Pengaruh Perubahan Iklim Dan Pencemaran Lingkungan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH PERUBAHAN IKLIM DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN



A. Perubahan Iklim Perubahan iklim diartikan sebagai perubahan dalam jangka panjang dalam hal cuaca dalam peridode waktu tertentu, umumnya antara puluhan hingga ratusan tahun. Perubahan iklim merupakan sebuah bencana besar dan malapetaka bagi umat manusia, hal ini dikarenakan dampak perubahan iklim bagi kehidupan manusia sangat merugikan sekali. Iklim sendiri meliputi : 1. Curah hujan Curah hujan sangat penting bagi peternakan. Dengan curah hujan penyediaan air minum dan kelangsungan pengadaan makanan ternak sepanjang tahun dan sebaiknya peternak mengetahui peta hujan. Curah hujan ini sangat berguna, karena dengan begitu para peternak bisa



merencanakan



dan



memanajemen



dengan



baik



masa



birahi.



2. Temperatur Dengan mengetahuinya temperatur suatu daerah, para peternak dapat menempatkan jenis ternak apa yang sesuai dengan tempat yang dipilih. Karena temperatur yang panas atau terlalu dingin sangat mempengaruhi produktififtas ternak. Ternak lokal dapat bertahan dengan suhu yang panas, sedangkan ternak yang berasal dari subtropics yang telah disilangkan dengan ternak lokal dapat bertahan ditempat yang bersuhu sedang. 3. Kelembaban udara Kelembaban udara yang terlalu tinggi sangat mempengaruhi kesehatan ternak, baik itu pada pernafasannya, pertumbuhan parasit pada ternak, ataupun penyakit lainnya yang merugikan. 4. Kecepatan angin Dengan kecepatan udara yang normal sangat baik untuk kesegaran ternak dan kecepatan angin dapat juga digunakan untuk membantu ternak dalam melepaskan panas temperatur tubuhnnya. 1) Pengaruh Iklim Terhadap Ternak Iklim sangat berpengaruh terhadap hewan ternak. Beberapa ahli mempelajari pengaruh iklim terhadap objek yang spesifik, di antaranya iklim berpengaruh terhadap bentuk tubuh (Hukum Bergmann), insulasi pelindung atau kulit dan bulu (Hukum Wilson), warna (Hukum Gloger), tubuh bagian dalam/internal (Hukum Claude Bernard), dan kesehatan dan produksi ternak.



Hewan ternak mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim. Pengaruh iklim terhadap ternak ada dua jenis yakni: a. Pengaruh Secara Langsung 



Perilaku merumput



Lamanya waktu merumput saat siang hari sangat dipengaruhi oleh iklim, bangsa, kualitas, tipe mamalia, dan pastur yang tersedia (padang rumput). Jika ternak digembalakan pada daerah bukan asalnya, maka masa merumput akan berkurang. 



Pengunaan makanan dan pengambilan makanan



Jika suatu tempat memiliki temperatur yang tinggi maka akan mempengaruhi pengambilan makanan pada ternak, semakin tinggi temperatur maka semakin sedikit makan karena akan lebih banyak minum. Jika temperatur lebih dari 40° C maka ternak akan berhenti memamah biak. 



Air yang diminum (water intake )



Air sangat penting bagi ternak sebab air mempunyai peran yang penting dalam metabolisme ternak, selain itu air juga membantu ternak melepaskan panas tubuhnya secara konduksi dan penguapan, keperluan air ini akan meningkat apabila temperatur naik. 



Mempengaruhi efisiensi pengunaan makanan



Ternak dapat mengalami heat stress apabila iklim suatu tempat panas, sehingga ternak tidak banyak melakukan gerak untuk menjaga suhu tubuhnya tetap stabil. 



Hilangnya zat-zat makanan



Semakin sering ternak berkeringat dan mengeluarkan air ludah maka akan semakin banyak zat makanan yang hilang. Ternak mamalia apabila mereka berkeringat maka mereka akan kehilangan air dan mineral dari dalam tubuhnya. 



Pengaruh terhadap pertumbuhan



Menurunnya nafsu makan pada ternak disebabkan temperatur yang sangat tinggi akibatnya feed intake ternak pun akan menurun dan juga mempengaruhinya lamanya merumput dan akhirnya juga mempengaruhi produktififtas dari ternak. 



