Penggolongan Nama Obat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FARMAKOLOGI “PENGGOLONGAN OBAT / PENAMAAN OBAT”



Oleh :



Kelompok 11 Kelas



: 1B Sarjana Terapan Keperawatan



Nama Anggota : 1. Ayu Laksmi Padma Yoni



(P07120220078)



2. Ida Ayu Oka Punia Adnyaswari



(P07120220079)



3. Ni Ketut Juliartini



(P07120220080)



KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020/2021



KATA PENGANTAR Om Swastyastu Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan berkah dan rahmatnya bagi kelancaran pembuatan makalah untuk pemenuhan nilai mata kuliah Farmakologi . Judul makalah ini adalah “Penggolongan Obat / Penamaan Obat” Makalah ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Ida Erni Sipahuntar, S.Kep. ,Ns. ,M.Kep selaku dosen yang mengajar di mata kuliah Farmakologi, yang telah memberi dorongan, motivasi, dan petunjuk-petunjuk kepada penulis. 2. Pihak keluarga yang telah membantu dan memberi dorongan moril maupun materiil yang juga sangat membantu dalam proses penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi maupun teknik penulisannya, mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini dan semoga bermanfaat bagi pembaca. Denpasar, 10 Januari 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI Kata Pengantar.............................................................................. i Daftar Isi......................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang................................................................................. 4 Rumusan Masalah............................................................................ 4 1.3 Tujuan........................................................................................ 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sistem Pernafasan....................................................................... 6



2.2 Sistem Jantung............................................................................ 6 2.3 Sistem Saluran Cerna................................................................. 15 2.4 Sistem Endokrin......................................................................... 22 2.5 Sistem Neurologi dan Neuromuskuler....................................... 25 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan.................................................................................... 32



3.2 Saran.......................................................................................... 33



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah setiap zat kimia ( alami maupun sintetik ) yang selain makanan yang mempunyai pengaruh atau menimbulkan efek terhadap organisme hidup, baik efek psikologis, fisiologis maupun biokimiawi. Obat juga merupakan kumpulan zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup setiap manusia yang mengkonsumsinya dan akan melewati mekanisme kerja dari mulai bagaimana obat itu di absorpsi , di distribusikan, mengalami biotransformasi dan akhirnya harus ada yang diekskresikan. Pengobatan memiliki tujuan yaitu sebagai penetapan diagnosa, sebagai tindakan pencegahan (preventif), dan penyembuhan (kuratif), simtomatik. Pengobatan juga bisa berperan dalam proses pemulihan kembali (rehabilitatif) maupun peningkatan kesehatan (promotif) serta sebagai kontrasepsi. Di era teknologi yang sudah maju saat ini, semua bisa kita dapatkan dengan cepat. Apalagi dengan adanya internet, semua aktifitas sudah bisa dilakukan di internet. Mulai dari kirim email, chatting, teleconfrence, dan bisnis. Demikian juga dengan obat, untuk mendapatkan obat melalui internet sudah bisa dilakukan. Cukup anda ketikan kata “obat” atau “toko obat” atau “informasi obat” di google, maka sudah terdapat puluhan toko obat yang menyediakan pelayanan penjualan obat secara online. Namun kita belum tau dan tidak peduli dengan jenis, indikasi, dosis dan efek samping obat tersebut. Dalam pembahasan ini akan dijelaskan penggolongan obat dalama sistem tubuh manusia.



1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana penggolongan obat sistem pernafasan ? 1.2.2 Bagaimana penggolongan obat sistem jantung ? 1.2.3 Bagaimana penggolongan obat sistem saluran cerna ? 1.2.4 Bagaimana penggolongan obat sistem endokrin ? 1.2.5 Bagaimana penggolongan obat sistem neurilogi dan neuromuskuler ?



4



5



1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan umum : Untuk mengetahui penggolongan obat 1.3.2 Tujuan khusus : 1. Untuk menjelaskan penggolongan obat sistem pernafasan 2. Untuk menjelaskan penggolongan obat sistem jantung 3. Untuk menjelaskan penggolongan obat sistem saluran cerna 4. Untuk menjelaskan penggolongan obat sistem endokrin 5. Untuk menjelaskan penggolongan obat sistem endokrin dan neuromuskuler



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sistem Pernafasan Gejala penyakit sistem pernapasan yang biasa terjadi ialah sesak napas akibat kejang, batuk-batuk, disertai napas berbunyi.Penderita penyakit system



pernapasan



biasanya



juga



mengalami



kesukaran



dalam



mengeluarkan dahak, sehingga diperlukan juga obat mukolitik untuk mengencerkan dahak dan mempermudah pengeluarnya. a. Penggolongan Obat Sistem Pernafasan 1) Antitusif Antitusif bekerja menghentikan batuk secara langsung dengan menekan refleks batuk pada sistem saraf pusat di otak. Dengan demikian tidak sesuai digunakan pada kasus batuk yang disertai dengan dahak kental, sebab justru akan menyebabkan dahak sulit dikeluarkan. 2) Ekspektoran Golongan ini tidak menekan refleks batuk, melainkan bekerja dengan mengencerkan dahak sehingga lebih mudah mudah dikeluarkan. Dengan demikian tidak rasional jika digunakan pada kasus batuk kering, sebab hanya akan membebani tubuh dengan efek samping. Obat golongan ini harus digunakan secara hati-hati pada penderita tukak lambung. 3) Antihistamin Golongan kedua ini merupakan kelompok CTM (chlor-trimeton) dan kawan-kawan. Di kemasan obat, ia lebih sering tampil bergaya dengan nama panjangnya, klorfeniramin maleat. Ketiganya setali tiga uang.Histamin sendiri merupakan substansi yang diproduksi oleh tubuh sebagai mekanisme alami untuk mempertahankan diri atas adanya benda asing.Adanya histamin ini menyebabkan hidung kita berair dan terasa gatal, yang biasanya dikuti oleh bersin-bersin.Selain 6



7



berfungsi melawan alergi, antihistamin juga punya aktivitas menekan refleks batuk, terutama difenhidramin dan doksilamin. Sayangnya, obat golongan Ini bisa menyebabkan Anda mengantuk pada saat rapat. 4) Dekongestan Di antara beberapa jenis dekongestan, PPA (phenyl propanolamine) merupakan obat yang paling banyak diributkan setelah Ditjen POM (Sekarang Badan POM) menarik obat-obat flu yang mengandung PPA lebih dari 15 mg. Di Amerika Serikat, obat ini selain dipakai di dalam obat flu dan batuk, juga digunakan sebagai obat penekan nafsu makan yang dijual bebas. Dalam dosis tinggi, PPA bisa meningkatkan tekanan darah.Jika digunakan terus-menerus, dapat memicu serangan stroke.Untuk mencegah efek buruk inilah, Dirjen POM membuat kebijakan membatasi PPA di dalam obat flu dan obat batuk, maksimal 15 mg per takaran. 2.2 Sistem Jantung 1. Macam –  macam Jenis Obat Jantung a. Obat Angina, obat jantung dengan angina ini adalah obat yang diperuntukkan mengurangi nyeri angina / nyeri dada dengan cara memperbaiki pasokan darah dan oksigen ke jantung. Dan juga masuk dalam kategori obat Vasodilator (Obat yang berkhasiat memperlebar pembuluh-pembuluh darah). Contohnya : isosorbide dinitrat (ISDN). Antiaritmia, obat ini menormalkan kembali denyut jantung yang tak teratur. Aritmia juga kadang disebut dengan disritmia (gangguan listrik jantung sehingga bisa menyebabkan denyut jantung yang tidak normal atau tidak teratur). b. Diuretika,



pemberian



0bat jenis diuretika



ini



berfungsi



untuk menghilangkan kelebihan cairan tubuh dan sering digunakan untuk mengobati gagal jantung dengan kombinasi obat lainnya.



