Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DI RUANG PERAWATAN MELATI BLUD BENYAMIN GULUH KABUPATEN KOLAKA



KARYA TULIS ILMIAH



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madia Madya Kpereawatan (Amd,Kep) Pada Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Sembilanbelas November Kolaka



OLEH : SATRIANA 17.1461



D III KEPERAWATAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA 2019



2



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar belakang Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu dihipotalamus (setiyawati, 2016). Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada apusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh Dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap tahunnya (Wardiyah, Setiawati, Romayati, 2016). Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa karena menderita demam. Penelitian oleh Jalil, Jumah, & Al-Baghli (2007) di Kuwait menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia tiga bulan sampai 36 bulan mengalami serangan demam rata- rata enam kali pertahunnya (Wardiyah, Setiawati, Romayati, 2016). Di Indonesia penderita demam sebanyak 465 (91.0%) dari 511 ibu yang memakai perabaan untuk menilai demam pada anak mereka sedangkan sisanya 23,1 saja menggunakan thermometer . Data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2013 menyebutkan bahwa demam pada anak usia 1- 14 tahun mencapai 4.074 anak dengan



klasifikasi



1.837 anak pada usia



1-4



tahun,



1.192 anak pada usia 5-9 tahun dan 1.045 anak pada usia 10-14 tahun. Penyakit terbanyak dengan gejala awal demam di ruang Alamanda RSUD dr. H. Abdul Moeloek pada tahun 2014 yaitu bronkopneumonia, demam typhoid dan DHF. Anak yang



menderita



demam



dengan



penyakit



bronkopneumonia



mencapai 442 anak, demam typhoid mencapai 279 anak dan DHF mencapai 46 anak (Nur, Prayogi, & Suryani, 2018)



3



Demam pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri yang berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini dikarenakan, apabila tindakan dalam mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu (Nur, Prayogi, & Suryani, 2018) Penanganan



terhadap



demam



dapat



dilakukan



dengan



tindakan



farmakologis, tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya . Tindakan farmakologis yaitu memberikan obat antipiretik. Sedangkan tindakan non farmakologis yaitu tindakan tambahan dalam menurunkan panas setelah pemberian obat antipiretik. Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas seperti memberikan minuman yang banyak, ditempatkan dalam ruangan bersuhu



normal,



menggunakan



pakaian



yang



tidak



tebal,



dan



memberikan kompres (Pebrianto, Irdawati, & Ningrum, 2017 ) Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh. Hasil penelitian yang dilakukan di RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar menunjukkan bahwa pemberian kompres hangat pada daerah aksila dan dahi mempunyai efek dalam menurunan suhu tubuh pada klien demam. Penurunan suhu tubuh klien yang dikompres air hangat di daerah aksila rata- rata 0,0933°C sedangkan penurunan suhu tubuh klien yang dikompres air hangat di daerah dahi rata-rata 0,0378°C (Pebrianto, Irdawati, & Ningrum, 2017 ) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti tanggal 27 Januari kepada perawat yang berada diruang Alamanda didapatkan bahwa terapi yang digunakan dalam menangani demam pada anak diruangan tersebut yaitu menggunakan terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis yang digunakan yaitu obat antipiretik sedangkan terapi non farmakologis yang sering digunakan diruang tersebut yaitu kompres hangat (Pebrianto, Irdawati, & Ningrum, 2017 )



4



Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh



darah



ini



akan



menuju



area



hipotalamus



merangsang preoptik



mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluarn panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme



yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Fadli &



Hasan 2018). 1.2 Tujuan Penelitian 1.1.1



Tujuan



Umum



penelitian



pemberian kompres hangat



ini



adalah



diketahuinya



efektifitas



terhadap penurunan suhu tubuh anak yang



mengalami demam. 1.1.2



Tujuan khusus a. Penulis mampu mengetahui pengertian hipertermi pada Anak b. Penulis mampu mengetahui etiologi hepertermi c. Penulis mampu mengetahui manifestasi klinis d. Penulis mampu menjelaskan pathway hipertermi e. Penulis mampu mengetahui pemeriksaan hipertermi f. Penulis mampu melakukan pengkajian hipertermi pada anak



1.3 Manfaat penulisan 1.3.1



Manfaat bagi penulis Penulis dapat mmengetahui keefektifan dari kompres hangat terhapa penurunan suhu tubuh pada anak.