Pengaruh iklim terhadap produksi susu



Sapi perah dapat menghasilkan susu 56 % pada daerah subtropics, berbeda dengan daerah tropis sapi perah lebih sedikit menghasilkan susu. Iklim juga sangat mempengaruhi kandungan susu, lemak, bahan kering.







Pengaruhi tingkah laku ternak



Iklim dapat mengakibatkan ternak mengalami stress yang dapat dilihat dari tingkah laku ternak itu sendiri. Faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang dapat menyebabkan strees pada ternak. Faktor Internal terdiri dari : penyakit, vaksinasi, penyapihan sedangkan faktor eksternal terdiri dari : cuaca, makanan dan lingkungan. b. Pengaruh Secara Tidak Langsung 



Kualitas dan kuantitas makanan yang tersedia



Seperti: makanan yang dimakan, air yang diminum, dan mempengaruhi kandungan gizi dari tanaman yang dimakan serta daya cerna yang rendah karena serat kasarnya sangat tinggi akan mempengaruhi daya produksi menjadi rendah. 



Adanya parasit dan penyakit



Lingkungan dengan panas dan kelembaban yang tinggi merupakan tempat yang baik bagi jamur, parasit, nyamuk, lalat, dan penyakit lain. Pengaruh iklim secara tidak langsung terhadap parasit penyakit karena pada daerah tropis yang curah hujannya hanya cukup untuk tumbuhnya semak-semak. Dengan adanya semak-semak menyebabkan berkembangbiaknya nyamuk yang dapat mengakibatkan penyakit tidur dan dapat menyebabkan kematian yang mempengaruhi proses metabolisme ternak terserang. 



Penyimpanan dan pangan hasil ternak



Iklim tropis baik lembab/kering dapat merusak hasil ternak dan oleh sebab itu maka biaya prosessing dan penanganannya bertambah. Aklimatasi merupakan proses yang kompleks dimana seekor hewan menyesuaikan diri pada lingkungan dimana ternak tersebut hidup. Berikut penggolongan ternak berdasarkan aklimatasi : 1. Aklimatasi tinggi



: Unta, Kambing, dan Domba.



2. Aklimatasi rendah



: Sapi, Ayam, dan Babi.



2) Pemanasan Global Mengakibatkan Migrasi Hewan Penelitian telah menunjukkan bahwa 30 spesies reptil dan amfibi berpindah menuju tempat yang lebih tinggi ke ekosistem yang lebih dingin. Ahli biologi Christopher Raxworthy dari Museum Amerika untuk Sejarah Alam mengatakan bahwa pada akhirnya tidak ada lahan yang lebih tinggi yang tersedia. Dua spesies katak dan tokek sekarang berada dalam bahaya kepunahan. 3) Pengaruh Perubahan Iklim Pada Kehidupan Laut



Studi baru-baru ini yang dimuat dalam jurnal Pelestarian Biologi menyatakan bahwa populasi dari banyak spesies ikan hiu yang berkurang dengan cepat membuat para ilmuwan prihatin tentang dampaknya terhadap ekosistem laut secara keseluruhan. Kenaikan suhu air laut ini berakibat pada meningkatnya potensi kematian dan pemutihan terumbu karang di perairan tropis. Terancam rusak dan hancur secara permanen jika pemanasan global terus berlangsung. Ini juga berarti terancamnya kelangsungan berbagai macam kehidupan biota laut yang tergantung hidupnya pada ekosistem alam ini. 4) Dampak Perubahan Iklim Terhadap Penyakit Hewan Perubahan iklim dan perubahan lingkungan adalah sebagian kecil dari perubahan ekosistem yang lebih besar yang mampu mempengaruhi munculnya penyakit hewan baru dan yang muncul kembali (Black and Nunn, 2008). Kesehatan hewan dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim melalui empat cara yaitu penyakit-penyakit dan stres yang berkaitan dengan cuaca panas, kejadian-kejadian cuaca yang ekstrim, adaptasi sistem produksi ternak terhadap lingkungan baru, dan penyakit hewan yang baru muncul dan yang muncul kembali (Forman et al., 2008). Kebanyakan penyakit yang ditularkan melalui vektor mencakup spesies arthropoda seperti nyamuk, lalat, caplak atau kutu. Sebagian siklus hidup dari agen patogen berada dalam tubuh arthropoda yang mudah dipengaruhi perubahan lingkungan. Perubahan cuaca dan iklim yang dapat mempengaruhi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui vektor meliputi temperatur, curah hujan, angin, banjir besar atau kekeringan dan kenaikan permukaan air laut. Begitu juga penyakit-penyakit yang berkaitan dengan cuaca panas (heat-related diseases) dimana ternak bukan hanya mudah mengalami stress, akan tetapi juga menurunkan produktivitas dan fertilitas. Di bawah kondisi stres cuaca panas, siklus birahi sapi dapat menjadi lebih panjang, tanda-tanda birahi menjadi lemah dan terjadi peningkatan kematian fetus (Forman et al., 2008). Dari survei yang dilakukan OIE, 71-72% dari jumlah negara anggota OIE menyatakan kekhawatirannya terhadap adanya kaitan antara penyakit yang baru muncul dan yang muncul kembali dengan perubahan iklim dan perubahan lingkungan. B. Pencemaran Lingkungan Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun



1982). Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Dampak Pencemaran Lingkungan 1) Dampak pencemaran air  Kematian Biota Air Masalah utama yang disebabkan oleh dampak pencemaran air adalah terbunuhnya kehidupan yang tergantung pada badan air tersebut. Ikan, kepiting, burung camar dan banyak hewan lain terbunuh karena adanya polutan berbahaya yang meracuni habitat mereka. 



Kerusakan Rantai Makanan



Dampak pencemaran air juga merusak tatanan rantai makanan alami yang selama ini berlangsung dalam ekosistem air. Polutan seperti timbal yang dimakan oleh ikan kecil, akan terbawa pada tingkat trofik selanjutnya. Ikan-ikan besar, kerang, dan tingkat trofik di atasnya juga akan ikut merasakan dampak dari polutan yang dimakan oleh si ikan kecil. 



Wabah Penyakit



Kerusakan rantai makanan pada tahap selanjutnya akan berdampak pada manusia. Produkproduk dari badan air yang tercemar yang dikonsumsi manusia akan mengakibatkan pada mewabahnya beberapa jenis penyakit. Wabah penyakit hepatitis bisa timbul akibat konsumsi makanan laut yang teracuni polutan, wabah kolera timbul karena pengolahan air minum yang buruk dari sumber perairan yang tercemar, dan masih banyak lagi. 



Kerusakan Ekosistem



Dampak pencemaran air pada tahap selanjutnya akan terjadi pada ekosistem. Pencemaran air mengakibatkan kerusakan ekosistem yang berarti interaksi antar makhluk hidup di suatu tempat akan berubah. Banyak daerah yang sekarang jadi terkena pencemaran air karena kelalaian manusia dalam menjaga kelestarian lingkungannya, dan di masa yang akan datang daerah-daerah yang tercemar ini tentu akan membuat manusia mengalami banyak kesulitan. 2) Dampak pencemaran udara Hewan terkena pencemaran udara melalui tiga jalur: 1) menghirup gas atau partikel kecil, 2) menelan partikel tersuspensi dalam makanan atau air, atau 3) penyerapan gas melalui kulit.