8



Contohnya : obat lasix atau furosemide. 2. Penggolongan Obat –  Obat Jantung Berdasarkan efeknya atas jantung, kardiaka dapat dibagi dalam 3 (tiga) golongan, yakni : a. Kardiotonika 1) Glikosida Jantung Khasiatnya adalah memperkuat kontraktilitas otot jantung (efek inotrop positif), terutama digunakan pada gagal jantung untuk memperbaiki fungsi pompanya. Kelompok kardiotonika terdiri dari : glikosida jantung (digoksin, metildigoksin, digitoksin), dopaminergika (dopamine, ibopamin, dobutamin) dan penghambat fosfodiesterase (amrinon, milrinon). Semua glikosida jantung mempunyai efek :  Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (kerja inotropik positif)  Memperlambat frekuensi denyut jantung (kerja kronotropik negatif)  Menekan hantaran rangsang (kerja dramatropik negatif)  Menurunkan nilai ambang rangsang.  Mekanisme Kerja Obat Glikosida jantung bekerja menghambat enzim Natrium-kalium ATPase pada reseptor di membran sel, khusunya di miokardium, pertukaran ion-ion Na+  –  K+ diubah menjadi pertukaran



ion-ion Na+  – Ca++, meningkatkan influks Ca



menjadi protein kontraktil Ca-dependen pada sel otot jantung.  Farmakokinetik Bioavailabilitas preparat oral sangat bervariasi, sehingga perlu memonitor kadarnya dalam serum.Adsorbsinya dihambat oleh adanya makanan dalam saluran cerna. Derajat adsorbsi lanatosid C adalah 50%, tepung dan tincture digitalis 20%,



9



digoksin 50%, digitoksin 100%. Jadi, pada digitoksin seluruhnya diadsorbsi masuk ke dalam darah, sama seperti pada pemberian IV. Ekskresi berbeda-beda menurut jenis masing-masing.Indikasi klinik glikosida digitalis untuk lemah jantung kongestif dan untuk depresi nodus AV.  Macam – Macam Obat Yang Termasuk Glikosida Jantung a) Digoksin, meningkatkan influks kalsium ke dalam sel-sel miokardial. Digoksin adalah glikosida jantung yang paling sering digunakan, terutama untuk alasan farmakokinetik. Bila membandingkan obat-obat ini sangat berguna untuk mengaitkan digitoksin dengan “lebih banyak dan lebih lama”(Digitoksin



mempunyai



huruf



lebih



banyak



disbanding digoksin, membuatnya menjadi kata yang lebih panjang). b) Digitoksin, mempunyai waktu paruh lebih panjang, lebih banyak diadsorbsi dari saluran cerna, lebih banyak terikat protein dan dimetabolisme lebih luas sebelum ekskresi. Sedangkan digoksin tidak dimetabolisme sama sekali. Mekanisme kerja dan efek yang tak



diinginkan



sama



dengan digoksin, sedangkan indikasinya jarang digunakan karena waktu paruh panjang (bila timbul toksisitas, sulit mengeluarkan



obat



aktif



dari



tubuh). Berguna pada



pasien dengan gagal ginjal karena tidak dapat mengekskresi digoksin. c) Agonis β adrenergik Dobutamin,



meningkatkan



produksi



cAMP



dengan



mengikat reseptor adrenergik β. Mekanisme kerjanya agonis adrenergik yang memilih reseptor β. Dengan dosis sedang, meningkatkan kontraktilitas tanpa meningkatkan frekuensi jantung atau tekanan darah.Efek minimal pada



10



pembuluh darah.Indikasinya untuk meningkatkan curah jantung pada gagal jantung kronik.Dapat digunakan dengan obat penurun beban akhir.Juga digunakan untuk mengobati syok.Efek tak diinginkan, takikardi, hipotensi, mual, sakit kepala, palpitasi, gejala angina, dispnea aritmia ventrikel. d) Inhibitor fosfodiesterase o Amrinon, menghambat degradasi cAMP (cAMP adalah pembawa pesan biokimia yang merangsang jantung.



Mekanisme



kerjanya



menghambat



fotodiesterase/enzim yang memecahkan cAMP). cAMP



meningkatkan



ambilan



kalsium,



meningkatkan kontraktilitas isi sekuncup, fraksi ejeksi dan kecepatan sinus. Menurunkan resistensi perifer.



Indikasinya



ditambahkan



pada



terapi



digoksin bila gagal jantung menetap meskipun telah diberi digoksin. Efek tak diinginkan, intoleransi saluran



cerna,



hepatotoksisitas,



demam,



trombositopenia reversibel (20%). o Milrinon, mekanisme kerjanya 20 kali lebih paten disbanding amrinon. Kerjanya sama. Indikasinya mirip amrinon, sedangkan efek tak diinginkannya efek samping sangat sedikit. Pernah dilaporkan sakit kepala dan pemburukan angina. b. Obat Angina Pektoris Mempunyai daya vasodilatasi atau memperlambat frekuensi jantung. Kelompok obat angina pektoris dibagi menjadi seabagai berikut: 1) Vasodilator Koroner Memperlebar arteri jantung, memperlancar pemasukan darah beserta oksigen, sehingga meringankan beban jantung.Berkhasiat relaksasi otot pembuluh darah, bronkus, saluran empedu, lambung



11



dan usus serta saluran kemih.Obat pilihan utama adalah nitroglierin.Nitrat menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah, terdapat dalam bentuk short-acting dan long-acting. 2) Beta Bloker Zat ini memperlambat pukulan jantung (bradikardi, efek kronotrop negatif). Di samping itu juga dapat meningkatkan peredaran darah karena bradikardi akan memperpanjang waktu diastole.Obat ini mempengaruhi efek hormon epinephrine dan norepinephrine pada jantung dan organ lainnya.Beta blocker mengurangi denyut jantung pada saat istirahat. Selama melakukan aktivitas, betablocker



membatasi



peningkatan



denyut



jantung



sehingga



mengurangi kebutuhan akan oksigen. Obat yang termasuk kedalam golongan ini antara lain : Propanolo, Acebutolol, Bisoprolol, dll. 3) Antagonis Kalsium Zat ini memblok Calcium-channels di otot polos arterial dan menimbulkan relaksasi dan vasodilatasi perifer (efek kronotrop negatif).Obat ini mencegah pengkerutan pembuluh darah dan bisa mengatasi kejang arteri koroner.Antagonis kalsium juga efektif untuk mengobati variant angina.Beberapa antagonis kalsium bisa memperlambat



denyut



jantung.



