkulasi laut global. Interaksi laut dan udara dalam siklus yang dinamis di sekitar Indonesia dan adanya gaya koriolis akibat rotasi bumi menjadikan wilayah ini sebagai “mesin penghasil uap” dunia, penggerak sistem sirkulasi udara global, dan berperan dalam pembentukan iklim dunia. Dari wilayah tropis inilah uap air yang terbentuk akibat pemanasan matahari distribusikan ke seluruh dunia. Sebagai mesin penggerak, wiIayah ini mendapat suplai yang melimpah dari matahari sepanjang tahun. Laut memiliki peranan yang sangat penting dalarn mengontrol iklim di bumi dengan memindahkan panas dari daerah ekuator menuju ke kutub. Tanpa peranan laut, hampir keseluruhan planet bumi akan menjadi terlalu dingin bagi manusia untuk hidup. Air Iaut bergerak secara terus-menerus mengelilingi bumi dalam suatu sabuk aliran yang sangat besar yang biasa disebut sebagai arus lintas sabuk benua. Arus lintas sabuk benua (The Great Ocean Conveyor Belt) bergerak dari permukaan ke dalam samudera dan kembali lagi ke permukaan. Angin, salinitas dan suhu air laut mengontrol sabuk aliran global ini. Sabuk aliran inilah yang berperan memindahkan udara panas yang dipancarkan oleh matahari ke bumi. 4



Sabuk sirkulasi laut global melepaskan panas ke atmosfer ketika massa air yang hangat bergerak dari daerah ekuator menuju ke kutub. Selain itu, air taut merupakan media penyerap panas radiasi matabari terbesar dengan kapasitas penyerapan yang sangat besar. Mekanisme sabuk ini yang menyebabkan lautan memegang peranan kunci dalam pemahaman perubahan iklim global. Laut sangat berperan dalam membentuk keseimbangan suhu global dunia. Ketika suhu bumi makin meningkat tentu bal ini akan memberikan berbagai akibat (multiple effect) bagi kelangsungan siklus global laut, karena suhu merupakan faktor utama penggerak siklus ini. Sirkulasi atmosfer dan samudera dikemudikan oleh pemanasan matahari. Radiasi matahari memanaskan atmosfer dan samudera, menyebabkan terjadi variasi densitas di muka bumi termasuk densitas samudera. Terdapat adanya variasi densitas ini menunjukkan atmosfer dan samudera mempunyai energi potensial, sebagian diubah menjadi energi kinetik, yaitu gerak (motion). Sebagai contoh, permukaan bumi yang hangat menyebabkan intensitas cahaya atmosfer meningkat. Ini disebut konveksi, di atmosfer kawasan regional Asia Tenggara ada dua musim yang berlawanan arab yaitu musim barat (angin dari Asia ke Australia) dan musim timur (angin dari Australia ke Asia). Di laut, angin musim memengaruhi muka laut sehingga menghasilkan arus permukaan. Penggerak arus lainnya adalah pasang surut (pasut) dan perbedaan densitas. Massa air dari Samudera Atlantik –Hindia-Pasifik dan kawasan perairan Indonesia bagian timur yang dilalui arus ini. Ada arus monsoon yang silih berganti dan dataran Asia di utara dan Australia di selatan ke wilayah Indonesia. Selain itu, ada tekanan udara yang naik turun antara Darwin di Australia dan Kepulauan Tahiti di Pasifik. Di laut juga muncul fenomena naikturunnya suhu permukaan laut dengan pola penjalaran ke timur-barat mendekati wiJayah Indonesia. Fenomena itu terjadi Samudera Pasifik, yaitu kejadian El Nino-Southern Oscillation (ENSO) yang dikenal dengan nama El Nino-La Nina, sedangkan di Samudera Hindia disebut Indian Ocean Dipole/IOD (Martono, 2008). Keduanya berpengaruh terhadap keragaman



5



hujan di Indonesia. Hujan merupakan salah satu unsur iklim yang memiliki tingkat keragaman yang sangat tinggi baik secara temporal (waktu) maupun secara keruangan (tempat). Keadaan ini disebabkan oleh posisi Indonesia yang dilewati oleh garis katulistiwa dan keberadaannya di antara dua benua dan dua samudera. Selain itu keadaan Indonesia yang memiliki banyak pulau besar dan kecil dengan topografi yang beragam juga dapat mengakibatkan tingginya keragaman hujan di Indonesia. Menurut Wirdjohamidjojo dan Swarinoto (2010), posisi geografi, faktor lingkungan, dan struktur serta orientasi kepulauan Indonesia merubah sistem peredaran dasar. Dari konsep massa udara, udara di wilayah Indonesia merupakan campuran dari berbagai massa udara yang umumnya telah termodifikasi dan tidak sama di wilayah yang berbeda. Sel-sel peredaran yang telah termodifikasi tersebut membentuk sistem cuaca dan iklim yang sangat beragam. Oleh karena itu, dalam mengenali cuaca di Indonesia perlu dipelajari dari berbagai aspek, antara lain dari ciri-ciri dasar fisisnya, dari aspek geografi, aspek topografi dan orografi, serta dari aspek struktur dan orientasi wilayah sifat lain dari kawasan khatulistiwa adalah adanya lama hari siang dan malam hari yang hampir sama, dan perbedaan penerimaan sinaran matahari yang sangat mencolok pada waktu siang dan malam hari. Kedua faktor tersebut menimbulkan sifat cuaca pada siang hari dan malam hari berbeda. Proses perubahan tersebut berlangsung secara terus-menerus secara berkala setiap hari sehingga cuaca berubah harian atau mempunyai variasi harian yang sangat jelas.



6



7



BAB III KESIMPULAN Wilayah Indonesia yang luas dan bentuknya kepulauan mempengaruhi variasi iklim. Faktor geografi dan topografi yang beragam juga mempengaruhi iklim yang ada. Indonesia memiliki daratan yang berbentuk pegunungan, dimana daerah pegunungan itu memiliki curah hujan yang tinggi. Pengaruh massa udara yang bergerak dari laut ke daratan maupun sebaliknya juga ikut mempengaruhi karena Indonesia merupakan percampuran udara yang telah termodifikasi dan dari wilayah yang berbeda-beda. Laut Indonesia yang luasnya 2/3 wilayahnya mempengaruhi iklim karena laut mengontrol iklim di bumi dengan memindahkan panas dari daerah ekuator menuju ke kutub. Letak geografis Indonesia yang juga diapit oleh dua samudera ikut mempengaruhi iklim di Indonesia non musiman. Iklim yang dimaksud tersebut yakni El Nino-La Nina karena pergerakan arus monsoon.



7



DAFTAR PUSTAKA Ariffin. 2019. Metode Klasifikasi Iklim di Indonesia. Malang : UB Press Surinati, Dewi. 2013. Lautan dan Iklim. Oseana. 38(3):33-40 Tjasyono, Bayong. 2006. Karakteristik dan Sirkulasi Atmosfer. Jakarta : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Wirdjohamidjojo, Soerjadi dan Y. Swarinoto. 2010. Iklim Kawasan Indonesia. Jakarta : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Wredaningrum, Irwanda dan Sudibyakto. 2014. Analisis Perubahan Zona Agroklimat Daerah Istimewa Yogyakarta Ditinjau dari Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman. Jurnal Bumi Indonesia. 3(4)



8