1.3.2



Manfaat praktis Penggunaan kompres hangat dapat digunakan pada anak untuk menurungkan suhu tubuh



5



1.3.3



Manfaat bagi masyarakat Masyarakat dapat menerapkan kompres hangat pada anaknya jika terjadi demam pada anak dan tidak terlalu ketergantungan terhadap penggunaan obat.



1.3.4



Manfaat bagi pendidikan Dalam bidang pendidikan dapat dikembangakan pengguanaan kompres hangat pada anak untuk menurungkan suhu tubuh menjadi normal.



1.3.5



Manfaat bagi rumah sakit Penggunaan kompres hangat dapat dilakukan di ruang perawatan anak untuk membantu menurungkan suhu tubuh.



1.4 Sistematika penulisan Bab I Pendahuluan



: Latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan.



Bab II Tinjauan Pustaka



: Pengertian, etiologi, manifestasi klinis, pathway,penkajian,diagnose,intervensi.



6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Pengertian Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari 370C (peroral) atau 38.80C (perrektal) karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal (wirda alwi 2017) 2.1.2 Etiologi a. Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan trauma lahir dan obat-obatan b. Infeksi oleh bacteria, virus atau protozoa. c. Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu febris. d. Peningkatan suhu tubuh juga dapat disebabkan oleh meningkatnya produksi panas andogen (olahraga berat, hepertermia maligna, sindrom neuroleptik, hipertiroiddisme) pengurangan kehilangan panas atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu tinggi( sengatan panas) 2.1.3 Manifestasi klinis a. Suhu tinggi 37.80C (1000F) peroral atau 38.80C (1010F) b. Taki kardia c. Kulit kemerahan d. Hangat pada sentuhan e. Menggigil f. Dehidrasi g. Kehilangan nafsu makan



7



2.1.4



Fase hipertermi a. Fase I (fase awitan atau menggigil) 1) Peningkatan denyut jantung 2) Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan 3) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot 4) Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi 5) Merasakan sensasi dingin 6) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi 7) keringat berlebihan 8) Peningkatan suhu tubuh b. Fase II (proses demam) 1) Proses menggigil lenyap 2) Kulit terasa hangat / panas 3) Merasa tidak panas atau dingin 4) Peningkatan nadi dan laju pernafasan 5) Peningkatan rasa haus 6) Dehidrasi ringan hingga berat 7) Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf 8) Lesi mulut herpetik 9) Kehilangan nafsu makan ( jika demam memanjang ) 10) Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein c. Fase III (pemulihan) 1) Kulit tampak merah dan hangat 2) Berkeringat 3) Menggigil ringanKemungkinan mengalami dehidrasi



8



2.1.5 patthway Infeksi atau cedera jaringan ↓ Inflamasi ↓ Akumulasi monosit, Makrofag, sel T helper dan fibroblas ↓ Pelepasan pirogen endogen (sitokin) ↓ Interleukin-1 Interleukin-6 ↓ Merangsang saraf vagus ↓ Sinyal mencapai Sistem saraf pusat ↓ Pembentukan prostaglandin otak ↓ Merangsang hipotalamus Meningkatkan titik patokan suhu (sel point) ↓ Menggigil, meningkatkan suhu basal ↓ Hipertermi Bagan 1.8