Obat



ini



juga



bisa



digabungkan bersama beta-blocker untuk mencegah terjadinya episode takikardi (denyut jantung yang sangat cepat).Yang termasuk kedalam antagonis kalsium antara lain Verapamil, Nifedipine dan Diltiazem. 4) Antiangina golongan Antiplatelet Platelet



adalah



suatu



faktor



yang



diperlukan



untuk



terjadinya pembekuan darah bila terjadi perdarahan.Tetapi jika platelet terkumpul pada ateroma di dinding arteri, maka pembentukan bekuan ini (trombosis) bisa mempersempit atau



12



menyumbat arteri sehingga terjadi serangan jantung.Aspirin terikat pada platelet dan mencegahnya membentuk gumpalan dalam dinding pembuluh darah, jadi aspirin mengurangi resiko kematian karena penyakit arteri koroner.Penderita yang alergi terhadap aspirin, bisa menggunakan triklopidin.Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah aspirin. c. Antiaritmika Adalah obat-obat yang dapat menormalisasi frekuensi dan ritme pukulan jantung.Disamping



menururunkan



frekuensi



denyutan



jantung (efek chrontrop negatif), umumnya obat-obatan ini juga mengurangi daya kontraksi jantung (efek inotrof positif).Khasiatnya adalah meniadakan kelainan irama jantung. Berdasarkan mekanisme kerjanya, pengobatan aritmia dibagi menjadi golongan, yaitu : 1) Zat-zat dengan daya anastetik lokal, disebut juga efek kinidin atau efek stabilisasi membran. Zat ini mengurangi kepekaan membran sel- sel jantung untuk rangsangan dengan jalan menghambat pemasukan inon natrium di membran dan memperlambat depolarisasinya. 2) Zat perintang reseptor beta adrenergik atau beta blockers, yang mengurangi aktivitas saraf adrenergik di otot jantung, sehingga frekuensi dan daya kontraki jantung menurun. Contohnya : Timolol dan Propanolol. 3) Zat yang



memperpanjang



memperpanjang



aksi



amiodaron.Berkhasiat



masa



potensial. anti



refrakter,



dengan



Contohnya



aritmia,



anti



jalan



sotalol



dan



adrenergis



dan



vasodilatasi. Wanita hamil tidak boleh menggunakan amiodaron karena dapat menyebabkan struma pada janin. 3. Indikasi, Efek Samping, Dan Mekanisme Kerja Obat a. Ditiazem Indikasi : Untuk angina pectoris, menurunkan serangan angina pada



13



penderita variant angina. EfekSamping : • Jarang terjadi, hanya 2 - 10% pasien yang mengalami nyeri kepala, pusing, gangguan saluran cerna dan bradikardia. • Kadang-kadang



menaikkan



tingkat



GOT,



GPT



dan



fosfatase alkalin. • Hipersensitif : erupsi, eritema multiforme (dalam kasus demikian pengobatan harus dihentikan). • Pernah dilaporkan : rash, pruritus Kontra indikasi : • Blok AV tingkat 2 - 3,* hipotensi (tekanan sistole kurang dari 90 mmHg) dan syok kardiogenik. • Pasien dengan gejala gangguan irama sinus, kecuali bila ada alat pacu jantung ventrikuler yang berfungsi. • Wanita hamil, wanita yang diduga usia subur. • Penderita yang hipersensitif terhadap diltiazem • Penderita dengan infark miokardiai aKut dan kongasti paru-paru yang dibuktikan dengan sinar X. Interaksi Obat : • Dengan preparat digoxin : dapatmenaikkan tingkat plasma digoxin. • Dengan obat penghambat beta : dapat terjadi bradikardia, sinus



berat,



hipotensi,



gagal



jantung



kongestif



dan



meningkatkan resiko penghambat AV. • Obat



antihipertensi;



dapat



meningkatkan



efek



obat



antihipertensi. • Carbamazepine : dapat menaikkan tingkat plasma carba maze pine yang, menyebabkan timbulnya



gejala-gejala



toksik



oieh carbamazepine. • Anestetik : dapat terjadi potensiasi penurunan kontraktilitas



14



b. Nifedipine Indikasi : Pengobatan dan pencegahan insufisiensi koroner (terutama angina pektoris setelah infark jantung) dan sebagai terapi tambahan pada hipertensi. Kontra Idikasi : • Hipersensitivitas terhadap nifedipine. • Karena pengalaman yang terbatas, pemberian nifedipine pada wanita hamil hanya dilakukan dengan pertimbangan yang hati-hati. Efek Samping: • Dose dependent disebabkan oleh dilatasi vaskular seperti: sakit kepala atau perasaan tertekan di kepala, flushing, pusing, gangguan lambung, mual, lemas, palpitasi, hipotensi, hipertensi ortostatik, edema tungkai, tremor, kram pada tungkai, kongesti nasal, takikardia, tinitus, reaksi dermatologi. • Sangat



jarang



terjadi,



dilaporkan



pada



pemakaian



nifedipine jangka panjang terjadi hiperplasia gusi dan segera kembali ketika pemakaian nifedipine dihentikan. • Efek



samping



berat



yang



memerlukan



penghentian



pengobatan relatif jarang terjadi. Interaksi Obat • Penggunaan nifedipine



bersamaan



dengan



betha-bloker



mempotensi efek antihipertensi nifedipine. • Penggunaan



nifedipine



bersamaan



dengan



betha-bloker



pada pasien dengan insufisiensi jantung, terapi harus dimulai dengan dosis kecil dan pasien harus dimonitor dengan sangat hati-hati. • Penggunaan nifedipine bersamaan dengansimetidin (tidak pada ranitidin) meningkatkan konsentrasi plasma dan efek antihipertensi nifedipine.



15



2.3Sistem Saluran Cerna Obat Sistem Pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan hepatobiliar Sistem pencernaan berfungsi menerima makanan, memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan), menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah dan membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh. Yang akan dibahas dalam obat sistem saluran pencernaan adalah sebagai berikut: 1. ANTASIDA Antasida (anti = lawan, acidus = asam) adalah basa-basa lemah yang digunakan



untuk



menetralisir



kelebihan



asam



lambung



yang



menyebabkan timbulnya penyakit tukak lambung atau sakit maag, dengan gejala nyeri hebat yang berkala. Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. 1) Penggolongan. Berdasarkan



mekanisme



kerjanya,



obat-obat



antasida



dapat



digolongkan menjadi dua yaitu: a. Anti Hiperaciditas Obat dengan kandungan aluminium dan atau magnesium ini bekerja secara kimiawi dengan mengikat



kelebihan



HCl



dalam lambung.Magnesium atau aluminium tidak larut dalam air dan



dapat  bekerja lama di dalam lambung sehingga tujuan



pemberian antasida sebagian besar dapat tercapai.Sediaan yang mengandung magnesium dapat menyebabkan diare (bersifat pencahar) sedangkan sediaan yang mengandung aluminium dapat menyebabkan konstipasi (sembelit) maka biasanya kedua senyawa



16



ini dikombinasikan. b. Perintang reseptor H2 (antagonis reseptor H2) Semua antagonis reseptor H2 menyembuhkan tukak lambung dan duodenum dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H2. Contoh perintang reseptor H2 adalah ratinidin dan simetidin sekarang dikenal senyawa baru famotidin dan nizatidin.Pengobatan dengan obat-obatan antasida bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, membuat penderita lebih tenang dan dapat beristirahat, juga agar penderita tidak mengalami kembung. Antasida sering dikombinasikan dengan: • Anti kolinergik, yaitu zat yang menekan produksi getah lambung dan melawan kejang- kejang (contohnya ekstrak belladonae). • Obat penenang / sedativ, yaitu untuk menekan stress karena dapat



memicu



sekresi



asam



lambung



(contohnya



klordiazepoksida). • Spasmolitik, yaitu untuk melemaskan ketegangan otot lambung  – usus dan mengurangi kejang-kejang (contohnya papaverin). • Dimetikon