Secara umum, hanya invertebrata bertubuh lunak (misalnya cacing tanah), atau hewan dengan tipis, kulit lembab (misalnya amfibi) dipengaruhi oleh penyerapan pencemar. Respon individual terhadap pencemar sangat bervariasi dan tergantung pada jenis polutan yang terlibat, durasi dan waktu pemaparan, dan jumlah yang diambil oleh hewan. Usia individu, jenis kelamin, kesehatan, dan kondisi reproduksi juga berperan dalam respon. Ada banyak variabilitas antara kelas hewan, spesies, dan bahkan genotipe, dalam tingkat toleransi terhadap pencemar tertentu. Pada bagian ini, polutan telah dibagi menjadi tiga kategori: gas, seperti ozon dan hidrogen sulfida, non-asam partikulat dan racun, seperti logam, senyawa fluor, dan bahan kimia organik dan sintetis, dan agen pengasam, khususnya nitrat dan sulfat. 1. Gas Pencemar Senyawa organik yang mudah menguap dan nitrogen oksida, yang dipancarkan dari industri, mengalami transformasi kimia di atmosfer dengan sinar matahari membentuk ozon. Ozon, sulfur dioksida, dan nitrogen dioksida mempengaruhi terutama sistem pernapasan, dan kemungkinan burung bahkan lebih rentan terhadap penyakit dibandingkan mamalia karena tingkat pernapasan yang tinggi. 2. Partikel Non-asam dan Racun Logam berat (misal timbal, arsen, dan kadmium) yang dipancarkan oleh peleburan, fluoride dipancarkan dalam bentuk gas dan partikulat dari pabrik reduksi aluminium dan pembangkit listrik berbahan bakar batubara,,dioxin, furan, dan merkuri yang dipancarkan oleh fasilitas pemulihan sumber daya. Logam dapat mempengaruhi peredaran darah, pernapasan, pencernaan, dan sistem saraf pusat hewan. Seringkali organ seperti ginjal, hati, dan otak yang terkena dampak. Seluruh populasi dapat dipengaruhi kontaminasi logam seperti dapat menyebabkan perubahan dalam kelahiran, pertumbuhan, dan tingkat kematian. Keracunan flouride atau fluorosis, menyebabkan kelainan besar tulang dan gigi. Tanaman mengambil gas fluorida dan menyimpannya dalam jaringan mereka, serta fluoride dalam bentuk partikulat diendapkan pada permukaan daun dan tinggal di sana sampai dicuci. Herbivora dikenal paling menunjukkan gejala keracunan fluoride. Namun, cacing tanah dan invertebrata tanah lainnya juga mengakumulasikan fluoride, diteruskan pada hewan yang memakannya. Bahan kimia organik dan sintetik, seperti dioxin dan organoklorin, mempengaruhi satwa liar. Dioksin terbioakumulasi, atau berada dalam tubuh, terkonsent rasi dalam lemak tubuh, mereka persisten akan penguraian biologis. Sebuah studi menunjukkan cacing tanah mengakumulasi dioksin hingga lima kali konsentrasi yang ditemukan dalam tanah, meskipun dosis ini tidak mematikan bagi cacing. Namun demikian, akumulasi non-mematikan ini bisa memiliki implikasi ekologis yang kuat karena cacing tanah merupakan sumber utama makanan bagi sejumlah spesies burung dan mamalia kecil, banyak yang telah menunjukkan efek karsinogenik, reproduksi, dan immunotoxic setelah terpapar dioxin tingkat rendah. 3. Nitrat dan Sulfat