9



2.1.6 Komplikasi Pengaruh hipertermia terhadap sawar darah otak/ BBB adalah meningkatkan permeabilitas BBB yang berakibat langsung baik secara partial maupun komplit dalam terjadinya edema serebral (Ginsberg, et al, 1998). Selain itu hipertermia meningkatkan metabolisme sehingga terjadi lactic acidosis yang mempercepat kematian neuron (neuronal injury) dan menambah adanya edema serebral (Reith, et al, 1996). Edema serebral (ADO Regional kurang dari 20 ml/ 100 gram/ menit) ini mempengaruhi tekanan perfusi otak dan menghambat reperfusi adekuat dari otak, dimana kita ketahui edema serebral memperbesar volume otak dan meningkatkan resistensi serebral. Jika tekanan perfusi tidak cukup tinggi, aliran darah otak akan menurun karena resistensi serebral meninggi. Apabila edema serebral dapat diberantas dan tekanan perfusi bisa terpelihara pada tingkat yang cukup tinggi, maka aliran darah otak dapat bertambah (wirda alwi 2017). Dengan demikian daerah perbatasan lesi vaskuler itu bisa mendapat sirkulasi kolateral yang cukup aktif, kemudian darah akan mengalir secara pasif ke tempat iskemik oleh karena terdapatnya pembuluh darah yang berada dalam keadaan vasoparalisis. Melalui mekanisme ini daerah iskemik sekeliling pusat yang mungkin nekrotik (daerah penumbra) masih dapat diselamatkan, sehingga lesi vaskuler dapat diperkecil sampai daerah pusat yang kecil saja yang tidak dapat diselamatkan lagi/nekrotik (wirda alwi 2017). 2.1.7



Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan medis yang diberikan yaitu: 1) Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofen. b. Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu: 1) Beri pasien banyak minum. pasien menjadi lebih mudah dehidrasi pada waktu menderita panas. Minum air membuat mereka merasa lebih baik dan mencegah dehidrasi.



10



2) Beri pasien banyak istirahat, agar produksi panas yang diproduksi tubuh seminimal mungkin. 3) Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher belakang.



2.2 Konsep Asuahan Keperawatan 2.2.1



Pengkajian



a. Data Subyektif 1) Pasien mengatakan badannya panas b. Data Obyektif 1) Suhu tubuh pasien meningkat 2) Pasien terlihat lemas 3) Mukosa tampak kering 2.2.2



Diagnosa Keperawatan a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan: 1) Pasien mengatakan badannya terasa panas 2) Mukosa bibir kering 3) Wajah pasien tampak merah



2.2.3



Perencanaan / Intervensi a. Rencana Tujuan Setelah diberikan ASKEP selama 3×24 jam diharapkan hipertermi dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1) Suhu tubuh pasien turun 2) Suhu 36-37,5℃ 3) Mukosa bibir pasien tidak kering lagi 4) Kulit pasien tidak hangat bila disentuh 5) Pasien tidak lemas



11



b. Rencana Tindakan/intervensi 1) Observasi TTV pasien 2) Observasi KU pasien 3) Berikan kompres hangat 4) Berikan minum air putih yang banyak 5) Anjurkan pasien untuk memakai baju tipis dan menyerap keringat 6) Kolaborasi



pemberian



obat



antipiretik



untuk



mengetahui



perkembangan pasien c. Rasional 1) Untuk mengetahui perkembangan pasien, kompres hangat mampu menurunkan suhu tubuh pasien agar kembali normal 2) Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang akibat hipertermi 3) Untuk mempercepat proses penguapan panas 4) Dengan pemberian obat tersebut dapat menetralkan panas tubuh dan membantu antibody melawan infeksi 2.2.4



Pelaksanaan Sesuai dengan rencana tindakan yang akan diberikan



2.2.5



Evaluasi a. Suhu tubuh pasien turun b. Suhu 36-37,5℃ c. Mukosa bibir pasien tidak kering lagi d. Kulit pasien tidak hangat pada sentuhan e. Pasien tidak lemas



2.2.6



Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan Laboratorium : a. Hemoglobin b. Leukosit c. Hematokrit



12



d. Trombosit e. Eritrosit



13



DAFTAR PUSTAKA Fadli, F., & Hasan, A. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Febris. JIKP Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 7(2), 78-83. https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIKP/article/view/32 Nur, R. R. P., Prayogi, A. S., & Suryani, E. (2018). Penerapan Kompres Hangat Pada Anak Demam Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nyaman Di Rsud Sleman (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta). http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1413/ Pebrianto, A., Irdawati, S. K., & Ningrum, D. N. W. (2017). Upaya Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Typhoid (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). Wardiyah, A., Setiawati, S., & Romayati, U. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam Di Ruang Alamanda Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Holistik Jurnal Kesehatan, 10(1), 36-44. http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view/101 Wirda ,A (2017).Asuhan Keperawatan Hipertermi Pada Anak.Scrib