(dimetilpolisiloksan)



berfungsi



memperkecil gelembung gas yang timbul sehingga mudah diserap dengan demikian dapat dicegah masuk angin, kembung, dan sering buang angin (flatulensi). 2. DIGESTIVA Digestiva



adalah



obat-obat



yang



digunakan



untuk



membantu



proses pencernaan lambung usus terutama pada keadaan defisiensi zat pembantu pencernaan. Disebut juga obat-obat pencernaan. 1) Penggolongan a. Obat yang bekerja pada kandung empedu Empedu



terdiri dari



asam empedu



(asam kolat) dan



17



asam kenodeoksikolat serta kolesterol dan fosfolipid. Guna empedu yang berhubungan dengan pencernaan dan absorbsi lemak yaitu membantu proses emulsifikasi dan absorpsi lemakmempertinggi daya kerja lipasemembantu peroses absrobsi vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K) b. Enzym pencernaan. Yang



sering



digunakan



adalah



:Asam



hidroklorida



(HCl)Enzym lambung (pepsin)Enzym pankreas (pancreatin). Penggantian enzym pankreas (pankreatin suplemen) diperlukan bila sekresi pankreas terganggu (dapat karenapembedahan pankreas, tersumbatnya pankreas atau karena kancer pankreas). 3. ANTI DIARE Antidiare adalah obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi atau mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau keracunan makanan.Gejala diare adalah buang air besar berulang kali dengan banyak cairan kadang-kadang disertai mulas (kejang-kejang perut) kadang-kadang disertai darah atau lender. 1) Penggolongan Obat  –  obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa Kemoterapi, Obstipansia dan Spasmolitik. Sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama pengobatan diare akut seperti pada gastro enteritis ialah mencegah atau mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat mengakibatkan kematian. Gejala dehidrasi : haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput (kehilangan turgor), berkurangnya air kemih, berat badan turun dan gelisah. Pencegahan dehidrasi dilakukan dengan pemberian larutan oralit, yaitu campuran dari : Setelah itu dapat diberikan obat-obatan lain yang dipilih berdasarkan jenis penyebab



18



diare melalui pemeriksaan yang teliti. a. Kemoterapi, untuk terapi kausal yaitu memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan sulfonamida atau antibiotika. b. Obstipansia,



untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk



menghentikan diare. c. Spasmolitika, zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare misalnya Atropin sulfat Ada beberapa penyakit infeksi usus lain yang menyebabkan diare, antara lain: a. Kolera,



penyakit



infeksi



usus



disebabkan



bakteri



Vibrio



cholarae asiatica atau Vibrio cholerae eltor. Gejala-gejala kolera adalah diare seperti air beras, muntah-muntah dan kejang-kejang, anuria (terhentinya pengeluaran air seni).Pengobatannya adalah dengan pemberian oralit atau teh susu untuk menghindari bahaya dehidrasi disusul dengan pemberian antibiotik (tetrasiklin, kloramfenicol) sebagai terapi kausal. b. Disentri basiler, disebut juga shigellosis adalah penyakit infeksi usus yang diakibatkan oleh beberapa jenis basil gram negatif genus shigella.Obat-obat yang biasa dipakai antara lain : • Golongan sulfonamida (sulfadiazin dan derivatnya serta kotrimoksazol) •



Golongan antibiotik (ampisilin, tetrasiklin)



c. Thypus, disebabkan oleh salmonella typhosa yang menyerang usus penderita dengan gejala demam tinggi secara berkala, nyeri kepala, lidah menjadi putih dan bila terjadi perforasi usus, terjadi diare berdarah. Pengobatan thypus : • Chloramfenicol : merupakan obat pilihan (drug of choice). Efek samping mengakibatkan anemia aplastis • Kotrimoksazol merupakan obat pilihan lainnya pada



19



pemakaian lama (lebih dari 14 hari) dapat menimbulkan gangguan darah. • Antibiotik



lain



seperti



ampisilin  –  amoksisilin



dan



tetrasiklin, baru digunakan bila terjadi resistensi terhadap chlorampenicol atau kotrimoksazol 4. PENCAHAR (Laxativa) Pencahar



atau



laxantia



adalah



obat-obat



/



zat



yang



dapat



mempercepat peristaltik usus sehingga mempermudah/ melancarkan buang air besar. Mekanisme kerjanya adalah dengan cara merangsang susunan saraf otonom para-simpatis agar usus mengadakan gerakan peristaltik dan mendorong isinya keluar. 1) Penggunaan, obat pencahar digunakan untuk : Pada keadaan sembelit (konstipasi) karena pengaruh efek samping obat kurang



minum,



kurang



mengkomsumsi



makanan



berserat.Pada pasien dengan resiko pendarahan, pada angina pektoris atau



resikoPendarahan



rektal



pada



hemoroid



membersihkan saluran cerna sebelum pembedahan radiologi.Untuk



pengeluaran



parasit



(wasir).Untuk dan



setelah



prosedur pemberian



antelmentik.Penggunaan pencahar pada anak-anak harus dihindari kecuali diresepkan oleh dokter. 2) Penggolongan Berdasarkan mekanisme kerja dan sifat kimianya, pencahar digolongkan sebagai berikut : a. Zat-zat perangsang dinding usus • Merangsang dinding usus besar misalnya glikosida antrakinon (rhei, sennae, aloe, bisakodil, dantron) • Merangsang



dinding



usus



kecil



misalnya



oleum



ricini /minyak jarak (sudah tidak dipakai) dan kalomel b. Zat-zat yang dapat memperbesar isi usus • Obat yang bekerja dengan jalan menahan cairan dalam usus



20



secara osmosis (pencahar osmotik), contohnya magnesium sulfat (garam Inggris) , natrium fosfat. Enema fosfat bermanfaat dalam membersihkan usus sebelum prosedur radiologi,



endoskopi dan bedah. Natrium sulfat harus



dihindari karena pada individu yang rentan dapat menyebabkan retensi air dan natrium • Obat yang dapat mengembang dalam usus, misalnya agar-agar, carboksil metil cellulose (CMC) dan tylose. • Serat juga dapat digunakan karena tidak dapat dicernakan, seperti buah-buahan dan sayuran. c. Zat pelicin atau pelunak tinja Zat ini dapat mempermudah defikasi karena memperlunak tinja dan memperlicin jalannya defekasi. Contohnya paraffin cair, suppositoria dengan gliserin, klisma dengan larutan sabun dll. 5. ANTI SPASMODIKA Antispasmodik ialah zat atau obat-obat yang digunakan untuk mengurangi



atau



melawan



kejang-kejang



otot,



yang



sering



mengakibatkan nyeri perut (saluran pencernaan).Obat golongan ini mempunyai sifat sebagai relaksan otot polos.Termasuk senyawa yang memiliki efek anti kolinergik, lebih tepatnya anti muskarinik.Meskipun dapat mengurangi spasme usus tapi penggunaannya dalam usus –  p  encernaan



hanya



bermanfaat



sebagai



sindrom pengobatan



tambahan. 1) Penggolongan, Anti spasmodik digolongkan menjadi: a. Atropin dan kelompok alkaloid b. Antimu skarinik sintetik 6. KOLAGOGA Kolagoga adalah zat atau obat yang digunakan sebagai peluruh atau penghancur batu empedu.Batu empedu merupakan penyakit yang terjadi disaluran



atau



kandung



empedu.