Efek dari penurunan pH pada invertebrata air dan ikan telah diringkas dalam laporam Program hujan asam Penilaian Nasional (NAPAP). Taksa serangga sangat berbeda dalam respon mereka terhadap keasaman, dengan beberapa spesies terpengaruh pada tingkat pH dekat 6,0. Pada tahap awal pengasaman, spesies sensitif digantikan oleh yang toleran asam . Namun, karena tingkat pH terus menurun, lebih banyak spesies yang hilang. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa pengasaman air permukaan dapat menyebabkan penurunan, dan hilangnya, populasi ikan. Di bawah pH 4,5 ikan tidak mungkin akan bertahan. Hilangnya ikan terjadi di banyak negara, termasuk Skandinavia, Skotlandia, Wales, dan Amerika Utara. Penurunan pH sering dikaitkan dengan peningkatan ketersediaan logam, yang terutama berlaku untuk aluminium dan merkuri. Penurunan pH dan aluminium tinggi telah terbukti meningkatkan angka kematian ikan, menurunkan pertumbuhan ikan, penurunan produksi telur dan kelangsungan hidup embrio, dan mengakibatkan gangguan fisiologis ikan dewasa. Secara umum, embrio, dan remaja kurang toleran terhadap asam dibandingkan ikan dewasa. Aluminium dapat mengendap dalam insang ikan, menghambat difusi dan mengakibatkan stres pernapasan. Endapan asam mungkin merupakan penyebab penurunan populasi amfibi. Tahapan larva spesies amfibi merupakan tahap paling terpengaruh air asam.. Banyak spesies katak menggunakan kolam sementara yang cenderung kecil dan dangkal, sehingga mudah terpengaruh oleh presipitasi kimia karena satu-satunya sumber air adalah curah hujan dan pencairan salju. Katak yang menggunakan badan air besar permanen untuk berkembang biak umumnya bertelur di musim panas sehingga mereka tidak mengalami pulsa asam dari pencairan salju. Namun, telur dan larva dari spesies ini bahkan lebih sensitif terhadap perubahan pH dibandingkan dengan spesies yang berkembang biak di kolam sementara. Seperti halnya dengan ikan, efek toksik penurunan kadar pH pada amfibi rumit ketika konsentrasi logam, seperti aluminium, dalam air meningkat, tetapi sebagai aturan umum, embrio dari spesies amfibi sensitif yang dibunuh oleh air dengan pH 4,5 atau lebih rendah, sementara embrio dari spesies toleran dapat bertahan hidup hingga pH 3,7. 4. Efek tidak langsung Selain mempengaruhi hewan secara langsung, pencemaran udara juga mempengaruhi satwa liar secara tidak langsung dengan menyebabkan perubahan dalam ekosistem. Vegetasi sebagai tempat berlindung dari predator dan cuaca, menyediakan tempat beranak dan habitat bersarang, serta berfungsi sebagai sumber makanan. Oleh karena itu, setiap perubahan dalam vegetasi secara tidak langsung dapat mempengaruhi populasi hewan. Banyak penelitian telah menemukan bahwa invertebrata menunjukkan kecenderungan untuk, lebih mampu bertahan dalam, pencemaran udara yang merusak vegetasi. Fluorida dan logam berat dapat terakumulasi dalam tanah hingga tingkat beracun untuk invertebrata tanah. Spesies sensitif terhadap logam digantikan oleh spesies yang lebih toleran terhadap logam. Misalnya, spesies bertubuh lunak seperti cacing tanah dan nematoda tampaknya lebih mudah dipengaruhi oleh peningkatan konsentrasi logam. Invertebrata memainkan peran penting dalam menggemburkan tanah hutan. Karena kesehatan cacing terganggu maka suplai makanan untuk tanaman terganggu dan akibatnya pasokan makanan hewan herbivora pun ikut terganggu (menurun).



Meskipun burung dan mamalia tidak langsung dipengaruhi oleh pengasaman air, mereka secara tidak langsung dipengaruhi oleh perubahan dalam kuantitas dan kualitas sumber daya makanan mereka. Beberapa burung seperti osprey, kesulitan tinggal di sekitar danau asam karena jumlah ikan jauh lebih sedikit. Kalsium merupakan elemen penting bagi mamalia dan burung. Sebuah pasokan makanan yang memadai sangat penting selama reproduksi. Burung membutuhkan kalsium untuk pembentukan kulit telur dan tepat untuk pertumbuhan kerangka tukik, dan mamalia membutuhkan kalsium untuk pengembangan kerangka janin. Banyak spesies invertebrata yang mengandung kalsium,konsentrasi tinggi seperti moluska dan krustasea, sangat sensitif terhadap t pH dan termasuk yang pertama menghilang selama pengasaman lahan basah.







3) Cara mengatasi pencemaran lingkungan dan perubahan iklim Upaya mitigasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi perluasan perubahan







iklim dan dapat dilakukan dengan cara:  Mengurangi penggunaan energi Fosil (fosil fuel)  Reboisasi (penghijauan)  Melaksanakan Reduce, Reuse, dan Recycle  Memperluas ruang terbuka hijau atau membuat hutan kota  Mematikan/menghemat alat listrik/elektronik Selain upaya mitigasi, perlu juga dilakukan upaya adaptasi dengan keadaan iklim yang telah berubah seperti ini, diantaranya adalah dengan melakukan hal-hal seperti:  Mengantisipasi efek perubahan iklim  Meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat (pendidikan formal & nonformal)  Membangun sistem peringatan dini untuk mengantisipasi terjadinya bencana (Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, kelaparan, konflik sosial, rawan pangan, kebakaran, tanah longsor, dan sebagainya)



ARTIKEL KESEHATAN LINGKUNGAN PENGARUH PERUBAHAN IKLIM DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN



Oleh Kelompok 6 1. Eveline Chrisefia 2. Maria Rustika Reru 3. Yohana Wermatari Lada 4. Maria Natalia Reta



NPM. 13820096 NPM. 13820083 NPM. 13820103 NPM. 13820104



Kelas C



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2016