Faktor



pencetusnya



meliputi



21



hiperkolesterolemia, penyumbatan disaluran empedu



dan



radang



saluran empedu.Terdapat tiga jenis batu empedu yakni batu kolesterol, batu pigmen dan batu kalsium karbonat (kebanyakan yang terjadi batu empedu campuran).Terapi batu empedu dengan obat perannya relatif kecil



bila



dibandingkan



dengan



tehnik



pembedahan



atau



endoskopi.danlaparoskopi. Terapi dengan obat cocok untuk pasien: Yang gejalanya ringan • Fungsi kandung empedu tidak terganggu • Ukuran batu empedu kecil sampai sedang. Pencegahan jangka panjang mungkin diperlukan setelah batu empedunya melarut atau dibuang, karena dapat terjadi kembali pada sebagian pasien sesudah pengobatan dihentikan. 1) Pengobatan Obat yang sering digunakan untuk membantu melarutkan batu empedu



adalah



asam



kenodeoksikolat



dan



asam



ursodeoksikolat.Pasien batu empedu dianjurkan melakukan diet kolesterol dan pengobatan dilanjutkan sampai 3 atau 4 bulan sesedah batunya melarut. 7. PROTEKTOR HATI (HEPATOPROTEKTOR) Obat-obat protektor hati adalah obat-obat yang digunakan sebagai vitamin tambahan untuk melindungi, meringankan atau menghilangkan gangguan fungsi hati kerena adanya bahan kimia, penyakit kuning atau gangguan dalam penyaringan lemak oleh hati. Pada umumnya obat-obat golongan ini mengandung asam-asam amino, kandungan dari tanaman kurkuma (kurkumin) dan zat-zat lipotropik seperti methionin dan cholin.Methionin memiliki peranan penting dalam metabolisme hati sehingga digunakan untuk melawan keracunan yang disebabkan oleh hepatotoksin.Sedangkan choline adalah suatu zat yang dapat mencegah dan



menghilangkan



perembesan



lemak



juga bekerja melawan keracunan.Obat-obat



kedalam



hati



dan



ini sebaiknya jangan



22



digunakan pada penderita penyakit hati yang berat karena pada dosis besar dapat memperparah keadaan.



2.4 Sistem Endokrin Hormon adalah zat-zat yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan masuk ke dalam perearan darah, yang menimbulkan efek pada suatu organ do bagian tubuh lain yang membutuhkan untuk dapat berfungi normal. Kelenjar-kelenjar endokrin yang penting adalah kelenjar hipofisa, kelenjar kelamin, kelenjar anak ginjal, kelenjar pankreas, kelenjar tiroid, dan kelenjar paratiroid. Obat hormon pada umumnya digunakan karena terjadi kekurangan produksi pada organ yang memproduksi. 1. Obat Kontrasepsi Oral Dengan adanya program Keluarga Berencana Nasional, masyarakat umum telah mengetahui apa yang disebut dengan “pil KB”. Akan tetapi, sebagian besar masyarakan belum negetahui dengan tepat apa isi atau kandungan pil KB tersebut, bagaimana cara kerjanya, dan apa saja efek sampingnya. Ada dua hormon yang berperan dalam mengatur siklus haid, yaitu hormon esterogen dan progestin. Hormon esterogen berperan sebelum terjadi ovulasi, yaitu terlepasnya sel telur yang telah masak dari folikel di dalam ovarium, yang biasanya terjadi pada antara hari ke-9 dan hari ke17 permulaan haid, sedangkan hormon progestin berperan setelah itu. Sel telur yang lepas dari ovarium memasuki saluran telur (tuba falopi), menuju uterus atau rahim. Sejak itulah hormon progestin mengambil peranan selanjutnya. Selama empat belas hari berikutnya, sekresi hormon progestin akan menjadikan lapisan lendir rahim menebal dan siap untuk



23



penanaman sel telur yang telah dibuahi. Selama jangka waktu tersebut, perbandingan antara hormon esterogen dan hormon progestin berubah setiap hari dengan jumlah progestin yang semakin meingkat pada waktu mendekati permulaan siklus haid. Jika sel telur tidak dibuahi dengan cepat sel telur akan mati, dan jika tidak terjadi penanaman sel telur, pda hari ke-28 siklus haid kadar progestin dengan cepat akan menurun, yang mengakibatkan selaput lendir rahim mengalami kerusakan sampai pada laipsan paling dasar. Tapi lapisan selaput lendir rahim dengan cepat akan tumbuh kembali, dibawah pengaruh hormon esterogen. a. Golongan obat kontrasepsi oral Berdasarkan kandungan obatnya, obat kontrasepsi oral dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu sebagai berikut : 1) Mengandung hormon esterogen dosis tinggi Obat kontrasepsi oral dari golongan ini juga dikenal dengan nama Morning



after



pill,



mengandung



etinil



estreadiol



atau



Dietilstilboestrol dosis tinggi, yang bekerja dengan cara mengubah lapisan lendir rahim sedemikian rupa sehingga penamaan sel telur yang telah dibuahi dihalangi. Pil ini digunakan dalam waktu 72 jam setelah melakukan coitus atau lebih cepat lebih baik. 2) Mengandung hormon progestin dosis rendah Obat kontrasepsi oral golongan ini, yang biasa digunakan mengandung linestrenol. Cara kerja obat golongan ini tidak menghalangi ovulasi, tapi bekrja dengan cara meningkatkan kekentalan lendir di leher rahim, sehingga menghalangi gerak sperma. Dengan demikian, kemungkinan terjadi kegagalan akan lebih besar dibandingkan dengan obat kontrasepsi oral lainnya. 3) Mengandung kombinasi hormon esterogen dan progestin Obat kontrasepsi oral yang bisa digunakan untuk program KB, mengandung kombinasi hormon esterogen dan progestin sintetis. Hormon esterogen yang digunakan etinil estrediol atau mestranol.



24



Sedangkan hormon progestin yang digunakan biasanya entinodil diasetat, norgestrel, linestrenol, norethindron dan desogestrel. Selain mengandung satu macam kombinasi esterogen-progestin untuk satu siklus, juga tersedia yang mengandung tiga macam kombinasi esterogen, progestin untuk satu siklus. b. Indikasi dan Kontraindikasi Obat kontrasepsi oral sesuai dan tepat untuk wanita yang masih ingin mempunyai anak, tapi menunda kehamilan selama satu sampai lima tahun. Selain itu wanita dengan masalah haid, seperti haid tidak teratur atau kejang-kejang pada waktu haid, sering kali masalahnya teratasi selama dan sesudah menggunakan obat kontrasepsi oral. Pada dasarnya, wanita berusia dibawah 35 tahun yang sehat, tidak merokok, dan tidak mempunyai masalah pada organ reproduksinya atau gangguan lain pada waktu haid, obat kontrasepsi oral sangat aman dan dapat dipercaya untuk digunakan dalam program keluarga berencana. Masalah yang dihadapi adalah dalam memilih obat kontrasepsi oral yang sesuai, karena tersedia banyak macam obat kontrasepsi oral dengan berbagai merek dagang, dengan kandungan esterogen antara 20-100 mcg dan progestin antara 150-2500 mcg. c. Efek samping Efek samping penggunaan obat kontrasepsi oral biasanya baru terlihat setelah tiga bulan. Dengan demikian, setelah tiga bulan perlu ke dokter untuk konsultasi dan mendapatkan petunjuk selanjutnya. Efek samping yang timbul dapat bersifat subyektif, sebagai akibat rasa cemas menggunakan obat kontrasepsi oral. Tapi efek samping yang tumbul, pada umumnya disebabkan oleh perbandingan kandungan esterogen dan progestin yang tidak sesuai. d. Interaksi Kegagalan penggunaan obat kontrasepsi oral, terutama disebabkan oleh penggunaan yang tidak teratur, gangguan absorpsi seperti



25



muntah dan diare, dan terjadi interaksi dengan obat-obat lain yang bersamaan digunakan. 2. Obat Noretisteron Noretisteron merupakan turunan progesteron yang dibuat secara sintetis, dengan daya kerja sebagai progesteron yang kuat. a. Indikasi Noretisteron digunakan untuk mengatur waktu haid, dengan mengatasi sindroma premenstruasi. Selain itu juga digunakan terhadap amenorrhoea primer dan sekunder, mastopati, uterine hipoplasia, endometriosis dan pendarahan disfungsi b. Kontraindikasi Disfungsi hati, hamil, sindroma Dubin-Johnson, sindroma Rotor, tumor hati atau sempat menjadi tumor di hati, sempat menderita pruritus yang berat atau jaundice selama kehamilan, sempat menderita herpes pada waktu hamil, dan proses tromboembolik. c. Efek samping Kadang-kadang menyebabkan mual d. Interaksi Dengan obat antidiabetes oral atau insulin, akan mengubah dosis yang dibutuhkan.



2.5 Sistem Neurologi dan Neuromuskular 1. Definisi Sistem Saraf Susunan saraf pusat berikatan dengan sistem saraf manusia yang mewujudkan atau suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf diantaranya : mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Stimulan sistem saraf pusat (SSP) ialah obat yang bisa merangsang serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daeran korteks



26



otak depan karena senyawa stimulan SSP ingin menaikan kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Misalnya senyawa stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin. Sistem saraf bisa dibagi menjadi sistem saraf pusat / sentral dan sistem saraf tepi (SST). Pada sistem saraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa, cahaya, dan suara mula-mula diterima karena reseptor. Lalu dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit dikarenakan karena perangsangan rasa sakit diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sisten saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik.obat yang bisa merangsang SSP dijuluki analeptika. Obat-obat yang berkerja terhadap suasana saraf pusat berlandaskan efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :  Merangsang / menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta sarafnya.  Menghambat / mendepresi, yang secara langsung maupun tidak langsung memblokir proses-proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf-sarafnya. Obat yang berkerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas (merangsang / menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok obat memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri tidak ada pengaruh jelas. 2. Klasifikasi Sistem Saraf Pusat Obat yang berkerja terhadap SSP bisa dibagi dalam beberapa golongan besar, yaitu : a. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi psikoleptika (menekan / menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika,



27



sedativa dan tranquillizers, dan antipsikotika): psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan psikostimulansia (wekamin)). b. Buat gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (musltiple selerosis), dan penyakit parkinson. c. Jenis yang memblokir perasaan sakit : analgetika, anestetika umum, dan lokal. d. Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002). Umumnya semua obat yang berkerja pada SSP memunculkan efeknya dengan mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap (tergantung kerja transmitter). 3. Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat Obat perangsang sistem saraf pusat diantaranya : a. Amfetamin Indikasi : buat narkolepsi, gangguan menurunnya perhatian Efek samping : Euforia dan kesiagaan, tak bisa tidur, gelisah, tremor, iritabilitas dan beberapa kasus kardiovaskuler (tachicardia, palpitasi, aritmia, dll) Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat pada urin asam daripada urin basa. Reaksi yang merugikan : memunculkan efek-efek yang buruk pada sistem saraf pusat, kardiovaskuler, gastroinstestinal, dan endokrin Dosis : Dewasa : 5-20 mg, Anak ˃ 6 th : 2,5-5 mg / hari b. Metilfen Indikasi : pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan depresan SSP, syndrom hiperkinetik pada anak. Efek samping : insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepala, tachicardia Kontraindikasi : hipertiroidisme, penyakit ginjal. Farmakokinetik : diabsorbsikan lewat saluran cerna dan diekskresikan



28



lewat urin, dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam. Farmakodinamik : mula-mula : 0,5-1 jam P : 1-3 jam, L : 4-8 jam. Reaksi



yang



merugikan



:



takikradia,



palpitasi,



menaikkan



hiperaktivitas. Dosis pemberian : anak : 0,25 mg / kg BB/hr dan dewasa : 10 mg 3x/hari. c. Kafein Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, memunculkan daya pikir yang cepat, perangsang pusat pernafasan dan fasomotor, buat merangsang pernafasan pada apnea bayi premature. Efek samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan lebih cepat. Kontraindikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan migren, kerap kali gelisak (anxious). Farmakokinetik : kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan diabsorbsikan dengan cepat sesudah pemberian, waktu paruh 3-7 jam, disekresikan lewat urin Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg mampu mempengaruhi SSP dan jantung Dosis pemberian : apnea pada bayi : 2,5-5 mg/kg BB/hr, keracunan obat depresan : 0,5-1 gr kafein Na-Benzoat (Intramuskuler) d. Niketamid Indikasi : merangsang pusat pernafasan Efek samping : pada dosis berlebihan memunculkan kejang. Farmakokinetik : diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih efektif dari IV Dosis : 1-3 ml buat perangsang pernafasan e. Doksapram Indikasi : perangsang pernafasan Efek samping : tekanan darah cukup tinggi, tachicardia, aritmia, otot



29



kaku, muntah Farmakokinetik : memiliki masa kerja singkat dalam SSP Dosis : 0,5-1,5 mg/kg BB secara IV. 4. Jenis Obat-obat Sistem Saraf Pusat dan Meknisme Kerjanya a. Obat Anestetik Obat anestetik adalah obat yang diberdayakan untuk menghilangkan rasa sakit dalam bermacam-macam tindakan operasi. a) Anestetik lokal : obat yang merintangi secara reversible penerusan implus-implus syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat) pada kegunaan lokal dengan demikian bisa menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas / dingin.  Penggunaan : Anestetik lokal umumnya diberdayakan secara parenteral misalnya: Pembedahan kecil dimana penggunaan anestetik umum tak dibutuhkan. Obat-obat anestetik local umumnya yang dipakai ialah garam kloridanya yang gampang larut dalam air.  Persyaratan anestetik local : Anestetik local dikatakan ideal apabila memiliki beberapa persyaratan adalah tidak merangsang jaringan, tidak membuat dampak kerusakan permanen terhadap susunan saraf sentral, toksisitas sistemis rendah, efektif pada penyuntikan dan penggunaan local, mula kerja dan daya kerjanya singkat buat jangka waktu cukup lama dan larut dalam air dengan menghasilkan larutan yang stabil dan tahan pemanasan.  Efek samping : efek samping dari pengguna anestetik local terjadi dampak khasiat dari kardiodepresifnya ( menekan fungsi jantung ), membuat dampak hipersensitasi berupa dermatitis alergi.  Penggolongan : secara kimiawi anestetik local dibagi 3



30



kelompok yaitu : 1) Senyawa ester, contohnya : prokain, benzokain, buvakain, tetrakain, dan oksibuprokain 2) Senyawa amida, contohnya : lidokain, mepivikain, bupivikain, cinchokain dll. b) Anestetika umum : obat yang bisa memunculkan suatu keadaan depresi pada pusat-pusat syaraf tertentu yang memiliki sifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan. Beberapa syarat penting yang wajib dipenuhi karena suatu anestetik umum yaitu berbau enak dan tidak merangsang selaput lender, mula kerja cepat tidak ada efek samping, sadar kembalinya tidak ada kejang. Berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya, tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan.  Efek samping : hampir semua anestetik inhalasi membuat dampat sejumlah efek samping yang terpenting diantaranya yaitu menekan pernafasan, amat kecil pada N2O, eter dan trikloretiken, mengurangi kontraksi jantung, terutama haloten dan metoksifluran yang amat ringan pada eter, merusak hati, karena sudah tak diberdayakan lagi seperti senyawa



klor,



dan



merusak



ginjal,



khususnya



metoksifluran.  Penggolongan : menurut penggunaanya anestetik umum digolongkan menjadi 2 yaitu anestetik injeksi, contohnya : diazepam, barbital ultra short acting (thiopental dan heksobarbital) dan anestetik inhalasi diberikan sebagai uap lewat saluran pernafasan. Contohnya : eter, dll. b. Obat Hipnotik dan Sedatif Hipnotik / obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur, adalah obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi bisa



31



mempertinggi keinginan tubuh normal buat tidur, mempermudah atau menyebabkan



tidur.



Sedangkan



sedatif



adalah



obat



yang



memunculkan depresi ringan pada SSP tidak menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-kejang. Yang termasuk golongan obat sedatif-hipnotik adalah : ethanol (alcohol), berbiturate, fenobarbital, benzoadiazepam, methaqualon. a) Insomnia dan pengobatannya Insomnia / tidak bisa tidur bisa dikarenakan factor-factor seperti : batuk, rasa nyeri, sesak nafas, gangguan emosi, ketegangan, kecemasan,



ataupun



depresi.



Faktor



penyebab



ini



wajib



dihilanhkan dengan obat-obatan yang sesuai seperti : antussiva, anelgetik,



obat-obat



vasilidator,



anti



depresiva,



sedatif



/



tranquilizer. b) Persyaratan obat tidur yang ideal yaitu memunculkan suatu keadaan yang sama dengan tidur normal, jika terjadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain dari sistem saraf pusat maupun organ lainnya yang kecil, tak tertimbun dalam tubuh, tak menyebabkan kerja ikutan yang negative pada keesokan harinya, tak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka panjang. c) Efek samping Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yang mirip dengan morfin diantaranya : 1) Depresi pernafasan : terutama pada dosis cukup tinggi. Contohnya: flurazepam, kloralhidrat, dan paraldehida. 2) Tekanan darah menurun. Contohnya: golongan barbiturate. 3) Hang-over : yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan di kepala dan pikiran kacau. Contohnya: golongan benzodiazepine dan barbitural. 4) Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik memiliki sifat lipofit.



32



d) Penggolongan Secara kimiawi, obat-obat hipnotik di golongkan sebagai berikut : 1) Golongan barbiturate : seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital, heksobarbital, dll. 2) Golongan benzodiazepine : seperti flurazepam, nitarazepam, flunitrazepam dan triazolam. 3) Golongan alcohol dan aldehida : seperti klralhidrat dan turunannya serta paraldehida. 4) Golongan bromide : seperti garam bromide (kalium, natrium dan ammonium) dan turunan ure seperti karbormal dan bormisoval. 5) Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (gluteimida) dan metaqualon c. Obat Psikofarmaka / Psikotropik Obat psikotropik adalah obat yang berkerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan memiliki efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, dan diberdayakan untuk terapi gangguan psikiatrik. Psikofarmaka dibagi menjadi 8 yaitu : 1) Obat yang menekankan fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat a) Neuroleptika yaitu obat yang berkerja sebagai anti psikotis dan sedatif yang dikenal dengan Mayor Tranquilizer. Neuroleptika memiliki beberapa khasiat: • Anti psikotika, yaitu bisa meredakan emosi dan agresi, mengurangi



atau



menghilangkan



halusinasi,



mengembalikan kelakuan abnormal dan schizophernia. • Sedatif, yaitu menghilangkan rasa bimbang, sakut dan gelisah. Misalnya trioridazina. • Antu emetika, yaitu merintangi neorotransmiter ke pusat muntah, misalnya proklorperezin. • Analgetika, yaitu menekan ambang rasa nyeri. Misalnya



33



haloperidinol. b) Ataraktika / anksiolotika yaitu obat yang bekerja sedatif, relaksasi otot dan anti konvulasi yang diberdayakan pada gangguan dampak gelisah / cemas, takut, stress dan gangguan tidur, dikenal dengan Minor Tranquilizer. • Efek samping 1) Gejala-gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor



dan



kaku



anggota



gerak



dikarenakan



kekurangan kadar dopamine dalam otak. 2) Sedatif dikarenakan efek anti histamine diantaranya mengantuk, lelah dan pikiran keruh. 3) Diskenesiatarda,



yaitu



gerakan



tidak



sengaja



terutama pada otot muka (bibir dan rahang). 4) Tekanan darah rendah, dikarenakan adanya blockade reseptor alfa adrenergic dan vasolidasi. 5) Efek anti kolinergik dengan ciri-ciri mulut kering, obstipasi dan gangguan penglihatan 6) Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karenak menstimulasi nafsu makan. 7) Galaktore yaitu meluapkan ASI karena menstimulasi produksi ASI secara berlebihan. 8) Penggolongan obat-obat antaraktika dibagi menjadi 2 yaitu Derivat Benzodiazepin dan kelompok lain, contohnya:



benzoktamin,



hidrosizin



dan



meprobramat. Obat yang menstimulasi fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat, yaitu Anti Depresiva, dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang bisa melawan melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta thineritika yaitu menghilankan inaktivitas fisik dan mental tidak memperbaiki suasana jiwa. Secara



34



umum anti depresiva bisa memperbaiki suasana jiwa dan bisa menghilangkan gejala-gejala murum dan putus asa. Obat ini terutama diberdayakan pada keadaan depresi, panik dan fobia. d. Obat Antikonvulsan Obat mencegah dan mengobati bangkitan epilepis. Misalnya : diazepma, fenitoin, fenobarbital, karbamazepin, klonazepam e. Obat Pelemas Otot atau Muscle Relaxant Adalah obat yang mempengaruhi tonus otot f. Obat Analgetik atau Obat Penghalang Nyeri Obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tidak akan menghilangkan kesadaran. Sedangkan jika menurunkan panas dijuluki Antipiretika. Atas kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu : 1) Analgetik perifer (non narkotik), analgetik ini tak dipengaruhi sistem saraf pusat. Semua analgetik perief memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu. Tersusun dari obatobat yang tak memiliki sifat narkotik dan tak bekerja sentral • Penggolongan: Berlandasan



rumus



kimianya



anakgetik



perifer



digolongkan menjadi : a) Golongan salisilat, asam asetik salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, panas. Sebagai misalnya aspirin dosis kecil diberdayakan untuk pencegahan thrombosis koroner dan cerebral. b) Golongan para aminofenol, tersusun dari fenasiten dan asetaminofen (oarasetamol). Efek samping golongan



ini



menghilangkan



serupa atau



dengan



salisilat



yaitu



mengurangi



nyeri



ringan



35



sedang, dan bisa menurunkan suhu tubuh dalam keadaan panas, dengan mekanisme efek sentral. Efek samping dari parasetamol dan kombinasinya pada gangguan dosis besar atau jangka lama bisa menyebabkan kekurangan hati. c) Golongan



pirazolon



(dipiron),



dipiron



sebagai



analgetik antipirentik, karena efek inflamasinya lemah. Efek salping semua derivate pirazolon bisa menyebabkan agranulositosis anemia aplastik dan trombositopenia. d) Golongan antranilat, diberdayakan sebagai analgetik karena



sebagai



anti



inflamasi



minus



efektif



dibandingkan dengan aspirin. Efek samping seperti gejala-gejala iritasi mukosa lambung dan gangguan saluran cerna kerap kali muncul. • Penggunaan: Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tidak mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran,



juga



tidak



memunculkan



ketagihan.



Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan antiradang. Karena itu tidak hanya diberdayakan sebagai obat antinyeri, melainkan juga pada panas (infeksi virus atau kuman, selesma, pilek) dan peradangan seperti rematik dan encok. • Efek samping: Yang amat umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping inti terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis cukup tinggi. Karena itu pengunaan analgetika secara kontinu



36



tidak dianjurkan. 2) Analgetik narkotik, khusus diberdayakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti patah tulang dan kanker. Penggolongan analgetik narkotik adalah sebagai berikit : • Alkaloid alam : morfin, codein • Derivate semi sintesis : heroin • Derivate sintetik : metadon, fentanyi • Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, dan pentazooin. g. Antipiretik adalah zat-zat yang bisa mengurangi suhu tubuh. h. Obat Antimigrain, obat yang mengobati penyakit berciri seranganserangan berkala dari nyeri hebat pada satu sisi. i. Obat Anti Reumatik, obat yang diberdayakan untuk mengobati atau menghilangkan rasa nyeri pada sendi atau otot, dijuluki juga anti encok. Efek samping berupa gangguan lambung usus, perdarahan tersembunyi



(oklut),



pusing,



tremor



dll.



Obat



geberiknya



indomestasin, fenibultazon, dan piroksikam. j. Obat Anti Depresan, obat yang bisa memperbaiki suasana jiwa bisa menghilangkan atau meringankan gejala-gejala keadaan murung yanagaa tidak dikarenakan kesulitan sosial, ekonomi dan obat-obatan serta penyakit-penyakit. k. Neuroleptika, obat yang bisa menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tidak menekan fungsi-fungsi umum seperti berfikir dan berkelakuan normal. Obat ini diberdayakan pada gangguan (infusiensi) cerebral seperti gampang lupa, minus konsentrasi dan vertigo. Gejalanya bisa berupa kelemahan ingatan jangka pendek dan konsentrasi, vertigo, kuping berdengung, jari-jari dingin, dan depresi. l. Obat Antiepileptika, obat yang bisa menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gangguan saraf yang ditimbulkan secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya diikuti perubahan perubahan kesadaran. • Penggunaan yaitu untuk menghindari sel-sel otak, mengurangi



37



beban sosial dan psikologi pasien maupun keluarganya dan profilaksis atau pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang. • Penggolongan 1) Golongan hidantonin, adalah obat utama yang diberdayakan pada hampir semua jenis epilepsi. Misalnya fenitoin. 2) Golongan barbiturat, sangat efektif sebagai anti konvulsi, amat kerap sekali diberdayakan pada serangan grand mal. Misalnya fenobarbital dan piramidon. 3) Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti konvulsif. 4) Golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika dan antikonvulsiv yang termasuk golongan ini adalah



desmetildiazepam



yang



aktif,



klorazepam,



klobazepam. 5) Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsy umum tetapi minus efektif terhdapat serangan psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat didasarkan menaikkan kadar asam gama amino butirat acid. m. Obat Antiemetika, obat untuk mencegah atau menghentikan muntah dampak stimulasi pusat muntah yang dikarenakan rangsangan lambung usus, lewat CTZ (Cheme Receptor Trigger Zone) dan lewat kulit otak. • Penggunaan : Antiemetika diberikan kepada pasien dengan keluhan yaitu mabuk jalan, mabuk kehamilan dan mual atau muntah yang dikarenakan penyakit tertentu seperti pada pengobatan dengan radiasi atau obat sitostatik. • Penggolongan : Anti histamine



38



Dopamin blokersinarizin Metoklopramid dan fenotiazin Domperidon n. Obat Parkinson (penyakit tremor), obat yang diberdayakan untuk mengobati penyakit parkinson yang ditandai dengan gejala-gejala tremor, kaku otot, gangguan gaya berjalan, gangguan kognitif, persepsi, dan daya ingat. Penyakit ini terjadi dampak proses degenerasi yang progresif dan sel-sel otak sehinggan menyebabkan terjadinya defisiensi neurotransmitter yaitu dopamin.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penggolongan obat sistem pernafasan yaitu antitusif bekerja menghentikan batuk secara langsung dengan menekan refleks batuk pada sistem saraf pusat di otak. Ekspektoran golongan ini tidak menekan refleks batuk, melainkan bekerja dengan mengencerkan



dahak



sehingga



lebih



mudah



dikeluarkan.



Antihistamin golongan kedua ini merupaka kelompok CTM (chlor-trimeton) dan yg lain. Dekongestan diantara beberapa jenis dekongestan, PPA (phenyl propanolamine) merupakan obat yang paling banyak diributkan setelah Ditje POM (sekarang Badan POM) menarik obat-obat flu yang mengandung PPA lebih dari 15 mg. 2. Penggolongan obat-obat jantung berdasarkan efeknya atas jantung, kardiaka dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu : kardiotonika, obat angina pectoris dan antiaritmika. 3. Obat sistem saluran cerna adalah yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan hepatobiliar. Penggolongan sistem saluran cerna meliputi antasida, digestive, antidiare, pencahar / laxative, anti spasmodika, kolagoga dan protektor hati. 4. Penggolongan sistem endokrin dibagi 2 yaitu obat kontrasepsi oral adalah mengandung hormon esterogen dosis tinggi, mengandung hormon progestin dosis rendah dan mengandung kombinasi hormon esterogen dan progestin. Obat noretisteron merupakan turunan progesteron yang dibuat secara sintetis, dengan daya kerja sebagai progesteron yang kuat 5. Sistem neurologi dan neuromuskuler obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang luas (merangsang 39



atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok



40



41



6. Obat memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgestik antipiretik khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri tidak ada pengaruh jelas. 3.2 Saran Setelah mengetahui mengenai penggolongan obat untuk lebih meningkat kualitas kerja sebagai perawat dalam memberi obat dan mampu menjadi perawat yang profesional di bidangnya.



DAFTAR PUSTAKA Kee, Joyce L & Hayes, Evelyn, 1996, Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta: EGC. Lestari, Siti, 2013,  Farmakologi :Penggolongan Obat,  (Online), Avaiable: https://www.slideshare.net/mobile/pjj_kemenkes/modul-farmakologi- 2-kb2, (1 Maret 2016) Purwanto, SL & Istiantoro, Yati. 1992.  DOI(Data Obat DiIndonesia). Jakarta: PT. G Sartono,1996, Obat Wajib Apotek , Jakarata :Gramedia Pustaka